KAJIAN HUKUM TERHADAP KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MANADO DALAM PENGELOLAAN TATA PEREKONOMIAN MENUJU KESEJAHTERAAN SOSIAL | Massie | LEX ET SOCIETATIS 7314 14330 1 SM

Lex et Societatis, Vol. III/No. 2/Mar/2015/Edisi Khusus
KAJIAN HUKUM TERHADAP KEBIJAKAN
PEMERINTAH KOTA MANADO DALAM
PENGELOLAAN TATA PEREKONOMIAN
MENUJU KESEJAHTERAAN SOSIAL1
Oleh : Inri Massie2
ABSTRAK
Metode penelitian yang digunakan ialah
metode penelitian yuridis normatif untuk
menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip
hukum maupun doktrin-doktrin hukum guna
menjawab isu hukum yang dihadapi. Penelitian
ini dikategorikan jenis penelitian yuridisnormatif, hal yang dimaksud yakni penelitian
Kajian Hukum Terhadap Kebijakan Pemerintah
Kota Manado di dalam Pengelolaan Tata
Perekonomian Daerah. Data yang telah diolah
di interpretasi dengan menggunakan cara
penafsiran hukum dan konstruksi hukum yang
lazim dalam ilmu hukum, selanjutnya data itu
dianalisis secara yuridis kualitatif dalam bentuk
penyajian yuridis normatif dalam rangka

mendapatkan landasan teoritis sebagai acuan
penelitian dan penulisan tesis ini. Pemerintah
daerah merupakan bagian dari pemerintah
pusat, yang diberi kewenangan hak otonomi
untuk mengatur sendiri urusan pemerintahan
sesuai UU. No. 32/2004 tentang Pemerintahan
Daerah dengan menganut asas desentralisasi,
asas dekonsentrasi dan asas pembantuan
(medebeween), dan UU No. 33/2004 tentang
Perimbangan Kewenangan Antara Pusat dan
Daerah dengan penerapan fungsi pengawasan
pusat terhadap daerah, berimplikasi pada
desentralisasi.
Desentralisasi
pengelolaan
perekonomian daerah menuju kesejahteraan
sosial merupakan proses berdemokrasi di suatu
daerah yang memiliki kewenangan penuh
dalam mengatur, dan mengelola pembangunan
(otonomi seluas-luasnya), yang di dalamnya

meliputi
desentralisasi
perekonomian,
desentralisasi politik, desentralisasi fiskal,
desentralisasi
administratif,
ini
harus
diwujudkan
untuk
memenuhi
konsep
kesejahteraan sosial pada suatu daerah, kecuali
yang menjadi kewenangan pemerintah pusat
(bidang politik luar negeri, bidang agama,

bidang peradilan, bidang pertahanan dan
keamanan).
Kata
kunci:

Kesejahteraan,
sosial,
perekonomian, kebijakan, pemerintah
PENDAHULUAN
Gerakan reformasi menghendaki agar
pemerintah memberikan perhatian yang
sungguh-sungguh dalam menyediakan public
goods and services dalam rangka mewujudkan
suatu masyarakat yang adil dan makmur,
merata materiel dan spiritual dalam era
demokrasi ekonomi dan menjunjung hukum
dan pemerintahannya sebagaimana yang diatur
oleh Pasal 33 dan Pasal 27 UUD 1945.3
Berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945. Good Governance yang dimaksud
adalah: pertama, nilai yang menjunjung tinggi
keinginan atau kehendak rakyat dan nilai yang
dapat meningkatkan kemampuan rakyat dalam
pencapaian tujuan (nasional), kemandirian,
pembangunan berkelanjutan dan keadilan

sosial;
kedua,
aspek
fungsional
dari
pemerintahan yang efektif dan efisien dalam
pelaksanaan tugasnya untuk mencapai tujuan
tersebut.4
Pendekatan
ekonomi
merupakan
pendekatan yang paling erat hubungannya
dengan pemahaman meningkatnya perhatian
semakin banyak orang pada manajemen
sumber daya manusia. Dikatakan demikian,
karena sumber daya manusia sering dipandang
sebagai salah satu faktor produksi dalam usaha
menghasilkan barang atau jasa oleh satuansatuan ekonomi. Alasan lain ialah bahwa salah
satu kriteria utama yang digunakan mengukur
tingkat kesejahteraan ialah takaran ekonomi.

