EFEKTIVITAS PROGRAM REHABILITASI PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL DINAS SOSIAL KOTA SERANG TAHUN 2016

  

EFEKTIVITAS PROGRAM REHABILITASI

PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN

SOSIAL DINAS SOSIAL KOTA SERANG

TAHUN 2016

  SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

  Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Manajemen Publik Program Studi Ilmu Administrasi Negara

  Oleh Ines Shafa Hasanah

  6661131616

  

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

  

ABSTRAK

Ines Shafa Hasanah. NIM 6661131616. Tahun 2017. Efektivitas Program Rehabilitasi

Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Di Dinas Sosial Kota Serang Tahun 2016.

Program Studi Ilmu Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Dosen Pembimbing Pertama: Yeni Widyastuti, S.Sos.,

M.Si dan Dosen Pembimbing Kedua Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si.

  

Latar belakang masalah penelitian yaitu belum adanya panti rehabilitasi untuk

melakukan program rehabilitasi secara berkelanjutan, tidak adanya pengawasan

lebih lanjut oleh Dinas Sosial Kota Serang terhadap para penyandang masalah

kesejahteraan sosial yang telah mengikuti program rehabilitasi, sosialisasi yang

belum efektif, tidak tegasnya sanksi yang diberikan. Tujuan penelitian ini Untuk

mengetahui efektifitas program rehabilitasi yang dijalankan oleh Dinas Sosial

Kota Serang kepada para penyandang masalah kesejahteraan sosial yang

terjaring razia pada tahun 2016. Penelitian ini menggunakan teori Efektivitas

Duncan terdiri dari Pencapaian Tujuan, Integrasi dan Adaptasi. Metode yang

digunakan adalah kuantitatif deskriptif. Sampel dalam metode penelitian ini

adalah penyandang masalah kesejahteraan sosial yang pernah mengikuti

rehabilitasi Dinas Sosial Tahun 2016. Teknik pengambilan dampel menggunakan

teknik sampel secara kebetulan yang didapat 153 sampel. Hasil dari penelitian

ini, diketahui tingkat efektivitas sebesar 49% yang dapat diartikan bahwa

efektivitas program rehabilitasi penyandang masalah kesejahteraan sosial belum

berjalan efektif. Kesimpulan pada penelitian ini adalah tujuan dari program ini

belum tercapai, sosialisasi yang belum optimal, minimnya sarana prasarana,

belum optimalnya pengawasan berkelanjutan untuk mengurangi jumlah

penyandang masalah kesejahteraan sosial di Kota Serang. Saran peneliti Dinas

Sosial perlu menyediakan sarana prasarana yang memadai, perbaikan program

rehabilitasi sesuai Peraturan Daerah No 2 Kota Serang, meningkatkan kerjasama

dengan SatPol PP dan relawan sosial, peningkatan pengawasan pasca

rehabilitasi, pemberian modal usaha dan proses pendataan. Kata kunci: Efektivitas, Program Rehabilitasi, Penyandang Masalah Sosial

  

ABSTRACT

Ines Shafa Hasanah. NIM 6661131616. Year 2017. Effectiveness of Rehabilitation

Program in People with social problems of Serang Social Department in 2016.

Department of Public Administrasi. Faculty of Social Science and Political Science. Sultan

st nd

Ageng Tirtayasa University. 1 Supervisor: Yeni Widyastuti, S.Sos., M.Si; 2 Supervisor:

Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si.

  

The background of the problem of research that is no rehabilitation building

available to do training programs, there is no further supervision from the social

department to people with social problems who have followed rehabilitation

programs, socialization guidance program of people with social problems has not

been effective and lack of strict sanction. The purpose of this study is determine

the extent to which the effectiveness of the guidance program of the people with

social problems workers in the Serang Social Department in 2016. This study uses

the theory of Duncan Effectiveness consists of Achievement, Integration and

Adaptation. Sample in this research is people with social problems who have

followed rehabilitation programs in Serang Social Department in 2016. Sample

technique used technique accidental sample obtained 153 sample. The result of

this research, known the level of effectiveness reached 49%, that conclude the

programs has not run effectively. The conclution of the research in the objectives

of the program has not been obtained, for the socialization that is not ideal, lack

of infrastructure, not optimal periodical control to minimize the people whith

social problems in Serang. Recommendation of this research are to speed up of

social rehabilitation building, rehabilitation program improvement in accordance

with Serang local regulations No 2, enhance cooperation with the municipal

police of Indonesia as a field supervisior. Increased supervision after

rehabilitation, controling venture capital, and data collection process.

  Keywords: Effectiveness, Rehabilitation Program, People with Social Problems

KATA PENGANTAR

  Assalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatu, Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Illahi Rabbi kemudian solawat serta salam semoga terlimpah dan tercurah kepada Nabi besar Muhammad S.A.W yang telah mengiringi doa dan harapan penulis untuk mewujudkan terselesaikannya skripsi yang berjudul Efektivitas Program

  

Rehabilitasi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Dinas Sosial Kota

Serang Tahun 2016. Skripsi ini dibuat sebagai persyaratan untuk memperoleh

  Gelar Sarjana Strata satu (S1) Ilmu Sosial dan Ilmu Politik pada konsentrasi Manajemen Publik program studi Ilmu Administrasi Negara. Sekalipun penulis menemukan hambatan dan kesulitan dalam memperoleh informasi akurasi data dari para narasumber namun disisi lain penulis juga sangat bersyukur karena banyak mendapat masukan untuk menambah wawasan dan pengetahuan khususnya pada bidang yang sedang diteliti oleh penulis. Untuk terwujudnya penulisan skripsi ini banyak pihak yang membantu penulis dalam memberikan motivasi baik waktu, tenaga, dan ilmu pengetahuannya. Maka dengan ketulusan hati, penulis mengucapkan terima kasih ke pada kedua orang tua tercinta atas curahan perhatian dan kasih sayangnya dan juga doa yang tak henti serta motivasi dalam pengerjaan skripsi ini.

