Masyarakat Iktiologi Indonesia Variabilitas harian komunitas ikan padang lamun perairan Tanjung Tiram-Teluk Ambon Dalam

Jurnal Iktiologi Indonesia, 13(1):35-53

Variabilitas harian komunitas ikan padang lamun perairan Tanjung Tiram-Teluk Ambon Dalam

[Daily variability of fish community in sea grass beds of Tanjung Tiram-Inner Ambon Bay]

1,  Husain Latuconsina 2 , Rohani Ambo-Rappe

1 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,Universitas Darussalam

2 Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin  Faklultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Darussalam

Jln. Raya Tulehu Km. 24 Ambon, 97582 Surel:husainlatuconsina@ymail.com

Diterima: 27 November 2012; Disetujui: 21 Mei 2013

Abstrak

Penelitian ini dilaksanakan di perairan Tanjung Tiram , Teluk Ambon Dalam selama bulan Juli-Agustus 2012, untuk membandingkan kelimpahan dan struktur komunitas ikan padang lamun berdasarkan perbedaan siang dan malam hari. Ikan dikoleksi dengan metode sapuan menggunakan pukat pantai yang ditarik pada hamparan padang lamun sebanyak enam kali (masing-masing tiga kali mewakili siang dan malam hari). Hasil penelitian mendapatkan total jumlah indivi- du ikan sebanyak 5593 individu dari 72 spesies dan 35 famili. Siganus canaliculatus mendominasi struktur komunitas ikan baik pada siang maupun malam hari, Ostorhinchus lateralis aktif pada malam hari, dan Aeoliscus strigatus yang aktif pada siang hari. Terdapat variasi struktur komunitas ikan antara siang dan malam, dengan nilai dominansi selalu lebih tinggi pada malam hari. Sebaliknya, keanekaragaman selalu tinggi pada siang hari dan keseragaman spesies lebih stabil pada siang hari. Variabilitas kelimpahan dan struktur komunitas ikan antara siang dan malam hari selain berkait- an dengan sifat nokturnal dan diurnal, juga dipengaruhi fluktuasi parameter oseanografi. Suhu, salinitas, oksigen ter- larut, dan pH berpengaruh positif, sedangkan kekeruhan perairan berpengaruh negatif terhadap kelimpahan ikan di eko- sistem padang lamun.

Kata penting: distribusi harian, komunitas ikan, padang lamun, Tanjung Tiram.

Abstract

The research was conducted from July-August 2012 to examine day and night abundance and community structure of fish in seagrass area of Tanjung Tiram, Inner Ambon Bay. Fish were collected by swept area method using beach seine over the seagrass areas. Fish samples were collected six times (three times for each day and night). It was found that to- tal number of individual fish as much as 5593 individuals from 72 species and 35 families. Siganus canaliculatus do- minated the fish community structure at both day and night time. Ostorhinchus lateralis more active at night time, whereas Aeoliscus strigatus more active at day time. Fish community structure varied between day and night, index of dominancy was slightly higher at night, whereas index of diversity was higher during day time as well as the evenness index. Variability in abundance and community structure of fish between day and night were associated with nocturnal and diurnal fish charachetristic, and oceanographic parameters. Temperature, salinity, dissolved oxygen and pH were positively affected fish abundance; whereas the level of turbidity was negatively.

Keywords: diurnal distribution, fish community, seagrass bed, Tanjung Tiram.

Pendahuluan

dimanfaatkan sebagai sumber makanan langsung Padang lamun merupakan salah satu eko-

bagi ikan-ikan herbivora (Randal, 1965; Mariani sistem perairan pantai sebagai pendaur zat hara

& Alcoverro, 1999; Latuconsina et al., 2013), nitrat dan fosfat (Touchette & Burkholder, 2000),

daerah mencari makan berbagai spesies ikan yang mampu memberikan beragam mikrohabitat

selain jenis herbivora yang memanfaatkan biota untuk berbagai biota laut (Aswandi & Azkab,

asosasi pada ekosistem padang lamun (Pinto & 2000), selain itu kerapatan dan keragaman vege-

Punchihewa, 1996; De Troch et al., 1998; tasi lamun yang tinggi memberikan kontribusi

Hindell et al., 2000; Pereira et al. 2010), daerah terhadap kelimpahan ikan (Ambo-Rappe, 2010;

asuhan dan pembesaran (Nagelkerken et al., Latuconsina et al., 2013), karena vegetasi lamun

2000; Nagelkerken et al., 2002; Nakamura et al.

