SITUASI PSIKOLOGIS KELUARGA DALAM MEMBANGUN EMPATI PADA REMAJA (KONTEKS BUDAYA JAWA DAN PENGARUH ISLAM) Situasi Psikologis Keluarga Dalam Membangun Empati Pada Remaja (Konteks Budaya Jawa Dan Pengaruh Islam).

SITUASI PSIKOLOGIS KELUARGA DALAM MEMBANGUN EMPATI
PADA REMAJA (KONTEKS BUDAYA JAWA DAN PENGARUH ISLAM)

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi

Diajukan Oleh :
DESTARENI BELDA PUSPAWUNI WEWENGKANG
F 100 104 023

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
 

 

 
 


 

ABSTRAKSI
SITUASI PSIKOLOGIS KELUARGA DALAM MEMBANGUN EMPATI
PADA REMAJA(KONTEKS BUDAYA JAWA DAN PENGARUH ISLAM)
 

Destareni Belda Puspawuni Wewengkang
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
 

Empati merupakan respon afektif yang berasal dari pemahaman kondisi
emosional orang lain, perasaan yang sama dengan apa yang dirasakan orang lain.
Wujud empati pada masyarakat Jawa adalah dengan gotong-royong dan ewuhpekewuh. Salah satunya denganrewang atau nyinom dalam acara hajatan tetangga
atau saudara. Dilihat dari perkembangan jaman saat ini remaja mulai
meninggalkan kebudayaan seperti tradisi nyinom atau rewang. Penelitian ini
bertujuan untuk memahami dan mendeskripsikan situasi psikologis keluarga
dalam membangun empati pada remaja (konteks budaya Jawa dan pengaruh
Islam). Informan utama dalam penelitian ini adalah orang tua yang bertempat

tinggal di Karesidenan Surakarta, beragama Islam dan memiliki anak putra atau
putri remaja yang berusia 11-20 tahun. Metode pengambilan data yang dipakai
dalam penelitian ini adalah menggunakan kuesioner terbuka dan wawancara.
Hasil menunjukan bahwa situasi psikologis keluarga dalam membangun
empati pada remaja (konteks budaya Jawa dan pengaruh Islam) dapat disimpulkan
bahwa keluarga membangun empati pada anak remaja dengan cara memberi
contoh dan pengarahan agar anak mau peduli terhadap orang lain. Mengenai
bentuk-bentuk empati remaja (konteks budaya Jawa dan pengaruh Islam) yang
muncul ketika peduli terhadap orang lain yaituyaitu membantu orangtua dirumah,
menjenguk teman yang sakit dan bergotong royong dilingkungan sekitar rumah.
Prinsip Budaya Jawa dan Prinsip Islam tentang empati yang diterapkan oleh
keluarga dirumah adalah dalam keluarga menerapkan prinsip bergotong-royong,
ojo rumongso iso tapi iso rumongso, andhap asor, wong nandur bakale ngunduh
dan tangan mengkurep luwih becik tinimbang tangan mlumah. Sedangkan prinsip
Islam yang diterapkan dirumah untuk peduli terhadap orang lain adalah dengan
cara menjalankan sholat mendoakan orang yang terkena musibah, berpuasa dan
bersedekah.
Kata kunci : situasi psikologis keluarga, empati, budaya Jawa dan pengaruh
Islam
 



 

kegelisahan

Pendahuluan
Empati

merupakan

respon

afektif yang berasal dari pemahaman
kondisi

emosional

orang


lain,

perasaan yang sama dengan apa yang
dirasakan orang lain. Empati adalah
alat integral untuk mengetahui dan
berhubungan dengan orang lain dan
menambah

kualitas

hidup

dan

kekayaan interaksi sosial. Empati
memiliki

peran

penting


pada

perkembangan

pemahaman

sosial

dan

social

perilaku

positif dan

berfungsi sebagai fondasi hubungan
dan menjadi dasar koping dengan
stress dan penyelesaian konflik (Barr

dan Higgins, 2009).
Dalam

orang

lain,

rasa

tanggung jawab sosial, keprihatinan
terhadap sesama, belajar berkorban
demi orang lain dan menghayati
pengorbanan itu sebagai nilai yang
tinggi, tolong-menolong dan saling
membantu satu sama lain (Asep,
2010).

Wujud

masyarakat


Jawa

empati

pada

adalah

dengan

gotong-royong dan ewuh-pekewuh.
Gotong-royong maksudnya adalah
saling membantu dan melakukan
pekerjaan demi kepentingan bersama
tanpa adanya imbalan apapun. Salah
satunya denganrewang atau nyinom
dalam acara hajatan tetangga atau
saudara.


Tradisi

rewang

atau

membantu tetangga tentunya suatu

kebudayaan

hidup

kegiatan yang sangat positif terutama

orang Jawa tak luput dari kehidupan

untuk

sosial


khususnya di Jawa sendiri yang

dan

budaya

Jawa

yang

masyarakat

Indonesia

dilatarbelakangi oleh kebiasaan di

memang

masa lampau. Kebiasaan di masa


gotong royongnya karena dengan

lampau

rewang bisa saling bergotong-royong

untuk

mengajarkan
saling

masyarakat

menghargai

dan

kental

dengan


budaya

antara warga yang satu dengan yang

mengutamakan tata krama. Setiap

lainnya

anggota kelompok hendaknya dapat

sehingga menimbulkan rasa saling

mengembangkan

membutuhkan

keutamaan-

tanpa

membeda-bedakan

dan

membentuk

keutamaan seperti rasa belas kasihan,

persatuan yang kuat. Tradisi rewang

kebaikan

ini

hati,

kemampuan

kemurahan
ikut

hati,

merasakan

terbentuk

kesadaran

untuk

karena

adanya

membantu

dan


 

menolong

antar

tanpa

membantu antar sesama misalnya di

pamrih. Sehingga ketika ada tetangga

Jawa yaitu tradisi nyinom atau

yang punya hajatan maka tetangga

rewang.

