PEMAKNAAN LIRIK LAGU ”PEMIMPIN DARI SURGA” OLEH GRUP BAND GIGI DALAM ALBUM RELIGI 2011.

PEMAKNAAN LIRIK LAGU ”PEMIMPIN DARI SURGA”
OLEH GRUP BAND GIGI DALAM
ALBUM RELIGI 2011

SKRIPSI

Disusun Oleh :

Ayu Rizky Anggr aeni
0843010046

YAYASAN KESEJ AHTERAAN, PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SURABAYA
2012

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


ABSTRAK

Ayu Rizky Anggar eni, 0843010046, Pemaknaan Lirik Lagu “Pemimpin Dari
Sur ga” Oleh Gr up Band Gigi dalam Album Religi 2011
Hal utama yang menjadi persoalan utama pemimpin bangsa Indonesia saat
ini adalah sulitnya mencari kriteria pemimpin yang pas untuk memimpin Negara
Indonesia, berbagai kondisi tersebut, membuat banyak pihak tertarik untuk
melakukan kritik sosial yang salah satunya adalah Gigi Band dengan
mengeluarkan lagu “Pemimpin Dari Surga”. Tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah untuk mengetahui pemaknaan lirik dalam lirik lagu
“Pemimpin dari Surga” oleh grup band Gigi dalam album Religi 2011
Teori yang digunakan adalah semilogi Roland Barthes yang mendasari
kajian-kajian Barthes selanjutnya terhadap obyek-obyek kenyataan atau unsurunsur kebudayaan yang sering ditelitinya. Metode dalam penelitian ini bersifat
deskriptif kualitatif.
Kesimpulan dari pemaknaan lagu “Pemimpin dari Surga” yang dibawakan
oleh band Gigi Band adalah bahwa seorang pemimpin yang memiliki kuasa atau
kekuatan hendaknya mengatur atau memimpin dengan kasih sayang, dengan
perasaan, dapat mengendalikan emosinya dan tidak semena-mena dan dapat
menjalin hubungan baik dengan sesama
Keyword : Pemaknaan, Semiotik, Lirik lagu “Pemimpin Dari Surga”

ABSTRACT
Ayu Rizky Anggar eni, 0843010046, Meaning lyrics " Pemimpin dar i Surga"
By Gigi Band in Religion 2011 Album
The main thing that became a major issue at this time leader of the
Indonesian nation is difficult to find leaders who fit the criteria to lead the State of
Indonesia, a variety of conditions, makes a lot of parties interested in conducting a
social critique that one of them is Gigi Band by releasing the song "Pemimpin
Dari Surga". Objectives to be archived in this study was to determine the meaning
of the lyrics in the lyrics of the song "Pemimpin dari Surga" by the Gigi Band in
Religion 2011 album
The theory used is the underlying semilogi Roland Barthes Barthes further
studies of the objects of reality or cultural elements are often examined. The
method in this research is descriptive qualitative.
The conclusion of the meaning of the song "Pemimpin dari Surga" song by
the Gigi Band is that a leader who has the power or powers should organize or
lead with compassion, with feeling, can control his emotions and not arbitrary and
can establish good relationships with follow
Keyword: meaning, semiotics, lyrics the song "Pemimpin Dari Surga"

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan kemurahan, kebaikan dan karunianya-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana program studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan bisa
terselesaikan dengan baik tanpa adanya bantuan dari beberapa pihak. Pada
kesempatan yang baik ini, perkenankan penulis dengan segenap kerendahan dan
ketulusan hati untuk menyampikan ucapan terimakasih kepada seluruh pihak yang
telah membantu guna mendukung kelancaran penyusunan skripsi ini.
Penulis dengan rasa hormat yang mendalam mengucapkan terimakasih
kepada :
1.

Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP., selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.


2.

Dra. Ec. Hj. Suparwati, MSi., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3.

Juwito, S. Sos., MSi., Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu
Sosial dan Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur,

4.

Drs. Syaifuddin Zuhri, MSi., selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu disela kesibukannya guna membantu penulis dalam
penyusunan skripsi ini.

i

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


5.

Semua dosen dan staff dosen Universitas Pembangunan Nasioanal ”Veteran”
Jawa Timur.

6.

Orang tuaku tercinta, yang telah memberikan bantuan baik materiil maupun
moril, serta do’a.

7.

Semua orang yang telah banyak membantu dan memberikan saran dan kritik
kepada penulis namun tidak tersebutkan, penulis ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya..
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan guna meningkatkan mutu dari
penulisan skripsi ini. Penulis juga berharap, penulisan skripsi ini dapat bermanfaat

dan menjadi acuan bagi peneliti lain yang tertarik untuk mendalaminya di masa
yang akan datang.

Surabaya, April 2012

Penulis

ii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1

1.2. Perumusan Masalah ............................................................. 7
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................. 7
1.4. Manfaat Penelitian ............................................................... 8
BAB II KAJ IAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori .................................................................... 9
2.1.1. Musik ........................................................................ 9
2.1.2. Lirik Lagu .................................................................. 12
2.1.3. Definisi Pemimpin dan Kriteria Pemimpin Ideal ........ 13
2.1.4. Konsep Kritik Sosial ................................................. 15
2.1.5. Musik Sebagai Kritik Sosial ...................................... 17
2.1.6. Definisi Surga ........................................................... 19
2.1.7. Gigi Band .................................................................. 20
2.1.8. Konsep Tanda ........................................................... 21
2.1.9. Konsep Makna .......................................................... 22

iii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


2.1.10. Semiotika dalam Ilmu Komunikasi ............................ 24
2.1.11. Semiotika Roland Barthes ......................................... 26
2.2. Kerangka berfikir ................................................................. 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian ..................................................................... 37
3.2. Unit Analisis ......................................................................... 38
3.3. Corpus .................................................................................. 38
3.4. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 40
3.5. Metode Analis Data .............................................................. 40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ....................................... 43
4.1.1. Sekilas tentang Band Gigi ......................................... 43
4.1.2. Lirik Lagu Pilih Sidang Atau Berdamai ..................... 46
4.2. Penyajian Data ...................................................................... 47
4.3. Analisis dan Intrepetasi Data ................................................. 49
4.4. Pembahasan .......................................................................... 91
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 94
5.1. Kesimpulan ........................................................................... 94
5.2. Saran .................................................................................... 96
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

