75 permen kp 2016 ttg pedoman umum pembesaran udang windu....
PERATURAN
MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 75/PERMEN-KP/2016
TENTANG
PEDOMAN UMUM PEMBESARAN UDANG WINDU (PENAEUS MONODON) DAN
UDANG VANAME (LITOPENAEUS VANNAMEI)
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang
: a.
bahwa dalam rangka meningkatkan produktivitas dan
produksi udang windu (Penaeus Monodon) dan udang
vaname (Litopenaeus Vannamei) secara berkelanjutan,
perlu mengatur pedoman umum pembesaran udang
windu
(Penaeus
Monodon)
dan
udang
vaname
(Litopenaeus Vannamei);
b.
bahwa dengan berkembangnya teknologi pembesaran
udang windu (Penaeus Monodon) dan udang vaname
(Litopenaeus
Vannamei),
perlu
meninjau
kembali
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
KEP.28/MEN/2004 tentang Pedoman Umum Budidaya
Udang di Tambak;
c.
bahwa
berdasarkan
pertimbangan
sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan tentang
Pedoman Umum Pembesaran Udang Windu (Penaeus
Monodon) dan Udang Vaname (Litopenaeus Vannamei);
-2-
Mengingat
: 1.
Undang-Undang
Nomor
31
Tahun
2004
tentang
Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia
Nomor
4433),
sebagaimana
telah
diubah
dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004
tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5073);
2.
Peraturan
Presiden
Organisasi
Nomor
Kementerian
7
Tahun
Negara
2015
tentang
(Lembaran
Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);
3.
Peraturan Presiden Nomor Nomor 63 Tahun 2015 tentang
Kementerian Kelautan dan Perikanan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 111);
4.
Peraturan
Menteri
Kelautan
dan
Perikanan
Nomor
23/PERMEN-KP/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Kelautan dan Perikanan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1227);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan
: PERATURAN
MENTERI
KELAUTAN
DAN
PERIKANAN
TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBESARAN UDANG WINDU
(PENAEUS MONODON) DAN UDANG VANAME (LITOPENAEUS
VANNAMEI).
Pasal 1
Pedoman umum pembesaran udang windu (Penaeus Monodon)
dan udang vaname (Litopenaeus Vannamei) merupakan acuan
dalam
melakukan
pembesaran
udang
windu
(Penaeus
Monodon) dan udang vaname (Litopenaeus Vannamei)
yang
berorientasi pada peningkatan produksi, daya saing, dan
berkelanjutan.
-3-
Pasal 2
(1)
Pedoman umum pembesaran udang windu (Penaeus
Monodon) dan udang vaname (Litopenaeus Vannamei)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 terdiri dari:
(2)
a.
lokasi;
b.
prasarana dan sarana;
c.
teknologi pembesaran udang;
d.
pengelolaan kesehatan ikan dan lingkungan;
e.
sumber daya manusia; dan
f.
pembinaan, monitoring, dan evaluasi.
Pedoman umum pembesaran udang windu (Penaeus
Monodon) dan udang vaname (Litopenaeus Vannamei)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
Pasal 3
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, ketentuan
mengenai pembesaran udang windu (Penaeus Monodon) dan
udang vaname (Litopenaeus Vannamei) sebagaimana diatur
dalam Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
KEP.28/MEN/2004 tentang Pedoman Umum Budidaya Udang
di Tambak, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 4
Peraturan
Menteri
diundangkan.
ini
mulai
berlaku
pada
tanggal
-4-
Agar
setiap
orang
mengetahuinya,
memerintahkan
pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 30 Desember 2016
MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
SUSI PUDJIASTUTI
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 3 Januari 2017
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
WIDODO EKATJAHJANA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2017 NOMOR 8
-5-
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 75/PERMEN-KP/2016
TENTANG
PEDOMAN UMUM PEMBESARAN UDANG WINDU
(PENAEUS
MONODON)
DAN
UDANG
VANAME
(LITOPENAEUS VANNAMEI)
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam upaya mewujudkan pengelolaan sumber daya perikanan
secara bertanggung jawab dengan tetap menjaga kelestariannya, perlu ada
perubahan orientasi dari eksploitasi sumber daya perikanan melalui
penangkapan ikan menjadi peningkatan produksi perikanan budidaya.
