Studi tentang pemahaman mahasiswa Fakultas Farmasi terhadap obat tradisional kelompok fitofarmaka, obat herbal terstandar, jamu dan obat tradisional non registrasi di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta - USD Repository

  STUDI TENTANG PEMAHAMAN MAHASISWA FAKULTAS FARMASI TERHADAP OBAT TRADISIONAL KELOMPOK FITOFARMAKA,

  OBAT HERBAL TERSTANDAR, JAMU DAN OBAT TRADISIONAL NON REGISTRASI DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

  Program Studi Ilmu Farmasi Oleh :

  Nana Vania NIM : 058114068

  FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2009 STUDI TENTANG PEMAHAMAN MAHASISWA FAKULTAS FARMASI TERHADAP OBAT TRADISIONAL KELOMPOK FITOFARMAKA,

  OBAT HERBAL TERSTANDAR, JAMU DAN OBAT TRADISIONAL NON REGISTRASI DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

  Program Studi Ilmu Farmasi Oleh :

  Nana Vania NIM : 058114068

  FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2009

  ! ! ! !

  PRAKATA Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, anugerah, kasih karunia, dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul ”Studi tentang Pemahaman Mahasiswa Fakultas Farmasi terhadap Obat Tradisional Kelompok Fitofarmaka, Obat Herbal Terstandar, Jamu dan Obat Tradisional Non Registrasi di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta” dengan baik sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Program Studi Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Penelitian dan penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis secara khusus mengucapkan terima kasih kepada :

  1. Ibu Rita Suhadi, M.Si, Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  2. Ibu Christine Patramurti, M.Si., Apt. selaku Kaprodi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  3. Ibu Yustina Sri Hartini M.Si.,Apt. selaku dosen pembimbing skripsi sekaligus pembimbing akademis yang telah banyak meluangkan waktu, pikiran, dan perhatian untuk membimbing dan mendampingi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  4. Rm. Drs. Petrus Sunu Hardiyanta, SJ.,M.Sc. selaku dosen pembimbing skripsi untuk bantuan, dukungan, perhatian, dan nasehat-nasehatnya yang sangat berharga saat membimbing dan mendampingi penulis selama penyelesaian skripsi ini.

  5. Yohanes Dwiatmaka, M.Si. selaku dosen penguji atas kesediaan untuk menguji serta memberikan saran sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

  6. Drs. Sulasmono, Apt. selaku dosen penguji atas kesediaan untuk menguji serta memberikan saran sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

  7. Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, dan Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta serta para responden atas izin dan kerjasama yang diberikan kepada penulis untuk mengambil data penelitian ini.

  8. Papa, Mama, serta adik-adikku Mia dan Grace atas kasih sayang, doa, perhatian, dan dukungannya selama ini.

  9. Teman dan rekanku Novi atas kebersamaan dan kerjasamanya dalam penyelesaian skripsi ini.

  10. Sahabat-sahabatku di Kos Dewi (Eva, Nia, Dina, Fetri, Siska) serta Lisa atas persahabatan dan semua kenangan indah selama kebersamaan kita.

  11. Sahabat-sahabatku di Smilist (Astri, Siska, Timmy, Hendrik, Ise, Anan, Endah, Ronny, Tommy, Fanny) yang selalu memberi semangat dan dukungan doa kepada penulis serta bersedia menjadi tempat untuk berbagi cerita.

  12. Saudara-saudaraku di Lion of Judah family (Gita, Jems, Sabeth, Rheni, kak Dokman, kak Darwin, kak Donald, kak Chika, Ester, Jimmy, Kaka,

  William, Tere, Uli, kak Adi) yang selalu memberi semangat dan dukungan doa kepada penulis serta bersedia menjadi tempat untuk berbagi cerita.

  13. Saudara-saudaraku dan sahabat-sahabatku di PMK Ebenhaezer (Dima, Verty, Yoga, Chris, Ari, Nana, Timo, Ricky, mas Abe, mas Printa) atas bantuan dan doa-doanya.

  14. Ci Ita, mas Toak, ci Dianing untuk doa dan bantuannya yang sangat berharga.

  15. Ci Vivi dan kak Ratih atas kasih sayang dan perhatiannya selama penyusunan skripsi ini.

  16. Ong, Omega, Rias, Rio, Lina Chang, Vanny, Ilon, Alfa dan teman-teman angkatan 2005 atas kebersamaan, suka dan duka selama kuliah.

  17. Anak-anak KKN Angkatan XXXVIII kelompok 17 (Robbi, Zi, Bety, Bekti, Nita, Elok) atas pengertian dan dukungannya.

  18. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

  Penulis menyadari bahwa dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya saran yang membangun dari pembaca. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat berguna bagi masyarakat dan ilmu pengetahuan.

  Penulis

  INTISARI Obat tradisional telah digunakan oleh masyarakat Indonesia secara turun- temurun dan sudah menjadi budaya bangsa dalam mengatasi masalah kesehatan. Oleh karena itu seorang apoteker sudah selayaknya mengerti tentang obat tradisional dan pengelompokannya sehingga dapat memberi keterangan kepada masyarakat mengenai obat tradisional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman mahasiswa fakultas farmasi di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mengenai obat tradisional kelompok fitofarmaka, obat herbal terstandar, jamu dan obat tradisional non registrasi.

