BAB 1 PENDAHULUAN - PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM TINDAKAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KERATON BUTON SEBAGAI ASET PUSAKA KOTA BAUBAU - Unissula Repository

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kota Pusaka adalah kota atau kabupaten yang memiliki aset

  pusaka yang unggul berupa rajutan pusaka alam dan pusaka budaya yang lestari yang mencakup unsur ragawi (artefak, bangunan dan kawasan dengan ruang terbukanya) dan unsur kehidupan, ekonomi, sosial-budaya (Piagam Pelestarian Kota Pusaka, 2013)

  Sampai dengan tahun 2016 tercatat 58 Kota/Kabupaten yang terdaftar sebagai Kota Pusaka di Indonesia Kota Pusaka Indonesia, 2016). Lima puluh delapan Kabupaten/Kota tersebut dikelompokkan menjadi 3 kelompok berdasarkan derajat prioritas, yaitu kelompok prioritas A, B dan C. Kelompok prioritas A terdiri dari 11 Kabupaten/Kota salah satunya adalah Kota Baubau (Piagam Pelestarian Kota Pusaka, 2013).

  Kota Baubau menjadi salah Kabupaten/Kota yang diprioritaskan karena kota Baubau memiliki aset pusaka/ kekayaan budaya dan sejarah yang tinggi, baik yang wujud maupun tak wujud (Syahadat, 2014).

  Aset pusaka yang akan menjadi fokus pembahasan dalam penelitian ini adalah Kawasan Benteng Keraton Buton, dikarenakan kawasan ini adalah tempat yang memiliki nilai historis yang signifikan, merupakan konsentrasi sebaran banyak benda cagar budaya/ aset pusaka ragawi dan tak ragawi, serta lingkungan sekitar kawasan ini masih mencitrakan peninggalan kesultanan Buton secara ragawi maupun tak ragawi (Bappeda Kota Baubau, 2013).

  Alasan lain Kawasan Benteng Keraton Buton ini menjadi fokus dalam penelitian ini adalah karena merupakan Benteng terluas di dunia dan telah meraih predikat sebagai Benteng Terluas di Dunia dari Museum Rekor Indonesia (MURI) dan

  

Guiness Book of World Record (Bayang, 2012), selain itu Pusat

  Dokumentasi Arsitektur (PDA) juga telah memasukkan benteng hasil karya komunitas di nusantara ini dalam kategori benteng nusantara dan dijadikan Pusat Percontohan Nasional untuk pengembangan benteng bernuansa lokal (Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Baubau, 2012).

  Saat ini pengelolaan Kawasan Benteng Keraton Buton dilakukan oleh pemerintah Kota Baubau melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata serta Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Makassar, namun pelestarian bangunan dan kawasan cagar budaya tidak cukup hanya dilakukan oleh pemerintah saja. Dalam pasal

56 Undang-Undang Cagar Budaya Nomor 11 Tahun 2010 Tentang

  Cagar Budaya secara eksplisit menyebutkan bahwa kegiatan pelestarian bangunan dan kawasan cagar budaya bukan hanya tanggung jawab pemerintah daerah setempat melainkan memerlukan partisipasi masyarakat kota yang bersinggungan secara langsung dengan obyek bangunan dan kawasan cagar budaya.

  Selain itu, di dalam Modul Pelestarian Kota Pusaka, 2013 juga disebutkan bahwa gerakan masyarakat merupakan kunci keberhasilan pelestarian kota pusaka. Tanpa gerakan masyarakat upaya pelestarian akan jalan ditempat, karena itu penting sekali untuk mendorong dan menggairahkan gerakan masyarakat.

  Permasalahan yang terjadi saat ini adalah kegiatan pelestarian Kawasan Benteng Kearaton Buton sangat lemah partisipasi masyarakat dikarenakan kebijakan sebelumnya yang didominasi oleh pemerintah dengan pendekatan top down sehingga seringkali masyarakat tidak dilibatkan (Syahadat, 2014). Oleh karena itu penulis menganggap perlu melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana bentuk partisipasi dan faktor apa saja yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pelestarian Benteng Keraton Buton. Sehingga nantinya dapat memberi masukan/rekomendasi kepada pemerintah Kota Baubau dalam menempatkan peran masyarakat pada kegiatan pelestarian.

  1.2. RUMUSAN MASALAH

  Permasalahan utama yang dapat diangkat dan perlu dikaji lebih dalam berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas, adalah: 1)

  Lemahnya partisipasi masyarakat dikarenakan kebijakan sebelumnya yang didominasi oleh pemerintah dengan pendekatan top down sehingga seringkali masyarakat tidak dilibatkan. 2) pengetahuan/pemahaman masyarakat terhadap

  Kurangnya pelestarian cagar budaya. 3)

  Partisipasi masyarakat sangat penting dalam pelestarian Cagar Budaya.

  1.3. TUJUAN DAN SASARAN 1.3.1. Tujuan

  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk partisipasi masyarakat dan faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat Kota Baubau dalam pelestarian Kawasan Benteng Keraton Buton sebagai aset Kota Pusaka Baubau.