Perubahan orientasi tersebut penting karena potensi sumber daya
perikanan tangkap memiliki keterbatasan dan memerlukan waktu untuk
pemulihan kembali dalam keadaan semula. Dengan adanya peningkatan
produksi perikanan budidaya, diharapkan kapasitas produksi perikanan
secara nasional dapat meningkat dan eksploitasi sumber daya perikanan
tangkap secara berlebih dapat dihindarkan.
Adanya perubahan orientasi dari eksploitasi perikanan tangkap
menjadi peningkatan produksi perikanan budidaya membawa berbagai
konsekuensi diantaranya kesiapan sarana dan prasarana pendukung
produksi, teknologi pembudidayaan ikan, dan dukungan dari para pelaku
usaha.
Namun demikian, pendayagunaan lahan pembudidayaan ikan,
termasuk di dalamnya untuk pembesaran udang windu (Penaeus
Monodon) dan udang vaname (Litopenaeus Vannamei)
juga tetap harus
memperhatikan daya dukung yang ada.
Saat ini teknologi pembesaran udang windu (Penaeus Monodon) dan
udang vaname (Litopenaeus Vannamei) telah berkembang cukup pesat
mulai dari teknologi sederhana, semi intensif, intensif, dan super intensif.
Perkembangan dan penerapan teknologi yang inovatif dan adaptif
diharapkan dapat membantu pelaku usaha terutama pembudi daya
-6-
udang windu (Penaeus Monodon) dan udang vaname (Litopenaeus
Vannamei)
untuk
meningkatkan
produksi,
nilai
tambah,
dan
menghasilkan udang windu (Penaeus Monodon) dan udang vaname
(Litopenaeus Vannamei) yang aman dikonsumsi.
Penerapan teknologi
dalam kegiatan pembesaran udang seyogyanya selaras dan mengacu pada
konsepsi pembangunan
ekonomi
kelautan
dan
perikanan
berbasis
kawasan berdasarkan prinsip-prinsip daya dukung, usaha terintegrasi,
pengelolaan, pengendalian, efisiensi, kualitas, percepatan (akselerasi),
ramah lingkungan, dan berkelanjutan.
B.
Tujuan
Tujuan pedoman umum pembesaran udang windu (Penaeus Monodon) dan
udang vaname (Litopenaeus Vannamei) ini adalah memberikan pedoman
bagi Pemerintah, Pemerintah Daerah, pelaku usaha, dan masyarakat
untuk
mengelola
dan
mengembangkan
pembesaran
udang
(Penaeus Monodon) dan udang vaname (Litopenaeus Vannamei)
windu
yang
produktif, efisien, menguntungkan, dan berkelanjutan.
C.
Sasaran
Sasaran pedoman umum pembesaran udang windu (Penaeus Monodon)
dan udang vaname (Litopenaeus Vannamei) ini adalah:
1.
terwujudnya kebijakan pembangunan dan pembesaran udang windu
(Penaeus Monodon) dan udang vaname (Litopenaeus Vannamei) yang
lebih terarah dan operasional sesuai dengan wilayah peruntukannya;
2.
terwujudnya penerapan pembangunan dan
pembesaran udang
windu (Penaeus Monodon) dan udang vaname (Litopenaeus Vannamei)
yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan; dan
3.
meningkatnya produksi dan produktivitas pembesaran udang windu
(Penaeus Monodon) dan udang vaname (Litopenaeus Vannamei),
pendapatan pembudi daya ikan, dan penerimaan devisa negara dari
ekspor.
D.
Pengertian
Dalam pedoman umum pembesaran udang windu (Penaeus Monodon) dan
udang vaname (Litopenaeus Vannamei) ini, yang dimaksud dengan:
-7-
1.
