T1 232008205 Full text

Pendahuluan
Dengan ditandai adanya krisis global di Amerika Serikat, pada tahun
2008 perbankan Indonesia mulai terkena dampaknya dari krisis global tersebut.
Dampak langsung krisis keuangan bagi Indonesia adalah kerugian beberapa
perusahaan di Indonesia yang berinvestasi di institusi-institusi keuangan Amerika
Serikat. Sedangkan dampak tidak langsung dari krisis tersbut adalah turunnya
likuiditas, melonjaknya tingkat suku bunga, turunnya harga komoditas,
melemahnya nilai tukar rupiah, dan melemahnya pertumbuhan sumber dana
(Sudarsono, 2009). Di dalam menangani krisis keuangan global yang semakin
cepat di Indonesia, lembaga keuangan yaitu bank, sangat dibutuhkan dengan
fungsinya untuk mengatur, menghimpun, dan menyalurkan dana yang telah
dipercayakan oleh masyarakat dalam bentuk simpanan.
Menurut SAK tahun 2009 Nomor 31 revisi 2000, Bank sebagai lembaga
keuangan mempunyai peranan yang sangat penting sebagai perantara antara pihak
yang kelebihan dana (surplus unit) dengan pihak yang memerlukan dana (defisit
unit). Untuk pihak yang kelebihan dana, mereka membutuhkan bank untuk
membantu dalam menyimpan uang dan bank akan memberi bunga sesuai
peraturan dari bank, ini sangat menguntungkan bagi masyarakat yang menyimpan
uangnya. Bagi pihak yang memerlukan dana, bank akan menyalurkan dananya
dalam bentuk kredit. Kemudian bank mempunyai pendapatan bunga yang berasal
dari pemberian kredit tersebut. Pendapatan bunga inilah yang akan menjadi

sumber pemasukan terbesar bagi bank. Dana yang akan dipinjamkan tersebut

3

bersumber dari masyarakat yang kelebihan dana atau masyarakat yang
menyimpan uangnya di bank.
Pihak perbankan untuk memperlancar penyaluran kredit ke masyarakat
dengan menghimpun dana dari pihak ketiga. Dana yang dihimpun dari
masyarakat ini akan digunakan untuk pendanaan sektor riil melalui penyaluran
kredit. Menurut Dendawijaya (2005) dalam Pratama (2010) dana - dana yang
dihimpun dari masyarakat dapat mencapai 80% - 90% dari seluruh dana yang
dikelola oleh bank dan kegiatan perkreditan mencapai 70% - 80% dari total aktiva
bank.
Bank Indonesia mencatat pertumbuhan kredit pada tahun 2008 mencapai
36% sedangkan pertumbuhan kredit perbankan mencapai 22,8% dari Rp 1.437
triliun pada tahun 2009 menjadi Rp 1.765,8 triliun pada tahun 2010. Dalam
kondisi kredit dari tahun 2008-2010 ini dapat dilihat bahwa dengan kondisi
perekonomian Indonesia saat terjadinya krisis global perbankan Indonesia masih
tetap bisa menjaga peran bank dalam fungsi intermediasi. Hal ini disebabkan
adanya faktor-faktor kinerja perbankan dalam mempengaruhi penyaluran kredit.

Bank dalam menyalurkan kreditnya dipengaruhi oleh faktor internal dan
faktor eksternal bank. Faktor internal bank seperti kemampuan bank dalam
menghimpun dana masyarakat dan tingkat kesehatan bank. Sedangkan faktor
eksternal bank dipengaruhi oleh kondisi perekonomian, peraturan pemerintah,
situasi politik saat itu (Djoko Retnadi, 2006 dalam Pratama, 2010).
Berdasarkan UU No.10 tahun 1998, dikatakan bahwa besarnya
penyaluran kredit bergantung pada besarnya dana pihak ketiga yang dapat

4

dihimpun oleh perbankan. Akan tetapi dalam pelaksanaannya tidak semua dana
yang dihimpun dari masyarakat bisa tersalurkan dengan baik dan penyaluran
kredit kepada masyarakat kerap kali mengalami hambatan dalam pengembalian
pinjaman kepada pihak bank, sehingga bank akan mengalami kredit bermasalah.
Selain Dana pihak ketiga ada juga yang faktor lain yang berpengaruh terhadap
penyaluran kredit yaitu tingkat kecukupan modal perbankan. Menurut peraturan
Bank Indonesia Nomor 3/21/PBI/2001 tentang kewajiban penyediaan modal
minimum bank umum bahwa setiap bank menyediakan modal minimum sebesar
8% dari aktiva tertimbang menurut resiko yang diproksikan dengan CAR (Capital
Adequacy Ratio). Dengan adanya modal tersebut, juga akan mempengaruhi


jumlah kredit yang disalurkan. Selain itu jumlah kredit bermasalah atau NPL (Non
Performing Loans) mempengaruhi penyaluran kredit. Menurut Ali (2004) dalam

Pratama (2010), NPL mencerminkan risiko kredit, semakin tinggi tingkat NPL
maka semakin besar pula risiko kredit yang ditanggung oleh pihak bank. Tingkat
keuntungan ROA (Return On Assets) juga dapat mempengaruhi penyaluran kredit.
Berdasarkan penelitian Pratama (2010), dijelaskan bahwa pengujian
hipotesis mengenai CAR dan NPL berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
penyaluran kredit. SBI berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap
penyaluran kredit. Hasil penelitian yang sama dilakukan oleh Desi Arisandi
(2009) yang menunjukkan CAR dan ROA mempunyai pengaruh positif dan
signifikan terhadap penawaran kredit, sedangkan NPL mempunyai pengaruh
negatif dan signifikan terhadap penawaran kredit. Sementara hasil yang berbeda
ditemukan oleh Francisca dan Siregar (2009) menunjukkan ROA berpengaruh

5

positif terhadap penyaluran kredit sedangkan CAR dan NPL tidak berpengaruh
terhadap penyaluran kredit.