1.3.2. Sasaran

  Sasaran yang dilakukan agar tujuan yang telah ditetapkan dalam penelitian ini dapat tercapai dengan baik adalah sebagai berikut: 1)

  Menemukan bentuk partisipasi dan tingkat partisipasi masyarakat dalam pelestarian Kawasan Benteng Keraton Buton. 2)

  Menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pelestarian Kawasan Benteng Keraton Buton.

1.4. MANFAAT PENELITIAN 1.4.1. Manfaat Teoritis

  Manfaat dari segi teoritis penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi disiplin ilmu perencanaan wilayah dan kota.

1.4.2. Manfaat Praktis

  Peneliti berharap agar hasil penelitian ini dapat menjadi saran/ masukan bagi stakeholder yang terkait dengan pelestarian Kota Pusaka Baubau, manfaat praktis dari penelitian ini antara lain memberikan rekomendasi/masukan kepada pemerintah Kota Baubau mengenai partisipasi masyarakat Kota Baubau dalam upaya pelestarian Kawasan Benteng Keraton Buton yang nantinya dapat digunakan sebagai bahan evaluasi kegiatan pelestarian Kota Pusaka Baubau.

1.5. KEASLIAN PENELITIAN

  Keaslian penelitian dimaksudkan untuk membandingkan penelitian yang sedang dilakukan dengan penelitian sebelumnya. Keaslian penelitian merupakan salah satu langkah awal untuk mewujudkan penelitian yang asli tanpa adanya unsur plagiasi dari hasil penelitian orang lain. Dengan demikian, perbedaan antara penelitian terdahulu dan penelitian yang sedang dilakukan akan jelas terlihat perbedaannya. Beberapa bagian yang perlu diketahui dalm keaslian penelitian ini adalah judul penelitian, lokasi, tujuan, teknik analisis, dan hasil penelitian. Untuk lebih jelasnya perbedaan penelitian yang dilakukan dengan penelitian sebelumnya dapat dilihat pada Tabel 1.1:

  5 Tabel I.1 Keaslian Penelitian Judul, Tahun, Wilayah dan Nama Peneliti Tujuan Penelitian Metode Penelitian dan Pendekatan Hasil Penelitian Perbedaan dengan Penelitian Penulis

Berdasarkan Fokus (Partisipasi masyarakat, Kota Pusaka, Cagar Budaya)

  Partisipasi Masyarakat Dalam Memelihara Benda Cagar Budaya di Pulau Penyengat sebagai Upaya Pelestarian Warisan Budaya Melayu, 2005, Kota Tanjungpinang, Meitya Yulianty

  (Yualianty, 2005)

  Mengkaji bentuk dan tingkat partisipasi dalam pemeliharaan dan pelestarian benda cagar budaya di Pulau Penyengat sebagai warisan budaya Melayu

  Deskriptif kuantitatf Bentuk partisipasi masyarakat Pulau Penyengat dapat dilihat dari derajat kesukarelaan, cara keterlibatan, keterlibatan dalam berbagai tahap proses pembangunan, tingkatan organisasi, intensitas dan frekuensi kegiatan, lingkup kegiatan, efektivitas, keterlibatan, dan gaya partisipasi. tingkatan partisipasi yang dicapai oleh masyarakat Pulau Penyengat dalam pemeliharaan benda cagar budaya sedang mencapai tahapan Partnership atau Kemitraan antara pemerintah dengan masyarakat.

  Masih ada beberapa fase yang mencirikan tahapan Placation atau Perujukan a.

  Perbedaan lokus b. Perbedaan metode penelitian, dimana penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif c. Perbedaan tujuan penelitian, dimana penulis ingin mengetahui pula faktor- faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat d. Penulis menggunakan konsep teori Instrumen pelestarian Kota Pusaka dalam mengidentifikasi bentuk partisipasi masyarakat. Penataan dan Pelestarian

  Mengidentifikasi ragam pusaka dan merumuskan Deskriptif dan

  Kekayaan pusaka Kota Palopo dikelompokkan menjadi pusaka a.

  Perbedaan lokus b. Perbedaan metode

  Metode Judul, Tahun, Penelitian Perbedaan dengan Wilayah dan Nama Tujuan Penelitian Hasil Penelitian dan Penelitian Penulis Peneliti Pendekatan

  Kawasan Bersejarah strategi pelestarian eksploratif alam, pusaka ragawi dan penelitian, Kota Palopo Kota Pusaka Palopo. pusaka non-ragawi. Sebagai dimana penulis sebagai Kota hasil kajian, dapat menggunakan

  Pusaka Indonesia, dirumuskan strategi metode

  2013, Fadhil pelestraian Kota Pusaka penelitian Surur.

  Palopo, yaitu dengan proses deskriptif

  (Surur, 2013)

  manajemen konservasi dengan kualitatif langkah strategis yang c.

  Perbedaan tujuan meliputi pemberdayaan urban penelitian, heritage, pemberdayaan dimana penulis masyarakat, aspek ekonomi dan ingin mengetahui aspek sosial budaya. Program bentuk dan P3KP di Kota Palopo kedepan faktor-faktor harus memberikan gaung yang positif atau multiplier mempengaruhi effect yang baik untuk partisipasi masyarakat setempat dan masyarakat. sebagai cikal bakal World City Heritage di Indonesia. Arahan Pengembangan Untuk menemukan Deskriptif Faktor-faktor yang a.