Pembesaran udang adalah kegiatan untuk memelihara dan/atau
membesarkan
udang
windu
(Penaeus
monodon)
dan
vaname
(Litopenaeus vannamei) serta memanen hasilnya dalam lingkungan
yang terkontrol.
2.
Setiap orang adalah orang perseorangan atau korporasi.
3.
Korporasi
adalah
kumpulan
orang
dan/atau
kekayaan
yang
terorganisasi baik merupakan badan hukum maupun bukan badan
hukum.
4.
Pemanenan adalah kegiatan tahap akhir proses produksi udang.
5.
Biosecurity adalah upaya pengamanan sistem pembudidayaan ikan
dari kontaminasi patogen akibat transmisi jasad dan jasad pembawa
patogen (carrier patogen) dari luar dengan cara-cara yang tidak
merusak lingkungan.
6.
Kawasan adalah bagian wilayah yang memiliki fungsi tertentu yang
ditetapkan berdasarkan kriteria karakteristik fisik, biologi, sosial, dan
ekonomi untuk dipertahankan keberadaannya.
7.
Mangrove adalah formasi vegetasi yang didominasi oleh jenis-jenis
tumbuhan pantai (Rhizophora, Avicenia, Bruguiera, Nypha, jenis pakis
laut dll).
8.
Air buangan tambak (Effluent) adalah air buangan tambak yang telah
mengalami proses perbaikan mutu sebelum masuk ke perairan
umum.
9.
Kluster adalah suatu kawasan lahan/area yang luasannya minimal 5
(lima) hektare yang digunakan untuk pembesaran udang.
10. Kementerian adalah kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang perikanan.
11. Menteri
adalah
menteri
yang
menyelenggarakan
urusan
pemerintahan di bidang perikanan.
12. Pemerintah Daerah adalah pemerintah provinsi dan/atau pemerintah
kabupaten/kota.
-8-
BAB II
LOKASI
A.
Lokasi
Kegiatan pembesaran udang diawali dengan penentuan lokasi untuk
mendukung kebutuhan biologis udang yang dipelihara. Untuk memenuhi
daya dukung tersebut perlu dilakukan pemilihan lokasi yang tepat.
Pemilihan lokasi dilakukan dengan mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi kelayakan suatu lahan untuk kontruksi tambak dan
operasional,
mengindentifikasi
pengembangan
lokasi
dan
kemungkinan
akibat
sosial
dampak
yang
negatif
dari
ditimbulkannya,
memperkirakan kemudahan teknis dengan finansial yang layak, dan
meminimalkan timbulnya risiko yang lain. Lokasi yang dipilih merupakan
areal yang digunakan untuk pembesaran udang dan dikembangkan
sebagai sentra pembesaran udang dalam bentuk kluster. Pemilihan lokasi
pembesaran
udang
dimaksudkan
untuk
menjamin
keselarasan
lingkungan antara lokasi pembesaran udang dengan pembangunan
wilayah dan keadaan sosial di lingkungan sekitarnya.
Lokasi pembesaran udang harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
1.
Tambak
a.
lokasi sesuai dengan rencana tata ruang wilayah;
b.
untuk lokasi pembesaran udang dalam bentuk kluster, harus
dilengkapi dengan master plan dan Detail Engenering Design
(DED);
c.
memiliki
air
sumber,
air
pemeliharaan,
dan
tanah
yang
mencukupi dan berkualitas baik sesuai yang dipersyaratkan,
sebagaimana tercantum pada Tabel 1, Tabel 2, dan Tabel 3;
d.
tidak membangun tambak baru pada lahan mangrove dan zona
inti kawasan konservasi;
e.
berada pada kawasan terhindar dari banjir rutin dan pengaruh
pencemaran limbah bahan beracun dan berbahaya;
f.
berada di belakang sempadan pantai dan sempadan sungai;
g.
konstruksi
infrastruktur
harus
mempertimbangkan
fungsi
konservasi dan meminimalisir gangguan terhadap lingkungan
sekitar;
-9-
h.
