HUBUNGAN LINGKUNGAN SOSIAL, DUKUNGAN KELUARGA DAN BEBAN KERJA TERHADAP PERILAKU BERISIKO HIPERTENSI - Repository UM Pontianak

  

HUBUNGAN LINGKUNGAN SOSIAL, DUKUNGAN KELUARGA DAN

BEBAN KERJA TERHADAP PERILAKU BERISIKO HIPERTENSI

(Studi: Pegawai Negeri Sipil di Dinas se Kota Mempawah)

  1

  

2

  2 Nurshalawaty , Mardjan , Andri Dwi Hernawan,

  1 Mahasiswa Peminatan Promosi Kesehatan & Ilmu Prilaku Fakultas Ilmu

  Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pontianak tahun 2013

  2 Dosen Tetap Pengajar bagian Promosi Kesehatan & Ilmu Prilaku Fakultas Ilmu

  Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pontianak

  3 Pengajar Epidemiologi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah

  Pontianak ABSTRAK

  Kecenderungan semakin meningkatkan prevalensi penyakit tidak menular di masyarakat disebabkan oleh morbiditas dan mortalitas data puskesmas dan rumah sakit di kabupaten pontianak menyebutkan bahwa tahun 2012 tercatat 484 kasus hipertensi berdasarkan jenis kelamin perempuan 51,03% dan laki-laki 48,97% sumber data yang sama kategori umur penderita berusia 45-54 tahun 2010 sebanyak 23,67% tahun 2011 sebanyak 26,62% dan tahun 2012 sebanyak 29,23% (Dinkes Provinsi kalimantan Barat) Untuk mengetahui hubungan antara Lingkungan Sosial, Dukungan Keluarga dan Beban Kerja terhadap Perilaku Berisiko Hipertensi pada Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Dinas se Kota Mempawah. Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Besar sampel penelitian ini 156 orang. Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner, Uji statistik yang digunakan

  

Chi Square. Berdasarkan hasil penelitian ini,variabel yang berhubungan dengan

  perilaku berisiko hipertensi Studi: Pegawai Negeri Sipil di Dinas se Kota Mempawah yaitu lingkungan sosial (P value = 0,037; PR = 1,315), lingkungan keluarga (P value = 0,000 ; PR = 1,578) dan variabel yang tidak berhubungan yaitu beban kerja (P value = 0,430) Untuk pegawai Perlunya dukungan sosial dari keluarga dan teman-teman yang dapat menjadi kelompok pendukung untuk membantu memahami perilaku berisiko yang dapat menyebabkan risiko terjadinya hipertensi.Bagi peneliti yang akan melakukan penelitian tentang perilaku berisiko hipertensi, diharapkan dapat meneliti lebih dalam lagi dan mengembangkan variabel-variabel yang belum pernah diteliti sebelumnya

  Kata Kunci : hipertensi, lingkungan sosial, dukungan keluarga, beban kerja

  

ABSTRACT

  

The tendency increasingly of uncontagious disease prevalension in the society is

influenced by morbidity and mortality. The data of clinics and hospitals in

Pontianak regency noted that in 2012 there were 484 hypertension cases based

on female 51.03% and male 48.97%. The same data sources ware categorized of

pasients aged 45-54 were 23.67% in 2010 and 26.62% in 2011 and there were

29.23% in 2012 (Health Department of West Kalimantan Province).

To find out the relationship between Social Environment, Family Support and

Workload to the Hypertension Risk Behavior in Public Servants at Official

Environment of Mempawah City.

This research used analitic observasional with cross sectional approach. The

samples in this study were 156 people. The instrument of data collecting used was

questionnaire, then Chi Square for statistical test.

Based on the result, the variables associated to the hypertension risk behavior, a

Study : Public Servants at Official Environment of Mempawah City ware social

society (P value = 0.037; PR = 1.315), family environment (P value = 0.000 ; PR

= 1.578) and the unassociated variable was workload (P value = 0.430).

For the employee needs to be supported from his or her family or friends that can

be a supporting group to help understand the risky behavior that can lead to the

risk of hipertension. For the researcher who will do research about hypertension

risk behavior hoped to do study deeper and develops the variables that never been

studied previously. Keywords : hypertension , social environment , family support , workload .