  Perbedaan lokus Kota Palembang faktor-faktor yang dan mempengaruhi pengembangan b.

  Perbedaan metode Sebagai Kota mempengaruhi preskriptif Kota Pusaka di Kota Palembang penelitian, dimana Pusaka, 2014, pengembangan Kota Kualitatif yaitu faktor perubahan fungsi penulis Taufiq Ardhan dan Pusaka di Kota penggunaan lahan, sumberdaya menggunakan metode Putu Gde Ariastita Palembang dan manusia, keaslian bangunan, penelitian

  (Ardhan, Ariastita, menganalisis arahan implementasi kebijakan, deskriptif Perencanaan, & pengembangan Kota aktivitas kebudayaan kualitatif Teknik, 2014) Pusaka di kota masyarakat, peningkatan c.

  Perbedaan tujuan Palembang aksesibilitas, kepemilikan penelitian, dimana lahan dan pengembangan penulis ingin ekonomi kreatif kawasan kota mengetahui bentuk pusaka. dan faktor-faktor yang mempengaruhi

  Arahan berdasarkan faktor- partisipasi

  

6

  Wilayah dan Nama Peneliti Tujuan Penelitian Metode Penelitian dan Pendekatan Hasil Penelitian Perbedaan dengan Penelitian Penulis

  Pelestarian Lanskap Sejarah Kota Baubau Sebagai Kota Pusaka Indonesia di Provinsi Sulawesi Tenggara,2014, 1.

  Perbedaan metode penelitian

  Perbedaan tujuan penelitian b.

  a.

  Terdapat 17 lanskap sejarah sejarah di Kota Baubau berdasarkan empat periode peninggalan yaitu prakerajaan, kerajaan dan kesultanan, kolonial, dan pascakemerdekaan.

  Kualitatif dan kuantitatif

  Menginventarisasi peninggalan sejarah serta menganalisis ksrskter lanskap Kota Baubau 2. Menyusun strategi pelestarian

  Berdasarkan Lokus (Kota Baubau)

  faktor yang berpengaruh untuk tiap zona yaitu berkaitan dengan fungsi penggunaan lahan, SDM, bangunan, dukungan kebijakan, aktivitas budaya, aksesibilitas, pemberian insentif dan pengembangan ekonomi kreatif masyarakat dalam pelestarian aset pusaka.

  Perbedaan lokus b. Perbedaan metode penelitian, dimana penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif c. Perbedaan tujuan penelitian, dimana penulis ingin mengetahui bentuk dan faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat.

  a.

  Upaya pelestarian Kota Pusaka Kawasan Klampok meliputi rehabilitasi kawasan, pelestarian aspek nonfisik identitas kota, dan konservasi bangunan bersejarah.

  Deskriptif Kuantitatif

  Untuk menganalisis upaya yang tepat dalam rangka melestarikan Kota Pusaka Kawasan Klampok di Kabupaten Banjarnegara.

  (Kurniawan, Nugroho Adi Suwandono, 2015)

  Upaya Pelestarian Kota Pusaka Kawasan Klampok, Kecamatan Purworejo Klampok, 2015, Nugroho Adi Kurniawan dan Djoko Suwandono.

7 Judul, Tahun,

  Metode Judul, Tahun, Penelitian Perbedaan dengan Wilayah dan Nama Tujuan Penelitian Hasil Penelitian dan Penelitian Penulis Peneliti Pendekatan

  Ray March lanskap sejarah Kebijakan perlindungan Syahadat di Kota Baubau lanskap sejarah, peningkatan keterlibatan masyarakat, dan penataan lanskap sejarah merupakan strategi pelestarian yang diusulkan untuk melestarikan lanskap sejarah di Kota Baubau. Pelestarian

  1. Deskriptif Penggunaan lahan di kawasan a.

  Mengidentifikasi Perbedaan fokus

  Kawasan Benteng karakteristik Kualitatif saat ini beragam namun tetap dimana tujuan Keraton Buton, kawasan didominasi fungsi permukiman penelitian 2011, Novesty bersejarah dan ruang terbuka.Area penulis lebih Noor Azizu, 2. sirkulasi yang terkait berfokus pada

  Mengidentifikasi Antariksa dan dan menganalisis dengan aktivitas sosial dan partisipasi Dian Kusuma penyebab budaya masyarakat masih masyarakat Wardhani. perubahan kawasan tetap dipertahankan hingga b.

  Perbedaan tujuan

  (Azizu, bersejarah kini. Kondisi bangunan penelitian Antariksa, &

  3. bersejarah sebagian besar Menentukan arahan

  Wardhani, 2011) pelestarian telah mengalami perubahan kawasan fisik.