tersedianya
prasarana
transportasi
dan
komunikasi
yang
memadai; dan
i.
tekstur tanah sesuai persyaratan teknis yang mendukung
pertumbuhan pakan alami, kualitas air untuk media hidup
udang, dan mampu menahan volume air tambak atau tidak
bocor ( 3,0
> 3,0
>4
>4
mg/l
100 - 250
80 - 150
100-150
mg/l
55
55
≤ 90
≤ 90
mg/l
< 0,01
< 0,01
≤ 0,1
≤ 0,1
mg/l
< 0,01
< 0,01
≤1
≤1
mg/l
0,5
0,5
0,5
0,5
mg/l
0,1
0,1
0,1-5
0,1-5
cm
30 - 45
30 - 45
30-50
30-50
mg/l
-
150 -200
-
-
mg/l
0,03
0,03
0,03
0,03
terlarut
5.
Alkalinitas
(ppm)
6.
100150
Bahan
Organik
maksimal
7.
Amonia,
maksimal
8.
Nitrit,
maksimal
9.
Nitrat,
maksimal
10. Phosfat,
minimal
11. Kecerahan
air
12. Total
padatan
terlarut
13. Logam berat
maksimal
-Pb
- 10 -
Tingkat Teknologi
No. Parameter Air
Satuan
Sederhana
Semi
intensif
Intensif
Super
intensif
-Cd
mg/l
0,01
0,01
0,01
0,01
-Hg
mg/l
0,002
0,002
0,002
0,002
mg/l
-
-
≥ 0,01
≥ 0,01
-
-
≤ 1x103
≤ 1x103
14. Hidrogen
Sulfida
15. Total vibrio
CFU(Ca
lory
Fromin
g
Unit)/
ml
Tabel 2. Parameter Kualitas Air Pemeliharaan
Tingkat Teknologi
No. Parameter Air
Satuan
Sederhana
1.
Suhu
°C
28 - 32
2.
Salinitas
g/l
5 - 40
3.
pH
-
4.
5.
Oksigen
terlarut
Alkalinitas
(ppm)
Semi
intensif
28 –
Intensif
Super
intensif
>27
29 - 32
10 - 35
26-32
26-32
7,5 - 8,5
75 -85
7,5-8,5
7,5-8,5
mg/l
> 3,0
≥ 3,0
≥4
>4
mg/l
100 - 250
100 -
100-
100-
150
150
150
mg/l
55
≤ 90
≤ 90
≤ 90
mg/l
< 0,01
≤ 0,1
≤ 0,1
≤ 0,05
mg/l
< 0,01
≤1
≤1
≤1
mg/l
0,5
-
-
0,5
31,5
Bahan
6.
Organik
maksimal
7.
8.
9.
Amonia,
maksimal
Nitrit,
maksimal
Nitrat,
maksimal
- 11 -
Tingkat Teknologi
No. Parameter Air
10.
11.
12.
Phosfat,
Satuan
Sederhana
Semi
intensif
Intensif
Super
intensif
mg/l
0,1
0,1
0,1-5
≤ 0,01
cm
30 - 45
20 - 45
30-50
30-50
-Pb
mg/l
-
-
0,03
0,03
-Cd
mg/l
-
-
0,01
0,01
-Hg
mg/l
-
-
0,002
0,002
mg/l
-
≤ 0,01
≤ 0,01
≤ 0,01
-
-
≤ 1x103
≤ 1x103
minimal
Kecerahan
air
Logam berat
maksimal
13.
Hidrogen
Sulfida
CFU(Calory
15. Total vibrio
Froming
Unit)/ml
Tabel 3. Parameter Kualitas Tanah
Tingkat Teknologi
No.
1.
2.
3.
4.
5.
