Hubungan Tingkat Pendidikan, Pengetahuan dan Sikap Ibu Terhadap Pemberian Imunisasi Dasar di Puskesmas Kassi-kassi Makassar Tahun 2010 - Repositori UIN Alauddin Makassar

  HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TERHADAP PEMBERIAN IMUNISASI DASAR DI PUSKESMAS KASSI-KASSI MAKASSAR TAHUN 2010 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Ahlimadya

Kebidanan Jurusan Kebidanan pada Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

  Oleh :

  S U L F I A T I NIM : 70400007049 FAKULTAS ILMU KESEHATAN UIN ALAUDDIN MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Imunisasi merupakan upaya pencegahan penyakit menular yang

  ditunjukan pada manusia sebagai Host. Program imunisasi bertujuan menurunkan angka kesakitan dan kematian dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. (Notoatmodjo, 2003 Hal 37-38) Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

  1059/MENKES/SK/IX/2004, salah satu pembangunan kesehatan nasional untuk mewujudkan “Indonesia Sehat 2010” adalah menerapkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan, yang berarti setiap upaya program pembangunan harus mempunyai kontribusi positif terhadap terbentuknya lingkungan yang sehat dan perilaku sehat. s 22 Maret 2010).

  Sebagai acuan pembangunan kesehatan mengacu kepada konsep “Paradigma Sehat” yaitu pembangunan kesehatan yang memberikan prioritas utama pada upaya pelayanan peningkatan kesehatan (promotif) dan pencegahan penyakit (preventif) dibandingkan upaya pelayanan penyembuhan/pengobatan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) secara menyeluruh dan terpadu dan berkesinambungan.

  Pemerintah mewajibkan setiap anak untuk mendapatkan imunisasi Batuk Rejan (Pertusis), Polio, Campak (Measles, Morbili) dan Hepatitis B, yang termasuk dalam Program Pengembangan Imunisasi (PPI) meliputi imunisasi BCG, DPT, Polio, Campak dan Hepatitis B. Imunisasi lain yang tidak diwajibkan oleh pemerintah tetapi tetap dianjurkan antara lain terhadap penyakit gondongan (mumps), rubella, tifus, radang selaput otak (meningitis), HiB, Hepatitits A, cacar air dan rabies.

  Pada tahun 2003 WHO-UNICEF tentang Joint Statement on Effective Vaccine Store Management Initiative Kendala utama untuk keberhasilan imunisasi bayi dan anak dalam sistem perawatan kesehatan yaitu rendahnya kesadaran yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan dan tidak adanya kebutuhan masyarakat pada imunisasi, jalan masuk ke pelayanan imunisasi tidak adekuat, melalainkan peluang untuk pemberian vaksin dan sumber- sumber yang adekuat untuk kesehatan masyarakat dan program pencegahannya. diakses 22 Maret 2010.

  Berdasarkan bukti-bukti tersebut, secara bertahap dikembangkan 7 jenis vaksinasi di Indonesia pada 1965 yaitu BCG, Campak, Polio, DPT, DT, TT, Hepatitis B sedangkan vaksin DPT - HB baru dikembangkan di 4 propinsi (NTB, Jawa Timur, DI. Yogyakarta.

  Bangkan-Belitung). Program imunisasi ini dikembangkan untuk mencegah penyakit menular yang mengancam nyawa atau yang mempunyai konsekuensi mengerikan (misal : cacar polio) yang terutama

  Berdasarkan pencatatan dan pelaporan dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan dari bulan Januari sampai dengan Desember 2009 dengan jumlah sasaran imunisasi sebanyak 168.566 sasaran yang terdiri dari imunisasi BCG sebanyak 165.929 (98, 04%), DPT/HB1 sebanyak 163.073 (96, 7%) DPT/HB2 sebanyak 159323 (94, 5%), DPT/HB3 sebanyak 160.265 (95,1%), POLIO I sebanyak 169.298 (100,4%), POLIO II sebanyak 162.367 (96,3%), POLIO III sebanyak 159.245 (94.5%), POLIO IV sebanyak 159.479 (94.6%) CAMPAK sebanyak 156.287 (92.7%). (Profil Dinas Kesehatan Propinsi Sul-Sel 2009).

  Berdasarkan pencatatan dan pelaporan Puskesmas Kassi-Kassi Provinsi Sulawesi Selatan dari bulan Januari sampai dengan Desember 2009 yang terdiri dari imunisasi HBO sebanyak 4.214 BCG sebanyak 3.239, DPT/HB1 sebanyak 3.247 DPT/HB2 sebanyak 2.894, DPT/HB3 sebanyak 3.156, POLIO I sebanyak 3.516, POLIO II sebanyak 3.021, POLIO III sebanyak 2.941, POLIO IV sebanyak 3.516 CAMPAK sebanyak 2.999.

  (Profil Pukesmas Kassi-Kassi 2009).