  Faktor penyebab perubahan kawasan, yaitu pembangunan bangunan baru yang tidak selaras, kurang tegasnya pelaksanaan hukum dan peraturan tentang pelestarian, kurangnya peran aktif masyarakat, perubahan bangunan bersejarah, faktor sosial, faktor politik dan ekonomi. Faktor penyebab perubahan fisik bangunan bersejarah di kawasan, yaitu

  8

  Metode Judul, Tahun, Penelitian Perbedaan dengan Wilayah dan Nama Tujuan Penelitian Hasil Penelitian dan Penelitian Penulis Peneliti Pendekatan

  perubahan kepemilikan, kegiatan wisata, kurangnya kesadaran masyarakat, perubahan selera pemilik, kurangnya komitmen pemerintah, material bangunan dan faktor ekonomi. Makna kultural bangunan diperoleh 6 bangunan bersejarah potensial tinggi, 61 bangunan potensial sedang dan 5 bangunan potensial rendah. Arsitektur Mengkaji pengaruh Deskriptif Konsep pembangunan rumah Terdapat perbedaan Tradisional kebudayaan terhadap Kualitatif adat Buton diambil dari pada fokus Keraton Buton, arsitektur di normaFalsafah Martabat penelitian 2013, Kota Keraton Buton Tujuh. Baubau, La Ode Adiyaksa,

  Simbol yang melekat di Mutmainna konstruksi rumah Buton Mansyur. mempunyai maknayang sangat

  (Adiyaksa &

  sakral yang di ambil dari

  Mansyur, 2013)

  alam kosmos sebagaimanifestasi ajaran agama dilihat dari proses budaya Konstruksi dalam rumah adat buton memiliki keunikan yaitu rumahpanggung dengan hirarki ruang yg dipengaruhi oleh ajaran tasawuf dengan struktur sambungan kayu yang

  9

  Metode Judul, Tahun, Penelitian Perbedaan dengan Wilayah dan Nama Tujuan Penelitian Hasil Penelitian dan Penelitian Penulis Peneliti Pendekatan

  saling mengait dengan pasakkayu tanpa menggunakan paku

  Pengaruh mengetahui Deskriptif Pada tahun-tahun sebelumnya Terdapat perbedaan Perkembangan karakteristik faktor- Eksplanatori terjadi beberapa perubahan pada fokus Kota Baubau faktor perkembangan dan kerusakan pada citra penelitian terhadap Citra di Kota Baubau dan kawasan Benteng Keraton Kawasan Benteng karakteristik citra Buton. Bahkan Keraton Buton, kawasan Benteng perkembangan Kota Baubau pada 2015, Kota Keraton Buton, serta masa kini mulai bergeser ke Baubau, Ummu untuk mengetahui arah benteng berada.

  Sahdiah Sahlan, pengaruh antara Perkembangan kota di sekitar Antariksa, faktor-faktor benteng, yaitu Kartika Eka Sari perkembangan kota Kecamatan Betoambari, Murhum,

  (Sahlan, terhadap citra Wolio, dan Batupoaro adalah Antariksa, & kawasan Benteng yang paling berpotensi Eka, 2015) Keraton Buton. membawa pengaruh pada pelestarian benteng.

  Faktor-faktor yang memiliki pengaruh adalah faktor fisik 0,408, faktor lahan sebesar 0,175 dan faktor pola pergerakan sebesar 0,399.

  Sumber : Hasil analisis, 2016

  10 Dari beberapa penelitian diatas yang memiliki fokus yang sangat mirip dengan penelitian ini adalah penelitian dari Meitya Yulianty pada tahun 2005 dengan judul Partisipasi Masyarakat Dalam Memelihara Benda Cagar Budaya di Pulau Penyengat sebagai Upaya Pelestarian Warisan Budaya Melayu, namun terdapat perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian tersebut terutama pada lokus dan metode yang digunakan. Jika dalam penelitian tersebut menggunakan metode deduktif kuantitatif dan lokasi penelitian di Pulau Penyengat, maka penelitian ini menggunakan metode deduktif kualitatif dan berlokasi di Kota Baubau yang nantinya ingin mencapai tujuan untuk menemukan bentuk dan faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pelestarian Kawasan Benteng Keraton Buton sebagai aset pusaka Kota Baubau.

  Selain itu penelitian yang memiliki fokus dan lokus hampir sama dengan penelitian ini adalah penelitian dari Ray Mach Syahadat pada tahun 2014 dengan judul Pelestarian Lanskap Sejarah Kota Baubau Sebagai Kota Pusaka Indonesia di Provinsi Sulawesi Tenggara. Namun terdapat perbedaan antara penelitian tersebut dengan penelitian ini, dimana perbedaan tersebut terdapat pada metode dan tujuan penelitian. Pada penelitian tersebut menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif dengan tujuan penelitian menginventarisasi peninggalan sejarah serta menganalisis ksrskter lanskap Kota Baubau dan menyusun strategi pelestarian lanskap sejarah di Kota Baubau, sementara dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian deduktif kualitatif dengan tujuan untuk mengetahui bentuk partisipasi dan faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pelestarian Kawasan Benteng Keraton Buton sebagai Aset Pusaka Kota Baubau.

Gambar 1.1 Diagram State of The Art

1.6. RUANG LINGKUP

  Ruang lingkup penelitian ini terdiri dari lingkup materi dan lingkup wilayah. Ruang lingkup materi menjelaskan batasan substansi dalam mengkaji hal-hal yang menjadi permasalahan dalam penelitian. Sedangkan lingkup spasial merupakan penjelasan mengenai batasan wilayah penelitian yang akan dikaji.

