75 permen kp 2016 ttg pedoman umum pembesaran udang windu....

PERATURAN
MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 75/PERMEN-KP/2016
TENTANG
PEDOMAN UMUM PEMBESARAN UDANG WINDU (PENAEUS MONODON) DAN
UDANG VANAME (LITOPENAEUS VANNAMEI)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang

: a.

bahwa dalam rangka meningkatkan produktivitas dan
produksi udang windu (Penaeus Monodon) dan udang
vaname (Litopenaeus Vannamei) secara berkelanjutan,
perlu mengatur pedoman umum pembesaran udang
windu


(Penaeus

Monodon)

dan

udang

vaname

(Litopenaeus Vannamei);
b.

bahwa dengan berkembangnya teknologi pembesaran
udang windu (Penaeus Monodon) dan udang vaname
(Litopenaeus

Vannamei),

perlu


meninjau

kembali

Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
KEP.28/MEN/2004 tentang Pedoman Umum Budidaya
Udang di Tambak;
c.

bahwa

berdasarkan

pertimbangan

sebagaimana

dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan tentang

Pedoman Umum Pembesaran Udang Windu (Penaeus
Monodon) dan Udang Vaname (Litopenaeus Vannamei);

-2-

Mengingat

: 1.

Undang-Undang

Nomor

31

Tahun

2004

tentang


Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia

Nomor

4433),

sebagaimana

telah

diubah

dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004
tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5073);

2.

Peraturan

Presiden

Organisasi

Nomor

Kementerian

7

Tahun

Negara

2015


tentang

(Lembaran

Negara

Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);
3.

Peraturan Presiden Nomor Nomor 63 Tahun 2015 tentang
Kementerian Kelautan dan Perikanan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 111);

4.

Peraturan

Menteri

Kelautan


dan

Perikanan

Nomor

23/PERMEN-KP/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Kelautan dan Perikanan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1227);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan

: PERATURAN

MENTERI

KELAUTAN


DAN

PERIKANAN

TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBESARAN UDANG WINDU
(PENAEUS MONODON) DAN UDANG VANAME (LITOPENAEUS
VANNAMEI).

Pasal 1
Pedoman umum pembesaran udang windu (Penaeus Monodon)
dan udang vaname (Litopenaeus Vannamei) merupakan acuan
dalam

melakukan

pembesaran

udang

windu


(Penaeus

Monodon) dan udang vaname (Litopenaeus Vannamei)

yang

berorientasi pada peningkatan produksi, daya saing, dan
berkelanjutan.

-3-

Pasal 2
(1)

Pedoman umum pembesaran udang windu (Penaeus
Monodon) dan udang vaname (Litopenaeus Vannamei)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 terdiri dari:

(2)


a.

lokasi;

b.

prasarana dan sarana;

c.

teknologi pembesaran udang;

d.

pengelolaan kesehatan ikan dan lingkungan;

e.

sumber daya manusia; dan


f.

pembinaan, monitoring, dan evaluasi.

Pedoman umum pembesaran udang windu (Penaeus
Monodon) dan udang vaname (Litopenaeus Vannamei)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.

Pasal 3
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, ketentuan
mengenai pembesaran udang windu (Penaeus Monodon) dan
udang vaname (Litopenaeus Vannamei) sebagaimana diatur
dalam Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
KEP.28/MEN/2004 tentang Pedoman Umum Budidaya Udang
di Tambak, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 4
Peraturan

Menteri

diundangkan.

ini

mulai

berlaku

pada

tanggal

-4-

Agar

setiap

orang

mengetahuinya,

memerintahkan

pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 30 Desember 2016

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

SUSI PUDJIASTUTI

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 3 Januari 2017

DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2017 NOMOR 8

-5-

LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 75/PERMEN-KP/2016
TENTANG
PEDOMAN UMUM PEMBESARAN UDANG WINDU
(PENAEUS

MONODON)

DAN

UDANG

VANAME

(LITOPENAEUS VANNAMEI)