Oleh karena itu, sering digunakan untuk analisis
tingkat mikro. Dalam kaitan ini dapat
dinyatakan secara kategorikal bahwa melihat
manusia hanya sebagai salah satu alat produksi
merupakan persepsi yang tidak tepat untuk
tidak mengatakan salah sama sekali.
Apabila dilakukan Penelusuran sejarah akan
terlihat
bahwa
memandang
dan
memperlakukan manusia semata-mata sebagai
3

1

Artikel Tesis. Dosen Pembimbing : Prof. Dr. J. Ronald
Mawuntu, SH, MH; Dr. Jemmy Sondakh, SH, MH
2
Mahasiswa pada Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi,

Manado. NIM. 13202108018

UUD 1945 Pasal 33 dan Pasal 27.
Sedarmayanti, Good Governance (Kepemerintahan yang
Baik) Dalam Rangka Otonomi Daerah. Upaya Membangun
Organisasi Efektif dan Efisien Melalui Restrukturisasi dan
Pemberdayaan, Mandar Maju, 2003, hal. 6.
4

47

Lex et Societatis, Vol. III/No. 2/Mar/2015/Edisi Khusus
salah satu faktor bukanlah hal yang baru.
Sejarah menunjukkan bahwa penemuan ilmiah
di bidang teknologi, seperti mesin uap oleh
James Watt, yang antara lain melahirkan
Revolusi Industri pertama di Inggris, telah
mengubah secara drastis metode produksi
barang oleh berbagai industri niaga. Pada
dasarnya argumentasi yang berlandaskan

persepsi yang tidak tepat itu adalah sebagai
berikut:
Para
pemilik
modal
dalam
menghasilkan barang atau jasa tertentu. Jadi
jelas, bahwa uang memang merupakan salah
satu alat produksi. Bahkan tidak jarang para
penguasa pemilik modal tersebut harus
melakukan pemupukan modal dengan berbagai
cara, seperti menjual saham perusahaan di
pasar modal dan mengusahakan perolehan
kredit dari bank. Untuk itu, semua pemilik
modal
mempertaruhkan
bukan
hanya
kekayaannya, akan tetapi juga reputasinya.
Artinya, memupuk modal merupakan tugas

yang biasanya dirasakan berat.
Berangkat dari pemikiran tersebut di atas,
maka perencanaan pemerintahan dapat
dikategorikan sesuai tingkatan sebagai berikut:
Rencana Negara; Rencana Pemerintah Pusat;
Rencana
Pemerintah
Daerah;
Rencana
Gubernur; Bupati; Rencana Walikota; Rencana
Camat; Rencana Kepala Desa; Rencana RW;
Rencana RT. Adanya tingkatan antara
pemerintah daerah dan pemerintah pusat
berdasarkan keberadaan desentralisasi yang
berlaku pada masing-masing negara dan
pemerintahan.
Desentralisasi
merupakan
penyerahan sebagian urusan dari pemerintah
pusat kepada pemerintah daerah untuk

mengurus dan mengatur rumah tangganya
sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Sehubungan dengan pengelolaan
tata perekonomian daerah Kota Manado
tentunya diserahkan pada kewenangan daerah,
hal ini dimaksudkan bahwa daerah mempunyai
kewenangan untuk mengurus dan mengatur
adalah sebagaimana uraian berikut di bawah
ini:
1. Mengatur
ialah
kewenangan
untuk
membuat peraturan sendiri dalam bentuk
peraturan daerah, oleh karena itu daerah
menjadi otonom apabila sudah dibentuk
dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD)
untuk membuat perda.

48


2. Mengurus
ialah
kewenangan
untuk
mengurus sendiri sesuatu urusan sehingga
dibentuknya berbagai dinas sesuai dengan
urusan yang akan diselenggarakan oleh
karena itu dinas pada masing-masing daerah
akan berbeda dengan daerah lain.
PERUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Kebijakan Pemerintah Kota
Manado
dalam
Pengelolaan
Tata
Perekonomian menuju kesejahteraan sosial?
2. Faktor-faktor apakah yang menjadi kendala
bagi Pemerintah Kota Manado dalam
Pengelolaan Tata Perekonomian menuju