iv

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1

Peta Tanda Roland Barthes ............................................. 28

Gambar 2.2

Kerangka Berpikir Lirik Lagu Pemimpin Dari Surga ....... 36

v

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Lirik Lagu Pemimpin dari Surga

vi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Berbagai permasalahan diberbagai bidang yang dialami bangsa ini,
khususnya di bidang perekonomian saat ini menjadi potret rendahnya
kemampuan pemerintah dalam memberikan kesejahteraan rakyat. Hal ini
mungkin menjadi pertanyaan masyarakat Indonesia yang awam tentang

ekonomi. Masyarakat saat ini hanya merasakan semua harga melonjak naik,
masyarakat merasa ekonominya serba terhimpit bahkan tidak mengetahui apa
sesungguhnya yang menyebabkan. Padahal Indonesia memiliki alam yang
amat kaya, sehingga dijajah sampai 3,5 abad lamanya berkat kekayaan
alamnya. Pemerintah rupanya hanya memperhatikan atau berpihak pada yang
di atas atau sistem ekonomi makro. Oleh karena itu pemimpin harus merakyat
dan tidak berpijak pada kepentingan politik saja agar kebobrokan demi
kebobrokan tidak dialami bangsa dan rakyat di Indonesia.
Pemimpin yang seharusnya membuat rakyatnya menjadi makmur
bukan malah membuat makmur kepentingan pribadi. Hal utama yang menjadi
persoalan utama pemimpin bangsa Indonesia saat ini adalah tingginya kasus
korupsi yang banyak dilakukan oleh para pemimpin atau pejabat-pejabat yang
duduk di kursi pemerintahan. Berdasarkan data Transparency International
Ranking 2010 yang disampaikan Asian Forum for Human Rights and
Development, Indonesia berada di peringkat 110 indeks persepsi korupsi, dari
200 negara diseluruh dunia.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

1

2

Indonesia merupakan satu dari 21 negara di Asia yang berada
diperingkat ratusan dalam data yang kami miliki itu," kata Executive Director
Asian Forum for Human Rights and Development Yap Swee Seng saat jumpa
pers pertemuan pararel NGO di Denpasar, Jumat. Posisi paling terburuk
dalam indeks persepsi korupsi diantara negara-negara Asia adalah Nyanmar
dan dari 200 negara yang cukup bersih dalam permasalahan korupsi ternyata
Singapura. indeks persepsi korupsi itu adalah salah satu bentuk tantangan
dalam kehidupan demokrasi di negara-negara yang berada di wilayah Asia
yang menjadi sorotan pihaknya. Tindakan korupsi biasanya dilakukan oleh
pihak eksekutif, bentuknya tidak hanya berupa pengerukan uang untuk
kepentingan pribadi, tapi juga bisa berbentuk penyalahgunaan wewenang
(http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/nasional/10/12/1 1/151515ini-dia-peringkat-korupsi-indonesia-).
Yang lebih membuat miris adalah pemimpin yang berada di daerah
tidak luput dari tindakan korupsi, sebanyak 17 Gubernur dari 33 Gubernur
dan 138 walikota dan Bupati dari 497 Walikota dan Bupati terkena kasus
korupsi, dari jumlah 155 orang yang sudah tersangka tidak menutup
kemungkinan masih banyak lagi kasus Korupsi yang dilakukan oleh para
kepala daerah lainnya yang berlum terlihat oleh pihak-pihak yang berwajib,
karena belum di laporkan oleh masyarakatnya, atau mungkin juga masih
dalam tahapan investegasi dari pihak-pihak yang berwajib secara secret.
Lebih dari 90% kasus-kasus tindak pidana korupsi yang melibatkan kepala

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

daerah tersebut, terkait proyek pengadaan barang dan jasa pemerintah
sedangkan total anggaran yang diduga dikorupsi Rp1,9 triliun.
Fenomena diatas memunculkan bagaimana kriteria dari pemimpin
ideal tersebut, pemimpin memiliki kekuatan spiritual yang cukup tinggi,
mengarahkan tindakan seorang pemimpin untuk selalu berusaha menegakkan
kebenaran dan tidak tergoda untuk melakukan tindakan melawan hukum.
Mempunyai visi dan program kerja untuk kesejahteraan masyarakat, bukan
untuk kepentingan diri sendiri atau golongan. Berusaha mengayomi semua
warganya tanpa membedakan warga yang kaya atau miskin, dan lain
sebagainya. Mempunyai kemampuan dan pengalaman dalam menjalankan
tugasnya, sehingga dapat menuntaskan tanggung jawab dan menciptakan
kemajuan di berbagai bidang. Memiliki kerendahan hati, kepedulian yang
tinggi terhadap rakyatnya (http://topmotivasi.com).
Berbagai kondisi tersebut, membuat banyak pihak tertarik untuk
melakukan kritik sosial. Salah satu diantaranya adalah melalui musik, banyak
musisi yang mengeluarkan karya-karyanya bertemakan kritik sosial seperti
Surat Buat Wakil Rakyat" (Iwan Fals), "Seperti Para Koruptor" (Slank),
"Pemimpin Budiman (GIGI), "Gosip Jalanan" (Slank), "Kwek Kwek Kwek"
(Iwan Fals), "Merdekakah Kita" (Saykoji), "Jengah" (Pas Band), dan "Rubah"
(Iwan Fals), serta "Sapuku Sapumu Sapu Sapu" (Iwan Fals). antas musisi
generasi muda seperti "Music Guyonan" (Dedy Suardi), "KA (Koruptor
Anjink)" (ANTINK band), "Krisis Ekonomi vs Korupsi" (RCP), "Distorsi"
(Ahmad Band), "John Esmod" (/rif), "I.C.U" (Tipe-X), "Nagih" (Slank),

