BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian - BAB III EGA TRI HANDOYO

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan modernisasi yaitu

  penelitian yang digunakan untuk meneliti populasi atau sempel tertentu dengan analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Penguji dapat mengidentifikasi fakta atau peristiwa mengenai kinerja keuangan sebagai variabel yang dipengaruhi (variabel dependen) dan melakukan penyelidikan mengenai variabel-variabel yang mempengaruhi antara lain: belanja modal, ukuran pemerintah daerah, intergovernmental revenue dan pendapatan asli daerah (variavel independen).

B. Populasi dan Sampel

  a. Populasi Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemerintah daerah kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah tahun anggaran 2014-2016. Di Provinsi Jawa Tengah terdapat 29 kabupaten dan 6 kota.

  b. Sampel Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan realisasi anggaran pemerintah daerah dari kabupaten/kota di

  Provinsi Jawa Tengah yang tersedia tahun 2013-2016 dan metode pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan total sampling.

  C. Metode Pengumpulan Data

  Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka dengan cara mengumpulkan data sekunder dari Badan Pemeriksa Keuangan dan Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah 2014-2016 yang terdiri dari Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD).

  D. Variabel Penelitian

  Variabel yang digunakan terdiri dari satu variabel dependen dan empat variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan pemerintah daerah, sedangkan variabel independen dalam penelitian ini yaitu belaja modal, ukuran pemerintah daerah,

  intergovernmental revenue dan pendapatan asli daerah.

  E. Definisi Variabel

  1. Variabel Dependen (Y)

  a. Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan pemerintah daerah. Kinerja keuangan adalah tingkatan pencapaian dari suatu hasil kerja dibidang keuangan daerah yang meliputi penerimaan dan belanja daerah yang menggunakan indikator keuangan yang ditetapkan melalui suatu kebijakan atau ketentuan perundang-undangan selama periode anggaran. Dalam penelitian ini, kinerja keuangan diproksikan menggunakan rasio efisiensi. Rasio efisiensi yaitu alat analisis yang berguna untuk mengukur efisiensi biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan.

  Pengukuran kinerja pemerintah daerah diukur dengan menilai efisiensi atas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat, Sumarjo (2010) dalam (Mulyani, 2017). Dalam variabel ini, peneliti menggunakan rasio efisiensi untuk menghitung kinerja keuangan pemerintah daerah. Semakin tinggi rasio efisiensi maka semakin buruk kinerja. Sedangkan semakin rendah rasio efisiensi menunjukan kinerja yang baik. Pengukuran kinerja keuangan pemerintah daerah diukur dengan rumus:

  2. Variabel Independen (X) Variabel independen dalam penelitian ini adalah belanja modal, ukuran pemerintah daerah,

  intergovernmental revenue dan pendapatan asli daerah.

  Adapun pengukuran variabel independen adalah sebagai berikut: a. Belanja Modal Belanja modal merupakan belanja pemerintah daerah yang manfaatnya melebihi satu anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan daerah dan selanjutnya akan manambah belanja yang bersifat rutin seperti biaya pemeliharaan pada kelompok belanja administrasi umum. Kelompok belanja ini mencakup jenis belanja baik untuk bagian belanja aparatur daerah maupun pelayanan publik (Mulia, 2016).

  b. Ukuran Pemerintah Daerah (X2) Ukuran pemerintah daerah menggunakan total aset pemerintah daerah karena aset menunjukkan sumber daya ekonomi yang dikuasai dan atau dimiliki pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan dapat diperoleh (Syafitri, 2012 dalam Asmaul 2016).

  c. Intergovernmental Revenue (X3)

  Intergovernmental revenue biasa dikenal

  dengan dana perimbangan. Proksi dari

  intergovernmental revenue dalam penelitian ini

  menggunakan perbandingan antara total dana perimbangan dengan total pendapatan (Sumarjo 2010, dalam Asmaul 2016). Pengukuran ini dipilih karena intergovernmental revenue merupakan bagian dari pendapatan daerah yang berasal dari lingkungan ekternal dan besarnya ketergantungan pemerintah daerah dari transfer pemerintah pusat (80% - 98%).

  d. Pendapatan Asli Daerah (X4) Pendapatan asli daerah merupakan pendapatan yang bersumber dari potensi-potensi daerah itu sendiri. Total pendapatan asli daerah dapat diperoleh dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA) daerah.

F. Metode Analisis Data 1. Statistik Deskriptif

  Dalam menganalisis data yang digunakan dalam penelitian ini peneliti menggunakan bantuan program yaitu SPSS (Statistical Alat analisis yang digunakan dalam Package For Social Science). penelitian ini yaitu analisis regresi linier berganda. Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh ukuran belanja modal, ukuran pemerintah daerah, intergovernmental revenue dan pendapatan asli daerah terhadap kinerja keuangan. Rumus regresi yang digunakan adalah : Dimana: KKDP = Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah BM = Belanja Modal UPD = Ukuran Pemerintah Daerah

  IGR = Intergovernmental Revenue PAD = Pendapatan Asli Daerah E = error 2.

   Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas

  Uji normalitas adalah uji yang bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residu memiliki distribusi normal (Ghozali, 2013). Uji statistic yang digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistic non-parametrik Kolmogrof-Smirnov (K-S). Jika hasil kolmogrof-

  smirnov menunjukan hasil signifikan diatas 0,05 maka data

  residual terdistribusi dengan normal. Jika data terdistribusi secara tidak normal. Maka perlu dilakukan transformasi logaritma (Ln) terhadap model regresi, segingga data tersebut dapat terdistribusi secara normal.

  b. Uji Multikolinearitas

  Uji multikolineritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya kolerasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi kolerasi antara variabel independen. Jika variabel independen saling kolerasi, maka variabel-variabel ini tidak orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel independen yang nilai kolerasi antar sesama variabel independen sama dengan nol (Ghozali, 2013).

  Untuk mendeteksi ada atau tidak multikolineritas di dalam regresi adalah dengan melihat nilai tolerance dan variance

  

inflation factor (VIF). Jika antar variabel ada kolerasi yang cukup

  tinggi (umumnya diatas 0,90) maka hal ini mengidentifikasikan adanya multikolinearitas (Ghozali, 2013). Jika nilai tolerance kurang dari 0,10 berarti tidak ada kolerasi antar variabel independen yang nilainya lebih dari 95%. Jika nilai variance

  

inflation factor (VIF) lebih besar dari 10 maka terjadi

multikolinearitas (Ghozali, 2013).

  c. Uji Heteroskedastisitas

  Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2013).

  Oleh sebab itu diperlukan uji statistic yang dapat menjamin keakuratan hasil. Salah satu uji statistic yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas adalah Uji

  

Gletjser , yaitu dengan cara meregresikan nilai absolute residual

  terhadap variabel independen, sehingga dapat diketahui ada tidaknya derajat kepercayaan 5%. Jika nilai signifikansi > 0,05 maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Sebaliknya, jika nilai signifikansi < 0,05 maka terjadi heteroskedastisitas.

d. Uji Autokorelasi

  Ghozali (2013), menjelaskan uji autokorelasi adalah uji yang bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada kolerasi antara kesalahan pengganggu berkurang dari tahun sebelumnya pada periode dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi kolerasi, maka dinamakan ada problem autokolerasi. Autokolerasi muncul karena observasi yang berturutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya.

  Cara yang dapat digunakan untuk menguji ada atau tidaknya kolerasi dapat dilakukan melalui pengujuan Uji Durbin-

  

Watson (DW test). Uji ini hanya digunakan untuk autokolerasi

  tingkat satu (first order autocoleration) dan mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam model regresi dan tidak ada variabel lagi diantara variabel independen.

  Pengambilan keputusan ada atau tidaknya autokolerasi dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 3.1 Dasar Pengambilan Keputusan Uji Autokolerasi

  Hipotesis nol Keputusan Jika Tidak ada autokolerasi Tolak 0 < d < dl positif Tidak ada autokolerasi No decision Dl < d < du positif Tidak ada autokolerasi Tolak

  4

  • – dl < d < 4 negative Tidak ada autokolerasi No decision

  4

  • – du < d < 4 - dl negative Tidak ada autokolerasi Tidak ditolak Du < d < 4
  • – du positif atau negative

  1) Bila nilai DW terletak antara batas atas atau upper bound (du) dan (4-du) maka autokolerasi = 0, berarti tidak ada autokolerasi. 2) Bila nilai DW lebih rendah dari pada batas bawah atau lower

  bound (dl) maka koefisien autokolerasi > 0, berarti ada autokolerasi positif.

  3) Bila nilai DW lebih besar dari pada (4-dl), maka koefisien < 0, berarti ada autokolerasi negatif.

  4) Bila nilai DW terletak diantara du dan dl atau DW terletak antara (4-du) dan (4-dl), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.

3. Uji Kebaikan Model

  Ketepatan uji regresi sampel dalam menaksir nilai akurat dapat diukur dari goodness of fit nya. Secara statistic setidaknya ini dapat diukur dari nilai koefisien determinasi, nilai statistic F dan nilai statistic t, (Ghozali, 2013).

