T1 232009026 Full text

INTERNET FINANCIAL REPORTING (IFR)
DAN REAKSI PASAR
Oleh :
KARTIKA DAMAYANTI
NIM : 232009026

KERTAS KERJA

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

FAKULTAS

: EKONOMIKA DAN BISNIS

PROGRAM STUDI

: AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

PROGRAM STUDI AKUNTANSI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2013
I

III

MOTTO

Our Prime purpose in this life is to help
others. And if you cAn’t help them, At leAst
don’t hurt them. (dAlAi lAmA)
Ora et labora
Dream, believe and make it happen (Agnes
Monica)
Success is 1% genius and 99% perspiration
(Thomas alfa Edison)

IV


ABSTRACT
Abstract: This research is aimed to obtain empirical evidences on the impact internet financial
reporting (IFR) toward the market reaction were measured by abnormal return and stock
trading frequencies. The samples are 26 manufacturing companies from 13 sub industries
manufacturing which listed in Indonesian Stock Exchange period 2011. Samples are chosen by
using match paired test to know the impact of the using internet between IFR and non IFR
companies. Based on statistical tests using Mann Whitney U test, result showed that abnormal
return between IFR companies and non IFR companies are different, especially for the third day
after financial reports are published. Besides, the stock trading frequencies between IFR and
non IFR companies are not different. The companies using internet to expose their financial
reporting will have higher abnormal return than the companies that don’t use internet.

Keywords: Internet financial reporting, abnormal return, stock trading frequencies

V

ABSTRAKSI

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris mengenai dampak penggunaan

Internet Financial Reporting (IFR) terhadap reaksi pasar yang diukur dengan variabel abnormal
return dan frekuensi perdagangan saham. Penelitian ini menggunakan 26 sampel perusahaan
manufaktur, yang terbagi menjadi 13 sub industri manufaktur di Indonesia,dan terdaftar di BEI
tahun 2011. Sampel dipilih dengan menggunakan match paired test guna nengetahui dampak
penggunaan internet pada perusahaan IFR maupun non IFR. Berdasarkan pengujian yang
menggunakan uji Mann whitney u test, hasil menunjukkan bahwa abnormal return antara
perusahaan yang menggunakan IFR dengan perusahaan yang tidak menggunakan IFR tidak
berbeda, sedangkan frekuensi perdagangan saham antara perusahaan IFR dengan perusahaan non
IFR berbeda. Perusahaan yang menggunakan IFR sebagai media pelaporan keuangannya
memiliki frekuensi perdagangan saham yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan yang tidak
menggunakan perusahaan IFR sebagai media pelaporan keuangannya.

Kata kunci : Internet Financial Reporting (IFR), abnormal return, frekuensi perdagangan saham.

VI

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan atas berkatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini guna memenuhi syarat dalam menempuh ujian Sarjana Ekonomi Strata 1

pada jurusan Akuntansi di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
Dalam penulisan skripsi ini penulis meneliti dampak penggunaan Internet Financial
Reporting (IFR) terhadap reaksi pasar yang diukur dengan variabel abnormal return dan
frekuensi perdagangan saham.
Penulis menyadari bahwa ada banyak kekurangan dan kelemahan dalam penulisan skripsi
ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran, kritik, dan koreksi yang membangun guna
perbaikan penelitian serupa di kemudian hari.Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan
manfaat bagi pembaca dan pihak-pihak yang membutuhkan.
Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Salatiga, Januari 2013

Penulis

VII

UCAPAN TERIMAKASIH
Terimakasih sebesar-besarnya kepada Tuhan, karena dengan berkatNya penulis dapat
menyelesaikan skripsi berjudul “Internet Financial Reporting (IFR) dan Reaksi Pasar” ini.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis tidak lepas dari berbagai kesulitan, untuk itu

penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyajian skripsi ini masih jauh dari sempurna,
sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun untuk kemajuan
bersama.
Dalam mewujudkan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dan dorongan moril
maupun bimbingan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka
pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih yang tulus kepada :
1. Shizun, atas segala pertolongan dan berkatNya.
2. Bapak Hari Sunarto, SE, MBA, PhD selaku Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana.
3. Bapak Usil Sis Sucahyo, SE, MBA selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.
4. Ibu Supatmi, SE.,M.Ak.,Akt. selaku dosen pembimbing, terima kasih banyak atas
segala bimbingan, kesabaran, serta petunjuk Beliau dari awal hingga akhir penulisan
skripsi ini. Terima kasih banyak, mbak pat.
5. Seluruh dosen UKSW yang telah membekali penulis dengan ilmu pengetahuan serta
seluruh civitas akademika UKSW.
6. Seluruh keluarga besar penulis, papa, mama, dan kakak (Agnes), kuku, dan susuk
yang telah senantiasa memberikan dukungan baik moril dan materiil. Terutama papa

VIII


dan mama yang senantiasa memotivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
You’re such good parents mom, dad. I love you.
7. Pakme Loo Sioe Lan atas dukungan moril maupun materiilnya.
8. Agustinus Eric Gunawan atas support, diskusi,

bantuan dan dukungannya pada

penulis.
9. Sahabat dan teman-teman, Elvinna Chandra Pranata, Yunita Ciptadi, Shella
Pramudhyta, Liana Dewi, Melada Rosalind, Helen Puspita, Dwi Iga Luhsasi, Ingrid
Christiani, Ryan Alexander Tanjaya, Stephanie Tjoegito, Fransisca Diantika Lawole,
Gian Javier, Helena, Syndi, Ester, dan seluruh teman-teman kuliah atas semua
dukungan, bantuan, doa dan hari-hari yang dilalui bersama selama ini.
10. Semua pihak yang telah membantu penulis, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Akhirnya penulis berharap dan berdoa agar skripsi ini bermanfaat bagi semuanya, dan
semoga segala budi baik, dan bantuan yang penulis terima selama menyelesaikan skripsi minor
ini mendapatkan balasan yang berlipat ganda.
Salatiga, Januari 2013
Penulis


(Kartika Damayanti)

IX

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................................ i
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................................... iii
HALAMAN MOTTO .................................................................................................... iv
ABSTRACT ..................................................................................................................... v
ABSTRAKSI .................................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR ................................................................................................... vii
UCAPAN TERIMAKASIH ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI.................................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ......................................................................................................... xii
DAFTAR GRAFIK ...................................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... xiv
PENDAHULUAN...................................................................................... ..................... 1
TELAAH TEORETIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS ............................... 5

