PENGARUH SENAM KAKI TERHADAP SCOREANKLE BRACHIAL INDEX(ABI) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS (DM) NON ULKUS DI PUSKESMAS PURWANEGARA I - repository perpustakaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pada tahun 2013 di dunia terdapat 382 juta penderita Diabetes
Mellitus (DM), dan diperkirakan meningkat 55% (592 juta) pada tahun
2035. Pada tahun 2013 Indonesia menduduki peringkat 7 dunia setelah China, India, Amerika, Brasil, Rusia dan Meksiko dengan jumlah 8,5 juta penderita, dan diperkirakan naik menjadi 14.1 juta pada tahun 2035 (International Diabetes Foundation (IDF) , 2013). Pada Riskesdas 2013 menunjukkan kenaikan prevalensi diabetes sebesar 2,1% dibanding tahun 2007 sebesar 1,1%.Pada orang yang aktivitas sehari-harinya ringan memiliki risiko 2,68 kali untuk menderita DM tipe 2 dibandingkan dengan orang yang aktivitas fisik sehari-hari sedang dan berat (OR: 2,68; 95% CI: 1,11-6,46) (Fitriyani, 2012). Apalagi penderita DM dan peripheral neuropathy juga memiliki keterbatasan dorsal fleksi (Salsich, Mueller, dan Sahrmann, 2000).
Kondisi hyperglikemi kronis pada penderita DM menyebabkan komplikasi yang mengenai hampir setiap sistim organ, salah satunya aterosklerotik. Insiden aterosklerotik pada pembuluh darah besar di ekstremitas meningkat 2-3 kali (Smeltzer and Bare, 2003). Hal itu dikarenakan gula darah yang tinggi akan mempengaruhi fungsi platelet darah yang meningkatkan pembekuan darah. Sehingga penderita DM akan berisiko mengalami komplikasi Pheriperal Arterial Disease (PAD) ekstremitas bawah (Kohlman-Trigoboff, 2013).
Kombinasi PAD dan neurophaty membuat penderita dengan DM mempunyai masalah kaki berupa hilang sensasi kaki, dan dapat meningkatkan risiko injury (Williams and Hopper, 2007). Seperti terjadinya ulkus, infeksi dan gangren (Amad, Evans, Beng, Bloom dan Brown, 2012) . Sehingga diperlukan rekonstruksi arteri (Diabetes Australia, 2012) atau amputasi extremitas bawah (Hile, Kansal, Hamdan, dan Logerfo, 2006 dan Williams and Hopper, 2007 ).
Penelitian yang dilakukan oleh Suzuki, Egawa, Maegawa dan Kashiwaga (2003) ditemukan adanya hubungan PAD pada penderita DM dengan penurunan volume aliran darah di ekstremitas bawah sebesar 16%.
Penderita DM mungkin memiliki kelainan arteri pada ekstremitas (Strandness dalam Tsuchiya et al, 2004). Hal itu diakibatkan arteri yang kaku sehingga terjadi peningkatan tahanan pembuluh darah dan menurunkan tekanan volume pada ekstremitas bawah (Tsuchiya, Suzuki, Egawa, Nishio dan Kashiwagi 2004).
Lebih dari 50% amputasi yang dialami oleh penderita DM dianggap dapat dicegah dengan mengajarkan perawatan kaki dan melakukan latihan fisik (ADA, 2012) serta mempraktekannya setiap hari (Smeltzer and Bare, 2003). Pamela dan Zucker-Levin (2011) juga menyarankan untuk melakukan program senam di rumah yang berfokus pada mempertahankan atau meningkatkan jangkauan gerak di pergelangan kaki dan kaki. Menurut Yamashita, Yokoyama, Kitaoka, Nishiyama, dan Manabe (2005) dengan foot exercise yang dilakukan oleh perawat pada penderita kompresi kaki dapat meningkatkan kecepatan aliran darah di vena femoralis.
Berdasarkan laporan penyakit tidak menular puskesmas dari Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2013 kasus DM menduduki urutan ke-3 sebesar 10% (1.617) setelah hipertensi dan asma bronkhial . Pada tahun yang sama di Puskesmas Purwanegara I kasus DM sebesar 3% (597).