Parameter
pH
Bahan
Organik
Phosfat
Tekstur
Redoks
potensial
Satuan
Sederhana
Semi
intensif
Super
Intensif
intensif
(lining)
-
5,5 – 7,0
5,5 – 7,0
5,5 – 7,0
-
(%)
MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 75/PERMEN-KP/2016
TENTANG
PEDOMAN UMUM PEMBESARAN UDANG WINDU (PENAEUS MONODON) DAN
UDANG VANAME (LITOPENAEUS VANNAMEI)
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang
: a.
bahwa dalam rangka meningkatkan produktivitas dan
produksi udang windu (Penaeus Monodon) dan udang
vaname (Litopenaeus Vannamei) secara berkelanjutan,
perlu mengatur pedoman umum pembesaran udang
windu
(Penaeus
Monodon)
dan
udang
vaname
(Litopenaeus Vannamei);
b.
bahwa dengan berkembangnya teknologi pembesaran
udang windu (Penaeus Monodon) dan udang vaname
(Litopenaeus
Vannamei),
perlu
meninjau
kembali
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
KEP.28/MEN/2004 tentang Pedoman Umum Budidaya
Udang di Tambak;
c.
bahwa
berdasarkan
pertimbangan
sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan tentang
Pedoman Umum Pembesaran Udang Windu (Penaeus
Monodon) dan Udang Vaname (Litopenaeus Vannamei);
-2-
Mengingat
: 1.
Undang-Undang
Nomor
31
Tahun
2004
tentang
Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia
Nomor
4433),
sebagaimana
telah
diubah
dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004
tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5073);
2.
Peraturan
Presiden
Organisasi
Nomor
Kementerian
7
Tahun
Negara
2015
tentang
(Lembaran
Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);
3.
Peraturan Presiden Nomor Nomor 63 Tahun 2015 tentang
Kementerian Kelautan dan Perikanan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 111);
4.
Peraturan
Menteri
Kelautan
dan
Perikanan
Nomor
23/PERMEN-KP/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Kelautan dan Perikanan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1227);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan
: PERATURAN
MENTERI
KELAUTAN
DAN
PERIKANAN
TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBESARAN UDANG WINDU
(PENAEUS MONODON) DAN UDANG VANAME (LITOPENAEUS
VANNAMEI).
Pasal 1
Pedoman umum pembesaran udang windu (Penaeus Monodon)
dan udang vaname (Litopenaeus Vannamei) merupakan acuan
dalam
melakukan
pembesaran
udang
windu
(Penaeus
Monodon) dan udang vaname (Litopenaeus Vannamei)
yang
berorientasi pada peningkatan produksi, daya saing, dan
berkelanjutan.
-3-
Pasal 2
(1)
Pedoman umum pembesaran udang windu (Penaeus
Monodon) dan udang vaname (Litopenaeus Vannamei)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 terdiri dari:
(2)
a.
lokasi;
b.
prasarana dan sarana;
c.
teknologi pembesaran udang;
d.
pengelolaan kesehatan ikan dan lingkungan;
e.
sumber daya manusia; dan
f.
pembinaan, monitoring, dan evaluasi.
Pedoman umum pembesaran udang windu (Penaeus
Monodon) dan udang vaname (Litopenaeus Vannamei)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
Pasal 3
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, ketentuan
mengenai pembesaran udang windu (Penaeus Monodon) dan
udang vaname (Litopenaeus Vannamei) sebagaimana diatur
dalam Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
KEP.28/MEN/2004 tentang Pedoman Umum Budidaya Udang
di Tambak, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 4
Peraturan
Menteri
diundangkan.
ini
mulai
berlaku
pada
tanggal
-4-
Agar
setiap
orang
mengetahuinya,
memerintahkan
pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 30 Desember 2016
MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
SUSI PUDJIASTUTI
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 3 Januari 2017
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
WIDODO EKATJAHJANA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2017 NOMOR 8
-5-
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 75/PERMEN-KP/2016
TENTANG
PEDOMAN UMUM PEMBESARAN UDANG WINDU
(PENAEUS
MONODON)
DAN
UDANG
VANAME
(LITOPENAEUS VANNAMEI)
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam upaya mewujudkan pengelolaan sumber daya perikanan
secara bertanggung jawab dengan tetap menjaga kelestariannya, perlu ada
perubahan orientasi dari eksploitasi sumber daya perikanan melalui
penangkapan ikan menjadi peningkatan produksi perikanan budidaya.
