7. Belajar Matematika yang Menyenangkan untuk Anak TK

“BELAJAR MATEMATIKA YANG MENYENANGKAN UNTUK ANAK TK”
Oleh: Dra. Sri Tatminingsih, M.Pd (Dosen PGPAUD-UT)
Ilustrasi:
Andi (berusia 4 tahun) tampak sedang asyik memisahkan koleksi tutup
botolnya berdasarkan “merk”, kemudian dari tiap merk tersebut
dihitungnya. “satu, dua, tiga, empat…”. Setelah semua kelompok
dihitungnya, dia menyatukan kembali seluruh tutup botol tersebut dan
memasukkan ke dalam kaleng kesayangannya. Wajahnya menunjukkan
kepuasan dan kebanggaan.
Kegiatan Andi terhadap tutup botolnya menunjukkan bahwa Andi menyukai
kegiatan yang didasari konsep logika matematika. Dalam kegiatan tersebut terdapat
kegiatan mengumpulkan, mengelompokkan berdasarkan kriteria tertentu seperti warna,
bentuk, dan disertai kegiatan menghitung. Sebenarnya apa yang dimaksud dengan
matematika dan logika matematika dan bagaimana mengembangkan kemampuan logika
matematika tersebut pada anak usia TK?
Matematika, menurut Suriasumantri (1982) adalah bahasa yang melambangkan
serangkaian makna dari pernyataan yang ingin disampaikan. Lambang-lambang
matematika bersifat artifisial dan baru memiliki arti setelah sebuah makna diberikan
kepadaanya. Tanpa kebermaknaan metematika hanya sebuah kumpulan rumus-rumus
yang mati. Sedangkan kecerdasan logika matematika merupakan salah satu dari delapan
kecerdasan majemuk yang dikemukakan oleh Howard Gardner. Kecerdasan logika

matematika merupakan kecerdasan atau kemampuan yang melibatkan keterampilan
mengolah angka dan/atau kemahiran menggunakan logika atau akal sehat. Kecerdasan ini
juga dapat dikatakan sebagai kemampuan untuk menangani bilangan dan perhitungan,
pola dan pemikiran logis ilmiah. Hubungan antara metematika dan logika adalah bahwa
keduanya mengikuti hukum dasar. Kecerdasan seperti ini dimiliki oleh ilmuwan ketika
menciptakan hipotesis dan dengan tekun mengujinya dengan data eksperimental, akuntan
pajak, pemrogram komputer atau ahli matematika. Masyarakat awam seperti kita

1

memerlukan kecerdassan ini untuk menghitung saldo bank, menghitung belanjaan dan
merekap nilai anak didik.
Pada anak-anak yang memiliki kelebihan dalam kecerdassan logika matematika
biasanya sering tertarik dengan bilangan dan pola dari usia yang sangat muda. Mereka
sangat menikmati kegiatan berhitung dan dengan cepat belajar menambah, mengurangi,
mengalikan dan membagi. Mereka juga cepat memahami konsep waktu, berpikir secara
numerik, berhubungan dengan urutan yang logis atau kemampuan berpikir logis lainnya.
Anak-anak yang berbakat dengan dibidang ini terus menerus bertanya dan ingin tahu
tentang gejala alam, suka bermain komputer, dapat menjawab pertanyaan yang sulit,
menyukai teka-teki, dan permainan yang membutuhkan kemampuan berpikir (misalnya

catur), senang menyususn sesuatu secara hierarki atau kategori, mudah memahami sebab
akibat, pertentangan dan sangat menikmati pelajaran IPA dan matematika dan senang
melakukan berbagai percobaan untuk memuaskan rasa ingin tahunya dan berprestasi
tinggi. Kecerdasan logika matematika juga melibatkan kemampuan untuk menganalisis
masalah secara logis, menemukan atau menciptakan rumus-rumus ata pola-pola
metematika dan menyelidiki sesuatu secara alamiah. Seseorang yang memiliki
kecerdassan ini hemar berkutat dengan kegiatan yang melibatkan bilangan-bilangan.
Pentingnya Kecerdasan Logika Matematika
Kehadiran metematika secara meluas dapat dirasakan dalam setiap aspek
kehidupan moderen. Seseorang tidak dapat melakukan pengukuran apapun, membuat
bangunan, menggunakan uang, membuat janji tanpa menggunakan matematika.
Kecerdasan matematis ini juga telah didukung oleh tahap-tahap perkembangan kognitif
dari Piaget dan telah memperlihatkan hubungannya yang kuat dengan aspek lain dari
kehidupan seperti keaksaraan. Selain itu berpikir logis sangat penting karena anak-anak
memperoleh disiplin mental yang keras dan belajar menentukan alur pikir yang benar dan
yang tidak benar.
Pembelajaran Matematika di TK
Pembelajaran (kegiatan pengembangan) matematika di TK, seperti juga membaca
dan menulis memang sebaiknya tidak diajarkan di TK, tetapi kegiatan pengembangan