yang lain juga akan membantu. Hal

empati tidak terlepas dari semakin

ini akan terjadi sebaliknya, ketika di

canggih

suatu kampung ada yang enggan

sekarang yang membuat remaja lebih

menolong tetangga maka dirinya

memilih melakukan hal-hal yang

akan dijauhi tetangga ketika sedang

berhubungan dengan teknologi yang

membutuhkan. Selain itu, bentuk

mudah dan cepat untuk memperoleh

empati lainnya adalah tepa slira yang

sesuatu sesuatu yang diinginkan.

memiliki

untuk

Seseorang ketika mempunyai acara

merasakan dan membantu sebisanya

hajatan akan lebih memilih untuk

orang yang menderita serta dapat

menyewa jasa catering dan menyewa

mengendalikan dan menghadirkan

gedung daripada harus membuat

rasa dalam komunikasi dengan orang

acara hajatan dirumah sendiri dan

lain.

menyusahkan tetangga atau orang-

arti

tetangga

kepedulian

Dilihat dari perkembangan
jaman saat ini nilai empati pada
remaja

sudah

mulai

berkurang.

Menurunnya

teknologi

nilai-nilai

pada

jaman

orang terdekatnya dalam memasak
(blogspot.com).
Para orang tua mengajarkan

dan

kepada anaknya untuk menghargai

tempat bergaul sangat mempengaruhi

dan menghormati orang lain. Anak

merosotnya nilai empati. Lunturnya

dibiasakan

nilai

remaja

menolong tanpa pamrih dan tidak

nilai

membeda-bedakan satu dengan yang

tolong-menolong

lainnya seperti dalam ajaran Islam

bermasyarakat.

yang mengajarkan tolong menolong

meninggalkan

setulus dan seikhlasnya agar bisa

Lingkungan

tempat

empati

menyebabkan
kepedulian
dalam
Remaja

tinggal

pada
menurunnya

dan

kehidupan
mulai

untuk

saling

kebudayaan seperti tidak menghargai

menjadi

berkah.

orang yang lebih tua sampai yang

diajarkan

untuk

paling

teman bermainnya, menolong teman

terlihat

adalah

untuk

Misalnya

tolong

berbagi

anak
dengan


 

yang sedang mengalami kesusahan

(Moordiningsih,

atau membutuhkan bantuan. Hal

Hertinjung, 2010).

tersebut hendaknya didukung dengan
suasana yang membuat anak merasa
nyaman

dengan

perbuatan

yang

dilakukannya

sebagai

bentuk

keberhasilan

orangtua

dalam

menanamkan

nilai

moral

yang

berbasis islami. Dalam membentuk
situasi psikologis yang diharapkan
adanya peran dari keluarga.Meskipun
tidak secara khusus berfokus pada
struktur

keluarga

Prastiti,

dan

Berdasarkan uraian di atas
maka

penulis

melakukan

tertarik

penelitian

untuk
mengenai

Situasi Psikologis Keluarga dalam
Membangun Empati pada Remaja
(Konteks Budaya Jawa dan Pengaruh
Islam). Peneliti ingin mengetahui
bagaimana

situasi

psikologis

keluarga dalam membangun empati
pada remaja.

tetapi

mampu

menyoroti

pentingnya

iklim

emosional

keluarga

dalam

afeksi seseorang terhadap suatu hal

kesejahteraan

yang dialami orang lain seolah

menciptakan
psikologis

pada

remaja

dengan

Empati

sebagai

tanggapan

mengalami sendiri hal tersebut dan

dukungan interaksi yang diberikan

diwujudkan

keluarga.

menolong, menghibur, berbagi dan

Situasi
kondusif

di

psikologis

yang

lingkungan

tidak

dengan

bentuk

bekerja sama dengan orang lain
(Walgito, 2002).

sesuai

Menurut Eileen dan Sylvina

dengan yang diharapkan. Dalam

(dalam Taufik, 2000) empati adalah

situasi psikologis yang kondusif,

kegiatan berpikir individu mengenai

anggota keluarga mempersepsikan

rasa

lingkungannya dengan keadaan yang

berhubungan dengan orang lain.

dinamis, tenang, nyaman, damai,

Sobur (2003) juga menambahkan

saling percaya, penuh kehangatan,

pada dasarnya kemampuan empati

dan terjadi interaksi yang aktif dalam

merupakan peralatan antar pribadi

relasi sosial antaranggota keluarga

yang

selamanya

dapat

terjadi

yang

sangat

dihasilkan

bermanfaat

ketika

karena


 

kemampuan

empati

adalah

masing-masing dua aspek. Dalam

kemampuan untuk melihat dunia dari

komponen

sudut

lain,

perpective taking dan fantasy, dan

untuk

dalam komponen afektif, yaitu aspek

pandang

kemampuan

orang
empati

kognitif

yaitu

aspek

menyelaraskan diri dengan yang

empaty

corcern, personal distress.

mungkin dirasakan dan dipikirkan

Dari keempat aspek tersebut, Baron

orang lain tentang suatu situasi

& Byrne (1997) menambahkan satu

betapapun berbedanya pandangan itu

aspek yang merupakan komponen

dengan pandangan seseorang.

afektif yaitufeeling sympathetic.