  Seiring berkembangnya teknologi dan penemuan-penemuan yang semakin banyak, penyakit infeksi masih menjadi salah satu penyebab kesakitan dan kematian pada bayi dan balita. Upaya pencegahan telah dilakukan dengan cara memperbaiki sanitasi , perbaikan gizi, dan kondisi kehidupan masyarakat. Akan tetapi, upaya ini ternyata belum cukup. Pencegahan imunisasi masih menjadi tindakan pencegahan paling Imunisasi bagi bayi dan balita bukan saja sangat menguntungkan secara individu, sebagai pelindung penyakit, kecacatan, bahkan kematian.

  Imunisasi juga bermanfaat bagi masyarakat terutama bagi penyakit infeksi yang ditularkan melalui kontak langsung dengan penderitannya.

  Melalui imunisasi bayi dan balita akan menjadi kebal terhadap penyakit infeksi tertentu. Sementara itu, melalui program imunisasi massal, maka dicapai tujuan akhir yaitu eradikasi penyakit dari suatu Negara bahkan dunia.

  Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik mengadakan penelitian tentang Hubungan Tingkat Pendidikan, Pengetahuan dan sikap ibu

  Terhadap Pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi di Puskesmas Kassi-Kassi Tahun 2009.

  B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dirumuskan permasalah sebagai berikut: “Apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan, pengetahuan dan sikap ibu terhadap pemberian imunisasi dasar pada bayi di Puskesmas Kassi-K assi”.

  C. Tujuan Penelitian 1.

  Tujuan Umum Diketahuinya hubungan tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu terhadap pemberian imunisasi dasar pada bayi di Puskesmas Kassi-

  Kassi.

2. Tujuan Khusus a.

  Diketahuinya hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan pemberian imunisasi dasar pada bayi di Puskesmas Kassi-Kassi.

  b.

  Diketahuinya hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan pemberian imunisasi dasar pada bayi di Puskesmas Kassi-Kassi.

  c.

  Diketahuinya hubungan antara sikap ibu dengan pemberian Imuniasi dasar pada bayi di Puskesmas Kassi-Kassi.

D. Manfaat Penelitian 1.

  Manfaat Praktis Hasil dari penelitian ini dapat menjadi masukan atau salah satu informasi sejauh mana hubungan tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu terhadap pemberian imunisasi dasar pada bayi di Puskesmas Kassi-Kassi.

  2. Manfaat Keilmuan Hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu bahan informasi dalam rangka meningkatkan pendidikan dan pengetahuan ibu terhadap pemberian imunisasi dasar pada bayi di Puskesmas Kassi-Kassi dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya

  3. Manfaat Terhadap Peneliti Hasil penelitian ini sebagai aplikasi ilmu dan pengalaman berharga serta dapat menambah wawasan ilmiah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Imunisasi 1. Pengertian Imunisasi a. Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak di imunisasi

  berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten terhadap suatu penyakit, tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit yang lain. (Notoatmodjo, 2003 Hal 37) b. Imunisasi adalah suatu tindakan yang secara sengaja memberikan kekebalan atau imunitas pada anak sehingga walaupun sakit atau mendapat infeksi tidak akan meninggal atau menderita cacar. (Saleha , 2009 Hal 34) c.

  Imunisasi adalah pemacuan reaksi kekebalan dengan menggunakan organisme dalam dosis yang sangat kecil yang terlalu lemah untuk menyebabkan timbulnya suatu penyakit. (http: //www.kalbe.co.id diakses 8 Juni 2010).

  d.

  Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu kedalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang.(htpp:// organisasi. / arti. Definisi. Pengertian imunisasi. Tujuan. Com) e.

  Imunisasi adalah proses dimana sistem kekebalan anak menjadi kebal

  Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka penulis mengambil kesimpulan bahwa imunisasi adalah suatu tindakan yang diberikan kepada bayi untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit.

2. Tujuan Imunisasi

  Tujuan imunisasi/vaksinasi adalah untuk memberikan kekebalan kepada bayi agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi yang disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit. (Maulana, 2009)

  Program imunisasi juga bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

  (Notoatmodjo, 2003 Hal 39).

  Tujuan imunisasi untuk mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan biasa menyebabkan kematian pada penderita(http:// organisasi. Org/arti. Definisi. Pengertian imunisasi. Tujuan. Com) 3. Jenis-Jenis Imunisasi a.

  Imunisasi aktif adalah pemberian kuman antara racun kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan untuk merangsang tubuh memproduksi antibody sendiri.

  b.

  Imunisasi pasif adalah penyuntikan sejumlah antibody, sehingga kadar antibody dalam tubuh meningkat. Contohnya penyuntikan ATS (Anti Tetanus Serum) pada orang yang mengalami luka kecelakaan, contoh lain adalah yang terdapat pada bayi baru lahir dimana bayi tersebut menerima berbagai jenis antibody dari ibunya melalui plasenta selama masa kandungan. (Irianto, 2004 Hal 337-338)

4. Penyakit-Penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi.

  Depkes RI (2005), menetapkan bahwa ada tujuh penyaki yang dapat dicegah dengan imunisasi yaitu tuberkolosis, difteri, pertusis, tetanus, poliomyelitis, campak dan hepatitis.

  a.

