KONTRIBUSI SISTEM PENILAIAN ANGKA KREDIT JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP PENINGKATAN MUTU KINERJANYA : Deskripsi Analitik Pada SLTP Negeri Se-Kecamatan Sukaraja Kabupaten Sukabumi.

KONTRIBUSI SISTEM PENILAIAN ANGKA KREDIT JABATAN
FUNGSIONAL GURU DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP
PENINGKATAN MUTU KINERJANYA

(Deskripsi Analitik Pada SLTP Negeri Se-Kecamatan Sukaraja
Kabupaten Sukabumi)

TESIS

Diajukan Untuk Memperoleh Sebagian Dari Syarat
Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Administrasi Pendidikan

&%oP&*

OLEH :

AS. IRIANA GUMILANG
NIM. 009495

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2002

DISETUJUI DAN DISYAHKAN
UNTUK MENGIKUTI UJ1AN

Prof.Dr.HTbAbtaS&anisuddin M.,MA

Prof. Dr.

Nana Sudjana

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2002

MENGETAHUI


Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan
Program Pasca Sarjana
Universitas Pendidikan Indonesia

Prof.Dr.H.Tb.

vamsuddm m..ma

ABSTRAK

AS. IRIANA GUMILANG "KONTRIBUSI SISTEM PENILAIAN ANGKA KREDIT
JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP
PENINGKATAN MUTU KINERJANYA. (Deskripsi Analitik Pada SLTP Negeri SeKecamatan Sukaraja Kabupaten Sukabumi).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mutu kinerja guru-guru yang

terutama dipengaruhi oleh sistem penilaian angka kredit jabatan fungsional dan
motivasi kerja guru.

Hipotesis yang diujikan adalah (1). Terdapat hubungan yang signifikan antara

sistem penilaian angka kredit jabatan fungsional dengan kinerja guru; (2). Terdapat
hubungan yang signifikan antara motivasi kerja dengan kinerja guru; (3). Terdapat
hubungan yang signifikan antara sistem penilaian angka kredit jabatan fungsional
guru dan motivasi kerja dengan kinerja guru.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif dengan

pendekatan kuantitatif. Populasi penelitian adalah semua guru-guru sekolah lanjutan
tingkat pertama di kecamatan Sukaraja, meliputi SLTPN 1, SLTPN 2, SLTPN 3,
SLTPN4.

Instrumen penelitian untuk ketiga variabel didasarkan pada internal validity,
dengan pengujian melalui konsultasi ahli (construct validity), dan validitas eksternal
untuk pengujian taraf validasi dengan menggunakan rumus korelasi Pearson product
moment. Pengujian keterandalan instrumen didasarkan pada internal consistency
melalui formula Flanagan. Analisis data menggunakan rumus korelasi dan regresi.
Hasil penelitian menyimpulkan hal-hal sebagai berikut : Pertama, terdapat
hubungan yang signifikan antara kontribusi sistem penilaian angka kredit jabatan

fungsional guru (Xi) dengan kinerja guru (Y) dengan persamaan regresi
Y=64,56 +0,36X15 dan koefisien korelasi ri=0,4812 signifikan pada a =0,05.

Kedua, terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi kerja (X2) dengan kinerja
guru (Y) dengan persamaan regresi 7 =62,71 +0,361Z2, dan koefisien korelasi
r2=0,4598 signifikan pada a =0,05. Ketiga, terdapat hubungan yang signifikan antara
kontribusi sistem penilaian angka kredit jabatan fungsional guru (Xi) dan motivasi

kerja (X2) dengan kinerja guru (Y) dengan persamaan regresi
Y=55,30 +0,2381^ +0,2038,V2, dan koefisien korelasi R= 0,5218 signifikan pada
a =0,05.

Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk meningkatkan kinerja guru-

guru sekolah lanjutan tingkat pertama di kecamatan Sukaraja melalui kontribusi
sistem penilaian angka kredit jabatan fungsional guru dan motivasi kerja, yang pada
gilirannya dapat berguna untuk meningkatkan kualitas pendidikan pada umumnya.

in

ABSTRACT

AS. IRIANA GUMILANG THE CONTRIBUTION EVALUATION OF CREDIT

POINT SYSTEM AND WORKING MOTIVATION TO THE TEACHER'S

PERFORMANCE (Analitic Description of Yunior High School's in Sukaraja
district).

The aim of the research is to find out the teacher's performance which are

correlation byevaluation of credit point system and working motivation.
The hypothesis to be tested were : (1) there are significan correlation between
evaluation of credit point system and the teacher's performance. (2) there are

significan correlation between working motivation and the teacher's performance.(3)
there are significan correlation between evaluation ofcredit point system and working
motivation to the teacher's performance.

The research used descriptive method with quantitative aprroach. The

population of the research was yunior high school's teachers in Sukaraja district.
They were SLTPN 1, SLTPN 2, SLTPN 3, dan SLTPN 4.
The instrument of the research for the three variables have been taken it based


on internal validity and external validity. Internal validity has been chosen through
construct validity by asking some experts who were competence. External validity
has been used for validity level examination by using the corelation formula of
Person Product Moment. The instrument reliabilities were based on internal

consistency with Flanagan Formula. The correlation dan regresion formula has used
for data analysis.

The result of study were as follows : firstly, there are significant correlation
between evaluation of credit point system (Xi) and the teacher's performance (Y)

represented by the regression equation/= 64,56 +0,36^, correlation coeficient
n=0,4812 which is significant at a =0,05. Second, there are significant correlation
between working motivation (X2) and the motif of teacher's achievement (Y)
represented by the regression equationY =62,71 +0,36\X2, correlation coeficient r2
= 0,4598 which is significant at a =0,05. thrid, there are significant correlation
between evaluation of credit point system (Xi) and working motivation (X2) to the
teacher's


achievement

(Y)

represented

by

the

regression

equation/ =55,30 +0,2381^, +0,2038X2, correlation coeficient R=0,5218 which is
significant at a = 0,05.

The result of this study are hoped to be usefull inthe increasing the teacher's

performance was yunior high school's teacher's in Sukaraja district by following
evaluation of credit point system and working motivation, can be useful in the
increasingthe quality of graduation's.


IV

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN

i

ABSTRAK

Hi

ABSTRACT

iv

KATAPENGANTAR


v

PERNYATAAN

vii

DAFTAR ISI

viii

DAFTAR TABEL

x

DAFTAR GAMBAR

xi

DAFTAR HISTOGRAM


xii

DAFTAR LAMPIRAN

xv

BAB I

PENDAHULUAN

1

A. Latar Belakang Masalah

1

B. Batasan Masalah dan Rumusan Masalah

12


C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

14

D. Kerangka Berpikir

15

BAB II

1. Paradigma Penelitian

15

2. Anggapan Dasar

16

E. Hipotesis Penelitian

19

TINJAUAN PUSTAKA

20

A. Konsep Administrasi Pendidikan

20

B. Deskripsi Jabatan Fungsional Guru

30

C. Deskripsi Motivasi kerja

41

D. Deskripsi Kinerja

54

E. Penelitian Terdahulu Yang Relevan

71

vm

BABm METODOLOGIPENELITIAN

74

A.