Internet Financial Reporting ................................................................................ 5
Reaksi Pasar ........................................................................................................... 7
Perumusan Hipotesis...............................................................................................9
METODE PENELITIAN ............................................................................................. 11
Jenis dan Sumber Data ....................................................................................... 12
Pengukuran Variabel Penelitian ........................................................................ 12
Teknik dan Langkah Analisis ............................................................................ 13
ANALISIS DAN PEMBAHASAN............................................................................... 15

X

Statistik Deskriptif............................................................................................... 15
Pengujian Hipotesis ............................................................................................. 18
PENUTUP ...................................................................................................................... 21
Kesimpulan ......................................................................................................... 22
Implikasi Terapan ............................................................................................... 22
Keterbatasan dan Saran untuk penelitian yang akan datang ......................... 22
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 24
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... 26
LAMPIRAN................................................................................................................... 27


XI

DAFTAR TABEL
Tabel 1 Jumlah Perusahaan Sampel Penelitian .............................................................. 16
Tabel 2 Uji Hipotesis Pertama ....................................................................................... 19
Tabel 3 Uji Hipotesis Kedua .......................................................................................... 20

XII

DAFTAR GRAFIK
Grafik 1 Abnormal Return antara Perusahaan IFR dengan Perusahaan
non IFR ........................................................................................................................... 17
Grafik 2 Frekuensi Perdagangan Saham antara Perusahaan IFR dengan Perusahaan
non IFR .......................................................................................................................... 18

XIII

DAFTAR LAMPIRAN


Lampiran 1. Data Penelitian .......................................................................................... 28
Lampiran 2. Uji Normalitas ............................................................................................ 36
Lampiran 3. Uji Hipotesis .............................................................................................. 37

XIV

INTERNET FINANCIAL REPORTING (IFR) DAN REAKSI PASAR
Abstract: This research is aimed to obtain empirical evidences on the impact internet financial
reporting (IFR) toward the market reaction were measured by abnormal return and stock
trading frequencies. The samples are 26 manufacturing companies from 13 sub industries
manufacturing which listed in Indonesian Stock Exchange period 2011. Samples are chosen by
using match paired test to know the impact of the using of the internet between IFR and non IFR
companies. Based on statistical tests using Mann Whitney U test, result showed that abnormal
return between IFR companies and non IFR companies are different, especially for the third day
after financial reports are published. Besides, the stock trading frequencies between IFR and
non IFR companies are not different. The companies using internet to expose their financial
reporting will have higher abnormal return than the companies that don’t use internet.

Keywords: Internet financial reporting, abnormal return, stock trading frequencies


PENDAHULUAN
Dewasa ini perkembangan teknologi dan informasi semakin pesat. Semua orang dapat
mengakses informasi yang ingin mereka dapatkan dengan mudah kapan pun mereka inginkan
dengan menggunakan internet. Hal ini turut memaksa perusahaan-perusahaan untuk mengikuti
perkembangan jaman dengan memanfaatkan teknologi internet untuk mempublikasikan laporan
keuangan, informasi finansial maupun non finansial perusahaan kepada masyarakat umum.
Perlahan tapi pasti, perusahaan-perusahaan telah beralih dari paper based menjadi technology
based dalam pengungkapan laporan keuangan perusahaan. Penggunaan teknologi internet untuk

menginformasikan laporan keuangan dan informasi mengenai perusahaan inilah yang disebut
dengan Internet Financial Reporting (IFR).
Fenomena penggunaan IFR oleh perusahaan telah marak di berbagai negara asing yang telah
maju. Banyak perusahaan yang membuat website perusahaan guna menginformasikan informasi
1

internal perusahaan agar dapat menarik perhatian khusus dari kreditur, analis, stockholders, dan
masyarakat lainnya untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut (Ashbaugh et al., 1999). Salah
satu faktor pemicu perkembangan IFR adalah karena internet menawarkan suatu bentuk unik
pengungkapan yang menjadi media bagi perusahaan dalam menyediakan informasi kepada
masyarakat luas sesegera mungkin (Abdelsalam et al., 2007). Pada tahun 2006, lebih dari 70%
perusahaan besar di dunia telah menerapkan IFR (Kahn, 2006). Fenomena penggunaan IFR oleh
perusahaan-perusahaan ini terlebih lagi didorong oleh adanya himbauan oleh SEC pada bulan
Agustus tahun 2000 lalu, agar semua perusahaan yang go public membuat semua informasi yang
berkaitan dengan kondisi dan kinerja perusahaan kepada seluruh pihak ketiga yang tertarik (Lai
et al.,2002). Hal ini berarti, seluruh kreditur, analis, investor, dan stockholders memiliki
kesempatan yang sama besar untuk dapat mengakses informasi mengenai perusahaan. Berbagai
faktor inilah yang semakin mendorong penggunaan IFR untuk menginformasikan mengenai
kondisi perusahaan.
Fenomena penggunaan IFR ini juga telah merambat ke Indonesia. Semakin banyak
perusahaan yang menerapkan IFR untuk menginformasikan mengenai kondisi perusahaan
kepada publik. Dengan semakin cepatnya informasi diterima oleh pasar, menyebabkan investor
segera bereaksi terhadap informasi baru yang masuk di pasar, sehingga menyebabkan harga
saham berubah. Hal ini sesuai denganyang diungkapkan oleh Beaver (1968), Ball dan Brawn
(1968)dan Fama (1969) dalam Lai et al., (2002) yaitu saham akan bergerak ketika informasi
yang berguna memasuki pasar. Ketika suatu informasi perusahaan dipublikasikan secara luas,
maka publik akan bereaksi terhadap informasi ini. Misalkan, suatu perusahaan mempublikasikan
laporan keuangan tahunannya dan mengumumkan akan membagi deviden pada website
perusahaan mereka, maka masyarakat akan segera bereaksi terhadap info ini. Mungkin saja
2

masyarakat akan berbondong-bondong membeli saham perusahaan tersebut, dan hal ini akan
memicu pergerakan harga saham perusahaan tersebut.
Pengungkapan informasi pada website perusahaan juga merupakan suatu upaya perusahaan
untuk mengurangi miskomunikasi yang mungkin terjadi antara perusahaan dengan pihak luar.
Pengungkapan informasi pada website tersebut merupakan suatu bentuk komunikasi dari
perusahaan pada pihak luar, salah satunya berupa informasi keuangan yang dapat dipercaya dan
akan mengurangi ketidakpastian mengenai prospek perusahaan yang akan datang (Work et al.,
2000 dalam Hargyantoro, 2010).
Penelitian yang dilakukan oleh Budi dan Almilia (2007), mencoba mengukur kualitas
Financial and Sustainabilty Reporting pada website pada sektor Bank dan LQ- 45, sedangkan

