PENGELOLAAN HARTA WARIS ANAK OLEH WALINYA - Test Repository

   PENGELOLAAN HARTA WARIS ANAK OLEH WALINYA (Studi Kasus Di Dusun Ngepos Desa Tingkir Tengah Kecamatan Tingkir Kota Salatiga ) SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

  Disusun Oleh : MUHAMMAD MUSLIKHIN NIM 21111029 JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2018

PENGELOLAAN HARTA WARIS ANAK OLEH WALINYA

  (Studi Kasus Di Dusun Ngepos Desa Tingkir Tengah Kecamatan Tingkir Kota Salatiga ) SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

  Disusun Oleh : MUHAMMAD MUSLIKHIN NIM 21111029 JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2018

KEMENTRIAN AGAMA

  INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS SYARI’AH Jl. Nakula Sadewa V No.9 Telp: (0298) 323433 Fax 323433 Salatiga 50722 Website: http:/Email: fakultassyariah.iainsala3@gmail.com Drs. Badwan, M.Ag.

  Dosen IAIN Salatiga

PERSETUJUAN PEMBIMBING

  Lamp : 4 (empat) eksemplar Hal : Pengajuan Naskah Skripsi KepadaYth.

  Dekan Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga di Salatiga

  Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

  Dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa: Nama : Muhammad Muslikhin NIM : 21111029 Judul : PENGELOLAAN HARTA WARIS ANAK OLEH

  WALINYA (Studi Kasus Di Dusun Ngepos Desa Tingkir Tengah Kecamatan Tingkir Kota Salatiga )

  Dapat diajukan kepada Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga untuk ditujukan dalam sidang munaqasyah. Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya.

  Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

  Salatiga, Maret 2018 Pembimbing,

  Drs. Badwan, M.Ag NIP. 195612021980031005

KEMENTRIAN AGAMA

  INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS SYARI’AH Jl. Nakula Sadewa V No.9 Telp: (0298) 323433 Fax 323433 Salatiga 50722 Website: http:/Email: fakultassyariah.iainsala3@gmail.com

  

SKRIPSI

PENGELOLAAN HARTA WARIS ANAK OLEH WALINYA

(Studi Kasus Di Dusun Ngepos Desa Tingkir Tengah

Kecamatan Tingkir Kota Salatiga )

  

DI SUSUN OLEH :

MUHAMMAD MUSLIKHIN

NIM 21111029

  Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Syari‟ah,

  Fakultas Syari‟ah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga pada tanggal 22 Maret 2018 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H.).

  Susunan Panitia Penguji Ketua Penguji : Dr. Ilyya Muhsin, M.Si.

  Sekretaris Penguji : Drs. H. Badwan, M. Ag. Penguji I : H. M. Yusuf Khummaini, M.H. Penguji II : Evi Ariyani, M. H.

  Salatiga, 28 Maret 2018 Dekan Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga Dr. Siti Zumrotun, M. Ag.

  NIP. 196701151998032002

KEMENTRIAN AGAMA

  INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS SYARI’AH Jl. Nakula Sadewa V No.9 Telp: (0298) 323433 Fax 323433 Salatiga 50722 Website: http:/Email: fakultassyariah.iainsala3@gmail.com

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

  Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Muhammad Muslikhin NIM : 21111029 Fakultas : Syariah Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

  Salatiga, 18 Maret 2018 Yang menyatakan Muhammad Muslikhin NIM 21111029

  

MOTTO

               

  

     

boleh Jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik

bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal

ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak

mengetahui. (al Baqarah: 216)

  

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk: 

  Ibunda tercinta, yang senantiasa mendo‟akan dan memberikan dukungan.  Ayah yang telah berpulang kepada-Nya, semoga tulisan ini bermanfaat sehingga termasuk salah satu amal jariyah beliau.  Seluruh keluarga besarku yang selalu mendukung, mendo'akan dan memberikan segalanya, baik moral maupun spritual bagi kelancaran studi, semoga Allah senantiasa meridhoinya.  Dosen pembimbing, bapak Drs. Badwan. M.Ag. atas arahan dan

kesabaran beliau sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

 Seluruh dosen IAIN Salatiga yang telah menularkan ilmunya, semoga bermanfaat kususnya untuk pribadi saya, umumnya kepada masyarakat.  Seluruh rekan-rekan mahasiswa yang memberi bantuaan dari awal perkuliahan, semoga menjadi teman fi dunya hattal akhiat.

  

 Dan seluruh pihak yang tidak dapat saya sebut satu demi satu

.

  

ABSTRAK

  Musikhin, Muhammad. 2018. PENGELOLAAN HARTA WARIS ANAK

  OLEH WALINYA (studi kasus Di Desa Tingkir Tengah Kecamatan Tingkir Kota Salatiga). Proposal Skripsi, Fakultas

  Syariah. Jurusan Ahwal As-syakhsiyyah IAIN Salatiga. Pembimbing Drs. Badwan, M. Ag.