  Pada kesempatan ini juga suatu kebanggaan bagi penulis untuk mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada berbagai pihak yang

  1. Bapak Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  2. Bapak DR. Agus Sjafari, M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosialdan Ilmu Politik Universitas Sultan AgengTirtayasa.

  3. Ibu Rahmawati, S.Sos., M.Si., Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  4. Bapak Iman Mukhroman, S.Sos., M.Si., Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  5. Bapak Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si., Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa 6. Ibu Listyaningsih, M.Si., Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara

  Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  7. Bapak Riswanda, Ph.D Sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  8. Ibu Yeni Widyastuti, M.Si., sebagai dosen pembimbing I yang telah senantiasa memberikan arahan dan bimbingan secara sabar dan juga dukungan selama proses penyusunan skripsi.

  9. Bapak Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si., sebagai dosen dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan proposal penelitian ini.

  10. Bapak Julianes Cadith, S.Sos., M.Si, sebagai dosen pembimbing akademik yang telah membimbing mulai dari awal perkuliahan.

  11. Kepada seluruh Dosen Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama perkuliahan.

  12. Para staf Tata Usaha (TU) Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa atas segala bantuan informasi selama perkuliahan.

  13. Pihak Dinas Sosial Kota Serang yang telah memberikan informasi, data, dan ketersediaan waktu dalam proses pengambilan data untuk penulis.

  14. Kepada orang tuaku tercinta Ibunda Heny Setiowati dan Ayahanda Kartiko Nurintias, SH., MH yang telah menjadi motivator terbesar selama perjalanan hidupku. Terima kasih atas segala doa, bimbingan, kasih sayang, penyemangat, perhatian, dukungan serta motivasi yang tidak ada henti-hentinya yang selalu diberikan untukku.

  15. Kepada seluruh saudara-saudaraku yang telah mendoakan, memberi semangat dan motivasi.

  16. Kepada Muhammad Rizkhi yang terus memberikan semangat dan

17. Kepada para sahabat Siti Aida Faradisha, Al Mira Raisa, Yesi

  Kusumaningrum, Aghnia Destiani dan Erma Wijaya yang telah memberikan dukungan serta keceriaan dan kebahagiaan selama 4 tahun perkuliahan. Dengan ini penelitian skripsi telah selesai disusun. Penulis meminta maaf apabila terdapat kesalahan-kesalahan dalam pembuatan skripsi ini. Maka dari itu kritik dan saran saya harapkan guna memperbaiki dan menyempurnakan skripsi berikutnya. Penulis pun berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa dan peneliti sendiri.

  Wassalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatu, Serang, 16 Juni 2017

  Penulis Ines Shafa Hasanah

  DAFTAR ISI Halaman

  BAB I PENDAHULUAN

  1.1 Latar Belakang Masalah.............................................................................. 1

  1.2 Identifikasi Masalah .................................................................................. 20

  1.3 Rumusan Masalah ..................................................................................... 20

  1.4 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 20

  1.5 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 21

  BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN

  2.1 LandasanTeori ........................................................................................... 22

  2.1.1 Teori Efektivitas ............................................................................... 22

  2.1.2 Teori Kesejahteraan Sosial............................................................... 27

  2.1.3 Pengertian Program Pembinaan ....................................................... 30

  2.1.4 Pengertian Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial ................... 33

  2.2 Penelitian Terdahulu ................................................................................. 37

  2.3 Kerangka Berpikir ..................................................................................... 39

  2.4 Hipotesis Penelitian .................................................................................. 42

  BAB III METODELOGI PENELITIAN

  3.1 Metode Penelitian ..................................................................................... 43

  3.2 Fokus Penelitian ........................................................................................ 44

  3.3 Lokasi Penelitian ....................................................................................... 44

  3.4.1 Definisi Konsep ............................................................................... 44

  3.4.1 Definisi Operasional ........................................................................ 46

  3.5 Instrumen Penelitian ................................................................................. 50

  3.6 Informan Penelitian ................................................................................... 51

  3.6.1 Populasi ............................................................................................ 52

  3.6.2 Sampel .............................................................................................. 52

  3.7 Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data .............................................. 55