Penelitian ini mereplikasi dari penelitian Francisca dan Siregar (2009).
Dengan mengacu permasalahan periode waktu yang berbeda dan variabel yang
berbeda. Dalam penelitian Francisca dan Siregar memakai periode waktu tahun
2005-2007. Sedangkan dalam penelitian ini memakai periode waktu tahun 20082010. Begitu juga dengan variabel, dalam penelitian Francisca dan Siregar
menggunakan variabel independen DPK, CAR, NPL, dan ROA sedangkan dalam
penelitian ini akan menggunakan variabel independen yaitu CAR, NPL dan ROA
dikarenakan DPK sudah ada Undang-undang yang mengaturnya bahwa
penyaluran kredit bergantung pada besarnya dana pihak ketiga, jadi tidak perlu
diteliti lagi.
Berdasarkan fenomena penyaluran kredit yang berbeda-beda hasilnya
maka penulis tertarik untuk menguji tentang pengaruh Dana Pihak Ketiga, CAR,
NPL dan ROA terhadap penyaluran kredit pada perusahaan perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2010.
Penelitian ini memberikan manfaat bagi masyarakat maupun bank
sebagai berikut :
a. Bagi analisis internal bank, membantu manajemen membuat evaluasi tentang
hasil-hasil operasi perusahaan dalam mengambil keputusan sehubungan
dengan penyaluran kredit.
b. Bagi akademis, hasil penelitian ini menambah bukti empiris mengenai
pengaruh DPK, CAR, NPL dan ROA terhadap penyaluran kredit perbankan.


6

c. Mendorong bank untuk memberikan perhatian lebih dalam pelaksanaan
penyaluran kredit perbankan sesuai kondisi perbankan Indonesia.

Tinjauan Teoritis dan Pengembangan Hipotesis
Bank
Pengertian bank menurut Kasmir (2001) merupakan lembaga keuangan
yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa Bank
lainnya. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya
menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Kemudian bank juga dikenal
sebagai

tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang

membutuhkannya.
Berdasarkan pasal 1 UU No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan UU No.7
Tahun 1992 tentang perbankan, bank adalah badan usaha yang menghimpun dari

masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dapat disimpulkan bahwa bank
dapat berperan sebagai perantara keuangan dengan melakukan tiga kegiatan utama
yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang surplus dana dalam berbagai
bentuk simpanan, menyalurkan dana kepada pihak yang defisit dan memberikan
jasa bank lainnya.
Cara bank mendapatkan dana untuk keperluan operasionalnya, menurut
Bastian dan Suhardjono (2006: 2-3) dibedakan menjadi 3 (tiga) sumber dana,
yaitu :

7

a. Dana yang berasal dari modal sendiri
Sumber dana ini sering disebut sumber dana pihak pertama yaitu dana yang
berasal dari dalam bank, baik pemegang saham atau pemilik bank. Perolehan
dana ini biasanya digunakan apabila bank mengalami kesulitan untuk
memperoleh dana dari luar. Keuntungan dana dari modal sendiri adalah tidak
perlu membayar bunga yang relatif lebih besar daripada jika meminjam ke
lembaga lain (Kasmir, 2001).
b. Dana yang berasal dari pinjaman di luar bank

Sumber dana ini sering disebut dana pihak kedua yaitu sumber dana yang
berasal dari pinjaman bank lain, bank atau lembaga keuangan di luar negeri,
lembaga keuangan bukan bank dan pinjaman bank sentral kepada bank.
c. Dana yang berasal dari masyarakat
Sumber dana ini sering disebut sumber dana pihak ketiga yaitu sumber dana
yang berasal dari masyarakat sebagai nasabah dalam bentuk giro, tabungan,
dan deposito. sumber dana ini merupakan sumber dana terpenting bagi
kegiatan operasi bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu
membiayai operasinya dari sumber dana ini.

Kredit
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2004:31.4), kredit adalah pinjaman
uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan
atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan

8

pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
jumlah bunga, imbalan, atau pembagian hasil keuntungan.
Dari pengertian kredit di atas, dapat dijelaskan bahwa adanya

kesepakatan antara bank sebagai kreditur dan nasabah penerima kredit sebagai
debitur, dengan perjanjian yang telah dibuat. Dalam perjanjian kredit tersebut ada
hak dan kewajiban masing - masing pihak termasuk jangka waktu serta bunga
yang sudah ditetapkan bersama. Apabila debitur mengingkari perjanjian yang
telah disepakati maka akan dikenakan sangsi yang sesuai aturan yang berlaku.
Adanya penyaluran kredit mempunyai tujuan tertentu dari pihak bank.
Adapun tujuan dari kedua belah pihak tersebut antara lain:
a. Memperoleh pendapatan bank dari bunga kredit.
b. Melaksanakan kegiatan operasional bank.
c. Memenuhi permintaan kredit dari masyarakat.
d. Memperlancar lalu lintas pembayaran.
e. Menambah modal kerja perusahaan.
f. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.
g. Memanfaatkan dana - dana yang ada.
Menurut Rivai (2005) dalam Aqidah (2011), jenis kredit yang disalurkan
dapat dilihat dari berbagai segi, salah satunya adalah jenis kredit menurut tujuan
penggunaannya:
a. Kredit Modal Kerja
Kredit Modal Kerja adalah kredit untuk modal kerja perusahaan dalam rangka
pembiayaan aktiva lancar perusahaan, seperti pembelian bahan baku, bahan