  Kata Kunci: pengelolaan, harta waris, wali

  Harta waris merupakan hak bagi ahli warisnya tanpa adanya batasan usia bagi ahli waris. Harta anak yang diperoleh sebab mewaris adalah milik anak tersebut sepenuhnya, tetapi karena belum mampunya anak tersebut mengelola maka disitulah peran seorang wali untuk menjaganya. Berangkat dari hal tersebut penulis melakukan study kasus di Dusun Ngepos, Desa Tingkir Tengah dengan dua fokus masalah. Pertama, bagaimana praktik pembagian harta waris di Dusun Ngepos? Kedua, bagaimana pengelolaan harta waris yang diperoleh anak oleh walinya? Melalui penelitian kualitatif penulis berusaha untuk mengungkap fokus permasalahan diatas. Dengan metode tersebut penulis langsung melakukan observasi lapangan untuk melihat secara langsung praktik pengelolaan harta waris anak oleh walinya. Selain itu, untuk menambah data, penulis juga melakukan wawancara kepada berbagai narasumber yang diperlukan untuk mengetahui bagaimana pengelolaan harta waris yang dimaksudkan dalam syariat Islam. Kemudian untuk menguji hasil temuan data tersebut, maka penulis mengadakan analisis data dengan menggunakan kerangka teoritik yang dibuat oleh penulis.

  Hasil penelitan yang bisa diambil antara lain; pembagian harta waris diselesaikan dengan dua cara yaitu berdasar Islam, dalam hal ini diselesaikan secara kekeluargaan dan diselesaikan melalui pengadialan agama dan berdasar rasa keadilan menurut mereka. Untuk perwalian, penunjukan wali atas kesepakatan keluarga besar. Harta waris dikelola secara mandiri sehingga hasilnya kurang maksimal tanpa mengurangi harta anak tersebut. Dikarenakan sulitnya memisah antar harta pribadi dengan harta anak, wali mencampuradukkan keduanya sehingga wali turut menikmati hasil dari pengelolaan harta anak. Harta diserahkan kepada anak setelah anak tersebut berusia 21 tahun atau sudah menikah.

KATA PENGANTAR

  Bismillahirrahmaanirahiim Alhamdulillahi robbil‟alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan

  kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufiq serta inayah-Nya yang tiada terhingga sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan judul “Pengelolaan Harta Waris Anak Oleh Walinya (Studi Kasus Di Desa Tingkir Tengah Kecamatan Tingkir Kota Salatiga)”.

  Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat serta para pengikutnya yang setia, beliaulah utusan Allah di bumi ini untuk membimbing umat manusia dari zaman jahiliyah sampai pada zaman modern sekarang ini.

  Alhamdulillah berkat kerja keras penulis skripsi ini dapat terselesaikan tanpa ada halangan. Tentunya dalam penulisan ini tidak akan terselesaikan dengan sempurna tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam- dalamnya kepada Bapak Drs. Badwan, M.Ag. selaku dosen pembimbing, serta pada seluruh keluarga besar IAIN Salatiga, kepada bapak rektor, ibu dekan, bapak-ibu dosen, karyawan hingga teman-teman mahasisiwa yang selalu memberikan semangat kepada penulis. Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kepada masyarakat Dusun Ngepos khususnya dan masyarakat Desa Tingkir Tengah Umumnya yang telah membantu penulisan skripsi ini. Tidak lupa kepada keluarga penulis ayah, ibu, kakak, adik yang selalu mengasuh, mendidik, membimbing, memotivasi serta selalu mendoakan penulis.

  Penulisan skripsi ini pastinya masih jauh dari kata sempurna. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat membangun dan dapat memperbaiki penulisan skripsi di masa mendatang. Akhirul

  

kalam , semoga hasil penulisan ini bagi penulis khususnya serta bagi para pembaca

pada umumnya. Amin ya Robbal Alamin.

  Salatiga, 18 Maret 2018 Muhammad Muslikhin

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii PERNYATAAN KEASLIAN ......................................................................... iv KATA PENGANTAR ..................................................................................... v MOTTO............................................................................................................ vii PERSEMBAHAN ........................................................................................... viii ABSTRAK ....................................................................................................... ix DAFTAR ISI ................................................................................................... x DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................ 5 C. Tujuan Penelitian ................................................................. 5 D. Kegunaan Penelitian ........................................................... 6 E. Penegasan Istilah.................................................................. 6 F. Telaah Pustaka ..................................................................... 8

  G.

  Metode Penelitian ................................................................ 9 1.

  Jenis Penelitian dan Pendekatan ................................... 9 Kehadiran Peneliti ........................................................ 10 3. Lokasi Penelitian .......................................................... 10 4. Sumber Data ................................................................. 10 5. Prosedur Pengumpulan Data ........................................ 10 6. Metode Analisis Data ................................................... 12 7. Pengecekan Keabsahan Data ........................................ 13 8. Tahap-Tahap Penelitian ................................................ 13 H. Sistematika Penulisan .......................................................... 14

  BAB II LANDASAN TEORI A. Waris .................................................................................... 16 1. Pengertian Waris ........................................................... 16 2. Ahli Waris dan Bagiannya ............................................ 17 B. Perwalian ............................................................................ 22 1. Pengertian Perwalian .................................................... 22 2. Dasar dan Hukum Perwalian ........................................ 25 3. Kewajiban dan Kewenangan Wali ............................... 31 4. Syarat-Syarat Menjadi Wali ......................................... 38 5. Dimulai dan Berakhirnya Perwalian ............................. 39 6. Pengelolaan Harta waris Anak...................................... 42