  

Pendahuluan Data (WHO) tahun 2000 di

  Hipertensi dewasa ini menjadi seluruh dunia, sekitar 972 juta orang masalah global karena atau 26,4% penduduk seluruh dunia kecenderungan prevalensinnya menderita hipertensi. Angka ini akan semakin meningkat dan menjadi meningkat 29,2% di tahun 2025. ancaman semua orang. Istilah lain Dari 972 juta hipertensi, 333 juta untuk hipertensi adalah Silent killer berada di negara maju dan 639 disebut demikian karena penyakit ini sisanya berada di negara sedang biasanya menyerang tanpa tanda- berkembang, termasuk Indonesia. Di

  1

  tanda . dunia, sekitar 7,6 juta orang pada

  3 tahun 2010 meninggal.

  Hipertensi didefinisikan Di Indonesia lebih tinggi jika sebagai tekanan darah persisten dibandingkan dengan Singapura dimana tekanan sistoliknya di atas yang mencapai 27,3%, Thailand 140 mmHg dan diastoliknya di atas dengan 22,7% dan Malaysia

  2 90 mmHg.

  mencapai 20%.Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)

  2004, di Indonesia prevalensi hipertensi perkiraan 13,4%-14,5%.

2 Depkes RI tahun 2007

  Analisis yang digunakan untuk pendekatan kuantitatif antara lain analisis univariat dan analisis bivariat. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji melalui uji chi-square (X

4 Data PUSKESMAS dan

  Rumah Sakit juga menunjukkan bahwa dari tahun 2010- 2012 kejadian hipertensi pada kategori umur penderita terbesar berusia 45- 54 .

  menunjukkan pada penduduk umur > 18 tahun adalah 29,8%. hipertensi menduduki peringkat ketiga penyebab kematian utama.

  ) dengan tingkat kepercayaan 95% dan level signifikan 5%.

  2

5 Kunjungan Pegawai Negeri

  Simple Random Sampling,

  44

  Sipil di Lingkungan Kabupaten Pontianak ke Rumah SakitUmum Daerah Rubini untuk melakukan pengobatan hipertensi 3 bulan terakhir sebanyak 65 orang. Jumlah kunjungan nonpegawai sebanyak 484 pasien.

  Metode

  Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa rata – rata umur pegawai berusia 36-45 tahun, yaitu berjumlah 61 orang (39,1%).sedangkan pegawai paling sedikit berusia 56-65 tahun yaitu berjumlah 1 orang (0,6%). Pegawai berjenis kelamin

  84 Sumber : Data Primer Tahun 2013

  16

  66

  34

  32,1 39,1 28,2 0,6

  56 103 25 131

  1

  61

  merupakan pemilihan sampel dengan cara menyeleksi setiap populasi secara random (acak). Oleh karena itu, peneliti memberi hak yang sama kepada setiap subjek untuk memperoleh kesempatan dipilih menjadi sampel.

  50

  Prehipertens i

  3 Umur 26-35 36-45 46-55 56-65 Jenis Kelamin Perempuan Laki-Laki Tekanan Darah Hipertensi

  2

  Penelitian ini dilakukan di lingkungan dinas yang ada di Kota Mempawah. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2013 hingga September 2013. Metode yang digunakan observasi analitik dengan pendekatan cross

  Persentase (%)

  Karakteristik Responden Jumla h

  Hasil Karakteristik Responden Tabel 1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Pegawai Negeri Sipil di Dinas se Kota Mempawah N o

  sectional. Populasi dalam penelitian

  ini adalah 565 seluruh Pegawai Negeri Sipil di Dinas se Kota Mempawah. sampel sebanyak 156 orang yang responden dari penelitian ini adalah seluruh Pegawai Negeri Sipil di Dinas se Kota Mempawah Tehnik pengambilan sampel dengan menghitung jumlah dari masing- masing Dinas se Kota Mempawah.

  Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara

  1 laki – laki yaitu 103 Orang (66,0 pegawai yang hipertensi yaitu 25 Orang (16%).