9

penolong, bahan dagangan, biaya eksploitasi barang modal, piutang, dan lainlain.
b. Kredit Investasi
Kredit Investasi adalah kredit (berjangka menengah atau panjang) yang
diberikan kepada usaha-usaha guna merehabilitasi, modernisasi, perluasan
ataupun pendirian proyek baru, misalnya untuk pembelian mesin-mesin,
bangunan, dan tanah untuk pabrik.
c. Kredit Konsumsi
Kredit Konsumsi adalah kredit yang diberikan bank kepada pihak ketiga atau
perorangan (termasuk bank itu sendiri) untuk keperluan konsumsi berupa
barang atau jasa dengan cara membeli, menyewa atau dengan cara lain. Kredit
yang termasuk dalam kredit konsumsi ini adalah kredit kendaraan pribadi,
kredit perumahan, kredit untuk pembayaran sewa, dan pembelian alat-alat
rumah tangga. Dalam kelompok ini termasuk juga kredit profesi untuk
pengembangan profesi tertentu seperti, dokter, akuntan, notaris, dan lain-lain
yang dijamin dengan pendapatan dari profesinya serta barang-barang yang
dibeli dengan kredit tersebut.
Menurut Suyatno dan Chalik (1995), unsur-unsur kepercayaan yang terdapat

dalam kredit adalah
a. Kepercayaan, yaitu keyakinan si pemberi kredit bahwa prestasi yang diberikan
baik dalam bentuk uang, barang, atau jasa, akan benar-benar diterimanya
kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang.

10

b. Waktu, yaitu suatu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan
kontra prestasi yanag akan diterima pada masa yang akan datang.
c. Degree of risk, yaitu suatu tingkat resiko yang akan dihadapi sebagai akibat
dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan
kontra prestasi yang akan diterima di kemudian hari.
d. Prestasi, objek kredit itu tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi juga
dapat bentuk barang atau jasa.

Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap penyaluran kredit
Menurut Ali (2004) dalam Pratama (2010), CAR merupakan rasio
kecukupan modal yang mempunyai faktor penting bagi bank dalam rangka
pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian dana yang diakibatkan oleh
kegiatan operasi bank. CAR termasuk faktor internal bank yang syaratnya harus

dipenuhi oleh setiap bank. CAR menunjukkan seberapa besar jumlah seluruh aset
bank yang mengandung resiko, yang dibiayai dari modal bank sendiri.
Berdasarkan peraturan BI No. 3/21/PBI/2001 Indonesia, mensyaratkan bank wajib
memenuhi kecukupan modal sebesar 8%.
Dalam perhitungan kecukupan permodalan bank, bobot kategori risiko
(ATMR) berperan dalam menentukan jumlah minimum permodalan yang harus
dimiliki oleh bank. Semakin kecil ATMR yang dikenakan pada satu debitur atau
kelompok debitur maka jumlah modal minimum yang harus disediakan bank akan
semakin kecil. Sebaliknya jika ATMR bank semakin besar maka bank juga harus

11

meningkatkan modalnya. Kalau tidak demikian, maka prosentase CAR akan
menurun.
Setiap bank harus memenuhi tingkat kecukupan modalnya agar bank
tersebut tidak mengalami kendala likuiditas. Jika CAR suatu bank mengalami
kekurangan dalam memenuhi kecukupan modalnya maka kemungkinan besar
akan menghambat tingkat penyaluran kredit ke masyarakat. Dari hasil penelitian
menurut Arisandi (2008) menunjukkan bahwa CAR secara parsial menunjukkan
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap penawaran kredit.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
Ha1 : Capital Adequency Ratio (CAR) berpengaruh positif signifikan terhadap
penyaluran kredit.

Pengaruh Non Performing Loan (NPL) terhadap penyaluran kredit
Menurut

Meydianawati

(2007),

NPL

menunjukkan

kemampuan

kolektibilitas sebuah bank dalam mengumpulkan kembali kredit yang dikeluarkan
oleh bank sampai lunas. NPL merupakan kredit yang mengalami kesulitan dalam
pelunasannya atau sering disebut dengan kredit bermasalah. Dalam Peraturan
Bank Indonesia (2011), kredit bermasalah muncul apabila memiliki kualitas
kurang lancar, diragukan dan macet.
NPL tersebut mencerminkan risiko kredit, semakin tinggi rasio NPL maka
semakin buruk kualitas kredit perbankan. Sebaliknya jika rasio NPL rendah maka
semakin besar bank dalam menyalurkan kreditnya kepada masyarakat. Menurut
Pratama (2010) tingginya NPL mengakibatkan pencadangan yang lebih besar,