2

tersebut sebaiknya bersifat pengenalan dan dilakukan melalui kegiatan bermain dalam
suasana yang gembira dan menyenangkan. Glenn Doman mengatakan bahwa “walaupun
secara alamiah tidak ada anak yang ingin belajar matematika sebelum ia sendiri tahu
bahwa matematika itu ada, semua anak ingin memperoleh informasi tentang segala hal
yang ada di sekitarnya dan dalam keadaan yang sebenarnya. Matematika merupakan
salah satu diantara hal-hal tersebut” (Doman, 1986). Selain itu, Glenn Doman juga
mengemukakan beberapa pokok terpenting mengenai keinginan belajar dan kemampuan
ajaib anak-anak untuk belajar, yaitu: 1) Proses belajar dimulai sejak bayi baru lahir, atau
bahkan lebih dini; 2) Setiap bayi memiliki kemauan besar untuk belajar; 3) anak-anak
kecil lebih suka belajar daripada makan; 4) anak-anak kecil lebih suka belajar daripada
bermain; 5) anak-anak kecil menganggap bahwa tumbuh dan menjadi dewasa merupakan
tugasnya; 6) anak-anak kecil ingin menjadi dewasa secepat mungkin; 7) semua anak
beranggapan bahwa belajar adalah suatu kemampuan untuk tetap hidup; 8) mereka benar
dengan anggapan-anggapan demikian; 9) anak-anak kecil ingin mempelajari segala
sesuatu dengan secepat mungkin; 10) matematika merupakan salah satu di antara hal-hal
yang perlu dipelajari tersebut.
Untuk memenuhi rasa ingin tahu anak yang sangat besar, terutama yang berkaitan
dengan matematika, ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh guru. Diantaranya

adalah sebagai berikut.
1.

Tidak menghentikan keinginan-keinginan anak untuk belajar, yang berarti guru
harus memberikan kesempatan bagi anak untuk belajar yang seluas-luasnya. Misalnya
dengan mengurangi larangan atau perkataan-perkataan yang berisi larangan. Misalnya
mengatakan” tidak boleh!”, “jangan!”, “awas, nanti…!”, dan kata-kata lain yang akan
membuat anak takut melakukan sesuatu.

2.

Tidak membatasi pengalaman-pengalaman yang terbuka bagi anak karena hal ini
akan menurunkan keinginan belajarnya. Dengan demikian guru harus memberi
kesempatan pada anak untuk mencoba hal-hal baru dan membiarkan anak menjelajah
(mengeksplor) lingkungan sekitarnya. Oleh karenanya guru harus memfasilitasi anak
dengan menyediakan lingkungan yang aman, nyaman dan menantang bagi anak.

3.

Tidak meremehkan kemampuan anak untuk belajar. Seringkali terjadi dimana

seorang guru menganggap anak-anak tidak memiliki pengetahuan tentang apapu

3

sehingga guru harus memberi penjelasan secara rinci dan detail. Oleh karenanya
sebaiknya guru membiarkan dan memberi kesempatan pada anak untuk
“menemukan” sendiri. Hal lain yang dapat dilakukan adalah dengan menggali
pengetahuan anak sedalam mungkin dengan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat
terbuka. Misalnya: “Apakah yang kalian ketahui tentang hujan?”. Hindari pertanyaanpertanyaan yang bersifat tertutup. Misalnya: “Siapa yang pernah melihat hujan?”.
4.