Metode Penelitian

74

B.

Populasi dan Sampel Penelitian

76

C.

Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

79

D.

Teknik Analisa Data dan Pengolahan Data

89

BAB TV HASIL PENELITIAN

96

A. Deskripsi Data

96

1. Persepsi guru tentang sistem penilaian

angka kredit jabatan fungsional

96

2. Motivasi kerja

108

3. Kinerja guru

117

B. Pengujian Persyaratan Statistik

125

C. Pengujian Ffipotesis

128

D. Pembahasan

131

BABV KESIMPULAN, IMPLDCASI DAN REKOMENDASI

136

A. Kesimpulan

136

B. Implikasi

139

C. Rekomendasi

140

DAFTAR PUSTAKA

143

IX

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1. Hasil Uji Coba Validitas Instrumen
2. Hasil Uji Coba Reliabilitas Instrumen
3. Koefisien Korelasi ( r )

85
90
94

4. Distribusi frekuensi Variabel Sistem PAK jabatan fungsional
5. Pendidikan Terakhir saat Diangkat Menjadi Guru
6. Semangat Melanjutkan ke Jenjang yang Lebih Tinggi

98
100
101

7. Semangat Mengikuti Diklat

101

8. Membuat, menyajikan, evaluasi program perbaikan dan pengayaan
9. Melaksanakan Bimbingan dan Konseling
10. Kegiatan Guru dalam PengembanganProfesi
11. Kegiatan Guru dalam Peningkatan PBM
12. Distribusi frekuensi Motivasi Kerja
13. Faktor Pendorong Menjadi Guru
14. Tujuan Guru dalam Meningkatkan Pendidikan
15. Tujuan Guru dalam Melaksanakan Tugas dan Pekerjaan
16. Keaktifan Guru-guru dalam Berorganisasi
17. Cita-cita dan Keinginan Guru-guru dalam Bekerja
18. Pendorong Guru-guru dalam meningkatkanPendidikan
19. Pendorong Guru-guru dalam Bekerja
20. Hubungan Guru-guru dalam Bekerja
21. Distribusi Frekuensi Mutu Kinerja Guru
22. kegiatan Guru-guru dalam KBM
23. kegiatan Guru-guru dalam KBM
24. Kemampuan dalam Merencanakan, Melaksanakan dan meng

103
104
106
108
109
112
112
113
114
116
116
117
118
119
121
122

Evaluasi KBM

25. Kemampuan meningkatkan potensi
26. Hasil Uji Normalitas

124

125
126

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1. Paradigma Penelitian

16

2. Kedudukan Pengelolaan Sistem Angka Kredit Jabatan Guru
Dalam Lingkup Administrasi Pendidikan
3. Teori dan Aplikasi Kinerja Dalam Kegiatan Penelitian

26
52

4. Kriteria Keberhasilan Produktivitas Pendidikan
5. Desain Penelitian

61
77

6. Grafik Regresi Variabel Xi terhadap variabel Y
7. Grafik Regresi Variabel X2 terhadap variabel Y

127
128

xi

DAFTAR HISTOGRAM

Histogram

Halaman

1. Persepsi Guru tentang Sistem PAK Jabatan Fungsional

98

2. Motivasi Kerja
3. Mutu Kinerja Guru

110
119

xn

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

1. Data Jawaban Responden pada angket Persepsi sistem PAK
2. Data Jawaban Responden pada angket Motivasi Kerja
3. Data Jawaban Responden pada angket Mutu Kinerja Guru

149
150
151

4.
5.
6.
7.
8.
9.

152
153
154
155
156
157

Perhitungan Statistika Dasar Variabel Xi
Perhitungan Statistika Dasar Variabel X2
Perhitungan Statistika Dasar Variabel Y
Hasil Uji Normalitas Variabel Xi
Hasil Uji Normalitas Variabel X2
Hasil Uji Normalitas Variabel Y

10. Data Pengolahan uji Linieritasdan uji Signifikansi Regresi

158

11. Persamaan Regresi Y atas Xi
12. Persamaan Regresi Y atas X2
13. Uji Hipotesis Pertama
14. Uji Hipotesis Kedua
15. Uji Hipotesis Ketiga
16. Uji Hipotesis Keempat
17.DaftarRiwayatHdup

159
160
162
164
166
167
168

xm

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1999, menegaskan
bahwa " pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia,
dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara, berkelanjutan, berlandaskan

kemampuan nasional dengan memanfaatkan dan mernperhatikan tantangan
kemajuan

pengetahuan

dan

teknologi

serta

mernperhatikan

tantangan

perkembangan global. Penekanan secara tegas pada sumber daya manusia (SDM)
tersebut merupakan tuntutan dari gelora gerak perkembangan pembangunan
nasional bangsa Indonesia diberbagai bidang kehidupan. Pembangunan manusia
sebagai

sumber daya

pembangunan menetapkan manusia

sebagai pelaku

pembangunan yang memiliki etos kerja produktif, memiliki keterampilan,

kreativitas, disiplin, profesionaL serta memilikikemampuan memanfaatkan potensipotensi atau sumber-sumber yang tersedia, mengembangkan dan menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi yang bervvawasan masa depaa
Mengingat pentingnya sumber daya manusia dalam pembangunan
nasional, maka perlu diletapkan suatu kerangka kebrjaksanaan tujuan, sasaran dan
program pembangunan sumber daya manusia, yakni pembangunan sumber daya

manusia yang dalam proses pelaksanaannya hams mernperhatikan nilai-nilai luhur

budaya bangsa dan nilai-nilai agama, konidisi sosial ekonomi dan budaya
masyarakat yang tidak terlepas dari aspek-aspek penting lainnya.

Pembangunan dan pengembangan sumber daya manusia ini tidak hanya

dilakukan dalam kontek yang lebih jelas yakni nasional saja, akan tetapi harus
dilakukan pada lingkup unit kerja/lembaga, baik organisasi/lembaga pemerintah
maupun organisasi/lembaga non pemerintahan. Mengingat dalam suatu organisasi/

lembaga tersebut terdapat sumber-sumber daya termasuk didalamnya sumber daya
manusia, maka keberadaan manusia sebagai elemen atau komponen penting dalam
unit kerja/lembaga tersebut perlu adanya upaya pengembangan secara sistematis,

kontinyu, dan diperhatikan lebih serius serta dilakukan dengan sungguh-sungguh.
Dengan memberdayakan sumber daya manusia yang ada seoptimal mungkin,

diharapkan sumber daya manusia tersebut mampu menggali dan mengembangkan
berbagai programyang bermutu yakni yangmemiliki dampak yang dapat dirasakan
manfaatnya bagi masyarakat luas.

Sejalan dengan hal tersebut, pemerintah Indonesia dalam upaya
mengembangkan sumber daya manusia tercermin dalam Undang Undang Nomor
2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 4 yaitu :

" Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi
pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan
jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta
bertanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan ".

Dalam kaitan itu pula HAR Tilaar mengemukakan bahwa " dalam
kehidupan yang serba global saat ini sangat menuntut kualitas sumber daya
manusia yang tinggi antara lain manusia yang dapat bersaing didalam kehidupan

yang serba global itu tanpa mengabaikan moral dan taqwa (Harian Republika 11
Maret 1999) dalam Rochmana (2000:2).