  Tuberculosis Tuberculosis adalah penyakit yang disebabkan oleh

  Mycobacterium tuberculosa (batuk darah) disebut juga basil TB, karena kuman berbentuk batang. Cara penularan penyakit Tuberkulosis (TB) biasanya melalui udara pernapasan lewat bersin atau batuk.

  Penderita dapat dikenali dengan gejala awal seperti lemah badan, penurunan berat badan, demam, dan keluar keringat pada malam hari.

  Gejalah selanjutnya adalah batuk terus-menerus, nyeri dada dan mungkin batuk darah, gejalah lain tergantung pada organ yang diserang.

  b.

  Difteri Difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri

  Corynebacterium diphtheria. Cara penyebaran penyakit ini biasanya melalui kontak fisik dan pernapasan. Penderita dapat dikenali dengan gejalah awal seperti radang tenggorokan, hilang nafsu makan, demam ringan. Dalam 2-3 hari timbul selaput putih kebiru-biruan pada tenggorokan dan tonsil. Difteri dapat menimbulkan komplikasi berupa gangguan pernapasan yang berakibat kematian. (Saleha, 2009 Hal 37). c.

  Pertusis Pertusis (batuk rejan) adalah penyakit pada saluran pernapasan yang ditandai dengan batuk hebat yang menetap serta bunyi pernapasan yang melengkung yang disebabkan oleh bakteri Bordetella Pertusis. Cara penyebaran penyakit ini adalah melalui tetesan-tetesan kecil yang keluar dari batuk atau bersin.Gejalah awal penyakit berupa pilek, mata merah, bersin, demam dan batuk ringan yang lama-kelamaan batuk menjadi parah dan menimbulkan batuk menggigil yang cepat dan keras.

  d.

  Tetanus Tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh Clastridium tetani yang menghasilkan neurotoksin, penyakit ini tidak menyebar dari organ ke organ, tetapi melalui kotoran yang masuk kedalam luka yang dalam. Gejala awal ditunjukkan dengan kaku otot pada rahang, disertai kaku pada leher, kesulitan menelan, kaku otot perut, berkeringat dan demam.

  Pada bayi terdapat juga gejala berhenti menetek antara 3-28 hari setelah lahir. Gejala berikutnya adalah kejang yang hebat dan tubuh menjadi kaku, dan biasa terjadi komplikasi seperti patah tulang akibat kejang,pneumonia dan infeksi lain yang dapat menimbulkan kematian.

  e.

  Poliomielitis Poliomielitis adalah penyakit pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh satu dari tiga virus yang berhubungan yaitu virus polio type 1,2 dan 3. Secara klinis penyakit polio adalah anak dibawah umur adalah melalui kotoran manusia (tinja) yang terkontaminasi. Gejelanya seperti kelumpuhan dimulai dengan gejala demam, nyeri otot dan kelumpuhan terjadi pada minggu pertama sakit dan biasa juga menyebabkan kematian.

  f.

  Campak Campak adalah penyakit yang disebabkan oleh virus myxovirus viridae measles. Penyaki ini disebarkan melalui udara sewaktu droplet bersin atau batuk dari penderita. Gejala awal yang ditunjukkan dengan adanya kemerahan yang mulai timbul pada bagian belakang telinga, dahi, dan menjalar ke wajah dan anggota badan. Selain itu timbul gejala seperti flu, mata berair, dan kemerahan (conjungtivities). Setelah tiga sampai empat hari kemerahan mulai hilang dan berubah menjadi kehitaman yang akan tampak bertambah dalam satu sampai dua minggu apabila sembuh, kulit akan tampak seperti bersisik. Komplikasi yang harus dicegah adalah otitis media, konjungtitis berat, eteritis, dan pneumonia, terlebih pada anak dengan kasus gizi buruk.

  g.

  Hepatitis B Hepatitis B adalah suatu infeksi hati yang biasa menyebabkan kanker hati dan kematian. Penyakit infeksi ini disebabkan oleh virus

  Hepatitis tipe B, dan penyebaran penyakit ini dari darah dan produknya melalui suntikan yang tidak aman melalui transfuse darah, dari ibu ke bayi selama proses persalinan, melalui hubungan seksual.

5. Macam – macam Imunisasi a.

  BCG Vaksinasi BCG memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit

  Tuberkulosa (TBC) .Ini diberikan kepada bayi umur 0-2 bulan tapi sebaiknya diberikan sebelum bayi berumur 2 bulan diberikan Cuma satu kali seumur hidup. Cara pemberian dan dosisnya: sebelum disuntikkan vaksin harus dilarutkan terlebih dahulu dengan menggunakan alat suntik steril (ADS 5ml), dosis pemberian 0,05 ml, disuntikan secara intrakutan di daerah lengan atas (insertion musculus deltoideus) dengan menggunakan ADS 0,05 ml.

  b.