  BAB III PEMBAGIAN WARIS A. Gambaran Umum Dusun Ngepos, Desa Tingkir Tengah, 1. Letak Georafis .............................................................. 51 2. Batas Wilayah ............................................................... 52 3. Keadaan Demografi ...................................................... 52 B. Pembagian Harta Waris di Dusun Ngepos ............................... 56 C. Tinjauan Hukum Pembagian Harta Waris di Dusun Ngepos ... 59 BAB IV PENGELOLAAN HARTA WARIS ANAK A. Pengelolaan Harta Waris Anak di Dusun Ngepos ............. 65 B. Tinjauan Hukum terhadap Pengelolaan Harta Waris Anak di Dusun Ngepos ...................................................................... 70 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .......................................................................... 75 B. Saran ................................................................................... 76 C. Penutup ................................................................................ 77 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

  

DAFTAR TABEL

  1.1 Jumlah Penduduk Menurut Umur ................................................................. 52

  1.2 Jumlah Penduduk Menurut Agama .............................................................. 53

  1.3 Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan .......................................................... 54

  1.4 Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan ........................................................ 55

  1.5 Jumlah Penduduk Menurut Status Perkawinan ............................................ 56

DAFTAR LAMPIRAN 1.

  Nota Pembimbing 2. Permohonan Izin Penelitian 3. Lembar Konsultasi 4. Surat Keterangan Keaktifan 5. Riwayat Hidup

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Harta merupakan salah satu amanat yang dititipkan Allah S.W.T., yang

  dapat diperoleh manusia dengan atau tanpa usaha. Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna memperoleh harta, sedang harta yang diperoleh dengan tanpa usaha antara lain, harta hasil temuan, hibah, waris, dan lain sebagainya. Dengan harta manusia memenuhi kebutuhan pokoknya, seperti makan, berpakaian dan membangun tempat tinggal.

  Manusia dengan harta yang dimilikinya sering muncul sifat buruknya, seperti sombong, riya‟, takabur dan lain sebagainya sehingga manusia lupa bahwasanya hakikat pemberian harta adalah sarana untuk beribadah kepada- Nya. Maka Allah memberi peringatan dalam Al Quran surat Al A‟raf ayat 31 (1983: 225) sebagai berikut:

                   Artinya:

  “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah disetiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-

orang yang berlebih- lebihan”(Q.S. Al A‟raf: 31)

  Dalam ayat ini terdapat dua inti pembahasan. Pertama, melaksanakan ibadah dianjurkan memakai pakaian yang baik. Kedua, makanan dan minuman merupakan rizki yang diberikan Allah sehingga dilarang menggunakannya secara berlebihan. Makanan dan minuman merupakan salah dalam batas kewajaran.

  Selanjutnya mengenai harta yang diperoleh sebab mewaris. Dalam Inpres no. 1 tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 171(a) disebutkan bahwasanya yang dimaksud hukum kewarisan adalah hukum yang mengatur tentang pemindahan hak pemilikan harta peninggalan (tirkah) pewaris, menentukan siapa-siapa yang berhak menjadi ahli waris dan berapa bagiannya masing-masing (1999: 81).

  Dari pengertian tersebut diatas, sangat jelas inti dari kewarisan adalah berpidahnya hak atas harta sesuai dengan bagiannya. Tentang siapa saja yang berhak menjadi ahli waris ada dua sebab, pertama karena mempunyai hubungan darah, kedua karena perkawinan. Pada masyarakat umum yang mayoritas beragama Islam, pembagian waris dilakukan dengan pedoman yang berbeda-beda sehingga bagian yang diterima ahli waris antara satu keluarga dengan lainnya dapat berbeda.

  Mengenai pembagiannya anak mendapatkan bagian yang cukup banyak, dalam Al Quran surat An Nisa‟ ayat 12-13 (1983: 117) disebutkan:

  

             

             Artinya:

  Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu: bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan. Dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Jika anak perempuan itu seorang saja, Maka ia memperoleh separo harta (An Nisaa‟: 11).

  Dari ayat Al Quran diatas, anak perempuan saja bila anak tunggal mendapat separuh dari seluruh harta waris, sedang anak laki-laki bagiannya bila bersama anak perempuan adalah dua kali lipatnya. Jumlah tersebut dirasa pantas dan cukup banyak bila dibandingkan dengan ahli waris lainnya.

  Bila anak yang menjadi ahli waris masih dibawah umur atau belum dewasa sehingga dirasa anak tersebut masih belum mampu untuk mengelola harta miliknya, maka anak tersebut masih dibawah kekuasaan walinya (Afandi, 1997: 156). Dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPer), kekuasaan atas anak terbagi dalam dua hal, yakni kekuasaan atas pribadi si anak dan kekuasaan atas harta kekayaan si anak. Dalam hal ini wali mempunyai peran yang sangat penting, sebab wali menjadi pengganti dari kedua orang tua si anak dalam berbagai hal.

  Melihat apa yang terjadi di masyarakat Dusun Ngepos Desa Tingkir Tengah Kecamatan Tingkir Kota Salatiga yang mayoritas beragama Islam, pengeloaan harta waris anak tersebut dilakukan oleh wali dari anak.

  Perwalian dilakukan oleh ayah, atau ibu, atau saudara, atau, paman ataupun, kakek, atau nenek yang masih memiliki hubungan kekerabatan dengan anak. Artinya, pewalian dilakuakan oleh kerabat anak sehingga pengelolan harta baik secara sengaja maupun tidak disengaja karena hanya wali yang mengetahuinya.