  1.6.1. Ruang Lingkup Materi

  Ruang lingkup materi yang dibahas dalam penelitian ini dibatasi hanya untuk menemukan bentuk partisipasi dan faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat Kota Baubau dalam pelestarian Kawasan Benteng Keraton Buton sebagai aset pusaka Kota Baubau menggunakan analisis deskriptif kualitatif.

  1.6.2. Ruang Lingkup Wilayah

  Ruang lingkup wilayah pada penelitian ini adalah Kawasan Benteng Keraton Buton meliputi Seluruh Kelurahan Melai,Kecamatan Murhum Kota Baubau, Sulawesi Tenggara. Berada pada letak geografis berada pada 5°26"

  • 5²26" Lintang Selatan dan 122°30" -

  122°38” dengan batas-batas sebagai berikut: a.

  Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Lamangga dan Kelurahan Wajo b.

  Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Baadia c. Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Bukit Wolio

  Indah d. Sebelah barat berbatasan dengan dengan Kelurahan

  Baadia Masyarakat yang dimaksud pada penelitian ini adalah masyarakat yang berada/tinggal di dalam Kawasan Benteng Keraton Buton.

1.7. KERANGKA PIKIR

  Kerangka pikir merupakan alur dari pengerjaan suatu penelitian dimana dimulai dari latar belakang penelitian, dan tujuan penelitian, kemudian analisis yang digunakan sehingga mencapai sebuah kesimpulan dan rekomendasi dari penelitian tersebut. Adapun kerangka pikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 1.1. dibawah ini:

SASARAN ANALISIS

  Deduktif Kualitatif a.

  METODOLOGI

  Analisis Bentuk dan Tingkat Partisipasi Analisis Faktor yang mempengaruhi Partisipasi

  Modul Pelestarian Kota Pusaka mengisyaratkan partisipasi masyarakat dalam pelestarian cagar budaya dan aset pusaka

  UU Cagar Budaya No.11 Tahun 2010, UU RI No.5 Tahun 1992 tentang Benda cagar Budaya dan

  KESIMPULAN & REKOMENDASI

  Masyarakat (Arstein dalam Panudju, 1999) c. Teori faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat (Slamet, 1994)

  Pelestarian Cagar Budaya (Haris dan Dines, 1988) b. Teori Bentuk dan Tingkat Partisipasi

  15 Gambar 1.2

Kerangka Pikir

  Benteng Keraton Buton memiliki nilai historis yang signifikan, merupakan konsentrasi sebaran banyak benda cagar budaya/ aset pusaka ragawi dan tak ragawi, serta lingkungan sekitar kawasan ini masih mencitrakan peninggalan kesultanan Buton secara ragawi maupun tak ragawi, meraih penghargaan dari MURI dan Guiness Book of World Record sebagai Benteng terluas di dunia

  Menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat

  Menemukan bentuk dan tingkat peran serta/partisipasi masyarakat dalam pelestarian Kawasan Benteng Keraton Buton

  Pusaka kategori A Mengetahui bentuk dan faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pelestarian Kawasan Benteng Keraton Buton Sebagai Aset Pusaka Kota Baubau

  Kebijakan yang masih bersifat top down Kota Baubau ditetapkan sebagai salah satu Kota

  Kurangnya pengetahuan pemahaman/pemahaman masyarakat terhadap pelestarian cagar budaya

  

Kurangnya partisipasi

masyarakat dalam upaya

pelestarian kawasan

Benteng Keraton Buton

dan Benda Cagar Budaya di dalamnya.

  Kota Baubau memiliki aset pusaka yang beragam, salah satunya Benteng Keraton Buton

  TEMUAN STUDI

1.8. METODOLOGI PENELITIAN

  Metodologi merupakan cara atau jalan yang ditempuh sehubungan dengan penelitian yang dilakukan, serta memiliki langkah-langkah yang sistematis. Metode penelitian menyangkut masalah kerjanya, yaitu cara kerja untuk dapat memahami yang menjadi sasaran penelitian yang bersangkutan, meliputi prosedur penelitian dan teknik penelitian. Tujuannya adalah untuk mengarahkan proses berpikir atau penalaran terhadap hasil-hasil yang ingin di capai. Pada bab ini akan di jelaskan mengenai metode penelitian yang meliputi pelaksanaan studi, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data, teknik penyajian data, teknik analisis, pemahaman terhadap metode analisis dan penerapannya (Hasan, 2002).

1.8.1. Proses Pelaksanaan Studi

A. Tahap Persiapan Studi

  Tahap persiapan ini terdiri dari beberapa langkah kegiatan persiapan yang harus dilakukan sebelum melakukan tahapan-tahapan yang lain yaitu meliputi: 1)

  Menentukan latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan sasaran studi. Permasalahan yang diangkat dalam studi ini adalah kurang percaya dirinya masyarakat Kota Baubau dalam berpar tisipasi mendukung upaya pelestarian kasawan cagar budaya. Hal ini yang menjadi perumusan masalah dalam studi ini. Sedangkan tujuan dan sasaran dirumuskan untuk menjawab latar belakang dan permasalahan tersebut. 2)

  Penentuan lokasi studi yaitu kawasan cagar budaya Benteng Keraton Buton yang secara administrasi terletak di Kelurahan Melai, Kecamatan Murhum, Kota Baubau, Sulawesi Tenggara. 3)