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

"Dekadensi" (Chrisye), "Sini Oke Sana Ko" (Seurieus), "Politik Uang" (Iwan
Fals), "Birokrasi Kompleks" (Slank), dan "Indonesia" (Rhoma Irama), serta
"Negeri Cintaku" (Keenan Nasution) (http://suaramerdeka.com/).
Musik merupakan hasil budaya manusia menarik diantara banyak
budaya manusia yang lain. Dikatakan menarik karena musik memegang
peranan yang sangat banyak di berbagai bidang. Seperti jika dilihat dari sisi
psikologisnya, musik kerap menjadi sarana pemenuhan kebutuhan manusia
dalam hasrat akan seni dan berkreasi. Dari sisi sosial, musik dapat disebut
sebagai cermin tatanan sosial yang ada dalam masyarakat saat musik itu
diciptakan, sedangkan dari segi ekonomipun, musik telah bergerak pesat
menjadi suatu komoditi yang sangat menguntungkan.
Lagu merupakan sebuah domain budaya popular dimana kita dapat
dengan mudah menemukan banyak contoh kongkret tentang kekuasaan
budaya yang dijalankan (James dalam Sobur, 2003:147). Lirik dan musik
dalam lagu merupakan media penyampaian pesan dalam bentuk simbolisasi
tanda. Lagu merupakan kegiatan komunikasi karena di dalamnya terdapat
proses penyampaian pesan dari sisi pencipta lagu kepada khalayak
pendengarnya. Pesan yang terkandung dalam sebuah lagu merupakan hasil
pikiran ataupun perasaan dari si pencipta lagu sebagai orang yang mengirim
pesan.. Konsep pesan ini dapat berupa ungkapan-ungkapan dari perasaan
senang, sedih, marah juga dapat berupa pendapat seperti pujian atau bahkan
kritikan akan suatu hal sehingga dapat memancing kesadaran dari masyarakat.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

Penelitian mengenai lirik

lagu

kebanyakan

dilakukan untuk

mengetahui sejauh mana kemampuan sebuah teks lirik lagu dalam
mempengaruhi masyarakat. Kemampuan mempengaruhi sebuah teks lirik
lagu ini terjadi karena pengarang menyampaikan ide dan gagasan melalui kata
maupun kalimat baik yang sifatnya menimbulkan perasaan marah, benci,
senang, gundah, cinta dan segala hal yang menimbulkan kedekatan
emosional.
Salah satu grup band yang konsisten membuat karya-karya yang
berbobot adalah grup band GIGI. Grup band GIGI dibentuk di Bandung, Jawa
Barat, 22 Maret 1994. Grup yang membawa jenis musik pop dan rock ini
semula terdiri dari lima personil yaitu Armand Maulana, Aria Baron, Thomas
Ramdhan, Ronald Fristianto dan Dewa Budjana. Dalam perjalanan berkiprah
di belantika musik pop Indonesia, GIGI telah mengalami pergantian personil
beberapa kali. Formasi GIGI saat ini terdiri atas, Armand Maulana, Dewa
Budjana, Thomas Ramdhan, dan Gusti Hendy.
Beberapa album yang pernah dirilis GIGI antara lain Kilas Balik
(1998), Baik (1999), The Greatest Hits Live (2000), Untuk Semua Umur
(2001), The Best of Gigi (2002), Salam Kedelapan (2003), OST Brownies
(2004), Raihlah Kemenangan (2004), Raihlah Kemenangan-Repackage
(2005), Next Chapter (2006), Pintu Sorga (2006), dan Peace, Love & Respect
(2007).
Dari beberapa album yang diproduksi oleh GIGI, peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian pada lirik lagu “Pemimpin Dari Sorga”. Melalui

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

musik, para personil GIGI berusaha menuangkan sebuah cita-cita, semangat,
dan motivasi. GIGI mencoba menyinggung soal pemimpin yang ideal bagi
Indonesia. Lagu berjudul Pemimpin dari Surga, menurut vokalis Gigi,
Armand Maulana, adalah sebuah khayalan memiliki pemimpin yang bisa
mengabdi kepada masyarakat. “Kayak kita saja memimpin keluarga enggak
gampang. Di Indonesia maupun di belahan dunia lain, seharusnya pemimpin
itu mengabdi kepada masyarakat. Band yang diisi oleh Armand Maulana
(vokal), Dewa Budjana (gitar), Thomas Ramdhan (bass) dan Gusti Hendy
(drum) kali ini hanya meluncurkan satu single. Pemimpin dari Surga juga
akan dijadikan soundtrack drama sinetron Para Pencari Tuhan tayang di
SCTV. “Kita enggak mau maksain bikin full album. Kemarin kita sudah
keluar energi buat album (Sweet Seventeen), konser, dan tur juga,” imbuh
Hendi. Band yang berdiri sejak 22 Maret 1994 itu sebelumnya rutin
menggelontorkan album religi. Diantaranya Raihlah Kemenangan (2004),
Raihlah Kemenangan Repackage (2005), Pintu Sorga (2006), Jalan Kebenaran (2008)
dan Amnesia (2010) (http://rimanews.com/read/20110722/35533/gigi-kritikpemerintah-lewat-lagu-pemimpin-darai-surga).
Ketertarikan peneliti untuk melakukan pemaknaan dalam lirik lagu
“Pemimpin dari Surga” oleh grup band GIGI karena lirik lagunya penuh
konotasi bahasa yang menarik untuk dimaknai. Seperti misalnya:
Apakah mungkin bila kamu menjadi pengganti bagi kami
Hanyalah saja yang terjadi, kami jadi pengabdimu
Memang benar kau punya kuasa atas diri kami
Tapi ingat kuasamu amanah dari sang kuasa

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

Lirik-lirik tersebut menimbulkan pertanyaan yang menjadi dasar
perumusan masalah yaitu apakah makna pesan yang terkandung dalam lirik
lagu tersebut. Penelitian ini akan diarahkan pada pendekatan semiologi
Roland Barthes. Konsep yang digunakan adalah mitos, pranata dan konstruksi
kenyataan social dan interpretasi tanda. Studi analisis yang dilakukan oleh
peneliti mengacu pada semiologi Roland Barthes, yang akan mengupas
makna di balik tanda setiap lirik dalam lagu tersebut dengan peta tanda
Roland Barthes dan lima kode pembacaan, yaitu kode hermeneutik, kode
proaretik, kode semik, kode kultural dan kode budaya.