  Polio Imunisasi polio memberikan kekebalan aktif terhadap

  Poliomielitis,diberikan secara oral melalui mulut 1 dosis adalah 2 tetes sebanyak 4 kali pemberian dengan interval setiap dosis minimal 4 minggu. Terdapat dua macam vaksin polio: 1)

  IPV (Inactivated Polio Vaccine, Vaksin Salk), mengandung virus polio yang telah dimatikan dan diberikan dalam bentuk suntikan.

  2) OPV (Oral Polio Vaksin) mengandung vaksin hidup yang telah dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil dan cairan.

  c.

  DPT DPT adalah pemberian kekebalan secara simultan terhadap difteri, pertusis dan tetanus, disuntikkan secara intramuskuler dengan dosis bulan, dosis selanjutnya diberikan dengan interval paling cepat 4 minggu ( 1 bulan) . DPT merupakan vaksin yang mengandung tiga elemen yaitu: 1) Toksoid corynebacterium diphtheria (difteri). 2) Bakteri bardetella pertussis yang telah dimatikan (seluruh sel). 3)

  Toksoid clostridium tetani (tetanus). (Wahab, 2002 Hal 44-45) d. Hepatitis B

  Hepatitis B adalah penyakit liver (hati) dengan memberikan kekebalan aktif terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus hepatitis B.

  Disuntikan secara intramuskuler, pemberian sebanyak 3 dosis, dosis pertama diberikan pada usia 0-7 hari, dosis berikutnya dengan interval 4 minggu.

  e.

  Campak Imunisasi campak memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak. Imunisasi campak diberikan 1 dosis pada saat berumur 9 bulan atu lebih. Vaksin ini disuntikan secara subkutan sebanyak 0,5.

6. Cara Pemberian Imunisasi

  Berikut ini adalah cara pemberian imunisasi

Tabel 1.1 Cara pemberian imunisasi dasar

  Vaksin Dosis Cara Pemberian BCG 0,05 cc Intrakutan

  DPT 0,5 cc Intramuskuler POLIO 2 tetes Diteteskan ke mulut bayi CAMPAK 0,5 cc Subkutan biasanya dilengan kiri atas.

  HEPATITIS B 0,5 cc Intramuskuler pada paha bagian luar.

7. Jadwal Pemberian Imunisasi

  Jadwal pemberian adalah memberikan suntikan imunisasi pada bayi tepat pada waktunya. Memberikan suntikan imunisasi pada bayi tepat pada waktunya adalah faktor yang sangat penting untuk kesehatan bayi, yakinlah bahwa dengan membawa bayi untuk melakukan imunisasi salah satu yang terpenting dari bagian tanggung jawab sebagai orang tua. Imunisasi atau vaksinasi diberikan mulai lahir sampai awal masa kanak-kanak, imunisasi biasanya diberikan selama waktu pemeriksaan rutin ke rumah sakit atau puskes 26 februari 2010. Jadwal pemberian yang dimaksud yaitu :

Tabel 1.2 Jadwal Pemberian Imunisasi

  Jenis imunisasi Pemberian Selang waktu Sasaran imunisasi pemberian 1. 1 kali Bayi 0-11

  • 2. 3 kali 4 minggu Bayi 2-11

  BCG

  DPT 3. 4 kali 4 minggu Bayi 2-11

  Polio 4. 4 minggu Bayi 0-11

  Hepatitis B 3 kali 5. 1 kali Bayi 9-11

  Campak

B. Tinjauan Umum Tentang Bayi 1.

  Pengertian Bayi a.

  Bayi merupakan seorang manusia yang baru lahir sampai umur satu tahun, namun tidak ada batasan yang pasti (Choirunisa, 2009).

  b.

  Bayi dan anak balita adalah merupakan kelompok usia yang rentan terhadap penyakit menular perlu di lindungi dengan imunisasi (Notoatmodjo, 2003).

2. Ciri-ciri bayi normal a.

  Berat badan 2500-4000 gr b.

  Panjang badan lahir 48-52 cm c. Lingkar dada 30-38 cm d.

  Lingkar kepala 33-35 cm e. Bunyi jantung dalam menit-menit pertama kira-kira 180 x/menit, kemudian menurun sampai 120-140 kali/menit f.

  Pernapasan pada menit-menit pertama cepat kira-kira 80 kali/menit, kemudian menurun setelah kira-kira 40 kali/menit g.

  Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup terbentuk dan diliputi vernix caseosa h.

  Rambut lanugo telah tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna i.

  Kuku telah agak panjang dan lemas j. Genitalia: labia mayora sudah menutupi labia minora (pada perempuan), k.

  Reflek isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik l. Reflek moro sudah baik, bayi bila dikagetkan akan memperlihatkan gerakan seperti memeluk m.

  Graff reflek sudah baik, apabila diletakkan sesuatu benda di atas telapak tangan, bayi akan menggemggam/adanya gerakan reflex n.

  Eliminasi baik, urin dan mekoneum akan keluar dalam 24 jam pertama, mekoneum berwarna hitam kecoklatan (Arief , 2009 Hal 1).