  Analisis Univariat

Tabel 2

Distribusi Frekuensi Berdasarkan lingkungan sosial, Dukungan Keluarga dan

  

Beban Kerja Pegawai Negeri Sipil di Dinas se Kota Mempawah

No Variabel Frekuensi Persentase (%)

  1

  2

  3

  4 Lingkungan Sosial Tidak Mendukung Mendukung Dukungan Keluarga Tidak Mendukung Mendukung Beban Kerja Tidak Terbebani Terbebani Perilaku Berisiko Tidak berisiko Berisiko

  87

  69

  85

  71

  79

  77 101 55 55,8

  44,2 54,5 45,5 50,6 49,4 64,7 35,3

  Sumber : Data Primer Tahun 2013

  Berdasarkan tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa frekuensi responden dengan lingkungan sosial yang tidak mendukung yaitu sebesar 55,8% lebih besar dibandingkan responden dengan lingkungan sosial yang mendukung (44,2%). Frekuensi responden yang tidak mendapat dukungan keluarga yaitu sebesar (54,5%) lebih besar dibandingkan responden yang mendapat dukungan keluarga (45,5). Frekuensi responden dengan beban kerja yang tidak terbebani yaitu sebesar 50,6% lebih besar dibandingkan responden dengan beban kerja yang terbebani. 49,4%. Frekuensi responden dengan perilaku berisiko hipertensi yaitu sebesar 64,7% lebih besar dibandingkan responden dengan perilaku tidak berisiko hipertensi.

  Analisis Bivariat

Tabel 3

Hasil Analisis Hubungan Antara Lingkungan Sosial, Dukungan

  Keluarga Dan Beban Dengan Perilaku Berisiko Hipertensi Kerja Pegawai Negeri Sipil Di Dinas Se Kota Mempawah Perilaku Berisiko PR hipertensi (CI :

  

No Variabel P value

Berisiko Tidak 95%) Berisiko

  1 Lingkungan Sosial Tidak 72 % 27,6 % 0,037 1,315 Mendukung

  (1,025- Mendukung 55,1% 44,9% 1,687)

  2 Dukungan Keluarga Tidak 76,5% 23,5% 0,001 1,508 Mendukung

  (1,165- Mendukung 50,7% 49,3% 1,952)

  3 Beban Kerja Tidak 68,4% 31,6 0,430 1,120 Terbebani

  (0,887- Terbebani 61,7% 39,0 1,414) Sumber : Data Primer Tahun 2013

  Berdasarkan analisa lanjut dari α = 0,05 yang artinya Ho ditolak menggunakan uji Chi-Square (Ha diterima), jadi dapat diperoleh nilai p = 0,037 lebih kecil disimpulkan bahwa ada hubungan antara lingkungan sosial dengan perilaku berisiko hipertensi pada Pegawai Negeri Sipil di Dinas se Kota Mempawah.

  Hasil analisis diperoleh nilai PR = 1,315 dengan 95% (CI) = 1,025 – 1,687 artinya Prevalensi perilaku berisiko hipertensi pada lingkungan sosial yang tidak mendukung 1,315 kali lebih banyak dibandingkan dengan lingkungan sosial yang mendukung.

  Hasil analisis untuk dukungan keluarga terhadap risiko hipertensi dengan menggunakan uji Chi-Square diperoleh nilai p = 0,001 lebih kecil dari α = 0,05 yang artinya Ho ditolak (Ha diterima), jadi dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga dengan perilaku berisiko hipertensi pada Pegawai Negeri Sipil di Dinas se Kota Mempawah.

  Hasil analisis diperoleh nilai PR = 1,508 dengan 95% (CI) = 1,165 – 1,952 artinya Prevalensi perilaku berisiko hipertensi pada dukungan keluarga yang tidak mendukung 1,508 kali lebih banyak dibandingkan dengan dukungan keluarga yang mendukung.

  Hasil analisis untuk beban kerja terhadap risiko hipertensi dengan menggunakan uji Chi-Square diperoleh nilai p = 0,430 lebih besar dari α = 0,05 yang artinya Ho diterima (Ha ditolak), jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara beban kerja dengan perilaku berisiko hipertensi pada Pegawai Negeri Sipil di Dinas se Kota Mempawah. Berdasarkan analisis diperoleh pula nilai PR =

  1,120 dengan 95% (CI) 0,887 – 1,414 artinya prevalensi perilaku berisiko hipertensi pada beban kerja yang tidak terbebani 1,120 kali lebih banyak dibandingkan dengan beban kerja yang terbebani.