1.2. Per umusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah pemaknaan yang terkandung
dalam lirik lagu “Pemimpin dari Surga” oleh grup band Gigi dalam album
Religi 2011.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pemaknaan lirik
dalam lirik lagu “Pemimpin dari Surga” oleh grup band Gigi dalam album
Religi 2011.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Secara Teor itis
Untuk menambah literatur penelitian kualitatif ilmu komunikasi khususnya
analisis metode semiologi Roland Barthes pada lirik lagu “Pemimpin dari
Surga” dari grup musik GIGI dalam album Religi 2011.
1.4.2. Secara Pr aktis
Membantu pembaca dan penikmat musik dalam memahami lirik lagu
Pemimpin dari Surga” dari grup musik GIGI dalam album Religi 2011.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
KAJ IAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teor i
2.1.1. Musik
Musik adalah suatu suara atau bunyi-bunyian yang diatur menjadi
satu yang menarik dan menyenangkan. Dengan kata lain musik dikenal
sebagai sesuatu yang terdiri atas nada dan ritme yang mengalun secara
teratur. Musik juga memainkan peran dalam evolusi manusia, dibalik
tindakan dan perilaku manusia terdapat pikiran dan perkembangan ini
dipengaruhi oleh musik. Seni musik merupakan salah satu seni untuk
menyampaikan eskpresi. Ekspresi yang disampaikan sekarang ini bukan
hanya mengandung unsur keindahan seperti tema-tema percintaan, namun
belakangan ini banyak tercipta tema-tema yang yang berisi permasalahan
sosial dan realitas yang ada pada masyarakat.
Musik dapat tercipta karena didorong oleh kondisi sosial, politik,
dan ekonomi masyarakat, musik juga diilhami oleh perilaku masyarakat,
musik adalah cermin masyarakat, music juga diilhami oleh perilaku
masyarakat, dan sebaliknya perilaku umum masyarakat dapat terilhami
oleh

musik

tertentu.

Perilaku

umum

masyarakat

dapat

berupa

permasalahan sosial, peristiwa monumental, kebutuhan dan tuntutan
bersama,

kritikan

ataupun

harapan

yang

diidamkan

(Ayuningtyas dalam Wijayanti, 2010:9).
Pada masa ini oleh masyarakat, musik populer diberi arti music
yang mudah diterima oleh kebanyakan orang dan untuk karenanya
masyarakat

banyak

yng

menyukainya

9

(Sumaryo

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

dalam

10

Setianingsih, 2002:26). Beberapa jenis musik yang didasarkan pada
manfaat agar diketahui lebih dalam adalah :
1 Musik Klasik : ada sedikit pergeseran makna, seperti terjadi pula pada
nama atau istilah lain. Ada tiga taksiran mengenai musik klasik yang
sering digunakan
a. Pertama: Musik klasik adalah jenis musik terkenal yang dibuat
atau diciptakan jauh dimasa lalu, tetapi disukai, dimainkan dan
dinikmati oleh orang sepanjang masa sampai sekarang.
b. Kedua: Musik klasik ialah jenis musik yang lahir atau diciptakan
oleh komponis-komponis pada masa klasik, yaitu masa sekitar
tahun 1750-1800.
c. Ketiga: musik klasik adalah jenis musik yang dibuat pada masa
sekarang, tetapi mengambil gaya, corak, ataupun teknik yang
terdapat pada musik klasik dari pengertian pertama dan kedua.
2. Musik Jazz: jenis musik yang dianggap lahir di New Orleans,
Amerika Serikat, pada awal abad ini. Merupakan perpaduan antara
teknik dan peralatan music eropa, khususnya Perancis, dengan irama
bansa negro asal Afrika Barat, diperkebunan-perkebunan kapas, New
Orleans Selatan.
3. Musik Keroncong: Jenis Musik dimana dalam musik ini dipergunakan
perlatan dan pernadaan musik barat, yang dimainkan dan dinyanyikan
dengan gaya musik tradisi kita yang sudah ada sebelumnya. Misalnya
permainan padi, kentongan, angklungan, dan lain-lain.
4. Musik Populer: Jenis musik yang selalu memasukkan unsur-unsur
ataupun cara-cara baru yang sedang disukai, atau diharapkan akan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

disukai oleh pendengar dewasa ini. Tujuanya adalah memperoleh
ledakan popularitas sebesar mungkin dan secepat mungkin. Walaupun
dua atau tiga tahun kemudian tak ada lagi yang bisa mendengarkan.
Musik

populer

merupakan

suatu

bidang

yang

mempunyai

perkembangan tersendiri. Sifat-sifat perkembanganya itu kadangkadang menuju kea rah perkembangan artistik musikal, tapi yang
masih menjadi simpati masyarakat banyak. Meski disebut musik
populer, dari pemain-pemainya tetap diminta syarat musikalitas.
Makin tinggi nilai musikalnya, makin baik. Pemain musik populer
tidak begitu merasa “tegang” seperti pemain music seriosa. Yang
dimaksud “tegang’ disini ialah suatu rasa tekanan atau ketegangan
mental, yang disebabkan anatara lain adanya kosentrasi yang penuh
agar

dapat

memainkan

musiknya

sebaik-baiknya.

(Sumaryo dalam Rachmawati, 2000:29).
Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa
musik adalah sekumpulan nada yg memiliki kepaduan dan harmonisasi
yg semuanya itu terikat dalam satu irama dan tempo yg beraturan. Pada
dasarnya bunyi bunyian yg tak memiliki nada juga bisa disebut musik, itu
tergantung dari siapa yg mendengarkan bunyi tersebut
2.1.2. Lir ik Lagu
Perkembangan lirik lagu di Indonesia sudah mulai muncul sejak
setelah merebut kemerdekaan, pada paruhan pertama dasawarsa 1950-an.
Pada waktu masih dilakukan yang dinamakan "musikalisasi syair" yaitu
menggarap komposisi-komposisi lagu terhadap puisi-puisi yang terlebih
dahulu diciptakan oleh penyair terpandang (Rachmawati, 2000:42).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

Lirik sebuah lagu di era sekarang merupakan sebuah kunci utama,
meski tidak dipungkiri sentuhan musik tidak kalah pentingnya untuk
menghidupkan lagu tersebut secara keseluruhan. Lirik merupakan sebuah
energi yang mampu mengungkapkan banyak hal. Hampir sebagian besar
lirik lagu-lagu Indonesia memuat berbagai peristiwa atau perasaan emosi
yang dilihat, didengar dan dirasakan oleh si pencipta lagu. Ada yang
menyuarakan perasaan cinta yang mengharu biru, ada pula yang
menuangkan protes dan kontrol sosial. Apapun jenis musiknya, lirik lagu
cinta tetap dominan dari waktu ke waktu. Para pencipta lagu pun lebih
memprioritaskan lagu-lagu bertema cinta. Para pencipta lagu pun
berpendapat bahwa tema cinta adalah universal, bisa diterima siapa saja,
tidak heran apabila banyak grup musik atau penyanyi yang memakai
konsep

pembuatan

lirik

semacam

itu.