3. Perubahan-perubahan yang terjadi pada bayi baru lahir a.

  Perubahan metabolisme karbohidrat Dalam waktu 2 jam setelah lahir akan terjadi penurunan kadar gula darah, untuk menambah energi pada jam-jam pertama setelah lahir diambil dari hasil metabolisme asam lemak, bila karena sesuatu hal misalnya bayi mengalami hipotermi, metabolism asam lemak tidak dapat memenuhi kebutuhan pada neonates maka kemungkinan besar bayi akan menderita hipoglikemia, misal pada bayi BBLR, bayi dari ibu yang menderita DM dan lain-lain.

  b.

  Perubahan Suhu Tubuh Ketika bayi lahir bayi berada pada suhu lingkungan yang lebih rendah dari suhu didalam rahim ibu. Apabila bayi dibiarkan dalam suhu kamar

  o

  25 c maka bayi akan kehilangan panas melalui konveksi, radiasi dan evaporasi sebanyak 200 kal/kg bb/menit. Sedangkan produksi panas yang dihasilkan tubuh bayi hanya 1/10 nya. Keadaan ini menyebabkan

  o yang rendah metabolisme jaringan meningkat dan kebutuhan oksigen pun meningkat.

  c.

  Perubahan Pernapasan Selama dalam uterus, janin mendapat O

  2 dari pertukaran gas melalui plasenta. Setelah bayi lahir pertukaran gas harus melalui paru-paru bayi.

  Pernapasan pertama pada bayi baru lahir terjadi normal dalam waktu 30 detik setelah lahir, tekanan rongga dada bayi pada saat melalui jalan lahir pervagina mengakibatkan cairan paru-paru (pada bayi normal jumlahnya 80 sampai 100 ml) kehilangan 1/3 dari jumlah cairan tersebut, sehingga cairan yang hilang ini diganti dengan udara. Paru-paru berkembang sehingga rongga dada neonates terutama pernapasan pada diafragmatik dan abdominal dan biasanya masih tidak teratur frekuensi dan dalam pernapasannya.

  d.

  Perubahan Sirkulasi Dengan berkembangnya paru-paru mengakibatkan tekanan 0 meningkat

  2

  dan tekanan CO

  2 menurun, hal ini mengakibatkan turunnya resistensi

  pembuluh darah paru sehingga aliran darah ke alat tersebut meningkat, hal ini menyebabkan darah dari arteri pulmonalis mengalir ke paru-paru dan ductus arteriosus menutup dengan menciutnya arteri dan vena umbilical kemudian tali pusat di potong aliran darah dari plasenta melalui vena cava invefior dan foramen oval atrium kiri terhenti. Sirkulasi janin sekarang berubah menjadi sirkulasi bayi yang hidup diluar badan ibu. e.

  Perubahan alat pencernaan hati, ginjal, dan alat lainnya mulai berfungsi (Arief, 2009 Hal 2-5).

C. Tinjauan Khusus tentang Variabel yang Diteliti 1.

  Pendidikan Pendidikan adalah pengalaman-pengalaman terprogram dalam bentuk formal, non formal, dan informal di sekolah dan di luar sekolah yang berlangsung seumur hidup yang bertujuan optimalisasi pertimbangan kemampuan-kemampuan individu agar dikemudian hari dapat menjalankan peran hidup secara tepat. (Mudyaharjo R,2002 Hal 95). Menurut bentuknya ada tiga jenis pendidikan di Indonesia yaitu : a.

  Pendidikan formal; pada pendidikan formal ada kurikulum, dosen, mahasiswa, bahan ajar, ruangan (tempat), dan waktu tertentu. Selain itu ada aturan dan tata tertib serta diakhiri dengan suatu evaluasi untuk mendapatkan sebuah ijazah.

  b.

  Pendidikan non formal; pendidikan non formal tidak memerlukan kurikulum walaupun direncanakan dengan baik dan diselenggarakan di ruang kelas, fleksibel dalam waktu, ruang, pengolahan, dan evaluasinya. Pada pendidikan ini diberikan sertifikat bagi peserta yang memenuhi syarat.

  c.

  Pendidikan informal; pendidikan informal berlangsung di rumah yang dilakukan oleh orang tua atau anggota keluarga. Pada pendidikan ini terjadi proses pengajara, pemberitahuan, nasehat, disiplin, contoh

  Pendidikan merupakan suatu usaha manusia untuk melestarikan hidupnya. Pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu usaha manusia untuk memebina kepribadiannya sesuai dengan nilai dan budaya masyarakat. Dengan demikian bagaimanapun peradaban suatu masyrakat melalui proses pendidikan tetap berlangsung. Seseorang yang memiliki pendidikan berarti terjadi interaksi dari dalam individu dengan masyarakat di sekitarnya baik dari kecerdasan, kemampuan, minat, dan pengalamannya. Oleh karena itu hasil akhir dari proses pendidikan adalah terjadinya perubahan tingkah laku individu atau masyarakat (Mudyaharjo R,2002 Hal 99).