Almilia (2009) menganalisa kualitas isi financial dan sustainability reporting pada perusahaan
go public. Penelitian ini memberikan hasil bahwa perusahaan di Indonesia belum secara optimal

memanfaatkan website untuk mengungkapkan informasi. Lodhia et al. (2004) meneliti
pengungkapan informasi keuangan melalui website di Australia, dan hasilnya adalah bahwa di
Australia, pelaporan perusahaan melaui internet sedang berkembang, tetapi perusahaan tidak
menggunakan internet secara maksimal untuk mengungkapkan informasi keuangan kepada para
pemegang saham.
Salah satu penelitian yang meneliti pengaruh IFR terhadap saham dilakukan oleh Lai et al.,
(2002). Lai meneliti pengaruh IFR terhadap harga saham di perusahaan-perusahaan Taiwan. Lai
menemukan bahwa perusahaan yang menerapkan IFR dan perusahaan dengan tingkat
pengungkapan informasi yang tinggi cenderung mempunyai abnormal return yang lebih besar
dan harga saham bergerak lebih cepat. Selain itu, penelitian Spanos (2006) menemukan bahwa

3

website belum dimanfaatkan secara maksimal di Yunani untuk mendistribusikan informasi bagi

investor.
Penelitian yang meneliti pengaruh IFR dan tingkat pengungkapan informasi melalui website
terhadap saham perusahaan di Indonesia dilakukan oleh Hargyantoro (2010). Hargyantoro
mencoba meneliti pengaruh Internet Financial Reporting dan tingkat pengungkapan informasi
melalui website terhadap frekuensi perdagangan saham di Indonesia dengan menggunakan
sampel perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Kompas 100. Hasil penelitian menemukan,
bahwa IFR dan tingkat pengungkapan informasi melalui website berpengaruh signifikan terhadap
frekuensi perdagangan saham.
Penelitian ini mencoba menguji kembali pengaruh IFR terhadap reaksi pasar. Adapun hal
yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan Hargyantoro
(2010) adalah, penelitian ini menggunakan data terbaru dengan menggunakan sampel perusahaan
manufaktur dan menambah variabel baru yakni abnormal return saham.
Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Lai et al., (2002)
adalah, penelitian ini mencoba melihat perbedaaan perusahaan yang menerapkan IFR dengan
perusahaan yang tidak menerapkan IFR dari dua sisi; yakni abnormal return saham yang akan
didapatkan oleh investor dan frekuensi perdagangan saham.
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan bukti empiris mengenai dampak
praktek pengungkapan IFR terhadap reaksi pasar yang diukur dengan abnormal return saham
dan frekuensi perdagangan saham antara perusahaan yang menerapkan IFR dengan perusahaan
yang tidak menerapkan IFR. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi
perusahaan, agar dapat memahami dampak

pengungkapan informasi melalui IFR terhadap

reaksi pasar, sehingga perusahaan dapat mempraktekkan IFR secara maksimal guna mendorong

4

frekuensi dan volume perdagangan saham perusahaan. Selanjutnya, bagi investor, agar dapat
memanfaatkan IFR dengan sebaik-baiknya sebagai salah satu alat untuk mendapatkan informasi
secara cepat dan menganalisis kondisi perusahaan, sehingga dapat menjadi salah satu dasar
pertimbangan dalam pembuatan keputusan investasi.

TELAAH TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
Internet Financial Reporting (IFR)
Internet Financial Reporting (IFR) adalah suatu upaya pencantuman informasi keuangan
perusahaan melalui internet atau website (Lai et al, 1999). Berdasarkan PSAK nomor 1 tahun
2009 dan Peraturan Bapepam nomor III.1.2; informasi keuangan ini meliputi laporan keuangan
tahunan perusahaan secara lengkap, yang terdiri dari Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan
Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas, serta Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) yang
merupakan ringkasan kebijakan akuntansi yang signifikan dan informasi penjelasan lainnya.
Chandra (2008) dalam Hargyantoro (2010) menyebutkan ada beberapa cara untuk
mengidentifikasikan penyajian melalui website, yakni membuat salinan atau copy laporan
keuangan yang telah dicetak dalam format electronic paper , mengkonversi laporan dalam bentuk
HTML, dan meningkatkan pencantuman laporan keuangan dalam website agar semakin mudah
diakses oleh pihak eksternal daripada laporan keuangan tercetak.
Venter (2002) dalam Hargyantoro (2010) menyebutkan ada beberapa format untuk
mempresentasikan laporan keuangan melalui internet, yaitu Portable Document Format (PDF),
Hypertext Markup Language (HTML), Graphics Interchange Format (GIF), Joint Photographic
Expert Group (JPEG), Microsoft Excel Spreadsheet, Microsoft Word, ZIP Files, Macromedia
Flash Software, Real Networks Player Software, dan Macromedia Shockwave Software.

5

Almilia (2008) menyebutkan beberapa keunggulan pengungkapan laporan keuangan dengan
IFR, yakni:
1. Menghemat biaya
Dengan adanya pengungkapan laporan keuangan melalui IFR, maka perusahaan tidak
perlu lagi mencetak laporan keuangan dengan menggunakan kertas. Hal ini tentu saja
mengurangi biaya penggunaan kertas dan biaya pendistribusian laporan keuangan kepada
pihak-pihak yang berkepentingan. Pihak yang ingin melihat laporan keuangan dapat
langsung memperolehnya melalui internet.
2. Mudah diakses
Investor akan lebih mudah mengakses informasi laporan keuangan melalui internet secara
cepat kapan pun mereka mau. Investor dapat mengakses informasi setidaknya: laporan
keuangan triwulanan, laporan keuangan tahunan, financial history, jumlah saham yang
beredar, dan sebagainya.
3. Penerimaan informasi yang up to date secara cepat
Dengan adanya IFR, maka pihak investor akan segera dapat mengakses informasi terbaru
secara cepat. Beberapa perusahaan bahkan telah mengizinkan pengunjung website
mereka untuk mendaftar menjadi anggota agar dapat dikirimi e-mail tentang newsletters,
dan beberapa informasi terbaru perusahaan.
Namun demikian, IFR juga mengandung kelemahan, yakni informasi yang diungkapkan
mungkin tidak akurat, karena perusahan lebih mengutamakan kecepatan pendistribusian laporan
keuangan dibanding keakuratan laporan keuangan. Selain itu, perusahaan kompetitor akan secara
mudah mengetahui informasi mengenai laporan keuangan perusahaan, sehingga cukup beresiko
dalam kompetisi perebutan pangsa pasar.