  

2

  a. ) Uji Koefisien Determinaai (R

  Menurut Ghozali (2013) dengan menggunakan nilai adjusted

2 R dapat dievaluasi model regresi mana yang baik. Tidak seperti

  2

  2

  nilai R , adjusted R dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model. Dalam kenyataan, nilai

  2 adjusted R dapat bernilai negative, walaupun dikehendaki harus bernilai positif.

b. Uji Statistik F

  Uji F diukur dengan melihat nilai signifikannya. Jika nilai signifikannya lebih kecil dari 0,05 maka model penelitian tersebut dikatakan diterima.

c. Uji Secara Parsial (Uji Statistik t)

  Ghozali (2013), melaksanakan uji statistic t pada dasarnya adalah menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel independen. Dalam hal ini, apakah ukuran pemerintah daerah, intergovernmental revenue dan pendapatan asli daerah benar-benar berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan.

4. Pengujian Hipotesis

  Setelah melakukan pengujian asumsi klasik, langkah selanjutnya yaitu melakukan pengujian atas hipotesis 1 (H ) sampai dengan

  1

  hipotesis ke 4 (H 4 ).

a. Pengujian Hipotesis Pertama

  Untuk menguji pengaruh belanja modal terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah digunakan uji t statistik dengan langkah-langkah pengujian sebagai berikut: 1) Merumuskan hipotesis nol (H ) dan hipotesis alternatif (H a )

  H

  1 : Variabel belanja modal tidak berpengaruh

  : β ≤ 0 positif terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah. H > 0 : Variabel belanja modal berpengaruh positif

  1 α : β

  terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah.

  2) Tingkat Signifikan Tingkat signifikan yang digunakan adalah 0,05 (5%) dengan tingkat kepercayaan 0,95% (95%). Dikatakan signifikan apabila nilai α ≤ 0,05.

  3) Kriteria Pengujian Jika t hitung tabel , maka H o ditolak dan H a diterima

  ≥ t Jika t hitung < t tabel , maka H o diterima dan H a ditolak b.

   Pengujian Hipotesis Kedua

  Untuk menguji pengaruh ukuran pemerintah daerah terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah digunakan uji t statistik dengan langkah-langkah pengujian sebagai berikut: 1) Merumuskan hipotesis nol (H ) dan hipotesis alternatif (H a )

  H

  2 : Variabel ukuran pemerintah daerah tidak

  : β ≤ 0 berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah. H

  2 > 0 : Variabel ukuran pemerintah daerah

  : β

  α

  berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah.

  2) Tingkat Signifikan Tingkat signifikan yang digunakan adalah 0,05 (5%) dengan tingkat kepercayaan 0,95% (95%). Dikatakan signifikan apabila nilai α ≤ 0,05.

  3) Kriteria Pengujian Jika t hitung tabel , maka H o ditolak dan H a diterima

  ≥ t Jika t hitung < t tabel , maka H o diterima dan H a ditolak c.

   Pengujian Hipotesis Ketiga

  Untuk menguji pengaruh intergovernmental revenue terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah digunakan uji t statistik dengan langkah-langkah pengujian sebagai berikut: 1) Merumuskan hipotesis nol (H ) dan hipotesis alternatif (H a )

  H

  3 : Variabel intergovernmental revenue tidak

  : β ≤ 0 berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah. H

  3 > 0 : Variabel intergovernmental revenue α : β

  berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah.

  2) Tingkat Signifikan Tingkat signifikan yang digunakan adalah 0,05 (5%) dengan tingkat kepercayaan 0,95% (95%). Dikatakan signifikan apabila nilai α ≤ 0,05.

  3) Kriteria Pengujian Jika t , maka H ditolak dan H diterima

  hitung tabel o a

  ≥ t Jika t hitung < t tabel , maka H o diterima dan H a ditolak

d. Pengujian Hipotesis Keempat

  Untuk menguji pengaruh pendapatan asli daerah terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah digunakan uji t statistik dengan langkah-langkah pengujian sebagai berikut: 1) Merumuskan hipotesis nol (H ) dan hipotesis alternatif (H )

  a

  H

  4 : Variabel pendapatan asli daerah tidak

  : β ≤ 0 berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah. H

  4 > 0 : Variabel pendapatan asli daerah

  : β

  α

  berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah.

  2) Tingkat Signifikan Tingkat signifikan yang digunakan adalah 0,05 (5%) dengan tingkat kepercayaan 0,95% (95%). Dikatakan signifikan apabila nilai α ≤ 0,05.

  3) Kriteria Pengujian Jika t hitung tabel , maka H o ditolak dan H a diterima

  ≥ t Jika t < t , maka H diterima dan H ditolak

  hitung tabel o a