ART Sandy Yulianto Paulus D Hananto Laras pelog sebagai dasar Abstrak

DITERBITKAN oセeh@
PROGRAM STUDI SENI MUSIK
FAKULTASSENIPERTUNJUKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA, SALATIGA -----="----

JM

VOL. I

NO. I

JUNAL MUSIK
Jurnal Ilmiah Seni Musik
Volume 1 -No. 1

-

Januari 2009

Terbit dua kali setahun


Penerbit

Fakultas Seni Perunjukan Universitas Kristen Satya Wacana

Penanggung Jawab

Dekan Fakultas Seni Pertunjkan Universitas risten Satya Wacana

Pemimpin Redaksi

Paulus Dwi Hananto

Sekretaris Redaksi

Phillip Budi Christiawan

Staf Redaksi

Michelle Sensenig
Poedji Soesila


Reviewer

Victor Ganap (lSI Yogyakarta)
Djohn Salim (lSI Yogyakarta)
Mauly Purba (USU Medan)

Alamat Redaks/Sirkulasi

Program Studi Seni Musik Fultas Seni Pertunjukan
Universitas isten Satya Wacana
Jl. Diponegoro 52 - 60 Salatiga 50711
htp://ww.uksw.edu
E-mail: junalmusik@gmail.com

JURNAl MUSIK

Vot. 1. No.1

JANUARI 29


PENGANTAR REDAKSI
Paulus Dwi Hananto

Puji Syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat
seta

karunia yang

dilimpahkan

sehingga akhinya

Junal

Musik

Fakultas Seni

Pertunjukan Universitas Kristen Satya Wacana berhasil diterbitkan. Terimakasih juga

kepada bapak Agasya Rama Listya selaku Dekan Fakultas Seni Pertunjukan UKSW
yang tiada bosan untuk selalu mendorong seta mengingatkan kami agar waktu
penerbitan perdana jurnal ini tidak meleset jauh dari tanggal yang telah direncanakan.
Kepada tim Redaksi kami haturkan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnyanya atas
kerjasamanya hingga terbitnya junal ini.
Junal Musik ini diharapkan dapat menjadi wadah untuk menampung pemikiran­
pemikiran seta penelitian-penelitian ilmiah di bidang musik, terutama yang berkaitan
dengan penciptaan,

pendidikan, pengkajian, dan pertunjukan baik sakral maupun

sekuler. Dalam edisi perdana ini Junal Musik memuat artikel, "Five-Movement

Composition With Twelve-Tone Row System in Keebyaran Syle for Piano, Flute and
Kendang": A Composer xplanation by Agastya Ramo Lisya.

Disini Agastya

menjabarkan secara rinci latarbelakang penciptaan hingga penuangan idenya mejadi
sebuah komposisi yang merupaan paduan antara gaya kekebyaran dari Bali dengan

teknik komposisi sistem dua belas nada yang notabene merupakan warisan Barat.
Keeksotikan musik Timur (dalam hal ini Jawa) telah menjadi daya tarik
tersendiri bagi penulis kedua, yaitu Sandy Yulianto. Tulisan yang awalnya merupakan
karya skripsi saudaa Sandy ditulis ulang oleh Paulus Dwi Hananto menjadi materi
jumal. Dalam tulisan ini Sandy memakai idiom pentatonik Jawa dan Bali sebagai materi
dasar komposisinya yang diungkapkan melalui formasi kuartet gitar. Sementara dalam
hal kompositoris, sepenuhnya menggunakan idiom musik Barat.

Gong

Luwang

yang

tersimpan

di

Desa


Kesiut,

Kecamatan

Kerambitan,

Kabupaten Tabanan, Bali, telah menggelitik minat Woody untuk melakukan penelitian.
Sebagai seorang Sarjana Antropologi, Woody ingin menguak sejauh mana keberadaan

Gong Luwang yang

dimaknai sebagai jenis gamelan sakral, karena ia meyakini

seenuhnya bahwa kesenian pada hakekatnya memiliki fungsi sosial yang merupakan
cerminan ideologis filosois masyarakat pendukungnya.
Artikel keempat merupakan tulisan Yulius Istarto dan Rachel Mediana Untung.
Artikel ini merupakan sebuah analisis penyajian resital yang bertajuk "Think of Me"
yang diselenggarakan

oleh


Fakultas

Seni Pertunjukan

UKSW

pada

tanggal 11

September 2007. Sebagai sebuah analisis penyajian, tulisan ini mengacu pada dua
aspek, yaitu: teks dan penyajian musik dari vokalis.
Pada artikel terakhir Danny Salim mengangkat isu yang berkembang hangat,
khususnya di Amerika Serikat. Sejauh mana suatu musik masih tetap bisa disebut musik
gereja? Apakah ideologi beberapa denominasi gereja mulai luntur berkenaan dengan
perkembangan industri pop yang sangat kuat? Dengan membaca artikel ini kita
disadarkan kembali tentang fakta bahwa telah terjadi pergeseran pemahaman tentang
gaya musik dalam peribadatan.
Mudah-mudahan


dengan

terbitnya junal

ini

akan

semakin

memperkaya

khasanah keilmuan seni musik. Semoga artikel-artikel dalam edisi perdana ini bisa
memberi manfaat yang berarti bagi para pembaca.