(www.media-

indonesia.com/resensi/detail.asp?id=420).
Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa lirik
lagu adalah bagin dari sebuah lagu yang berisikan rangkain-rangkaian
kata-kata sehingga menjadi sebuah lagu
2.1.3. Definisi Pemimpin dan Kriter ia Pemimpin Ideal
Beberapa pengertian pemimpin menurut para ahli adalah sebagai
berikut pemimpin adalah

merupakan inisiator, motivator, stimulator,

dinamisator, dan inovator dalam organisasi (Kartono, 2006 : 10).
Pemimpin seseorang yang karena kecakapan–kecakapan pribadinya
dengan atau tanpa pengangkatan resmi dapat mempengaruhi kelompok
yang dipimpinnya untuk mengarahkan upaya bersama kearah pencapaian
sasaran–sasaran tertentu (Winardi, 2000 : 2). Menurut Terry dan Frankin

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

mendefinisikan pemimpin dengan hubungan dimana seseorang (pemimpin)
mempengaruhi orang untuk mau bekerja sama melaksanakan tugas–tugas
yang saling berkaitan guna mencapai tujuan yang diinginkan organisasi
atau kelompok (Yuli, 2005 : 166).
Tentunya dalam menghadapi masalah-masalah yang ada, guna
mendapatkan penyelesaian yang baik perlu adanya suatu perencanaan.
Suatu perencanaan yang baik tentu

saja lahir dari pandangan,

pertimbangan, kemampuan menganalisis dampak baik buruknya dari
sebuah penyelesaian yang akan dibuat. Sehingga hal ini tentu saja
membutuhkan kecakapan, kepintaran dan penguasaan yang menyeluruh
dan komprehensif dari sang pemimpin. Ketajaman berpikir , bertindak dan
menganalis masalah tentu saja dibutuhkan oleh para bawahan atau orang
yang dipimpinnya karena hal itulah yang membedakan seseorang yang
dipimpin dan yang memimpin. Karena orang yang dipimpin cenderung
sudah menyerahkan wewenang yang seluas-luasnya bagi pemimpinnya
untuk menyelesaikan masalah-masalah yang timbul pada mereka
(http://id.shvoong.com).
Banyak kriteria pemimpin ideal pemimpin memiliki kekuatan
spiritual yang cukup tinggi, mengarahkan tindakan seorang pemimpin
untuk selalu berusaha menegakkan kebenaran dan tidak tergoda untuk
melakukan tindakan melawan hukum. Mempunyai visi dan program kerja
untuk kesejahteraan masyarakat, bukan untuk kepentingan diri sendiri atau
golongan. Berusaha mengayomi semua warganya tanpa membedakan
warga yang kaya atau miskin, dan lain sebagainya. Mempunyai
kemampuan dan pengalaman dalam menjalankan tugasnya, sehingga dapat

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

menuntaskan tanggung jawab dan menciptakan kemajuan di berbagai
bidang. Memiliki kerendahan hati, kepedulian yang tinggi terhadap
rakyatnya (http://topmotivasi.com).
Analisis kepemimpinan berdasarkan ciri kepemimpinannya yang
diungkapkan oleh Sondang P. Siagian (2003:75) memberikan petunjuk
bahwa ciri-ciri kepemimpinan ideal yaitu, 1. Pengetahuan yang luas, 2.
Kemampuan untuk bertumbuh dan berkembang, 3. Sifat inkuisitif, 4.
Kemampuan analitik, 5. Daya ingat yang kuat, 6. Kapasitas integrative 7.
Keterampilan berkomunikasi secara efektif, 8. Keterampilan mendidik, 9.
Rasionalisme dan objektivitas, 10. Pragmmatisme, 11. Kemampuan
menentukan skala prioritas, 12. Kemampuan membedakan yang urgen dan
yang penting, 13. Rasa tepat waktu, 14. Rasa kohesi yang tinggi, 15. Naluri
relevasi, 16. Keteladanan, 17. Kesediaan menjadi pendengar yang baik, 18.
Adaptabilitas, 19. Fleksibelitas, 20. Ketegasan

dan keberanian, 21.

Orientasi, 22. Sikap yang antisipati.
Dari beberapa pendapat diatas maka dapat diambil kesimpulan
bahwa pemimpin adalah orang yang memiliki kecakapan dalam mengatur
dan memberikan motivasi kepada orang lain.
2.1.4. Konsep Kr itik Sosial
Arti harfiah kritik yang dapat diperoleh dari Kamus Besar
Indonesia adalah kecaman atau tanggapan, kadang-kadang disertai uraian
dan pertimbangan baik-buruk terhadap suatu karya, pendapat dan
sebagainya. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan W.J.S
Poerwadarminta, kata tersebut disebut mempunyai dua kemungkinan arti,
yaitu (1) ‘genting, kemelut, sangat berbahaya (tentang keadaan0’ dan (20

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

‘selaan, kecaman, sanggahan’. Kamus pertama mengartikan kata
mengkritik sebagai menemukakan kritik, mengencam, sedangkan kamus
yang kedua mengartikanya sebagai memberi pertimbangan (dengan
mengemukakan

mana-mana

yang

salah,

mencela,

mengecam)

(Masoed, 1999:36).
Dari berapa pengertian tersebut tampak bahwa kata kritik, dalam
bahasa Indonesia, cenderung mengandung konotasi yang negatif, dapat
beranonim dengan pengertian yang sepenuhnya berkonotasi negatif seperti
celaan, tetapi tidak dapat bersinonim dengan kata yang berpengertian
sepenuhnya positif. Bahasa merupakan alat komunikasi atau alat
penghubung antar manusia, tercipta anatar lain dengan menggunakan
bunyi yang dihasilkan alat ucap. Wujud bahasa yang digunakan dalam
kritik menggunakan pilihan bahasa secara halus misalnya sindiran,
perumpamaan dan semacamnya. Bentuk kritik yang cenderung dengan
penghalusan bahasa tercipta oleh keadaan struktur masyarakat yang
hierarkis, segala macam bentuk kritik tidak mungkin akan berekembang
secara transparan sebab kritik tidak mungkin akan berkembang secara
transparan sebab kritik merupakan bentuk perbedaan yang tidak
dikehendaki oleh penguasa (Masoed, 199:16).
Kritik sosial menurut Berger dan Lucman (dalam Ratna 2007: 117)
adalah kenyataan yang dibangun secara sosial, kenyataan dengan kualitas
mandiri yang tak tergantung dari kehendak subjek. Menurut Zaini (1997:
49), kritik sosial juga dapat berarti sebuah inovasisosial. Dalam arti bahwa
kritik sosial menjadi sarana komunikasi gagasan-gagasan baru--sembari
menilai gagasan-gagasan lama --untuk perubahan sosial. Kritiksosial