  Penulis memiliki pertanyaan berkaitan dengan pengelolaan harta anak sudah sesuaikah dengan apa yang dimaksudkan dalam surat Al Israa‟ ayat 34

  (1983: 429) sebagai berikut; 

  

              

     Artinya:

  Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik (bermanfaat) sampai ia dewasa dan penuhilah janji; Sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya (Al Israa‟: 34).

  Kata walaa taqrabuu mal al-yatiim pada surat Al Israa‟ ayat 34 secara bahasa memiliki arti mendekati harta anak yatim, sedangkan maksud dari mendekati adalah menjaga dan menggunakan harta anak yatim. Sehingga maksud dari ayat ini adalah larangan kepada wali untuk menggunakan harta anak yatim kecuali dengan cara yang pantas, serta hendaknya harta tersebut diserahkan atau dikembalikan kepada anak yatim tersebut ketika ia sudah dewasa.

  Penulis tertarik ingin mengetahui lebih lanjut bagaimana pembagian harta waris dalam satu keluarga yang didalamnya terdapat ahli waris seorang anak yang masih dibawah umur dan kondisi harta waris anak yang berada dalam perwalian serta cara wali tersebut mengelola harta warisnya. Penulis berjudul

  “PENGELOLAAN HARTA WARIS ANAK OLEH WALINYA (Study Kasus Di Dusun Ngepos Desa Tingkir Tengah Kecamatan Tingkir Kota Salatiga)”.

B. Rumusan Masalah

  Dari latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana pembagian harta waris yang dilaksanakan oleh masyarakat

  Dusun Ngepos? 2. Bagaimana wali mengelola harta waris milik anak yang terjadi di Dusun

  Ngepos? C.

   Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan yang hendak dicapai setelah penelitian ini selesai adalah: 1. Mengetahui metode pembagian waris yang terjadi di Dusun Ngepos.

  2. pengelolaan harta yang diperoleh anak sebab waris yang Mengetahui dilakukan oleh walinya di Dusun Ngepos.

  D. Kegunaan Penelitian

  Kegunaan dari penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu sebagai berikut: 1. Secara teoritis

  Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dibidang hukum Islam, khususnya dibidang kewarisan dan perwalian anak, dan dapat digunakan sebagai acuan bagi pihak-pihak yang akan melakukan penelitian lanjutan serta dapat menambah bahan pustaka bagi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga 2. Secara Praktis a.

  Mengetahui batas-batas kekusaan orang tua terhadap pribadi maupun harta si anak.

  b.

  Digunakan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Hukum pada jurusan Al-Ahwal Al-Syaksyiyyah IAIN Salatiga.

  E. Penegasan Istilah

  Agar didalam penelitian ini tidak terjadi penafsiran yang berbeda dengan maksud peneliti, maka peneliti akan menjelaskan istilah didalam judul ini.

  Istilah yang perlu peneliti jelaskan adalah: 1.

  Pengelolaan Dalam KBBI (2007: 534) pengelolaan berasal dari kata kelola yang berati proses, cara, ataupun perbuatan mengelola. Sehingga pengelolaan yang dimaksud peneliti adalah segala kegiatan yang berkaitan dengan mengelola kususnya berkaitan dengan harta waris milik anak.

  Harta waris Dalam KHI pasal 171 (e) pengertian dari harta waris adalah harta bawaan ditambah dari harta bersama setelah digunakan untuk keperluan pewaris selama sakit sampai meninggalnya, biaya pengurusan jenazah, pembayaran hutang dan pemberian untuk kerabat (1999: 81). Ringkasnya dari pengertian ini, harta waris dapat diartikan sebagai harta yang ditinggalkan oleh seseorang yang telah meninggal.

  3. Anak Menurut KUHPerdata pasal 330 ayat 1 dinyatakan bahwasannya seorang belum dikatakan dewasa jika umurnya belum genap 21 tahun, kecuali soseorang tersebut telah menikah sebelum umur 21 tahun. Artinya, bila seseorang tersebut belum dinyatakan dewasa berarti seseorang tersebut masih merupakan seorang anak. Sedang makna yang ingin ditegaskan penulis adalah seseorang yang masih dibawah 21 tahun atau belum menikah.

  4. Wali Wali dapat didefinisikan sebagai orang atau badan yang dalam kenyataannya menjalankan kekuasaan asuh sebagai orang tua terhadap anak (UUPA, 2002: 4). Penulis mempersempit pengertian wali sehingga wali disini diartikan dengan seseorang yang masih mempunyai hubungan kerabat dengan anak yang berada dalam perwaliannya yang melakukan kekuasaan asuh kepada anak sebagai orang tua. belum berusia 18 tahun sehingga masih dalam perwalian. Harta yang dikelola disini adalah harta yang diperoleh sebab mewaris dan pengelolaan dilakukan oleh walinya.