6

Reaksi Pasar
Suatu informasi yang masuk ke bursa saham akan mempengaruhi pasar untuk bereaksi (Ika
dan Purwaningsih, 2008). Untuk mengetahui reaksi pasar terhadap pengungkapan IFR oleh
perusahaan, maka dilakukan uji peristiwa (event study) yang mempelajari reaksi pasar terhadap
suatu peristiwa yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman. Penggunaan IFR
oleh perusahaan diharapkan akan memberikan dorongan bagi pasar untuk bereaksi, dan reaksi
pasar ini ditunjukkan oleh adanya perubahan harga saham, frekuensi perdagangan saham
perusahaan yang bersangkutan, dan return saham pada pasar (Ika dan Purwaningsih, 2008).
Abnormal return saham merupakan selisih antara return yang sesungguhnya

dibandingkan dengan return ekspektasi (Hartono 1998 dalam Budiman, Ferry dan Supatmi,
2008).Sedangkan frekuensi perdagangan saham adalah jumlah transaksi perdagangan saham
pada periode tertentu (Ang, 1997). Frekuensi menggambarkan berapa kali suatu saham suatu
emiten diperjual-belikan dalam suatu kurun waktu tertentu. Penelitian ini menggunakan
abnormal return saham dan frekuensi perdagangan saham sebagai alat ukur terhadap reaksi
pasar.
Penelitian ini menggunakan teori pasar efisien yang dikemukakan oleh Fama (1970) dalam
Jogiyanto (2008). Harga saham akan berubah ketika informasi yang dinilai cukup material
memasuki pasar (Beaver 1968; Ball dan Brown 1968 dalam Lai et al., 2002). Suatu informasi
yang berguna, akan menyebabkan investor mengevaluasi keputusannya dan segera melakukan
tindakan. Menurut teori pasar efisien, pasar dikatakan efisien jika harga-harga yang terbentuk di
pasar merupakan cerminan dari informasi yang ada, atau dengan kata lain, harga-harga asset atau
sekuritas secara cepat dan utuh mencerminkan informasi yang tersedia tentang asset atau
sekuritas tersebut (Gumantri dan Utami, 2002).

7

Fama menggolongkan pasar efisien berdasarkan tingkat penyerapan informasinya, yakni
pasar bentuk lemah, semi kuat, dan kuat. Menurut Sujoko (1999) serta Setiawan dan Hartono
(2002) dalam Marfuah (2006), pasar yang terdapat di Indonesia adalah pasar bentuk semi kuat.
Dalam pasar bentuk semi kuat, harga saham mencerminkan semua informasi publik yang
relevan. Harga yang tercipta merupakan gabungan dari harga saham historis dan informasi yang
terdapat di pasar, termasuk informasi tambahan seperti laporan keuangan dan informasi yang
diwajibkan oleh peraturan akuntansi(Jogiyanto, 2008). Menurut teori ini, investor tidak akan
memperoleh abnormal return jika mengetahui suatu informasi yang tersedia di pasar, karena
harga saham saat ini sudah mencerminkan informasi yang telah beredar.
Sebagai contoh, Sujoko(1999), maupun Setiawan dan Hartono (2002) menemukan bahwa
pengumuman deviden memiliki kandungan informasi, tetapi para pelaku pasar di Bursa Efek
Jakarta masih berlaku naif. Investor di BEJ merespon secara positif pengumuman peningkatan
deviden, namun mereka tidak memperhitungkan apakah kenaikan deviden itu berasal dari
perusahaan yang memiliki prospek atau tidak. Jadi, berdasarkan penelitian Sujoko (1999)
maupun Setiawan dan Hartono (2002), bentuk pasar efisien di Indonesia adalah semi kuat.
Dalam mempelajari teori pasar efisen, yang harus diperhatikan adalah, sejauh mana dan
seberapa cepat informasi mempengaruhi reaksi pasar, hal ini akan tercermin dalam perubahan
harga sekuritas (Gumantri dan Utami, 2002). Dalam penelitian ini, reaksi saham diukur dengan
menggunakan abnormal return saham dan frekuensi perdagangan saham.
Selain itu, teori yang berperan penting terhadap pengungkapan IFR mengenai perusahaan
adalah teori sinyal (signalling theory). Teori sinyal berpendapat bahwa pengungkapan informasi
mengenai perusahaan dapat mengurangi asimetri informasi antara investor dengan perusahaan
(Hargyantoro, 2010). Perusahaan harus memberikan sinyal bagi pihak luar agar para investor

8

mengerti kondisi dan kinerja perusahaan. Sinyal ini dapat berupa informasi mengenai hal-hal
yang telah dilakukan manager untuk memenuhi keinginan pemilik, atau memberikan tanda
bahwa perusahaan memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan perusahaan lainnya.

Perumusan Hipotesis
Lai et al. (2002) menyebutkan bahwa, pengungkapan sukarela oleh perusahaan melalui IFR,
akan memberikan nilai tambah informasi kepada investor dan akan menyebabkan harga saham
mengalami perubahan. Ketika informasi perusahaan didistribusikan secara cepat oleh perusahaan
melalui IFR,investor akan dapat mengetahuinya secara cepat, dan hal ini akan mengurangi
asimetri informasi serta memperpendek delay aksesibilitas informasi. Ketika investor
mendapatkan informasi secara cepat, maka ia akan segera bereaksi terhadap informasi tersebut,
apakah ia akan membeli, menjual saham yang ia miliki, atau menahan saham yang ada. Ketika
sekumpulan investor secara bersama-sama melakukan suatu tindakan tertentu terhadap saham,
maka harga saham di pasar akan berubah, dan perubahan harga saham ini akan diikuti oleh
perubahan frekuensi dan volume perdagangan saham.
Sebaliknya, pada perusahaan yang tidak menerapkan IFR, investor akan lebih lambat
mengetahui informasi mengenai perusahaan, sehingga akan memperpanjang rentang waktu
akseptibilitas informasi. Jika demikian, maka investor tidak dapatmembuat keputusan secara
cepat. Oleh karena investor tidak dapat membuat keputusan investasi secara cepat, maka harga
saham di pasar dan frekuensi perdagangan saham akan cenderung tidak mengalami perubahan
yang signifikan. Investor akan cenderung tidak tertarik untuk membeli saham perusahaan yang
tidak menerapkan IFR, karena lambatnya waktu penerimaan informasi. Jadi, dapat disimpulkan
bahwa reaksi pasar antara perusahaan yang menerapkan IFR dengan perusahaan yang tidak