Berdasarkan definisi diatas

Berdasarkan uraian di atas

dapat disimpulkan bahwa empati

dapat diambil kesimpulan bahwa

merupakan

aspek-aspek

kemampuan

untuk

dalam

empati

yaitu

merasakan suatu hal yang dialami

sudut pandang (perspective taking),

orang lain seolah mengalami sendiri

imajinasi

hal tersebut dan diwujudkan dengan

berempati

bentuk

menghibur,

orientasi mengatasi stress (personal

berbagi dan bekerja sama dengan

distress), perasaan simpati (feeling

orang lain.

sympathetic), kesadaran diri dan

menolong,

Sumarni (2003)memaparkan

(fantasy),
(emphatic

kepedulian
concern),

pendidikan dari orang tua.
Gunarsa (1991) menyatakan

dua komponen dalam empati yaitu
komponen kognitif dan komponen

bahwa

afektif.

individu banyak dipengaruhi oleh

Komponen

difokuskan

pada

intelektual

untuk

kognitif

kemampuan

berempati

proses-proses

derajat

kematangan

seseorang.

memahami

Derajat

kematangan

merupakan

perspektif orang lain dengan tepat.

besarnya

Sedangkan

afektif

dalam memandang suatu hal secara

kecenderungan

proporsional, boleh jadi seseorang

seseorang untuk memahami perasaan

yang usianya lebih muda mempunyai

emosional

orang

Kedua

derajat kematangan yang lebih tinggi

komponen

tersebut

mempunyai

dibandingkan dengan seseorang yang

diartikan

komponen
sebagai

lain.

kemampuan

seseorang


 

usianya lebih tua, sehingga boleh jadi

dan buruk tentu ukurannya adalah

seseorang yang lebih muda mampu

norma-norma Islam yang pertama

berempati

kali dari kedua orangtuanya atau

dibandingkan

dengan

orang-orang terdekat, yang berada

orang yang lebih tua.
Dalam kajian Islam empati
bisa muncul dalam membantu korban
bencana alam, menolong orang lain
yang

terkena

musibah,

ataupun

meringankan seseorang yang lekas
menerima

ujian

Allah

seperti

kecelakaan. Adapun bentuk-bentuk
lain

empati

memberikan

itu

antara

masukan

lain:

dalam

lingkungan

Sedang

dikatakan

keluarganya.
sebagai

pusat

pendidikan yang utama, karena yang
lebih

bertanggung

pendidikan
orangtua

jawab

peserta

atas

didik

mereka,

meski

adalah
mereka

sudah mengenal masyarakat, masjid
maupun sekolah (Sudarno, 2010).

positif,

Situasi psikologis keluarga

memberikan pelayanan/memudahkan

merupakan situasi yang kondusif

orang lain, mengembangkan orang

dapat

lain,

psikologis

menjaga

kesopanan

dalam

dimaknai

bahwa

situasi

terjadi

dalam

yang

pergaulan, memahami aturan main

kelompok adalah dalam keadaan

yang berlaku, baik yang tertulis atau

dinamis, tenang, nyaman, damai,

yang tidak tertulis, dan lain-lain.

saling

Dalam Al-Quran, bentuk empati ini

kehangatan dalam relasi sosial antar

seperti dilukiskan dalam surat (Qs.

anggota kelompok (Moordiningsih,

Al-Maidah: 02) yang berbunyi :”Dan

Prastiti, dan Hertinjung, 2010).

tolong-menolonglah
(mengerjakan)

kamu

dalam

kebajikan

dan

takwa."
adalah

pertama

dan

pusat
utama.

hati,

kegelisahan

pertama,

keprihatinan

mulai

dikenalkan dengan nilai-nilai baik

kemurahan

hati,

kemampuan untuk ikut merasakan

tanggung

anak

penuh

mengembangkan rasa belas kasihan,

Dikatakan sebagai pusat pendidikan
karena

serta

Dalam keluarga Jawa juga

kebaikan

Keluarga
pendidikan

percaya,

orang
jawab

lain,

rasa

sosial,

dan

terhadap

(Magnis-Suseno, 2003).

sesama


 

Wibawa

(2012)

Kuisioner terbuka dibuat berdasarkan

mengemukakan bahwa dalam bahasa

tujuan dan pertanyaan penelitian

dan sastra Jawa terkandung tata nilai

yang dibagikan kepada informan

kehidupan

norma,

utama.Sedangkan wawancara pada

keyakinan, kebiasaan, konsepsi, dan

penelitian kali ini dilakukan kepada

simbol-simbol

dan

informan pendukung dengan tujuan

berkembang dalam masyarakat Jawa,

untuk menambah referensi dalam

toleransi, kasih sayang, tepaslira,

hasil penelitian.

gotong

Jawa

seperti

yang

royong,

kemanusiaan,

hidup

andhap

nilai

asor,

hormat,

tahu

Hasil dan Pembahasan

berterimakasih, dan lainnya. Sikap

Mengenai situasi psikologis

andhap ashor berarti rendah hati

keluarga dalam membangun empati

yang mengandung makna tidak mau

pada remaja konteks budaya Jawa

menonjolkan

dan pengaruh Islam. Berdasarkan

diri,

meskipun

hasil

sebenarnya memiliki kemampuan.

penelitian

kuesioner
Metode Penelitian

menggunakan

diketahui

prosentase

tertinggi untuk frekuensi perasaan

Informan dalam penelitian ini

informan ketika berkumpul bersama

ditetapkan berdasarkan orang tua

keluarga dirumah adalah merasa

yang

di

bahagia. Melihat dari uraian tersebut

beragama

dapat disimpulkan bahwa berkumpul

bertempat

Karesidenan

tinggal

Surakarta,

Islam dan memiliki anak putra atau

bersama

putri remaja yang berusia 11-20

kebahagiaan bagi setiap keluarga.

tahun. Pada penelitian ini, peneliti

Hal ini sesuai dengan teori Wijayanti

menambahkan informan pendukung,

&

yaitu anak remaja dari orangtua.

