Ekstraksi Senyawa Fitokimia dari Ampas Kelapa Sawit Menggunakan Karbondioksida (CO
Ekstraksi Senyawa Fitokimia dari Ampas Kelapa Sawit Menggunakan
2 Karbondioksida (CO ) Superkritis Denny Rino Aszari 2312106001 Karina Alfionita 2312106002 Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Sugeng Winardi, M. Eng Dr. Siti Machmudah , ST., M. Eng
Latar Belakang Eksocarp Endocarp
Kelapa sawit merupakan tanaman Mesocarp yang banyak tumbuh di
Kernel Indonesia, terutama di Sumatera (Aceh, Sumatera Utara, Riau, dan Sumatera Selatan) dan Kalimantan Timur
Ekstraksi CO
2 Superkritis
Senyawa Fitokimia
- Senyawa fitokimia merupakan zat kimia alami yang terdapat di dalam tumbuhan dan dapat memberikan rasa, aroma atau warna pada tumbuhan itu.
•Senyawa fitokimia tidak dibutuhkan untuk fungsi normal
tubuh, tetapi memiliki efek yang menguntungkan bagi kesehatan.•Senyawa fitokimia yang banyak terkandung dalam ampas
buah sawit yaitu : Karotenoid : 2894-5498ppm
Karotenoid
• Buah sawit secara alami berwarna merah karena
kandungan karotenoid yang tinggi.- Karakteristik karotenoid antara lain: o Termasuk senyawa lipida yang tidak tersabunkan o Larut dalam pelarut organik (kloroform, benzena, petrolium eter) tetapi tidak larut dalam air o
Peka terhadap oksidasi yang dipicu oleh
temperatur yang relatif tinggi.
Beberapa tipe karotenoid yang ada dalam buah kelapa sawit antara lain: Tipe Karotenoid % Tipe Karotenoid %
Phytoene
1.27 γ-Carotene
0.33 Cis-β-Carotene
0.68 δ-Carotene
0.83 Phytofluene
0.06 Neurosporene
0.29 β-Carotene 56.02 β-Zeacarotene
0.74 α-Carotene 35.16 α-Zeacarotene
0.23 Cis-α-Carotene
2.49 Lycopene
1.3
Tokoferol ( α-tocopherol)
- Tokoferol (α-tocopherol) adalah bentuk vitamin E yang diserap dan terakumulasi pada manusia.
- Fungsi vitamin E: meningkatkan daya tahan tubuh, membantu mengatasi stres, meningkatkan kesuburan, meminimalkan risiko kanker dan penyakit jantung koroner, antioksidan.
Ekstraksi CO2 Superkritis SCFE (Supercritical Fluid Extraction) adalah ekstraksi menggunakan fluida superkritis sebagai pelarut untuk memisahkan komponen-komponen dalam suatu cairan atau padatan, yang biasanya dioperasikan secara kontinyu.
Pelarut yang biasa digunakan sebagai fluida superkritis:
CO2
Pertimbangan CO2 sebagai fluida superkritis Temperatur kritis yang rendah dari CO
2 CO bersifat non toxic
2 Tidak mudah terbakar Tidak berbau Secara komersial mudah didapatkan Ramah lingkungan dibanding pelarut organik lain karena tidak meninggalkan residu
Fluida Superkritis
Properti fisik dari gas, fluida superkritis dan cairan Properties Gas Fluida Superkritis Cairan
Densitas (g/ml) 0,0006-0,002 0,2 0,6-1,6
- – 0,5 Viskositas (g/cm.s) 0,0001-0,003 0,0001-0,0003 0,002-0,03
2 Diffusivitas(cm /s) 0,1-0,4 0,0007 0,000002-0,00002
Penelitian Terdahulu
Peneliti Penelitian Metode Hasil Baysal, dkk (2000)
Ekstraksi β-karoten dan lycopene dari limbah pasta tomat
Ekstraksi CO
2
superkritis dengan bantuan co-solvent etanol
Peningkatan tekanan dan temperatur operasi berpengaruh pada meningkatnya solubilitas karotenoid dan densitas pelarut, sehingga, dari hasil ekstrak dapat dilihat bahwa yield β-karoten juga semakin meningkat.