kesejahteraan sosial?
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan ialah
metode penelitian yuridis normatif untuk
menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip
hukum maupun doktrin-doktrin hukum guna
menjawab isu hukum yang dihadapi.5 Penelitian
ini dikategorikan jenis penelitian yuridisnormatif, hal yang dimaksud yakni penelitian
Kajian Hukum Terhadap Kebijakan Pemerintah
Kota Manado di dalam Pengelolaan Tata
Perekonomian Daerah.6 Soerjono Soekanto
mengatakan,
penelitian
hukum
dapat
menggunakan
berbagai
metode
serta
melibatkan pendekatan naturalistik dan
interpretatif terhadap subjek persoalannya.7
Penelitian ini ialah penelitian normatif secara
vertikal, disini yang dianalisa adalah peraturan
perundang-undangan yang derajatnya berbeda
yang mengatur bidang yang sama.8
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Kebijakan Pemerintah Kota Manado Dalam
Pengelolaan Tata Perekonomian, Menuju
Kesejahteraan Sosial.
Pemerintah kota Manado merupakan bagian
dari Pemerintah Pusat yang diberi kewenangan
5

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Penerbit
Kencana Prenada Media Grup, Jakarta, 2011
6
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum
Normatif, Suatu Tinjauan Singkat, PT. RajaGrafindo
Persada, Jakarta, 2012, hal. 13
7
Soerjono Soekanto, Beberapa Permasalahan Hukum dan
Pembangunan, UI Press, Yogyakarta, 1997, hal. 30.
8
Sri Mamudji, Hang Rahardjo, Agus Supriyanto, Daly Erni,
Dian Pudji Simatupang, Metode Penelitian dan Penulisan
Hukum, Badan Penerbit FHUI, Jakarta, hal. 11

Lex et Societatis, Vol. III/No. 2/Mar/2015/Edisi Khusus
hak otonomi guna mengatur sendiri urusan
pemerintahan sesuai UU. No. 32/2004 dan UU
No. 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan
Pusat dan Daerah. Pemberian sebagian
kewenangan kepada daerah berdasarkan hak
otonomi dalam negara kesatuan dengan sistem
desentralisasi, tetapi beban akhir pada
pemerintahan pusat. Hubungan pusat dengan
daerah dalam suatu negara kesatuan, sebagai
kewenangan pusat dapat membentuk daerahdaerah, serta menyerahkan sebagian dari
kewenangannya
kepada
daerah-d`aerah
otonom untuk menciptakan tujuan pemerintah
melalui daerah otonomi guna mengatur sendiri
sebagian
urusan
pemerintahan
sesuai
kewenangan yang dimiliki pemerintah daerah
sebagaimana tertuang dalam kewenangan pada
daerah otonom yang diberikan otonomi yang
luas dan tidak bermakna untuk mengurangi
kekuasaan pemerintah pusat.9 Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah menganut asas desentralisasi, asas
dekonsentrasi dan asas pembantuan atau
medelewend.
Implementasi
desentralisasi
menandai
proses demokratisasi di daerah mulai
berlangsung.
Setidaknya
hal
tersebut
diindikasikan
dengan
terbentuknya
pemerintahan
daerah
yang
memiliki
kewenangan penuh untuk mengatur dan
mengelola pembangunan di daerah, tanpa
dihalangi oleh kendala struktural yang
berhubungan dengan kebijakan pemerintah
pusat. Secara umum konsep desentralisasi
terdiri atas desentralisasi politik, desentralisasi
administratif,
desentralisasi
fiskal
dan
desentralisasi ekonomi. Karena itu secara
konseptual, sulit untuk mendapatkan definisi
yang tepat untuk mengartikan desentralisasi,
kecuali dengan merujuk kepada empat bentuk
desentralisasi
tersebut.
Dalam
rangka
mendorong demokratisasi dan pembangunan
daerah, implementasi desentralisasi tidak dapat
dilepaskan dari keempat bentuk desentralisasi
tersebut dan tidak dapat membatasi hanya
pada satu bentuk desentralisasi.
Desentralisasi pengelolaan perekonomian
keuangan daerah oleh pemerintah daerah
merupakan aspek terpenting bagi kerja
9

