KONSEP PENDIDIKAN BERBUSANA MUSLIMAH DALAM BUKU KUDUNG GAUL, BERJILBAB TAPI TELANJANG KARYA ABU AL-GHIFARI DAN JILBAB FUNKY TAPI SYAR’I KARYA SOLICHUL HADI SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar

  

KONSEP PENDIDIKAN BERBUSANA MUSLIMAH

DALAM BUKU KUDUNG GAUL, BERJILBAB

TAPI TELANJANG KARYA ABU AL-GHIFARI

  DAN JILBAB FUNKY TAPI SYAR’I

  

KARYA SOLICHUL HADI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

  

Oleh

AGUS SANTOSO

11109093

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2015

  

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO ًةَيَا ْوَلَو ينَِّع اْوُغِلَب “Sampaikan dariku walaupun hanya satu ayat”

  Diriwayatkan oleh Imam Bukhari

  PERSEMBAHAN

  Untuk kedua orang tuaku, istriku, anakku, adikku, para dosenku, saudara-saudaraku, sahabat-sahabat seperjuanganku, dan untuk setiap wanita yang takut kepada Tuhannya lalu menutupi tubuhnya dan menjaga kehormatannya.

KATA PENGANTAR

  Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah swt yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya, sehingga penulis dapa menyelesaikan skripsi ini. Shalawa dan salam senantiasa dilimpahkan kepada junjungan kia Rasulullah saw beserta seluruh keluarganya dan pengikutnya.

  Penulisan skripsi ini dimaksudkan unuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Tarbiyah jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

  Terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan moral dan material terhadap penyusunan skripsi ini, khususnya kepada :

  1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga yang telah memberikan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan studi.

  2. Drs. Bahroni M.Pd yang telah mencurahkan segala tenaga dan pikirannya dalam membimbing penyusunan skripsi ini.

  3. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Salatiga yang telah mendidik dan memberi bekal pengetahuan kepada penulis.

  4. Bapak dan Ibu serta adikku yang telah membantu dan memberikan dorongan yang sangat berharga.

  5. Istriku dan anakku yang telah memberikan semangat yang terus menerus.

6. Semua pihak yang telah membantu.

  ABSTRAK Santoso, Agus. 2015. Konsep Pendidikan Berbusana Muslimah dalam Buku

  Kudung Gaul, Berjilbab tapi Telanjang Karya Abu Al-Ghifari dan Jilbab Funky tapi Syar‟i karya Solichul Hadi. Skripsi, Fakultas

  Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Islam Salatiga. Pembimbing : Drs. Bahroni, M.Pd.

  Kata Kunci : Konsep Pendidikan, Busana Muslimah, Kudung Gaul Penelitian ini untuk mengetahui konsep pendidikan yang terkandung dalam busana muslimah yang disyariatkan oleh Islam dengan kriteria yang harus dipatuhi oleh para pemeluknya yang taat. Pertanyaan utama yang ini dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Bagaimana konsep pendidikan berbusana muslimah dalam buku Kudung Gaul, Berjilbab tapi Telanjang karya Abu- Al- Ghifari, (2) Bagaiman konsep pendidikan berbusana muslimah dalam buku Jilbab

  

Funky tapi Syar‟i karya Solichul Hadi, dan (3) Bagaimana perbandingan konsep

  pendidikan berbusana dalam buku Kudung Gaul, Berjilbab tapi Telanjang karya Abu- Al-Ghifari dan dalam buku Jilbab Funky tapi Syar‟i karya Solichul Hadi.

  Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan penelitian kepustakaan (library research), karena yang dijadikan objek kajian adalah hasil karya tulis yang merupakan hasil pemikiran.

  Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa dari kedua buku tersebut sepakat betapa pentingnya menjaga nilai yang terkandung dalam berbusana muslimah dengan cara berpakaian atau berbusana muslimah sesuai yang disyariatkan Islam. Walau terdapat perbedaan dan persamaan antara kedua penulis namun hakekatnya sama bahwa kedua mengajak semua lapisan masyarakat, khususnya kaum hawa untuk menerapkan ajaran Islam dengan sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya. Apabila pemakaian busana muslimah dilaksanakan secara sungguh-sungguh dengan cara dan niat yang sesuai dengan ajaran Islam, maka berbusana muslimah itu akan mempunyai nilai ibadah dan akan dapat mempengaruhi munculnya kesadaran dan ketakwaan seseorang kepada Allah yang tergambar dalam perilaku sehari-hari.

  Konsep berbusana muslimah dari kedua buku tersebut adalah menutup dan melindungi tubuh selain yang dikecualikan, kainnya tebal, kainnya longgar, tidak sempit dan tidak jatuh (tidak membentuk tubuh), tidak diberi wangi haruman, tidak menyerupai pakaian laki-laki, tidak menyerupai pakaian orang-orang kafir, tidak merupakan libasusy syuhrah (pakaian popularitas).

  DAFTAR ISI

  HALAMAN BERLOGO ............................................................................ i HALAMAN JUDUL ................................................................................ ii HALAMAN NOTA PEMBIMBING ......................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................................. v HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................ vi KATA PENGANTAR ................................................................................ vii ABSTRAK .................................................................................................. ix DAFTAR ISI .............................................................................................. x BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................

  1 A.

  1 Latar Belakang ................................................................................

  B.

  4 Rumusan Masalah ...........................................................................

  C.

  5 Tujuan Penelitian ............................................................................

  D.

  5 Manfaat Penelitian ..........................................................................

  E.

  5 Metode Penelitian ...........................................................................

  F.

  7 Penegasan Istilah .............................................................................

  G.

  9 Sistematika Penulisan .....................................................................

  BAB II BIOGRAFI PENULIS ...................................................................

  11 A.

  11 BIOGRAFI ABU ALGHIFARI .....................................................

  B.

  29 BIOGRAFI SOLICHUL HADI .....................................................

  BAB III DISKRIPSI PEMIKIRAN...........................................................