Perubahan orientasi tersebut penting karena potensi sumber daya
perikanan tangkap memiliki keterbatasan dan memerlukan waktu untuk
pemulihan kembali dalam keadaan semula. Dengan adanya peningkatan
produksi perikanan budidaya, diharapkan kapasitas produksi perikanan
secara nasional dapat meningkat dan eksploitasi sumber daya perikanan
tangkap secara berlebih dapat dihindarkan.
Adanya perubahan orientasi dari eksploitasi perikanan tangkap
menjadi peningkatan produksi perikanan budidaya membawa berbagai
konsekuensi diantaranya kesiapan sarana dan prasarana pendukung
produksi, teknologi pembudidayaan ikan, dan dukungan dari para pelaku
usaha.
Namun demikian, pendayagunaan lahan pembudidayaan ikan,
termasuk di dalamnya untuk pembesaran udang windu (Penaeus
Monodon) dan udang vaname (Litopenaeus Vannamei)
juga tetap harus
memperhatikan daya dukung yang ada.
Saat ini teknologi pembesaran udang windu (Penaeus Monodon) dan
udang vaname (Litopenaeus Vannamei) telah berkembang cukup pesat
mulai dari teknologi sederhana, semi intensif, intensif, dan super intensif.
Perkembangan dan penerapan teknologi yang inovatif dan adaptif
diharapkan dapat membantu pelaku usaha terutama pembudi daya
-6-
udang windu (Penaeus Monodon) dan udang vaname (Litopenaeus
Vannamei)
untuk
meningkatkan
produksi,
nilai
tambah,
dan
menghasilkan udang windu (Penaeus Monodon) dan udang vaname
(Litopenaeus Vannamei) yang aman dikonsumsi.
Penerapan teknologi
dalam kegiatan pembesaran udang seyogyanya selaras dan mengacu pada
konsepsi pembangunan
ekonomi
kelautan
dan
perikanan
berbasis
kawasan berdasarkan prinsip-prinsip daya dukung, usaha terintegrasi,
pengelolaan, pengendalian, efisiensi, kualitas, percepatan (akselerasi),
ramah lingkungan, dan berkelanjutan.
B.
Tujuan
Tujuan pedoman umum pembesaran udang windu (Penaeus Monodon) dan
udang vaname (Litopenaeus Vannamei) ini adalah memberikan pedoman
bagi Pemerintah, Pemerintah Daerah, pelaku usaha, dan masyarakat
untuk
mengelola
dan
mengembangkan
pembesaran
udang
(Penaeus Monodon) dan udang vaname (Litopenaeus Vannamei)
windu
yang
produktif, efisien, menguntungkan, dan berkelanjutan.
C.
Sasaran
Sasaran pedoman umum pembesaran udang windu (Penaeus Monodon)
dan udang vaname (Litopenaeus Vannamei) ini adalah:
1.
terwujudnya kebijakan pembangunan dan pembesaran udang windu
(Penaeus Monodon) dan udang vaname (Litopenaeus Vannamei) yang
lebih terarah dan operasional sesuai dengan wilayah peruntukannya;
2.
terwujudnya penerapan pembangunan dan
pembesaran udang
windu (Penaeus Monodon) dan udang vaname (Litopenaeus Vannamei)
yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan; dan
3.
meningkatnya produksi dan produktivitas pembesaran udang windu
(Penaeus Monodon) dan udang vaname (Litopenaeus Vannamei),
pendapatan pembudi daya ikan, dan penerimaan devisa negara dari
ekspor.
D.
Pengertian
Dalam pedoman umum pembesaran udang windu (Penaeus Monodon) dan
udang vaname (Litopenaeus Vannamei) ini, yang dimaksud dengan:
-7-
1.