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang
Dalam upaya mewujudkan pengelolaan sumber daya perikanan
secara bertanggung jawab dengan tetap menjaga kelestariannya, perlu ada
perubahan orientasi dari eksploitasi sumber daya perikanan melalui
penangkapan ikan menjadi peningkatan produksi perikanan budidaya.
Perubahan orientasi tersebut penting karena potensi sumber daya
perikanan tangkap memiliki keterbatasan dan memerlukan waktu untuk
pemulihan kembali dalam keadaan semula. Dengan adanya peningkatan
produksi perikanan budidaya, diharapkan kapasitas produksi perikanan
secara nasional dapat meningkat dan eksploitasi sumber daya perikanan
tangkap secara berlebih dapat dihindarkan.
Adanya perubahan orientasi dari eksploitasi perikanan tangkap
menjadi peningkatan produksi perikanan budidaya membawa berbagai
konsekuensi diantaranya kesiapan sarana dan prasarana pendukung
produksi, teknologi pembudidayaan ikan, dan dukungan dari para pelaku
usaha.

Namun demikian, pendayagunaan lahan pembudidayaan ikan,

termasuk di dalamnya untuk pembesaran udang windu (Penaeus
Monodon) dan udang vaname (Litopenaeus Vannamei)

juga tetap harus

memperhatikan daya dukung yang ada.
Saat ini teknologi pembesaran udang windu (Penaeus Monodon) dan
udang vaname (Litopenaeus Vannamei) telah berkembang cukup pesat
mulai dari teknologi sederhana, semi intensif, intensif, dan super intensif.
Perkembangan dan penerapan teknologi yang inovatif dan adaptif
diharapkan dapat membantu pelaku usaha terutama pembudi daya

-6-

udang windu (Penaeus Monodon) dan udang vaname (Litopenaeus
Vannamei)

untuk

meningkatkan

produksi,

nilai

tambah,

dan

menghasilkan udang windu (Penaeus Monodon) dan udang vaname
(Litopenaeus Vannamei) yang aman dikonsumsi.

Penerapan teknologi

dalam kegiatan pembesaran udang seyogyanya selaras dan mengacu pada
konsepsi pembangunan

ekonomi

kelautan

dan

perikanan

berbasis

kawasan berdasarkan prinsip-prinsip daya dukung, usaha terintegrasi,
pengelolaan, pengendalian, efisiensi, kualitas, percepatan (akselerasi),
ramah lingkungan, dan berkelanjutan.

B.

Tujuan
Tujuan pedoman umum pembesaran udang windu (Penaeus Monodon) dan
udang vaname (Litopenaeus Vannamei) ini adalah memberikan pedoman
bagi Pemerintah, Pemerintah Daerah, pelaku usaha, dan masyarakat
untuk

mengelola

dan

mengembangkan

pembesaran

udang

(Penaeus Monodon) dan udang vaname (Litopenaeus Vannamei)

windu
yang

produktif, efisien, menguntungkan, dan berkelanjutan.

C.

Sasaran
Sasaran pedoman umum pembesaran udang windu (Penaeus Monodon)
dan udang vaname (Litopenaeus Vannamei) ini adalah:
1.

terwujudnya kebijakan pembangunan dan pembesaran udang windu
(Penaeus Monodon) dan udang vaname (Litopenaeus Vannamei) yang
lebih terarah dan operasional sesuai dengan wilayah peruntukannya;

2.

terwujudnya penerapan pembangunan dan

pembesaran udang

windu (Penaeus Monodon) dan udang vaname (Litopenaeus Vannamei)
yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan; dan
3.

meningkatnya produksi dan produktivitas pembesaran udang windu
(Penaeus Monodon) dan udang vaname (Litopenaeus Vannamei),
pendapatan pembudi daya ikan, dan penerimaan devisa negara dari
ekspor.

D.

Pengertian
Dalam pedoman umum pembesaran udang windu (Penaeus Monodon) dan
udang vaname (Litopenaeus Vannamei) ini, yang dimaksud dengan:

-7-

1.