  Penelitian ini termasuk jenis penelitian non eksperimental dengan rancangan penelitian deskriptif dan analitik menggunakan alat kuesioner. Data deskriptif diolah dalam bentuk persentase. Data analitik diolah menggunakan uji chi square , student test, Mann Whitney, Anova, dan Kruskal-Wallis.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa 2% responden memiliki pemahaman yang sangat baik, 28% responden memiliki pemahaman yang baik, 52% responden memiliki pemahaman yang cukup, 13,5% responden memiliki pemahaman yang kurang, dan 4,5% responden memiliki pemahaman yang kurang sekali. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan mahasiswa farmasi terhadap obat tradisional yaitu adanya izin edar, pengalaman turun-temurun, kemasan yang menarik, adanya keterangan pada kemasan, adanya nomor izin edar pada kemasan, adanya lambang obat tradisional pada kemasan. Sedangkan faktor yang tidak mempengaruhi adalah iklan. Pemahaman mahasiswa farmasi yang telah menempuh mata kuliah mengenai obat tradisional lebih tinggi daripada yang belum. Kata kunci : obat tradisional, fitofarmaka, obat herbal terstandar, jamu, obat tradisional non registrasi

  ABSTRACT The traditional drugs have been used by Indonesian society from generation to generation and have become traditional practice to overcome health problems. Therefore a pharmacist has to understand traditional drugs and its classifications in order to be able to explain people about traditional drugs. This research investigated the understanding of pharmacy students on traditional drugs group of fitofarmaka, obat herbal terstandar, jamu and non registration traditional drugs.

  This research was used non experimental research with descriptive and analytic research design used questioner. Descriptive data was analyzed in the form of percentage. Analytic data processed used the chi square, student test, Mann Whitney, Anova, and Kruskal-Wallis.

  The result of this research indicated that 2% respondents have very good understanding, 28% respondents have good understanding, 52% respondents have enough understanding, 13,5% respondents have less understanding, and 4,5% respondents have very less understanding. The registration, heritage experiences, interesting packaging, the information in packaging, the registration’s number in packaging, and the logo of traditional drug in packaging are the influence factors. The advertisement is not the influence factor. The understanding of pharmacy students which have learned the subject of traditional drugs is higher than the understanding of pharmacy students which have not yet took the subject. Keywords : traditional drug, fitofarmaka, obat herbal terstandar, jamu, and non registration traditional drug.

  DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ........................................................................................ ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................... iii HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... v PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................................ vi PRAKATA ........................................................................................................ vii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................... x

  INTISARI .......................................................................................................... xi ABSTRACT ........................................................................................................ xii DAFTAR ISI ..................................................................................................... xiii DAFTAR TABEL ............................................................................................. xvi DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xvii DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xx

  BAB I. PENGANTAR ..................................................................................... 1 A. Latar Belakang ................................................................................... 1

  1. Perumusan masalah ..................................................................... 3

  2. Keaslian penelitian ....................................................................... 3

  3. Manfaat penelitian ....................................................................... 4

  B. Tujuan Penelitian ............................................................................... 4

  1. Tujuan umum ............................................................................... 4

  2. Tujuan khusus .............................................................................. 4

  BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ............................................................... 6 A. Obat Tradisional ................................................................................. 6 Logo kelompok obat tradisional ......................................................... 7 Peraturan perundang-undangan mengenai obat tradisional ............... 9 B. Obat tradisional non registrasi ........................................................... 13 C. Uji pra klinik dan uji klinik ............................................................... 14 D. Validitas dan Reliabilitas ................................................................... 16 E. Analisis Deskriptif ............................................................................. 17 F. Chi Square .......................................................................................... 17 G. Normalitas data .................................................................................. 18 H. Uji t tes ............................................................................................... 20 I. Uji Mann Whitney .............................................................................. 21 J. Uji Anova …………………………………………………………... 24 K. Uji Kruskal-Wallis …………………………………………………. 24 L. Keterangan Empiris ………………………………………………... 25 BAB III. METODE PENELITIAN ....................................................……….. 26 A. Jenis dan Rancangan Penelitian ......................................................... 26 B. Variabel dan batasan operasional penelitian ...................................... 26 C. Populasi dan sampel .......................................................................... 28 D. Instrumen penelitian .......................................................................... 29 E. Tata Cara Penelitian .......................................................................... 29

  1. Pembuatan kuesioner ................................................................... 29

  2. Uji pemahaman bahasa ................................................................ 29

  3. Uji validitas dan reliabilitas ......................................................... 29

  4. Perizinan ................................................……………………….. 30

  5. Pengambilan data kuesioner ........................................................ 30

  6. Analisis data ................................................................................ 30

  BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .....................................................… 31 A. Karakteristik responden .......................…………………………….. 31 B. Validitas dan reliabilitas kuesioner ..................... ............................. 31 C. Pemahaman terhadap obat tradisional kelompok fitofarmaka, obat herbal terstandar, jamu dan obat tradisional non registrasi ....... 32

  BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 79 A. Kesimpulan ........................................................................................ 79 B. Saran .................................................................................................. 80 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 81 LAMPIRAN ..................................................................................................... 84 BIOGRAFI PENULIS ..................................................................................... 132

  DAFTAR TABEL Tabel I. Tingkat pemahaman responden terhadap obat tradisional …......... 67 Tabel II. Ranks uji Mann Whitney mahasiswa farmasi ................................. 68 Tabel III. Test statistics uji Mann Whitney mahasiswa farmasi .................... 69 Tabel IV. Ranks uji Mann Whitney mahasiswa farmasi “x” ......................... 70 Tabel V. Test statistics uji Mann Whitney mahasiswa farmasi “x” ............. 70 Tabel VI. Group statistics uji t mahasiswa farmasi “y” ................................ 71 Tabel VII. Group statistics uji t mahasiswa farmasi “z” ................................ 73 Tabel VIII. Ranks uji Kruskal-Wallis mahasiswa farmasi yang belum mengambil mata kuliah mengenai obat tradisional ....................... 74 Tabel IX. Test statistics uji Kruskal-Wallis mahasiswa farmasi yang belum mengambil mata kuliah mengenai obat tradisional ....................... 74 Tabel X. Test of homogeneity of variance mahasiswa farmasi yang telah mengambil mata kuliah mengenai obat tradisional …………….. 75 Tabel XI. Uji Anova mahasiswa farmasi yang telah mengambil mata kuliah mengenai obat tradisional ……………...………….. 75 Tabel XII. Multiple comparisons Pos Hoc Tests …………………………... 76 Tabel XIII. Uji Tukey ……………………………………………………….. 77

  DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Obat tradisional ada yang mempunyai izin edar dan ada yang belum / tidak mempunyai izin edar .............................................. 34 Gambar 2. Obat tradisional yang sudah mendapatkan izin edar dikelompokkan dalam kategori fitofarmaka, obat herbal terstandar, dan jamu ..................................................................... 35

  Gambar 3. Bukan lambang jamu ................................................................... 36 Gambar 4. Lambang obat herbal terstandar .................................................. 37 Gambar 5. Lambang fitofarmaka .................................................................. 38 Gambar 6. Responden tidak pernah menggunakan obat tradisional yang tidak memiliki izin edar ............................................................... 39 Gambar 7. Obat herbal terstandar merupakan obat tradisional yang telah melalui uji pra klinik (sudah diujicobakan pada hewan) dan bahan baku yang digunakan sudah distandarisasi ....................... 40

  Gambar 8. Fitofarmaka merupakan obat tradisional yang telah melalui uji klinik (sudah diujicobakan pada manusia) dan bahan baku yang digunakan sudah distandarisasi .......................................... 41

  Gambar 9. Bahan-bahan yang digunakan dalam komposisi fitofarmaka tidak boleh lebih dari 5 macam ................................................... 42 Gambar 10. Obat tradisional aman untuk digunakan ..................................... 43 Gambar 11. Obat tradisional manjur untuk digunakan .................................. 44

  Gambar 12. Obat tradisional yang telah mendapatkan izin edar lebih aman digunakan daripada obat tradisional yang belum / tidak mendapatkan izin edar ................................................................ 45

  Gambar 13. Obat herbal terstandar lebih aman daripada jamu ...................... 46 Gambar 14. Fitofarmaka lebih aman daripada jamu ...................................... 47 Gambar 15. Fitofarmaka tidak lebih aman daripada obat herbal terstandar .. 48 Gambar 16. Obat tradisional lebih berkhasiat daripada obat jadi (obat yang komposisinya adalah bahan kimia) .................................... 49 Gambar 17. Obat tradisional memiliki efek samping ..................................... 50 Gambar 18. Harga obat tradisional terjangkau ............................................... 51 Gambar 19. Jamu mudah didapatkan ............................................................. 52 Gambar 20. Obat herbal terstandar mudah didapatkan .................................. 52 Gambar 21. Fitofarmaka tidak mudah ditemukan di pasaran ........................ 54 Gambar 22. Responden menggunakan obat tradisional karena pengalaman turun temurun ......................................................... 55 Gambar 23. Bahan-bahan yang digunakan dalam komposisi obat tradisional boleh mengandung bahan kimia obat ....................... 56 Gambar 24. Obat tradisional lebih alami dibandingkan dengan obat jadi

  (obat yang komposisinya adalah bahan kimia) .......................... 57 Gambar 25. Responden tertarik membeli obat tradisional karena iklan ........ 59 Gambar 26. Kemasan yang menarik berpengaruh terhadap pemilihan obat tradisional ........................................................................... 61

  Gambar 27. Responden lebih memilih untuk menggunakan obat tradisional yang telah memiliki izin edar daripada menggunakan obat tradisional yang belum / tidak memiliki izin edar ....................................................................... 62

  Gambar 28. Responden biasanya membaca keterangan pada kemasan obat tradisional sebelum menggunakan ...................................... 64 Gambar 29. Responden biasanya melihat terlebih dahulu ada tidaknya nomor ijin edar pada kemasan obat tradisional sebelum membelinya ................................................................................ 65