9

menerapkan IFR akan berbeda. Pasar akan bergerak lebih cepat jika perusahaan menerapkan
IFR, hal ini tercermin dari perubahan abnormal return maupun frekuensi perdagangan saham
perusahaan yang menggunakan IFR akan berubah lebih cepat dibandingkan perusahaan yang
tidak menerapkan IFR.
Pernyataan ini didukung oleh penelitian Lai et al (1981) yang menemukan bahwa harga
saham perusahaan yang menerapkan IFR berubah lebih cepat dibandingkan perusahaan yang
tidak menerapkan IFR, selain itu abnormal return saham perusahaan yang mengungkapkan
informasi lebih banyak terbukti lebih tinggi dibandingkan abnormal return saham perusahaan
yang pengungkapan informasinya lebih sedikit. Selain itu, penelitian Hargyantoro (2010)
membuktikkan bahwa perusahaan yang menerapkan IFR memiliki frekuensi perdagangan saham
yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan yang tidak menerapkan IFR. Abdelsalam et al.
(2007) menemukan bahwa major shareholding berhubungan positif terhadap tingkat
pengungkapan informasi keuangan pada website perusahaan, sedangkan director shareholding
berhubungan negatif dengan tingkat pengungkapan informasi keuangan dalam website
perusahaan.
Oleh karena itu, hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut:
H1 :Ada perbedaan abnormal return saham perusahaan yang menerapkan IFR dengan
perusahaan yang tidak menerapkan IFR.
H2 :Ada perbedaan frekuensi perdagangan saham antara perusahaan yang menerapkan IFR
dengan perusahaan yang tidak menerapkan IFR.

10

METODE PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada tahun 2011.Penelitian ini menggunakan metode match paired test yang akan
mengelompokkan perusahaan menjadi dua kelompok, yakni perusahaan IFR dan perusahaan non
IFR (Lai et al.,2002). Dari tiap sub industri manufaktur, akan diambil 2 jenis perusahaan yakni
yang menggunakan internet sebagai media pelaporan keuangannya (perusahaan IFR) dan yang
tidak menggunakan internet (perusahaan non IFR). Adapun kriteria penggolongan perusahaan
yang menerapkan IFR adalah:
1. Menerbitkan laporan keuangan tahunan periode 2011 melalui website IDX atau website
perusahaan. Jika perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia, namun tidak
mencantumkan laporan keuangannya pada website IDX, maka penelusuran akan
dilakukan ke website masing-masing perusahaan menggunakan search engine seperti
Yahoo!, Google dan bing.
2. Memiliki info tentang tanggal upload atau rilis di website.
3. Data laporan keuangan diupload sampai dengan periode pengamatan yakni 30 Maret
2012.
4. Selama periode pengamatan, perusahaan tidak melakukan corporate action yang mungkin
dapat mempengaruhi keputusan investor untuk berinvestasi.
Jika perusahaan tidak mencantumkan laporan keuangan tahunan pada website IDX atau
website pribadi perusahaan sampai dengan tanggal yang ditetapkan oleh Bapepam sebagai batas

akhir penerbitan laporan keuangan yang telah diaudit, yakni tanggal 30 Maret, maka perusahaan
akan digolongkan sebagai perusahaan yang tidak menerapkan IFR. Selain itu, pemilihan
perusahaan non IFR akan dilakukan dengan memilih perusahaan yang memiliki total asset yang

11

relatif sama dengan perusahaan IFR. Adapun abnormal return saham dan frekuensi perdagangan
saham perusahaan non IFR akan diamati dengan mengikuti tanggal rilis perusahaan IFR, guna
memberikan efek match point agar data dapat dibandingkan.

Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder, yang diperoleh dari mendownload laporan
keuangan perusahaan-perusahaan yang tedaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), dengan
mengakses website www.idx.co.id.Selain itu, penelitian juga menggunakan data mengenai harga
saham yang diperoleh dari Indonesia Stock Exchange (IDX) tahun 2011.

Pengukuran Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan variabel abnormal return dan frekuensi perdagangan saham
untuk mengukur reaksi pasar. Abnormal return merupakan selisih antara return yang
sesungguhnya dibandingkan dengan return ekspektasi (Hartono 1998). Berikut ini rumus-rumus
yang dipakai untuk menentukan abnormal return:
ARi.t= Ri.t –E[Ri.t]
Dimana :
E(Ri.t)= αi+βi.Rm.t+ ei

dan

[

-

]

Keterangan:
ARi.t

= return tidak normal (abnormal return) sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t

12

Ri.t

=

return sesungguhnya yang terjadi pada sekuritas ke-i pada periode ke-t

E[Ri.t]

= return ekspektasi sekuritas ke-i

αi = konstanta sekuritas ke- i
βi = koefisien beta sekuritas ke-i
Pi.t

= harga saham sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke- t
= harga saham sekuritas ke- i pada periode peristiwa ke t-1
= actual return pasar yang terjadi pada periode peristiwa ke- t.
= indeks harga saham gabungan yang terjadi pada periode peristiwa ke-t.
= indeks harga saham gabungan yang terjadi pada periode peristiwa ke- t
Frekuensi perdagangan saham adalah jumlah transaksi perdagangan saham pada periode

tertentu

(Ang,

1997).

Frekuensi

menggambarkan

berapa

kali

suatu

saham

suatu

emitendiperjualbelikan dalam suatu kurun waktu tertentu. Berdasarkan Surat Edaran PT BEJ
No.SE-03/BEJ II-1/I/1994, suatu saham dikatakan aktif apabila frekuensi perdagangan saham
selama 3 bulan sebanyak 75 kali atau lebih.
Abnormal return saham dan frekuensi perdagangan saham perusahaan yang menerapkan

IFR dihitung dari t+5 setelah pengungkapan IFR oleh perusahaan tersebut. Alasan penggunaan 5
hari setelah pengungkapan IFR oleh perusahaan adalah untuk mengetahui dampak IFR terhadap
reaksi pasar secara langsung, dan menghindari pengaruh informasi lain selain pengungkapan IFR
yang mungkin dapat mempengaruhi keputusan investor sehingga dapat mempengaruhi hasil
penelitian.