  31 A. Konsep Pendidikan Berbusana Muslimah dalam Buku Kudung

Gaul, Berjilbab tapi Telanjang karya Abu Al-Ghifari ...................

  31 B. Konsep Pendidikan Berbusana Muslimah dalam buku Jilbab

  70 Funky tapi Syar‟i karya Shalichul Hadi ........................................

  BAB IV PEMBAHASAN .......................................................................... 114 A. Analisis Konsep Pendidikan Berbusana Muslimah dalam Buku Kudung Gaul, Berjilbab tapi Telanjang karya Abu Al-Ghifari ..... 114 B. Analisis Konsep Pendidikan Berbusana Muslimah dalam buku 129

Jilbab Funky tapi Syar‟i karya Shalichul Hadi .............................

  BAB V PENUTUP .................................................................................... 141 A.

  141 Kesimpulan ....................................................................................

  B.

  142 Saran-saran ..................................................................................... DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 143 RIWAYAT HIDUP ................................................................................... 145 LAMPIRAN .............................................................................................. 146

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam sebagai agama terakhir dan diwahyukan kepada Nabi yang terakhir pula, telah dijamin oleh Allah kesempurnaan ajarannya. Kesempurnaan di sini mengacu kepada aturan-aturan yang terkandung di

  dalamnya, yang telah mengatur kehidupan manusia dari seluruh aspeknya yang berpusat pada Tauhid mutlak. Tauhid adalah payung utama ajaran Islam, akidahnya mutlak bertumpu pada tauhid, yang juga merupakan ajaran agama Allah yang diwahyukan kepada para rasul sebelumnya.

  Ajaran ibadah juga bertumpu pada tauhid Uluhiyyah yang mengajarkan bahwa hanya Allah-lah tuhan yang wajib dan berhak disembah. Bidang ahklak diajarkan secara pasti, atas dasar-dasar dan nilai Ilahi, tidak berdasarkan atas konsep manusiawi yang relatif, situasional dan kondisional. Bidang mu‟amalat diajarkan dalam bentuk global yang penerapannya diperlukan pemikiran-pemikiran yang sesuai dengan perkembangan zaman dan perkembangan kehidupan masyarakat yang tentu tetap berpegang pada konsep transendental.

  Ajaran Islam yang mengatur tata cara hidup disebut hukum. Dalam Usulul fiqh, hukum didefinisikan sebagai titah Allah yang berhubungan dengan perbuatan mukallaf, yang berupa tuntutan untuk melakukan sesuatu, yang berarti perintah yang wajib dikerjakan, atau tuntutan untuk meninggalkan sesuatu, yang berarti larangan dan haram dikerjakan, atau berupa ketetapan hukum itu berupa hal yang mubah (fakultatif) yang berarti boleh dikerjakan dan boleh ditinggalkan, maupun ketetapan hukum yang menjadikan dua hal berkaitan dan salah satu menjadi sebab atau syarat atau menjadi penghalang bagi yang lain.

  Salah satu ajaran Islam, yang banyak diklaim sebagai bagian dari budaya Islam adalah jilbab. Ayat-ayat yang berbicara mengenai jilbab ini turun untuk merespon kondisi dan konteks budaya masyarakat, yang penekanannya kepada persoalan etika, hukum dan keamanan masyarakat dimana ayat itu diturunkan. Dalam Islam wanita harus menutup tubuhnya dalam pergaulan dengan laki-laki yang secara hukum tidak termasuk muhrimnya dan tidak boleh memamerkan dirinya.

  Dalam Islam, penekanan fungsi jilbab adalah untuk menutup aurat, yaitu menutup anggota tubuh tertentu yang dianggap rawan dan dapat menimbulkan fitnah. Selain itu sebagai wujud nyata bentuk penghormatan terhadap wanita.

  Kecanggihan dunia modern dengan tehnologi informasinya, ternyata tidak diikuti dengan kemajuan bidang akhlak. Salah satunya adalah cara berbusana muslimah, sebagian banyak wanita larut dalam modernitas yang dianggap tren terbaru atau ter-update sehingga diikuti walau bertentangan dengan firman Tuhannya dan sunah rasul. Berbagai model pakaian wanita mulai menjamur di pasaran dari pakaian anak-anak hingga dewasa. Bahkan kata “gaul” menjadi hal yang diprioritaskan bagi sebagian orang tanpa memperhatikan akibat yang akan terjadi. Khususnya gaul dalam berbusana untuk muslimah. Al- Qur‟an dan hadist sudah memberikan aturan-aturan dalam tata cara berbusana muslimah.

  “Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya” (QS An-Nur : 31

  ), “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh me reka” (QS Al-Ahzab : 59).

  Kedua ayat di atas seakan bukan sebuah peraturan yang harus dipatuhi lagi atau Al- Qur‟an hanya tinggal tulisannya, padahal Islam adalah agama yang dibawa Rasulullah Muhammad SAW sebagai pedoman hidup umat manusia dan pendidikan bagi manusia dan seluruh alam ini.

  Rasulullah SAW sebagai utusan untuk menyempurnakan akhlak manusia, karena beliau dalam hidupnya penuh akhlak-akhlak yang mulia dan sifat- sifat yang baik, para sahabat dan keluarga beliau menjadikan Nabi SAW sebagai contoh manusia dalam menjalani kehidupan di dunia dan menyongsong kehidupan di akhirat kelak.

  Banyak akhlak yang Nabi Muhammad contohkan, entah dari perkataan beliau atau tingkah lakunya, salah satu contoh adalah dalam cara berpakaian atau berbusana, cara berpakaian yang islami dianggap mengekang umatnya dari kebebasan berekspresi.

  Sebuah kenyataan, betapa bahayanya kaum hawa akhir-akhir ini karena lupa diri hanya ingin mengejar kesenangan dan kenikmatan duniawi. Mengejar tren terkini hanya untuk mencari sensasi. Menggadaikan harga diri hanya untuk menarik perhatian kaum laki-laki. Tak ketinggalan pula antara para jilbabers alias perempuan yang berjilbab. Tak sedikit dari mereka yang akhir-akhir ini telah merusak citra islam.