Pembesaran udang adalah kegiatan untuk memelihara dan/atau
membesarkan

udang

windu

(Penaeus

monodon)

dan

vaname

(Litopenaeus vannamei) serta memanen hasilnya dalam lingkungan
yang terkontrol.
2.

Setiap orang adalah orang perseorangan atau korporasi.

3.

Korporasi

adalah

kumpulan

orang

dan/atau

kekayaan

yang

terorganisasi baik merupakan badan hukum maupun bukan badan
hukum.
4.

Pemanenan adalah kegiatan tahap akhir proses produksi udang.

5.

Biosecurity adalah upaya pengamanan sistem pembudidayaan ikan
dari kontaminasi patogen akibat transmisi jasad dan jasad pembawa
patogen (carrier patogen) dari luar dengan cara-cara yang tidak
merusak lingkungan.

6.

Kawasan adalah bagian wilayah yang memiliki fungsi tertentu yang
ditetapkan berdasarkan kriteria karakteristik fisik, biologi, sosial, dan
ekonomi untuk dipertahankan keberadaannya.

7.

Mangrove adalah formasi vegetasi yang didominasi oleh jenis-jenis
tumbuhan pantai (Rhizophora, Avicenia, Bruguiera, Nypha, jenis pakis
laut dll).

8.

Air buangan tambak (Effluent) adalah air buangan tambak yang telah
mengalami proses perbaikan mutu sebelum masuk ke perairan
umum.

9.

Kluster adalah suatu kawasan lahan/area yang luasannya minimal 5
(lima) hektare yang digunakan untuk pembesaran udang.

10. Kementerian adalah kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang perikanan.
11. Menteri

adalah

menteri

yang

menyelenggarakan

urusan

pemerintahan di bidang perikanan.
12. Pemerintah Daerah adalah pemerintah provinsi dan/atau pemerintah
kabupaten/kota.

-8-

BAB II
LOKASI
A.

Lokasi
Kegiatan pembesaran udang diawali dengan penentuan lokasi untuk
mendukung kebutuhan biologis udang yang dipelihara. Untuk memenuhi
daya dukung tersebut perlu dilakukan pemilihan lokasi yang tepat.
Pemilihan lokasi dilakukan dengan mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi kelayakan suatu lahan untuk kontruksi tambak dan
operasional,

mengindentifikasi

pengembangan

lokasi

dan

kemungkinan
akibat

sosial

dampak
yang

negatif

dari

ditimbulkannya,

memperkirakan kemudahan teknis dengan finansial yang layak, dan
meminimalkan timbulnya risiko yang lain. Lokasi yang dipilih merupakan
areal yang digunakan untuk pembesaran udang dan dikembangkan
sebagai sentra pembesaran udang dalam bentuk kluster. Pemilihan lokasi
pembesaran

udang

dimaksudkan

untuk

menjamin

keselarasan

lingkungan antara lokasi pembesaran udang dengan pembangunan
wilayah dan keadaan sosial di lingkungan sekitarnya.
Lokasi pembesaran udang harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
1.

Tambak
a.

lokasi sesuai dengan rencana tata ruang wilayah;

b.

untuk lokasi pembesaran udang dalam bentuk kluster, harus
dilengkapi dengan master plan dan Detail Engenering Design
(DED);

c.

memiliki

air

sumber,

air

pemeliharaan,

dan

tanah

yang

mencukupi dan berkualitas baik sesuai yang dipersyaratkan,
sebagaimana tercantum pada Tabel 1, Tabel 2, dan Tabel 3;
d.

tidak membangun tambak baru pada lahan mangrove dan zona
inti kawasan konservasi;

e.

berada pada kawasan terhindar dari banjir rutin dan pengaruh
pencemaran limbah bahan beracun dan berbahaya;

f.

berada di belakang sempadan pantai dan sempadan sungai;

g.

konstruksi

infrastruktur

harus

mempertimbangkan

fungsi

konservasi dan meminimalisir gangguan terhadap lingkungan
sekitar;

-9-

h.

