perda no 10 th 2005 ttg retribusi tanda daftar gudang

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT
NOMOR 10 TAHUN 2005
TENTANG
RETRIBUSI TANDA DAFTAR GUDANG
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI SUMBAWA BARAT,
Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah,
maka untuk membiayai penyelenggaraan Pemerintahan

Daerah

dan

Pembangunan Daerah, Pemerintah Daerah harus kreatif menggali potensi
sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah;
b. bahwa sesuai dengan Pasal 6 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000, Pemerintah Daerah diberi

kewenangan untuk menyusun Peraturan Daerah tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah selain yang telah ditetapkan. Disamping itu pemberian
Tanda Daftar Gudang merupakan sarana yang cukup potensial untuk dipungut
retribusinya.
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan
huruf b perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi Tanda Daftar
Gudang.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1965 tentang Peraturan Pergudangan
(Lembaran Negara Tahun 1965 Nomor 54);
2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana
(Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3209);
3. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan
(Lembaran Negara Tahun 1982 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3214);

4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran
Negara Tahun 1995 Nomor 13, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3587);
5. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil (Lembara Negara
Tahun 1995 Nomor 79, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3611);

6. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3685) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 246,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4048);
7. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten
Sumbawa Barat di Provinsi Nusa Tenggara Barat (Lembaran Negara Tahun
2003 Nomor 145, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4340);
8. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4389);
9. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4437);
10. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun
2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1983,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3258);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran
Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan
Pertanggungjawaban Keuangan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2000
Nomor 202, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4022);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah
(Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4139);

2

Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT
dan
BUPATI SUMBAWA BARAT
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN

DAERAH


TENTANG

RETRIBUSI

TANDA

DAFTAR

GUDANG.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Sumbawa Barat.
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati / Wakil Bupati dan Perangkat Daerah lainnya sebagai
unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.
3. Kepala Daerah adalah Bupati Sumbawa Barat.
4. Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang Retribusi Daerah sesuai dengan

Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
5. Dinas adalah Dinas / Badan / Kantor / Unit Kerja yang mempunyai tugas pokok dan fungsi
dibidang perdagangan di Kabupaten Sumbawa Barat.
6. Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik yang
melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas,
perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan
nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan,
perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik atau organisasi yang
sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap dan bentuk badan lainnya.
7. Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan jenis usaha yang bersifat tetap,
terus menerus, dan yang didirikan, bekerja serta berkedudukan di Wilayah Kabupaten
Sumbawa Barat untuk memperoleh keuntungan atau laba.
8. Gudang adalah suatu ruangan yang tidak bergerak yang dapat ditutup dengan tujuan untuk
dipakai khusus sebagai tempat penyimpanan barang-barang perniagaan.
9. Tanda Daftar Gudang yang selanjutnya disingkat TDG adalah Tanda Daftar yang diberikan
oleh Dinas / Badan / Kantor / Unit Kerja terkait di Kabupaten Sumbawa Barat kepada
perusahaan yang merupakan persyaratan utama untuk dapat menggunakan gudang.

3


10. Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut retribusi adalah pungutan Daerah sebagai
pembayaran atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan
kepentingan dan pemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.
11. Retribusi Tanda Daftar Gudang adalah retribusi atas setiap pemberian Tanda Daftar Gudang;
12. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundangundangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut
atau pemotong retribusi tertentu.
13. Retribusi Jasa Umum adalah retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh
Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati
oleh orang pribadi atau badan.
14. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi wajib
retribusi untuk memanfaatkan jasa dan perizinan tertentu dari Pemerintah Daerah yang
bersangkutan.
15. Surat Setoran Retribusi Daerah yang dapat disingkat SSRD adalah surat yang oleh wajib
retribusi digunakan untuk melakukan pembayaran atau penyetoran retribusi yang terutang ke
Kas Daerah atau ketempat pembayaran lain yang ditetapkan oleh Kepala Daerah.
16. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang dapat disingkat SKRD adalah surat ketetapan
retribusi yang menentukan besarnya pokok retribusi.
17. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar yang dapat disingkat SKRDLB adalah surat
ketetapan retribusi yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah
kredit retribusi lebih besar daripada retribusi yang terutang atau tidak seharusnya terutang.

18. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang dapat disingkat STRD adalah surat untuk melakukan
tagihan retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda.
19. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpul, mengolah data dan
atau keterangan lainnya untuk menguji kepatutan pemenuhan kewajiban retribusi daerah dan
untuk tujuan lain dalam melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan Retribusi
Daerah.
20. Penyidikan Tindak Pidana dibidang Retribusi Daerah adalah serangkaian tindakan yang
dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut Penyidik untuk
mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana
dibidang Retribusi Daerah yang terjadi serta menentukan tersangkanya.

BAB II
NAMA, OBYEK DAN SUBYEK RETRIBUSI
Pasal 2
Dengan nama Retribusi Tanda Daftar Gudang dipungut retribusi sebagai pembayaran atas
pemberian Tanda Daftar Gudang yang diberikan oleh Pemerintah Daerah.
4

Pasal 3
Obyek Retribusi adalah setiap pemberian Tanda Daftar Gudang.


Pasal 4
Subyek retribusi adalah badan usaha atau orang pribadi yang memperoleh Tanda Daftar Gudang.

BAB III
GOLONGAN RETRIBUSI
Pasal 5
Retribusi Tanda Daftar Gudang digolongkan sebagai Retribusi Jasa Umum.

BAB IV
CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA
Pasal 6
(1) Tingkat penggunaan jasa Tanda Daftar Gudang diukur berdasarkan luas gudang/ruangan
yang dimanfaatkan dan diperuntukkan / dipergunakan untuk menyimpan barang dagangan.
(2) Luas ruangan gudang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibagi dalam 4 (empat) kelas
sebagai berikut :
a. Kelas IV dengan luas 9 m2 s/d 36 m2
b. Kelas III luas di atas 36 m2 s/d 2.500 m2
c. Kelas II luas di atas 2.500 m2 s/d 10.000 m2
d. Kelas I luas di atas 10.000 m2


BAB V
PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN
STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF
Pasal 7
Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif retribusi didasarkan pada kebijaksanaan Daerah
dengan mempertimbangkan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan masyarakat
dan aspek keadilan.

5

BAB VI
STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF
Pasal 8
(1) Struktur tarif retribusi digolongkan berdasarkan kelas gudang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (2).
(2) Besarnya tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sebagai berikut :
a. Kelas IV.................................... Rp.

350,- / m2


b. Kelas III .................................... Rp.

500,- / m2

c. Kelas II .................................... Rp.

750,- / m2

d. Kelas I .................................... Rp. 1.000,- / m2

BAB VII
CARA PERHITUNGAN RETRIBUSI
Pasal 9
Besarnya retribusi yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 ayat (2) dengan tingkat penggunaan jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
ayat (2).

BAB VIII
WILAYAH PEMUNGUTAN

Pasal 10
Retribusi yang terutang dipungut di wilayah daerah tempat Tanda Daftar Gudang diberikan.

BAB IX
MASA RETRIBUSI DAN SAAT RETRIBUSI TERHUTANG
Pasal 11
Masa retribusi adalah jangka waktu yang lamanya 3 (tiga) tahun

Pasal 12
Saat retribusi terutang adalah pada saat diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang
dipersamakan.
6

BAB X
TATA CARA PEMUNGUTAN
Pasal 13
(1) Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan.
(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

BAB XI
TATA CARA PEMBAYARAN
Pasal 14
(1) Pembayaran retribusi yang terutang harus dilunasi sekaligus.
(2) Retribusi yang terutang dilunasi selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak diterbitkannya
SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.
(3) Tata cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran retribusi diatur dengan Keputusan
Kepala Daerah.

BAB XII
TATA CARA PENAGIHAN
Pasal 15
(1) Setelah 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo pembayaran, Pejabat dapat mengeluarkan surat
teguran atau peringatan atau surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan
tagihan retribusi.
(2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat teguran atau peringatan atau surat
lain yang sejenis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib retribusi harus melunasi
retribusinya yang terutang.
(3) Surat Teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh Pejabat.

BAB XIII
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 16
Dalam hal wajib retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar
dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua persen) setiap bulan dari besarnya
retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan Surat
Tagihan Retribusi Daerah (STRD).