Larasati, dkk (2005)
Ekstraksi β-karoten dan tokoferol dari biji carica dieng dengan menggunakan beberapa pelarut
Teknik Ekstraksi Menggunnakan
Pelarut β-karoten dan tokoferol yang bersifat nonpolar banyak terekstrak dengan menggunakan pelarut etil asetat karena pelarut tersebut bersifat non polar daripada pelarut – pelarut lain.
Wei dkk (2005)
Ekstraksi β-karoten pada minyak sawit.
Ekstraksi menggunakan CO
2
superkritis Kelarutan karotenoid sebanding dengan densitas dari CO2 superkritis, karena pada temperatur konstan dan tekanan dinaikkan, densitas dari CO2 meningkat
Penelitian Terdahulu
Lau dkk (2007)
Ekstraksi β-karoten dan tokoferol dari serat ampas hasil perasan kelapa sawit dengan menggunakan ekstarksi superkritis.
Ekstraksi menggunakan CO
2
superkritis Kadar
β-karoten dan tokoferol paling banyak diperoleh pada temperatur 313 K dan tekanan
30 MPa. Hal ini disebabkan karena pada tekanan 10 dan 20 MPa senyawa trigliserida dihilangkan.
Toro dkk.
(2013) Ekstraksi dengan menggunakan CO
2
superkritis untuk mengambil β-karoten pada minyak sawit
Ekstraksi menggunakan CO
2
superkritis Didapatkan kandungan karotenoid tertinggi diperoleh pada temperatur 318 K dan tekanan
15 MPa sebesar 0.81mg β-karoten/g ekstrak.
Rumusan Masalah Pada proses ekstraksi ampas kelapa sawit menggunakan CO superkritis, senyawa fitokimia
2
berada dalam sisa minyak yang terperangkap di dalam
ampas (fiber) sehingga CO sulit untuk melakukan2 penetrasi ke dalam matriks padatan.
Tujuan Penelitian Mengekstrak sisa minyak dalam ampas kelapa sawit yang masih banyak mengandung senyawa fitokimia, seperti karotenoid dan tokoferol dengan
1 menggunakan CO superkritis.
2 Menganalisa pengaruh kondisi operasi ekstraksi ampas
kelapa sawit menggunakan CO superkritis terhadap
2 2 hasil ekstraksi.
Manfaat Penelitian
mendapatkan ekstrak dengan konsentrasi tertinggi.
proses pengambilan minyak dari ampas kelapa sawit dengan menggunakan CO
2 superkritis
Dengan melakukan penelitian ini diharapkan :
1 Mengetahui kondisi operasi optimum untuk
2 Memberikan informasi mengenai alternatif
Proses Ekstraksi P T F Chiller Pre
Heater CO
Dry Gas Flowmeter BPR Oven
Extractor Collection vial
V-6 Co-solvent pump Pre-heater
T Glassbead
2 Pump
Variabel Eksperimen Temperatur : 40, 60, dan 80 o
C Tekanan : 20, 30 , dan 40 Mpa Laju Alir CO
2 : 2, 3, dan 4 L/min
Flowrate co-solvent : 0, 0.15, 0.225 mL/min
Analisa
Digunakan analisa dari hasil ekstraksi
Spectrophotometer 0,60 0,70 0,80 UV-Vis 0,00 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50 4,00
Untuk mengetahui besar yield
180
P=20MPa
160 )
P=30MPa
140 mpel
P=40MPa
120 sa
100 / kg (g
80 rak st
60 ek ld
40 ie y
20
30
60 90 120 150 180
waktu (menit)
o
Pengaruh tekanan terhadap yield ekstrak pada kondisi operasi suhu 40 C dan flow
300 P=20MPa )
P=30MPa mpel 250 sa
P=40MPa / kg
200 mg ( ene
150 arot -c β
100 ld ie y
50
30
60 90 120 150 180 210 240 270
2 Konsumsi CO (g/ kg sampel) o
1600 P=20MPa
1400
)
P=30MPa 1200
mpel
P=40MPa
sa
1000
/ kg (mg
800
ol er
600
of ok -t
400
α ld ie y
200
30
60 90 120 150 180 210 240 270
Konsumsi CO 2 (g/ kg sampel) Pengaruh temperatur terhadap yield ekstrak pada kondisi operasi tekanan 20