F. Telaah Pustaka

  Sejauh pengamatan peneliti, belum pernah ada penelitian yang spesifik mengenai pengelolaan harta anak oleh walinya di Kota Salatiga. Namun demikian ada beberapa penelitian yang berkaitan dengan perwalian dan hak- hak yang dimiliki wali terhadap harta anak akan dijelaskan sebagai berikut:

  1. Skripsi yang disusun oleh Muhammad Noor Kholis (2012) S.1 Jurusan Syariah STAIN Salatiga, dengan judul

  “hak ayah angkat dalam pengelolaan harta waris anak angkat (study putusan P.A.Salatiga.no 010/pdt.P/2011/P.A.Sal)”. Penelitian ini membahas mengenai undang-

  undang perlindungan anak dan pembolehan dalam hukum positif orang tua angkat mengambil upah atas anak. Sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti memfokuskan pada pengelolaan harta waris anak oleh walinya.

  2. Skripsi yang disusun oleh Riza Umami El Syhab (2008) S.1 Jurusan Syariah STAIN Salatiga, dengan judul

  “implikasi praktik adopsi tentang kedudukan anak angkat (study di Pringapus, Kabupaten Semarang )”. Penelitian ini membahas mengenai sebab-sebab pengangkatan anak serta akibatnya terhadap lingkungan. Didalamnya juga disinggung mengenai Penelitian ini berbeda dengan dua penelitian diatas dalam hal fokus penelitian. Penelitian ini membahas pratik pengelolahan harta waris anak oleh walinya yang terjadi di masyarakat, sedangkan dua penelitian diatas berfokus pada pengelolaan harta waris anak sesuai hukum positif, pengangkatan anak, dan akibat hukumnya.

G. Metode Penelitian 1.

  Jenis Penelitian dan Pendekatan Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang lebih banyak menggunakan kualitas subyek guna mendiskripsikan apa yang menjadi temuan (Hermawan, 2004: 14).

  Maka pendekatan yang digunakan adalah pendekatan fenomenologis dan yuridis normatif. Pendekatan fenomenologi yakni pendekatan dengan melihat peristiwa dan kaitannya dengan orang-orang pada situasi tersebut. Digunakan juga pendekatan yuridis normatif yakni pendekatan yang dilakukan berdasarkan bahan hukum utama dengan cara menelaah teori-teori, konsep-konsep, asas-asas hukum serta perundang-undangan yang berhubungan dengan penelitian ini.

  2. Kehadiran Peneliti Penelitian dan pengumpulan data-data di Dusun Ngepos Desa tanggal 12 Maret 2017 sampai dengan selesai penelitian.

  3. Lokasi Penelitian Penelitian ini bertempat di Dusun Ngepos Desa Tingkir Tengah

  Kecamatan Tingkir Kota Salatiga. Adapun alasan pemilihan tempat ini adalah bahwasanya peneliti merasa dapat mengumpulkan data secara mudah dengan harapan, penelitian ini dapat selesai dengan hasil terbaik.

  4. Sumber Data Sumber data oleh Suharsimi Arikunto yang dikutip oleh Maslikhah (2013:320) dibagi menjadi tiga ( 3) yakni orang, tulisan dan tempat.

  Orang meliputi wali yang melakukan pengelolaan harta waris di Dusun Ngepos Desa Tingkir Tengah dan ulama di Desa Tingkir Tengah.

  Adapun tulisan berupa arsip, buku-buku, dokumen-dokumen yang berhubungan dengan penelitian. Dan tempat yaitu di Dusun Ngepos Desa Tingkir Tengah Kecamatan Tingkir Kota Salatiga.

  5. Prosedur Pengumpulan Data Prosedur untuk mengumpulkan data primer adalah wawancara dengan wali yang menjadi pengelola harta anak. Disamping data primer tersebut, data sekunder diperlukan guna mendukung penelitian (Suryabrata, 2009: 39). Data sekunder berupa dokumen misalnya data dan sebagainya. Dapat diperoleh dengan cara: a.

  Wawancara Wawancara adalah salah satu sumber data studi kasus yang sangat penting, karena wawancara bertujuan untuk mengetahui suatu peristiwa tertentu dari orang-orang yang berkaitan (Moleong, 2002: 135). Dalam pengumpulan data, peneliti mewancarai secara mendalam, diarahkan pada peristiwa tertentu dengan para informan yang sudah dipilih untuk mendapatkan data yang diperlukan. Pihak- pihak yang diwawancarai adalah wali atas seorang anak yatim atau piatu atau keduanya, dan ulama.

  b.

  Pengamatan (Observasi) Dengan membuat kunjugan lapangan terhadap lokasi studi kasus, peneliti melakukan observasi langsung yaitu dengan melihat dan mengamati secara langsung keadaan desa guna memperoleh data yang menyakinkan dalam proses tersebut.

  Observasi dibagi menjadi dua macam yaitu observasi langsung dan observasi partisipan. (Ruslan, 2010: 33). Dalam observasi ini, selain melakukan observasi langsung, peneliti juga melakukan observasi partisipan yaitu ikut bergaul dengan masyarakat yang akan diteliti. c.

  Studi Pustaka Studi Pustaka yaitu penelitian mencari dari bahan-bahan tertulis sebagainya.

6. Metode Analisis Data

  Setelah data dikumpulkan dengan lengkap, tahap berikutnya adalah tahap analisa. Penulis menganalisa data mengunakan tehnik yang dikemukakan oleh Agus Salim yang dikutip oleh Maslikhah (2013: 323) yakni sebagai berikut: a.

  Reduksi Data Yaitu proses pemilihan, pemutusan pada penyederhanaan, abstraksi, dan transformasi data kasar yang diperoleh dilapangan.

  b.