Pada saat wawancara dengan 12 penderita DM pada studi pendahuluan bulan Oktober 2014 di Puskesmas Purwanegara I Kabupaten Banjarnegara, dijumpai 4 penderita DM kadang nyeri di kaki dengan ABI ≤1,0 dimana ABI 1,0 dijumpai pada ekstremitas kanan dan ABI <1,0 dijumpai pada ekstremitas kiri dan 3 penderita mengalami kesemutan dengan ABI <0,9 pada kedua ekstremitas, serta 5 penderita lainnya dengan ABI normal (>1,0). Kenyataan tersebut merupakan fenomena yang terjadi di masyarakat dimana ABI pada penderita DM bisa tinggi, normal bahkan rendah. Menurut Murasea et al (2012) ditemukan perubahan konsentrasi plasma pada penderita DM dengan ABI normal yang dihubungkan dengan aliran darah dan kerusakan sirkulasi perifer berupa peningkatan kekakuan dan resistensi pembuluh darah di ektremitas bawah. Dan pada penderita DM terjadi penurunan rata-rata ABI sebesar 0,04 per tahun (Hoe et al, 2012).
Seperti uraian diatas, dengan melakukan latihan fisik dan mempraktekannya setiap hari , juga melakukan program senam di rumah yang berfokus pada mempertahankan atau meningkatkan jangkauan gerak di pergelangan kaki dan kaki, dapat meningkatkan kecepatan aliran darah.
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kurniarso (2011) senam kaki pada penderita DM dengan ulkus kaki dapat menurunkan ABI. Pada penelitian yang akan dilakukan terdapat perbedaan gerakan senam kaki pada penelitian sebelumnya berupa gerakan dalam posisi duduk dan berdiri dengan slow-strech-hold, karena olahraga pada proksimal, medial dan distal ektremitas bawah dengan posisi duduk dan berdiri dengan gerakan dorsal fleksi, plantar fleksi dapat meningkatkan kecepatan aliran darah arteri tibia dan dorsalis pedis (Castro-Sánchez et
, 2013), serta perawat menjadi peran kunci dalam mengurangi risiko
al
dengan mengidentifikasi PAD dan proaktif mengelola penderita yang memiliki risiko tersebut baik yang asimptomatik maupun simptomatik
.
(Lisa, 2012) Oleh karena itu penting bagi peneliti untuk melakukan senam kaki bagi penderita DM non ulkus kaki untuk mengetahui pengaruhnya terhadap ABI. B. Perumusan Masalah Apakah senam kaki berpengaruh terhadap skor Ankle
Brachial Index( ABI) pada penderita DM non ulkus ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini untuk mengetahui pengaruh senam kaki terhadap skor ABI pada penderita DM Non Ulkus di Puskesmas Purwanegara I Kabupaten Banjarnegara.
2. Tujuan Khusus Tujuan khusus penelitian ini untuk mengetahui: a. Karakteristik responden.
b. Skor ABI sebelum dan sesudah dilakukan senam kaki.
c. Perbedaan skor ABI sebelum dan sesudah senam.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti Menambah pengetahuan dan wawasan peneliti dengan cara mengaplikasikan teori keperawatan medikal bedah, khususnya tentang materi ABI, DM dan senam kaki.
2. Bagi responden Penelitian ini bermanfaat bagi responden sebagai salah satu upaya mandiri untuk mencegah komplikasi DM pada kaki.
3. Bagi instansi terkait Sebagai bahan informasi mengenai senam kaki khususnya pada penderita DM di Puskesmas Purwanegara I dan tindak lanjut terhadap hasil skor ABI dalam rangka upaya pencegahan terhadap risiko PAD pada ekstremitas bawah.
4. Bagi peneliti lain Dapat dimanfaatkan sebagai dasar penelitian lebih lanjut mengenai efek senam kaki terhadap skor ABI.
E. Penelitian Terkait 1.
Fitriyani (2012), melakukan penelitian dengan judul “Faktor risiko Diabetes Mellitus tipe 2 di Puskesmas Kecamatan Citangkil dan Puskesmas Kecamatan Pulo Merak, Kota Cilegon”, dengan desain
cross sectional, untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan
kejadian DM tipe 2 dengan hasil penelitian prevalensi DM tipe 2 sebesar 4,4% dan orang yang aktivitas sehari-harinya ringan memiliki risiko 2,68 kali untuk menderita DM tipe 2 dibandingkan dengan orang yang aktivitas fisik sehari-hari sedang dan berat (OR: 2,68; 95% CI: 1,11-6,46).