Menumbuhkan kemampuan belajar anak dengan cara meniadakan hambatanhambatan yang terdapat di sekelilingnya. Implikasinya adalah guru harus
menyediakan area belajar yang bebas dari berbagai benda-benda yang dapat
menghambat atau menghalangi mobilitas anak. Letakkan peralatan atau bahan-bahan
belajar di tempat yang mudah dijangkau anak. Namun, untuk benda-benda yang dapat
membahayakan sebaiknya disimpan ditempat yang tidak bisa dijangkau anak.
Penataan ruangan atau area ditata sedemikian rupa sehingga anak dapat bergerak
dengan bebas tanpa halangan.

5.


Membantu anak melipatgandakan ilmu yang diserapnya dengan cara mendorong
dan memotivasi anak untuk melakukan sesuatu guna memenuhi rasa ingin tahunya.
Guru juga sebaiknya memiliki pengetahuan yang luas, sehingga akan dapat menjawab
berbagai pertanyaan anak tentang berbagai hal. Karena untuk memuaskan rasa ingin
tahunya, biasanya anak akan mengajukan banyak sekali pertanyaan tantang berbagai
hal yang dipikirkannya. Guru juga harus dapat menjawap pertanyaan anak dengan
bahasa yang dapat dipahami anak.
Jika Anda sebagai guru TK telah dapat menerapkan hal-hal tersebut, maka Anda

akan memiliki kesempatan untuk membantu anak-anak didik belajar matematika dan
mengambangkan kemampuan logika matematikanya secara optimal. Anda juga dapat
mengembangkan kegiatan yang belajar matematika di TK menjadi suatu kegiatan yang
menyenangkan dan disukai oleh anak-anak sehingga tidak membuatnya menjadi kegiatan
yang membuat anak-anak trauma dengan metematika, menjadi beban bahkan “momok”
yang menakutkan anak-anak hingga mereka membenci pelajaran matematika pada
tingkat selanjutnya.

4


Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan di TK
Perlu diingat kembali, bahwa belajar adalah permainan terhebat dalam hidup dan
paling menyenangkan dan semua anak dilahirkan dengan keyakinan itu. (Doman, 1982).
Kegiatan pengembangan di TK senantiasa dilakukan melalui bermain dengan cara yang
gembira dan menyenangkan. Hal ini sesuai dengan motto kegiatan pengembangan di TK,
yaitu: bermain sambil belajar dan belajar seraya bermain. Berikut ini disampaikan
beberapa contoh kegiatan belajar (permainan) matematika di TK.
1.

Mengelompokkan dan Menyortir Berbagai Benda
Kegiatan semacam ini sangat disukai oleh anak-anak usia TK. Kegiatan ini dapat
dilakukan dengan cara meminta anak-anak untuk mengumpulkan benda-benda yang
ada di sekitar TK (atau dari sekitar rumah mereka), misalnya: tutup botol bekas,
kerang, kancing baju, daun, batu dan lain sebagainya. Biarkan anak-anak
mengumpulkan benda-benda yang disukainya, usahakan tidak memberikan batasanbatasan yang akan menghambat kesenangan dan kreativitas anak. Setelah terkumpul,
ajaklah anak-anak untuk menyortirnya berdasarkan ukuran atau warna atau bentuk.
Dalam kegiatan ini anak-anak dapat diperkenalkan pada konsep banyak-sedikit,
besar-kecil, pengenalan bilangan, operasi penjumlahan dan pengurangan sederhana.

2.


Mengenal Angka Melalui Lagu dan Syair atau Sajak Berirama
Lagu dan sajak berirama merupakan media sederhana dan menyenangkan bagi anak
untuk belajar sesuatu. Anda dapat menciptakan dan mengenalkan lagu-lagu atau sajak
berirama yang bermuatan pengenalan dasar-dasar berhitung yang merupakan bagian
dari matematika, seperti bilangan atau konsep penjumlahan sederhana. Saat
mengenalkan lagu, guru dapat memperagakan isi lagu dengan jari ataupun gerakangerakan sederhana yang mudah ditiru oleh anak. Seperti langkah kaki, tepuk tangan
ataupun menunjukkan jari-jari tangan.

3.