menyatakan

Metode pengumpulan data
dalam penelitian ini adalah kualitatif
yang

diungkap

dengan

metode

kuisioner terbuka dan wawancara.

keluarga

Nurwiyanti
bahwa

merupakan

(2010)

yang

kebersamaan

seluruh keluarga merupakan salah
satu wujud bentuk kebahagiaan yang
ada didalam suatu keluarga. Dalam
konteks budaya Jawa peribahasa
“mangan ora mangan nek kumpul”


 

juga mencerminkan bahwa budaya

mengembangkan

Jawa selalu ingin berkumpul bersama

keutamaan seperti rasa belas kasihan,

keluarga

kebaikan

maupun

lingkungan

keutamaan-

hati,

kemurahan

hati,

sosialnya. Peribahasa Jawa tersebut

kemampuan

ikut

memberikan gambaran bahwasanya

kegelisahan

orang

apapun keadaan yang sedang dijalani

tanggung jawab sosial, keprihatinan

atau apapun masalah yang sedang

terhadap sesama, belajar berkorban

dihadapi bukanlah merupakan suatu

demi orang lain dan menghayati

penghalang

pengorbanan itu sebagai nilai yang

untuk

berkumpul,

merasakan
lain,

rasa

berinteraksi, atau berkomunikasi satu

tinggi.

sama lain antar anggota keluarga.

pengajaran yang diberikan orangtua

Setiap

keluarga

mendambakan keluarga ideal yang
dilihat berdasarkan hasil penelitian
menggunakan
informan

metode

kuisioner

membentuk

dan

mewujudkan keluarga yang sejahtera
(sakinnah,

mawadah,

warahmah)

adalah

dengan

mentaati

ajaran

agama,

karena

didalam

islam

orangtua mempunyai tugas mendidik
dan mengajarkan akhlak yang mulia
kepada anak sesuai perintah Allah.
Selain itu dalam keluarga Jawa selalu
mengutamakan nilai-nilai moral yang
berpegang pada ajaran kebudayaan
terutama nilai kepedulian. Hal ini
terlihat dari pernyataan Asep (2010)
yang

menyatakan

bahwa

setiap

anggota keluarga hendaknya dapat

kepada

Selanjutnya

anak

melalui

mengandung

nilai

kepedulian terhadap sesama. Hal
tersebut

terlihat

dari

frekuensi

informan memberi contoh kepada
anak agar peduli terhadap orang lain
dengan

cara

tolong-menolong.

Pemberian contoh dari orangtua
untuk menolong sesama merupakan
wujud pembentukan perilaku anak
dalam keluarga yang ditentukan oleh
sikap dan perilaku orangtua yang
dilihat dan diamati anak dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam AlQuran Qs. Al-maidah: 02 yang
mengandung

arti

menolong

merupakan

bentuk

seseorang

dalam

kepedulian

bahwa

tolong-

mengerjakan kebajikan dan taqwa.
Selain tolong-menolong cara lain
yang diajarkan tentang kepedulian


 

adalah bersedekah kepada orang lain.

yang sedang membutuhkan bantuan

Bersedekah merupakan pemberian

seperti

dari seorang muslim secara sukarela

bekerja anak dibiasakan untuk ikut

dan ikhlas tanpa dibatasi oleh waktu

membantu

dan jumlah. Dari segi bentuknya

pekerjaan rumah. Kebiasaan tersebut

sedekah sesungguhnya tidak dibatasi

berawal dari ajaran orangtua sebagai

pemberian dalam bentuk uang, tetapi

perintah kepada anak yang harus

sejumlah

dipatuhi

amal

kebaikan

yang

ketika

orangtua

dalam

dan

lama

sedang

mengerjakan

kelamaan

dilakukan seorang muslim sebagai

menjadikan hal tersebut kewajiban

sarana beribadah. Hal ini tergambar

yang harus dilakukan oleh anak.

dalam Al-Quran Qs. 2:261 yang

Anak dibiasakan untuk membantu

mengandung makna bahwa nafkah

pekerjaan rumah agar mengurangi

yang dikeluarkan oleh manusia akan

beban anggota keluarga dirumah.

dilipat gandakan Allah nantinya.

Sehingga

Pada kehidupan sehari-hari
anak dibimbing dan diarahkan untuk
mampu

berempati

pada

situasi/keadaan yang membuat anak
terbiasa

dengan

sesuatu

yang

diperhatikan dan diamati oleh anak.
Hal

ini

sesuai

dengan

hasil

wawancara dari beberapa subjek
yang

menyatakan

bahwa

anak

mampu peduli terhadap lingkungan
sekitarnya

ketika

dirumah

sedang

membutuhkan
diberikan

contoh

situasi/keadaan
sibuk

dan

bantuan.

Anak

untuk

mampu

berempati pada keluarganya dengan
cara membantu anggota keluarga

tanpa

disadari

pembentukan empati berawal dari
kebiasaan yang diajarkan orangtua.
Hal ini merupakan gambaran dari
konsep iklim keluarga sebagai pola
perilaku/sikap

yang

dilakukan

berulang-ulang dan perasaan yang
mencirikan kehidupan dalam sebuah
keluarga (Isaksen, Lauer, Ekvall, &
Britz, dalam Bartlett, 2011). Teori
lain yang sesuai juga dikemukakan
oleh Sudarno (2010) yaitu keluarga
sebagai pusat pendidikan pertama
dan utama. Dikatakan sebagai pusat
pendidikan pertama, karena anak
mulai dikenalkan dengan nilai-nilai
baik dan buruk tentu ukurannya
adalah norma-norma Islam yang


 

pertama kali dari kedua orangtuanya

selalu

atau

lingkungan

orang-orang

berada

terdekat,

dalam

keluarganya.
sebagai
utama,

yang

langsung kedalam bentuk perilaku.