Bangsa Indonesia yang juga dapat dirasakan oleh negara-negara

berkembang lainnya, tidak dapat melepaskan diri dari pengaruh globalisasi yang
melanda dunia, terutama dengan semakin pesatnya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Arus globalisasi ini menyebabkan kehidupan manusia

lebih dinamis dan penuh tantangan, cepat berubah dan bahkan penuh ketidak
pastian. Untuk menghadapi situasi seperti itu diperlukan manusia yang mempunyai
kemampuan untuk mengerti dan mengatasi situasi dan kondisi, mengantisipasi

perkembangan berdasarkan ilmu pengetahuan, mengakomodasi dalam pengertian
mengembangkan suatu sikap untuk tetap bisa menguasai perubahan dan tidak
tenggelam dalam perubahan serta mereorientasi sikap dan nilai-nilai budaya yang

berkembang demikian cepatnya yang akan membawa pengaruh dari globalisasi
tersebut. (Makagiansar, 1990:5). Dengan kata lain kunci untuk menghadapi era
globalisasi tersebut adalah tersedianya sumber daya manusia yang berkualitas yang

dapat dijadikan sebagai modal dasar dan persyarat bagi kelancaran pembangunan,
baik pembangunan jangka pendek maupun jangka panjang.
Dampak yang nyata dari pengaruh globalisasi tersebut adalah derasnya

informasi sebagai dampak dari dominasi komunikasi yang digambarkan oleh Alvin
Toffler sebagai zaman gelombang ketiga atau The Third Wave (1972). Pengaruh

yang timbul dari dominasi komunikasi khususnya yang menyangkut teknologi
informasi yang dapat menyebabkan munculnya era globalisasi. Jhon Nasibitt

(1988) dalam Kama Husni (2001:1),

menguraikan sepuluh kecenderungan

perubahan arah kehidupan manusia sehubungan dengan globalisasi ini. Tiga
diantara kesepuluh tersebut yang dilontarkan Nasibitt, yaitu munculnya pasar bebas
dunia, kompetisi yang ketat dalam bidang ekonomi dan hubungan antara bangsa
serta penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi baru, mutlak hams diantisipasi

dan disikapi dengan langkah-langkah pro-aktif oleh setiap bangsa Bagi bangsa
Indonesiasendiri, konsekuensi logis dari pembahan-pembahan yang timbul sebagai
dampak globalisasi saat ini telah mulai dirasakan. Dampak demikian itu terlihat
amat menonjol dalam penampilan mutu sumber daya manusia Indonesia yang

belum mampu secara optimal mengjmbangi tuntutan kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi.

Untuk menyikapi kondisi permasalahan seperti tersebut diatas, bangsa

Indonesia dituntut agar mampu mempersiapkan diri untuk melaksanakan secara
bertahap dan konstitusional di segala bidang, antara lain reformasi dalam
penyelenggaraan otonomi daerah yang mengatur kembali pola pemerintah pusat
dan daerah (TAP MPR RI No, XV/MPR.1998) termasuk didalamnya otonomi
pendidikan. Disektor pendidikan reformasi juga bergulir seiring dengan ams
reformasi di sektor-sektor lainnya Salah satu isyu reformasi pendidikan dalam
konteks kebijakan otonomi daerah yang luas yakni masih rendahnya mutu
pendidikan yang dihasilkan.

Dengan adanya pembahan sistem pemerintahan dari sentraiisasi menjadi

desentralisasL dimana pemerintah daerah dituntut untuk dapat mengatur dan

mengelola daerahnya sendiri, baik dalam menentukan perencanaan, tujuan maupun

pelaksanaan pembangunan. Peluang yang diperoleh bagi daerah sebagai-mana yang
dikemukakan Djam'an Satori (2001) dalam makalah Analisis kebijakan dalam
konteks Desentralisasi dan otonomi daerah, adalah bahwa " pemerintah daerah
diberi proporsi yang lebih besar untuk

menentukan

dan

melaksanakan

pembangunan daerahnya "• Namun untuk menentukan dan melaksanakan

pembangunan tersebut masih jauh dari yang diharapkan, karena banyak faktor-

faktor yang mempengaruhinya, salah satu faktor diantaranya pemerintahan daerah
belum memiliki sumber daya manusia yang berkualitas sebagai penunjang
pembangunan. Sehubungan dengan hal tersebut, upaya peningkatan kualitas
sumber daya manusia (SDM) merupakan hal yang sangat pokok, dan hams
mendapat perhatian yang serius dan sungguh-sungguh.
Salah salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia (SDM) adalah pendidikan. Webster's (1957) dalam Almanarsyah
(1996:2) mengemukakan bahwa " the process of trainning and developing the
knowledge, skill, mind, character, etc ".

Dari

uraian tersebut diatas dapat

diartikan bahwa pendidikan merupakan proses latihan dan pengembangan
pengetahuan, keterapilan, minat, karakter dan lain sebagainya Ahmad Sanusi
(1989:45) dalam bukunya Produktivitas Pendidikan Nasional mengemukakan

bahwa " Pendidikan sebagai proses pengembang sumber daya manusia yang

mempakan faktor paling penting dalam pembangunan nasional ". Pentingnya
peranan pendidikan dalam pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas,

tercermin dalam Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang sistem
pendidikan nasional. Dalam undang-undang tersebut dinyatakan bahwa tujuan
pendidikan

nasional

bertujuan

mencerdaskan

kehidupan

bangsa

dan

mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, berkepribadian yang

mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan
(UUSPN, 1989).

Selanjutnya Fakry Gaffar (1989) dalam Almanarsyah (1996:3)
mengemukakan bahwa:

" peranan pendidikan dalam pembangunan dan pengembangan
sumberdaya manusia merupakan satu prioritas yang cukup penting yang
memiliki kedudukan dan peratmya unik. Pendidikan bukan hanya
mempakan sektor yang hams dibangun tetapi juga hams turut
mendukung sektor lain ".
Dengan pemyataan tersebut, memacu para administrator dan manajemen

pendidikan agar bisa menciptakan dan memproduksi peserta didik, sehingga
produk dari pendidikan tadi bisa memberikan kontribusi terhadap sektor-sektor

pembangunan lainnya Dalam pembangunan yang sedang dilaksanakan dewasa ini,
sektor ekonomi masih menduduki posisi pertama dalam pembangunan nasional.
Karena sektor ekonomi dipandang sebagai sektor yang mampu memberikan

dukungan besar dalam pembiayaan pembangunan lainnya termasuk pada
pembangunan pendidikan.