Agus Salim Andi Gadjong, Pemerintahan Daerah Kajian
Politik dan Hukum, Ghalia Indonesia, Bogor, 2007, hal. 79

pemerintahan dan pembangunan. Masih
adanya kendala, baik yang bersifat struktural
dan kesalahpahaman dari daerah, dalam
mengelola keuangan daerah, maka tulisan ini
ingin memberikan gambaran umum dan analisis
mengenai hambatan dan tantangan dalam
mendesentralisasikan
kewenangan
dalam
10
pengelolaan keuangan daerah.
Salah satu ciri dari sistem pemerintahan
yang demokratis ialah memberikan ruang bagi
rakyat luas untuk berpartisipasi dalam hal
mempengaruhi proses pengambilan kebijakan
oleh pemerintah, melalui saluran-saluran
demokrasi yang tersedia. Implementasi
demokrasi didasari atas kehendak menjadikan
kekuasaan tidak bersifat absolut pada satu
pengambilan keputusan saja. Demokrasi
menginginkan bahwa keputusan mengenai satu
kebijakan merepresentasikan suara dan
kepentingan banyak pihak. Sebab kekuasaan
dalam satu tangan cenderung menciptakan
otoritarianisme. Oleh karena itu, desentralisasi
kekuasaan menjadi satu keharusan dalam
sistem demokrasi.11
Desentralisasi kekuasaan selain terlihat dari
pembagian kekuasaan dalam model trias
politica, juga dilaksanakan dalam bentuk
hubungan kekuasaan antara pemerintah di
tingkat pusat dan daerah, di mana otoritas
pemerintahan terdistribusi pada pemerintahan
di tingkat lokal. Pemerintah lokal memiliki
wewenang menjalankan roda pemerintahan di
wilayahnya. Kewenangan inilah apa yang
dinamakan dengan local discretion.
Konsep kesejahteraan sosial bukan hal baru,
baik dalam wacana global maupun nasional.
Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) memberi
batasan kesejahteraan sosial sebagai kegiatankegiatan yang terorganisasi yang bertujuan
untuk membantu individu atau masyarakat
guna
memenuhi
kebutuhan-kebutuhan
dasarnya dan meningkatkan kesejahteraan
selaras dengan kepentingan keluarga dan
masyarakat.12 Definisi ini menekankan bahwa
kesejahteraan sosial adalah suatu institusi atau
bidang kegiatan yang melibatkan aktivitas
10

Pheni Chalid, Keuangan Daerah Industri dan
Desentralisasi, Kemitraan, Jakarta, 2005, hal. 3
11
Ibid, hal. 34
12
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan
Rakyat, Loc Cit

49

Lex et Societatis, Vol. III/No. 2/Mar/2015/Edisi Khusus
terorganisir yang diselenggarakan baik oleh
lembaga-lembaga pemerintah maupun swasta
yang bertujuan untuk mencegah, mengatasi
atau
memberikan
kontribusi
terhadap
pemecahan masalah sosial, dan peningkatan
kualitas hidup individu, kelompok dan
masyarakat.
Kesejahteraan sosial adalah platform dari
sistem perekonomian, maksudnya adalah
sistem
penyelenggaraan
perekonomian
berorientasi pada kesejahteraan sosial.
Pemerintahan daerah sebagai perpanjangan
tangan pemerintah pusat berfungsi mengatur
dan mengurus pemerintahan menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan, dengan tujuan
e i gkatka
kesejahteraa
asyarakat
pelayanan umum dan daya saing daerah,
disinilah tugas dan fungsi pemerintahan daerah
mewujudkan kesejahteraan masyarakat di
samping tugas dan fungsi yang lain.
Perkembangan terakhir tentang kebijakan
pemerintah
menyangkut
kesejahteraan/keadilan sosial menunjukkan
bahwa Indonesia semakin dekat ke arah bentuk
welfare state. Pada tahun 2009, UU No.
11/2009 tentang Kesejahteraan Sosial disahkan
untuk memastikan bahwa kebutuhan dasar
orang-orang miskin, yatim piatu dan manula
yang terlantar, orang dengan penyakit kronis
atau cacat yang mengalami ketidakmampuan
sosial-ekonomi, dipenuhi dengan menyediakan
jaminan sosial dalam bentuk asuransi
kesejahteraan sosial dan bantuan langsung
tunai (pasal 9 (la) (2)). Premi untuk asuransi
kesejahteraan sosial akan dibayarkan oleh
pemerintah (pasal 10 (1) (2)). Sebelumnya, DPR
telah mengundangkan UU No 40/2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional dimana
pemerintah akan mengadakan lima program
jaminan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Kelima program tersebut adalah asuransi
kesehatan, asuransi kecelakaan kerja, pesangon
kerja, pensiun, dan asuransi jiwa (pasal 18).
Semua program jaminan sosial tadi didasarkan
pada pekerjaan dan sumbangan wajib yang
diberikan peserta ke penyelenggara program
(Badan Penyelenggara Jaminan Sosial).
Meskipun demikian, selama ini pemerintah
akan membayar premi asuransi kesehatan
untuk masyarakat miskin dan mereka yang
tidak mampu membayar premi, misalnya