Teknik dan Langkah Analisis
Penelitian ini menggunakan metode analisis Uji Statistik Deskriptif dan analisis uji beda.
Adapun rincian pengujian yang dimaksud adalah:

13

1. Uji Statistik Deskriptif
Statistik Deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari ratarata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan
skewness (Ghozali, 2005).
2. Uji Normalitas
Data pada setiap variabel terlebih dahulu diuji normalitasnya (Ika dan Purwaningsih,
2008). Bila distribusi data setiap variabel tidak normal, maka uji hipotesis menggunakan
statistik nonparametrik. Namun, jika data terdistribusi secara normal, maka pengujian
menggunakan uji parametrik.
Pengujian normalitas data dalam penelitian ini menggunakan uji kolmogrov smirnov. Jika
nilai probabilitas > 0,05, maka distribusi data adalah normal. Sebaliknya, jika nilai
probabilitas ≤ 0,05, maka data tidak berdistribusi normal.
3. Uji Hipotesis
a. One Sample t Test
One Sample t test digunakan jika data terdistribusi secara normal. Dasar pengambilan

keputusan berdasarkan nilai probabilitas adalah sebagai berikut:
-

Jika probabilitas > 0,05 maka Ha ditolak

-

Jika probabilitas ≤ 0,05 maka Ha diterima

b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Jika data tidak terdistribusi secara normal, maka pengujian dilakukan dengan
menggunakan uji Wilcoxon Signed Ranks Test. Dasar pengambilan keputusan
berdasarkan nilai probabilitas adalah sebagai berikut:
-

Jika probabilitas > 0,05 maka Ha ditolak

14

-

Jika probabilitas ≤ 0,05 maka Ha diterima

Adapun formula hipotesis statistik adalah sebagai berikut.
1. Abnormal return saham
Ho1 : µ 1 = µ 2
Tidak ada perbedaan rata-rata abnormal return saham antara perusahaan yang
menerapkan IFR dengan perusahaan yang tidak menerapkan IFR.
Ha1 : µ 1 ≠ µ 2
Ada perbedaan rata-rata abnormal return saham antara perusahaan yang
menerapkan IFR dengan perusahaan yang tidak menerapkan IFR.
2. Frekuensi perdagangan saham
Ho2 : µ 1 = µ 2
Tidak ada perbedaan rata-rata frekuensi perdagangan saham antara perusahaan
yang menerapkan IFR dengan perusahaan yang tidak menerapkan IFR.
Ha2 : µ 1 ≠ µ 2
Ada perbedaan rata-rata frekuensi perdagangan saham antara perusahaan yang
menerapkan IFR dengan perusahaan yang tidak menerapkan IFR.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Statistik Deskriptif
Penelitian ini menggunakan populasi 147 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada
tahun 2011. Adapun sampel dipilih dari sub-sub industri manufaktur, dan diambil 2 golongan
perusahaan; yakni yang menerapkan IFR dan yang tidak menerapkan IFR. Untuk mempermudah
pemahaman, tabel 1 menunjukkan pemilihan sampel penelitian.

15

Tabel 1. Sampel Penelitian Sub Industri Perusahaan manufaktur
No

Sub Sektor Manufaktur
Makanan dan Minuman
1
PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk.
2
PT Tunas Baru Lampung Tbk.
Rokok
3
PT Bentoel International Investama Tbk.
4
PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk.
Tekstil
5
PT APAC Citra Centertex Tbk.
6
PT Roda Vivatex Tbk.
Karet dan Kayu
7
PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk.
8
PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk.
Kimia
9
PT Lautan Luas Tbk.
10 PT Budi Acid Jaya Tbk.
Perekat
11 PT Duta Pertiwi Nusantara Tbk.
12 PT Ekadharma International Tbk.
Besi dan Aluminium
13 PT Pelangi Indah Canindo Tbk.
14 PT Indal Aluminium Industry Tbk.
Besi
15 PT Kedawung Setia Industrial Tbk.
16 PT Kedaung Indah Can Tbk
Batu, Kaca, Plastik
17 PT Surya Toto Indonesia Tbk.
18 PT Arwana Citra Mulia Tbk.
Kabel
19 PT Kabelindo Murni Tbk.
20 PT Jembo Cable Company Tbk.
Otomotif
21 PT Astra Otoparts Tbk.
22 PT Astra International Tbk.
Farmasi
23 PT Tempo Scan Pacific Tbk.
24 PT Kimia Farma Tbk.
Barang-barang Konsumsi
25 PT Mustika Ratu Tbk.
26 PT Martina Berto Tbk.
Total
Sumber: Data Diolah, 2012.

Kode

IFR / non IFR

AISA
TBLA

Non IFR
IFR

RMBA
HMSP

IFR
Non IFR

MYTX
RDTX

Non IFR
IFR

TKIM
INKP

Non IFR
IFR

LTLS
BUDI

Non IFR
IFR

DPNS
EKAD

Non IFR
IFR

PICO
INAI

Non IFR
IFR

KDSI
KICI

Non IFR
IFR

TOTO
ARNA

Non IFR
IFR

KBLM
JECC

Non IFR
IFR

AUTO
ASII

Non IFR
IFR

TSPC
KAEF

Non IFR
IFR

MRAT
MBTO
26

Non IFR
IFR

16

Perusahaan yang tercantum di tabel di atas adalah perusahaan manufaktur yang memiliki
asset yang relatif sama, agar hasil penelitian benar-benar dapat merefleksikkan perbedaan
penggunaan internet sebagai media pelaporan keuangan. Ada 26 sampel perusahaan, yang
terbagi menjadi 13 sub industri.
Untuk mempermudah pemahaman dan memberikan gambaran yang lebih jelas, makagambaran
abnormal return dan frekuensi perdagangan saham antara perusahaan IFR dengan perusahaan

non IFR akan disajikan melalui grafik sebagai berikut.

Grafik1.Abnormal ReturnPerusahaan IFR dengan Perusahaan non IFR
0.05
0
AR1

AR2

-0.05

AR3

AR4

AR5

Rata-rata
AR

non IFR
IFR

-0.1
-0.15

Sumber : Data Diolah, 2012.

Dari grafik di atas, diketahui bahwa pola pergerakan grafik abnormal return perusahaan
yang menggunakan internet dengan perusahaan yang tidak menggunakan internet tidak berbeda,
yakni seperti huruf V. Pada t+1 menuju t+2, abnormal return baik perusahaan IFR maupun non
IFR mengalami kenaikan, sedangkan pada t+2 menuju t+3, abnormal return mengalami
penurunan yang cukup drastis. Pada t+1, t+2 dan t+4 abnormal return perusahaan non IFR lebih
tinggi dibanding perusahaan IFR, sedangkan pada t+3 dan t+5 abnormal return perusahaan yang
menggunakan IFR lebih tinggi dibanding perusahaan non IFR.
17

Selain itu, untuk memperjelas pemahaman mengenai gambaran frekuensi perdagangan
saham antara perusahaan IFR dan perusahaan non IFR, maka grafik frekuensi perdagangan
saham antara perusahaan IFR dan non IFR akan disajikan sebagai berikut.