  Semakin tinggi tingkat pendidikan keluarga, semakin luas pengetahuan yang dimiliki karena telah melelui proses belajar-mengajar yang tidak didapatkan pada tingkat pendidikan sebelumnya. Didalam proses belajar mengajar akan terjadi perubahan kea rah yang lebih baik, lebih dewasa dan lebih matang dalam diri individu (Notoatmodjo, 2003).

  Melalui pendidikan seseorang akan mampu berfikir obyektif untuk perubahan perilaku yang lebih baik. Dengan demikian semakin tinggi tingkat pendidikan keluarga diharapkan kemampuan dalam melaksanakan peran dan fungsi keluarga akan lebih baik khususnya dalam melaksanakan kegiatan imunisasi.

2. Pengetahuan

  Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” , dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan terjadi melalui pancaindra manusia yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. (Notoatmodjo, 2003 Hal 127-128) . Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yakni : a.

  Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

  b.

  Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajarinya. c.

  Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipeljari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan atau penggunaan hokum-hokum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

  d.

  Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata kerja: dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

  e.

  Sintesis (synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan- rumusan yang telah ada. f.

  Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu criteria-kriteria yang telah ada. Pengetahuan keluarga tentang kesehatan diperlukan untuk menyusun dan menjalankan aktivitas-aktivitas pemeliharaan kesehatan dan peningkatan kesehatan anggota keluarganya. Pengetahuan keluarga tentang kesehatan banyak ditentukan oleh kelas sosial masyrakat. (Natoatmodjo,2003).

3. Sikap (Attitude)

  Sikap adalah merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. (Natoatmodjo, 2003 Hal 130) a.

  Komponen Pokok Sikap Dalam bagian lain Allport menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok.

  1). Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek. 2). Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek 3). Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)

  Ketiga komponen itu secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Suatu contoh seorang ibu telah mendengar tentang penyakit

  Pengetahuan ini akan membawa ibu untuk berfikir dan berusaha supaya anaknya tidak terkena polio. Dalam hal berfikifr ini komponen emosi dan keyakinan ikut kerja sehingga ibu tersebut berniat mengimunisasikan anaknya untuk mencegah supaya anaknya tidak terkena polio. Ibu ini mempunyai sikap tertentu terhadap objek yang berupa penyakit polio.

  b.

  Tingkatan Sikap Seperti halnya dengen pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tindakan.

  1). Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulasi yang diberikan objek.

  2). Merespon (responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah indikasi dari sikap karena suatu usaha untuk menjawab pertayaan atau mengerjakan tugas yang diberikan terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut. 3). Menghargai (valuating)

  Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya seorang ibu mengajak ibu yang lain untuk pergi menimbang anaknya ke Posyandu, atau mendiskusikan tentang gizi. Adalah suatu bukti bahwa si ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.

  4). Bertanggung jawab (responsible) Bertanggung jawab atas segalah sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapat tantangan dari mertua atau orang tuanya sendiri.

D. Tinjauan Islam Tentang Imunisasi Dasar Pada Bayi

  Dalam islam kita juga dianjurkan berusaha untuk melindungi dan memelihara fisik dari penyakit dan menjelaskan betapa pentingnya menjaga kesehatan fisisk. Sebagaimana yang tercantum dalam Al-Quran surat yunus ayat 57.

  Terjemahanya: Hai manusia, Sesungguhnya Telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.

BAB III KERANGKA KONSEP A. Dasar Pemikiran Variabel Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak di

  imunisasi berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten terhadap suatu penyakit, tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit yang lain. (Notoatmodjo, 2003:)

  Berbagai penyakit dewasa ini dapat dicegah melalui usaha imunisasi adalah Difteri, Pertusis, dan Tetanus, Tubercolosis, Campak dan Poliomyelites serta Hepatitis B. Pemberian imunisasi terhadap penyakit- penyakit tersebut merupakan imunisasi dasar (Notoatmodjo, 2003)

  Dari hasil penelusuran kepustakaan dapat diidentifikasi beberapa faktor yang berhubungan dengan pemberian imunisasi yaitu pendidikan keluarga, pengetahuan keluarga, B.

   Skema Kerangka Konsep

  Dengan kerangka teori tersebut diatas maka dapat dirumuskan kerangka konsep atau pola pikir penelitian sebagai berikut: Pendidikan Pemberian Pengetahuan imunisasi dasar pada bayi

  Sikap Jadwal pemberian imunisasi Ketersediaan pelayanan

  Keterangan: : Variabel Independen

  : Variabel Dependen : Variabel yang diteliti :Variabel yang tidak diteliti C.

   Definisi Operasional dan Kriteria Objektif 1.

   Pendidikan orang tua adalah jenis pendidikan formal yang telah diikuti khususnya ibu sampai tamat, di wilayah kerja Puskesmas Kassi-Kassi.

  Kriteria Objektif: Rendah : Apabila pendidikan ibu tamat tingkat SMP ke bawah Tinggi : Apabila pendidikan ibu tamat tingkat SMA ke atas.