12

sehingga modal bank ikut terkikis padahal besaran modal sangat mempengaruhi
besarnya ekspansi kredit. Keberadaan NPL dalam jumlah yang banyak
memberikan kesulitan sekaligus menurunkan tingkat kesehatan bank yang
bersangkutan. Oleh sebab itu, bank dituntut untuk selalu menjaga kreditnya agar
tidak masuk dalam golongan kredit bermasalah (NPL). Risiko yang dihadapi bank
merupakan risiko tidak terbayarnya kredit yang disebut risiko kredit. Meskipun
risiko kredit tidak dapat dihindarkan, maka harus diusahakan dalam tingkat yang
wajar maksimum 5% dari total kredit.
Dari hasil penelitian menurut Pratama (2010) dan Arisandi (2009)
menunjukkan NPL berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyaluran kredit.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
Ha2 : Non Performing Loan (NPL) berpengaruh negatif signifikan terhadap
penyaluran kredit

Pengaruh Return On Assets (ROA) terhadap penyaluran kredit
Laba merupakan tujuan utama yang ingin dicapai dalam usaha
perbankan. Pencapaian laba perbankan tersebut dengan alasan berupa penilaian
atas kinerja pemimpin, kecukupan dalam memenuhi kewajiban terhadap
pemegang saham, meningkatkan daya tarik investor dalam menanamkan
modalnya. Tingkat laba yang diperoleh bank biasanya disebut Return On Assets
(ROA) yang merupakan salah satu rasio profitabilitas. Rasio ini untuk mengukur
kemampuan manajemen bank dalam mengelola aset dalam menghasilkan laba.

13

Laba tersebut berasal dari pendapatan bunga pinjaman dari para nasabah bank
yang mempunyai pinjaman terhadap bank.
ROA merupakan rasio yang membandingkan laba sebelum pajak dengan
total aset bank. Menurut Muliaman Hadad (2004) dalam Francisca dan Siregar
(2009) ROA adalah indikator yang akan menunjukkan bahwa apabila rasio ini
meningkat maka aktiva bank telah digunakan dengan optimal untuk memperoleh
pendapatan sehingga diperkirakan ROA dan kredit memiliki hubungan yang
positif. Dalam kegiatan usaha bank yang mendorong perekonomian, rasio ROA
yang tinggi menunjukkan bank telah menyalurkan kredit dan memperoleh
pendapatan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar juga tingkat laba
yang dicapai bank. Sehingga bank memiliki kesempatan menyalurkan kreditnya
lebih besar atau lebih luas.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
Ha3 : Return On Assets (ROA) berpengaruh positif signifikan terhadap penyaluran
kredit.
Pengujian secara simultan juga diperlukan dalam penelitian ini. Maka dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
Ha4 : CAR, NPL dan ROA secara simultan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap penyaluran kredit.
Penelitian terdahulu antara lain adalah penelitian yang dilakukan oleh
Pratama (2010) juga menguji analisis faktor - faktor yang mempengaruhi
kebijakan penyaluran kredit perbankan. Penelitian ini menggunakan variabel dana
pihak ketiga, CAR, NPL, SBI. Hasil penelitian Pratama (2010) adalah dana pihak

14

ketiga (DPK) berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit,
sedangkan CAR dan NPL berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyaluran
kredit. Sementara SBI berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap
penyaluran kredit.
Penelitian oleh Francisca dan Siregar (2009) menguji pengaruh faktor
internal bank terhadap volume kredit. Penelitian ini menggunakan variabel dana
pihak ketiga, CAR, NPL, dan ROA. Hasil penelitian ini adalah DPK dan ROA
berpengaruh positif dan signifikan terhadap volume kredit. Sedangkan CAR
berpengaruh positif dan NPL negatif tetapi tidak signifikan terhadap penyaluran
kredit.
Meydianawathi (2007) melakukan penelitian tentang perilaku penawaran
kredit perbankan pada sektor UMKM. Variabel yang digunakan adalah CAR,
DPK, ROA, dan NPL. Hasil dari penelitian ini adalah DPK mempunyai pengaruh
positif signifikan terhadap penyaluran kredit UMKM. Sedangkan CAR dan ROA
menunjukkan pengaruh positif dan signifikan, NPL menunjukkan pengaruh
negatif signifikan terhadap penyaluran kredit UMKM.
Desi Arisandi (2009) melakukan penelitian tentang analisis faktor
penawaran kredit pada bank umum di Indonesia. Variabel yang digunakan adalah
DPK, CAR, NPL dan ROA. Hasil dari penelitian ini adalah DPK, CAR dan ROA
mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap penawaran kredit.
Sedangkan NPL mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat
penawaran kredit.

15

Gambar 1
Model Penelitian
Kh
\h

Variabel Independen
CAR

Variabel dependen
H2(+)
H3(-)

Jumlah Penyaluran
Kredit

NPL
H4(+)
ROA

Metode penelitian
Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2008 –
2010. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder
dan menggunakan metode analisis data kuantitatif. Data sekunder untuk penelitian
ini diperoleh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia, yaitu www.idx.co.id berupa
laporan keuangan tahunan sampel perusahaan perbankan yang dipublikasikan dan
nama-nama bank diperoleh dari ICMD (Indonesian Capital Market Directory).
Metode pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, yaitu
sampel yang ditentukan oleh kriteria-kriteria tertentu. Dalam pengambilan sampel
tersebut diperlukan pertimbangan tertentu dengan kriteria sebagai berikut :
1. Perusahaan perbankan pada bank umum yang sudah go public dan terdaftar di
BEI dan ICMD pada tahun 2008 - 2010.