  Penyajian Data Menyajikan data berarti mengumpulan informasi yang bersifat deskripsi yang tersusun serta memungkinkan untuk ditarik kesimpulan dan diambil tindakan.

  c.

  Verifikasi Verivikasi adalah tindakan peneliti kualitatif mencari makna dari setiap gejala yang terjadi di lapangan kemudian mencatat keteraturan, konfigurasi, alur akusalitas, dan proposisi.

  7. Pengecekan Keabsahan Data Keabsahan data merupakan hal yang sangat penting dalam memperoleh keabsahan temuan, penulis akan menggunakan teknik- teknik perpanjangan kehadiran peneliti di lapangan, ketekunan pengamatan, triangulasi (menggunakan beberapa sumber, metode, teori), pelacakan kesesuaian, kecukupan refensi dan pengecekan anggota (Maleong, 2002: 178). Jadi temuan data tersebut bisa diketahui keabsahannya.

  Untuk menggunakan teknik triangulasi dengan sumber dapat ditempuh dengan cara membandingkan data hasil pengamatan dengan wawancara, membandingkan apa yang dikatakan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi, membandingkan apa dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang masa, membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan (Maleong, 2002: 178).

  8. Tahap-Tahap Penelitian Dalam penelitian ini, merujuk pada pendapat Bodgan yang dikutip

  Lexy J. Maleong (2002: 85) tahapan-tahapan yang akan ditempuh adalah sebagai berikut: a.

  Pralapangan Sebelum terjun kelapangan, peneliti mengkaji buku-buku yang berkaitan dengan waris, kekuasaan orang tua dan perwalian terhadap anak sebagai hipotesis awal.

  b.

  Kegiatan lapangan Setelah memiliki hipotesis awal mengenai pengelolaan harta waris, kemudian peneliti melakukan observasi keobjek penelitian untuk melihat langsung situasi dan kondisi pengelolaan harta waris di Dusun Ngepos Desa Tingkir Tengah, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga.

  c.

  Analisis data Dari hipotesis awal dan data yang ditemukan dilapangan, maka penulis akan menganalisis kedua data tersebut sehingga dapat ditarik kesimpulannya.

H. Sistematika Penulisan

  Dalam menyusun skripsi ini penulis membagi kedalam beberapa bab dan masing-masing bab mencangkup beberapa sub bab yang berisi sebagai berikut: 1.

  Bab I merupakan pendahuluan yang menjelaskan latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode penelitian yang terdiri dari jenis penelitian dan pendekatan, kehadiran peneliti, tempat/lokasi penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, metode analisis data, pengecekan keabsahan penulisan.

  2. Bab II berisikan landasan teori tentang waris yang meliputi pengertian waris, ahli waris dan bagian masing-masing, perwalian yang meliputi, pengertian perwalian, dasar dan hukum dalam perwalian, kewajiban dan kewenangan wali, syarat menjadi wali, dimulai dan berakhirnya perwalian, serta pengelolaan harta waris anak.

  3. Bab III berisikan hasil penelitan yang terdiri dari gambaran umum objek penelitian yaitu Dusun Ngepos, pembagian harta waris anak oleh walinya di Dusun Ngepos dan tinjauan hukum mengenai pembagian harta waris di Dusun Ngepos.

4. Bab IV berisikan praktik pengelolaan harta waris di Dudsun Ngepos dan tinjauan hukum mengenai pengelolaan harta waris di Dusun Ngepos.

  5. Bab V, bab ini merupakan penutup atau bab akhir dari penyusunan skripsi yang penulis buat. Dalam bab ini penulis kemukakan kesimpulan dari seluruh hasil penelitian, saran-saran atau rekomendasi dalam rangka meningkatkan meningkatkan pengetahuan tentang pengelolaan harta waris, kususnya di desa tersebut.

BAB II LANDASAN TEORI Waris 1. Pengertian Waris Al -miirats, dalam bahasa Arab adalah bentuk mashdar (infintif)

  dari kata waritsa-yaritsu-irtsan-miiraatsan. Makna menurut bahasa ialah perpindahan sesuatu dari seseorang kepada orang lain, atau dari suatu kaum ke kaum lain. Sedangkan makna Al-miirats menurut istilah oleh para ulama ialah berpindahnya hak kepemilikan dari orang yang meninggal kepada ahli warisnya yang masih hidup, baik yang ditinggalkan itu berupa harta (uang), tanah, atau apa saja yang berupa hak milik legal secara syar‟i ( Ash Shabuni, 1995: 33).

  Menurut pasal 171 KHI hukum kewarisan adalah: “Hukum yang mengatur tentang pemindahan hak pemilikan

  harta peninggalan (tirkah) pewaris, menentukan siapa-siapa yang berhak menjadi ahli waris dan berapa bagiannya masing- masing ”.

  Hukum kewarisan Islam yang disampaikan oleh Muhammad Asy-Syarbini yaitu:

  “Ilmu fiqhi yang berpautan dengan pembagian harta pusaka,

  pengetahuan tentang cara penghitungan yang dapat menyampaikan kepada pembagian harta pusaka peninggalan untuk setiap pemilik hak pusaka” (Budiyono, 1999: 1).