  Pembahasan

  1. Hubungan antara Lingkungan Sosial dengan Perilaku Berisiko Hipertensi pada Pegawai Negeri Sipil di Dinas se Kota Mempawah.

  Distribusi frekuensi berdasarkan lingkungan sosial responden sebagian besar berada pada kategori tidak mendukung berjumlah 87 orang (55,8%) dan pada kategori mendukung berjumlah 69 orang (44,2%). Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dilapangan, ditemukan bahwa sebagian besar lingkungan sosial responden yang termasuk dalam kategori tidak mendukung cenderung untuk memiliki perilaku berisiko hipertensi (72,4%) lebih besar dibandingkan responden yang termasuk dalam kategori mendukung (55,1%).

  Pola perilaku (behavioral

  patterns) akan selalu berbeda dalam

  situasi atau lingkungan sosial yang berbeda, dan senantiasa berubah, tidak ada yang menetap (fixed). Gaya hidup individu, yang dicirikan dengan pola perilaku individu, akan memberi dampak pada kesehatan individu dan selanjutnya pada kesehatan orang lain. Dalam gaya hidup sehat seseorang dapat diubah dengan cara memberdayakan individu agar merubah gaya hidupnya, tetapi merubahnya bukan pada individu saja, tetapi juga merubah lingkungan sosial dan kondisi kehidupan yang mempengaruhi pola perilakunya. Dalam kaitannya dengan penelitian ini, perilaku berisiko hipertensi akan selalu berbeda sesuai dengan situasi atau lingkungan sosial tertentu dimana orang tersebut berada, sehingga memungkinkan setiap orang memiliki perilaku berisiko hiperteni yang berbeda, tergantung seberapa besar pengaruh lingkungan sosial terhadap perubahan perilaku orang tersebut.

  Berdasarkan observasi awal, rata- rata kondisi lingkungan sosial

  yang menyangkut aspek sosial ditempat kerja dan tempat tinggal dalam kelompok masyarakat di Dinas se Kota Mempawah adalah perokok. Dimana kondisi lingkungan sosial yang menyangkut aspek sosial ditempat kerja dan tempat tinggal seperti kebiasaan merokok,

  mengkonsumsi alkohol,pola makan

  merupakan pemicu perilaku berisiko hipertensi.

  Berdasarkan analisa lanjut menggunakan uji Chi-Square diperoleh nilai p = 0,037 lebih besar dari α = 0,05 yang artinya Ho ditolak (Ha diterima), jadi dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara lingkungan sosial dengan perilaku berisiko hipertensi pada Pegawai Negeri Sipil di Dinas se Kota Mempawah.

  Hasil analisis diperoleh nilai PR = 1,315 dengan 95% (CI) = 1,025 – 1,687 artinya Prevalensi perilaku berisiko hipertensi pada lingkungan sosial yang tidak mendukung 1,315 kali lebih banyak dibandingkan dengan lingkungan sosial yang mendukung.

  Berdasarkan teori dan hasil penelitian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa lingkungan sosial ternyata mempengaruhi perilaku berisiko terhadap hipertensi maka saran yang dapat diberikan yaitu agar keluarga senantiasa mencari dan memberitahukan informasi tentang perilaku yang berisiko terhadap hipertensi yang diketahuinya kepada keluarganya.

  2. Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Perilaku Berisiko Hipertensi pada Pegawai Negeri Sipil di Dinas se Kota Mempawah

  Distribusi frekuensi berdasarkan dukungan keluarga responden sebagian besar berada pada kategori tidak mendukung berjumlah 85 orang (54,5%) dan pada kategori mendukung berjumlah 71 orang (45,5%). Dari hasil penelitian, dikemukan bahwa sebagian besar dukungan keluarga responden yang termasuk dalam kategori tidak mendukung cenderung untuk memiliki perilaku berisiko hipertensi (76,5%) lebih besar dibandingkan dengan responden yang termasuk dalam kategori mendukung (50,7%).