16

2. Perusahaan perbankan yang telah menerbitkan dan mempublikasikan laporan
keuangan dalam periode 2008 - 2010.
3. Perusahaan perbankan yang tidak didelisting dari Bursa Efek Indonesia dalam
kurun waktu tahun 2008 - 2010.
Berdasarkan kriteria di atas maka terkumpul 31 sampel perusahaan perbankan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sampel penelitian tersebut diperoleh
dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 1
Hasil Pengambilan Sampel
Kriteria sampel
1. Perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI per 1
Januari 2008-31 Desember 2010
2. Perusahaan perbankan yang tidak menerbitkan laporan
keuangannya pada tahun 2008-2010
3. Perusahaan perbankan yang di delisting dalam kurun
waktu 2008-2010
Jumlah sampel akhir penelitian
Sumber : ICMD dan www.idx.co.id

Jumlah Sampel
31
0
0
31

Dari perhitungan sampel akhir diatas terdapat 31 sampel bank umum yang
terdaftar di Indonesian Capital Market Directory. Penelitian ini menggunakan
time series dengan waktu tiga tahun maka data yang akan diteliti selama tiga

tahun menjadi 93 data penelitian. Namun dalam proses pengujian hipotesis jumlah
data menjadi 75 data penelitian karena dikurangi dengan data outlier.
Pengukuran Variabel
Penelitian ini menggunakan dua variabel yang akan diuji secara sistematik
yaitu variabel dependen dan variabel independen.

17

a. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah besarnya penyaluran kredit
yang dilakukan oleh bank. Menurut Adelya dan Jafar (2009) jumlah kredit
yang disalurkan dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Kredit yang disalurkan = (jumlah kredit yang disalurkan)

b. Variabel Independen
Capital Adequency Ratio (CAR)

Menurut Bank Indonesia Capital Adequacy Ratio (CAR) yaitu kewajiban
penyediaan modal minimum yang harus selalu dipertahankan oleh setiap bank
sebagai suatu proporsi tertentu dari total Aktiva Tertimbang Menurut Risiko
(ATMR). Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal
14 Desember 2001, CAR dirumusnya sebagai berikut :

Non Performing Loan (NPL)

NPL adalah kredit bermasalah terhadap total kredit. Rasio ini menunjukkan
bahwa kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang
diberikan oleh bank. Maka semakin tinggi rasio ini akan semakin buruk
kualitas kualitas kredit bank. Menurut SEBI Nomor 12/11/DPNP tanggal 13
Maret 2010, NPL dapat dirumuskan sebagai berikut :

18

Return On Assets (ROA)

Rasio ini untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh
laba sebelum pajak yang dihasilkan dari rata-rata total aset. Maka semakin
besar ROA, semakin besar juga tingkat keuntungan yang dicapai bank. Laba
yang tinggi akan meningkatkan modal yang banyak sehingga bank
mempunyai kesempatan menyalurkan kredit lebih luas.
Menurut SEBI Nomor 12/11/DPNP tanggal 13 Maret 2010, ROA dapat
dirumuskan sebagai berikut :

Teknik Analisis Data
Teknik yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini
ditentukan dengan menggunakan analisis Panel Data Regression. Panel Data
merupakan nilai dari satu variabel atau lebih (cross section) dikumpulkan untuk
beberapa unit sampel pada dua periode waktu atau lebih yang diindikasikan
dengan penggunaan data time series. Menurut Gujarati (2004) data panel tersebut
terdiri dari pengamatan pada cross section atau individu yang sama dan unit untuk
beberapa periode waktu (time series). Kombinasi data time series dan cross
section dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas data dengan pendekatan yang

tidak mungkin dilakukan dengan menggunakan hanya salah satu dari data tersebut
(Gujarati, 2004). Untuk mengolah data, digunakan software LIMDEP.
Analisis data panel merupakan pengembangan dari analisis regresi.
Terdapat tiga metode pendekatan untuk mengestimasi model regresi data panel,

19

yaitu pendekatan Common Effect, Fixed Effect, dan Random Effect (Gujarati,
2004). Pendekatan Common Effect atau metode OLS (Ordinary Least Squares)
yaitu pengestimasian data panel hanya dengan mengkombinasikan data time
series dan cross section, dengan hanya menggabungkan data tersebut tanpa

melihat perbedaan antar waktu dan individual. Pendekatan fixed effect adalah
teknik mengestimasi data panel dengan menggunakan variabel dummy. Variabel
dummy di dalam model fixed effect bertujuan untuk mewakili ketidaktahuan kita
tentang model yang sebenarnya. Pendekatan random effect digunakan untuk
mengatasi kelemahan model fixed effect yang menggunakan variabel dummy.
Untuk menentukan metode yang digunakan maka terlebih dahulu dilakukan uji
Hausmann.
Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi
panel data dengan menggunakan Least Squares with Group Dummy Variables
dengan persamaan : Y = β1X1 + β2X2 + β3X3 + e
Keterangan :
Y = Penyaluran Kredit
1 - 2 = koefisien parameter
X1 = Capital Adequency Ratio (CAR)
X2 = Non Performing Loan (NPL)
X3 = Return On Assets (ROA)
e = Error term

20

Analisis Data dan Pembahasan
Statistik Deskriptif
Berikut adalah pengujian statistik deskriptif dari variabel independen
(CAR, NPL, dan ROA) dan variabel dependen (kredit).
Tabel 2
Analisis Statistik Deskriptif
Variable

Mean

Minimum

Maximum

CAR

0,1760

0,0853

0,4464

NPL

0,0159

0,0000

0,0533

ROA

0,0147

0,0006

0,0420

KREDIT

19,260

0,6774

103,6219

Sumber: data diolah (2012)