  Dengan demikian, waris adalah berpidahnya hak atas harta dari seseorang yang telah meninggal dunia kepada ahli warisnya sesuai dengan bagiannya.

2. Ahli Waris Dan Bagiannya

  Yang dimaksud dengan ahli waris adalah sekumpulan orang hubungan keluarga dengan orang yang meninggal dunia (pewaris) dan berhak mewarisi atau menerima harta peninggalan yang ditinggal mati oleh seorang (Ramulyono, 1994: 103).

  Adapun yang termasuk ahli waris adalah: a. Anak-anak (walad) beserta keturunan dari orang yang meninggal dunia baik laki-laki maupun perempuan.

  b.

  Orang tua yaitu ibu dan bapak dari yang meninggal dunia.

  c.

  Saudara-saudara baik laki-laki maupun perempuan d.

  Suami atau istri yang hidup lebih lama.

  Ahli waris yang dicantumkan pada pasal 174 Kompilasi Hukum Islam adalah sebagi berikut: pertama, menurut hubungan darah.

  Golongan laki-laki terdiri dari: ayah, anak laki-laki, saudara laki- laki, paman dan kakek. Golongan perempuan terdiri dari: ibu, anak perempuan, saudara perempuan dari nenek. Kedua, menurut hubungan perkawinan terdiri dari: duda atau janda. Ahli waris menurut hubungan darah tersebut dapat dirinci, ahli waris laki-laki 13 (tiga belas) orang dan ahli waris perempuan 8 (delapan) orang, jadi seluruhnya 21 orang. Yang termasuk ahli waris laki-laki adalah: a.

  Ayah b.

  Kakek (dari garis ayah) c.

  Anak laki-laki d.

  Cucu laki-laki garis laki-laki Saudara laki-laki sekandung f. Saudara laki-laki seayah g.

  Saudara laki-laki seibu h. Anak laki-laki saudara laki-laki sekandung i. Anak laki-laki saudara laki-laki seayah j. Paman, saudara laki-laki ayah sekandung k.

  Paman, saudara laki-laki ayah seayah l. Anak laki-laki paman sekandung m.

  Anak laki-laki paman seayah Urutan tersebut disusun berdasarkan kedekatan kekerabatan ahli waris tersebut dengan pewaris. Kalau semua ahli waris tersebut ada, maka yang mendapat warisan anak laki-laki dan ayah. Sedangkan ahli waris perempuan adalah sebagai berikut: a.

  Ibu b.

  Nenek dari garis ibu c. Nenek dari garis ayah d.

  Anak perempuan e. Cucu perempuan garis laki-laki f. Saudara perempuan sekandung g.

  Saudara perempuan seayah h. Saudara perempuan seibu

  Apabila semua ahli waris perempuan tersebut ada ketika pewaris meninggal dunia, maka yang dapat menerima bagian adalah ibu, sekandung. Jika semua ahli waris laki-laki dan perempuan tersebut ada, maka yang dapat menerima warisan adalah ayah, ibu, anak laki- laki dan anak perempuan (Rofiq, 1998: 387).

  Bila berpedoman pada syariat Islam, ahli waris berdasarkan haknya atas warisan terbagi menjadi 3 (tiga) yaitu dzawil furudl,

  ashobah dan dzawil arham. Hak ahli waris dzawil furud adalah a.

  Bagian ½ (setengah) Bagian ½ disebut dalam Al Qur‟an menjadi hak seorang anak perempuan, seorang saudara perempuan sekandung atau seayah dan suami bila pewaris tidak meninggalkan anak yang berhak waris.

  b.

  Bagian ¼ (seperempat) Bagian ¼ disebu t dalam Al Qur‟an menjadi hak suami jika pewaris meninggalkan anak yang berhak waris dan istri apabila pewaris tidak meninggalkan anak yang berhak waris.

  c.

Bagian 1/8 (seperdelapan) Bagian 1/8 disebutkan dalam Al Qur‟an menjadi hak istri apabila pewaris meninggalkan anak yang berhak waris.

  d.

  Bagian 2/3 (dua pertiga) Bagian 2/3 disebut dalam Al Qur‟an menjadi hak 2 orang saudara perempuan kandung atau seayah, dan dua anak perempuan.

  e.

  Bagian 1/3 (sepertiga) Bagian 1/3 disebut dalam Al Qur‟an menjadi hak ibu apabila pewaris tidak meninggalkan anak atau lebih dari seorang saudara, dan saudara-saudara seibu jika lebih dari seorang.

  f.

  Bagian 1/6(seperenam) Bagian 1/6 disebut dalam Al Qur‟an menjadi hak ayah dan ibu jika pewaris meninggalkan anak yang berhak waris, juga ibu apabila pewaris meningalkan saudara-saudara lebih dari seorang, dan seorang saudara seibu.

  Ahli waris ashabah ialah yang tidak ditentukan bagiannya, akan tetapi menerima seluruh harta warisan jika tidak ada ahli waris

  

dzawil furudl sama sekali, jika ada dzawil furudl, berhak atas

  sisanya, dan apabila tidak ada sisanya maka tidak mendapatkan bagian sama sekali. Macam-macam ashabah:

  a.

   Ashabah bi nafsi

  Yang berkedudukan sebagai waris ashabah dengan sendirinya, tidak karena ditarik oleh ahli waris ashabah lain atau tidak karena bersama-sama dengan waris lain seperti anak laki- laki, cucu laki-laki (dari anak laki-laki) saudara laki-laki kandung atau seayah, paman dan sebagainya.