Masyarakat Iktiologi Indonesia

Variabilitas harian ikan padang lamun

2009; Latuconsina et al., 2012; Latuconsina et Tiram-Teluk Ambon Dalam antara siang dan ma- al. , 2013), daerah perlindungan (Hemingga &

lam hari belum diketahui secara pasti. Adanya si- Duarte, 2000; Hyndes et al., 2003), daerah pemi-

fat nokturnal maupun diurnal ikan padang lamun jahan (Polte & Asmus, 2006), dan alur ruaya ha-

(Supriadi et al., 2004) dan ketersediaan makanan rian antar habitat seperti ekosistem mangrove dan

(Azis et al., 2006) memengaruhi tingkatan trofik terumbu karang (Lugendo et al., 2005; Unsworth

yang berbeda antara siang dan malam hari et al. , 2009), sehingga keragaman dan kelimpah-

(Unsworth et al., 2007), sehingga diduga terdapat an ikan padang lamun turut dipengaruhi oleh ke-

variabilitas harian kelimpahan dan struktur ko- beradaan ekosistem mangrove dan terumbu ka-

munitas harian ikan padang lamun pada perairan rang (Adrim, 2006;Fahmi & Adrim, 2009).

Tanjung Tiram.

Perairan Tanjung Tiram, yang terletak Penelitian ini bertujuan untuk mende- pada Teluk Ambon Dalam, memiliki ekosistem

skripsikan variabilitas harian komunitas ikan pa- padang lamun multispesifik yang tersusun atas

dang lamun yang meliputi jumlah spesies, kelim- empat spesies vegetasi lamun, yaitu Enhalus aco-

pahan dan struktur komunitas di perairan Tan- roides, Thalassia hemprichii, Halophila ovalis ,

jung Tiram-Teluk Ambon Dalam yang keterkait- dan Halodule uninervis (Latuconsina, 2012). Le-

annya dengan fluktuasi parameter fisik-kimiawi tak perairan Tanjung Tiram pada ambang antara

oseanografi perairan. Hasil penelitian ini dapat Teluk Ambon Dalam dan Teluk Ambon Luar se-

dijadikan rujukan upaya konservasi dan peman- hingga memengaruhi distribusi dan kelimpahan

faatan ekosistem padang lamun dan sumber daya komunitas ikan akibat pertukaran massa air pada

hayati ikan secara berkelanjutan. saat pasang naik dan pasang surut yang meme- ngaruhi fluktuasi parameter fisik-kimiawi perair-

Bahan dan metode

an di kawasan tersebut (Latuconsina et al., 2012). Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli- Penelitian komunitas ikan padang lamun

Agustus 2012 di ekosistem padang lamun per- di perairan Tanjung Tiram sebelumnya pernah

airan Tanjung Tiram-Teluk Ambon Dalam. Area dilakukan Marasabessy & Hukom (1989) yang

terletak berdekatan dengan ambang Teluk Am- menemukan variasi nilai struktur komunitas ikan

bon Dalam sebelah Barat pada posisi 03º39'19" pada musim timur dan musim barat. Sementara

LS dan 128º12'3" BT. Di sekitar lokasi ditemu- itu Latuconsina et al. (2012) menemukan variasi

kan hutan mangrove dengan kerapatan vegetasi kelimpahan individu dan komposisi spesies ikan

yang rendah.

pada periode pasang purnama dan pasang perbani Komunitas ikan dikoleksi dengan metode yang diduga terkait dengan perbedaan tinggi pa-

sapuan (swept area method) menggunakan pukat sang yang memberikan perbedaan ruang gerak

pantai berukuran panjang 30 m dengan spesifika- (kedalaman) dan pendistribusian sumber makan-

si: panjang sayap masing-masing 15 m dengan an serta parameter fisik-kimiawi oseanografi per-

ukuran mata jaring 0,5 inci, tinggi jaring 1,5 m airan secara merata pada kolom perairan sehing-

dan panjang kantong 5 m, dengan bukaan mulut

ga merangsang ikan untuk memijah, mencari ma- kantong 3 m dan ukuran mata jaring 0,25 inci. kan, dan bergerombol.