Persamaan penelitian ini pada penderita DM dengan perbedaan pada variabel penelitian berupa faktor risiko DM dan desain penelitian berupa cross sectional.
2. Priyanto (2012), melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh senam kaki terhadap sensivitas kaki dan kadar gula darah pada aggregat lansia diabetes mellitus di Magelang “, penelitian ekperimen semu dengan melibatkan 2 kelompok dengan senam kaki 3 kali seminggu selama 4 minggu pada 125 responden, dengan hasil penelitian kadar gula dan sensivitas kaki lebih baik sesudah diberikan latihan senam kaki (p
value 0,000)
Persamaan penelitian ini pada penderita DM tanpa ulkus kaki, dengan perbedaan penelitian ini pada desain penelitian yaitu saya menggunakan pra eksperimen tanpa kelompok kontrol dengan variabelnya ABI.
Kurniarso (2011), 3. melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh senam kaki terhadap nilai ABI pada pasien ulkus kaki diabetes di RS
Khusus Bedah Jatiwinangun
” dengan desain pra-post test one group
dengan uji wilcoxon sign rank dengan hasil penelitian ABI menurun pada post. Perbedaan penelitian ini pada penderita DM tanpa ulkus dan gerakan senam kakinya serta desainnya menggunakan time-series. Persamaan penelitian ini adalah pada pengukuran ABI. Gibbs, Dobrosielski, Althouse, Stewart, (2013), melakukan penelitian 4. dengan judul “The effect of exercise training on ankle brachial index
in type 2 diabetes”, penelitian ini dilakukan pada 140 penderita DM
tipe 2 tanpa diketahui penyakit kardiovaskuler atau PAD dengan usia 40-65 tahun, dengan aerobik dan resistance training 3 kali /minggu selama 6 bulan sebagai kelompok intervensi dan perawatan biasa sebagai kelompok kontrol, pengukuran ABI dilakukan sebelum dan sesudah intevensi dan menunjukkan peningkatan pada ABI <1,0 (p=0.004) sehingga olahraga ini dapat mencegah atau menunda PAD pada penderita DM tipe 2.
Persamaan penelitian ini adalah dilakukannya olah raga pada penderita DM dan pengukuran ABI, namun perbedaan olahraga pada penelitian ini ada 2 yaitu aerobik dan resistance training 3 kali /minggu selama 6 bulan sedangkan pada penelitian yang akan saya laksanakan hanya senam kaki yang dilakukan 2 kali/minggu selama 2 minggu.
(2013), melakukan penelitian dengan judul “A program of 3 physical
therapy modalities improves peripheral arterial disease in diabetes
type 2 patients a randomized controlled trial”, 68 penderita DM tipe 2
stadium I atau II PAD dilakukan olahraga atau kelompok plasebo selama 20 minggu kelompok intervensi diberikan 3 olahraga pada proksimal, medial dan distal ektremitas bawah (dengan posisi duduk dan berdiri dengan gerakan dorsal fleksi, plantar fleksi dengan 25 gerakan/menit sampai tidak bisa melakukan olahraga tersebut akibat kelelahan atau nyeri). Memastikan PAD dengan mengevaluasi ABI,
doppler flow velocity, parameter darah (HDL, LDL, Hb, glukosa), Skor
risiko kardiovaskuler dan nadi selama olahraga. Ditemukan perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok pada ABI kiri (P<0.039) ABI kanan (P<, 0,023), doppler flow velocity kanan dan kiri arteria tibia dan dorsalis pedis serta nilai HDL, LDL, kolesterol dan fibrinogen.
Persamaan penelitian ini adalah dilakukannya olah raga pada penderita DM dan hanya pengukuran ABI. Perbedaannya pada variabel yang diteliti yaitu pengukuran doppler flow velocity, parameter darah (HDL, LDL, Hb, glukosa), skor risiko kardiovaskuler dan nadi selama olahraga