Berdasarkan tabel di atas, selama tahun 2008-2010 nilai rata-rata dari
masing-masing variabel menunjukkan bahwa rata-rata Capital Adequency Ratio
adalah 17.60% yang berarti bahwa rata-rata CAR pada bank umum telah
memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia minimum 8%, begitu
juga dengan nilai minimum CAR 8.53% yang berarti bahwa secara keseluruhan
CAR untuk setiap bank telah memenuhi ketentuan yang ditetapkan Bank
Indonesia. Rata-rata Non Performing Loan adalah 1.59% yang menunjukkan
bahwa rasio NPL sebagian besar bank umum telah memenuhi batas maksimal
NPL yang ditentukan Bank Indonesia sebesar 5%, sedangkan nilai maksimum
NPL di atas 5.33% dan memiliki nilai minimum 0. Rata-rata Return On Assets
sebesar 1.47% yang berarti sebagian besar bank umum di Indonesia mampu
menghasilkan laba sebesar 1.47% dari total aset yang dimilikinya. Nilai minimum

21

ROA yaitu 0.06% dan maksimum 4.20%. Sedangkan rata-rata variabel kredit
sebesar Rp19,260 trilliun yang berarti sebagian besar bank umum mampu
menyalurkan kreditnya sebesar Rp19,260 trilliun, minimum Rp0.6774 trilliun dan
maximum Rp103,6219 trilliun.

Uji Random Effect atau Fixed Effect menggunakan Uji Haussman.
Untuk memutuskan dan mengetahui pendekatan analisis yang tepat
dalam menggunakan pendekatan fixed effect atau random effect digunakan uji
Haussman. Hasil Uji Haussman untuk mengetahui pendekatan analisis regresi
yang digunakan, yaitu jika p-value < =0.05 maka menggunakan fixed effect,

sebaliknya jika p-value > =0.05 maka menggunakan pendekatan Random Efffect.
Dari hasil uji Haussman diketahui bahwa p-value 0.000000 < 0.05, Ho
diterima, yang berarti menggunakan model panel data fixed effect. Menurut

Gujarati (2004), model regresi panel data yang menggunakan fixed effect, analisis
datanya akan menggunakan Least Squares with Group Dummy Variables.

Uji Hipotesis dan Pembahasan
Berikut merupakan tabel hasil regresi panel data menggunakan LSDV
(Least Squares with Group Dummy Variables) yang telah dilakukan variabel
independen CAR, NPL dan ROA terhadap variabel dependen penyaluran kredit.

22

Tabel 3
Analisis Regresi Panel Data dengan pendekatan Fixed Effect
Variable

Coefficient

Signifikansi

CAR

-69.79934087

.0550

NPL

-106.3787063

.4919

ROA

818.2943078

.0004

R2 = 0.980314

Adjusted R2 = 0.96900

Signifikansi F= 0.000

Sumber : data diolah (2012)

Dari tabel hasil uji regresi diatas, dapat dibuat persamaan :
Y = -69.79934087XCAR - 106.3787063XNPL + 818.2943078XROA + e
Dalam model regresi panel data dengan pendekatan LSDV di dalam
metode fixed effect menunjukkan nilai Adjusted R Square 0.96900 yang
mengindikasikan bahwa keempat variabel independen tersebut dapat menjelaskan
variabel dependen sebesar 96.9%. Sedangkan sisanya sebesar 3.1% dijelaskan
oleh faktor-faktor lain.
Pada model regresi panel data tersebut diukur dengan taraf  = 5%,
secara parsial, variabel-variabel independen, yaitu ROA berpengaruh signifikan
terhadap penyaluran kredit. Sedangkan CAR dan NPL tidak menunjukkan adanya
pengaruh yang signifikan terhadap penyaluran kredit.
Hasil di atas diketahui tingkat signifikansi, p-value = 0.000 < 0.05 H4
diterima yang artinya secara simultan variabel independen CAR, NPL dan ROA
berpengaruh terhadap penyaluran kredit.

23

Pengaruh Capital Adequency Ratio (CAR) terhadap Penyaluran Kredit
CAR tidak dapat digunakan untuk memprediksi penyaluran kredit karena
dari hasil uji regresi, koefisien regresi CAR -69.79934087 menunjukkan pengaruh
negatif terhadap penyaluran kredit. Namun nilai signifikansinya 0.0550, nilai ini
lebih besar dari taraf signifikansi 0.05, yang artinya tidak ada pengaruh antara
CAR dengan penyaluran kredit, sehingga dapat disimpulkan H1 ditolak.
Dalam penelitian ini, naik turunnya CAR tidak berpengaruh terhadap naik
turunnya penyaluran kredit, kemungkinan disebabkan modal bank tidak untuk
penyaluran kredit tetapi digunakan untuk keperluan pengembangan usaha seperti,
membeli gedung atau untuk membeli fixed assets. Meskipun hasilnya tidak
signifikan, hal ini bukan berarti CAR harus diabaikan karena kecukupan modal
sering terganggu seiring pertumbuhan kredit yang berlebihan dan banyaknya
kredit yang belum dilunasi oleh nasabah tetapi modal bank terus berkurang. Hasil
penelitian ini sependapat dengan penelitian yang dilakukan oleh Franscisca dan
Siregar (2009) yang menyatakan CAR tidak berpengaruh dengan volume kredit.