Bermain dengan Diri Sendiri
Seorang anak akan senang sekali jika diajak mengukur tinggi badannya atau panjang
langkahnya dengan menggunakan jengkal atau alat ukur bertupa meteran. Caranya
adalah: ukur tinggi seorang anak pada tembok, beri tanda tinggi mereka. Kemudian
mintalah anak tersebut untuk mengukur sendiri dengan menggunakan jengkalnya
sendiri tatau meteran. Demikian pula dengan panjang langkah kaki. Caranya:

5


mintalah anak untuk melangkahkan kaki, beri tanda panjang langkah mereka.
Kemudian mintalah anak untuk mengukur langkah kaki mereka sendiri dengan
menggunakan jengkal atau meteran. Kegiatan lain yang dapat dilakukan, antara lain:
meminta anak menyebutkan umur, nomor telepon rumah, jumlah anggota keluarga
dan lain-lain. Kegiatan mengukur berat badan dengan alat timbangan, mengukur
besar telapak tangan dengan menjiplak dan kegiatan lain yang menggunakan diri anak
sebagai media dan sumber belajar. Kegiatan ini dapat digunakan untuk mengenalkan
konsep ukuran (panjang, berat) dan pengenalan angka
4.

Bermain dengan Kartu
Kartu bergambar benda-benda atau simbol-simbol dengan jumlah tertentu maupun
kartu bertuliskan angka-angka dapat digunakan untuk mengenalkan konsep bilangan,
penjumlahan dan pengurangan sederhana. Kegiatan permainan dapat divariasikan
sesuai dengan situasi dan kondisi. Misalnya: anak diminta melompat sebanyak angka
atau jumlah gambar yang terdapat dalam kartu yang mereka ambil sendiri. Kegiatan
dapat pula dilakukan dengan meminta anak mengambil benda-benda tertentu sesuai
lambang bilangan dalam kartu yang mereka ambil. Kegiatan ini dilakukan untuk
mengenalkan lambang bilangan, konsep banyak dan sedikit dan kecepatan mengambil
keputusan.


5.

Bermain melalui Kegiatan Merangkai
Guru dapat mengenalkan anak-anak dengan berbagai ukuran dan perbandingan
dengan menerapkan kegiatan merangkai. Pada kegiatan ini Anda harus menyediakan
benda-benda atau gambar dengan ukuran yang berbeda-beda. Misalnya benda yang
pendek sampai yang panjang, kecil sampai yang besar, kurus sampai yang gemuk dan
sebagainya. Caranya adalah dengan meminta anak-anak untuk mengurutkan bendabenda tersebut berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Misalnya: urutkan daundaun ini mulai dari yang terkecil, urutkan batu-batu kerikil ini mulai dari yang
terbesar.

6.

Bermain menghitung
Kegiatan bermain menghitung ini dapat dilakukan dengan cara menghitung jarak
dari satu titik ke titik yang lain. Hitungan dilakukan dengan langkah. Misalnya dari
pintu ruang kelas ke tempat rak sepatu, dari kantor kepala TK ke ruang kelas, dari

6


kelas yang satu ke kelas yang lainnya atau dari satu titik yang disepakati ke titik yang
lainnya.
Permainan lainnya dapat dilakukan dengan mengajak anak untuk berlomba adu
cepat menghitung benda-benda di sekitarnya. Misalnya jumlah jendela, loker, anak
yang berpita, sepatu berwarna tertentu dan lain sebagainya. Permainan ini sangat
menarik dan disukai oleh anak-anak. Kedua kegiatan ini dilakukan untuk
mengembangkan kemampuan berhitung dan mengenalkan konsep ukuran serta
kecepatan menemukan objek yang akan dihitung.
7.

Bermain dengan bentuk-bentuk geometri
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengenalkan bentuk-bentuk geometri
pada anak-anak TK, diantaranya adalah:

a.

mencari

jodohnya,

permainan

ini

dilakukan

dengan

cara

memasangkan bentuk pada tempatnya dengan bentuk yang sama pula. Untuk kegiatan
ini, guru harus menyediakan pola atau lubang berbentuk geometri seperti
dengan menggunakan kertas atau karton. Guru juga harus menyediakan gambar
bentuk yang sama namun dengan ukuran yang lebih kecil. Cara bermainnya adalah
dengan meminta anak-anak memasukkan gambar bentuk geometri ke dalam pola atau
lubang dengan bentuk yang sama. Kegiatan ini akan lebih menarik jika dilombakan
baik secara beregu maupun individual.
b.

mencari atau menunjuk benda di sekitar yang berbentuk geometri
Guru dapat meminta anak-anak untuk menyebutkan atau menunjukkan benda-benda
yang memiliki bentuk geometri. Misalnya: guru menyebutkan segitiga maka
kemungkinan jawabannya adalah atap rumah, topi, es krim dan lain-lain. Jika guru
menyebut lingkaran maka jawabannya antara lain bola, bakso, kepala, jeruk dan lainlain.

c.