  Kini agama telah dikalahkan oleh budaya, dan hukum telah dikalahkan oleh hal-hal yang bersifat umum. Takut dibilang kampungan, yang berjilbab pun sering menyimpang dari aturan, keluar dari rel yang telah digariskan Tuhan. Kepala bertudung jilbab, tapi tubuh sengaja dibiarkan menjadi pemandangan sedap, Kepala ditutup rapat namun masih pamer aurat.

  Berangkat dari problematika tersebut, penulis termotivasi untuk melakukan penelitian dengan judul KONSEP PENDIDIKAN BERBUSANA MUSLIMAH DALAM BUKU KUDUNG GAUL,

  BERJILBAB TAPI TELANJANG KARYA ABU AL-GHIFARI DAN

  BUKU JILBAB FUNKY TAPI SYAR‟I KARYA SOLICHUL HADI.

  B.

  Rumusan Masalah Berdasarkan judul di atas maka dapat diambil beberapa masalah yang menarik untuk dikaji lebih lanjut, diantaranya

1. Bagaimana konsep pendidikan berbusana muslimah dalam buku

  Kudung Gaul, Berjilbab tapi Telanjang karya Abu Al-Ghifari 2.

  Bagaimana konsep pendidikan berbusana muslimah dalam buku

  Jilbab Funky tapi Syar‟i karya Solichul Hadi 3.

  Bagaimana perbandingan konsep pendidikan berbusana dalam buku Kudung Gaul, Berjilbab tapi Telanjang karya Abu Al- Ghifari dan buku

  Jilbab Funky tapi Syar‟i karya Solichul Hadi C.

  Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.

  Untuk mengetahui konsep pendidikan berbusana muslimah dalam buku Kudung Gaul, Berjilbab tapi Telanjang karya Abu Al-Ghifari

  2. Untuk mengetahui konsep pendidikan berbusana muslimah dalam buku

  

Jilbab Funky tapi Syar‟i karya Solichul Hadi

3.

  Untuk mengetahui perbandingan konsep pendidikan berbusana dalam buku Kudung Gaul, Berjilbab tapi Telanjang karya Abu Al- Ghifari dan buku

  Jilbab Funky tapi Syar‟i karya Solichul Hadi D.

  Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran dalam upaya peningkatan pengetahuan tentang tata cara berbusana muslimah dan konsep yang terkandung dalam berbusana, dan diharapkan setiap individu dapat berpenampilam atau berbusana seperti yang diajarkan Islam.

  E.

  Metode Penelitian 1.

  Jenis Penelitian Jenis penelitian yang penulis lekukan adalah penelitian kepustakaan (library research), karena yang dijadikan objek kajian adalah hasil karya tulis yang merupakan hasil pemikiran.

2. Sumber Data

  Karena jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research), maka data yang diperoleh bersumber dari literatur.

  Adapun yang menjadi sumber data primer adalah buku Kudung Gaul,

  

Berjilbab tapi Telanjang karya Abu Al-Ghifari dan buku Jilbab

Funky tapi Syar‟i karya Solichul Hadi

  Kemudian yang menjadi sumber data sekunder dari buku-buku diantaranya adalah buku Wanita Berjilbab Vs Wanita Pesolek, Atas

  Kerudung Bawah Warung.

  3. Teknik Pengumpulan Data Tehnik pengumpulan data penulis lakukan dalam penelitian ini adalah dengan mencari dan mengumpulkan buku yang menjadi sumber data primer yaitu buku Kudung Gaul, Berjilbab tapi

  

Telanjang karya Abu Al-Ghifari dan buku Jilbab Funky tapi Sya

r‟i

  karya Solichul Hadi dan sekunder yaitu buku Wanita Berjilbab Vs

  Wanita Pesolek , Atas Kerudung Bawah Warung. setelah data

  terkumpul maka dilakukan penelaahan serta sistematis dalam hubungan dengan masalah yang diteliti, sehingga diperoleh data atau informasi untuk bahan penelitian.

  4. Teknik Analisis Data Yaitu penanganan terhadap suatu objek ilmiah tertentu dengan jalan meilah-milah antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain untuk memperoleh kejelasan mengenai halnya.

  Macam-macam metode yang digunakan dalam menganalisis masalah adalah sebagai berikut : a.

  Induktif ialah menganalisa data-data berupa pendapat kedua tokoh yang bersifat khusus untuk kemudian ditarik menjadi kesimpulan umum.

  b.

  Deduktif ialah menganalisa pendapat kedua tokoh yang bersifat umum untuk ditarik menjadi kesimpulan yang khusus.

  c.

  Komparatif yaitu menganalisa data atau pendapat Abu Al-Ghifari Solichul Hadi tentang Busana Muslimah dengan cara membandingkan pendapat kedua tokoh.

  F.

  Penegasan Istilah Untuk menghindari kekeliruan penafsiran dan kesalahpahaman, maka penilis kemukakan pengertian dan penugasan judul proposal ini sebagai berikut : 1.

  Konsep Konsep yang berarti : (1) rancangan atau buram surat dsb; (2) ide atau pengertian yang diabstrakkan dr peristiwa konkret: satu istilah dapat mengandung dua -- yang berbeda; (3) Ling gambaran mental dari objek, proses, atau apa pun yg ada di luar bahasa, yg digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain. /bahasa/indonesia/online.htm : Definisi Konsep).

2. Pendidikan

  Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu

  (Mudyahardjo, 2010: 3). Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan, yang berlangsung di sekolah atau di luar sekolah sepanjang hayat, untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang.( Mudyahardjo , 2010 : 11).

  Jadi Konsep Pendidikan adalah rancangan tentang segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu.