7

BAB XIV
PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI
Pasal 17
(1) Kepala Daerah dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi.
(2) Pemberian pengurangan atau keringanan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dengan memperhatikan kemampuan wajib retribusi, antara lain untuk mengangsur.
(3) Pembebasan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain diberikan kepada
wajib retribusi yang ditimpa bencana alam dan atau kerusuhan.
(4) Tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi ditetapkan oleh Kepala Daerah.

BAB XV
KEDALUARSA PENAGIHAN
Pasal 18
(1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi kedaluarsa setelah melampaui jangka waktu 2
(dua) tahun terhitung sejak saat terutangnya retribusi kecuali apabila wajib retribusi
melakukan tindak pidana dibidang retribusi.
(2) Kedaluarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh apabila :
a. diterbitkan Surat Tagih dan Surat Paksa; atau
b. ada pengakuan hutang retribusi dari wajib retribusi baik langsung maupun tidak
langsung.

BAB XVI
PENYIDIKAN
Pasal 19
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang
khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidang retribusi
daerah, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum
Acara Pidana.
(2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :
a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan retribusi daerah agar
keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas.
b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan
tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana Retribusi
Daerah.

8

c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan
tindak pidana dibidang Retribusi Daerah.
d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan
tindak pidana dibidang Retribusi Daerah.
e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembuktian, pencatatan dan
dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut.
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana
Retribusi Daerah.
g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada
saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang da/atau dokumen
yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e.
h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana Retribusi Daerah.
i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau
saksi.
j. menghentikan penyidikan.
k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana dibidang
Retribusi Daerah menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.
(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan
menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum, melalui Penyidik Pejabat Polisi
Negara Republik Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang
Hukum Acara Pidana.

BAB XVII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 20
(1) Wajib retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan
daerah diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan dan atau denda paling banyak
Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.

BAB XVIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 21
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

9

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Sumbawa Barat.

Ditetapkan di Taliwang
pada tanggal 8 Oktober 2005
BUPATI SUMBAWA BARAT,
ttd.
ZULKIFLI MUHADLI
Diundangkan di Taliwang
pada tanggal 8 Oktober 2005
Plt. SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN SUMBAWA BARAT,
ttd.
M. HASBY AM

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT TAHUN 2005 NOMOR 10

10

PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT
NOMOR 10 TAHUN 2005
TENTANG
RETRIBUSI TANDA DAFTAR GUDANG

I. UMUM
Dalam ketentuan Pasal 21 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, bahwa penyelenggaraan Otonomi, Daerah mempunyai hak untuk
memungut pajak daerah dan retribusi daerah serta mendapat bagi hasil dari pengelolaan
sumber daya alam dan sumberdaya lainnya ang berada di daerah.
Dalam penyelenggaraan Otonomi Daerah, Pemerintah Daerah harus berpegang pada
prinsip otonomi daerah yaitu otonomi yang seluas-luasnya, nyata dan bertanggungjawab.
Sesuai dengan ketentuan tersebut di atas, daerah berwenang memungut Retribusi Daerah
sebagai salah satu dari sumber Pendapatan Asli Daerah.
Daerah diberi kewenangan untuk menggali sumber keuangannya dengan menetapkan
jenis-jenis Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 18
Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000. Ketentuan dari Undang-Undang tersebut kemudian
dijabarkan kembali dalam Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Retribusi
Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah. Dalam
Pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah menyebutkan
selain jenis retribusi yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah ini dengan Peraturan
Daerah dapat ditetapkan jenis retribusi lainnya sesuai kriteria yang ditetapkan dalam
Undang-Undang.

II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas
Pasal 2
Cukup jelas
Pasal 3
Cukup jelas
Pasal 4
Cukup jelas
Pasal 5
Cukup jelas
11

Pasal 6
Cukup jelas
Pasal 7
Cukup jelas
Pasal 8
Cukup jelas
Pasal 9
Cukup jelas
Pasal 10
Cukup jelas
Pasal 11
Cukup jelas
Pasal 12
Cukup jelas
Pasal 13
Cukup jelas
Pasal 14
Cukup jelas
Pasal 15
Cukup jelas
Pasal 16
Cukup jelas
Pasal 17
Cukup jelas
Pasal 18
Cukup jelas
Pasal 19
Cukup jelas
Pasal 20
Cukup jelas
Pasal 21
Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT NOMOR 10

12