Membuat Sate Pola
Kegiatan ini dapat dilakukan dengan mengajak anak-anak untuk menyusun pola
berdasarkan bentuk geometri. Caranya adalah: 1) mintalah anak-anak untuk
menggunting gambar bentuk geometri yang sudah disediakan guru, 2) kemudian
mereka diminta menusukan masing-masing bentuk sesuai dengan pola yang
ditentukan guru atau pola yang diinginkan anak misalnya SSBBLLPP atau

7

SPLBBSPLBB dan seterusnya (segitiga (S), bujur sangkar (B), lingkaran (L), persegi
panjang (P)).
d.

Bermain lingkaran bentuk
Kegiatan bermain ini dilakukan seperti permainan Ular Tangga atau Halma. Untuk
kegiatan ini, guru harus menyiapkan bentuk-bentuk geometri berukuran besar yang
dibuat dari karton (kira-kira cukup untuk anak berdiri dengan dua kaki di atasnya).
Selain itu juga perlu disiapkan sebuah dadu untuk menentukan giliran dan berapa
langkah anak harus berjalan atau melompat. Sebelum permainan dimulai, buat
kesepakatan dengan anak-anak, apa yang harus dilakukan jika anak berhenti pada
salah satu bentuk. Misalnya :
 anak harus menari/menggoyangkan badannya
 anak harus melompat ditempat sebanyak 3 kali
 anak harus berjongkok sampai hitungan sepuluh
Kemudian susun bentuk-bentuk geometri tersebut menjadi lingkaran dan lakukan
permainan ini secara bergiliran

.
Gambar 1. Permainan Lingkaran Bentuk
Penutup
Banyak sekali kegiatan permainan yang dapat dilakukan untuk mengenalkan dan
belajar matematika untuk anak usia TK. Anda sebagai guru TK dapat menciptakan,
mengembangkan atau mengadopsi berbagai permainan untuk anak-anak didik. Namun
sekali lagi, guru harus selalu mengingat untuk tidak mengajarkan matematika pada anak
didik di TK seperti pelajaran matematika pada anak SD dan tingkat usia yang lebih
tinggi. Kegiatan belajar matematika dapat (boleh saja) dilakukan di TK selama kegiatan
tersebut bersifat pengenalan dan dilakukan melalui kegiatan bermain dalam suasana yang
menggembirakan dan menyenangkan serta tidak membuat anak takut atau merasa
terbebani.

8

Mahasiswa PGTK-UT, Anda dapat mencoba menerapkan berbagai contoh kegiatan
yang telah disampaikan pada anak didik di TK masing-masing. Catatlah kesulitan dan
keuntungan yang Anda dapatkan saat menerapkan berbagai permainan tersebut.
Kemudian diskusikan hasil catatan Anda dengan teman sejawat. Hasil diskusi tersebut
dapat Anda gunakan untuk mengembangkan kegiatan-kegiatan lainnya yang lebih baik,
lebih kreatif dan lebih bermanfaat untuk mengembangkan kecerdasan logika matematika
anak secara optimal dan membantu anak untuk belajar matematika dengan cara yang
lebih menyenangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Anna, (2007). Mengenalkan Matematika Pada Balita. (Kompas Cyber Media) Rabu, 03
Januari 2007.
Doman, Glenn. (1986). Mengajar Bayi Anda Matematika. (Alih Bahasa: Ismail
Marahimin). Jakarta: Gaya Favorit Press.
Lwin, May, et.al., (2005). How to Multiple Your Child,s Intelligence: A Practical Guide
for Parents of Seven-Years-Old and Below (Alih Bahasa:Christine Sujana).
Jakarta: Indeks Kelompok Gramedia.
Suriasumatri, Jujun, S. (1982) Filsafat Ilmu. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

9