  3. Berbusana Berbusana berasa dari kata ”busana” diambil dari bahasa

  Sansekerta bhusana. Namun dalam bahasa Indonesia terjadi penggeseran arti busana menja di “padanan pakaian”. Meskipun demikian pengertian busana dan pakaian merupakan dua hal yang berbeda. Busana merupakan segala sesuatu yang kita pakai mulai dari ujung rambut sampai ke ujung kaki. Busana ini mencakup busana pokok, pelengkap (milineris dan aksesories) dan tata riasnya.

  Sedangkan pakaian merupakan bagian dari busana yang tergolong pada busana pokok. Jadi pakaian merupakan busana pokok yang digunakan untuk menutupi bagian-bagian tubuh ( http ://okrek.blogspot.com /2009/II/ pengertian-busana-tata-busana-dari-buku.html).

  4. Muslimah Muslimah , muslimah) secara harfiah berarti seseorang

  ة ملسم yang berserah diri (kepada , termasuk segala makhluk yang ada

   Kata muslim kini merujuk kepada penganut agama saja, kemudian pemeluk pria disebut dengan muslimin (

  نوملسم) dan pemeluk wanita disebut muslimah ( ةملسم ) adalah sebutan untuk wanita Islam. (https: //id.wikipedia.org/wiki/muslim).

  Jadi Busana Muslimah adalah pakaian yang pakai mulai dari ujung rambut sampai ke ujung kaki yang dipakai oleh penganut (wanita) agama Islam.

  G.

  Sistematika Penulisan Guna memperoleh gambaran yang jelas, menyeluruh dan mempermudah dan memahami masalah-masalah yang akan dibahas, maka penulis menyusun sistematika sebagai berikut :

  Bab Pertama, berisi tentang Pendahuluan, menguraikan masalah : Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan kajian, kegunaan kajian, Metode kajian, penegasan istilah, dan Sistematika Penulisan sebagai gambaran awal dalam memahami skripsi ini.

  Bab Kedua, berisi tentang Biografi Penulis yang mencakup Biografi Abu Al-Ghifari (Toha Nasrudin) penulis buku Kudung Gaul,

  Berjilbab tapi Telanjang dan Solichul Hadi penulis buku Jilbab Funky tapi Syar‟i.

  Bab Ketiga, membahas Diskripsi pemikiran tentang : 1.

  Konsep pendidikan berbusana muslimah dalam buku Kudung Gaul, Berjilbab tapi Telanjang karya Abu Al-Ghifari.

2. Konsep pendidikan berbusana muslimah dalam buku Jilbab Funky tapi Syar‟i karya Solichul Hadi.

  Bab Keempat, Pembahasan yaitu Menguraikan signifikansi pemikiran, relevansi pemikiran, dan implikasinya.

  Bab kelima. Penutup, menguraikan kesimpulan dan saran.

BAB II BIOGRAFI PENULIS A. Biografi Abu Al-ghifari 1. Dari Lumpur ke Buku Tak mudah mengenang masa lalu karena „kaindahannya‟ sulit

  dilukiskan dengan kata-kata. Sedih, pilu, derita, nestapa, lapar, dahaga, penas menyengat dan dingin menusuk adalah kata-kata yang dianggap mewakili „keindahan‟ itu. Tapi dibanding kata-kata, rasa haru dan linangan air mata kadang lebih jujur menggambarkan realitas sesungguhnya. Ke mana mencari tempat berteduh saat hujan badai datang menerpa? Siapa yang peduli saat haus dahaga mencekik leher? Tidak ada.

  Kenapa? Karena Beliau miskin, kumal, dan hanyalah anak petani yang SR-pun tidak tamat. Masyarakat saat ini masih menganggap kekayaan adalah dewa. Menjadi pegawai negeri adalah dambaan. Sementara keluarga beliau ? Tidak berdaya (untuk tidak mengatakan melarat alias miskin). Tapi beliau sadar, karena tidak mungkin menemukan orang yang memuji kekurangan beliau . Beliau sedih bukan karena anak petani yang kumal dan tidak menyandang status sosial, bukan pula karena kehilangan masa kecil dan masa remaja, Beliau sedih karena jerih payah orang tua banting tulang peras keringat siang dan malam hingga beliau dapat gelar sarjana, tapi pekerjaan yang merupakan hak beliau dan cita-cita orang tua dirampas para koruptor sejati, lintah darat, dan pejabat penghisap darah rakyat. Mereka para vampire itu mengharuskan Beliau membayar 6 juta rupiah jika mau jadi guru SMP atau Rp 8 juta untuk jadi guru SMA (kini SMU). Padahal seperak pun untuk urusan sogok-menyogok tidak akan pernah beliau keluarkan. Haram! Lebih baik kelaparan daripada harus menanggung malu di akhirat kelak. Sedih yang bertindih-tindih, duka yang berlipat-lipat, dan kemarahan yang hebat menjadi catatan sejarah yang takkan pernah terlupakan. Musnah sudah cita-cita itu, padalah beliau adalah anak laki-laki terbesar yang menjadi tumpuan harapan keluarga.

  Setiap hari Beliau mengumpulkan kesabaran untuk bisa merubah hidup. Beliau yakin Allah SWT menyimpan rencana lain untuk beliau .

  Terbayang saat orang tua sakit-sakitan setelah kehilangan anak tercinta, adik beliau yang kedua. Sang adik meninggal setelah menderita sakit yang berkepanjangan akibat radang otak yang mulai kumat semenjak SD kelas II. yang menjadi „nostalgia indah‟ bagi Beliau bukan masalah kematian itu, tapi ketidakberdayaan beliau dengan semua penderitaan itu.

  Saat itu masih duduk di ba ngku Mu‟alimin (SLTA) kelas II. Betapa menderitanya orang tua harus tidur di lantai rumah sakit hampir setahun lamanya, menunggu anak yang tak kunjung sembuh. Pengobatan saat itu betul-betul menguras semuanya dan menyisakan banyak utang. Akhirnya sang adik harus pulang keharibaan-Nya tepat di samping beliau setelah dua tahun didera derita.