Pengaruh Net Performing Loan (NPL) terhadap Penyaluran Kredit
Dalam penelitian ini NPL juga tidak dapat digunakan dalam memprediksi
penyaluran kredit. Dari uji regresi, koefisien regresi NPL sebesar -106.3787063
menunjukkan pengaruh negatif terhadap penyaluran kredit. Akan tetapi nilai
signifikansinya 0.4919, nilai ini jauh lebih besar dari taraf signifikansi 0.05. Ini
berarti NPL tidak ada pengaruh terhadap penyaluran kredit yang berarti H2
ditolak.

24

Dalam penelitian ini berarti naik turunnya NPL tidak mempengaruhi naik
turunnya penyaluran kredit. Ini disebabkan karena pada tahun 2008-2010 masingmasing bank mempunyai rasio NPL yang tidak menentu serta diikuti dengan
pertumbuhan kredit yang tidak menentu pula. Dalam tiga tahun amatan tersebut
terjadi penyaluran kredit yang tidak sesuai dengan besarnya NPL, seperti dalam
suatu bank mempunyai rasio NPL yang kecil tetapi bank menyalurkan kreditnya
hanya sedikit begitu juga NPL besar namun bank menyalurkan kreditnya justru
semakin banyak. Menurut Pratama (2010) tingginya NPL mengakibatkan
pencadangan yang lebih besar, sehingga modal bank ikut terkikis padahal besaran
modal sangat mempengaruhi besarnya ekspansi kredit. Sedangkan dalam
penelitian ini menghasilkan modal yang tidak berpengaruh selama tiga tahun
terhadap penyaluran kredit, sehingga NPL dalam kurun waktu tiga tahun juga
tidak berpengaruh terhadap penyaluran kredit. Penelitian ini sependapat dengan
penelitian yang dilakukan oleh Francisca dan Siregar (2009) yang menyatakan
NPL berpengaruh negatif dan tidak signifikan.

Pengaruh Return On Assets (ROA) terhadap Penyaluran Kredit
Dari hasil uji regresi, koefisien ROA sebesar 818.2943078 menunjukkan
pengaruh positif antara ROA dengan penyaluran kredit. Namun diketahui juga
signifikansi 0.0004, nilai ini lebih kecil dari taraf signifikansi 0.05, yang berarti
ada pengaruh antara ROA dan penyaluran kredit. Maka dari itu dapat disimpulkan
bahwa H3 diterima, karena ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap
penyaluran kredit.

25

Dengan hasil diatas diindikasikan bahwa naik turunnya rasio ROA maka
akan mempengaruhi naik turunnya penyaluran kredit. Selama tiga tahun amatan
tersebut ROA menunjukkan kondisi yang meningkat dan diikuti bertambahnya
penyaluran kredit. Di dalam penyaluran kredit yang tinggi dipengaruhi oleh rasio
ROA yang tinggi pula dan berarti bank mempunyai laba yang tinggi. Laba yang
tinggi ini berasal dari pendapatan bunga kredit dan bisa juga dari pendapatan lain
yang tidak mengakibatkan resiko. Penelitian ini sependapat dengan penelitian
yang dilakukan oleh Francisca dan Siregar (2009) dan Meydianawathi (2007).

Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Dengan pulihnya kepercayaan masyarakat terhadap sistem perbankan,
maka mendorong kenaikan dana yang disimpan dari masyarakat atau dana pihak
ketiga. Selain itu perbankan mampu mengatasi permasalahan rentabilitas yang
tercermin dalam rasio ROA yang berpengaruh dalam penyaluran kredit. Penelitian
ini variabel yang sangat membuktikan adanya pengaruh terhadap penyaluran
kredit adalah ROA. Akan tetapi, dalam penelitian ini tidak berhasil membuktikan
rasio kecukupan modal CAR dan kredit bermasalah NPL untuk mempengaruhi
penyaluran kredit. Hal ini dapat dikatakan bahwa tidak setiap kenaikan modal
akan diikuti oleh kenaikan penyaluran kredit, dimana bank tetap dapat
meningkatkan kredit selama peningkatan kredit tidak menjadikan modal bank di
bawah ketetapan Bank Indonesia sebesar 8%. Dalam penelitian ini menunjukkan
bahwa apabbila rasio ROA meningkat maka aktiva bank telah digunakan dengan

26

optimal untuk memperoleh pendapatan sehingga ROA juga akan mempengaruhi
penyaluran kredit yang mempunyai koefisien positif dan menunjukkan signifikan.

Keterbatasan dan Saran
Hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasi karena penelitian ini hanya
terbatas pada pengamatan yang singkat yaitu hanya tiga tahun (2008-2010), oleh
karena itu penelitian ini hanya mampu menggambarkan kondisi penyaluran kredit
Bank Umun selama periode tersebut. Dan penelitian ini hanya menggunakan tiga
variabel yang merupakan rasio perbankan.
Dengan adanya keterbatasan di atas maka untuk penelitian selanjutnya
sebaiknya menambah periode penelitian yang lebih lama dan juga mengingat pada
tahun 2008 yang mana perbankan Indonesia terkena dampak dari krisis global
tersebut, yang mengakibatkan diantaranya turunnya likuiditas, melonjaknya
tingkat suku bunga, maka sebaiknya dalam penelitian ini menambah variabel
independen misalnya tingkat suku bunga, rasio LDR, dll untuk mengetahui
variabel apa saja dalam menentukan penyaluran kredit. Penelitian ini juga hanya
menggambarkan keadaan penyaluran kredit setelah krisis global, jadi data-data
keuangannya masih ada yang bias, maka untuk menghindari data yang bias
sebaiknya penelitian selanjutnya digambarkan keadaan sebelum terjadinya krisis
sehingga dapat mengurangi data yang ekstrim tersebut.