Untuk menghasilkan kualitas sumber daya manusia yang berkualitas
diperlukan pendidikan yang berkualitas pula Salah satu upaya untuk memiliki
pendidikan yang berkualitas diperlukan sistem pengelolaan dan penyelenggaan
administrasi pendidikan yang kompeten dan profesional. Karena administrasi

pendidikan akan memiliki peranan danfungsi penting dalam penataan, pengelolaan,

dan penyelenggaraan pendidikan, apabila dilaksanakan secara profesional. Sistem
penataan, pengelolaan dan penyelenggaraan administrasi yang baik dan profesional
akan memudahkan dalam menentukan arah, tujuan serta menganalisa hasil yang

dicapai pendidikan, baik dalam bentuk kualitas, kuantitas maupun sebagai
pemenuhan tuntutan dan kebutuhan masayarakat. Secara gamblang pernyataan

tersebut dijelaskan dalam GBHN (1998-1999) bahwa " Pendidikan Nasional perlu
ditata, dikembangkan dan dimanfaatkan secara terpadu dan serasi, baik antar

berbagai jalur, jenis dan jenjang pendidikan maupun antar sektor pembangunan

lainnya ". Implikasi tersebut mewujudkan suatu proses penataan pendidikan yang
berorientasi kepada kualitas dan tuntutan dunia kerja yang diharapkan oleh
"stakeholder", "customer", maupun untuk memenuhi tuntutan pembangunan.

Kedudukan administrasi pendidikan dalam ilmu administrasi, adalah

bahwa administrasi mempakan bagian dari ilmu administrasi, yang secara khusus

menata sistem pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan. Pengertian
administrasi pendidikan sebagaimana yang dikemukakan Ngalim Purwanto

(1993:3) " adalah segenap proses pengerahan dan pengintegrasian segala sesuatu,

baik personiL spiritual maupun material yang bersangkut paut dengan pencapaian

tujuan pendidikan'. Sedangkan Oteng Sutisna (1989:19) mengemukak;
administrasi pendidikan adalah keseluruhan proses dengan mana s
daya manusia danmaterial yangcocok dibuat tersedia dan efektif untuk
tujuan pendidikan secara efektif dan efisien ". Adapun fungsi-fungsi administrasi
pendidikan sebagaimana dikemukakan Ngalim Purwanto (1993:22) adalah
mencakup " perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, komunikasi,
supervisi, kepegawaian, pembiayaan, penilaian ".

Dalam suatu organisasi baik organisasi pemerintah, swasta, mapun
masyarakat, sumber daya pegawai mempakan aset dan modal dasar dalam

pencapaian tujuan organisasi, begitu pula dalam organisasi pendidikan Agar
sumber daya pegawai (tenagakependidikan) dapat memberikan kontribusi terhadap
pencapaian tujuanpendidikan, maka perlu adanyasuatu penataan dan pengelolaan
ketenagaan yang sistematis. Fungsi administrasi pendidikan yang berfungsi dalam
penataan dan pengelolaan ketenagaan (pegawai) adalah fungsi kepagawaian atau

yang biasa disebut dengan administrasi kepegawaian. Mengingat sumberdaya
pegawai yang dalam hal ini tenaga kependidikan (gum) adalah mempakan salah
fungsi penting dalam pencapaian tujuan pendidikan, maka diperlukan penataan dan
pengelolaannya yang sistematis dan dapat menjarmg tenaga kependidikan yang
sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan pendidikan Kegiatan yang dilakukan
administrasi kepegawaian secara operasioanal (teknis) mulai dari : perencanaan
kebutuhan,

pengembangan,

kompensasi, kenaikan pangkat

sampai

pada

pemensiunan.. Adapun sistem pengelolaan tenaga kependidikan sebagai mana yang

dikemukakan William B. Castetter(1996) mulai dari "perencanaan, rekrutmen,
seleksi, induksi, penilaian, pengembangan, kompensasi, keadUan, kontinuitas,
penawaran, dan informasi ".

Mengingat keterbatasan waktu. ilmu pengetahuan dan wawasan dalam

memahami fungsi administrasi kepegawaian sebagai mana yang diuraikan di atas.
Maka dalam peneUtian ini penulisakan mengangkal dan mengungkap permasalahan
dari salah satu fungsi administrasi pegawaian yang dianggap penting oleh penulis,
yaitu fungsi penilaian. Dimana penilaian tersebut mempa fungsi penting untuk
melihat bagaimanakinerjayang dilakukan pegawai selamaperiode tertentu.
Sistem penilaian yang berlaku untuk pegawai di lingkungan dinas
pendidikan khususnya tenaga kependidikan (gum) adalah dengan ditetapkannya
Sistem Penetapan Angka Kredit (PAK) Jabatan Fungsional guru

yang

dapat dijadikan sebagai bahan penilaian untuk kenaikan pangkat. Tujuan dengan
ditetapkannya sistem penetapan angka kredit jabatan fungsional :

gum

disamping untuk memberikan penghargaan atas produktivitas kerja, juga
mempakan sebagai dasar dalam memotivasi agar mutu kinerja gum dapat
meningkat.

Tingkat pelaksanaan sistem penatapan angka kredit jabatan fungsional
gum

sebagai bagain yang memiliki pengaruh terhadap abilitas dan mutu

kinerja gum baik yang bertugas sebagai tenaga kependidikan di tingkat SD, SLTP,

SMU, SMK maupun Perguruan Tinggi (PT).

Fungsi penilaian adalah mempakan salah satu fungsi dari

kepegawaian yang bertujuan untuk melihat dan mengetahui sejauh mana%uS^i7^*,VLj3
kegiatan telah dijalankan. Pelaksanaan penilaian dapat dilakukan pada saat suatu
proses kegiatan sedang berlangsung atau pada akhir kegiatan.
Adapun pengertian penilaian itu sendiri, dalam Petunjuk Pelaksanaan
Penilaian yang dikeluarkan oleh Deparatemen Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi
Jawa Barat Bidang Pendidikan Menengah Umum (1994:2) adalah:
" Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh,
menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil ...
yang telah dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan,
sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan
keputusan ".

Sedangkan indikator jabatan fungsional gum

itu sendiri adalah

menunjuk pada rincian kegiatan yang terdapat pada SK Menpan Nomor 84/1993,

yang mana dengan berbagai pertimbangan tertentu dan kondisi kegiatan penelitian,
pelaksanaan penilaian angka kredit jabatan fungsional gum

ini dilakukan

dengan memfokuskan pada unsur kegiatan :
1). Pendidikan;

2). Pengembangan Profesi;
3). Proses Belajar Mengajar (PBM) dan Bimbingan
4). Kegiatan Penunjang Proses Belajar Mengajar dan Bimbingan
Disamping penilaian, motivasi juga memegang peranan penting dalam

upaya meningkatkan mutu kinerja pegawai (guru), karena motivasi berhubungan

dengan penyebab yang dapat dijadikan sebagawai peran dalam mewujudkan
keberhasilan seseorang dalam melakukan tugas dan pekerjaannya dengan baik
sehingga mutu kinerja seseorang tersebut dapat meningkat. Pengertian motivasi

11

yang dikemukakan Maslow (1970:35) adalah " dorongan berbagai kebutuhan
hidup manusia dari mulai kebutuhan fisik, rasa aman, sosial, penghargaan dan
akuntabilitas diri".

Berbagai fakta empirik menunjukkan bahwa tidak semua pekerja selalu

giat dalam bekerja dan mencapai kinerja yang diharapkaa Artinya selalu ada
kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan kenyataan yang dilakukan

pegawai Upaya untuk mencapai kinerja yang baik memerlukan upaya perbaikan
atau peningkatan, Tanpa itu suatu organisasi tidak pernah mencapai tujuan
sebagaimanayangdiharapkan.