  Berdasarkan observasi awal, rata- rata dukungan yang diberikan

  keluarga dalam kelompok masyarakat di Dinas se Kota Mempawah adalah menu makanan yang disediakan dirumah selalu ada menu berbahan dasar sayur-sayuran. Menurut Aisyiyah mengkonsumsi buah dan sayuran >400 gr/hari dapat menurukan risiko hipertensi karena didalam buah dan sayuran terdapat zat antioksidan.

  7 Dukungan keluarga dalam penanggulangan kejadian hipertensi dapat berupa perhatian terhadap jumlah keterkandungan garam dalam makanan, tinggi lemak, kurang serat, serta suasana keluarga yang hangat, sehingga dapat turut meringankan efek dari beratnya beban pekerjaan yang diterima. Dukungan keluarga dapat berupa sharing pengalaman anggota keluarga atau teman yang pernah menderita hipertensi, sehingga akan lebih menimbulkan ketakutan individu terhadap hipertensi dibandingkan yang tidak memiliki pengalaman tersebut. Perasaan takut terhadap penyakit tersebut akan membuat seseorang berusaha mencegahnya. Menurut penelitian yang dilakukan Marpaung di Deli Serdang (2005) diketahui bahwa 48,8 % responden mengetahui informasi tentang hipertensi dari teman dan keluarga.

  (Continuity Correction) diperoleh nilai p = 0,001 lebih kecil dari α = 0,05 yang artinya Ho ditolak (Ha diterima), jadi dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga dengan perilaku berisiko hipertensi pada Pegawai Negeri Sipil di Dinas se Kota Mempawah. Hasil analisis diperoleh nilai PR = 1,508 dengan 95% (CI) = 1,165 – 1,952 artinya Prevalensi perilaku berisiko hipertensi pada dukungan keluarga yang tidak mendukung 1,508 kali lebih banyak dibandingkan dengan dukungan keluarga yang mendukung.

  Penelitian lain yang dilakukan oleh Putri (2011) Berdasarkan perilaku keluarga dalam pengaturan diit hipertensi, 53 responden (51%) positif dalam mengatur diit hipertensi. Dari 104 responden yang mengikuti penelitian ini juga diperoleh hasil, 70 responden di antaranya mengalami hipertensi rendah. Dari uji statistik Chi-Square, diperoleh p < 0,05 (p = 0,000) sehingga diperoleh kesimpulan ada hubungan antara perilaku keluarga dalam pengaturan diit terhadap derajat hipertensi di Puskesmas Sidomulyo Panam.

  9 Berdasarkan teori dan hasil

  penelitian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa perilaku berisiko hipertensi pada Pegawai Negeri Sipil di Dinas se Kota Mempawah dapat terjadi karena rendahnya dukungan keluarga pada pegawai, baik dalam hal kepatuhan dalam menjalankan diet hipertensi maupun menasehati agar tidak melakukan perilaku yang berisiko terhadap hipertensi dan saran yang dapat diberikan pada variabel dukungan keluarga yaitu agar keluarga senantiasa mencari dan memberitahukan informasi tentang perilaku yang berisiko terhadap hipertensi yang diketahuinya kepada keluarganya. Selain itu, perlu adanya revitalisasi papan informasi dalam menyampaikan berbagai informasi khususnya perilaku yang berkaitan dengan hipertensi dan upaya pencegahannya.

8 Hasil uji Chi-Square

  3. Hubungan antara Beban Kerja dengan Perilaku Berisiko Hipertensi pada Pegawai Negeri Sipil di Dinas se Kota Mempawah

  Distribusi frekuensi berdasarkan beban kerja responden sebagian besar berada pada kategori terbebani berjumlah 79 orang (50,6%) dan pada kategori tidak terbebani berjumlah 77 orang (49,4%). Hasil analisis dari tabel bivariat menunjukkan bahwa responden dengan beban kerja yang tidak terbebani cenderung untuk memiliki perilaku berisiko terhadap hipertensi sebesar (68,4%) lebih besar dibandingkan responden dengan beban kerja yang terbebani (61,0%).