lebih

Menurut Wang (2003), komponen
empati

peserta

ekspresi

adalah

meski

mengenal

orangtua

mereka

masyarakat,

dari

komunikatif

dari

adalah

pikiran

empati

sudah

(intellectual emphaty) dan perasaan

masjid

empati (empathic emotions) terhadap
orang lain yang dapat diekspresikan

maupun sekolah.
Selain
situasi/keadaan

sedang

mampu mewujudkan kepeduliannya

bertanggung jawab atas pendidikan

mereka,

yang

dikatakan

yang

didik

sekitar

mengalami kesusahan sehingga anak

pendidikan

karena

memperhatikan

lingkungan

Sedang

pusat

yang

mencoba

pembiasaan,
yang

digunakaan

melalui

kata-kata

dan

perbuatan

langsung.

orangtua untuk membentuk empati

Hal tersebut sesuai dengan

pada anak yakni melalui cerita antara

teori Ali Muhtadi (2009) yang

orangtua

mengenai

menyatakan bahwa individu yang

kesusahan yang dialami oleh orang

mempunyai rasa empati yang sudah

dan

anak

wawancara

cukup tinggi biasanya akan ikut

orangtua

terhanyut dalam suatu cerita dan

mengajarkan empati kepada anak

tidak jarang mampu merasa sedih

pada saat keluarga duduk bersantai

dan menangis. Pada saat situasi

dengan

tentang

tersebut terjadi persepsi tentang hal

tetangga yang mengalami kesusahan

yang dirasakan oleh orang lain dan

dan seolah-olah anak mengalami hal

menanamkan

tersebut.

pada diri anak.

lain.

Dari

hasil

mengungkapkan

bahwa

menceritakan

Dalam

kisah

tersebut

orangtua menanamkan pada anak
bahwa

peristiwa

atau

keadaan

tersebut mungkin dapat menimpa diri
anak. Oleh karena itu orangtua
mengajarkan kepada anak untuk

pentingnya

Berdasarkan

empati

perilaku

dan

kebiasaan yang dilakukan orangtua
dalam

mengajarkan

peduli

terhadap

memunculkan

anak

beberapa

untuk
sesama,

tindakan

10 
 

yang kemudian diaplikasikan anak

terhadap lingkungan sekitar seperti

dalam kehidupannya bermasyarakat

membagikan sedikit bekal makanan

seperti peduli terhadap keluarga,

kepada teman disekolah, serta bentuk

teman

sebaya

dan

kepedulian yang ditunjukan kepada

sekitar.

Dari

hasil

masyarakat
penelitian

tetangganya

adalah

menjenguk

menggunakan kuesioner diketahui

tetangga yang sakit bersama-sama

prosentase tertinggi untuk tindakan

warga daerah rumah, bergotong-

yang dilakukan anak ketika peduli

royong dan membantu tetangga yang

terhadap orang lain adalah membantu

membutuhkan bantuan yang sering

orang-orang di sekitarnya. Hal ini

dikenal

senada

nyinom/rewang, serta memberi uang

dengan

menggunakan

hasil

penelitian

wawancara

kepada

orangtua yang menyatakan bahwa

membantu keluarga dirumah untuk
memasak, mencuci, dan menjaga
adik serta membantu teman yang
sedang kesusahan disekolah dan
membantu tetangga ketika ada acara
disuruh

membantu

membawa

minuman, makanan, dan snack-snack
kecil. Hal tersebut sesuai dengan
hasil wawancara terhadap anak yang
menyatakan bentuk kepeduliannya
ketika peduli terhadap orang lain
adalah membantu keluarga dirumah
untuk memasak, menyapu halaman,
mencuci piring dan menjaga adik
dirumah.

Kepedulian

lain

yang

ditunjukan anak remaja ketika peduli

sebutan

kepada pengemis ataupun pengamen
yang dijumpainya.

tindakan yang dilakukan ketika anak
peduli terhadap orang lain dengan

dengan

Hal ini sesuai dengan teori
yang dikemukakan oleh Walgito
(2002)

yaitu

empati

sebagai

tanggapan afeksi seseorang terhadap
suatu hal yang dialami orang lain
seolah

mengalami

sendiri

hal

tersebut dan diwujudkan dengan
bentuk

menolong,

menghibur,

berbagi dan bekerja sama dengan
orang lain. Dalam ajaran Islam
sendiri menuntut masyarakat untuk
saling

membantu

dan

saling

memperhatikan satu sama lain agar
dapat membangun tanggung jawab
sosial (Sayyid, 1997).
Dalam
kepedulian

kebudayaan

tersebut

terlihat

Jawa
dari

11 
 

wujud empati pada masyarakat Jawa

peran

penting dalam mengajarkan

dengan

bergotong-royong

dan

menumbuh

artinya

saling

melakukan

yang

membantu

dan

pekerjaan

demi

kembangkan

kepedulian anak terhadap orang lain.
Pada

masyarakat

Jawa

sudah

kepentingan bersama tanpa adanya

ditanamkan budi pekerti kehidupan

imbalan

satunya

sebagai masyarakat sosial yang tidak

dengan rewang atau nyinom dalam

bisa hidup sendiri tanpa bantuan

acara hajatan tetangga atau saudara.

orang lain. Saling membantu dan

Tradisi

melakukan

apapun.

rewang

Salah

atau

membantu

pekerjaan

demi

tetangga tentunya suatu kegiatan

kepentingan bersama tanpa adanya

yang sangat positif terutama untuk

imbalan

masyarakat Indonesia khususnya di

bedakan sehingga menimbulkan rasa

Jawa sendiri yang memang kental

saling membutuhkan dan membentuk

dengan budaya gotong royongnya

persatuan

karena dengan rewang bisa saling

gambaran dari masyarakat Jawa.