  3.7.1 Teknik Pengolahan Data .................................................................. 55

  3.7.2 Uji Validitas ..................................................................................... 55

  3.7.3 Uji Reliabilitas ................................................................................. 56

  3.7.4 Tabel Frekuensi .............................................................................. 57

  3.7.5 Uji Hipotesis ...................................................................................59

  3.8 Jadwal Penelitian .....................................................................................60

  BAB IV HASIL PENELITIAN

  4.1 Deskripsi Obyek Penelitian .................................................................61

  4.1.1 Gambaran Umum Dinas Sosial Kota Serang.............................61

  4.2 Deskripsi Data .....................................................................................62

  4.2.1 Identitas Responden ..................................................................63

  4.3 Pengujian Persyaratan Statistik ...........................................................65

  4.3.1 Uji Validitas ..............................................................................65

  4.3.2 Uji Reliabilitas...........................................................................66

  4.3.3 Analisis Data .............................................................................67

  4.4 Pengujian Hipotesis ...........................................................................104

  4.5 Interpretasi Data ...............................................................................108

  BAB V PENUTUP

  5.1 Kesimpulan........................................................................................113

  5.2 Saran .................................................................................................114

  Daftar Pustaka Lampiran

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Sebagai negara berkembang, Indonesia masih terus melakukan pembangunan dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat di negaranya yang sesuai dengan pasal 33 UUD 1945, yang diantaranya adalah mewujudkan kesejahteraan umum. Di dalamnya berupa membangun masyarakat yang sejahtera dan berkeadilan sosial. Pembangunan yang dilakukan tidak hanya menyangkut peningkatan dan pertumbuhan ekonomi tetapi pembangunan juga harus ditunjukan untuk kesejahteraan masyarakat. Khususnya perhatian lebih pada masyarakat yang kurang beruntung agak tidak selalu dikesampingkan, untuk itu perlu adanya peran pemerintah berupa perlindungan sosial.

  Indonesia juga merupakan negara dengan masyarakat yang sangat banyak, akan timbul masalah sosial jika tidak sesuainya unsur budaya dan masyarakat yang berdampak pada kehidupan sosial. Menurut Soekanto (2005:739), terhambatnya keinginan-keinginan pokok warga kelompok sosial tersebut dapat menyebabkan kepincangan ikatan sosial. Masalah sosial juga bisa diartikan sebuah kondisi yang dipandang oleh sejumlah orang dalam masyarakat sebagai sesuatu yang tidak diharapkan. Adanya masalah sosial dalam masyarakat ditetapkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan khusus seperti pemerintah, organisasi sosial, dan lain sebagainya.

  Dalam lingkungan bermasyarakat ada banyak ditemukan masalah sosial yang merupakan dampak dari masyarakat miskin. Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial atau yang sering disingkat menjadi PMKS inilah yang dikategorikan sebagai individu yang memiliki kesulitan serta hambatan memenuhi kebutuhan hidupnya dengan wajar secara jasmani dan rohani dan melakukan fungsi sosial sebagaimana seorang individu semestinya seperti menjalin hubungan dengan individu lain dan lingkungannya karena pada hakekatnya masyarakat yang sejahtera adalah masyarakat yang mendapatkan perlindungan sosial dan pelayanan sosial dari negara. Seperti yang di amanatkan oleh Undang-undang dasar 1945 pasal 34 ayat 1 menjelaskan bahwa fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara, maka sudah menjadi kewajiban negara untuk memelihara fakir miskin dan anak terlantar. Sehingga sudah menjadi tugas pemerintah dan pemerintah daerah memberikan rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial dan perlindungan sosial sebagai perwujudan pelaksanaan kewajiban negara dalam menjamin terpenuhinya hak atas kebutuhan dasar warga negara yang miskin dan tidak mampu, karena masyarakat tentunya menginginkan untuk mendapatkan kesejahteraan sesuai dengan kata-kata dalam undang-undang tersebut. Menurut Departemen Sosial (2002:20), masalah sosial timbul karena adanya tingkah laku individu yang menjadi penyebab utama adanya masalah sosial jika telah menimbulkan tekanan dari organisasi dan menjadi agenda publik yang perlu ditangani. Adanya beberapa faktor pemicu yakni melemahnya kekuatan ekonomi sehingga tidak tersedianya lapangan pekerjaan yang cukup sehingga minimnya tenaga kerja yang terserap membuat masalah sosial seperti terus bertambahnya jumlah penduduk tanpa diimbangi oleh tersedianya sumber- sumber penghidupan di masyarakat. Meningkatnya populasi penyandang masalah kesejahteraan sosial disekitar masyarakat terutama didaerah perkotaan yang tidak dapat terhindarkan. Masalah kemiskinan yang membuat tidak terkontrolnya arus keluar masuknya penduduk menimbulkan banyaknya masyarakat yang akhirnya menjadi penyandang masalah kesejahteraan sosial. Adapula jenis-jenis PMKS adalah: 1.

  Anak Nakal 2. Anak Jalanan 3. Korban Tindak Kekerasan/Diperlakukan Salah 4. Tuna Susila 5. Pengemis 6. Gelandangan 7. Bekas Warga Binaan Lembaga Kemasyarakatan (BWBLK) 8. Korban Penyalahgunaan Napza

10. Keluarga Bermasalah Sosial Psikologis 11.

  Korban Bencana Alam 12. Korban Bencana Sosial 13. Pekerja Migran Bermasalah Sosial 14. Orang dengan HIV/AIDS (ODHA)

  Dengan munculnya penyandang masalah kesejahteraan sosial di suatu kota, akan memberi peluang adanya gangguan keamanan yang akan berdampak pula pada sektor pembangunan. Sering kali kita jumpai dengan keadaan yang keberadaan PMKS tersebut seperti di lampu merah, emperan toko bahkan perumahan-perumahan. Faktor lain penyebab muncul dan bertambahnya penyandang masalah kesejahteraan sosial yakni menyempitnya lahan pertanian di desa karena digunakan untuk pembangunan pemukiman dan perusahaan atau pabrik. Keadaan ini mendorong penduduk desa untuk pindah ke daerah dengan maksud untuk merubah nasib, tapi sayangnya mereka tidak membekali diri dengan pendidikan dan keterampilan yang memadai. Sehingga keadaan ini akan menambah tenaga yang tidak produktif di kota.