   Ashabah bi ghoiri

  Yang berkedudukan sebagai waris ashabah karena ditarik oleh ahli waris ashabah lain, seperti anak perempuan ditarik menjadi ashabah oleh anak laki-laki, cucu perempuan ditarik menjadi waris ashabah oleh cucu laki-laki, saudra perempuan sekandung atau seayah ditarik menjadi waris ashabah oleh saudara laki-laki kandung atau seayah dan sebagainya.

  c.

   Ashabah ma‟al ghoiri

  Yang berkedudukan menjadi waris ashabah karena bersama-sama dengan ahli waris lain, seperti saudara perempuan kandung atau seayah menjadi waris ashabah karena bersama- sama dengan anak perempuan.

  Ahli waris dzawil arham adalah ahli waris yang mempunyai hubungan famili dengan pewaris, tetap tidak termasuk golongan waris dzawil furudl dan ashabah. Yang termasuk ahli waris dzawil

  arhaam ialah: a.

  Cucu laki-laki atau perempuan, anak-anak dari anak perempuan.

  b.

  Kemenakan laki-laki atau perempuan, anak-anak saudara perempuan kandung, seayah atau seibu.

  c.

  Kemenakan perempuan, anak-anak perempuan saudara laki-laki kandung atau seayah. d.

  Saudara sepupu perempuan, anak-anak perempuan paman (saudara laki-laki ayah).

  Paman seibu (saudara laki-laki ayah seibu).

  f.

  Paman, saudara laki-laki ibu.

  g.

  Bibi, sudara perempuan ayah.

  h.

  Bibi, saudara perempuan ibu. i.

  Kakek, ayah ibu. j.

  Nenek buyut, ibu kakek. k.

  Kemenakan (Basyir, 1995: 25-27).

B. Perwalian 1. Pengertian perwalian Perwalian dalam literatur fiqh Islam disebut dengan al walayah.

  Berasal dari bahasa arab yang mempunyai kata dasar wala-yali-walyan yang secara harafiah berarti mencintai, teman dekat, sahabat, yang menolong, sekutu, pengikut, pengasuh, dan orang yang mengurus perkara atau urusan seseorang.

  Secara etimologi diartikan dengan kekuasaan atau otoritas. Sedangkan pengertian secara terminologinya menurut para fuqaha adalah kekuasaan seseorang untuk secara langsung melakukan tindakan sendiri tanpa bergantung atas seizin orang lain.

  Menurut Ali Afandi (1997: 156), perwalian didefinisikan sebagai pengawasan terhadap pribadi dan pengurusan terhadap harta kekayaan anak yang belum dewasa jika anak itu tidak berada dalam kekuasaan orang tua. Dengan demikian bila mana ada anak yang orang tuanya perwalian. Terhadap anak yang lahir diluar nikah, dikarenakan tidak ada kekuasaan orang tua didalamnya maka anak ini selalu dalam perwalian.

  Menurut R. Sarjono (1979: 36) bahwa perwalian adalah suatu perlindungan hukum yang diberikan seseorang kepada anak yang belum mencapai usia dewasa atau belum pernah kawin yang tidak berada di bawah kekuasaannya.

  Dalam pasal 1 (5) UU no. 23 tahun 2002 tentang Perlindugan Anak, wali merupakan orang selaku pengganti orang tua yang menurut hukum diwajibkan mewakili anak yang belum dewasa atau yang belum akil baliq dalam melakukan perbuatan hukum atau orang yang menjalankan kekuasaan asuh sebagai orang tua terhadap anak.

  Menurut hukum Indonesia, perwalian didefinisikan sebagai kewenangan untuk melaksanakan perbuatan hukum demi kepentingan, atau atas nama anak yang orang tuanya telah meninggal, atau tidak mampu melakukan perbuatan hukum atau suatu perlindungan hukum yang diberikan pada seseorang anak yang belum mencapai umur dewasa atau tidak pernah kawin yang tidak berada dibawah kekuasaan orang tua (Darmabrata, 2004: 147).

  Sedangkan menurut Undang-Undang Perkawinan No.1 tahun 1974

  pasal 50 ayat 1 dan 2 menyatakan bahwa anak yang belum mencapai umur 18 tahun atau belum pernah melangsungkan perkawinan, yang tidak berada di bawah kekuasaan orang tua berada dibawah kekuasaan harta bendanya.

  Dalam perwalian Islam dikenal pula istiah al hajru (pengampuan) yang secara harafiah berarti penyempitan atau pencegahan. Berkaitan dengan harta, al hajru diartikan pencegahan terhadap seseorang dari kemungkinan mengelola hartanya.

  Pengampuan disini terbagi menjadi dua macam. Pertama, pengawasan terhadap hak orang lain, seperti terhadap orang yang mengalami pailit atau bangkrut. Kedua, pengampuan terhadap jiwa atau diri, seperti pengawasan yang dilakukan terhadap anak dibawah umur, orang bodoh dan orang gila.

  Sementara dalam KUHPer dikenal isitah curateale (pengampuan) yang merupakan perwalian kusus terhadap orang yang telah dewasa dengan keterbatasannya sehingga ia tidak dapat bertindak dengan leluasa.