  Melihat kondisi beliau saat ini dengan masa lalu, sungguh sangatlah kontras. Seolah semuanya mimpi. Masa lalu itu seperti baru saja beranjak.

  Sehingga Beliau pun masih teringat saat matahari masih di ketiak malam ketika Beliau harus bergegas masuk dapur. Pekerjaan rutin sudah menunggu. Ubi harus segera dikupas, wortel dan kol harus segera dipotong kecil-kecil. Siang sedikit, atau telat menggoreng, bala-bala, perkedel, pisang goring (makanan ringan khas Sunda), dan berbagai jenis gorengan itu tidak akan terjual.

  Saat itu hari Minggu, hari libur, anak-anak seusia Beliau pergi jalan- jalan. beliau juga “jalan-jalan” sambil keliling membawa dagangan, masuk ke gang-gang kecil. Tepat jam setengah sembilan, harus segera pulang, pekerjaan di sawah dan ladang sudah menunggu. Ayah sudah siap di sana. Sehabis shalat Dhuhur, kerupuk mie harus segera digoreng untuk bekal “jalan-jalan sore”. Sehabis Maghrib, dagangan yang belum habis, harus segera dipasarkan, hujan dan dinginnya malam bukan alasan.

  Dagangan tumpah karena terpeleset saat hujan bukan hal aneh lagi, maklum jalan kampung.

  Beliau juga masih ingat saat-saat ketika cangkul nyaris tak lepas dari tangan Beliau . Pagi, siang, sore bahkan malam hari pokoknya setiap ada kesempatan sawah dan ladang menjadi „rumah‟ kedua. Lumpur dan debu menjadi teman sejati. Baju kumal dan topi compang-camping menjadi biasa. Bergaul dengan pupuk kandang yang „harum‟ itu menjadi menu sehari-hari. Semuanya berlangsung dari SD hingga kuliah. Di tengah terik matahari, saat mencangkul tanah, Beliau berpikir keras, ingin rasanya keluar dari kondisi seperti ini. Jika kini Beliau jadi penulis, tidak banyak yang tahu bahwa dulu Beliau adalah sosok kumal dan berlumpur. Bolehlah Anda sebut Beliau sebagai penulis yang lahir dari lumpur.

2. Menulis dengan Darah dan Air Mata

  Beliau hanya bisa istirahat saat di sekolah saja. Di sanalah beliau belajar menulis, bukan dengan pena tapi dengan hati. Bukan pula dengan tinta, tapi dengan air mata dan peluh. Saat itu, jangankan menikmati permainan layaknya anak seusia Beliau , hanya sekedar jalan-jalan pun nyaris tidak ada waktu. Untuk mengerjakan PR, kadang harus dikerjakan di dapur atau saat larut malam. Saat SLTP (Tsanawiyyah), tidak boleh jajan di sekolah, atau silakan jajan, tapi pulangnya harus berjalan kaki 5 km. Ongkos pas, tidak ada uang jajan.

  Pendidikan keras masa kecil yang memberikan banyak inspirasi akan arti hidup sesungguhnya. Karena itu, menulis itu bakat, Beliau tidak percaya. Menulis adalah turunan, juga tidak percaya. Beliau lahir dari keluarga sangat sederhana. Ayah seorang petani dan ibu sebagai pedagang kecil. Tapi merekalah sosok sederhana, guru sejati yang membentuk kepalan tangan Beliau menjadi bulat. Tidak ada keluh kesah di hati mereka. Prinsipnya, maju dan terus berjuang atau diam dan dilindas zaman. Segala aktivitas harus diniatkan ibadah. Jangan mengeluh karena mengeluh menghilangkan kekuatan. Hilangkan rasa gengsi karena gengsi adalah beban. Itulah sekelumit nasihat ayahanda.

  Dari Tsanawiyyah, Beliau melanjutkan ke Mu‟almin (SMU) di Pesantren Persatuan Islam No. 1 Bandung berdua bersama adik Beliau , Rukman Nasrudin, yang sering menggunakan nama pena Lukman Haqani (kini direktur penerbit CV. Pustaka Ulumuddin). Beliau terpaksa meninggalkan kampung halaman dan tinggal di serambi masjid (Ar- Risalah, Jl. Astana Anyar, Bandung). Pulang seminggu sekali. Bekal dalam seminggu itu hanya Rp 5.000,- itu pun termasuk ongkos pulang- pergi. Waktu itu ongkos PP hanya Rp 1.500 dan makan sekali Rp 1.500 × 6 hari. Bekal itu jauh dari cukup. Namun di tahun kedua mulai sedikit demi sedikit dapat penghasilan dari menulis

  Saat itu banyak waktu yang Beliau miliki. Konsentrasi belajar lebih optimal terutama dalam hal tulis-menulis. Kebanyakan waktu itu Beliau menulis artikel. Jenuh dengan artikel, beralih ke puisi atau cerpen. Berbagai tulisan alhamdulillah mulai diterbitkan di berbagai media di Bandung. Tulisan pertama dimuat di HU. Pikiran Rakyat, tulisan itu kecil hanya berbentuk kolom, tapi awal yang memberi semangat berikutnya. Tulisan berikutnya di HU. Bandung Pos, Gala, Tabloid Salam, Majalah Iber, Bina Da‟wah, Media Pembinaan, dan lain-lain.

  Kebanyakan artikel yang ditulis adalah seputar keagamaan.

  Diterbitkan di media adalah kebanggaan tersendiri, namun Beliau tidak ingin aktivitas menulis itu tergantung media massa. Beliau menulis karena kewajiban bukan karena tuntutan media. Jika tulisan diterbitkan, ya syukur, jika tidak tak apa-apa, toh tidak ada ruginya, bahkan sangat menguntungkan, ketajaman tulisan lebih terlatih. Setiap tulisan yang tidak diterbitkan di media A dikirim ke media B atau media C, juga sebaliknya.