Grafik 2. Frekuensi Perdagangan Saham Perusahaan IFR dengan Perusahaan non IFR
400
350
300
250
200

IFR

150

NONIFR

100
50
0
FR1

FR2

FR3

FR4

FR5

Rata2_FR

Sumber : Data Diolah, 2012.
Dari grafik di atas, diketahui bahwa pola pergerakan grafik frekuensi perdagangan saham
perusahaan IFR dan perusahaan non IFR adalah sama, yakni menurun pada t+1, t+2, t+3,
mengalami kenaikan pada t+4, dan hanya berbeda pada t+5. Dari grafik juga dapat dilihat bahwa
frekuensi perdagangan saham perusahaan yang menggunakan internet lebih tinggi dibandingkan
perusahaan yang tidak menggunakan internet.

Pengujian Hipotesis
Setelah data tiap variabel diuji normalitasnya, diketahui bahwa sebaran data tidak normal,
sehingga uji hipotesis yang digunakan adalah Mann whitney U test. Dari pengujian hipotesis,
diketahui bahwa abnormal return perusahaan yang menggunakan internet sebagai media

18

pelaporan keuangannya dengan perusahaan yang tidak menggunakan internet berbeda, terutama
pada t+3 setelah laporan keuangan dipublikasikan melalui internet.
Untuk memberikan pemahaman yang lebih jelas, di bawah ini terdapat tabel hasil pengujian
abnormal return.
Tabel 2.Uji Hipotesis Pertama

Keterangan

Z

Asymp Sig

Kesimpulan

AR1 non IFR - AR1 IFR

-0.128

0.92

H0 diterima

AR2 non IFR - AR2 IFR

-1.00

0.317

H0 diterima

AR3 non IFR – AR3 IFR

-1.718

0.086*

H0 ditolak

AR4 non IFR – AR4 IFR

-0.897

0.369

H0 diterima

AR5 non IFR – AR5 IFR

-0.744

0.457

H0 diterima

Rata-rata ARNIF-ARIFR

-0.897

0.369

H0 diterima

Sumber: Data diolah, 2012.
Keterangan: *) memiliki signifikansi 10%
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa abnormal return perusahaan yang menggunakan
internet dan perusahaan yang tidak menggunakan internet pada t+1, t+2, t+4, dan t+5 tidak
berbeda, hanya berbeda pada t+3 saja. Jadi, perbedaan abnormal return hanya terjadi pada hari
ketiga setelah laporan keuangan dipublikasikan. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan
respon pasar yang diukur dengan menggunakan abnormal return terhadap publikasi laporan
keuangan melalui internet (IFR). Hal ini juga menunjukkan bahwa investor memerlukan waktu
untuk menerima dan mencerna informasi yang masuk ke dalam pasar, dan reaksi terhadap
informasi tersebut cepat dan singkat, hanya berlangsung 1 hari saja. Selain itu, dapat dikatakan
bahwa investor memanfaatkan moment jangka pendek yakni saat hari ketiga setelah informasi
masuk ke dalam pasar, setelah itu dianggap moment sudah tidak ada.
19

Pengujian ini sesuai dengan penelitian Lai et al (1981) yang menemukan bahwa harga
saham perusahaan yang menerapkan IFR berubah lebih cepat dibandingkan perusahaan yang
tidak menerapkan IFR, selain itu abnormal return saham perusahaan yang mengungkapkan
informasi lebih banyak terbukti lebih tinggi dibandingkan abnormal return saham perusahaan
yang pengungkapan informasinya lebih sedikit. Namun, hasil pengujian ini bertentangan dengan
temuan Sujoko (1999) serta Setiawan dan Hartono (2002) dalam Marfuah (2006), yang
menyatakan bahwa pasar yang terdapat di Indonesia adalah pasar bentuk semi kuat.Menurut teori
ini, investor tidak akan memperoleh abnormal return jika mengetahui suatu informasi yang
tersedia di pasar, karena harga saham saat ini sudah mencerminkan informasi yang telah beredar.
Lebih lanjut, tabel di bawah ini akan memberikan gambaran mengenai uji hipotesis
frekuensi perdagangan saham.

Tabel 3. Uji Hipotesis Kedua

Keterangan

Z

Asymp Sig

Kesimpulan

FR1 non IFR - FR1 IFR

-0.796

0.426

H0 diterima

FR2 non IFR - FR2 IFR

-0.976

0.329

H0 dierima

FR3 non IFR – FR3 IFR

-1.257

0.209

H0 diterima

FR4 non IFR – FR4 IFR

-1.155

0.248

H0 diterima

FR5 non IFR – FR5 IFR

-1.257

0.209

H0 diterima

Rata-rata FRNIF-FRIFR

-1.513

0.130

H0 diterima

Sumber : Data Diolah, 2012.

20

Dari tabel uji hipotesis kedua, diketahui bahwa frekuensi perdagangan saham pada t+1,
t+2, t+3, t+4, t+5 serta rata-rata frekuensi perdagangan saham antara perusahaan IFR dengan
perusahaan non IFR tidak berbeda.Hal ini menunjukkan bahwa frekuensi perdagangan saham
baik perusahaan IFR maupun non IFR di Indonesia tidak berbeda. Temuan ini menunjukkan
bahwa tidak ada perbedaan respon pasar yang diukur dengan frekuensi perdagangan saham
terhadap publikasi laporan keuangan melalui internet (IFR). Artinya, baik perubahan harga
saham di pasar maupun transaksi jual beli saham tidak mengalami fluktuasi yang signifikan. Ada
beberapa dugaan yang melatarbelakangi mengapa frekuensi perdagangan saham antara
perusahaan IFR dengan perusahaan non IFR tidak berbeda, yakni diduga frekuensi perdagangan
saham perusahaan IFR maupun non IFR merupakan saham blue chip, yakni saham yang diminati
oleh investor, sehingga investor tertarik memperjualbelikan saham baik perusahaan IFR maupun
non IFR tanpa peduli apakah perusahaan menggunakan internet sebagai media pelaporan
keuangannya atau tidak. Dugaan selanjutnya, investor telah dapat memprediksi kinerja baik
perusahaan IFR maupun non IFR melalui laporan keuangan triwulanan perusahaan, sehingga
investor tidak lagi memerlukan laporan tahunan perusahaan.
Lebih lanjut, penelitian ini menolak temuan Hargyantoro (2010) yang menemukan bahwa
frekuensi perdagangan saham perusahaan yang menggunakan internet lebih tinggi dibandingkan
perusahaan yang tidak menggunakan internet.

PENUTUP
Respon pasar yang diukur dengan variabel abnormal return antara perusahaan yang
menggunakan internet sebagai media pelaporan keuangannya dengan perusahaan yang tidak
memakai internet ditemukan berbeda, yakni pada t+3 setelah informasi masuk ke dalam pasar.

21

Namun demikian, respon pasar yang diukur dengan variabel abnormal return berlangsung
singkat, hanya selama satu hari saja. Lebih lanjut, respon pasar yang diukur dengan variabel
frekuensi perdagangan sahamantara perusahaan IFR tidak berbeda dibanding perusahaan non
IFR.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Lai et al. (1981) yang menemukan bahwa harga
saham perusahaan yang menerapkan IFR berubah lebih cepat dibandingkan perusahaan yang
tidak menerapkan IFR, selain itu abnormal return saham perusahaan yang mengungkapkan
informasi lebih banyak terbukti lebih tinggi dibandingkan abnormal return saham perusahaan
yang pengungkapan informasinya lebih sedikit. Dengan demikian, diketemukan ketidak
konsistenan hasil penelitian dengan dampak Internet Financial Reporting terhadap reaksi pasar.
Namun demikian, temuan ini menolak temuan Hargyantoro (2010) yang menyatakan
bahwa Internet Financial Reporting (IFR) akan berpengaruh terhadap frekuensi perdagangan
saham, serta menolak temuan Sujoko (1999) serta Setiawan dan Hartono (2002) dalam Marfuah
(2006), yang menyatakan bahwa pasar di indonesia adalah pasar semi kuat, oleh karena itu harga
saham saat ini telah mencerminkan informasi yang terkandung di pasar, sehingga investor tidak
akan memperoleh abnormal return meskipun mengetahui suatu informasi di pasar.
Penelitian ini masih memiliki keterbatasan, yang pertama adalah, penelitian ini masih
memakai cutoff yang ditetapkan oleh BEI, untuk membedakan perusahaan IFR dengan
perusahaan non IFR, yakni 30 Maret 2012. Adapun saran untuk penelitian di masa mendatang
adalah dengan menggunakan cutoff yang lain untuk mengetahui reaksi pasar antara perusahaan
IFR dengan perusahaan non IFR. Kedua periode penelitian ini masih terbatas hanya 1 tahun
yakni pada tahun 2012, dimungkinkan penelitian di masa mendatang untuk memperpanjang
periode penelitian, tidak hanya 1 tahun, serta dimungkinkan untuk menambah sampel penelitian,

22

tidak

hanya

perusahaan

manufaktur,

agar

mendapatkan

bukti

empiris

yang

lebih

akurat.Selanjutnya, penelitian di masa mendatang diharapkan untuk menambah variabel
penelitian untuk mengukur respon pasar, misalnya volume perdagangan saham.

23

DAFTAR PUSTAKA

Abdelsalam, O.H., El-Masry, Ahmed. 2008. “The Impact Of Board Independence And
Ownership Structure On The Timeliness Of Corporate InternetReporting Of Irish-Listed
Companies”. Managerial Finance, Vol. 34No. 12, pp. 907-918.
Almilia, Luciana Spica. 2009. “Analisa Kualitas Isi Financial And SustainabilityReporting Pada
Website Perusahaan Go Publik Di Indonesia”.Seminar Nasional Aplikasi Teknologi
Informasi 2009 (SNATI 2009).
Ang, Robert. 1997. “Buku Pintar Pasar Modal Indonesia Edisi I”. Media Soft, Indonesia.
Budi, Sasongko Susetyo dan Luciana Spica Almilia. 2007. “Corporate Internet Reporting of
Banking Industry and LQ45 Firms: An IndonesiaExample”. www.ssrn.com . Diunduh
tanggal 16 Januari 2012.
Ettredge, M., V. J. Richardson, and S. Scholz. 2002. “Dissemination ofInformation for Investors
at Corporate Web sites”. Journal ofAccounting and Public Policy 21:357- 369.
Fisher, Richard., Oyelere, Peter., and Laswad, Fauzi. 2004. “Corporate ReportingOn The Internet
Audit Issues And Content Analysis Of Practices”.Managerial Auditing Journal, Vol. 19
No. 3, pp. 412-439.
Ghozali, Imam. 2005. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”. Badan Penerbit
Universitas Diponegoro, Semarang.
Gumantri, Tatang Ary dan Elok Sri Utami. 2002. “Bentuk Pasar Efisien Dan Pengujiannya”.
Jurnal Akuntansi & Keuangan.Vol. 4, No. 1, Mei 2002: 54 – 68.
Ismail, Tariq H. 2002. “An Empirical Investigation of Factors InfluencingVoluntary Disclosure
of Financial Information on the Internet in theGCC Countries”.Working Paper Series. July
2002.www.google.com. Diunduh tanggal 16 Januari 2012.
Hargyantoro, Febrian. 2010. “Pengaruh Internet Financial Reporting dan Tingkat Pengungkapan
Informasi Website Terhadap Frekuensi Perdagangan Saham”. Skripsi Dipublikasikan,
Program Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. www.google.com. Diunduh
tanggal 16 Januari 2012.
Hartono, Jogiyanto. 2008. “Teori Portofolio dan Analisis Investasi”.BPFE, Yogyakarta.
Ika, Anuragabudhi dan Anna Purwaningsih. 2008. “Reaksi Pasar Terhadap Pengumuman Stock
Split: Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
Telaah Manajemen. Vol. 3, No. 1, Mei 2008: 11 - 23.
Khan, Tehmina. 2006. “Financial Reporting Disclosure On The Internet: AnInternational
Perspective”. Faculty of Business and Law School ofAccounting, Victoria University,
Australia.www.google.com. Diunduh tanggal 16 Januari 2012.
24

Lai, Syou-Ching., Lin, Cecilia., Lee, Hung-Chih., and Wu, Frederick H. 2010. “An Empirical
Study of the Impact of Internet Financial Reporting on Stock Prices”.The International
Journal of Digital Accounting Research .Vol 10: 1-26.
Leftwich, R. W., Watts, R. L., Zimmerman, J. L. 1981. “Volountary Corporate Disclosure: The
Case of Interim Reporting”. Journal of AccountingResearch 19 (supplement): 50- 77.
Lodhia, S. K, Allam, A., Lymer, A. 2004. “Corporate Reporting on the Internet inAustralia : An
Exploratory Study”. Australian Accounting Review. Vol. 14 No. 34, November 2004: 6471.
Marfuah. 2006. “Pengaruh Kecanggihan Investor Terhadap Ketepatan Reaksi Pasar Dalam
Merespon Pengumuman Deviden Meningkat”. Jurnal Akuntansi dan Audit Indonesia . Vol.
10, No. 2, Desember 2006: 137 – 154.
Setiawan, Doddy dan Jogiyanto Hartono. 2002. “Pengujian Efisiensi Pasar Bentuk Setengah
Kuat Secara Keput