  2. Pengetahuan adalah orang tua tentang pengertian, tujuan, manfaat dan dampak pemberian imunisasi dasar yang meliputi: BCG, Polio, DPT, Hepatitis B, dan Campak. Kriteria Objektif: Tahu : Jika ibu mampu menjawab dengan benar lebih dari atau sama dengan 50 % seluruh pertayaan.

  Tidak tahu : Jika responden mampu menjawab dengan benar kurang dari 50% pertanyaan.

3. Sikap adalah Pandangan atau ide, dan keyakinan orang tua terhadap pemberian imunisasi dasar pada bayi.

  Kriteria objektif Baik : Jika ibu mampu menjawab dengan benar lebih dari atau sama dengan 50 % pertanyaan.

  Tidak baik : Jika responden mampu menjawab dengan benar kurang dari 50% pertanyaan.

BAB IV METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dimana penelitian

  menguraikan atau memberi gambaran atau diskripsi tentang suatu keadaan secara objektif mengenai Pemberian Imunisasi Dasar Pada Bayi Puskesmas Kassi-Kassi.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1.

  Lokasi penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Kassi-Kassi Makassar.

2. Waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan 26 Juli sampai 07 Agustus 2010.

C. Populasi dan Sampel 1.

  Populasi Populasi pada penelitian ini adalah keseluruhan ibu yang membawa bayinya pada jadwal imunisasi di Puskesmas Kassi-Kassi

2. Sampel

  Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik Accidental Sampling yaitu ibu yang membawa bayinya di Puskesmas Kassi-Kassi pada bulan 26 Juli sampai 07 Agustus 2010

  D. Instrumen Penelitian

  Pada penelitian ini menggunakan kuesioner tentang pendidikan, pengetahuan dan sikap ibu.

  E. Metode Pengumpulan Data

  Dalam penelitian ini, informasi yang diperlukan didapatkan melalui data primer, yaitu data yang diperoleh dengan cara kunjungan ke lokasi penelitian dan membagikan kuesioner untuk diisi sendiri oleh responden. Kuesioner yang dibagikan berupa pertanyaan yang menggali pengetahuan, pendidikan dan sikap ibu

  F. Pengolahan Data

  Pengolahan data dilakukan secara manual dengan menggunakan kalkulator, data dikumpulkan melalui kuesioner dengan daftar pertanyaan berbentuk multiple choise (pilihan ganda), data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekwensi.

  G. Analisa Data

  Analisa data dilakukan secara analisis deskriptif berupa distribusi dan menggunakan tabel untuk gambaran tentang variabel-variabel yang diteliti.

  Rumus : P = f / n x 100% Dimana :

  P = Persentase f = Frekwensi variabel

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan tingkat pendidikan,

  pengetahun dan sikap ibu terhadap pemberian imunisasi dasar pada bayi di Puskesmas Kassi-Kassi Makassar diperoleh sampel sebanyak 40 responden, yang kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi yang disajikan berikut ini:

  Tabel 5. 1 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Ibu Terhadap Pemberian Imunisasi

  Dasar Pada Bayi Di Puskesmas Kassi-Kassi Makassar Tahun 2010

  Tingkat Pendidikan F % Rendah

  Tinggi

  12

  28

  30

  70 Jumlah 40 100 Sumber: Data primer, 2010

  Dari tabel 5.1 di atas, dapat disimpulkan bahwa responden yang mempunyai pendidikan rendah sebanyak 12 (30%) responden, dan responden yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi sebanyak 28 (70%).

  Tabel 5. 2 Distribusi Frekuensi Pengetahun Ibu Terhadap Pemberian Imunisasi Dasar Pada

  Bayi Di Puskesmas Kassi-Kassi Makassar Tahun 2010 Tingkat Pengetahuan F %

  Tahu 35 87,5 Tidak Tahu 5 12,5

  Jumlah 40 100 Sumber: Data primer, 2010

  Dari tabel 5.2 di atas, dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden mengetahui tentang pemberian imunisasi dasar pada bayi. Hal ini nampak pada 40 orang responden, 35 orang (87,5%) mengetahui tentang pemberian imunisasi dasar pada bayi, sedangkan hanya 5 orang (12,5%) tidak mengetahui pemberian imunisasi dasar pada bayi.

  Tabel 5. 3 Distribusi Frekuensi Sikap Ibu Terhadap Pemberian Imunisasi Dasar Pada Bayi

  Di Puskesmas Kassi-Kassi Makassar Tahun 2010 Sikap F %

  Baik 33 82,5 Tidak Baik 7 17,5

  Jumlah 40 100 Sumber: Data primer, 2010

  Dari tabel 5.3 di atas, dapat disimpulkan bahwa hampir semua (82,5%) responden mempunyai sikap yang baik terhadap pemberian imunisasi dasar pada bayi dan sikap yang tidak baik hanya 7 orang (17,5%).

  Berdasarkan hasil penelitian tersebut diatas, maka peneliti mencoba membahas tentang hubungan antara tingkat pendidikan, pengetahuan dan sikap ibu terhadap pemberian imunisasi dasar pada bayi di Puskesmas Kassi-Kassi Makassar.