bergotong-royong antara warga yang
satu dengan yang lainnya tanpa
membeda-bedakan
menimbulkan

sehingga
rasa

membutuhkan

dan

saling
membentuk

persatuan yang kuat. Tradisi rewang
ini

terbentuk

karena

adanya

kesadaran

untuk

membantu

menolong

antar

tetangga

dan
tanpa

pamrih. Sehingga ketika ada tetangga
yang punya hajatan maka tetangga
yang lain juga akan membantu
(Wibawa, 2010).

pada

dan

yang

tanpa

kuat

membeda-

merupakan

Berdasarkan hasil penelitian
menggunakan

kuesioner

dapat

diketahui prinsip budaya Jawa yang
diterapkan di rumah agar anak mau
peduli terhadap orang lain adalah
gotong royong.

Konsep gotong

royong juga dapat dimaknai dalam
konteks pemberdayaan masyarakat
karena hal tersebut menjadi modal
sosial untuk membentuk kekuatan
kekeluargaan di lingkungan dalam
mewujudkan

kesejahteraan.

Koentjaraningrat (1998) menyatakan

Dalam membangun empati

bahwa nilai gotong royong dalam

remaja,

sistem

keluarga

memiliki

budaya

orang

Jawa

12 
 

mengandung konsep yaitu manusia

dirinya sendiri karena dalam hal ini

hidup di dunia saling membutuhkan

seseorang lebih ditekankan untuk

oranglain.

menyadari

Dengan

demikian,

bahwa

dirinya

juga

manusia pada hakekatnya tergantung

memiliki keterbatasan. Hal ini sesuai

dalam

kepada

dengan teori Koentjaraningrat (1998)

sesamanya. Karena itu seseorang

yang menyatakan bahwa rumongso

selalu

sedapat

iso adalah rasa untuk lebih melihat

mungkin memelihara hubungan baik

kedalam diri sendiri terlebih dahulu,

dengan

kehidupannya

berusaha

untuk

orang

menganggap

lain

sehingga

membesarkan rasa introspeksi diri,

seluruh

manusia

menguatkan

pondasi

hati,

dan

diciptakan sama dan berusaha untuk

melihat orang-orang disekitar yang

bisa mengahargai satu sama lainnya.

lebih membutuhkan sebagai bentuk

Selain itu prinsip budaya

silaturahmi.
Ditemukan

Jawa dipegang dan diajarkan kepada

juga

prinsip

anak untuk mampu berempati kepada

budaya jawa yang sering dikenal

orang lain yakni ojo rumangsa bisa

dengan sikap andhap ashor atau

nanging

rendah hati yang mengandung makna

bisa

rumangsa

yang

memiliki arti bahwa sebagai manusia

tidak

janganlah selalu merasa bisa, tetapi

meskipun

bisalah

kemampuan.

untuk

merasa.

Pada

mau

menonjolkan
sebenarnya

diri,

memiliki

Masyarakat

Jawa

kehidupan masyarakat Jawa, banyak

sangat mengutamakan sikap andhap

ditemukan nasehat agar anak remaja

ashor

tetap memiliki pribadi yang rendah

dengan orang lain dan menganggap

hati dan tidak menganggap rendah

setiap celaan dari orang lain sebagai

pihak lain. Dalam ajaran Jawa

sarana mawas diri sehingga mampu

seseorang lebih ditekankan untuk

mengadakan

dapat melakukan koreksi sehingga

sesuai dengan teori Wibawa (2010)

tidak terdorong untuk meremehkan

yang menyatakan bahwa masyarakat

orang

Jawa sangat mengutamakan sikap

lain.

dibenarkan

Seseorang
untuk

tidak

menonjolkan

andhap

dalam

menjalin

perbaikan.

ashor

dalam

hubungan

Hal

ini

menjalin

13 
 

hubungan dengan orang lain dan

Sedangkan tangan yang mlumah atau

menganggap setiap celaan dari orang

mengadah

lain sebagai sarana mawas diri

yang selalu minta atau tidak mau

sehingga

bekerja

mampu

mengadakan

menggambarkan

sehingga

mengharapkan

perbaikan.
Dari
menggunakan
didapatkan

hasil

penelitian

metode

wawancara

prinsip

Jawa

untuk

mampu berempati adalah tangan
mengkurep luwih becik katimbang

orang

lain.

orang

hanya

pertolongan

dari

Orangtua

pada

masyarakat Jawa mengajarkan hal
tersebut kepada anaknya agar dapat
memenuhi kebutuhan sendiri dan
tidak mengharapkan oranglain.

tangan mlumah. Pengertian dari

Selanjutnya dari prosentase

istilah tangan mengkurep adalah

tertinggi prinsip agama Islam yang

memberi bantuan atau menolong

diterapkan di rumah agar anak bisa

orang

peduli terhadap orang lain adalah

lain

yang

membutuhkan

semampunya tanpa mengharapkan

beribadah.

balasan.

menjadi

masyarakat Jawa merupakan bentuk

kebiasaan bagi masyarakat Jawa

ketaqwaan mereka kepada Allah

yang mempercayai bahwa banyak

maha pencipta langit dan bumi.

memberi maka akan banyak rejeki

Beribadah dalam masyarakat Jawa

seperti dalam peribahasa jawa yang

terlihat dari hasil kuisioner yang

dikenal dengan wong nandur bakal

diungkap kepada orangtua dan anak

ngunduh, dimana yang artinya adalah

menyatakan bahwa didalam keluarga

siapa

bentuk

Hal

yang

ini

telah

menanam

kebaikan

Beribadah

kepedulian

Islam

dalam

yang

makan akan menuai kebaikan pula

diajarkan dirumah adalah sholat,

(Asep,

berpuasa, dan bersedekah.

orangtua
orangtua

2010).

