UAS Pngantar Pndidikn

Nama
Nim
Tugas

: Ayu Dwi Asnantia
: 09320042
: UAS Pangantar Pendidikan

1. Empat dimensi hakekat manusia yaitu :
 Dimensi keindividualan
.Manusia merupakan mahluk monodualis ciptaan Tuhan yang
dikaruniai status sebagai kholifah Allah diatas bumi. Manusia dianugerahi
keadaan jasmani yang lemah namun memiliki potensi-potensi jasmaniah
(konstruksi tubuh lengkap), rokhaniah (cipta, rasa, karsa, intuisi, bakatbakat umum dan khusus) serta kondisi lingkungan tertentu (bangsa,
suku, ras, adat istiadat, kebudayaan). Dengan berinteraksi secara aktif
dengan lingkunganya, secara bertahap tumbuhlah kesadaran diri pada
anak manusia, sehingga memungkinkan dapat membedakan diri dengan
orang lain dan alam sekitar. Karena tanpa hubungan dengan orang lain
tidak mungkin tubuh menjadi individu yang baik - baik.
Menurut M.J Langeveld menyatakan bahwa setiap anak memiliki
dorongan untuk mandiri yang sangat kuat meskipun disisi lain pada anak

terdapat rasa tidak berdaya sehingga memerlukan pihak lain untuk
member perlindungan dan bimbingan. Sifat kemandirian untuk memikul
tanggung jawab merupakan ciri yang sangat esensial dari adanya
individualitas pada diri manusia.
 Dimensi kesosialan
Setiap bayi yang dilahirkan memiliki potensi sosialitas. Menurut
M.J Langeveld bahwa setiap anak dikaruniai benih kemungkinan untuk
bergaul.. Adanya dimensi kesosialan pada diri manusia tampak jelas
pada dorongan untuk bergaul. Dengan adanya pergaulan, setiap orang
ingin bertemu dengan sesamanya. Manusia tidak dapat hidup sendiri
tanpa bantuan orang lain.
Menurut Immanuel Kant bahwa manusia hanya menjadi manusia
jika berada diantara manusia. Seseorang dapat mengembangkan
individualitasnya di dalam pergaulan sosial, karena di situ manusia
berkesempatan untuk belajar dari orang lain, mengidentifikasi sifat-sifat
yang dikagumi dari orang lain untuk dimilikinya, serta menolak dari sifat
yang tidak disukainya. Dimensi kesosialan manusia tumbuh berkat

adanya rasa saling membutuhkan. Untuk saling membantu, saling
melengkapi antar mereka, baik anak-anak maupun orang tua dan

manusia lainya.
 Dimensi kesusilaan
Susila berasal dari kata su dan sila yang artinya kepantasan yang
lebih tinggi. Akan tetapi di dalam kehidupan bermasyarakat orang tidak
hanya berbuat yang pantas tetapi juga kesopanan.. Pada hakekatnya
manusia memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan susila, serta
melaksanakanya. Sehingga dikatakan manusia itu adalah mahluk susila.
Pendidikan kesusilaan meliputi rentangan yang luas penggarapanya,
mulai

dari

ranah

kognitif

yaitu

mengetahui


sampai

kepada

menginternalisasi nilai sampai kepada ranah efektif dan meyakini,
meniati

sampai

kepada

siap

sedia

untuk melakukan.

Implikasi

pedegogisnya ialah bahwa pendidikan kesusilaan berarti menanamkan

kesadaran melakukan kewajiban dari pada hak pada peserta didik.
 Dimensi keberagamaan
Pada hakekatnya manusia adalah mahluk religius. Sebelum
manusia mengenal agama, mereka mempercayai adanya kekuatan
supranatural yang menguasai alam semesta ini. Akan tetapi, setelah ada
agama maka manusia mulai menganutnya. Beragama merupakan
kebutuhan manusia, karena manusia adalah mahluk yang lemah.
Sehingga memerlukan tempat bertopang. Manusia memerlukan agama
demi keselamatan hidupnya. Manusia dapat mengahayati agama melalui
proses pendidikan agama. Itulah dimensi –dimensi pada manusia yang
menyebabkan manusia berbeda dengan hewan.
2. Pendidikan merupakan sebuah system
Sistem yang dimaksud merupakan sebuah himpunan komponen
yang terorganisir dan berkaitan yang bersama – sama berfungsi untuk
mencapai tujuan. Pendidikan sebagai sebuah sistem terdiri dari sejumlah
komponen. Komponen tersebut antara lain: input (sistem baru),

output(tamatan), instrumental input(guru, kurikulum), environmental
input(budaya, kependudukan, politik dan keamanan).
Contoh ilustrasinya adalah pada saat kita akan membuat kue.

Inputnya adalah bahan – bahan kue (tepung, telur, gula, dll) dan alat
pembuatan. Setelah diproses sedemikian hingga, jadilah kue yang
diinginkan. Kue ini merupakan output.
3. UNSUR-UNSUR PENDIDIKAN
Dalam proses pendidikan, terdapat 7 unsur pendidikan, yaitu:


Subjek yang dibimbing (peserta didik)
Peserta didik berstatus sebagai subjek didik. Pandangan
modern cenderung menyebutkan demikian oleh karena peserta
didik adalah subjek atau pribadi yang otonom, yang ingin diakui
keberadaannya.
Ciri khas peserta didik yang perlu dipahami oleh pendidik ialah:
a.

Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas,

sehingga merupakan insan yang unik.
b.
c.


Individu yang sedang berkembang.
Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan

perlakuan manusiawi.
d.


Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri.

Orang yang membimbing (pendidik)
Yang dimaksud pendidik adalah orang yang bertanggung
jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasaran
peserta didik. Peserta didik mengalami pendidikannya dalam
tiga lingkunga yaitu lingkungankeluarga, lingkungan sekolah,
dan lingkungan masayarakat. Sebab itu yang bertanggung
jawab terhadap pendidikan ialah orang tua, guru, pemimpin
program pembelajaran, latihan, dan masyarakat.




Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi
edukatif)

Interaksi edukatif pada dasarnya adalah komunikasi timbal balik
antara peserta didik dengan pendidik yang terarah kepada
tujuan pendidikan. Pencapaian tujuan pendidikan secara optimal
ditempuh

melalui

proses

berkomunikasi

intensif

dengan

manipulasi isi, metode, serta alat-alat pendidikan.



Ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan)



Lingkungan

pendidikan

biasanya

disebut

tri

pusat

pendidikan yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat



Pengaruh

yang

diberikan

dalam

bimbingan

(materi

pendidikan)


Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode)
Alat dan metode diartikan sebagai segala sesuatu yang
dilakukan ataupun diadakan dengan sengaja untuk mencapai
tujuan pendidikan. Secara khusus, alat melihat jenisnya

sedangkan metode melihat efisiensi dan efektifitasnya. Alat
pendidikan dibedakan atas alat yang preventif dan yang kuratif

4. Pendidikan memiliki peran sangat strategis dalam membangun
manusia seutuhnya sebagaimana cita – cita Bangsa kita. Pembangunan
manusia seutuhnya harus dimulai dari pendidikan. Melalui pendidikan
yang baik, akan melahirkan manusia Indonesia yang mampu bersaing di
era globalisasi bercirikan

high competition. Disamping itu, dengan

pendidikan dapat menghasilkan masyarakat Indonesia yang cerdas,
terampil dan berbudi pekerti yang baik demi terwujudnya cita – cita
bangsa dan tujuan negara Indonesia yakni masyarakat Indonesia yang
adil dan makmur. Manusia yang terdidik dengan sendirinya akan kreatif,
kompetitif, dan berdaya inovasi.
Contoh sederhana adalah dengan adanya guru. Seorang guru
merupakan hasil dari pendidikan. Dengan kemampuan dan ilmu yang
dimiliki, mereka mempunyai tujuan yang mulia yaitu memanusiakan


manusia, dan selanjutnya mencetak para generasi muda yang cerdas,
terampil dan berbudi pekerti luhur.
5. Lingkungan pendidikan yang saat ini masih berperan secara
optimal

adalah keluarga. Kemudian disusul dengan lingkungan

sekolah dan yang terakhir adalah lingkungan masyarakat. Berikut
penjelasannya :
a. Keluarga
Keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua, bersifat informal,
yang pertama dan utama karena sejak anak itu lahir, lingkungan
yang pertama kali ditemuinya adalah keluarga. Yang utama karena
Pendidikan keluarga berfungsi Sebagai pengalaman pertama masa
kanak-kanak, Menjamin kehidupan emosional anak, Menanamkan
dasar pendidikan moral, Memberikan dasar pendidikan sosial,
Meletakkan

dasar-dasar

pendidikan

agama

bagi

anak-anak.

Disamping itu, anak – anak lebih banyak menghabiskan waktunya di
lingkungan keluarga setelah mereka sekolah.
b. Sekolah
Untuk memaksimalkan potensi pada anak, orangtua menyerahkan
anaknya pada sekolah untuk dididik guna mendapatkan ketrampilan
hidup dan pengetahuan yang lebih. Memang anak bangsa dituntut
cerdas dan memiliki ketrampilan yang cukup untuk membangun
masa depannya, dan sekolah pun memberikannya. Orang tua telah
mempercayakan sepenuhnya pada sekolah untuk perbaikan anaknya
ke arah yang lebih baik.
Sekolah membantu orang tua mengerjakan kebiasaan-kebiasaan
yang baik serta menanamkan budi pekerti yang baik, memberikan
pendidikan untuk kehidupan di dalam masyarakat yang sukar atau
tidak dapat diberikan di rumah, melatih anak-anak memperoleh
kecakapan-kecakapan
menggambar

serta

seperti
ilmu-ilmu

membaca,
lain

menulis,

sifatnya

berhitung,

mengembangkan

kecerdasan dan pengetahuan, anak didik mendapatkan pelajaran

etika, keagamaan, estetika, membenarkan benar atau salah, dan
sebagainya.
3. Masyarakat
Pendidikan yang dialami dalam masyarakat ini, telah mulai ketika
anak-anak lepas dari asuhan keluarga dan berada di luar dari
pendidikan sekolah. Mengingat bahwa manusia adalah makhluk
social, sehingga diperlukan suatu interaksi di dalamnya. Di samping
itu, aplikasi dari berbagai ilmu dan ketrampilan yang dimiliki akan
terlihat pada lingkungan masyarakat.
Corak dan ragam pendidikan yang dialami seseorang dalam
masyarakat
pembentukan

banyak

sekali,

ini

meliputi

kebiasaan-kebiasaan,

segala

bidang,

pembentukan

baik

pengertia-

pengertian (pengetahuan), sikap dan minat, maupun pembentukan
kesusilaan dan keagamaan.