  Kajian teoritik dan literatur yang berkaitan dengan studi yaitu bentuk dan tingkat partisipasi masyarakat, faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat, serta teori pelestarian kawasan cagar budaya. Selain itu mengumpulkan kajian teoritik mengenai metodologi penelitian terutama metode kualitatif dan hal-hal lain yang mendukung studi ini. 4)

  Pengumpulan data yang dibutuhkan meliputi data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari lapangan secara langsung melalui wawancara atau daftar pertanyaan dan pengamatan langsung (observasi). Sedangkan data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui literatur, dokumentasi dinas/badan/instansi/ yang terkait berupa data-data yang akan diolah serta peraturan perundang-undangan. Sedangkan data-data yang dibutuhkan disajikan dalam Tabel 1.2. 5)

  Pengolahan data berkaitan dengan metode analisis dan teknik analisis yang akan digunakan.

  Data pada penelitian ini diolah menggunakan metode analisis 6)

  Tahap analisis data. Pada tahap ini analisis yang dilakukan adalah berupa analisis bentuk dan tingkat pasrtisipas masyarakat serta analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat. 7)

  Menyusun temuan studi berdasarkan analisis yang dilakukan.

8) Menyusun kesimpulan dan saran.

B. Tahap Pengumpulan Data 1) Bentuk Data

  Data-data yang digunakan merupakan:

  a) Data primer adalah data yang didapatkan dari hasil observasi dan wawancara langsung di lapangan, yaitu: i. Data yang berkaitan dengan bentuk partisipasi dan tingkat partisipasi masyarakat terhadap pelestarian Kawasan Benteng Keraton Buton. ii. Data yang berkaitan dengan faktor dari dalam diri masyarakat (internal) yang berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat.

  b) Data sekunder berupa data literatur, yang merupakan hasil penelitian kepustakaan untuk mendapatkan landasan teori yang relevan dengan kenyataan di lapangan dan topik penelitian mengenai bentuk dan tingkat partisipasi masyarakat dalam pelestarian Benteng Keraton Buton sebagai aset pusaka Kota Baubau.

2) Teknik Pengumpulan Data

  Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan dengan cara:

a) Observasi Lapangan

  Dalam penelitian ini menggunakan paradigma kualitatif, maka peneliti adalah pelaksana langsung yang mengumpulkan data langsung di lapangan, karena penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk dan tingkat partisipasi masyarakat kota Baubau dalam pelestarian Benteng Keraton Buton sebagai aset pusaka Kota Baubau maka kajian pengamatan dilakukan secara eksplorasi dengan observasi lapangan terhadap aspek fisik dan non fisik kawasan cagar budaya Benteng Keraton Buton.

b) Wawancara

  Teknik wawancara yang dilakukan berupa wawancara terstruktur berdasarkan sejumlah pertanyaan yang telah disusun sebelumnya. Teknik wawancara dilakukan kepada instansi pemerintah terkait pelestarian kawasan pusaka Kota Baubau, budayawan, masyarakat/kelompok masyarakat/tokoh masyarakat yang merupakan narasumber yang lebih mengetahui tentang bentuk dan tingkat partisipasi masyarakat kota Baubau dalam pelestarian Kawasan Benteng Keraton Buton sebagai aset pusaka Kota Baubau.

  Tabel. I.2 Kebutuhan Data Primer No. Data Kebutuhan Data Sumber

  1. Bentuk Keterangan masyarakat Masyarakat sekitar partisipasi dan pemerintah daerah Kawasan dan masyarakat dalam mengenai bentuk pemerintah daerah pelestarian partisipasi (Dinas Kebudayaan Kawasan Benteng masyarakat. dan Pariwisata Kota Keraton Buton Baubau) melalui wawancara.

  3. Faktor-faktor Identitas masyarakat Masyarakat sekitar yang berpengaruh berupa umur, Kawasan terhadap pendidikan, partisipasi pekerjaan, agama, masyarakat etnis (daerah asal), serta lama tinggal di sekitar kawasan

  Sumber : Analisis Penyusun, 2016 Tabel. I.3 Kebutuhan Data Sekunder No. Data Kebutuhan Data Sumber

1. Program-program Bappeda Kota Baubau,

   Dokumen P3KP pembangunan Dinas Kebudayaan dan Baubau berkaitan dengan Pariwisata Kota

   Dokumen RAKP Kota Pusaka dan Baubau, BPCB Kota Baubau Cagar Budaya Baubau  Dokumen RTBL

  No. Data Kebutuhan Data Sumber

  Kawasan Benteng Keraton Buton

   Dokumen DED Kota Pusaka Baubau

  2. Aset-aset pusaka Bappeda Kota Baubau  Dokumen P3KP Kota Baubau Baubau

  4. Sejarah Kota Studi Literatur dari  Penjelasan Baubau dan penelitian mengenai sejarah

  Benteng Keraton terdahulu, Kota Baubau dan

  Buton keterangan

  Benteng Keraton masyarakat Buton

  Sumber: Analisis Penyusun,2016

1.8.2. Pengambilan Sampel

  Sampel adalah bagian populasi yang menjadi sumber data peneliti atau individu yang diselidiki dalam penelitian. Dengan mengacu pada variable yang dicari data dan populasi yang diperlukan tidak sepenuhnya diambil. Sample dalam penelitian kualitatif ini benar benar mewakili ciri-ciri populasi, ini dimaksudkan untuk mendapatkan sebanyak mungkin informasi dari berbagai macam sumber.