Dari

pernyataan

pada

saat

wawancara,

selalu

mengajarkan

anaknya untuk selalu bersedekah
agar dimudahkan mendapatkan rejeki
untuk

memenuhi

kebutuhannya.

Dari hasil penelitian yang
dilakukan dengan metode wawancara
bentuk kepedulian yang dilakukan
setelah menjalankan sholat adalah
mendoakan orang lain yang sedang

14 
 

tertimba musibah. Dengan bentuk

melakukan

mendoakan

kepada orang yang membutuhkan.

tersebut

orangtua

sedekah

semampunya

mengajarkan anak bentuk empati

Dalam

yang terkandung dalam ajaran sholat.

melakukan

Hal ini sesuai dengan hadits yang

dengan berzakat atau bersedekah.

terkandung dalam HR. Muslim yang

Selain mensucikan harta, berzakat

menjelaskan semua muslim itu satu

juga bermanfaat untuk membantu

tubuh,

orang

apabila

muslim

lain

ajaran

meringankan

yang lainnya akan merasakan hal

orang

yang

pemberian

Selain

itu

bentuk

bentuk

lain

mengalami kesusahan maka muslim

sama.

Islam

lain.

manusia

kepeduliannya

sehingga

dapat

beban

penderitaan

Sedekah

merupakan

dari

seorang

muslim

kepedulian dalam prinsip Islam yang

secara sukarela dan ikhlas tanpa

diajarkan

adalah

dibatasi waktu dan jumlah. Dari segi

berpuasa. Berpuasa diajarkan sejak

bentuknya, sedekah sesungguhnya

anak berusia dini, harapan orangtua

tidak

dari puasa tersebut agar anak mampu

bentuk uang, tetapi sejumlah amal

menahan hawa nafsu dan mampu

kebaikan yang dilakukan seorang

merasakan apa yang dirasakan oleh

muslim sebagai sarana beribadah.

orang yang kurang mampu. Hal ini

Hal tersebut sesuai dengan Alquran

sesuai dengan teori Sayyid (1997)

dalam Al-baqarah (QS. 2:261) yang

islam

memiliki arti bahwa pahala dari

untuk

nafkah yang dikeluarkan kepada

berpuasa agar dapat ikut merasakan

oranglain akan dilipat gandakan

penderitaan orang lain. Melalui

oleh Allah SWT.

yang

keluarga

Jawa

menyatakan

menghimbau

bahwa

umatnya

puasa tersebut, anak remaja berlatih
untuk

berempati

terhadap

mengalami

Setelah

penderitaan

orang

mengajarkan

anak

dalam

Mengenai situasi psikologis

dan

keluarga dalam membangun empati

merasakan

pada remaja (konteks budaya Jawa

kelaparan

kehausan.

pemberian

Kesimpulan

penderitaan yang dialami orang lain
yang

dibatasi

lain,
remaja

orangtu
untuk

dan

pengaruh

disimpulkan

Islam)
bahwa

dapat
keluarga

15 
 

mengajarkan anak untuk mentaati

adalah membantu tetangga yang 

ajaran agama seperti menjalankan

sedang memiliki acara dan bergotong

sholat 5 waktu, mengaji, berpuasa

royong di lingkungan sekitar rumah.

dan sedekah. Dalam mengajarkan
anak remaja berempati, orangtua
memberikan
langsung

contoh

kepada

perilaku

anak

dengan

menolong orang yang membutuhkan
bantuan dan menceritakan musibah
yang dialami orang lain. Melalui
perilaku yang diamati dan dilihat
anak,

hal

kebiasaan

tersebut
anak

menjadikan

remaja

untuk

berempati kepada orang lain.

Prinsip budaya Jawa dan
prinsip budaya Islam tentang empati
yang

diterapkan

dirumah

adalah

menerapkan

oleh

keluarga

dalam

keluarga

prinsip

bergotong-

royong, ojo rumongso iso tapi iso
rumongso, andhap asor, wong nandur
bakale

ngunduh

dan

tangan

mengkurep luwih becik tinimbang
tangan mlumah. Sedangkan prinsip
Islam yang diterapkan dirumah untuk

Bentuk-bentuk empati remaja

peduli terhadap orang lain adalah

(konteks budaya Jawa dan pengaruh

dengan

Islam) yang muncul ketika peduli

untuk mendoakan orang yang terkena

terhadap

musibah, berpuasa dan bersedekah.

keluarganya

yaitu

cara menjalankan sholat

membantu orangtua di rumah ketika
membutuhkan

bantuan

seperti

memasak, mencuci, membersihkan
rumah dan menjaga adik. Hal lain
yang ditunjukan anak remaja ketika
peduli terhadap temannya adalah
membagi

makanan,

menjenguk

teman yang sakit dan mengajak
teman berangkat sekolah bersama.
Sedangkan untuk kepedulian anak
remaja

ketika

mampu

peduli

terhadap tetangga sekitar rumahnya

A. Saran
1. Bagi

informan

penelitian

(Remaja)
Informan
diharapkan

penelitian

mampu

membentuk

empati pada diri sendiri untuk peduli
terhadap

orang

lain

atas

dasar

kesadaran sendiri tanpa paksaan oleh
orang lain supaya menjadi terbiasa
untuk peduli.

16 
 

Psikologi, Vol. 10, No. 2
(2009): 124-132

2. Bagi orang tua (keluarga)
Orang

tua

dan

keluarga

diharapkan mampu berperan serta
dalam

membangun

terbentuknya

kepedulian anak kepada orang lain
sesuai dengan prinsip budaya Jawa
dan

ajaran

Islam.