Pukat pantai ditarik pada hamparan padang la- Informasi berkenaan dengan struktur ko-

mun dengan luasan sapuan ± 1000 m 2 , sebanyak munitas ikan padang lamun di perairan Tanjung

tiga kali ulangan (siang dan malam) pada saat

36 Jurnal Iktiologi Indonesia

Latuconsina & Ambo-Rappe

pasang bergerak surut. Identifikasi ikan menurut deks dominansi Margalef (C), indeks keaneka- Allen (1999), Carpenter & Niem (1999),

ragaman Shannon-Wienner (H') dengan basis ln Carpenter & Niem (2001), Kuiter & Tonozuka

S, dan indeks keseragaman Pielou (E). Kriteria (2001), dan Allen & Erdmann (2012).

nilai struktur komunitas disajikan pada Tabel 1. Parameter fisik-kimiawi oseanografi yang

Tingkat pengelompokan kesamaan spe- diamati bersamaan dengan proses penangkapan

sies ikan padang lamun berdasarkan kehadiran meliputi: kekeruhan, suhu, salinitas, pH, dan ok-

spesies secara temporal antara siang dan malam sigen terlarut. Parameter diukur in-situ dengan

hari menggunakan indeks kesamaan Bray-Curtis alat pengukur kualitas air merek Horiba.

(Bray-Curtis Similarity) yang ditampilkan dalam Parameter ekologi komunitas ikan yang

bentuk dendrogram. Pengolahan data mengguna- dianalisis meliputi: kelimpahan, komposisi spe-

kan program PRIMER versi 5,00. sies, dan struktur komunitas yang meliputi; in-

Gambar 1. Peta lokasi penelitian di perairan Tanjung Tiram-Teluk Ambon Dalam

Tabel 1.Kriteria nilai struktur komunitas (Setyobudiandi, et al. 2009).

Dominansi (C)

Keanekaragaman (H’)

Keseragaman (E)

0,00 < E ≤ 0,50

Komunitas dalam kondisi tertekan

0,50 < E ≤ 0,75

Komunitas dalam kondisi labil

0,75 < E ≤ 1,00

Komunitas dalam kondisi stabil

Volume 13 Nomor 1, Juni 2013

Variabilitas harian ikan padang lamun

Penentuan ikan dominan menggunakan nus canaliculatus, Ostorhinchus lateralis, Acri- indeks biologi yang dihitung berdasarkan jumlah

ecthys tomentosus , Aeoliscus strigatus, Herklots- individu. Spesies yang memiliki kelimpahan pa-

ichthys quadrimaculatus, dan Atherinomorus ling tinggi diberi nilai 10, kelimpahan tertinggi

duodecimalis .

kedua diberi nilai 9, kelimpahan tertinggi ke tiga Komunitas ikan pada siang hari lebih be- diberi nilai 8 dan seterusnya sampai pada terting-

ragam dibandingkan pada malam hari (uji t, gi ke 10 diberi nilai 1. Semua jumlah individu

p<0,01). Rata-rata (± simpangan baku) jumlah yang didapat dari setiap spesies selama periode

spesies yang didapatkan selama periode siang pengamatan dijumlahkan. Dari nilai indeks bio-

hari sebanyak 42,33 ± 1,49 spesies, sedangkan logi dapat ditentukan peringkat atau nilai penting

pada periode malam hari 38,33 ± 0,62 spesies. spesies tersebut dalam komunitas, nilai indeks

Sementara itu kelimpahan individu ikan pada biologi lima ke atas yang dianggap berarti dalam

malam hari lebih tinggi dibandingkan siang hari suatu komunitas (Hutomo, 1985).

(uji t, p<0,05). Rata-rata (± simpangan baku) Variasi rata-rata kelimpahan ikan pada

jumlah individu selama periode malam hari seba- siang dan malam hari dianalisis menggunakan

nyak 1306,91 ± 13,51 individu, sedangkan pada uji-t. Hubungan parameter oseanografi dengan

periode siang hari sebanyak 558,00 ± 13,51 indi- kelimpahan ikan dianalisis menggunakan kore-

vidu (Gambar 2).