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

dalam

kerangka

yang

demikian

berfungsi

untuk

membongkar

berbagaisikap konservatif, status quo dan vested interest dalam masyarakat
untukperubahan sosial. Dengan adanya kritik sosial diharapkan terjadi
perubahan sosial ke arah yang lebih baik. Kritik sosial sebaiknya bersifat
kritik membangunsehingga tidak hanya berisi kecaman, celaan, atau
tanggapan terhadap situasi, tindakan seseorang atau kelompok. Hal ini
diperlukan agar kritik sosial tidak menimbulkan permusuhan dan konflik
sosial.
Dari beberapa pendapat diatas maka dapat diambil kesimpulan
bahwa kritik sosial adalah tanggapan kenyataan yang dibangun secara
sosial oleh seseorang untuk menanggapi keadaan yang ada
2.1.5. Musik Sebagai Kr itik Sosial
Kehadiran

musik

dalam

guratan

sejarah

telah

berhasil

menancapkan fakta tersendiri. Jagad musik dalam beberapa dekade
terakhir telah memunculkan barisan musisi yang tidak hanya sekedar lihai
meramu instrumen, namun lebih dari itu, musik sebagai bahasa universal
mampu beroperasi dalam dialektika sosial masyarakat. Pergeseran naluri
musik tidak lagi sebatas pengalaman estetis-auditif ataupun hiburan
semata.

Musik

ditangan

beberapa

musisi

progresif

semakin

menghentakkan iramanya ke jantung realitas. Mendentingkan kesadaran di
tengah ketimpangan sosial, atau bahkan tidak jarang pula memacu
kekuatan radikal menuju perubahan sosial. Dalam segmentasi berbagai
genre musik, para musisi telah semakin berani mengusung komposisi nada
perlawanan atau pemberontakan. Intonasi kritik dan protes pun akhirnya
lekat dengan musik, jumlahnya sebanyak para musisi yang meyakini

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

bahwa

pembaharuan

sosial

bisa

disuarakan

melalui

musik

(http://id.shvoong.com).
Era reformasi menjadi euforia para seniman bebas membuat lagu
bertema sosial. Kritik tak lagi membuat menyakitkan, karena para petingi
dan koruptor d Indonesia sudah "mati rasa". Mestinya lagu "Rayap-rayap"
sangat pas untuk kondisi sekarang di mana para pejabat yang korup
relevan disebut babi-babi gemuk.
Pada era tahun 90 an sampai 2000 an lagu-lagu dengan tema
antikorupsi dari para musisi banyak dibuat. Mereka memiliki kepekaan
cukup tinggi terhadap fenomena korupsi masih pun marak. Bisa disebut
"Surat Buat Wakil Rakyat" (Iwan Fals), "Seperti Para Koruptor" (Slank),
"Pemimpin Budiman (GIGI), "Gosip Jalanan" (Slank), "Kwek Kwek
Kwek" (Iwan Fals), "Merdekakah Kita" (Saykoji), "Jengah" (Pas Band),
dan "Rubah" (Iwan Fals), serta "Sapuku Sapumu Sapu Sapu" (Iwan Fals).
Lantas musisi generasi muda seperti "Music Guyonan" (Dedy Suardi),
"KA (Koruptor Anjink)" (ANTINK band), "Krisis Ekonomi vs Korupsi"
(RCP), "Distorsi" (Ahmad Band), "John Esmod" (/rif), "I.C.U" (Tipe-X),
"Nagih" (Slank), "Dekadensi" (Chrisye), "Sini Oke Sana Ko" (Seurieus),
"Politik Uang" (Iwan Fals), "Birokrasi Kompleks" (Slank), dan
"Indonesia" (Rhoma Irama), serta "Negeri Cintaku" (Keenan Nasution)
(http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/bicara_fakta/2011/01/21/24/
Andai-Aku-Gayus-dan-Sejarah-Lagu-Protes-di-Indonesia).
Menurut Djohan (2003 : 7-8), bahwa musik merupakan perilaku
sosial yang kompleks dan universal yang didalamnya memuat sebuah
ungkapan pikiran manusia, gagasan, dan ide-ide dari otak yang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

mengandung sebuah sinyal pesan yang signifikan. Pesan atau ide yang
disampaikan melalui musik atau lagu biasanya memiliki keterkaitan
dengan konteks historis. Muatan lagu tidak hanya sebuah gagasan untuk
menghibur, tetapi memiliki pesan-pesan moral atau idealisme memiliki
kekuatan ekonomis serta kritik sosial. Kritik sosial erat kaitannya dengan
krtik sosial, Keraf (2007: 23) menegaskan bahwa gaya bahasa yang
dimiliki oleh seseorang merupakan bagian dari diksi bertalian erat dengan
ungkapanungkapan yang individual atau karakteristik, atau memiliki nilai
artistik tinggi. Gaya bahasa menjadi cara pengungkapan pikiran seseorang
melalui bahasa secara khas yang dapat memperlihatkan jiwa dan
kepribadian pemakai bahasa (penulis bahasa), yang kemudian diwujudkan
dengan cara pemilihan diksi secara tepat sehingga dapat membedakan
individu yang satu dengan individu yang lainnya
Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa
musik merupakan salah satu alat yang dapat digunakan sebagai kritik
sosial hal ini dikarenakan pada musik berisi tidak hanya sebuah gagasan
untuk menghibur, tetapi memiliki pesan-pesan moral atau idealisme
memiliki kekuatan ekonomis serta kritik sosial
2.1.6. Definisi Surga
Pengertian mengenai surga dari beberapa Agama berbeda-beda
mulai dari agama Islam, Hindu dan Budha. Dalam agama islam surga
merupakan tempat yang digambarkan sebagai taman yang indah dan
sungai-sungai yang mengalir jernih dikelilingi dengan pepohonan yang tak
pernah behenti berbuah. Pendapat lain dikemukakan oleh agama Kristen
yang mengungkapkan bahwa surga adalah kehiudupan kekal yang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