  Beban kerja adalah besaran pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu jabatan/unit organisasi dan merupakan hasil kali antara volume kerja dan norma waktu. Beban kerja merupakan dampak yang timbul dari intensitas pekerjaan, yang menimbulkan perasaan tertekan sehingga dapat meningkatkan perilaku yang secara tidak langsung menaikkan tekanan darah.

  Hasil uji Chi-Square (Continuity Correction) diperoleh nilai p = 0,430 lebih besar dari α = 0,05 yang artinya Ho diterima (Ha ditolak), jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara beban kerja dengan perilaku berisiko hipertensi pada Pegawai Negeri Sipil di Dinas se Kota Mempawah.

  Berdasarkan analisis diperoleh pula nilai PR = 1,120 dengan 95% (CI) 0,887 – 1,414 artinya prevalensi perilaku berisiko hipertensi pada beban kerja yang terbebani 1,120 kali lebih banyak dibandingkan dengan beban kerja yang tidak terbebani.

  Hasil penelitian didukung oleh penelitian Sudewi (1999) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara beban kerja pada Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Instansi Pemerintahan di Kota Jakarta dengan hipertensi. Sehingga disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan

  (hipertensi) ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaaan dan tradisi dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu, ketersediaan fasilitas, sikap dan perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku. Tidak terbuktinya hubungan antara beban kerja dengan perilaku berisiko hipertensi pada Pegawai Negeri Sipil di Dinas se Kota Mempawah dapat disebabkan karena beban kerja bukanlah faktor yang secara langsung menyebabkan seseorang melakukan perilaku yang berisiko terhadap hipertensi.

  10 Berdasarkan dari hasil

  penelitian maka saran yang dapat diberikan pada variabel beban kerja yaitu perlu adanya pemberian reward kepada pegawai yang berprestasi serta menciptakan suasana kerja yang kondusif agar produktifitas kerja dapat dicapai secara maksimal, serta dapat terhindar dari berbagai penyakit yang ditimbulkan akibat beban kerja yang terlalu berat.

  Kesimpulan

  Berdasarkan hasil dari pembahasan pada bab V maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

  1. Ada hubungan antara lingkungan

  sosial dengan perilaku berisiko hipertensi pada Pegawai Negeri Sipil di Dinas se Kota Mempawah (p value= 0,037 ; PR = 1,315).

  2. Ada hubungan antara dukungan

  keluarga dengan perilaku berisiko hipertensi pada Pegawai Negeri Sipil di Dinas se Kota Mempawah (p value = 0,001 ; PR = 1,508)

  3. Tidak ada hubungan antara beban

  kerja dengan perilaku berisiko hipertensi pada Pegawai Negeri Sipil di Dinas se Kota Mempawah (p value = 0,430).

  Saran

  Adapun saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Bagi Pegawai Instansi Terkait

  a. Diharapkan kepada pegawai instansi yang sudah memiliki perilaku berisiko hipetensi untuk dapat mengurangi rokok karena didalam rokok banyak mengandung zat – zat yang dapat meningkatkan kekentalan darah dan dapat meningkatkan kadar keasaman sel –sel darah sehingga kekentalan darah juga meningkat dan ini juga dapat menyebabkan kematian.

  b. Diharapkan kepada pegawai instansi apabila ada yang mengkonsumsi alkohol untuk dapat mengurangi atau berhenti total karena pemicu utama terjadinya risiko hipertensi adalah dari alkohol.

  c. Mengurangi konsumsi makanan yang mengandung natrium/sodium karena sumber terjadinya risiko hipertensi yaitu dari natrium klorida/ garam dapur,penyedap rasa serta makanan yang mengandung daging maupun jeroan.

  d. Sering melakukan aktifitas fisik 30 menit perhari

  2. Bagi Instansi Terkait

  a. Perlu adanya revitalisasi papan informasi dalam menyampaikan berbagai informasi khususnya perilaku yang berkaitan dengan hipertensi dan upaya pencegahannya

  b. Perlu adanya pemberian reward kepada pegawai yang berprestasi serta menciptakan suasana kerja yang kondusif agar produktifitas kerja dapat dicapai secara maksimal, serta dapat terhindar dari berbagai penyakit yang ditimbulkan akibat beban kerja yang terlalu berat c. Harus menyediakan ruangan khusus merokok bagi pegawai yang merokok agar asap rokok tidak menganggu pegawai yang lainnya.