  Salah satu kenangan yang tak terlupakan saat harus bolak-balik perpustakaan Jawa Barat Jl. Cikapundung Timur-Bandung. Jarak dari asrama ke sana sekitar 1,5 km. Beliau terbiasa jalan kaki ke sana. Di sanalah Beliau yang merasa tidak percaya ada buku sebanyak itu. Saat Tsanawiyah (SLTP) tidak pernah ke perpustakaan karena tidak ada, maklum di kampung. Perpustakaan itu yang ikut membentuk Beliau .

  Buku-buku berkualitas yang tidak mungkin Beliau beli karena keterbatasan dana, bisa Beliau baca sepuasnya. Di sana pula Beliau sering membuat catatan untuk artikel-artikel Beliau .

  Dari Mu‟alimim Beliau melanjutkan ke Fakultas Tarbiyah, Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) IAIN Sunan Gunung Djati Bandung.

  Untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri dan menopang biaya kuliah, Beliau ikut bisnis penjualan barang secara door to door, masuk rumah satu ke rumah yang lain. Saat terik matahari harus rela dengan panasnya, ketika hujan harus rela basah kuyup. Kadang saat matahari hampir tenggelam, belum ada satu barang pun yang terjual.

  Pendidikan keras masa kecil yang memberikan banyak inspirasi akan arti hidup sesungguhnya. Karena itu, menulis itu bakat, Beliau tidak percaya. Menulis adalah turunan, juga tidak percaya. Beliau lahir dari keluarga sangat sederhana. Ayah petani dan ibu pedagang kecil. Tapi merekalah sosok sederhana, guru sejati yang membentuk kepalan tangan Beliau menjadi bulat. Tidak ada keluh kesah di hati mereka. Prinsipnya, maju dan terus berjuang atau diam dan dilindas zaman. Segala aktivitas harus diniatkan ibadah. Jangan mengeluh karena mengeluh menghilangkan kekuatan. Hilangkan rasa gengsi karena gengsi adalah beban. Itulah sekelumit nasihat ayahanda. padahal uang saku makin menipis dan hanya cukup untuk ongkos pulang. Sementara barang harus dibeli dari Jakarta, pulang larut malam bahkan dini hari sudah terbiasa lagi kala itu. Namun bisnis itu hanya bertahan satu tahun karena terlalu sering ditipu. Akhirnya kembali menulis lagi.

  Saat itulah bergabung dengan Kelompok Pengkajian Ash-Shiddiq Intellectual Forum. Semester IV Berhasil menyusun buku AIDS, Kado

  

Bursa Seks antara Fakta dan Isyarat . Mambuka bimbingan jurnalistik via

  pos bersama Ash-Shiddiq Intellectual Forum. Mendirikan Forum Remaja

  21. Buku-buku yang berhasil ditulis selama memimpin organisasi ini adalah Membangun Kepribadian Masa Depan, Buku Jurnalistik kiat

  

Menulis di Surat Kabar dan Majalah, Koleksi Contoh Surat, Kiat Surat-

Menyurat yang Baik, Gelombang Free Seks di Era Modern, 88 Soal

Jawab Jurnalistik, Pemberontak yang Gagal (ontologi puisi bersama

penyair Indonesia), Nota Sukses (Buku Pengantar Sukses), Problematika

Penulis Pemula Kendala dan Pemecahannya , dan membukukan berbagai

tema kliping yang disusun dari berbagai surat kabar dan majalah nasional.

  Aktivitas lainnya, pernah menerbitkan bulletin Jurnalistik “OPINI”, Penanggung Jawab dan Pemimpin Redaksi majalah remaja “Forum Remaja 21” dan “MOTIVASI”, dan Pimpinan Umum/Pimpinan Redaksi Majalah Islam “Hayatul Islam”. Majalah Hayatul Islam dicetak dengan oplag 5000 eksemplar, pemasaran ke seluruh cabang Persatuan Islam seluruh Indonesia. Beliau ngnya hanya terbit 12 edisi karena tidak ada komitmen pembayaran di cabang-cabang yang dikirim. Selain itu staf redaksi disibukkan dengan aktivitas lain.

  Mengadakan pengamatan dan penelitian secara khusus, di antaranya

  

Tipe Kepribadian Remaja (personality plus, 1994), AIDS (1995),

Berbagai Bentuk Kenakalan Remaja (1996), Penyimpangan Seksual

Remaja (1997), Pendidikan Keluarga Ideal (1998), Kepribadian Wanita

Islam Dan Kudung Gaul (1999-2000), dan lain-lain. Sebagian hasil

  pengamatan tersebut ditulis dalam bentuk buku.

  Forum Remaja 21 adalah organisasi remaja yang terdaftar di KNPI Bandung. Grupnya tersebar di seluruh Indonesia. Hingga tahun 2000 anggotanya mencapai 4 ribu orang lebih. Layanan yang disediakan adalah bimbingan kepribadian (psikologi remaja) via surat dan telefon, bimbingan korespondensi dan jurnalistik, layanan informasi pendidikan, dan lain-lain. Sejak tahun 2000 Beliau sudah tidak lagi di organisasi itu.

  Ash-Shiddiq Intellectual Forum adalah kelompok pengkajian isu-isu keislaman dan masalah kontemporer. Perkembangan berikutnya memiliki berbagai divisi yang di antaranya divisi jurnalistik yang Beliau pimpin. Pernah mengadakan bimbingan jurnalistik intensif via pos dalam jangka pendidikan antara enam bulan hingga satu tahun. Dari tahun 1997-1999 pesertanya yang pernah ikut bimbingan ini kurang lebih 3000 peserta lebih dari seluruh pelosok tanah air. Sering mengadakan lomba Jurnalistik yang ditujukan untuk masyarakat umum. Tahun 2000 bimbingan ini ditutup karena Beliau ditunjuk untuk menangani manajemen penerbit Persis Press yang baru didirikan.