50

karena diberhentikan dari pekerjaan atau cacat
permanen dari kecelakaan kerja (Pasal 17(4),
20(1), dan 21 (1) (2) (3)).
Konsep kesejahteraan sosial dalam Undangundang Nomor 11 Tahun 2009 tentang
Kesejahteraan Sosial, dalam Pasal 1 ayat (1),
eru uska
kesejahteraa
sosial adalah
kondisi terpenuhinya kebutuhan material,
spiritual, dan sosial warga Negara agar dapat
hidup layak dan mampu mengembangkan diri,
sehi gga dapat elaksa aka fu gsi sosial ya .
Konsep
kesejahteraan
sosial
yang
dirumuskan dalam Undang-undang Nomor 6
Tahun 1974 tentang Ketentuan-ketentuan
Pokok-pokok Kesejahteraan Sosial dengan yang
dirumuskan dalam Undang-undang Nomor 11
Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial,
memiliki makna berbeda apabila dihubungkan
dengan Kesejahteraan Sosial dalam Undang
Undang Dasar 1945.13
Di dalam Undang Undang Dasar 1945,
kesejahteraan sosial menjadi judul Bab XIV yang
di dalamnya memuat Pasal 33 tentang Sistem
Perekonomian dan Pasal 34 tentang kepedulian
negara terhadap kelompok lemah (fakir miskin
dan anak terlantar) dan jaminan sosial. Hal ini
berarti, kesejahteraan sosial sebenarnya
merupakan platform sistem perekonomian dan
sistem sosial di Indonesia. Model demikian
menekankan bahwa negara harus tetap ambil
bagian dalam penanganan masalah sosial dan
penyelenggaraan jaminan sosial.
2. Kendala Pemerintah Kota Manado Dalam
Pengelolaan
Perekonomian
Menuju
Kesejahteraan Sosial
Hambatan pemerintah dalam mewujudkan
kesejahteraan sosial terlihat atau dipengaruhi
oleh kinerja eskpor Manado setahun ini makin
kedodoran. Salah satu penyebabnya adalah
melemahnya permintaan dan turunnya harga
komoditas di pasar global. Mencermati data
historis itu, sepertinya akan sulit mencapai
target ekspor 2014. Bahkan, target hasil revisi
sekalipun masih tetap sulit tercapai. Kegagalan
mencapai target ekspor itu adalah buah
ketergantungan terhadap komoditas. Anjloknya
harga komoditas andalan ekspor, seperti karet,
batubara, dan minyak kelapa sawit mentah,
13

Kesejahteraan Sosial dihubungkan dengan UUD 1945
baik sebelum maupun sesudah perubahan UUD 1945