  3. Bagi Peneliti Selanjutnya Bagi peneliti yang akan melakukan penelitian tentang perilaku berisiko hipertensi, diharapkan dapat meneliti lebih dalam lagi dan mengembangkan variabel-variabel yang belum pernah diteliti sebelumnya. Saran selanjutnya terkait metode penelitian, diharapkan peneliti selanjutnya dapat menggunakan rancangan kasus kontrol untuk menyempurnakan rancangan pada penelitian ini.

  Daftar Pustaka

  1. Dipiro et al. 2005. The di Tiap Ruang Rawat Inap

  National Heart. Lung and RSUD Sidikalang. Medan

  Blood Institute (NHLBI).

  Skripsi. Universitas Sumatra

  2. Wiryowidagdo, Sudjaswadi, Utara Sumber: M. Sitanggang. 2008.

  

  Tanaman Obat untuk 8. Sudewi, Ratna, Titik. 1999. Penyakit Jantung, Darah Analisis Hubungan Antara Tinggi, & Kolesterol. PT Agromedia Pustaka. Jakarta.

  Persepsesi Stresor Kerja 3. Sitepu, Rahmadani. 2012. dengan Hipertensi pada Pengaruh Kebiasaan Pejabat Laki-Laki Eslon I,II Merokok dan Status Gizi

  III di Satu Instansi Terhadap Hipertensi pada Pemerintah di Jakarta.Tesis. Pegawai Kantor Wilayah

  Universitas Indonesia

  Kementerian Agama Provinsi 9. Putri, Panduga Rindu. 2011. Sumatera Utara. Tesis.

  Hubungan perilaku keluarga

  Program Studi S2 Ilmu

  Dalam Pengaturan Diit

  Kesehatan Masyarakat

  Terhadap Derajat Hipertensi

  Fakultas Kesehatan

  di Puskesmas Sidomulyo

  Masyarakat Universitas

  Panam, Skripsi. Universitas Sumatera Utara: Medan.

  Negri Riau.

  4. Depkes R.I., 2008. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta.

  5. Dinkes Prop. Kalbar. 2010- 2013. Surveilansi Terpadu

  Penyakit Berbasis Puskesmas dan Rumah Sakit Kota Pontianak.

  Aisyiyah, F.N. 2009. Faktor 6.

  Risiko Hipertensi pada Empat Kabupaten/Kota dengan Prevalensi Hipertensi Tertinggi di Jawa dan Sumatera.

7. Prihatini. 2007. Analisis

  Hubungan baban Kerja dengan Stres Kerja Perawat

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PERAWATAN PASIEN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JELBUK KABUPATEN JEMBER

0 14 126

RINGKASAN PENGARUH PSIKOEDUKASI KELUARGA TERHADAP BEBAN DAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM MERAWAT PENDERITA SKIZOFRENIA DI RUMAH

0 0 6

PENGARUH PSIKOEDUKASI KELUARGA TERHADAP BEBAN DAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM MERAWAT PENDERITA SKIZOFRENIA DI RUMAH

1 1 193

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN PERILAKU MAKAN PENDERITA HIPERTENSI DI DUSUN PERENGKEMBANG BALECATUR GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN PERILAKU MAKAN PENDERITA HIPERTENSI DI DUSUN

0 0 16

HUBUNGAN DUKUNGAN BIDAN DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UMBULHARJO I KOTA YOGYAKARTA

0 2 10

HUBUNGAN DUKUNGAN BIDAN DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UMBULHARJO I KOTA YOGYAKARTA

2 19 104

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN KELUARGA TENTANG HIPERTENSI DENGAN TEKANAN DARAH LANSIA HIPERTENSI

0 2 11

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DALAM PENATALAKSAAN HIPERTENSI DENGAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOKERTO SELATAN - repository perpustakaan

0 0 12

HUBUNGAN ANTARA PERAN KELUARGA TERHADAP PERILAKU PENCEGAHAN KOMPLIKASI PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANYUMAS - repository perpustakaan

0 2 16

PENGARUH TINGKAT PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERILAKU PERAWATAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI PUSKESMAS BUMIAYU BREBES

0 0 17