tersedianya

prasarana

transportasi

dan

komunikasi

yang

memadai; dan
i.

tekstur tanah sesuai persyaratan teknis yang mendukung
pertumbuhan pakan alami, kualitas air untuk media hidup
udang, dan mampu menahan volume air tambak atau tidak
bocor ( 3,0

> 3,0

>4

>4

mg/l

100 - 250

80 - 150

100-150

mg/l

55

55

≤ 90

≤ 90

mg/l

< 0,01

< 0,01

≤ 0,1

≤ 0,1

mg/l

< 0,01

< 0,01

≤1

≤1

mg/l

0,5

0,5

0,5

0,5

mg/l

0,1

0,1

0,1-5

0,1-5

cm

30 - 45

30 - 45

30-50

30-50

mg/l

-

150 -200

-

-

mg/l

0,03

0,03

0,03

0,03

terlarut
5.

Alkalinitas
(ppm)

6.

100150

Bahan
Organik
maksimal

7.

Amonia,
maksimal

8.

Nitrit,
maksimal

9.

Nitrat,
maksimal

10. Phosfat,
minimal
11. Kecerahan
air
12. Total
padatan
terlarut
13. Logam berat
maksimal
-Pb

- 10 -

Tingkat Teknologi
No. Parameter Air

Satuan

Sederhana

Semi
intensif

Intensif

Super
intensif

-Cd

mg/l

0,01

0,01

0,01

0,01

-Hg

mg/l

0,002

0,002

0,002

0,002

mg/l

-

-

≥ 0,01

≥ 0,01

-

-

≤ 1x103

≤ 1x103

14. Hidrogen
Sulfida
15. Total vibrio

CFU(Ca
lory
Fromin
g
Unit)/
ml

Tabel 2. Parameter Kualitas Air Pemeliharaan
Tingkat Teknologi
No. Parameter Air

Satuan

Sederhana

1.

Suhu

°C

28 - 32

2.

Salinitas

g/l

5 - 40

3.

pH

-

4.

5.

Oksigen
terlarut
Alkalinitas
(ppm)

Semi
intensif
28 –

Intensif

Super
intensif

>27

29 - 32

10 - 35

26-32

26-32

7,5 - 8,5

75 -85

7,5-8,5

7,5-8,5

mg/l

> 3,0

≥ 3,0

≥4

>4

mg/l

100 - 250

100 -

100-

100-

150

150

150

mg/l

55

≤ 90

≤ 90

≤ 90

mg/l

< 0,01

≤ 0,1

≤ 0,1

≤ 0,05

mg/l

< 0,01

≤1

≤1

≤1

mg/l

0,5

-

-

0,5

31,5

Bahan
6.

Organik
maksimal

7.

8.

9.

Amonia,
maksimal
Nitrit,
maksimal
Nitrat,
maksimal

- 11 -

Tingkat Teknologi
No. Parameter Air

10.

11.
12.

Phosfat,

Satuan

Sederhana

Semi
intensif

Intensif

Super
intensif

mg/l

0,1

0,1

0,1-5

≤ 0,01

cm

30 - 45

20 - 45

30-50

30-50

-Pb

mg/l

-

-

0,03

0,03

-Cd

mg/l

-

-

0,01

0,01

-Hg

mg/l

-

-

0,002

0,002

mg/l

-

≤ 0,01

≤ 0,01

≤ 0,01

-

-

≤ 1x103

≤ 1x103

minimal
Kecerahan
air
Logam berat
maksimal

13.

Hidrogen
Sulfida

CFU(Calory
15. Total vibrio

Froming
Unit)/ml

Tabel 3. Parameter Kualitas Tanah
Tingkat Teknologi
No.

1.
2.
3.

4.

5.

Parameter

pH
Bahan
Organik
Phosfat

Tekstur

Redoks
potensial

Satuan

Sederhana

Semi
intensif

Super
Intensif

intensif
(lining)

-

5,5 – 7,0

5,5 – 7,0

5,5 – 7,0

-

(%)