Peran

yang

Asep, R. (2010). Falsafah hidup
jawa. Yogyakarta : Logung
Pustaka.
Barr, J. J. & Higgins, A. (2009).
How

Adolescent

Empathy

diharapkan dari orangtua keluarga

and

Prosocial

Behavior

Jawa ataupun keluarga diluar pulau

Change In The Context Of

Jawa

memberikan

School Culture A Two-Year

contoh dan pengarahan yang lebih

Longitudinal Study. Journal.

kepada anak agar mampu peduli

Adolescence.

terhadap

Academic research Library.

agar

mampu

orang

lain

yang

ada

disekitarnya.

Social

Hasil penelitian ini dapat
sebagai

tambahan

informasi agar selanjutnya dapat
meneliti situai psikologis keluarga
dalam membangun empati konteks
budaya Jawa dan pengaruh Islam
mulai dari anak baru lahir sampai
menjadi dewasa.
Daftar Pustaka
Ali, (2009) Pengembangan empati
anak

176.

Baron, R dan Byrne, D. (1997).

3. Bagi Peneliti lain

dimanfaatkan

44.

sebagai

pendidikan

moral.

dasar
Jurnal

Psychology.

8th

Edition. Massachussets: Allyn
and Bacon, Inc.
Bicrhoff, H. W. (2002). Prosocial
behavior.
New
York:
Psychology Press
Ridley M & Lingle. 1996. Masalahmasalah evolusi. Universitas
Indonesia.
Saptono,
(2013).
Memudarnya
Tradisi Rewang di Jawa.
Diunduh
melalui
www.Solopos.com   pada
tanggal 12 April 2014 pukul
12:40

17 
 

Mukhtarul

Sayyid, M. (1997).
ahadist

annabawiyyah.

Surabaya: Hidayah.

Bandung: Pustaka Setia.

Jakarta: Pustaka Setia
(2003).

Antara Intensi Prososial Dan

Dengan

Berempati

Kepuasan

Kerja.

Skripsi. (Tidak Diterbitkan).
Fakultas

Psikologi.

Universitas

Muhammadyah

Surakarta
Taufik, I. W. (2000). Hubungan
Empati

Dengan

Intensi

Prososial pada Siswa-Siswi
Muhammadiyah
Skripsi

(tidak

Mataram.
diterbitkan).

Surakarta: Fakultas Psikologi
UMS
Walgito, B. (2002). Suatu pengantar
psikologi sosial. Yogyakarta:
Andi Offset.
Wibawa, S. (2011). Bahasa dan
Sastra Jawa sebagai Sumber
Pendidikan

Karakter

27-30 Nopember 2011.

Kekuatan

karakter

dan

kebahagiaan pada suku jawa.
Jurnal Psikologi. Vol. 3 No.

Hubungan

Kemampuan

Makalah.

Wijayanti, H., Nurwiantri, F. (2010).

Sudarno, (2010). Studi islam 3.

E.

Pendidikan.

dalam

Kongres Bahasa Jawa Kelima

Sobur, A. (2003). Psikologi umum.

Sumarni,

Implementasinya

dan

2

Dokumen yang terkait

SITUASI PSIKOLOGIS KELUARGA DALAM MENGEMBANGKAN RELIGIUSITAS ANAK PADA Situasi Psikologis Keluarga Dalam Mengembangkan Religiusitas Anak Pada Keluarga Jawa.

0 2 19

FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK KEBAHAGIAAN DALAM KELUARGA (KONTEKS BUDAYA JAWA DAN PENGARUH ISLAM) Faktor-Faktor Pembentuk Kebahagiaan Dalam Keluarga (Konteks Budaya Jawa Dan Pengaruh Islam).

0 2 17

PENDAHULUAN Pola Komunikasi Keluarga Dalam Membangun Pengelolaan Emosi Anak (Konteks Budaya Jawa Dan Pengaruh Islam).

0 3 9

SITUASI PSIKOLOGIS KELUARGA DALAM MEMBANGUN KETERBUKAAN DIRI PADA REMAJA Situasi Psikologis Keluarga Dalam Membangun Keterbukaan Diri Pada Remaja (Konteks Budaya Jawa Dan Pengaruh Islam).

0 1 19

PENDAHULUAN Situasi Psikologis Keluarga Dalam Membangun Keterbukaan Diri Pada Remaja (Konteks Budaya Jawa Dan Pengaruh Islam).

0 2 8

SITUASI PSIKOLOGIS KELUARGA DALAM MEMBANGUN KETERBUKAAN DIRI PADA REMAJA Situasi Psikologis Keluarga Dalam Membangun Keterbukaan Diri Pada Remaja (Konteks Budaya Jawa Dan Pengaruh Islam).

0 3 16

SITUASI PSIKOLOGIS KELUARGA DALAM MEMBANGUN EMPATI PADA REMAJA (KONTEKS BUDAYA JAWA DAN PENGARUH ISLAM) Situasi Psikologis Keluarga Dalam Membangun Empati Pada Remaja (Konteks Budaya Jawa Dan Pengaruh Islam).

0 2 17

PENDAHULUAN Situasi Psikologis Keluarga Dalam Membangun Empati Pada Remaja (Konteks Budaya Jawa Dan Pengaruh Islam).

0 1 7

DAFTAR PUSTAKA Situasi Psikologis Keluarga Dalam Membangun Empati Pada Remaja (Konteks Budaya Jawa Dan Pengaruh Islam).

0 3 4

STUDI FENOMENOLOGI KONTEKS BUDAYA JAWA DAN PENGARUH ISLAM: SITUASI PSIKOLOGIS KELUARGA DALAM MEMBANGUN EMPATI PADA REMAJA

0 0 11