27

DAFTAR PUSTAKA
Adelya, Cyndi dan Jafar, Hotmal, 2009, Pengaruh Dana Pihak Ketiga terhadap
Penyaluran Kredit pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia, Jurnal Akuntansi 22 Universitas Sumatra Utara.
(http://akuntansi.usu.ac.id/jurnal-akuntansi-22.html)
Aqidah, Nur Ariani, 2011, Implikasi Kebijakan Pemberian Kredit Dan
Pengaruh Loan To Deposit Ratio Terhadap Non Performing Loan
pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk, Makassar.
(http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/188/SKRIPSI%
20NUR%20ARIANI%20AQIDAH.pdf?sequence=2)
Arisandi, Desi, 2009, Analisis Faktor Penawaran Kredit Pada Bank Umum di
Indonesia, Jakarta. Didownload 16 Januari 2012 pukul 22.16
(http://papers.gunadarma.ac.id/index.php/mmanagement/article/viewFile/1
4900/14165)
Bank Indonesia, 2008, Peraturan Bank Indonesia No. 10/19/PBI/2008, Jakarta.
Bank Indonesia, 2001, Peraturan Bank Indonesia No. 3/21/PBI/2001 tentang
kewajiban penyediaan modal minimum bank umum, Jakarta.
Didownload 15 Februari 2012 pkl 12.42
Bank Indonesia, 2010, Peraturan Bank Indonesia No. 10/19/PBI/2010, Jakarta.
(www.bi.go.id)
Bank Indonesia, 2011, Statistik Perbankan Indonesia Vol. 9 No. 1, Jakarta.
(www.bi.go.id) Didownload 4 Juni 2012 pkl 15.22
Bastian, Indra dan Suhardjono, 2006, Akuntansi Perbankan, Jakarta: Salemba
Empat.
Francisca dan Siregar, Hasan S., 2009, Pengaruh Faktor Internal Bank
Terhadap Volume Kredit Pada Bank Yang Go Publik Di Indonesia,
Jurnal
Akuntansi
6
Universitas
Sumatra
Utara.
(http://akuntansi.usu.ac.id/jurnal-akuntansi-6.html)
Gujarati, Damodar N., 2004, Basic Econometrics, Fourth Edition ., New York:
McGraw-Hill.
Hadi, Syamsul, 2006, Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Akuntansi dan
Keuangan, Yogyakarta: Ekonisia.

28

Ikatan Akuntan Indonesia, 2009, Standar Akuntansi Keuangan, Salemba
Empat, Jakarta.
Indonesia Stock Exchange, 2008, laporan keuangan/detail/soft copy laporan
keuangan. (www.idx.co.id) Download tgl 16 April.
Institute for Economic and Financial Research, 2011, Indonesian Capital Market
Directory; ECFI, Jakarta.
Kasmir, 2001, Manajemen Perbankan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Meydianawathi, Luh Gede, 2007, Analisis perilaku Penawaran Kredit
Perbankan Kepada Sektor UMKM di Indonesia (2002-2006), Buletin
Studi
Ekonomi
Volume
12
No
2.
(http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/meydianawati.pdf)
Pungkaswara, Hendra, 2011, Pengaruh Kepemilikan Pemerintah Terhadap
Kinerja Keuangan Perbankan, Skripsi Program S1 Fakultas Ekonomika
dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana (tidak dipublikasikan).
Pratama, Billy A., 2010, Analisis Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi
Kebijakan Penyaluran Kredit Perbankan, Jurnal Ekonomi Universitas
Diponegoro Semarang. Didownload tanggal 22 Oktober 2011 pukul 14.20
(http://eprints.undip.ac.id/24059/1/Billy_Arma_Pratama.pdf)
Sudarsono, Heri, 2009, Dampak Krisis Keuangan Global terhadap Perbankan
di Indonesia: Perbandingan antara Bank Konvensional dan Bank
Syariah, Jurnal Ekonomi Volume III, No. 1, Juli 2009
Supramono dan Sugiarto, 1993, Metodologi Penelitian, Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama.
Supramono dan Intiyas Utami, 2003, Desain Proposal Penelitian : Studi
Akuntansi dan Keuangan Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya
Wacana, Salatiga.
Suyatno, dkk, 1995, Dasar-dasar Perkreditan, PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
_______________, Undang-Undang Perbankan Nomor 10 tahun 1998
Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992,
Jakarta.

29

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Data Pribadi
Nama

: Kristiana Setianingsih

NIM

: 232008205

Program Studi

: Akuntansi

Fakultas

: Ekonomika dan Bisnis

Tempat dan Tanggal Lahir

: Surakarta, 22 Mei 1990

Alamat

: Jl. Gayam no.25 Rt.02 Rw.04 Karangasem,
Laweyan, Surakarta

E-mail

: krist_22@ymail.com

No Telp

: 085728008088

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Kristen Protestan

Suku

: Jawa

B. Latar Belakang Pendidikan
1. 1996 – 2002

: SD Kristen Manahan Surakarta

2. 2002– 2005

: SMP Negeri 2 Surakarta

3. 2005– 2008

: SMA Negeri 6 Surakarta

4. 2008-2012

: Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas
Kristen Satya Wacana

30