  Akibatnya, untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka bekerja apa saja asalkan mendapatkan uang termasuk meminta-minta (mengemis). Untuk menekan biaya pengeluaran, mereka memanfaatkan kolong jembatan, pinggiran rel kereta api, emperan toko dan lain sebagainya untuk mencari tempat tinggal dengan mengabaikan berbagai aspek sosial. Menjadi penyandang masalah mempertahankan diri. PMKS merupakan fenomena sosial terutama didaerah perkotaan yang kadang dijadikan cermin kemiskinan kotadan kegagalan beradaptasi suatu individu/kelompok terhadap kehidupan dinamis kota besar. Munculnya PMKS ini disebabkan oleh pesatnya pertumbuhan kota secara paralel dan tingginya laju urbanisasi. (Sihombing, M Justin, 2005:61)

  Secara yuridis pemerintah daerah bertanggung jawab dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial sesuai dengan ketentuan pasal Pasal 12 ayat

  1 Undang-undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, dimana Pemerintah Kota Serang wajib melaksanakan urusan wajib pelayanan dasar termasuk penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Peraturan daerah ini akan menjawab dan menjadi solusi dalam menangani masalah kesejahteraan sosial di Kota Serang yang belum tertangani dengan baik.

  Sehingga perlu adanya penangan terhadap penyandang masalah kesejahteraan sosial yang serius dari pemerintah pusat dan daerah seiring terus bertambahnya jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial seperti rehabilitasi. Rehabilitasi Menurut Pasal 1 ayat 22 KUHAP, rehabilitasi ialah hak seseorang untuk mendapatkan pemulihan haknya dalam kemampuan, kedudukan, harkat dan martabatnya yang diberikan pada tingkat penyidikan, penuntutan atau peradilan karena ditangkap, ditahan, dituntut atau diadili tanpa alasan berdasarkan undang-undang atau karena kekeliruan mengenai orang atau hukum yang para penyandang masalah kesejahteraan sosial berupa program yang sengaja dibuat untuk membangun rasa ingin memperbaiki fungsi sosial, potensi dan menjalankan perannya sebagai seorang individu yang sesuai seperti pemberian keterampilan berwirausaha.

  Kota Serang yang merupakan Ibu Kota Provinsi Banten menjadi daerah yang tentunya memiliki jumlah PMKS yang tinggi. Bahkan untuk tahun 2016 terhitung terdapat 153 pengemis, 25 gelandangan, 57 anak jalanan dan 13 wanita rawan sosial ekonomi yang masuk dalam data Dinas Sosial Kota Serang. Karena merupakan ibu kota provinsi dan merupakan daerah penghubung antara Sumatera dan Jawa membuat Kota Serang merupakan tujuan bagi banyak masyarakat pendatang untuk bergantung hidup.

  Untuk mendukung ketertiban dan menciptakan rasa aman, nyaman dan tentram maka diperlukan aturan tentang pembinaan, pengawasan dan pengendalian. Yakni dengan berdasarkan Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 2 tahun 2010 tentang pencegahan, pemberantasan dan penanggulangan penyakit masyarakat. Dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan, mekanisme terbentuknya Peraturan Daerah No 2 Tahun 2010 tentang pencegahan, pemberantasan, dan penanggulangan penyakit masyarakat adalah DPRD Kota Serang sebagai pembuat kebijakan, kemudian yang menjadi pelaksana kebijakan adalah Dinas Sosial dan Satpol PP Kota Serang. Adanya peraturan bahwa Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial tidak boleh berkeliaran di jalanan terutama jalan protokol. Hal tersebut sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Serang nomor 2 Tahun 2010 tentang Pencegahan, Pemberantasan dan Penanggulangan Penyakit Masyarakat. Apabila larangan ini tidak diindahkan maka Polisi Pamong Praja sebagai eksekutor setelah berkoordinasi dengan instansi terkait yaitu Dinas Sosial akan melakukan eksekusi dilapangan sebagai bentuk pembinaan yang kemudian akan diserahkan atau disalurkan kepada panti rehabilitasi untuk dibina.

  Dinas Sosial Kota Serang merupakan unsur pelaksana otonomi daerah yang dipimpin oleh kepala dinas yang berkedudukan dan bertanggung jawab kepada walikota melalui sekertaris daerah. Dinas Sosial Kota Serang memiliki tugas pokok yakni melaksanakan urusan Pemerintahan Daerah berdasarkan azas otonomi daerah dan tugas pembantuan dibidang sosial. Adapula tugas pokok dan fungsi struktur kelembagaan sebagai berikut adalah Kepala dinas, Sekretaris, Bidang Pengembangan Potensi Kesejahteraan Sosial, Bidang Pemberdayaan Sosial, Bidang Rehabilitasi Sosial, Bidang Perlindungan dan Jaminan Sosial, Kelompok Jabatan Fungsional, Unit Pelaksana Teknis Dinas.