Kinerja adalah bagian dari pada kemampuan unjuk kerja karena unjuk

kerja mempakan perbandingan keluaran kerja dan prilaku kerja Pengertian dari
kinerja, adalah hasil dari fungsi suatu pekerjaan atau kegiatan tertentu selama satu

periode waktu tertentu (Bemandin & Russel) dalam Otjih, S (2000:37).
Sedangkan mengenai indikator dari kinerja diantaranya : 1). kehadiran

guru; 2). persiapan mengajar, 3). melakukan pengelolaan kelas, 4). mengelola

kegiatan belajar mengajar; 5).mengusai bahan pelajaran, 6). mengelola interaksi
belajar mengajar, 7). mengenai dan melaksanakan administrasi kelas, 8). tidak
melalaikan tugas dan tanggung jawa, 9). tekun dan sabar dalam bekerja Kinerja

seperti itu sejalan dengan pendapat Djam'an Satori (1999) dalam Otjih. S
(2000:94). Menurutnya kinerja gum dapat diamati dari beberapa faktor, yaitu 1).

kehadiran gum; 2). Bekerja tuntas 3). Tidak melalaikan tugas 4). Mengajar baik
5). Hasil belajar murid baik; 6). persiapan mengajar gum baik, 7). Minat belajar

12

murid tinggi. Selain dari pada itu menumt Abin Syamsudin (2001) bahwa kinerja

gum dapat juga diamati pada faktor kompetensi, baik kompetensi personal,
akademik, sosial, dan organisasi. Dalam kaitan itu juga Abin Syamsudin (2001)

mengungkapkan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang pegawai
(gum), diantaranya :
kemampuan;

1). Kepemimpinan;

4). Motivasi;

2). Pendidikan;

5). Kepuasan kerja;

Komepnasasi (tingkat kesejahteraan);

3). Pengetahuan/

6). Lingkungan Kerja;

7).

8). Penghargaan 9). Kenaikan Pangkat.

Dalam sistem kenaikan pangkat yang ditetapkan pemerintah yang berlaku
untuk gum pada saat ini, ditetapkan melalui sistem penetapan angka kredit jabatan
fungsional gum gum. Dimana setiap gum berhak dilakukan penilain mulai dari
persiapan, proses sampai pada hasil kegiatan belajar mengajar. Sistem penetapan
angka kredit sebagaimana disebutkan diatas, mempakan wujud motivasi dalam

meningkatkan mutu produktivitas kerja guru, sehingga mutu kinerja gum tersebut
meningkat.
B. Batasan Masalah dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah

Faktor-

faktor

yang

mempengaruhi

dikemukakan Abin (2001) diantaranya adalah :

kinerja

sebagaimana yang

1). Kepemimpinan;

2).

Pendidikan; 3). Pengetahuan/ kemampuan; 4). Motivasi; 5). Kepuasan kerja; 6).
Lingkungan Kerja; 7). Komepnasasi (tingkat kesejahteraan);
9). Kenaikan Pangkat.

8). Penghargaan

13

Mengingat keterbatasan ilmu pengetahuan dan waktu yang penulis miliki,

dengan ini penulis akan membatasi permasalahan penelitian tersbut pada masalah
Kenaikan pangkat gum dengan sistem penetapan angka kredit jabatan fungsional
gum dan motivasi. Dimana kedua faktor tersebut dianggap penting menumt pnulis
untuk dilakukan penelitian, karena berhubungan dengan penghargaan dan

dorongan yang diberikan pada gum sebagai upaya peningkatan mutu kinerja gum.

Sejalan dengan permasalahan tersebut, dengan ini penulis merasa tertarik

dan ingin sekali meneliti tentang sistem penetapan angka kredit dan motivasi
tersebut memiliki kontribusi terhadap peningkatan mutu kinerja guru, dengan

rumusan permasalah di rumuskan dalam judul "Kontribusi Sistem Penilaian

Angka Kredit Jabatan Fungsional

Guru Dan Motivasi Kerja Terhadap

Peningkatan Mutu Kinerja Guru Se-Kecamatan Sukaraja".
2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1) Bagaimana kontribusi sistem penilaian angka kredit jabatan fungsional gum

terhadap peningkatan mutu kinerja gum SLTPN Se Kecamatan Sukaraja ?

2) Bagaimana kontribusi motivasi kerja terhadap peningkatan mutu kinerja gum
SLTP Negeri Se Kecamatan Sukaraja?

3) Bagaimana kontribusi sistem penilaian angka kredit jabatan fungsional gum
dan motivasi kerja terhadap peningkatan mutu kinerja gum SLTP Negeri Se
Kecamatan Sukaraja ?

14

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka
secara umum peneliti bermaksud ingin mengidentifikasikan, mendiskripsikan, dan

menganalisa kontribusi sistem penilaian angka kreditjabatan fungsional gum dan
motivasi kerja terhadap peningkatan mutu kinerja gum SLTP Negeri Se
Kecamatan Sukaraja

Sedangkansecara khusus tujuan penelitian ini antara lain :

1). Ingin mengetahui kontribusi sistem penilaian angka kredit jabatan fungsional
gum terhadap peningakatan mutu kinerja gum SLTP Negeri Se Kecamatan
Sukaraja

2). Ingin mengetahui kontribusi motivasi kerjaterhadap peningakatan mutu kinerja
gum SLTP Negeri Se Kecamatan Sukaraja

3). Ingin mengetahui kontribusi sistem penilaian angka kredit jabatan fungsional
gum dan motivasi kerja terhadap peningakatan mutu kinerja gum SLTP
Negeri Se Kecamatan Sukaraja.
2. Manfaat Penelitian

1). Manfaat penelitian secara teoritis

Manfaat penelitian secara teoritis ingin mengkaji lebih mendalam tentang
kontribusi sistem penilaian angka kredit jabatan fungsional gum dan motivasi

kerja terhadap peningakatan mutu kinerja gum SLTP Negeri Se Kecamatan
Sukaraja.

15

2). Manfaat Penelitiansecara praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini diharapkan dapat bergunabagi:
a) Kepala Sekolah dalam upaya memilih pendekatan yang dapat dijadikan

dasar dalam peningkatan mutu kinerja gum. Melalui sistem penetapan
angka kredit jabatan fungsional gum sebagai untuk kenaikan pangkat
sebagai wujud pelaksanaan motivasi agar mutu kinerja gum dapat
meningkat.

b) Gum dapat meningkatkan mutu kinerjanya melalui pengumpulan poin-poin
yang dapat dijadikan sebagai bahan penilaian pada sistem penetapan angka
kredit jabatan fungsional gum yang dapat digunakan untuk kenaikan
pangkat. Dengan adanyasistem penetapan angka kredit tersebut diharapkan
gum dapat termotivasi kerjanyasehinggamutu kinerja dapat meningkat.
c) Perorangan yang memerlukan gambaran tentang pendekatan yang
dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan mutu kinerja gum di
lingkungan pendidikan (sekolah).
D.