Pembesaran udang adalah kegiatan untuk memelihara dan/atau
membesarkan
udang
windu
(Penaeus
monodon)
dan
vaname
(Litopenaeus vannamei) serta memanen hasilnya dalam lingkungan
yang terkontrol.
2.
Setiap orang adalah orang perseorangan atau korporasi.
3.
Korporasi
adalah
kumpulan
orang
dan/atau
kekayaan
yang
terorganisasi baik merupakan badan hukum maupun bukan badan
hukum.
4.
Pemanenan adalah kegiatan tahap akhir proses produksi udang.
5.
Biosecurity adalah upaya pengamanan sistem pembudidayaan ikan
dari kontaminasi patogen akibat transmisi jasad dan jasad pembawa
patogen (carrier patogen) dari luar dengan cara-cara yang tidak
merusak lingkungan.
6.
Kawasan adalah bagian wilayah yang memiliki fungsi tertentu yang
ditetapkan berdasarkan kriteria karakteristik fisik, biologi, sosial, dan
ekonomi untuk dipertahankan keberadaannya.
7.
Mangrove adalah formasi vegetasi yang didominasi oleh jenis-jenis
tumbuhan pantai (Rhizophora, Avicenia, Bruguiera, Nypha, jenis pakis
laut dll).
8.
Air buangan tambak (Effluent) adalah air buangan tambak yang telah
mengalami proses perbaikan mutu sebelum masuk ke perairan
umum.
9.
Kluster adalah suatu kawasan lahan/area yang luasannya minimal 5
(lima) hektare yang digunakan untuk pembesaran udang.
10. Kementerian adalah kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang perikanan.
11. Menteri
adalah
menteri
yang
menyelenggarakan
urusan
pemerintahan di bidang perikanan.
12. Pemerintah Daerah adalah pemerintah provinsi dan/atau pemerintah
kabupaten/kota.
-8-
BAB II
LOKASI
A.
Lokasi
Kegiatan pembesaran udang diawali dengan penentuan lokasi untuk
mendukung kebutuhan biologis udang yang dipelihara. Untuk memenuhi
daya dukung tersebut perlu dilakukan pemilihan lokasi yang tepat.
Pemilihan lokasi dilakukan dengan mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi kelayakan suatu lahan untuk kontruksi tambak dan
operasional,
mengindentifikasi
pengembangan
lokasi
dan
kemungkinan
akibat
sosial
dampak
yang
negatif
dari
ditimbulkannya,
memperkirakan kemudahan teknis dengan finansial yang layak, dan
meminimalkan timbulnya risiko yang lain. Lokasi yang dipilih merupakan
areal yang digunakan untuk pembesaran udang dan dikembangkan
sebagai sentra pembesaran udang dalam bentuk kluster. Pemilihan lokasi
pembesaran
udang
dimaksudkan
untuk
menjamin
keselarasan
lingkungan antara lokasi pembesaran udang dengan pembangunan
wilayah dan keadaan sosial di lingkungan sekitarnya.
Lokasi pembesaran udang harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
1.
Tambak
a.
lokasi sesuai dengan rencana tata ruang wilayah;
b.
untuk lokasi pembesaran udang dalam bentuk kluster, harus
dilengkapi dengan master plan dan Detail Engenering Design
(DED);
c.
memiliki
air
sumber,
air
pemeliharaan,
dan
tanah
yang
mencukupi dan berkualitas baik sesuai yang dipersyaratkan,
sebagaimana tercantum pada Tabel 1, Tabel 2, dan Tabel 3;
d.
tidak membangun tambak baru pada lahan mangrove dan zona
inti kawasan konservasi;
e.
berada pada kawasan terhindar dari banjir rutin dan pengaruh
pencemaran limbah bahan beracun dan berbahaya;
f.
berada di belakang sempadan pantai dan sempadan sungai;
g.
konstruksi
infrastruktur
harus
mempertimbangkan
fungsi
konservasi dan meminimalisir gangguan terhadap lingkungan
sekitar;
-9-
h.