  Berdasarkan data yang diperoleh dari observasi pada tahap awal di Dinas Sosial Kota Serang bahwa jumlah PMKS yang dimiliki oleh Dinas Sosial Kota Serang hanya terdiri dari kategori anak jalanan, gelandangan, pengemis dan wanita rawan sosial ekonomi. Sedangkan untuk kategori lainnya, Dinas Sosial Kota Serang belum menangani sampai ke program pembinaan. Adapun data

  Tabel I.I Data Penyandang Masalah Kesejahteraan SosialDi Kota Serang Tahun 2016

  NO TAHUN KETERANGAN JUMLAH 1 2012 356 Jiwa 1.

  135 anak jalanan 2. 53 gelandangan 3. 156 pengemis 4. 12 wanita rawan sosial ekonomi 2 2015 435 Jiwa

  1.

  152 anak jalanan 2. 61 gelandangan 3. 203 pengemis 4. 19 wanita rawan sosial ekonomi 3 2016

  248 Jiwa 1.

  57 anak jalanan 2. 25 gelandangan 3. 153 pengemis 4. 13 wanita rawan sosial ekonomi

  (Sumber: Dinas Sosial Kota Serang, 2016)

  Tabel di atas merupakan ulasan jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial yang sudah ditangani oleh Dinas Sosial Kota Serang Tahun 2012, 2015 dan 2016 dan bukan hanya di data. Data tersebut dijadikan sebagai bahan acuan dalam penelitian ini. Di bawah ini, peneliti menampilkan data pembanding jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial di Dinas Sosial Kota Cilegon Tahun 2016. Sehingga dapat dilihat dari data yang terlampir bahwa jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial diantaranya anak jalanan, pengemis, gelandangan lebih banyak dimiliki oleh Dinas Sosial Kota Serang, sedangkan wanita rawan sosial ekonomi lebih banyak dimiliki oleh Dinas Sosial Kota Cilegon.

  Tabel I.I Data PMKS Di Kota Cilegon Tahun 2016

  NO JENIS PMKS JUMLAH

  1 Anak Balita Terlantar

  71

  2 Anak Berhadapan dengan Hukum

  9

  3 Anak Jalanan

  34

  4 Anak Terlantar 207

  5 Bekas Warga Binaan

  18

  6 Gelandangan

  42

  7 Keluarga Bermasalah Sosial Ekonomi 193

  8 Keluarga Rentan Sosial Ekonomi 1097

  9 Korban Penyalahgunaan NAPZA

  15

  10 Korban Tindak Kekerasan

  27

  11 Pengemis

  2

  12 Penyandang Cacat 1244

  13 Tuna Susila

  40

  14 Usia Lanjut Terlantar 686

  15 Wanita Rawan Sosial Ekonomi 1488

  (Sumber: Badan Pusat Statistik Banten, 2016)

  Dalam hal ini perlunya program yang efektif dari Dinas Sosial dalam penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial agar lebih terorganisir dengan baik sebagaimana diamanatkan dalam pasal 27 ayat 2 undang-undang dasar 1945 amandemen keempat berbunyi: „‟Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan‟‟. Pasal ini memberikan pengertian bahwa pemerintah harus memberantas pengangguran dan mengupayakan supaya setiap warga negara memperoleh pekerjaan yang layak.

  Adanya pembinaan berupa bimbingan sosial, fisik, mental hingga keterampilan untuk berwirausaha yang sesuai agar meminimalisir kembalinya para masyarakat masalah penyandang kesejahteraan sosial ke jalan. Pada awal kegiatan tersebut masing-masing PMKS diberikan kebebasan untuk memilih usaha apa yang akan mereka jadikan pilihan untuk sekiranya memperbaiki taraf hidup mereka, mulai dari pemberian bahan dan alat penunjang wirausaha seperti tabung gas; gerobak; perabotan untuk berjualan. Namun program yang diberikan terkesan percuma karena kurangnya sarana prasarana pendukung seperti ruang untuk pemberian program keterampilan dan panti rehabilitasi sehingga PMKS hanya mendapatkan pembekalan keterampilan secukupnya, adapun program keterampilan yang membutuhkan waktu selama tiga hari membuat para PMKS harus kembali lagi keesokan harinya ke Dinas Sosial untuk melanjutkan pembekalan keterampilan. Menurut hasil observasi awal, kurangnya pemantauan lebih lanjut dari Dinas Sosial Kota Serang terhadap para PMKS yang telah diberikan modal usaha seperti wajib melaporkan usaha apa yang dijalankan dan peninjauan tempat usaha. Sanksi yang tidak tegas juga menjadi salah satu faktor, sehingga banyak PMKS yang lebih memilih untuk tetap berada di jalan. Hal tersebut disampaikan oleh kepala bidang rehabilitasi dan didukung oleh pernyataan pengemis yang ditemui oleh peneliti.

  Contoh dari kegiatan program rehabilitasi berupa pembinaan keterampilan yang dilaksanakan oleh Dinas Sosial adalah pelatihan otomotif, kegiatan mengolah bahan pangan untuk dijadikan kuliner layak jual, pelatihan service elektronik, sampai pemberian modal usaha. Dengan adanya program- program seperti yang telah disebutkan, tentunya diharapkan agar para PMKS dapat meningkatkan taraf kesejahteraan sosial dan memperbaiki fungsi sosial yang semestinya. Berikut adalah data program pembinaan penyandang masalah kesejahteraan di Kota Serang.