  Di penerbit ini Beliau hanya bertahan satu tahun karena tidak ada niat baik dari pemiliknya untuk meneruskan penerbitan ini. Selama satu tahun itu tidak ada kucuran modal berarti (sesuai yang dijanjikan), tidak ada kesejahteraan (sebagaimana komitmen awal), dan tidak diberi fasilitas apa pun termasuk komputer dan kantor. Bayangkan, Beliau harus mengurus penerbit itu di rumah dan komputer Beliau sendiri.

  Modal yang tidak seberapa dibanding beban yang harus ditanggung menyebabkan penerbit ini sulit berkembang. Akhirnya Beliau menutuskan untuk keluar. Anehnya, justru kemudian muncul fitnah yang tidak mengenakkan. Bukannya ucapan terima kasih yang Beliau dapatkan apalagi kesejahteraan, justru fitnah yang tidak pantas. Ibarat, air susu dibalas air tuba. Setelah diselesaikan dilembaga hukum, akhirnya diketahui siapa yang keliru. Cerita ini sengaja Beliau ungkapkan sebagai pelajaran bagi Beliau agar jangan sekali-kali berbuat sewenang-wenang kepada siapa pun, jangan memakai tenaga orang tanpa konvensasi apa pun. Berikanlah sesuatu walau sekedar ucapan terima kasih. Ini sebagai pelajaran hidup dan cukup Beliau saja yang mengalami pelajaran pahit itu.

  Tahun 2001 beliau mulai berpikir untuk berbuat sesuatu sesuai dengan kemampuan diri sendiri. Saat itu mulai menekuni penulisan buku yang ditujukan untuk pasar umum. Terus terang saja, selain menulis artikel dan buku, tidak ada keahlian yang lain. Banyak judul yang telah Beliau persiapkan. Pernah ditawarkan ke berbagai penerbit, tapi tidak ada yang mau menerima. Akhirnya September 2001 mendirikan penerbit Mujahid Press sekaligus coba-coba menerbitkan buku pertama. Di luar dugaan buku itu laku keras. Januari 2002 penerbit ini diresmikan atau lebih tepatnya dikukuhkan sebagai sebuah penerbitan. September 2003 didaftarkan pada Notaris sekaligus dinyatakan sebagai penerbit resmi dengan nama CV. Mujahid Press. September 2004 resmi menjadi anggota

  IKAPI. Bulan Oktober 2004 berdiri Media Qalbu yang merupakan grup CV. Mujahid Press.

  Di kampung kecil tempat beliau lahir itu kini berdiri bangunan cukup megah tempat tinggal Beliau sekaligus kantor utama Mujahid Press lengkap dengan gudang dan tempat (sebagian) proses cetak serta sarana olah raga. Gedung itu dibangun kurang lebih satu tahun setelah CV.

  Mujahid Press berdiri. Bagunan senilai Rp 2M itu sengaja dibangun di kampung bukan di kota sebagaimana layaknya penerbit lain, hanya ingin orang tua dan seluruh keluarga besar beliau bahagia sekaligus memberikan lapangan pekerjaan buat mereka. Cukup masa lalu itu sebuah elegi yang tidak boleh terulang kembali.

  Beliau sendiri lahir tanggal 9 Juni 1972 di kampung kecil, Tambakan, Desa Bojongkunci, Kecamatan Pameungpeuk, Kabupaten Bandung, dari pasangan ibunda Oni Aisyah Nurhayati dan ayahanda Endin Nasrudin.

  Beliau anak ketiga dari sembilan bersaudara. Menikah Maret tahun 1999 dengan seorang „bidadari‟ bernama Ayie Nurlaelasari Anwar Putri. Kini dikarunia dua anak putra dan putri bernama Ananda Fauzan Al-Ghifari dan Hilwa Amelia Rosalba. Nama akhir anak pertama Beliau jadi nama pena Beliau (Abu Al-Ghifari).

  Beliau telah menulis sekitar 52 judul buku dalam lima tahun terakhir ini, 30 judul di antaranya diterbitkan oleh Mujahid Press (hingga Agustus 2005), 2 judul oleh Media Qalbu, sisanya oleh Ash-Shiddiq Press, dan Forum Remaja 21. Selain itu Beliau tengah mempersiapkan lima buku lainnya yang siap terbit dan ada puluhan judul lainnya yang tengah antri untuk ditulis segera. Kini usia Beliau menginjak 34 tahun. (9 Juni 2006 mendatang), Beliau menargetkan minimal 100 judul sudah harus Beliau tulis menjelang usia 40 tahun.

  Selain dari royalty 32 buku Beliau berkisar antara 15

  • – 20 juta/perbulan, juga dari gaji sebagai direktur, laba dua perusahaan penerbitan, sebagai penulis media tertentu, penceramah dan panelis di berbagai seminar. Passif income itu memang besar dan Anda pun bisa mendapat lebih dari itu asal serius menerapkan.

  Kurang dari tiga tahun dari sejak resmi berdiri Januari 2002, perkembangan CV. Mujahid Press cukup signifikan. Omzet yang dihasilkan di atas dalam tiga tahun ini lebih dari lima milyar rupiah. Kini buku yang telah diterbitkan sebanyak 108 judul. Beliau sendiri tidak lagi sibuk seperti dulu karena semua administrasi perusahaan sudah ada karyawan yang menangani. Begitu pula dengan penerbit baru yang Beliau dirikan, Media Qalbu, tidak menyita waktu Beliau . Untuk dua penerbit itu Beliau hanya meluangkan waktu dua jam saja perhari, itu juga hanya seleksi naskah dan sedikit urusan keuangan. Sisanya menulis buku dan mengisi seminar sambil mempersiapkan perusahaan baru.

  Yang membuat Beliau bersyukur, hingga saat ini Beliau tidak memiliki utang piutang dengan pihak mana pun termasuk bank. Semua modal usaha murni hasil penjualan atau laba yang dikembangkan terus, seperti bola salju yang terus membesar. Satu-satunya pinjaman yang pernah Beliau lakukan adalah saat mulai usaha, yaitu Rp 1 juta dengan tempo sebulan. Mujahid Press berdiri dengan pinjaman modal satu juta rupiah hasil jual emas istri Beliau . Emas itu adalah mas kawin yang Beliau pinjam dulu.