tersedianya
prasarana
transportasi
dan
komunikasi
yang
memadai; dan
i.
tekstur tanah sesuai persyaratan teknis yang mendukung
pertumbuhan pakan alami, kualitas air untuk media hidup
udang, dan mampu menahan volume air tambak atau tidak
bocor ( 3,0
> 3,0
>4
>4
mg/l
100 - 250
80 - 150
100-150
mg/l
55
55
≤ 90
≤ 90
mg/l
< 0,01
< 0,01
≤ 0,1
≤ 0,1
mg/l
< 0,01
< 0,01
≤1
≤1
mg/l
0,5
0,5
0,5
0,5
mg/l
0,1
0,1
0,1-5
0,1-5
cm
30 - 45
30 - 45
30-50
30-50
mg/l
-
150 -200
-
-
mg/l
0,03
0,03
0,03
0,03
terlarut
5.
Alkalinitas
(ppm)
6.
100150
Bahan
Organik
maksimal
7.
Amonia,
maksimal
8.
Nitrit,
maksimal
9.
Nitrat,
maksimal
10. Phosfat,
minimal
11. Kecerahan
air
12. Total
padatan
terlarut
13. Logam berat
maksimal
-Pb
- 10 -
Tingkat Teknologi
No. Parameter Air
Satuan
Sederhana
Semi
intensif
Intensif
Super
intensif
-Cd
mg/l
0,01
0,01
0,01
0,01
-Hg
mg/l
0,002
0,002
0,002
0,002
mg/l
-
-
≥ 0,01
≥ 0,01
-
-
≤ 1x103
≤ 1x103
14. Hidrogen
Sulfida
15. Total vibrio
CFU(Ca
lory
Fromin
g
Unit)/
ml
Tabel 2. Parameter Kualitas Air Pemeliharaan
Tingkat Teknologi
No. Parameter Air
Satuan
Sederhana
1.
Suhu
°C
28 - 32
2.
Salinitas
g/l
5 - 40
3.
pH
-
4.
5.
Oksigen
terlarut
Alkalinitas
(ppm)
Semi
intensif
28 –
Intensif
Super
intensif
>27
29 - 32
10 - 35
26-32
26-32
7,5 - 8,5
75 -85
7,5-8,5
7,5-8,5
mg/l
> 3,0
≥ 3,0
≥4
>4
mg/l
100 - 250
100 -
100-
100-
150
150
150
mg/l
55
≤ 90
≤ 90
≤ 90
mg/l
< 0,01
≤ 0,1
≤ 0,1
≤ 0,05
mg/l
< 0,01
≤1
≤1
≤1
mg/l
0,5
-
-
0,5
31,5
Bahan
6.
Organik
maksimal
7.
8.
9.
Amonia,
maksimal
Nitrit,
maksimal
Nitrat,
maksimal
- 11 -
Tingkat Teknologi
No. Parameter Air
10.
11.
12.
Phosfat,
Satuan
Sederhana
Semi
intensif
Intensif
Super
intensif
mg/l
0,1
0,1
0,1-5
≤ 0,01
cm
30 - 45
20 - 45
30-50
30-50
-Pb
mg/l
-
-
0,03
0,03
-Cd
mg/l
-
-
0,01
0,01
-Hg
mg/l
-
-
0,002
0,002
mg/l
-
≤ 0,01
≤ 0,01
≤ 0,01
-
-
≤ 1x103
≤ 1x103
minimal
Kecerahan
air
Logam berat
maksimal
13.
Hidrogen
Sulfida
CFU(Calory
15. Total vibrio
Froming
Unit)/ml
Tabel 3. Parameter Kualitas Tanah
Tingkat Teknologi
No.
1.
2.
3.
4.
5.
Parameter
pH
Bahan
Organik
Phosfat
Tekstur
Redoks
potensial
Satuan
Sederhana
Semi
intensif
Super
Intensif
intensif
(lining)
-
5,5 – 7,0
5,5 – 7,0
5,5 – 7,0
-
(%)