  Adapun variabel-variabel yang diteliti antara lain: 1. Tingkat Pendidikan Ibu Terhadap Pemberian Imunisasi Dasar Pada Bayi

  Dari hasil penelitian di dapatkan responden yang mempunyai pendidikan rendah sebanyak 12 (30%) responden, dan responden yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi sebanyak 28 (70%). Ini menunjukkan mayoritas responden mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi. Dengan demikian semakin tinggi tingkat pendidikan keluarga diharapkan kemampuan dalam melaksanakan peran dan fungsi keluarga akan lebih baik khususnya dalam melaksanakan kegiatan imunisasi. Hal ini dapat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan dan sikap responden terhadap pemberian imunisasi dasar pada bayi.

  Sebagaimana kita ketahui bahwa Pendidikan adalah pengalaman- pengalaman terprogram dalam bentuk formal, non formal, dan informal di sekolah dan di luar sekolah yang berlangsung seumur hidup yang bertujuan optimalisasi pertimbangan kemampuan-kemampuan individu agar dikemudian hari dapat menjalankan peran hidup secara tepat. (Mudyaharjo R, 2002 Hal 95).

2. Pengetahun Ibu Terhadap Pemberian Imunisasi Dasar Pada Bayi

  Dari hasil penelitian didapatkan 35 orang (87,5%) responden mengetahui tentang pemberian imunisasi dasar pada bayi, dan hanya 5 orang (12,5%) tidak mengetahui. Hal ini di sebabkan karena mayoritas responden mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi serta informasi yang telah didapat dari petugas kesehatan ataupun pengalaman sendiri. Seseorang yang memiliki pendidikan berarti terjadi interaksi dari dalam individu dengan masyarakat di sekitarnya baik dari kecerdasan, kemampuan, minat, dan pengalamannya.

  Sebagaimana kita ketahui, pengetahua n merupakan hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan terjadi melalui pancaindra manusia yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. (Notoatmodjo, 2003 Hal 127-128) .

3. Sikap Ibu Terhadap Pemberian Imunisasi Dasar Pada Bayi

  Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hampir semua (82,5%) responden mempunyai sikap yang baik terhadap pemberian imunisasi dasar pada bayi dan sikap yang tidak baik hanya 7 orang (17,5%). Hal ini dipengaruhi oleh pendidikan yang tinggi dan pengetahuan responden terhadap sikap ibu terhadap imunisasi dasar pada bayi.

  Pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting terhadap penentuan sikap seseorang. Sebagaimana kita ketahui Sikap adalah merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. (Natoatmodjo, 2003 Hal 130)

  PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Di Puskesmas Kassi-Kassi Makassar

  tentang hubungan antara tingkat pendidikan, pengetahuan dan sikap ibu terhadap pemberian imunisasi dasar pada bayi dapat disimpulkan bahwa:

  1. Ada hubungan antara pendidikan Orang tua dengan pemberian imunisasi dasar pada bayi di Puskesmas Kassi-kassi Makassar dilihat dari mayoritas (70%) respoden mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi.

  2. Ada hubungan antara pengetahuan Orang tua dengan pemberian imunisasi dasar pada bayi di Puskesmas kassi-kassi Makassar, dilihat dari 35 (87,5%) responden mengetahui tentang pemberian imunisasi dasar pada bayi.

  3. Ada hubungan antara sikap Orang tua dengan pemberian imunisasi dasar pada bayi di Puskesmas kassi-kassi Makassar, dilihat dari hampir semua (82,5%) responden mempunyai sikap yang baik terhadap pemberian imunisasi dasar pada bayi.

B. Saran

  Berdasarkan kesimpulan penelitian di atas, maka disarankan hal-hal sebagai berikut:

  1. Di harapkan kepada pihak puskesmas agar dapaat memberikan informasi tentang pentingnya pemberian imunisasi dasar yang lengkap pada bayi dan lebih meningkatkan pencapaian target imunisasi dasar pada bayi di wilayah kerjanya.

Dokumen yang terkait

Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Dengan Status Imunisasi Bayi di Puskesmas Namorambe Tahun 2008

0 43 71

Pengetahuan Mahasiswi tentang Pemberian ASI di Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 89

Gambaran Faktor Psikososial terhadap Kinerja pada Petugas Kesehatan di Puskesmas Kassi-kassi Kota Makassar - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 129

Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Senam Hamil di RSIA Siti Fatimah Makassar - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 1 79

Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Pendidikan Ibu Primigravida Terhadap Kejadian Anemia di RSIA Siti Fatimah - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 75

Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu Pekerja tentang ASI Perah di Puskesmas Antang Tahun 2014 - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 86

Gambaran Pelayanan Antenatal Care oleh Bidan di Puskesmas Kassi-kassi - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 9 91

Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Dini di RB. Mattiro Baji Gowa Tahun 2016. - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 121

Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi Usia 0-12 di Puskesmas Bontonompo 2 Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa Tahun 2016 - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 88

Perbedaan Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Alat Kontrasepsi Suntikan Cyclofem dan Depo Progestin di Puskesmas Kassi-Kassi Makassar - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 56