r

llllll l II llllllllll8l
I� ll1203041

JURNAL MUSIK

VOL. 1. No.1

JANUARI 2009

JURNAL MUSIK
Jurnal Ilmiah Seni Musik
Volume 1- No. 1

-

. · ··'

Januari 2009

�'

/.


,· -�·


,:

t

o.·


.

.... ::

t

/

.


..

'

d.- ::�
.

OAFTAR ISI

r"
'•,

.. ;��{-,::.: �,,,

Pengantar Redaksi
Datar lsi

iii

Five-Movement Composition With Twelve-Tone Row System
In Kekebyaran Style For Piano, Flute And Kendang:

1-15

A Composer's Explanation
Agasya Rama Listya
Laras Pelog Sebagai Dasar Komposisi Empat Bagatelles

17-27

Untuk Ansambel Gitar
Sandy Yulianto, Paulus Dwi Hananto

Gong Luwang: Sebuah Gamelan Sakral dari Desa Kesiut

29-46

FA Woody Saya Darma

Resital Duet Piano -Vokal : "Think Of Me"

47-55

Sebuah Analisis Penyajian
Rachel Mediana Untung, Yulius Istarto

57-74

In Defense of Christian Heavy Metal
Danny Salim

75

Pedoman Penulisan Artikel

iii

;

LARASPELOG
StBAGAI
DASAR KOMPOSISI EMPAT BAGATELLES
'
�·
UNTUK ANSAMBEL GITAR
:·\
�-'-" "

�- .

Sandy Yulianto
Alumn� Fakultas Seni Pertunjukan Universitas Kristen Satya Wacana
Paulus wi Hananto
Staf Pengajar'Fakultas Seni Pertunjukan Universitas Kristen Satya Wacana
Abstract

Bagatelle is a west,n composition, a short piece of music, light in character,
and enjoyable with its form a� structure that remain unboun. Bagatelle is aranged
ypically for piano. Pelog scale . used originally in Javanese dan Balinese Game/an
Music(Karawitan), which has been lqclaimed globally as the identity of Indonesian

original music. Those inspired the authorto explore through composing four bagatelles
in pelog scale for guitar esemble.
Those four bagatelle have strong charaeristics of Balinese and Javanese
touch, also as a unique characteristic in a composiUon with both form and westen
composition structure. Hopefully, the composition might enrich both guitar ensemble
repertoire and instrumental music in Indonesia.
Keywords

1
2

:

bagatelle, pelog scale, ensemble, guitar.

Rahayu Supanggah, Bothean Karawitan I, (Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia, 2002), p. 85.
Secara etimologis, Karawitan berasal dari kata Rawit yang artinya halus, lembut, muskil, rumit, kecil­

kecil dan indah, seperti juga halnya kesenian yang beurusan dengan perasan halus. Pada jaman Pm
Buwana

III

di

Surakarta,

kitab Wedapradana,

jipamasa, yang ditulis dengan

tangn (carik),

menerngkan bahwa karawitan itu adalah kesenian yang teridiri dari beberapa macam cabangnya. Dewasa
ini istilah karawitan telah dibakukan menjadi pengertian yang semata-mata meliputi seni musik secara
umum, khususnya adalah musik dengan system nada (laras) slendro dan pelog, atau tangga nada non­
diatonik yang pemah berkembang atau masih hidup di Indonesia sebagai warisan musik tradisi Indonesia.
3

Gamelan berasal dari kata gnet, dalam bahasa Jawa dan Bali berati pukul.

Semula beupa ansambel alat musik pukul sebelum masuknya alat musik tiup dan gesek yang
menyimpulkan istilah karawitan dengan kelengkapan vokal. Gamelan adalah orkes musik tradisi
Indonesia, yang bagian terbesamya meupakan alat-alat perkusi dari bahan perunggu. Repertnya
berupa sejumlah komposisi yang umumnya anonim, dalam sistem nada pentatonik yang dimainkan secra
heterofoni.

17

,

·�



. -·
·'' · ""'