  Gambar 30. Responden biasanya melihat terlebih dahulu ada tidaknya lambang obat tradisional pada kemasan sebelum membelinya .. 66 Gambar 31. Pemahaman mahasiswa farmasi terhadap obat tradisional kelompok fitofarmaka, obat herbal terstandar, jamu dan obat tradisional non registrasi .................................................... 67

  DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Surat izin ke Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada

  Yogyakarta ............................................................................... 84 Lampiran 2. Surat izin ke Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan

  Yogyakarta …………….…………………......……………… 85 Lampiran 3. Surat izin ke Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

  Yogyakarta ……………………………………………........... 86 Lampiran 4. Kuesioner penelitian ................................................................ 87 Lampiran 5. Hasil jawaban responden ......................................................... 91 Lampiran 6. Hasil jawaban responden tentang sumber informasi mengenai

  Obat Tradisional ...................................................................... 94 Lampiran 7. Validitas ................................................................................... 96 Lampiran 8. Reliabilitas ............................................................................... 97 Lampiran 9. Data skor pemahaman mahasiswa fakultas farmasi angkatan 2005 perguruan tinggi “x” ........................................ 98 Lampiran 10. Data skor pemahaman mahasiswa fakultas farmasi angkatan 2005 perguruan tinggi “y” ........................................ 99 Lampiran 11. Data skor pemahaman mahasiswa fakultas farmasi angkatan 2005 perguruan tinggi “z” ....................................... 100 Lampiran 12. Data skor pemahaman mahasiswa fakultas farmasi angkatan 2008 perguruan tinggi “x” ....................................... 101 Lampiran 13. Data skor pemahaman mahasiswa fakultas farmasi angkatan 2008 perguruan tinggi “y” ....................................... 102

  Lampiran 14. Data skor pemahaman mahasiswa fakultas farmasi angkatan 2008 perguruan tinggi “z” ......................................... 103 Lampiran 15. Tingkat pemahaman responden terhadap Obat Tradisional ..... 104 Lampiran 16. Normalitas ................................................................................ 105 Lampiran 17. Normalitas perguruan tinggi “x” .............................................. 108 Lampiran 18. Normalitas perguruan tinggi “y” .............................................. 111 Lampiran 19. Normalitas perguruan tinggi “z” .............................................. 113 Lampiran 20. Uji Mann-Whitney perbandingan pemahaman mahasiswa fakultas farmasi antara yang telah dan belum menempuh mata kuliah mengenai obat tradisional ……………..……….. 115

  Lampiran 21. Uji Mann-Whitney perbandingan pemahaman mahasiswa fakultas farmasi perguruan tinggi “x” antara yang telah dan belum menempuh mata kuliah mengenai obat tradisional ................................................................................ 116

  Lampiran 22. Uji t perbandingan pemahaman mahasiswa fakultas farmasi perguruan tinggi “y” antara yang telah dan belum menempuh mata kuliah mengenai obat tradisional ..... 117

  Lampiran 23. Uji t perbandingan pemahaman mahasiswa fakultas farmasi perguruan tinggi “z” antara yang telah dan belum menempuh mata kuliah mengenai obat tradisional ..... 118

  Lampiran 24. Uji Kruskal-Wallis perbandingan pemahaman mahasiswa fakultas farmasi yang belum menempuh mata kuliah mengenai obat tradisional ...................................................... 119

  Lampiran 25. Uji Anova perbandingan pemahaman mahasiswa fakultas farmasi yang telah menempuh mata kuliah mengenai obat tradisional ........................................................................ 120

  Lampiran 26. Post Hoc Tests ......................................................................... 121 Lampiran 27. Chi Square ............................................................................... 122 Lampiran 28. Nomor registrasi dan contoh jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka ……………………………………………….… 123

  BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Tumbuhan obat dan obat tradisional (OT) merupakan aset nasional yang perlu terus digali, diteliti, dikembangkan dan dioptimalkan pemanfaatannya. Sebagai suatu negara dengan wilayah yang mempunyai tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi, potensi sumber data tanaman yang ada merupakan suatu aset dengan nilai keunggulan komparatif dan sebagai suatu modal dasar utama dalam upaya pemanfaatan dan pengembangannya untuk menjadi komoditi yang kompetitif (Sumaryono, 2002).

  Obat tradisional telah digunakan oleh masyarakat Indonesia secara turun- temurun dan sudah menjadi tradisi budaya dalam mengatasi masalah kesehatan.

  Obat tradisional atau jamu tidak hanya bermanfaat untuk pengobatan (kuratif), tetapi juga dapat bermanfaat dalam peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) (Soedibyo dan Mooryati, 1998).

  Obat tradisional dibagi menjadi 3 kelompok, meliputi jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka. Perbedaan dari tiga kelompok ini adalah standarisasi dan uji keamanannya secara ilmiah. Pada jamu belum ada standarisasi bahan simplisia dan uji klinis yang dilakukan. Produk jamu hanya berdasarkan pada pengalaman empiris saja. Pada obat herbal terstandar telah melalui standarisasi pada simplisia yang digunakan dan juga telah mengalami uji pra klinis. Pada fitofarmaka telah melalui standarisasi pada simplisia yang digunakan, telah diuji secara klinis, dan boleh diresepkan oleh dokter.

  Pada saat ini, pandangan atau persepsi masyarakat sangat beragam tentang obat tradisional, dari yang tidak percaya terhadap obat tradisional maupun yang sangat fanatik terhadap obat tradisional. Umumnya, masyarakat tidak percaya terhadap obat tradisional, karena dianggap tidak semanjur obat jadi.

  Bentuk dan kemasan dari obat tradisional yang tidak meyakinkan juga membuat masyarakat semakin tidak percaya bahkan masyarakat menyebut obat tradisional sebagai ”dirty drug”. Namun banyak juga masyarakat yang fanatik terhadap obat tradisional karena mereka beranggapan bahwa obat tradisional lebih baik dan aman jika digunakan bertahun-tahun karena dibuat dari bahan alam (Hakim, 2002). Oleh karena itu seorang apoteker sudah selayaknya mengerti tentang obat tradisional dan pengelompokannya sehingga dapat memberi keterangan kepada masyrakat mengenai obat tradisional. Untuk itu perlu dilakukan penelitian mengenai pemahaman mahasiswa farmasi terhadap obat tradisional kelompok fitofarmaka, obat herbal terstandar, jamu dan obat tradisional non registrasi.

  Dalam penelitian ini juga perlu dicari informasi mengenai perbandingan tentang pemahaman terhadap obat tradisional dan pengelompokkannya antara mahasiswa farmasi yang belum dan telah menempuh mata kuliah mengenai obat tradisional. Hal tersebut dikarenakan pemerintah seharusnya telah mensosialisasikan dan memberikan informasi yang akurat kepada masyarakat mengenai obat tradisional dan pengelompokkannya. Dengan demikian, mahasiswa farmasi yang belum maupun telah menempuh mata kuliah mengenai obat tradisional seharusnya memiliki pemahaman yang sama mengenai obat tradisional dan pengelompokkannya.

  Perumusan Masalah Secara umum perumusan masalah yang disusun adalah bagaimanakah pemahaman mahasiswa fakultas farmasi di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mengenai obat tradisional kelompok fitofarmaka, obat herbal terstandar, jamu dan obat tradisional non registrasi, yang meliputi :

  1. Seberapa jauh pemahaman mahasiswa farmasi mengenai obat tradisional kelompok fitofarmaka, obat herbal terstandar, jamu dan obat tradisional non registrasi berdasarkan pengetahuan mahasiswa farmasi mengenai obat tradisional dan pengelompokkannya?

  2. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan mahasiswa farmasi terhadap obat tradisional kelompok fitofarmaka, obat herbal terstandar, jamu dan obat tradisional non registrasi yang menggambarkan pemahaman mahasiswa farmasi terhadap obat tradisional dan pengelompokkannya?

  3. Bagaimanakah proporsi pemahaman obat tradisional dan pengelompokkanya antara mahasiswa farmasi yang belum dan telah menempuh mata kuliah mengenai obat tradisional?

  Keaslian Penelitian Penelitian sejenis pernah dilakukan yaitu penelitian program kreativitas mahasiswa yang berjudul Studi tentang Pemahaman Obat Tradisional Kelompok

  Fitifarmaka, Obat Herbal Terstandar, Jamu dan Obat Tradisional Non Registrasi.

  Perbedaan dengan penelitian yang telah dilakukan adalah lokasi, jenis responden, dan waktu pengambilan sampel.

  Manfaat Penelitian a.

  Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang pemahaman mahasiswa fakultas farmasi terhadap obat tradisional kelompok fitofarmaka, obat herbal terstandar, jamu, dan obat tradisional non registrasi di propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan data-data yang diperoleh.

  b.

Manfaat praktis

  Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan introspeksi diri bagi fakultas-fakultas farmasi yang berada di propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta untuk peningkatan mutu dan kualitas pendidikan mengenai obat tradisional.

  B. Tujuan

  1. Tujuan umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pemahaman mahasiswa fakultas farmasi di Daerah Istimewa Yogyakarta mengenai obat tradisional kelompok fitofarmaka, obat herbal terstandar, jamu, dan obat tradisional non registrasi.

  2. Tujuan khusus

  1. Untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman mahasiswa farmasi mengenai obat tradisional kelompok fitofarmaka, obat herbal terstandar, jamu dan obat tradisional non registrasi berdasarkan pengetahuan mahasiswa farmasi mengenai obat tradisional dan pengelompokkannya.

  2. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan mahasiswa farmasi terhadap obat tradisional kelompok fitofarmaka, obat herbal terstandar, jamu dan obat tradisional non registrasi yang menggambarkan pemahaman mahasiswa farmasi terhadap obat tradisional dan pengelompokkannya.

  3. Untuk mengetahui proporsi pemahaman obat tradisional dan pengelompokkanya antara mahasiswa farmasi yang belum dan telah menempuh mata kuliah mengenai obat tradisional.

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Obat Tradisional Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran

  dari bahan-bahan tersebut, yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (Anonim, 1992a).

  Obat tradisional dapat dikelompokkan menjadi beberapa macam berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI No: HK.00.05.4.2411, yaitu :

  Pasal 1 (1) Yang dimaksud dengan obat alam Indonesia adalah obat bahan alam yang diproduksi di Indonesia;

  (2) Berdasarkan cara pembuatan serta jenis klaim penggunaan dan tingkat pembuktian khasiat, obat bahan alam di Indonesia dikelompokkan menjadi : a. Jamu

  b. Obat Herbal Terstandar

  c. Fitofarmaka

  Pasal 2 (1) Jamu harus memenuhi kriteria :

  a. Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan;

  b. Klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris; c. Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku. (2) Jenis klaim penggunaan sesuai dengan jenis pembuktian tradisional dan tingkat pembuktiannya yaitu tingkat pembuktian umum dan medium; (3) Jenis klaim penggunaan harus diawali dengan kata-kata : ” secara tradisional digunakan untuk ...”, atau sesuai dengan yang disetujui pada pendaftaran.

  Pasal 3 (1) Obat Herbal Terstandar harus memenuhi krietria :

  a. Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan;

  b. Klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah/praklinik;

  c. Telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam produk jadi; d. Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku. (2) Jenis klaim penggunaan sesuai dengan tingkat pembuktian yaitu tingkat pembuktian umum dan medium.

  Pasal 4 (1) Fitofarmaka harus memenuhi kriteria :

  a. Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan;

  b. Klaim khasiat harus dibuktikan berdasarkan uji klinik;

  c. Telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam produk jadi; d. Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku. (2) Jenis klaim penggunaan sesuai dengan tingkat pembuktian medium dan tinggi.

  (Anonim, 1992a) Logo kelompok obat tradisional

  Keputusan Kepala Badan Pengawas obat dan makanan tentang ketentuan pokok pengelompokan dan penandaan obat bahan alam Indonesia menyatakan bahwa :

  Pasal 5 (1) Kelompok jamu sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 butir a untuk pendaftaran baru harus mencantumkan logo dan tulisan “JAMU” sebagaimana contoh terlampir;

  (2) Logo sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) berupa “RANTING DAUN TERLETAK DALAM LINGKARAN”, dan ditempatkan pada bagian atas sebelah kiri dari wadah / pembungkus / brosur;

  (3) Logo (ranting daun dalam lingkaran) sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dicetak dengan warna hijau di atas dasar warna putih atau warna lain yang menyolok kontras dengan warna logo;

  (4) Tulisan “JAMU” sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus jelas dan mudah dibaca, dicetak dengan warna hitam di atas dasar warna putih atau warna lain yang menyolok kontras dengan tulisan “JAMU”

  Logo Jamu :

  Pasal 7 (1) Obat herbal terstandar sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 butir b harus mencantumkan logo dan tulisan “OBAT HERBAL TERSTANDAR” sebagaimana contoh terlampir;

  (2) Logo sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) berupa “JARI-JARI DAUN (3 PASANG) TERLETAK DALAM LINGKARAN”, dan ditempatkan pada bagian atas sebelah kiri dari wadah / pembungkus / brosur.

  (3) Logo (jari-jari daun dalam lingkaran) sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dicetak dengan warna hijau di atas dasar warna putih atau warna lain yang menyolok kontras dengan warna logo. (4) Tulisan “OBAT HERBAL TERSTANDAR” sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus jelas dan mudah dibaca, dicetak dengan warna hitam di atas dasar warna putih atau warna lain yang menyolok kontras dengan tulisan “OBAT HERBAL TERSTANDAR”.

  Logo Obat Herbal Terstandar :

  Pasal 8 (1) Kelompok Fitofarmaka sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 butir c harus mencantumkan logo dan tulisan “FITOFARMAKA” sebagaimana contoh terlampir;

  (2) Logo sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) berupa “JARI-JARI DAUN (YANG KEMUDIAN MEMBENTUK BINTANG) TERLETAK DALAM LINGKARAN”, dan ditempatkan pada bagian atas sebelah kiri dari wadah / pembungkus / brosur;

  (3) Logo (jari-jari daun dalam lingkaran) sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dicetak dengan warna hijau di atas dasar warna putih atau warna lain yang menyolok kontras dengan warna logo;

  (4) Tulisan “FITOFARMAKA” sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus jelas dan mudah dibaca, dicetak dengan warna hitam di atas dasar warna putih atau warna lain yang menyolok kontras dengan tulisan “FITOFARMAKA”.

  Logo Fitofarmaka : (Anonim, 2004)

  Peraturan perundang-undangan mengenai obat tradisional Berdasarkan peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor:

  246/Menkes/Per/V/1990 tentang izin usaha industri obat tradisional dan pendaftaran obat tradisional menteri kesehatan republik Indonesia menimbang bahwa untuk melindungi masyarakat terhadap hal-hal yang dapat mengganggu dan merugikan kesehatan perlu dicegah beredarnya obat tradisional yang tidak memenuhi persyaratan keamanan, kegunaan dan mutu antara lain dengan pengaturan, perizinan dan pendaftaran (Anonim,1990).