dijanjikan Yesus kepada orang-orang yang percaya kepada NYA dan tidak
ada

lagi

pemisah

antara

Tuhan

dan

Manusia

(http://www.anneahira.com/surga-dan-neraka.htm).
Konsep Surga secara eksplisit tidak ada dalam keyakinan agama
Hindu, Surga bukanlah merupakan tempat setelah kematian melainkan
ketika seseorang berada dalam keadaan senang atau bahagia. Hampir sama
dengan agama Hindu, agama Budha mendifinisikan bahwa Surga adalah
merupakan

besarnya

karma

yang

dibagi

kepada

seseorang

(http://www.anneahira.com/surga-dan-neraka.htm).
Islam menyebutkan bahwa ada tiga golongan yang akan masuk
surga yaitu golongan pertama penguasa yang adil terhadap masyarakatnya.
Karena sifat adilnya tersebut menjadikan dia dicintai oleh masyarakatnya
hingga dicintai Allah SWT, bahkan dalam hadits yang lain diterangkan
tentang keutamaan seorang pemimpin yang adil. Golongan kedua orang
yang mempunyai sifat kasih sayang terhadap keluarganya, terhadap
sesama muslim, dan dia mempunyai hati yang lunak. Artinya tidak mudah
marah dan ingin menang sendiri tetapi dia mempunyai sifat yang mau
memaafkan orang lain. Rosulullah SAW menggambarkan sosok terbaik
golongan ini dan. Golongan ketiga orang miskin yang selalu menjaga
kehormatan dirinya.

Tidak

mengeluh

walau

dia

dihimpit

oleh

permasalahan ekonomi, meskipun sebenarnya dia juga harus menanggung
keluarganya. Dia tidak meminta-minta

yang dapat merendahkan

kehormatan dirinya, apalagi sampai menjual diri atau menjual agama demi
mendapatkan harta.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

Berdasarkan pendapat diatas maka peneliti menyimpulkan bahwa
surga adalah hadiah dari amal baik dan ibadah manusia ketika ia masih
hidup. Segala perbuatan dan tingkah laku manusia ketika ia masih hidup
akan dicatat dan kemudian akan di akumulasi di akhirat. Bagi manusia
yang memiliki amalan, ibadah dan perbuatan baik melebihi dari amalan
jeleknya, maka hadiah surga dari Tuhan YME sebagai akhir dari
segalanya berhak ia terima. Sebaliknya bagi manusia yang selalu dipenuhi
dengan dosa ketika ia masih hidup, ganjaran yang ia terima adalah neraka.
2.1.7. Gigi Band
Gigi adalah nama sebuah grup musik yang berasal dari Bandung,
Indonesia yang mengusung jenis musik popdan rock. Kelompok ini berdiri
pada tanggal 22 Maret 1994, dengan format awal Aria Baron, Thomas
Ramdhan,Ronald Fristianto, Dewa Budjana dan Armand Maulana. Gigi
adalah nama sebuah grup musik yang berasal dari Bandung, Indonesia
yang mengusung jenis musik popdan rock. Kelompok ini berdiri pada
tanggal 22 Maret 1994, dengan format awal Aria Baron, Thomas
Ramdhan,Ronald Fristianto, Dewa Budjana dan Armand Maulana. Saat ini
Gigi telah mengeluarkan 11 album .
2.1.8. Konsep Tanda
Tanda merupakan sesuatu yang bersifat fisik, bisa dipersepsi indra
kita, maksudnya tanda mengacu pada sesuatu di luar tanda itu sendiri: dan
bergantung pada pengenalan oleh penggunanya sehingga bisa disebut
tanda. Ferdinand de Saussure dalam Yasraf merumuskan tanda sebagai
kesatuan dari dua bidang yang tidak bisa dipisahkan, tanda memiliki dua
entitas yaitu penanda (signifier/ wahana tanda/ yang mengutarakan/

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

simbol) atau bentuk dan petanda

(signified/

konsep/ makna/ yang

diutarakan/ thought of reference) . Berkaitan dengan piramida pertandaan
ini (tanda-penanda-petanda), Sausurre menekankan dalam teori semiotika
perlunya konvensi sosial, diantaranya komunitas bahasa tentang makna
satu tanda. Kesimpulan dari rumusan Saussure maksudnya adalah satu kata
mempunyai makna tertentu disebabkan adanya kesepakatan sosial di antara
komunitas pengguna bahasa tentang makna tersebut.
Charles Sanders Pierce dalam lingkungan semiotik melihat sebuah
tanda, acuan dan penggunanya sebagai tiga titik dalam segitiga Pierce yang
biasanya dipandang sebagai pendiri tradisi semiotika Amerika menjelaskan
modelnya secara sederhana yaitu tanda sebagai sesuatu yang dikaitkan
kepada seseorang untuk sesuatu dalam beberapa hal atau kapasitas dan
seringkali mengulang-ulang pernyataan bahwa secara umum tanda adalah
yang mewakili sesuatu bagi seseorang. Tanda menunjuk pada seseorang,
yakni menciptakan dibenak seseorang tersebut suatu tanda yang setara atau
barangkali suatu tanda yang lebih berkembang. Tanda tersebut disebut
interpretant dari tanda-tanda pertama. Perumusan yang terlalu sederhana
dari Pierce ini menyalahi kenyataan tentang adanya suatu fungsi tanda:
tanda A menunjukkan suatu fakta (dari objek B), kepada penafsirnya yaitu
C. Oleh karena itu, suatu tanda itu tidak pernah berupa suatu entitas yang
sendirian, tetapi yang memiliki ketiga aspek tersebut (A, B dan C). Pierce
mengatakan bahwa tanda itu sendiri merupakan contoh dari kepertamaan,
objeknya adalah keduaan dan penafsirnya adalah sebagai unsur pengantara
yang berperan sebagai ketigaan. Ketigaan

yang ada dalam konteks

pembentukkan tanda juga membangkitkan semiotika yang tak terbatas,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

selama suatu penafsir (gagasan) yang membaca tanda sebagai tanda bagi
yang lain (yaitu sebagai wakil dari suatu makna atau penanda) bisa
ditangkap oleh penafsir lainnya. Penafsir ini adalah unsur yang harus ada
untuk mengaitkan tanda dengan objeknya (induksi, deduksi dan
penangkapan [hipotesis] membentuk tiga jenis penafsir yang penting).
Agar bisa ada sebagai suatu tanda maka tanda tersebut harus ditafsirkan
(dan berati harus memiliki penafsir) (Sobur, 2003:41).
2.1.9. Konsep Makna
Makna sebagaimana yang dikemukakan oleh Fisher dalam Sobur
(2004:20), merupakan konsep yang abstrak, yang telah menarik perhatian
ahli filsafat dan para teoretisi ilmu sosial. Dari mana datangnya makna?
Menurut DeVito, makna ada dalam diri manusia, yang artinya makna tidak
terletak

dalam

kata-kata

melainkan

pada

diri

manusia.