Lex et Societatis, Vol. III/No. 2/Mar/2015/Edisi Khusus
sepanjang
2014
merupakan
dampak
melambatnya pertumbuhan ekonomi sejumlah
negara mitra dagang Indonesia. Perekonomian
Tiongkok, misalnya, melambat, sementara
Jepang dan Uni Eropa stagnan.
Belakangan,
harga
komoditas
terus
melemah karena faktor pemicu lain, yakni
turunnya harga minyak mentah. Merosotnya
harga minyak mentah langsung memicu
turunnya harga batu-bara. Penurunan harga
batubara memberikan sentimen negatif
terhadap harga sejumlah komoditas. Beberapa
ekonom memperkirakan, pelemahan harga dan
permintaan komoditas di pasar global masih
akan berlanjut hingga 2015. Beruntung,
perlambatan perekonomian sejumlah negara,
termasuk
Indonesia,
juga
mendorong
penurunan impor. Impor Indonesia secara
kumulatif pada Januari-Oktober 2014 sebesar
149,7 miliar dollar AS, turun 4,05 persen
dibandingkan impor pada periode yang sama
tahun 2013.
Penurunan impor bisa turut berkontribusi
dalam menekan defisit transaksi ekspor-impor
ketika kinerja ekspor sedang tidak bagus. Tahun
2012, defisit transaksi ekspor-impor 1,66 miliar
dollar AS, lalu melonjak menjadi 4,07 miliar
dollar AS pada 2013. Hingga Oktober lalu,
defisit transaksi ekspor-impor 1,645 miliar
dollar AS. Dengan naiknya harga bahan bakar
minyak bersubsidi, impor hingga akhir tahun
diperkirakan tidak akan melonjak sehingga
defisit bisa ditekan. Untuk mendongkrak
ekspor, saat ini tak ada pilihan selain
mengoptimalkan sektor manufaktur. Komoditas
adalah cerita indah masa lalu kita.14
Perkembangan
perekonomian
daerah
Sulawesi Utara (Manado) tidak lepas
dipengaruhi
oleh
dampak
kemerosotan/turunnya komoditas di pasar
global yang dialami oleh negara kita.
Diperkirakan tumbuh pada kisaran 7,6-8
persen. Pertumbuhan masih akan didorong
aktivitas sektor Perdagangan, Hotel dan
Restora
PHR . Hal i i seiri g opti is e
pelaku usaha terhadap pertumbuhan sub
sektor perdagangan besar dan ritel yang
ditunjukkan dengan adanya pengembangan
bis is .

Di sisi penggunaan, membaiknya kondisi
perekonomian global, khususnya Eropa dan
Amerika dapat mendorong aktivitas ekspor
seperti Belanda dan Amerika Serikat. Aktivitas
sektor konstruksi dan investasi juga akan
terakselerasi dengan dimulainya pembangunan
jalan Tol Manado-Bitung dan Kawasan Ekonomi
Khusus (KEK) Tanjung Merah Bitung. Optimisme
prospek
perekonomian
tersebut
turut
dibayangi berbagai tantangan yang berasal dari
eksternal maupun domestik. Dari sisi eksternal,
pertumbuhan ekonomi di negara berkembang
diperkirakan masih terbatas, khususnya
ekonomi Tiongkok yang melambat.
Selain itu, normalisasi kebijakan The Fed
juga
berisiko
mengganggu
stabilitas
perekonomian seiring pergerakan arus modal
keluar. Dari sisi domestik, kinerja ekspor yang
melambat disertai impor BBM dan barang
konsumsi menyebabkan terjadinya defisit
transaksi berjalan. Lonjakan kelas menengah
telah mendorong naiknya permintaan barang
dan jasa yang belum dapat terpenuhi dengan
baik seiring terkendalanya kapasitas produksi
nasional.
Hal
ini
menyebabkan
ketidakseimbangan struktur yang menyebabkan
Indonesia e ghadapi Middle i co e trap”.
Di Manado sendiri, berbagai tantangan yang
dihadapi antara lain ketergantungan ekspor
terhadap sumber daya alam, dukungan kualitas
dan kuantitas infrastruktur, serta daya saing
produk. “e e tara itu upaya e i gkatka
kapasitas perekonomian melalui dorongan
investasi masih menghadapi berbagai kendala
seperti kerentanan energi, keterbatasan
infrastruktur, kepastian hukum, hambatan
perijinan dan jaminan keamanan.15

14

15

Tribun, Kamis, 27 November 2014

PENUTUP
1. Kesimpulan
a. Pemerintah daerah merupakan bagian
dari pemerintah pusat, yang diberi
kewenangan hak otonomi untuk
mengatur sendiri urusan pemerintahan
sesuai UU. No. 32/2004 tentang
Pemerintahan Daerah dengan menganut
asas desentralisasi, asas dekonsentrasi
dan asas pembantuan (medebeween),
dan
UU
No.
33/2004
tentang