  Tabel I.2 Program-program rehabilitasi yang diberikan oleh Dinas Sosial Kota Serang terhadap Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Kota Serang NO Program-program Tahun Lokasi Peserta Output rehabilitasi

  1 Pembekalan 248 Pengolahan

  • keterampilan

  bahan pangan berwirausaha, seperti: bertujuan agar para pmks a. pengolahan mampu membuat bahan pangan bahan olahan 2016 Kantor sehingga layak pangan yang

  Dinas jual layak dijadikan

  Sosial b. service peluang usaha.

  Kota elektronik Keterampilan

  • Serang c.

  otomotif service elektronik dimaksudkan memiliki keterampilan dan peluang usaha dalam perbaikan alat elektronik. Keterampilan

  • otomotif dimaksudkan agar para pmks dapat memahami prihal otomotif sehingga memiliki keterampilan dan pekerjaan layak.

  2 Pemberian modal 2016 Kantor

  77 Pemberian modal usaha usaha Dinas dimaksudkan agar Sosial setelah pemberian Kota keterampilan, para pmks Serang dapat memiliki modal usaha awal utuk memulai peluang usaha.

  3 Pemberian motivasi 2016 Kantor 248 Pemberian motivasi Dinas bertujuan agar para Sosial pmks terbuka hati dan Kota fikirannya untuk Serang menjalankan fungsi sosial yang semestinya.

  4 Outreach(pembinaan 2016 Kantor

  10 Pembinaan luar panti luar panti) Dinas bertujuan agar para Sosial pmks mendapatkan Kota pembinaan intensif Serang berkelanjutan berupa keterampilaan, motivasi, spiritual dan pola hidup yang sesuai.

  (Sumber: Data Dinas Sosial Kota Serang Tahun 2016 )

  Berdasarkan tabel 1.2 di atas, terdapat beberapa kegiatan dalam program pembinaan penyandang masalah kesejahteraan sosial. Kegiatan program pembinaan berupa: 1.

  Pengolahan bahan pangan diadakan pada tahun 2016, berlokasi di Dinas Sosial Kota Serang dan berjalan selama sehari. Dalam pelatihan tersebut PMKS diberikan demo mengolah bahan pangan seperti daging menjadi bakso, gorengan serta bubur yang variatif, yang pesertanya didominasi oleh wanita.

  2. Pelatihan servis elektronik diadakan juga pada tahun 2016, yang berlokasi di Dinas Sosial Kota Serang dan berjalan selama 3 hari. Dalam pelatihan tersebut PMKS diberikan demo servis elektronik lalu dibiarkan mencoba dengan didampingi tenaga ahli dari Dinas Sosial, namun kendala terjadi karena minimnya peserta yang datang dihari selanjutnya.

  3. Pelatihan otomotif diadakan juga pada tahun 2016, yang berlokasi di Dinas Sosial Kota Serang dan berjalan selama 3 hari. Dalam pelatihan tersebut PMKS diberikan demo lalu dibiarkan mencoba dengan didampingi tenaga ahli dari Dinas Sosial, namun kendala terjadi karena minimnya peserta yang datang dihari selanjutnya.

  4. Pemberian modal usaha diberikan jika para PMKS yang terjaring razia mengikuti semua rangkaian rehabilitas berupa pembinaan keterampilan yang diberikan oleh Dinas Sosial.

  5. Pemberian motivasi oleh Dinas Sosial berupa muatan-muatan positif bagaimana seharusnya menjadi warga negara yang baik, mampu bersosialisasi dengan orang lain dan tidak menjadi beban bagi masyarakat.

  6. Outreach atau yang merupakan pembinaan luar panti yang terkait dengan pelayanan yang lebih mengedepankan proses kemandirian dan pembangunan sasaran program yang dijalankan oleh Panti Sosial Bina Rungu Wicara “Melati”. Sebagai salah satu institusi pemerintah yang ikut andil dan berperan aktif dalam proses pelayanan luar panti yang dilaksanakan dalam program penjangkauan dan pendampingan, kegiatan ini juga turut dibantu oleh Dinas Sosial Provinsi Banten dan Para Camat Kota Serang.Kota Serang menjadi salah satu dari lima daerah yang mendapatkan pembinaan penjangkauan luar panti atau outreach dan daerah lainnya seperti Cirebon, Jakarta Barat, Bandung Barat dan Cianjur.

  Dalam program yang dilaksanakan oleh Dinas Sosial pada program kerja tahun 2016 dimaksudkan agar dampak yang dihasilkan dapat mencegah penyandang masalah kesejahteraan sosial tidak kembali lagi ke jalanan karena dalam pelaksanaannya para PMKS telah diberikan rehabilitasi berupa keterampilan dan spiritual yang cukup dan bertujuan mengubah pola pikir kearah yang tentunya lebih baik. Pada observasi awal, peneliti mendapatkan pengakuan dari seorang pengemis yang kembali ke pekerjaannya terdahulu di alun-alun Kota Serang, pengemis tersebut mengakui pernah mengikuti berbagai program rehabilitasi yang diberikan oleh Dinas Sosial Kota Serang, tetapi tidak adanya pemantauan dari Dinas Sosial dan menganggap pendapatan mengemis lebih menjanjikan dibandingkan berwirausaha. Pernyataan tersebut juga dibenarkan oleh Heli Priyatna selaku kepala seksi rehabilitasi tuna sosial Dinas Sosial Kota Serang pada tanggal 4 oktober 2016, bahwa setelah rehabilitasi dilakukan, sulit untuk memantau apakah mereka yang pernah tejaring razia dan di rehabilitasi menjalankan fungsi sosialnya dengan semestinya atau kembali lagi ke pekerjaan sebelumnya. Serta anggaran yang terbatas menjadikan kendala bagi Dinas Sosial Kota Serang karena Pemerintah Kota Serang belum juga memberikan anggaran yang diperlukan. Anggaran dalam pembuatan panti rehabilitasi sosial diperkirakan mencapai 50 miliar.

  Sedangkan menurut hasil wawancara dengan Iwan Setiawan selaku Kepala Bidang Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial Kota Serang sekaligus penanggung jawab program pelaksanaan kegiatan rehabilitasi pada tanggal 4 oktober 2016 di Dinas Sosial Kota Serang mengakui bahwa Dinas Sosial belum dapat berbuat maksimal karena belum adanya Unit Pelaksana Teknis Dinas Sosial, karena dengan adanya UPT baru dapat dibentuk panti sosial, yang otomatis dengan adanya panti penyandang masalah kesejahteraan sosial dapat dibina di Kota Serang. Belum adanya panti rehabilitasi juga membuat bingung Dinas Sosial selaku penanggung jawab masalah PMKS tentang bagaimana para penyandang masalah sosial tersebut akan dibina. Hal tersebut juga dibenarkan oleh Tb Ridwan Akhmad selaku Sekretaris Pansus pada tanggal 3 november di Dinas Sosial Kota Serang bahwa masalah PMKS di Kota Serang belum tertangani dengan baik oleh Pemerintah Kota sehingga akan dibuat Raperda kesejateraan sosial yang dimaksud akan menjadi katalisator dalam penyelesaian problematika sosial dan agar supaya Pemerintah Kota segera memiiki panti sosial rehabilitasi. Berikut adalah diagram hasil yang menggambarkan bahwa masih belum efektifnya program- program rehabilitasi pada tahun 2016 oleh Dinas Sosial Kota Serang.

  

Diagram I.I

Diagram Persentase Tingkat Pencapaian Program Rehabilitasi Penyandang

Masalah Kesejahteraan Sosial Dinas Sosial Kota Serang Tahun 2016

  50% 40% 30% 20% 10% 0%

  Pengolahan Servis Servis Pemberian Rehabilitasi Bahan Pangan Elektronik Otomotif Modal Usaha luar panti

  Keterangan: : Tahun 2012 : Tahun 2015

  : Tahun 2016

  Sesuai dengan keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia No 80 Tahun 2010 tentang Panduan Perencanaan Pembiayaan Pencapaian Bidang Sosial Derah Provonsi Dan Daerah Kabupaten/Kota, bahwa untuk mencapai kesejahteraan sosial pada bidang sosial suatu daerah terdapat 4 pelayanan dasar yang harus terpenuhi yaitu: 1.

  Pelaksanaan program/kegiatan bidang sosial 2. Penyediaan sarana dan prasarana sosial 3. Penanggulangan korban bencana 4. Pelaksanaan dan pengembangan jaminan sosial

  Dari empat jenis pelayanan dasar tersebut, terdapat 7 sub kegiatan untuk daerah kabupaten/kota yaitu:

1. Pemberian bantuan sosial bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan

  Sosial (PMKS) 2. Pelaksanaan kegiatan pemberdayaan sosial bagi skala kabupaten/kota 3. Penyediaan sarana dan prasarana panti sosial 4.

  Penyediaan sarana dan prasarana pelayanan luar panti 5. Bantuan sosial bagi korban bencana 6. Evakuasi korban bencana 7. Penyelenggaraan jaminan sosial

  Di dalamnya termasuk harus tersedianya sarana dan prasarana panti sosial dan prasarana pelayanan luar panti yang berguna untuk mendukung kelancaran program rehabilitasi yang dimiliki oleh kabupaten/kota sehingga tumbuh kesadaran serta tanggung jawab sosial dalam diri PMKS.

  Adapun salah satu faktor penyebab masih belum efektifnya program rehabilitasi yang berjalan adalah belum tersedianya panti rehabilitasi sebagai tempat menampung dan memberikan program rehabilitasi secara menyeluruh sehingga pemberian program rehabilitasi kepada penyandang masalah kesejahteraan sosial. Tidak adanya pengawasan lebih lanjut kepada pada PMKS yang diberikan keterampilan oleh Dinas Sosial Kota Serang sehingga masih banyak para penyandang masalah kesejahteraan sosial tersebut kembali ke jalanan dengan alasan pendapatan yang lebih besar lebih didapatkan jika ada dijalanan dan bantuan yang diberikan terkesan cuma-cuma. Serta ketegasan pemberian sanksi yang masih diragukan.

  Pentingnya pengawasan lebih lanjut terhadap penyelenggaraan suatu program, tanpa diimbangi dengan pengawasan lebih lanjut dan intensif serta sarana prasarana yang masih belum memadai maka akan menghasilkan ketidakefektifan hasil dari program yang telah dijalankan. Tujuan agar para penyandang kesejahteraan sosial yang telah terjaring razia tidak kembali lagi ke jalanan tentunya tidak akan tercapai jika Dinas Sosial Kota Serang tidak memadai dan terus menerus tidak melakukan pengawasan lebih lanjut terhadap penyandang masalah kesejahteraan sosial yang telah diberikan bantuan.