10
20
30
40
50
60
70
80
90
30
60 90 120 150 180
yiel d e k str ak ( g / kg sampel ) waktu (menit)
T=40C T=60C T=80C
160
)
T=40C 140
mpel
T=60C
sa 120 kg
T=80C
/
100
(mg en
80
arot
60
- -k β ld
40
ie y
20 50 100 150 200 250 300 350 400
2 Konsumsi CO (g/kg sampel)
Pengaruh temperatur terhadap yield β-karoten dengan kondisi operasi tekanan
900
) T=40C
800
mpel sa 700 T=60C / kg
600
T=80C (mg
500
ol er
400
of ok
300
- -t α
200
ld ie y
100 50 100 150 200 250 300 350 400
Konsumsi CO 2 (g/ kg sampel)
90 CO2=3mL/min
)
80 CO2=4mL/min
mpel
70 CO2=5mL/min
sa g
60
/k (g
50
rak st
40
ek ld ie
30
y
20
10
30
60 90 120 150 180
waktu (menit)
Pengaruh flow rate CO terhadap yield ekstrak pada kondisi operasi tekanan 20 MPa
2 o
160 CO2=3mL/min
) el 140
CO2=4mL/min
mp
120
sa
CO2=5mL/min
kg /
100
mg (
80
roten a
60
- -k β ld
40
ie y
20
30
60 90 120 150 180
waktu (menit) Pengaruh flow rate CO terhadap yield β-karoten pada kondisi operasi
2 o
)
900
el
800
mp
CO2=3mL/min
sa
700 CO2=4mL/min
/ kg
600 CO2=5mL/min
(mg
500
erol
400
of ok
300
- -t α
200
ld ie y 100
30
60 90 120 150 180
waktu (menit)
Pengaruh flow rate CO terhadap yield α-tokoferol dengan kondisi operasi
2 o tekanan 20 MPa dan temperatur 40 C
250 Ethanol = 0% Ethanol = 5%
200 Ethanol = 7,5%
kg sampel)
150
/ g ( ak
100
str ek d
50
yiel
30
60 90 120 150 180
waktu (menit)
Pengaruh co-solvent terhadap yield ekstrak, pada kondisi operasi tekanan
o20 MPa dan temperatur 40
C, flow rate CO 3 mL/min
2
1400 Et=0%
l) e
1200 Et=5%
samp 1000 Et=7,5% g k /
800
(mg
600
aroten
400
- -k β
200
ld ie Y
30
60 90 120 150 180 210 240 270 300
Konsumsi CO2 ( g/kg sampel )
Pengaruh co-solvent terhadap yield β-karotendan pada kondisi operasi
o
tekanan 20 MPa dan temperatur 40C, flow rate CO 3 mL/min
2500 Et=0%
)
Et=5%
mpel
2000
sa
Et=7,5%
g /k
1500
(mg ol er
1000
of ok -t α
500
ld ie y
30
60 90 120 150 180 210 240 270 300
Konsumsi CO2 (g/kg sampel) Pengaruh co-solvent terhadap yield α-tokoferol dengan kondisi operasi
o
tekanan 20 MPa dan temperatur 40C, flow rate CO 3 mL/min
1. Kenaikan tekanan operasi menyebabkan yield ekstrak, β-karoten, dan α-tokoferol yang dihasilkan semakin meningkat. Hal tersebut karena kenaikan tekanan operasi mengakibatkan adanya kenaikan densitas CO
2 sehingga kekuatan solvent untuk melarutkan solute meningkat.
2. Kenaikan temperatur operasi menyebabkan yield ekstrak, β-karoten, dan α-tokoferol yang dihasilkan semakin menurun. Dikarenakan densitas CO
2
menurun yang menyebabkan solubilitas solute juga menurun.
3. Perubahan flow CO
2 tidak berpengaruh
secara signifikan, hal ini dikarenakan pada penambahan flow rate, terjadi peningkatan jumlah molekul CO
2 serta
peningkatan interaksi intermolecular antara solvent dan solute, sehingga solute yang terekstrak lebih banyak.
4. Penambahan co-solvent etanol dapat meningkatkan solubility fluida CO2 sehingga yield ekstrak , β-karoten, dan α- tokoferol meningkat.
5. Kondisi optimum yang didapatkan :
P = 20 Mpa o
T = 40 C
Flow rate CO2 = 3 mL/min
Flow rate ethanol = 7,5% Dimana : Kadar β-karoten yang dihasilkan 1157,64 mg/Kg Kadar α-tokoferol yang dihasilkan 2203,06 mg/Kg