3. Menjadi Penulis Bukan Cita-cita.

  Menjadi penulis bagi beliau bukan sebuah rencana apalagi cita-cita. Cita-cita beliau justru jadi guru yang akhirnya tidak kesampaian dengan alasan yang telah Beliau kemukakan di muka. Jiwa jurnalistik yang tertanam dalam diri Beliau merupakan anugerah Allah SWT, tidak lebih. Tidak ada latar belakang keluarga penulis, Allah SWT telah menuntun beliau menjadi penulis tanpa beliau sadari.

  Ketidakmampuan ekonomi keluarga menjadi jalan untuk menulis. Dari SD hingga Tsanawiyah (SLTP) nyaris tidak pernah membeli buku-buku panduan. Buku-buku yang tebal itu Beliau tulis dan sebagian dirangkum.

  Saat Tsanawiyyah itulah Beliau sering menulis artikel. Sekalipun sebagian besar tidak pernah tuntas dan belum pernah dikirim ke media, namun ada kepuasan tersendiri.

  Pertama kalinya beliau pegang mesin tik saat kelas II Tsanawiyah, itu juga minjam dari tetangga. Liburan sekolah diisi dengan menyusun buku (kecil-kecilan dan masih jauh dari kesempurnaan). Buku yang pertama kali ditulis Kitab Shaum, Shaum dan Masalahnya. Menyusul kemudian buku

Masail yang berisi rangkuman masalah-masalah agama dan Kitab Zakat.

  Ketiga buku itu diselesaikan saat kelas tiga Tsanawiyyah, diketik sendiri dan dibundel sendiri. Ketiganya tidak pernah dipublikasikan, tapi buku yang cukup tebal itu hingga kini masih tersimpan rapi.

  Selain belajar ilmu keislaman, Tsanawiyyah II Beliau mulai menekuni psikologi (secara otodidak). Kebetulan salah satu guru kami kuliah di IKIP (kini UPI) Bandung jurusan Psikologi. Guru tersebut yang banyak memberikan pinjaman buku-buku pada beliau. Buku-buku tebal karya psikolog ternama hingga buku Psikologi Komunikasi Jalaludin Rahmat, pernah beliau pelajari. Karena itu tidak heran jika buku-buku yang kini beliau tulis, ada nuansa psikologinya terutama menyangkut dunia remaja.

  Beliau tidak pernah memasuki lembaga pendidikan tertentu yang khusus di bidang jurnalistik. Bahkan membaca buku yang terkait dengan jurnalistik pun dulu tidak pernah, setidaknya hingga pertengahan kuliah. Beliau banyak belajar, dari artikel orang lain secara langsung, Beliau amati susunan kata, alinea, diksi, EYD, dan (yang terpenting) isi atau muatan dari artikel itu. Pernah suatu waktu mengikuti bimbingan jurnalistik sehari yang diadakan Ash-Shiddiq Intellectual Forum dan mulai saat itu Beliau bergabung dengan organisasi tersebut. Itulah satu-satunya bimbingan yang pernah Beliau ikuti. Selebihnya, otodidak dan latihan sendiri.

  Beliau mulai belajar jurnalistik dalam arti membaca berbagai buku jurnalistik pada pertengahan kuliah, justru setelah tulisan Beliau ada di berbagai media. Teori-teori dari buku yang dibaca, umumnya sudah Beliau praktekkan. Hal ini menunjukkan, teori hanya pelengkap, sementara latihan adalah kekuatan mutlak untuk menjadi penulis. Mengerti teori menulis, tapi tidak pernah praktek atau berlatih sama halnya dengan orang yang ingin pandai berenang tapi tidak pernah menyentuh air (praktek), tentu tidak mungkin bisa, sehebat apa pun teori yang dikuasainya. Hal ini bukan berarti teori tidak penting, justru sebaliknya, teori penunjang yang cukup vital.

  Percaya atau tidak, banyak dari mereka yang sudah menyelesaikan kuliah S1 jurusan jurnalistik, tapi tidak pernah bisa menulis. Teori bagi mereka bukan masalah, namun persoalannya dalam praktek. Mereka malas menulis. Akibatnya, banyak di antara mereka yang konsultasi pada lembaga bimbingan Ash-Shiddiq Intellectual Forum yang pernah Beliau pimpin.

  Praktek dalam tulis-menulis akan mempertajam tulisan. Karena itu, seorang penulis, jangan pernah dibebani agar tulisannya terbit di media tanpa disertai latihan kontinyu. Seorang penulis yang pandai berlatih, tak peduli tulisannya dimuat atau tidak, suatu saat nanti akan menjadi penulis yang mumpuni dan dengan sendirinya, tulisannya akan ditunggu berbagai media atau mungkin banyak media yang justru memintanya.

  Karena itu jika Beliau ditanya, apa resep agar menjadi penulis produktif? Jawabnya ada tiga, yaitu pertama praktek, kedua praktek, dan ketiga praktek.

  Dunia tulis-manulis bukan hobi atau profesi yang mudah (sekalipun tidak begitu rumit). Seseorang yang ingin jadi penulis harus tahan banting dan bermental baja. Mengapa demikian, karena kandala baik dari dalam maupun dari luar diri kita begitu deras. Banyak penulis pemula yang baru saja menginjak dunia tulis-menulis lantas mundur hanya karena artikelnya tidak dimuat. Ada juga yang sudah cukup lama bertahan, lantas mundur teratur karena frustasi mengingat hasil yang didapat dari sudut materi tidak memuaskan.

  Artikel tidak diterbitkan atau dikembalikan pihak media dialami seluruh penulis termasuk Beliau . Bahkan mungkin artikel yang diterbitkan jauh lebih sedikit dari yang pernah ditulis. Pernah juga Beliau alami, mengirim 10 artikel ke berbagai.