Tribun, Kamis 27 November 2014

51

Lex et Societatis, Vol. III/No. 2/Mar/2015/Edisi Khusus
Perimbangan Kewenangan Antara Pusat
dan Daerah dengan penerapan fungsi
pengawasan pusat terhadap daerah,
berimplikasi pada desentralisasi; daerah
memiliki kewenangan yang sama dalam
mengelola sumber-sumber penerimaan
yang menjadi pendapatan daerah,
berdasarkan
asas
pembagian.
Desentralisasi
pengelolaan
perekonomian
daerah
menuju
kesejahteraan sosial merupakan proses
berdemokrasi di suatu daerah yang
memiliki kewenangan penuh dalam
mengatur, dan mengelola pembangunan
(otonomi seluas-luasnya), yang di
dalamnya
meliputi
desentralisasi
perekonomian, desentralisasi politik,
desentralisasi
fiskal,
desentralisasi
administratif, ini harus diwujudkan untuk
memenuhi konsep kesejahteraan sosial
pada suatu daerah, kecuali yang menjadi
kewenangan pemerintah pusat (bidang
politik luar negeri, bidang agama, bidang
peradilan, bidang pertahanan dan
keamanan).
b. Hambatan
sekaligus
merupakan
tantangan
daerah
otonomi
yang
mempunyai
kewenangan
untuk
mengatur
daerah
sendiri
secara
luas/penuh memberi harapan kepada
akselerasi
dan
pemerosotan
pembangunan di sektor ekonomi
(perekonomian) tidak jarang terkendali
dapat secara internal dan eksternal.
Kendala secara internal (dapat berupa
keterbatasan infrastruktur, peraturan
perundang-undangan
yang
dimiliki
daerah; sumber daya manusia (SDM) dan
sumber daya alam, kepastian hukum,
perkotaan, suprastruktur daerah tidak
menunjang ketergantungan kepada
pembagian keuangan pusat, rendahnya
pertumbuhan ekonomi daerah, produksi
daerah mampu bersaing di pasar; tenaga
kerja rendah, banyaknya pengangguran,
sehingga membawa penghasilan yang
tidak merata. Adapun kendala secara
eksternal daerah belum siap menghadapi
pasar global; produk-produk daerah tidak
mampu bersaing di pasar.

52

2. Saran
a. Perlu memahami kembali pemikiran the
founding fathers yang sangat bijaksana
e gartikulasika rasa bersa a rakyat
ke dalam Undang-Undang dasar 1945,
sehingga dari hal itu memperoleh makna
mulia dari demokrasi. Inti demokrasi
adalah partisipasi dan emansipasi. Begitu
pula inti demokrasi ekonomi (Pasal 33
Undang-Undang Dasar 1945) adalah
partisipasi ekonomi dan emansipasi
ekonomi. Hal ini terutama ditujukan
kepada wakil-wakil rakyat di Parlemen
yang memiliki tugas legislatif, dan
pemerintah sebagai pelaksanaan dan
pelayan kepada masyarakat/rakyat.
b. Harapan masyarakat kepada wakil-wakil
dan
penyelenggara
pemerintahan/
hendaknya
taat
dalam
menyelenggarakan
pemerintahan
berdasarkan hukum baik penyelenggara
birokrasi (administrasi /pengelolaan
keuangan/ perekonomian) dan kebijakan
lain untuk kepentingan orang banyak; hal
ini hendaknya mengacu pada Pasal 33
UUD 1945, dan koperasi sebagai
sokoguru
dalam
mensejahterahkan
masyarakat.
Ingat
pada
pesan
konstitusional tersebut tampak jelas,
bahwa yang dituju adalah suatu sistem
ekonomi khusus yang bukan ekonomi
kapitalistik
(berdasar
paham
individualisme) namun suatu sistem
ekonomi berdasar kebersamaan dan
berasas kekeluargaan..
DAFTAR PUSTAKA
Sedarmayanti,
Good
Governance
(Kepemerintahan yang Baik) Dalam Rangka
Otonomi Daerah. Upaya Membangun
Organisasi Efektif dan Efisien Melalui
Restrukturisasi dan Pemberdayaan, Mandar
Maju, 2003.
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum,
Penerbit Kencana Prenada Media Grup,
Jakarta, 2011
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian
Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat,
PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2012.

Lex et Societatis, Vol. III/No. 2/Mar/2015/Edisi Khusus
Soerjono Soekanto, Beberapa Permasalahan
Hukum dan Pembangunan, UI Press,
Yogyakarta, 1997.
Sri Mamudji, Hang Rahardjo, Agus Supriyanto,
Daly Erni, Dian Pudji Simatupang, Metode
Penelitian dan Penulisan Hukum, Badan
Penerbit FHUI, Jakarta.
Agus Salim Andi Gadjong, Pemerintahan Daerah
Kajian Politik dan Hukum, Ghalia Indonesia,
Bogor, 2007.
Pheni Chalid, Keuangan Daerah Industri dan
Desentralisasi, Kemitraan, Jakarta, 2005.

53