  Secara teknik dalam penelitian ini digunakan tekni k pengambilan sampel menggunakan teknik snowball yang mengacu pada pendapat terbanyak yang sama dan menunjukan pada titik jenuh atas jawaban yang serupa atau sama.

1.8.3. Metode Analisis

  Metode penelitian adalah bagaimana urutan-urutan suatu penelitian dilakukan yaitu dengan alat dan prosedur bagaimana suatu penelitian dilakukan (Nasir,

  

2005). Metode analisis ini dapat diartikan sebagai

  prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan obyek atau subyek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang nampak atau sebagaimana adanya (Hadari, 2005). Sehubungan dengan studi ini, maka metode penelitian yang digunakan Metodologi deduktif kualitatif.

  Proses pelaksanaan studi dalam penelitian ini terbagi dalam beberapa tahap, antara lain tahap persiapan studi, tahap pengumpulan data dan informasi, tahap pengolahan data dan informasi, analisis data, serta penyusunan kesimpulan dan rekomendasi. Lebih jelasnya dapat dilihat pada keterangan dibawah ini.

1.8.4. Teknik Analisis

  Metode analisis bentuk dan faktor partisipasi masyarakat dalam pelestarian Kawasan Benteng Keraton Buton akan dilakukan dengan teknik deduktif kualitatif.

  

Tabel I.4

Matrik Analisis

Konsep No Sasaran Konsep Teori

  Kriteria Partisipasi 1.

  Belum ada bentuk partisipasi dari masyarakat Manipulasi atau

  2. Hanya sebagai alat stempel untuk merekayasa dukungan manipulation terhadap pemegang kekuasaan.

  1. Partisipasi warga hanya topeng dimana seharusnya masih bagian dari tangga terendah yaitu manipulasi karena keduanya masih pada posisi kendali pemerintah.

  2. Masyarakat ditempatkan sebagai pihak yang tidak berdaya dan ketidakberdayaan tersebut perlu diterapi dengan Terapi atau melakukan upaya pemberdayaan. Namun, tidak ada therapy partisipasi dalam proses ini.

  3. Masyarakat di beri tahu apa yang sedang atau telah terjadi 4. sepihak oleh pelaksana proyek tanpa Pengumuman memperhatikan tanggapan masyarakat Menemukan bentuk dan tingkat

  5. Informasi yang dipertukarkan terbatas partisipasi masyarakat dalam Tingkat 1.

  Dalam tingkatan ini sudah ada informasi kepada warga 1 pelestarian Kawasan Benteng

  Partisipasi mengenai hak, tanggung jawab dan pilihan-pilihan. Namun Keraton Buton sebagai aset pusaka arus informasi berjalan searah dari “pejabat” kepada Kota Baubau “warga” dan tidak disediakan umpan balik serta tidak ada negosiasi.

  2. Informasi yang disiapkan biasanya pada tahap akhir perencanaan sehingga warga hanya memiliki waktu yang sempit untuk mempengaruhi program yang dirancang. Informasi atau 3.

  Alat yang paling sering digunakan untuk komunikasi informing semacam ini adalah berita, pamflet, dan poster.

  4. Rapat atau meeting juga dijadikan media komunikasi satu arah dengan memberi informasi dangkal, menyederhanakan pertanyaan dan memberi jawaban yang tidak relevan.

  5. Masyarakat menjawab pertayaan-pertanyaan penelitian.

  6. Masyarakat tidak diberi kesempatan untuk terlibat dan mempengaruhi proses penelitian.

  7. Akurasi hasil penelitian tidak dibahas bersama masyarakat

  

22

  Konsep No Sasaran Konsep Teori Kriteria Partisipasi 1.

  Metode yang sering digunakan dalam anak tangga ini adalah survey mengenai sikap warga, pertemuan, membawa pulang brosur, atau menjawab kuisioner.

  2. Dalam tahap ini, pemegang kekuasaan membatasi masukan dari warga.

  3. Partisipasi dalam bentuk konsultasi hanya formalitas. Konsultasi atau Kehadiran warga dalam forum konsultasi menjadi tolok ukur consultation dalam hal ini.

  4. Orang luar mendengarkan, menganalisis masalah dan pemecahannya.

  5. Tidak ada peluang untuk pembuatan keputusan bersama.

  6. Para profesional tidak berkewajiban untuk mengajukan pandangan masyarakat (sebagai masukan) untuk ditindak lanjuti.

  1. Dalam tahap ini, warga mulai memiliki beberapa tingkat pengaruh meskipun masih ada kecenderungan tokenisme.

  2. Contoh dari strategi penentraman adalah menempatkan beberapa orang wakil dari warga/kelompok miskin pada badan-badan publik atau komite-komite seperti dewan pendidikan dll.

  3. Apabila wakil warga tersebut tidak akuntabel kepada Penentraman atau konstituen dan apabila elite kekuasaan tradisional placation memegang mayoritas kursi di badan-badan tersebut, maka kendali belum dikuasai oleh masyarakat.