  Berikut merupakan peraturan perundang-undangan mengenai obat tradisional:

  • Berdasarkan Penjelasan UU No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan

  Pasal 40 (2) Standar untuk obat tradisional adalah buku Materia Medika estándar untuk kosmetika adalah buku Kodeks Kosmetika Indonesia Standar untuk alat kesehatan ditetapkan berdasarkan persyaratan yang berlaku. Standardisasi obat tradisional hanya diberlakukan bagi Industri obat tardisional yang diproduksi dalam skala besar. Bagi Industri rumah tangga seperti jamu racik dan jamu gendong masih dalam tahap pembinaan dan belum diberlakukan ketentuan pidana sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.

  Pasal 41 (1) Sediaan farmasi dan alat kesehatan yang dapat diberi izin edar dalam bentuk persetujuan pendaftaran harus memenuhi persyaratan mutu, keamanan dan kemanfaatan, obat dan bahan obat tradisional yang dibuat secara sederhana oleh industri rumah tangga seperti jamu racik dan jamu gendong tidak diwajibkan memiliki izin edar dan belum dikenakan sanksi pidana sebagaimana ditentukan dalam undang-undang ini.

  (Anonim, 1992)

  • Berdasarkan peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor:

  246/Menkes/Per/V/1990 tentang izin usaha industri obat tradisional dan pendaftaran obat tradisional

  BAB I Pasal 3 (1) Obat tradisional yang diproduksi, diedarkan di wilayah Indonesia maupun diekspor terlebih dahulu harus didaftarkan sebagai persetujuan menteri; (2) Dikecualikan dari ketentuan ayat (1) adalah obat tradisional hasil produksi:

  a. Industri Kecil Obat Tradisional dalam bentuk rajangan, pilis, tapel, dan parem; b. Usaha jamu racikan;

  c. Usaha jamu gendong (3) Obat Tradisional hasil produksi Industri Kecil Obat Tradisional di luar yang dimaksud dalam ayat (2) huruf a dikenakan ketentuan ayat (1).

  BAB V Pasal 23 Untuk pendaftaran Obat Tradisional dimaksud dalam Pasal 3 obat tradisional harus memenuhi persyaratan : a. Secara empirik terbukti aman dan bermanfaat untuk digunakan manusia;

  b. Bahan obat tradisional dan proses produksi yang digunakan memenuhi persyaratan yang ditetapkan; c. Tidak mengandung bahan kimia sintetik atau hasil isolasi yang berkhasiat sebagai obat; d. Tidak mengandung bahan yang tergolong obat keras atau narkotika.

  Pasal 28 (1) Obat tradisional yang telah disetujui permohonan pendaftarannya diberi nomor pendaftaran.

  (2) Nomor pendaftaran yang dimaksud dalam ayat (1) harus dicantumkan dengan cara dicetak pada wadah etiket, pembungkus dan brosur.

  Pasal 32 (1) Dalam persetujuan pendaftaran ditetapkan penandaan yang disetujui. (2) Dalam pembungkus, wadah, etiket dan brosur obat tradisional wajib dicantumkan penandaan.

  Pasal 34 Penandaan yang tercantum pada pembungkus, wadah, etiket dan atau brosur harus berisi informasi tentang: a. Nama obat tradisional atau nama dagang;

  b. Komposisi;

  c. Bobot, isi atau jumlah obat tiap wadah;

  d. Dosis pemakaian;

  e. Khasiat atau kegunaan;

  f. Kontra indikasi (bila ada);

  g. Kadaluarsa;

  h. Nomor pendaftaran; i. Nomor kode produksi; j. Nama industri atau alamat sekurang-kurangnya nama kota dan kata

  “INDONESIA”; k. Untuk Obat Tradisional Lisensi harus dicantumkan juga nama dan alamat industri pemberi lisensi; Sesuai yang disetujui pada pendaftaran.

  BAB VIII Pasal 39 poin 1a Industri Obat Tradisional atau Industri kecil obat tradisional dilarang memproduksi segala jenis obat tradisional yang mengandung bahan kimia hasil isolasi atau sintetik yang berkhasiat obat.

  Pasal 40 Obat tradisional tidak boleh mengandung bahan lain yang tidak tercantum dalam komposisi sebagaimana yang dilaporkan dalam permohonan pendaftaran.

  (Anonim, 1990)

  • Peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor:

  760/MENKES/PER/IX/1992 tentang fitofarmaka:

  BAB II BAHAN BAKU Pasal 2 (1) Bahan baku Fitofarmaka dapat berupa simplisia atau sediaan galenik.

  (2) Bahan baku Fitofarmaka harus memenuhi persyaratan yang tertera dalam Farmakope Indonesia, Ekstra Farmakope Indonesia, Materia Medika Indonesia, ketentuan atau persyaratan lain yang berlaku.

  (3) Penggunaan ketentuan atau persyaratan lain diluar yang disebutkan dalam ayat (2) pasal ini harus mendapatkan peresetujuan pada waktu pendaftaran fitofarmaka

  Bab III SEDIAAN Pasal 4 Bentuk sediaan harus dipilih sesuai dengan sifat bahan baku dan tujuan penggunaan, sehingga bentuk sediaan tersebut dapat memberikan keamanan, khasiat, dan mutu yang paling tinggi.

  Pasal 5 (1) Komposisi fitofarmaka tidak boleh lebih dari 5 (lima) bahan baku. (5) Keamanan dan kebenaran khasiat ramuan harus telah dibuktikan dengan uji klinik.

  (Anonim, 1992)

  • Lampiran keputusan menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor:

  761/MENKES/SK/IX/1992 tentang pedoman fitofarmaka :

  Ramuan Fitofarmaka : Ramuan (komposisi) hendaknya terdiri dari 1 (satu) simplisia/sediaan galenik. Bila hal tersebut tidak mungkin, ramuan dapat terdiri dari beberapa simplisia/sediaan galenik dengan syarat tidak melebihi 5 (lima) simplisia/sediaan galenik. Simplisia tersebut masing- masing sekurang-kurangnya telah diketahui khasiat dan keamanannya berdasar pengalaman.

  Standar bahan baku : Bahan baku Fitofarmaka harus memenuhi persyaratan yang tertera dalam Farmakope Indonesia, Ekstra Farmakope Indonesia, Materia

  Medika Indonesia. Bila pada ketiga buku persyaratan tersebut tidak tertera paparannya, boleh menggunakan ketentuan dalam buku persyaratan mutu negara lain atau pedoman lain. Penggunaan ketentuan atau persyaratan lain diluar Farmakope Indonesia, Ekstra Farmakope Indonesia, Materia Medika Indonesia harus mendapat persetujuan pada waktu pendaftaran fitofarmaka.

Zat kimia berkhasiat :

  Penggunaan zat kimia berkhasiat (tunggal murni) dalam Fitofarmaka dilarang.

  (Anonim, 1992)

  • Peraturan Kepala Badan Pengawas obat dan makanan Republik Indonesia Nomor: HK.00.05.43.1384 tentang kriteria dan tata laksana pendaftaran obat tradisional, obat herbal terstandar dan fitofarmaka

  BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

  2. Jamu adalah obat tradisional Indonesia

  3. Obat herbal terstandar adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan bahan bakunya telah distandarisasi.

  4. Fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan uji klinik, bahan baku dan produk jadinya telah distandarisasi.

  10. Izin edar adalah bentuk persetujuan pendaftaran obat tradisional, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka yang diberikan oleh Kepala Badan untuk dapat diedarkan di wilayah Indonesia

  BAB II PERSYARATAN DAN KRITERIA Bagian pertama Persyaratan Pasal 2

  (1) Obat tradisional, obat herbal terstandar dan fitofarmaka yang dibuat dan atau diedarkan di wilayah Indonesia wajib memiliki izin edar dari Kepala Badan.

  Pasal 3 Dikecualikan dari ketentuan Pasal 2 terhadap:

  d. obat tradisional tanpa penandaan yang dibuat oleh usaha jamu racikan dan jamu gendong.

  Bagian kedua Kriteria

  Pasal 4 Untuk dapat memiliki izin edar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 obat tradisional, obat herbal terstandar dan fitofarmaka harus memenuhi kriteria sebagai berikut :

  a. menggunakan bahan berkhasiat dan bahan tambahan yang memenuhi persyaratan mutu, keamanan dan kemanfaatan / khasiat; b. dibuat sesuai dengan ketentuan tentang Pedoman Cara Pembuatan Obat

  Tradisional yang Baik atau Cara Pembuatan Obat yang Baik yang berlaku;

  c. penandaan berisi informasi yang lengkap dan obyektif yang dapat menjamin penggunaan obat tradisional, obat herbal terstandar dan fitofarmaka secara tepat, rasional dan amansesuai dengan hasil evaluasi dalam rangka pendaftaran.

  (Anonim, 2005)

  B. Obat Tradisional Non Registrasi Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:

  246/Menkes/Per/V/1990 tentang Izin Usaha Industri Obat Tradisional dan Pendaftaran Obat Tradisional Menteri Kesehatan Republik Indonesia Bab 1 Pasal 1 menyatakan bahwa usaha jamu racikan adalah usaha peracikan, pencampuran, dan atau pengolahan obat tradisional dalam bentuk rajangan, serbuk, cairan, pilis, tapel atau parem dengan skala kecil, dijual di satu tempat tanpa penandaan dan atau merk dagang. Sedangkan usaha jamu gendong adalah usaha peracikan, pencampuran, pengolahan, dan pengedaran obat tradisional dalam bentuk cairan, pilis, tapel atau parem tanpa penandaan dan atau merk dagang serta dijajakan untuk langsung digunakan (Anonim, 1990).

  C.

Uji Pra Klinik dan Uji Klinik Awalnya obat bahan alami digunakan sebagai tradisi turun-temurun

  Dengan semakin majunya ilmu pengetahuan dan berkembangnya teknologi, baik produksi maupun informasi, uji praklinik dan klinik dilakukan untuk memperoleh keyakinan khasiat obat bahan alam (Plantus,2009).