KERANGKA BERPIKIR

1. Paradigma Penelitian.

Variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah variabel

sistem penatapan angka kredit jabatan fungional (Xi), variabel motivasi kerja (X2),
dan variabel mutu kinerja (Y).

16

Untuk memberikan gambaran hubungan antara variabel-variabel sebagai
mana tersebut diatas, dengan ini penulis menggambarkan dalam paradigma /
kerangka berpikir penelitian dapat dilihat pada gambar 1 dibawah ini:
Gambar

1

PARADIGMA PENELITIAN
INPUT

1.

Kepemimpinan

2.

Pendidikan

3.

Pengetahuan/
kemampuan

4.

Motivasi;

Kepuasan kerja;
Lingkungan
pKerja;
7. Kompensasi
(tingkat
kesejahteraan);
8. Penghargaan

Motivasi

kerja

5.
6.

9.

OUPUT

PROSES

Kenaikan Pangkat
Melalui

Sistem Penetapan
Angka Kredit Jabatan
Fungsional

V
V

MUTU
KINERJA

Kenaikan

Pangkat

2. Anggapan Dasar

Anggapan dasar mempakan landasan pemikiran dalam suatu penelitian

yang dilakukan oleh peneliti. Subino (1982:6) mengemukakan bahwa " anggapan

dasar ini merupakan suatu kebenaran yang tidak memerlukan pengujian lagi,
sekurang-kurangnya bagi si peneliti saat ini. Yang dianggap dapat dijadikan dasar

misalnya hasil-hasil penelitian orang lain pada masa lampau, teori-teori, atau
pemikiran-pemikiran si peneliti. Dalam penelitian tentang "Kontribusi Sistem

17

Penilaian Angka Kredit Jabatan Fungsional Gum Dan Motivasi Kerja Terhadap

Peningkatan Mutu Kinerja Gum " ini dilandasi beberapa anggapan dasar sebagai
berikut:

a. Hubungan Antara Kontribusi Sistem Penilaian Angka Kredit Jabatan
Fungsional Guru Dengan Peningkatan Mutu Kinerjanya.

Gum merupakan salah satu komponen pendidikan yang mempunyai tugas

operasional dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. peranan gum

sangat strategis dalam upaya peningkaan kualitas pendidikan. tanpa mengabaikan
faktor-faktor lain, gum adalah faktor yang paling dominan dalam menentukan mutu
pendidikan.

Seperti dalam Menpan No.84 tahun 1993, Gum yang memiliki kinerja

tinggi adalah gum yang memiliki kesanggupan untuk memberikan berbagai

pendapat atau alternatif dalam memecahkan segala permasalahan yang dihadapi
dengan cepat dan tepat, tanpa banyak merugikan orang lain, ciri lainnya adalah
memiliki tanggung jawab dan berani menanggung resiko terhadap apa yang
diperbuatnya dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.

Banyak faktor yang dapat digunakan untuk meningkatkan mutu kinerja

guru, salah satu diantaranya adalah pemberian penghargaan (reward) kepada gum
yang menunjukkan prestasi kerja yang meningkat. Pemberian penghargaan yang

berjalan secara formal bagi gum antara lain melalui promosi jabatan dengan sistem

penilaian angka kredit dalam upaya meningkatkan golongan ataujabatan dan hal itu
(kenaikan jabatan) dapat dicapai oleh gum yang menunjukkan prestasi kerjanya

18

Dari beberapa hasil penelitian terdahulu yang disesuaikan dengan
permasalahan penelitian, dimana variabel penelitian disini ingin mengetahui
hubungan antara kontribusi sistem penetapan angka kredit jabatan fungsional gum
dengan mutu kinerja dan ingin melihat hubungan antara motivasi kerja dan mutu
kinerja.

Sebagaimana yang dikemukakan sebelumnya fenomena-fenomena yang
muncul sekitar pengelolaan sistem penetapan angka kredit jabatan fungsional gum
menarik perhatian.

b. Hubungan Antara Motivasi Kerja Guru Dengan Peningkatan Mutu
Kinerjanya.

Setiap gum sebagai individu memiliki karakteristik yang berbeda antara

yang satu dengan yang lainnya, Sikula (1992 : 176), mengemukakan bahwa setiap
gum adalah mempakan individu yang unik, artinya tidak ada dua atau lebih gum

yang memiliki perilaku yang persis sama, begitu pulapengalaman-pengalaman yang
mereka terima dalam kehidupan juga tidak sama Namun bagaimanapun, bentukbentuk perilaku gum itu semuanya mempakan sesuatu yang termotivasi, dalam
pengertian bahwa semua jenis perilaku adalah dipengaruhi oleh motivasi.
Bila gum-gum secara keseluruhan berhasil dimotivasi, maka akan

tercipta pola kerja yang dinanis secagai akibat terciptanya peningkatan mutu
kinerja gum tersebut seperti yang dikemukakan oleh Mc Clelland yang dikutifoleh
Malayu (1999 : 104), bahwa ada tiga kebutuhan dasar yang memotivasi manusia,
yaitu; I) kebutuhan akan kekuasaan (npow), 2). Kebutuhan akan afiliasi (aaff),

19

dan 3). Kebutuhan akan prestasi (aach). Berdasarkan hasil penelitiannya, Mc
Clelland berkesimpulan bahwa orang yang mempunyai n-ach yang tinggi akan

mempunyai motivasi yang tinggi dalam lingkungan yang kompetitif. Dengan
demikian bila pada diri individu gum termotivasi maka pada diri mereka tumbuh
dan berkembang keinginan untuk menunjukkan prestasi kerjanya yang terlihat dari
situasi dimana gum-gum bekerja dengan tenang, lebih tekun, tugas dan tanggung
jawabnya dihadapi dengan senang hati, tidak mudah bosan atau putus asa

Jadi jelaslah bahwa motivasi kerja memiliki hubungan yang positifdengan

mutu kinerja, namun dalam penehtian yang akan dilakukan ini akan melihat

seberapa besar koefisien korelasi (hubungannya) dan koefisien determrnasiroa
(besar pengaruhnya).

£. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teoritis dan kerangka berpikir yang telah diuraikan
diatas, maka yang menjadi hipotesis dalam peneUtian ini adalah

1. Terdapat hubungan yang siginifikan antara Sistem Penetapan Angka Kredit
Jabatan Fungsional dengan peningkatan mutu kinerja gum

2. Terdapat hubungan yang siginifikan antara motivasi kerja dengan
peningkatan mutu kinerja guru.

3. Terdapat hubungan yang siginifikan antara Sistem Penetapan Angka Kredit
Jabatan Fungsional dan motivasi dengan peningkatan mutu kinerja gum

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini akan dikemukakan beberapa hal yang berkaitan dengan
metedologi penelitian, yaitu mulai dari : penentuan populasi dan sampel,
metodologi penelitian yang digunakan, pengujian validitas dan reliabilitas

instrumen, teknik pengumpulan data, analisa data sampai pada pengujian hipotesis
penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan di SLTP Negeri Se Kecamatan Sukaraja
Kabupaten Sukabumi.
A.

Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu cara untuk mencapai tujuan penelitian.
Metode penelitian pada dasarnya adalah mempakan cara ilmiah untuk mendapatkan

data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian
itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional empiris, dan sistematis.
Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk
akaL sehingga terjangkau oleh penalaran manusia Empiris berarti bahwa cara-cara
yang dilakukan dalam kegiatan penelitian itu dapat diamati oleh indera manusia,
sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan.

Sistematis berarti bahwa proses yang digunakan dalam kegiatan penelitian itu
menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis.
Sebagaimana telah dikemukakan pada BAB. I

bahwa tujuan penelitian

ini yaitu untuk mengetahui hubungan antara variabel Kontiibusi sistem

74

/

penetapan angka kredit jabatan fungsional gum (Xi) dan variabel motivasi

kerja (X2) Dengan mutu kinerja (Y).

Penelitian ini menggunakan metode deskriptifmelalui analisis korelasional

yaitu untuk memperoleh gambaran empirik mengenai fenomena yang sedang
berlangsung pada saat penelitian ini dilaksanakan. Selanjutnya data yang diperoleh

di lapangan dianalisis, secara kuantitatif berdasarkan informasi statistik maupun
kualitatif berdasarkan interpretasi terhadap hasil-hasil yang diperoleh dari data
hasil penelfriaa

Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini terdiri dari 3 (tiga)
variabel, yaitu : variabel bebas (Xi dan X2, join effectvariabel X1X2) dan variabel
terikat (Y).

Untuk kebutuhan peneUtian ini faktor-faktor yang dijadikan variabel
penelitian dirumuskansebagai berikut:

1. Kontribusi Sistempenetapan angka kreditjabatan fungsisonal (Xi);
2. Motivasi kerja (X2);
3. Mutu kinerja (Y).

Kemudian untuk lebih memberikan gambaran terhadap arah penelitian

yang akan dilakukan, dengan ini penulis membuat desain penelitian dan dapat
dilihat pada gambar 5 dibawah ini :

76

Gambar 5
DESAIN PENELITIAN

X!

1 *
Y
rxix2v

A

x2

V

Tx2y

Keterangan:

Xi
Xj
Y

: Variabel Kontribusi SistemPAK Jabatan Fungsional Gum
: Variabel Motivasi Kerja
: Variabel Mutu Kinerja Gum

r xiy
: Korelasi Xi dengan Y
r x2y
: Korelasi X2 dengan Y
r xix2y : Korelasi X, dan X2 dengan Y
B. Populasi dan Sampel Penelitian
1). Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : subyek/ subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 1999:72) dalam
bukunya Metode Penelitian Bisinis.

Pengertian populasi sebagai mana yang dikemukakan oleh Winarno

Surakhmad (1975:84), " populasi adalah sekelompok subyek penyelidik, baik
manusia, gejala-gejala, benda atau peristiwa yang ada hubungannya dengan suatu
penelitian

77

Pendapat lain, seperti yang dikemukakan oleh Nana Sudjana (1986:5)

bahwa populasi adalah totalitas semua nilai yang mempakan hasil perhitungan
ataupun pengukuran yang kuantitatif adari karakteristik tersebut mengenai obyek
yang lengkap danjelas yang ingindipelajari.

Dari pendapat-pendapat sebagai mana yang dikemukakan para ahli
tersebut diatas, akan dijadikan dasar, acuan atau pedoman untuk menentukan
populasi dalam peneUtianini.

Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah sejumlah gum yang

ada di SLTP Negeri se- Kecamatan Sukaraja Kabupaten Sukabumi.
2). Sampel Penelitian

Menumt Sugiyono (1999:69) bahwa yang dimaksud sampel adalah

bagian dari jumlah dan karakteristik yang dirrriUki oleh populasi tersebut. Bila
populasi besar, dan peneUti tidak mungkin dapat mempelajari semuayang ada pada
populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti
dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Apa yang
dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan berlaku untuk populasi. Untuk itu
sampel yang diambil dari populasi hams benar-benar representatif artinya dapat
mewakiU dari populasi yang ditentukan.

Selanjutnya pengertian sampel

sebagai mana yang dikemukakan

Sutrisno Hadi (1997:37) adalah :

" Sebagian individu yang diseUdiki dari keselumhan individu
penelitian, supaya lebih obyektif. Istilahindividu diganti dengan istilah
subyek dan obyek. Sampel yang baik adalah sampel yang mewakiU
populasi secara maksimal. Walaupun demikian, sampel bukanlah
mempakan duplikat dari populasi ".

78

Pendapat lain, seperti yang dikemukakan oleh

Moh AU (1987:84)

sampel adalah "... Sebagian yang diambil dari keselumhan obyek yang diteUti
%

ang dianggap mewakiU populasi dan diambil dengan menggunakan teknik

tertentu.

Untuk mendapatkan sampel yang representatif dan dapat dipertanggung

jawabkan, hams ditempuh metode-metode yang benar-benar dalam setiap langkah
sehingga kesimpulan yang akan diambil tidak keUru,

Teknik penarikan sampling dalam peneUtian ini adalah teknik proportional

sampling, yaitu tekni penarikan sampel untuk tujuan tertentu, seperti yang
dikemukakan oleh ChoUs Narbuko dan Achmad (1991) bahwa: " Teknik sampling
proporsional menghendaki pengambilan sampel dari tiap populasi dengan
memperhitungkan besar kecilnya populasi sehingga dapat digunakan untuk
mengadakan generaUsasi".

Untuk mendapatkan ukuran samplel yang ideal, Bohar Soeharto (1996)
dalam Otjih. S (2000:70) memberikan pedoman sebagai berikut:
" Bila populasi cukup homogen (serba sama) terhadap populasi di
bawah 100 (seratus) dapat digunakan sampel sebesar 50 % dan diatas
1000 sampel yang digunakan sebesar 15 % ".

Dengan berpedoman kepada pendapat para ahU yang diuraikan

sebagaimana tersebut diatas, serta mengingat luasnya daerah kecamatan Sukaraja
Kabupaten Sukabumi. Dimana jarak dari SLTP Negeri yang satu ke SLTP Negeri
yang lainnya sangat berjauhan, maka yang dijadikan sampel dalam peneUtian ini

adalah SLTP Negeri I Sukaraja Kabupaten Sukabumi yang terdiri dari 31 orang

79

guru, yang mewakiU populasi sejumlah SLTP Negeri yang ada di Kecamatan
Sukaraja Kabupaten Sukabumi.

C. Teknik dan Alat (Instrumen) Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data

Dalam peneUtian ini ada tiga teknik yang digunakan yang dijadikan

sebagai alat pengumpul data peneUtian, yaitu : 1). Studi kepustakaan, digunakan

untuk mengungkap dan mendalami konsep-konsep para ahh yang berhubungan
dengan permasalahan penelitian serta dengan teknik ini perlu diungkapkan
beberapa hasil telaah para ahU yang berhubungan dengan permasalahan peneUtian
ini.

2). Koesioner digunakan untuk mengungkap data mengenai kontribusi

sistem penetapan angka kredit, motivasi kerja dan mutu kinerja. 3). Dokumentasi,
digunakan untuk mengungkap data tentang mutu kinerja yang telah dilakukan
gum.

2. Alat Pengumpul Data

Sesuai dengan rumusan masalah dan hipotesis peneUtian yang diajukan
dalam peneUtian ini, makadata yang dibutuhkan adalah skor dari variabel-variabel
peneUtian sebagai berikut:

1) Sistem penetapan angkakreditjabatan fungsional guru;
2) Motivasi kerja
3) Mutu kinerja

Untuk memperoleh skor variabel-variabel peneUtian tersebut, maka

disusun skala dalam bentuk skala likert (setuju, sangat setuju, ragu-ragu, tidak
setuju, sangat tidak setuju).

II eft*

a. Variabel Sistem Penetapan Angka Kredit Jabatan Fungsional gurtt: §

1). Unsur Pendidikan:

\l

V^ ^^*i*r^ .*>

(a). Pendidikan terakhir

(b). Upaya dalam mengembangkan pendidikan
(c). Upaya pendidikan danlatihan

2). Unsur Proses Belajar Mengajar atau bimbingan
(a). Menyusun programpengajaran

(b). Menyajikan program pengajaran

(c). Mengevaluasi hasU belajar mengajar atau praktik

(d). Menganalisis hasil evaluasi belajar mengajar dan praktik

(e). Menyusun dan melaksanakan program perbaikan dan pengayaan

(f). Menyusun dan melaksanakan program bimbingan dan konsebng kelas
3). Unsur Pengembangan Profesi

(a). Membuat karya tuUs/ karya ilmiah dalam bidang pendidikan
(b). Menemukan teknologi tepat guna dalam bidang pendidikan

(c). Membuat alat peraga sederhana untuk proses belajar mengajar
(d). Mengikuti kegiatanpengembangan kurikulum

4). Unsur Penunjang Proses Belajar Mengajar dan Bimbingan
(a). Keikutsertaan dalam organisasiprofesi PGRI
(b). Keaktifan dalam gugus sekolah

(c). Meningkatkan kegiatan seminar bidang pendidikan
(d). Mengikuti kegiatan lokakarya bidang pendidikan
(e). Mengikuti kegiatan penalaran gum

*=*-•.=»*

81

(f). Mengikuti kegiatan MGMP
(g). Mengikuti kegiatan KKG
b. Variabel Motivasi Kerja :

1). Motivasi Primer (primery motivies) :

(a). Dorongan fisiologis (phyologis drive)
(b). Dorongan Umum (Morgan's general drive)
(c). Dorongan dari lingkungan Sosial

(d). Dorongan dari lingkungan organisasi profesi
(e). Doronganrasa ingin tahu

2). Motivasi Skunder(Scondary motivies) :
(a). Memiliki rasa ingin diterima :

(b). Memiliki rasa ingin meingkatkan status :
(c). MemiUki rasa ingin aman :

(d). Memihki rasaingin berhubungan dan pergaulan
c Variabel Mutu Kinerja :

1). Dalam Kegiatan Belajar Mengajar :
(a). Merencanakan pengajaran :
(b). Melaksanakan KBM

(c). Penilaian Hasil Belajar
2). Mewujudkan Potensi.

82

3. Mengukur Validitas Dan Rebabilitas Alat (Instrumen) Pengumpul Data
a Mengukur VaUditas Data PeneUtian

Pengujian validitas tiap butir pertanyaan digunakan anaUsis item, yaitu

mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang mempakan jumlah tiap
skor butir tes. Dalam anaUsis item ini Masrun (1979) dalam Sugiyono (1998:106)
menyatakan " Teknik korelasi untuk menentukan vaUditas itemini sampai sekarang
mempakan teknik yang paling banyak digunakan ". Selanjutnya dalam memberikan

interpretasi terhadap koefisien korelasi, Masrun menyatakan " Item yang
mempunyai korelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasinya yang
tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai vaUditas yang tinggi".
Suatu instrumen dapat dikatakan baik jika instrumen tersebut memiliki

vaUditas tinggi Pengertian vaUditas menumt Scawin B. Anderson, dalam

Suharsini Arikunto (19991:63) adalah suatu alat tes tersebut vaUd, jika alat tes
tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur. Selanjutnya Subino (1987:119)

dalam RachmatuDoh (2001:119) menyatakan vaUditas adalah tingkat ketepatan
tes dalam mengukur apa yang hams diukur. Jadi suatu alat tes dapat dikatakan
validjika dapat mengukur apa yang seharusnyadiukur oleh alat tes tersebut.
Instrumen yang baik hams memenuhi syarat-syarat validitasnya, antara lain:
(1).VaUditas Internal (internal validity),
Yaitu menyangkut stmktur dan hasil pengukuran VaUditas internal akan

menjawab seberapa jauh alat ukur berhasil mengukur apa yang memang ingin
diukur. Dalam pelaksanaannya hams memenuhi vaUditas konstruksi dan vaUditas
1SL

83

(a). VaUditas konstruksi (construct vaUdity),

Yaitu suatu validitas dimana peneUti mulai dengan menganalisis apakah
yang mempakan unsur-unsur suatu konstruk.

Kalau instrumen itu dalam

bentuk skala maka dicarilah apa yang mempakan bagian dari skala itu. Dengan
menggunakan teori, bagian-bagian itu apakan logis untuk disatukan menjadi skala

yang akan mengukur suatu konstmk Selain itu, untuk pengujiannya penehti dapat
menggunakan pendapat dari ahli (judgment experts). Para ahli diminta pendapatnya
tentang instrumen yang telah disusua

(b).VaUditas Isi (content valUdity),

Yaitu vaUditas yang dapat dilakukan dengan cara membandingkan isi

instrumen dengan isi materi yang akan diteliti. Secara teknis pengujian validitas isi
maupun vaUditas konstruksi dapat dibantu dengan menggunakan kisi-kisi
instrumen.

(2). VaUditas Eksternal (eksternal validity),

Eksternal vaUditas digunakan untuk menjawab pertanyaan apakah hasil
pengukuran populasi dapat diterapkan kepada populasi lainnya yang sama ?
Pengujian taraf vaUdasi instrumen dilakukan dengan menggunakan
rumus teknik korelasi Product moment, sebagai berikut:

«X.\T-(VX)(Xr)

V[„(£x2)-0rx):][M(Ir2)-(i;r)2]

84

Keterangan:

n

= Jumlah responden

ZXY= Jumlah perkalian XdanY
Zx = Jumlah skor tiap butir
ZY

= Jumlahskor total

Zx2 = Jumlah kuadrat skor tiap butir
Zy2 = Jumlahkuadrat skor total

Selanjumya seperti pada Singarimbun dkk, secara statistik angka korelasi
yang diperoleh hams dibandingkan dengan angka kritik tabel korelasi nilai r
product moment. Apabila TUtms lebih besar dari r^i, ( rh > rh ) maka item soal

dianggap vaUd. Hasil uji cobavaUditas instrumen dapat dilihat padatabel berikut:
Tabel 1

Hasil uji coba vaUditasinstrumen
n = 30
No

item

dk=(n-2),a= 5%

Variabel Xi
Interpretasi
rxv

rt= 0,294

Variabel X2

Variabel Y

rxv

In