“Kita”

menggunakan kata-kata untuk mendekati makna yang ingin kita
komunikasikan. Tetapi, kata-kata ini tidak secara sempurna dan lengkap
menggambarkan makna yang kita maksudkan. Demikian pula makna yang
didapat pendengar atau pembaca dari pesan-pesan kita akan sangat berbeda
dengan makna yang ingin kita komunikasikan (Sobur, 2004:20).
Makna dalam suatu teks tidak terjadi dengan sendirinya melainkan
diproduksi dalam hubungan antara teks dengan pengguna tanda. Kedua
elemen bertindak secara dinamis dan saling memberikan suatu yang
sejajar. Bila suatu teks dan pengguna tanda mamiliki budaya relatif sama,
maka interaksi keduanya lebih mudah terjadi, konotasi dan mitos dalam
teks telah menjadi referensi pengguna tanda yang bersangkutan
(Fiske, 2004:23).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

Menurut

Muhadjir

dalam

Sobur

(2006:256),

sebelum

mengungkapkan pemaknaan secara lebih tajam, maka harus dibedakan
terlebih dahulu istilah-istilah yang nyaris berhimpitan dalam pemaknaan,
antara lain :
1. Terjemah atau translation, adalah upaya mengemukakan materi atau
substansi yang sama dengan media berbeda; media tersebut mungkin
berupa bahasa satu ke bahasa lain, dari verbal ke gambar, dan
sebagainya.
2. Penafsiran atau interpretasi, adalah kita tetap berpegang pada materi
yang ada, dicari latar belakangnya, konteksnya, agar dapat dikemukakan
konsep atau gagasannya lebih jelas.
3. Ekstrapolasi, adalah lebih menekankan pada kemampuan daya pikir
manusia untuk menangkap hal dibalik yang tersajikan. Materi yang
tersajikan dilihat tidak lebih dari tanda-tanda atau indikator pada sesuatu
yang lebih jauh lagi.
4. Makna atau meaning, merupakan upaya lebih jauh dari penafsiran, dan
mempunyai kesejajaran dengan ekstrapolasi. Pemaknaan lebih menuntut
kemampuan integratif manusia: indrawinya, daya pikirnya, dan akal
budinya. Materi yang tersajikan, seperti juga ekstrapolasi, dilihat tidak
lebih dari tanda-tanda atau indikator bagi sesuatu yang lebih jauh. Di
balik yang tersajikan bagi ekstrapolasi terbatas dalam arti empirik logik,
sedangkan pada pemaknaan dapat pula menjangkau yang etik ataupun
yang transendental.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

2.1.10. Semiotika Dalam Ilmu Komunikasi
Kata ”semiotika” berasal dari bahasa Yunani, semeion yang berarti
"tanda" atau seme yang berarti ”penafsir tanda”. Semiotika atau dalam
istilah Barthes semiologi pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana
kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things). Memaknai (to sinify)
dalam hal ini tidak dapat dicampuradukan dengan mengkomunikasikan (to
communicate). Memaknai berarti bahwa ohjek-objek tidak hanya
membawa

informasi,

dalam

hal

mana

objek-objek

itu

hendak

berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda
(Barthes, 1988:179; Kurniawan, 2001:53) dalam Sobur (2006:15).
Menurut Littlejohn (1996:64) dalam Sobur (2006:15) tanda-tanda
(signs) adalah basis dari seluruh komunikasi. Manusia dengan tanda-tanda
dapat melakukan komunikasi dengan sesamanya. Semiotika adalah suatu
ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah
perangkat yang dipakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, di
tengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia.
Semiotika seperti kata Lechte (2001:191) adalah teori tentang tanda
dan penandaan. Lebih jelasnya lagi, semiotika adalah suatu disiplin yang
menyelidiki semua bentuk komunikasi yang terjadi dengan sarana signs
”tanda-tanda” dan berdasarkan pada sign system (code) (Segers, 2000:4).
Hjelmslev (dalam Christomy, 2001:7) mendefinisikan tanda sebagai ”suatu
keterhubungan antara wahana ekspresi (expression plan) dan wahana isi
(content plant). Charles Morris menyebut semiosis sebagai suatu "proses
tanda”, yaitu proses ketika sesuatu merupakan tanda bagi beberapa

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25

organisme. Dari beberapa definisi diatas, maka semiotika atau semiosis
adalah ilmu atau proses yang borhubungun dengau tanda.
Pada dasarnya semiosis dapat dipandang sebagai suatu proses tanda
yang dapat diberikan dalam istilah semiotika sebagai suatu hubungan
antara lima istilah: S adalah semiotic relation (hubungan semiotik); s untuk
sign (tanda): i untuk interpreter (penafsir): c untuk effect atau pengaruh
(misalnya suatu disposisi dalam i akan bereaksi dengan cara tertentu
terhadap r pada kondisi-kondisi tertentu c karena s); r untuk reference
(rujukan); dan c untuk context (konteks) atau conditions (kondisi).
Saat ini dikenal dua jenis setniotika yaitu semiotika komunikasi dan
semiotika signilikasi.
1. Semiotika komunikasi yang dikembangkan oleh Charles Sanders
Peirce lebih menekankan pada teori tentang produksi tanda yang salah
satu

diantaranya mengasumsikan adanya

enam

faktor

dalam

komunikasi, yaitu pengirim, penerima kode (sistem tanda), pesan,
saluran komunikasi dan acuan.
2. Semiotika signifikasi yang dikembangkan oleh Ferdinand de Saussure
memberikan tekanan pada teori tanda dan pcmahamannya dalam suatu
konteks tertentu. Suatu tanda menandakan sesuatu selain dirinya
sendiri dan makna (meaning) ialah hubungan antara suatu objek atau
idea dan suatu tanda.
3. Semiotika Konotasi yang dikembangkan oleh Roland Barthes lebih
menekankan lima kode yang ditinjau dan dieksplisitkan untuk menilai
suatu naskah realis. Lima kode yang ditinjau Barthes adalah kode
hermeneutik (kode teka-teki), kode semik (makna konotatif), kode

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa men