KEJATI NTB AKAN EKSPOSE KASUS DAK KSB

KEJATI NTB AKAN EKSPOSE KASUS DAK KSB

Korps Adhiyaksa dalam waktu dekat akan mengekspose kasus Dana Alokasi Khusus
(DAK) Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) senilai Rp 14 miliar. Ini merupakan langkah terbaru
Kejaksaan, pasca ditolaknya permintaan auditii investigasiiii kasus tersebut oleh Badan
Pemeriksaan Keuangan (BPK)iv Perwakilan NTB.
i

Kajati NTB H.Fadil Zumhanna,SH,MH sudah meminta kepada Kajari Sumbawa, Sugeng
Hariadi,SH,MH yang menyodorkan berkasnya, ”Saya minta kepada Kajari untuk laporkan
kasusnya, kemudian kami ekspose”, kata Kajati menjawab Suara NTB di ruangannya.Senin
(4/8).
Dalam rangka ekspose itu,ia pun sudah meminta kepada Aspidsus untuk membuat jadwal
khusus.Dengan begitu, rencana tindak lanjut kasus tersebut akan terukur.
‘Setelah ekspose nanti,baru kemudian kami tentukan langkah selanjutnya,” ujar Kajati.
Terkait dengan penolakan audit investigasi oleh BPK, Kajati tetap meminta lembaga
auditor itu menyampaikan pemberitahuan resmi melalui surat, jika memang ada penolakan.
Karena sebelumnya,secara resmi pihaknya juga meminta audit investigasi.
v

“Jadi karena kami minta secara resmi, pemberitahuannya pun secara resmi, itu etikanya,”

tegas mantan Wakajati Sumatera Utara ini.
Pada dasarnya permintaan audit itu untuk menemukan yurisprudensi vi dari perkara
tersebut. Jika memang BPK membantu menemukan indikasi penyimpangan,baru kemudian
dijadikan dasar pihaknya menindaklanjuti, bahkan sampai ke penyidikan jika ditemukan bukti
kuat. Namun pada akhirnya mentok di BPK.
Meski ada penolakan,ia tidak ingin semangat pemberantasan korupsivii terhenti,sehingga
akan segera memanggil Kajari untuk dilakukan ekspose sejauh mana sebenarnya perjalanan
kasus itu. Baru kemudian menentukan langkah berikutnya. Titik tekan Fadil,bahwa BPK bukan
satu-satunya lembaga yang bisa diajak kerjasama untuk menangani perkara korupsi,masih ada
alternative atau cara lain. ”Kami masih ada alternative lain, kami tidak akan lemah dalam
pemberantasan korupsi,” tegasnya.
Sebagai ulasan, kasus DAK KSB sebenarnya berawal dari temuan BPK,yang mencatat
ada dana DAK bidang pendidikan Tahun 2013 diduga raib karena peruntukannya tidak sesuai
dengan ketentuan. Dana sebesar Rp 14 Miliar itu diduga digunakan membayar proyek lain.
Pemerhati masalah hukum, Ahyar Supriadi,SH dari Solidritas Masyarakat untuk
Transparansi (Somasi) NTB sebelumnya,mengkritik pihak BPK yang langsung menyatakan
berkas yang disodorkan Kejaksaan Negeri Sumbawa itu tidak bisa diproses. Mestinya menurut
dia harus ada langkah awal dari BPK untuk mengkaji data itu,kemudian menilai kekurangan dari
berkas yang disodorkan,baru kemudian membuat kesimpulan bisa atau tidak diaudit investigasi.


“Kalau lembaga auditor seperti ini, sama dengan melemahkan upaya pemberantasan
korupsi,’ kritiknya.BPK juga diminta menjelaskan secara rinci, data apa saja yang disodorkan
Kejaksaan sehingga ada kesimpulan tidak bisa diproses lebih lanjut.’ Agar semuanya jelas. Kami
dan masyarakat umunya bisa menilai,’ harapnya.

Sumber berita :
 Suara NTB, Kejati NTB akan Ekspose Kasus DAK KSB, Selasa 05 Agustus 2014

i

Dana Alokasi Khusus (DAK), dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai
kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional
[vide: UU No. 33/2004].

ii

Audit, pemeriksaan keuangan, memeriksa pembukuan, suatu pemeriksaan resmi
mengenai perkembangan situasi keuangan dari perorangan atau suatu organisasi
(umum).


iii

Investigasi, penyelidikan dengan mencatat atau merekam fakta-fakta melakukan
peninjauan; percobaan, dan sebagainya, dengan tujuan memperoleh jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan terutama yang menyangkut peristiwa, sifat, atau khasiat
suatu zat, dan sebagainya; penyidikan.

iv

Badan Pemeriksa kKeuangan (BPK), 1. lembaga negara yang bertugas untuk
memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2.
satu lembaga negara yang bebas dan mandiri dalam memeriksa pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara [vide: UU No. 15/2006, Pasal 2].

v

Auditor/pemeriksa/pemeriksa keuangan negara, orang yang melaksanakan
tugas pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara untuk dan

atas nama BPK.

vi

Yurisprudensi, suatu keputusan hakim yang terdahulu yang diikuti oleh hakimhakim lainnya dalam perkaranya yang sama.

vii Korupsi, 1. setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan

memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan
keuangan negara atau perekonornian negara; setiap orang yang dengan tujuan
menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan
kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau
kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara; 2.
penyelewengan atau penggelapan (uang negara, perusahaan, dsb) untuk
kepentingan pribadi, orang lain, golongan, dan bersifat melawan hukum; tindak
pidana korupsi.