  4. Kecenderungannya, masyarakat memberikan korban/jasanya untuk memperoleh imbalan berupa insentif/upah.

  5. Masyarakat tidak dilibatkan dalam proses pembelajaran atau eksperimen-eksperimen yang dilakukan.

  6. Masyarakat tidak memiliki andil untuk melanjutkan kegiatan-kegiatan setelah insentif dihentikan.

  

23

  Konsep No Sasaran Konsep Teori Kriteria Partisipasi 1.

  Kekuasaan sebenarnya didistribusikan melalui negosiasi antara warga dan pemegang kekuasaan. Mereka setuju untuk berbagi peran dalam perencanaan dan pengambilan keputusan melalui struktur seperti badan pengambilan keputusan bersama dll.

  2. Setelah aturan dasar dibentuk melalui proses bersama, maka perubahan aturan tidak dilakukan secara sepihak.

  3. Keefektifan tangga ini dapat dilihat dari : a. adanya kekuatan warga yang terorganisir dan memiliki

  Kemitraan atau pemimpin yang akuntabel. partnership b.

   Membayar honor para pemimpin secara wajar c. Ketika kelompok memiliki sumberdaya atau materi untuk menyewa dan memecat teknisi sewaan.

  4. Masyarakat membentuk kelompok untuk mencapai tujuan proyek.

  5. Pembentukan kelompok (biasanya) setelah keputusan- keputusan utama yang di sepakati.

  6. Pada tahap awal masyarakat tergantung pada pihak luar, tetapi secara bertahap menunjukkan kemandiriannya

  1. Pada tingkat ini, warga telah berada pada titik dimana mereka memegang posisi yang menentukan/dominan untuk sebuah rencana atau program pembangunan.

  2. Untuk mengatasi perbedaan posisi, pemegang kekuasaan perlu memulai proses tawar menawar dengan warga daripada menekan. Pendelegasian 3.

  Masyarakat berperan dalam analisis untuk perencanaan atau power kegiatan dan pembentukan atau penguatan kelembagaan. delegation 4.

  Cenderung melibatkan interdisipliner yang mencari keragaman perspektif dan proses belajar yang terstruktur dan sistematik.

  5. Masyarakat memiliki peran untuk mengontrol atas (pelaksanaan) keputusan-keputusan mereka, sehingga memiliki andil dalam keseluruhan proses kegiatan.

  

24

  Konsep No Sasaran Konsep Teori Kriteria Partisipasi 1.

  Daya kontrol warga semakin meningkat meskipun tidak ada seorangpun di negara ini memiliki kontrol mutlak.

  2. Para warga hanya menuntut agar tingkat kekuatan (atau kontrol) bisa menjamin para warga dapat mengatur sebuah program atau institusi, bertanggung jawab penuh atas kebijakan dan manajerial, dan dapat menegosiasikan syarat-syarat manakala ada orang luar yang akan Kedaulatan Rakyat merubahnya. atau citizen 3.

  Masyarakat mengambil inisiatif sendiri secara bebas, control

  (tidak dipengaruhi oleh pihak luar) untuk mengubah sistem atau nilai-nilai yang mereka miliki.

  4. Masyarakat mengembangkan kontak dengan lembaga lain untuk mendapatkan bantuan teknis dan sumber daya yang diperlukan.

  5. Masyarakat memegang kendali atas pemanfaatan sumberdaya yang ada dan atau digunakan.

  1. Pikiran 2.

  Tenaga 3. Tenaga dan pikiran 4. Bentuk Partisipasi Keahlian

  5. Barang dan 6.

  Uang 1. Jenis kelamin 2. Umur Faktor-faktor

  Mengidentifikasi faktor-faktor 3.

  Pendidikan yang Karakteristik 3 yang mempengaruhi partisipasi 4.

  Pekerjaan mempengaruhi Masyarakat masyarakat 5.

  Agama Partisipasi

  6. Daerah asal (etnis) 7.

  Lama tinggal pada suatu tempat Sumber : Hasil Analisis, 2016

  

25

1.9. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

  BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini berisikan latar belakang, perumusan

  masalah, tujuan dan sasaran, ruang lingkup baik ruang lingkup wilayah maupun ruang lingkup materi, serta kerangka pemikiran, metodologi penelitian dan sistematika pembahasan laporan.

  BAB II KAJIAN TEORI Bab ini berisi review terhadap teori/konsep yang

  terdapat dalam literatur tertentu yang relevan, yang ada kaitannya dengan tema tugas akhir.

  BAB III KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI Berisikan keadaan eksisting pada wilayah studi

  yang meliputi Orintasi Wilayah Kota Baubau, Tinjauan Sejarah Kota Baubau, Aset Pusaka Kota Baubau, Orientasi Kawasan Benteng Keraton Buton, Sebaran Aset Pusaka di Dalam Kawasan Benteng Keraton Buton sera Gambaran Penataan dan Pelestarian Kawasan Benteng Keraton Buton.

  

BAB IV ANALISIS PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PELESTARIAN

KAWASAN BENTENG KERATON BUTON Bab ini berisi tentang analisis yang dilakukan, yaitu Analisis terkait bentuk partisipasi, tingkat partisipasi

  dan faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pelestarian Kawasan Benteng Keraton Buton.