  Berdasarkan observasi awal yang peneliti lakukan, terdapat beberapa permasalahan dalam efektivitas program pembinaan tersebut dapat disimpulkan bahwa efektivitas program pembinaan penyandang masalah kesejahteraan sosial masih belum berjalan dengan optimal karena terkendala kurangnya pengawasan setelah pembinaan dan ketersediaan panti rehabilitasi yang seharusnya menjadi tempat pemberian program rehabilitasi, sehingga dapat mencegah dan mengurangi keberadaan penyandang masalah kesejahteraan sosial. Walaupun seharusnya dinas sosial merupakan wadah untuk membantu memperbaiki taraf kehidupan sosial bagi para penyandang masalah kesejahteraan sosial.

  Hal inilah yang membuat peneliti tertarik dan menjadikan hal tersebut sebagai penelitian tentang

  ‘’Efektivitas Program Rehabilitasi Penyandang Masal ah Kesejahteraan Sosial Dinas Sosial Kota Serang’’.

1.2 Identifikasi Masalah

  Identifikasi masalah dalam penelitian ini yaitu: 1. Belum adanya panti rehabilitasi untuk melakukan program rehabilitasi secara berkelanjutan bagi para penyandang masalah kesejahteraan sosial, karena belum adanya dana dari pemerintah daerah Kota Serang untuk pembangunan panti rehabilitasi.

  2. Tidak adanya pengawasan lebih lanjut oleh Dinas Sosial Kota Serang terhadap para penyandang masalah kesejahteraan sosial yang telah mengikuti program rehabilitasi.

3. Tidak tegasnya sanksi yang diberikan oleh Dinas Sosial Kota Serang kepada para penyandang masalah kesejahteraan sosial.

  1.3 Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah, peneliti merumuskan masalah yang akan diteliti yaitu: Seberapa besar tingkat Efektivitas program rehabilitasi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial di Dinas Sosial Kota Serang Tahun 2016?

  1.4 Tujuan Penelitian

  Untuk mengetahui efektifitas program rehabilitasi yang dijalankan oleh Dinas Sosial Kota Serang kepada para penyandang masalah

1.5 Manfaat Penelitian

  Penelitian ini dilakukan agar pembaca dapat mengetahui gambaran mengenai kinerja Dinas Sosial Kota Serang dalam penanganan gelandangan dan pengemis.

  1. Manfaat Secara Praktik: a.

  Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis.

  b.

  Penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian bagi pemerintah untuk mengambil langkah yang tepat dalam rangka penanggulangan pada penyandang masalah kesejahteraan sosial di Kota Serang.

  2. Manfaat Secara Teoritis: a.

  Sebagai bahan pemahaman dan pembelajaran bagi peneliti dan mahasiswa lain untuk melakukan penelitian-penelitian secara lebih mendalam terhadap Efektivitas Program Rehabilitasi PMKS oleh Dinas Sosial Kota Serang.

  b.

  Menambah ilmu pengetahuan berdasarkan hasil penelitian khususnya dalam efektivitas program pada manajemen publik.

BAB II KERANGKA TEORI

2.1 Landasan Teori

  Pengertian tinjauan pustaka menurut Black dan Champion (2009:296) merupakan gambaran yang menyeluruh dari setiap proyek penelitian.

  Tinjauan pustaka digunakan sebagai peninjauan kembali pustaka (laporan penelitian, dan sebagainya) mengenai masalah yang berkaitan dengan penelitian. Berikut adalah beberapa teori yang relevan dalam penelitian Efektivitas Program Rehabilitasi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Dinas Sosial Kota Serang.

2.1.1 Teori Efektivitas

  Setiap organisasi yang meliputi publik maupun privat pasti memiliki tujuan organisasi dimana tujuan yang menjadi pencapaian akhir didukung dengan adanya visi dan misi sebagai alat pembantu untuk pencapaian tujuan dengan hasil yang efektif dan efisien. Efektivitas berasal dari kata effective yang artinya berhasil atau ditaati.

  Menurut (Siagaan, 2001:24), efektivitas pada dasarnya menkankan pada taraf pencapaian hasil, sedangkan efisiensi lebih melihat bagaimana mencapai hasil yang dicapai itu dengan membandingkan antara input dan

  Selanjutnya Steers dalam Tangkilisan (2005:141) mengemukakan 5 (lima) kriteria dalam pengukuran efektivitas, yaitu:

  1. Produktivitas

  2. Kemampuan adaptasi kerja

  3. Kepuasan kerja

  4. Kemampuan berlaba

  5. Pencarian sumber daya Sedangkan menurut Tangkisan (2005:314) yaitu: 1. Pencapaian target, yang dimaksud adalah sejauh mana target dapat ditetapkan organisasi sehingga terealisasi dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari sejauh mana pelaksanaan tujuan organisasi dalam mencapai target sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

2. Kemampuan adaptasi, dilihat dari sejauh mana organisasi dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi.

  3. Kepuasan kerja, yang merupakan suatu kondisi yang dirasakan oleh seluruh anggota organisasi yang mampu memberikan kenyamanan dan motivasi bagi peningkatan kinerja organisasi yang menjadi fokus elemen ini adalah antara pekerjaan dan kesesuaian imbalan atau sistem insentif yang diberlakukan bagi anggota yang berprestasi.