lasi Pearson. Besarnya koefisien korelasi Pearson

(r) menunjukkan kekuatan hubungan linear, jika Indeks nilai penting (ikan dominan)

positif maka kedua variabel memiliki hubungan Spesies yang merupakan komponen uta-

searah, sebaliknya jika negatif maka kedua varia- ma dalam komunitas ikan padang lamun pada bel memiliki hubungan terbalik. Dengan kriteria

perairan Tanjung Tiram-Teluk Ambon Dalam se- menurut Siregar (2013): (a) 0,00-0,199: korelasi

bagian besar dikenal sebagai spesies khas peng- sangat lemah, (b) 0,20-0,399: korelasi lemah, (c)

huni ekosistem padang lamun baik sebagai peng- 0,40-0,599: korelasi cukup, (d) 0,60-0,799: kore-

huni tetap maupun penghuni sementara. lasi kuat (e) 0,80-1.00: korelasi sangat kuat. Uji-t

Penelitian yang dilakukan selama musim dan analisis korelasi dilakukan dengan program

timur ini menemukan total jumlah individu ikan SPSS ver.17

dominan secara temporal yang tertangkap pada periode siang hari berjumlah 1674 individu, se-

Hasil

mentara pada malam hari berjumlah 3919 indi- Kelimpahan dan jumlah spesies ikan padang vidu (Tabel 3). Komposisi jenis ikan dominan

lamun pada periode malam hari lebih tinggi dengan ni-

Variabilitas kelimpahan ikan padang la- lai 84,87% dari total jumlah individu ikan yang

mun di perairan Tanjung Tiram Teluk Ambon didapatkan selama periode tersebut, jika diban-

Dalam pada periode siang dan malam hari diper- dingkan dengan komposisi spesies ikan dominan

lihatkan pada Tabel 2. Ikan yang tertangkap sela- pada siang hari sebesar 73,89%.

ma penelitian berjumlah 5.593 individu yang me-

liputi 72 spesies dari 35 famili. Terdapat dua fa- Struktur komunitas harian ikan padang lamun

mili dengan jumlah spesies yang besar, yaitu Fa- Nilai struktur komunitas ikan, meliputi in-

mili Apogonidae dan Labridae. Sementara spe- deks dominansi, keanekaragaman, dan kesera-

sies dengan kelimpahan yang tinggi adalah Siga-

38 Jurnal Iktiologi Indonesia

V o m lu

e Tabel 2. Kelimpahan, dan jumlah spesies dan famili ikan padang lamun perairan Tanjung Tiram

No TL

Kelimpahan

Famili dan Spesies

TL (cm)

Mean ± SE

Mean ± SE

Mean ± SE

(cm)

Fase Hidup

I. Acanthuridae

, Ju

Acanthurus xanthopterus Valenciennes,1835

II. Ambassidae

Ambassis urotaenia Bleeker, 1852

III. Apogonidae

Ostorhinchus lateralis (Valenciennes, 1832)

Ostorhinchus hoeveni ( Bleeker, 1854)

Apogonichthyoides melas Bleeker, 1848

Cheilodipterus macrodon (Lacepède, 1801)

Cheilodipterus quinquelineatus Cuvier, 1828

Fowleria variegata (Valensiennes, 1832)

Spaheramia orbicularis (Cuvier,1828)

IV. Blenidae

Petroscirtes mitratus Ruppell, 1830

7,7 ) 2 2 Dewasa n Petroscirtes variabilis co Cantor, 1849 9,00±0,10 27 5,33±0,44 16 3,0-9,5 5,00±0,60 7,5 ) Dewasa sin

V. Callionymidae

Callionymus sp.

1 0 0 4 4 - Yuwana

VI. Carangidae

Am

Caranx sexfasciatus Quoy & Gaimard, 1825

Carangoides malabaricus (Bloch&Schneider,1801)

Scomberoides tol (Cuvier,1832)

VII. Centriscidae

2 14 ) p Dewasa e

Aeoliscus strigatus (Gunter, 1861)

VIII. Clupeidae

Herklotsichthys quadrimaculatus (Ruppell,1837)

2 14 ) Jelang Dewasa

IX. Cichlidae

Oreochromis niloticus (Linnaeus, 1758)

X. Ophichthidae

Myrophis microchir (Bleeker,1864)

1 22 22 22,4) 2 Dewasa

XI. Diodontidae

Diodon liturosus Shaw,1804

1 14 14 1 50 ) Jelang Dewasa

XII. Atherinidae

Atherinomorus duodecimalis (Valencinnes, 1835)

11) 2 Jelang Dewasa

XIII. Fistulariidae

Fistularia petimba Lacepede, 1803

11 0 0 23,0-63,0

39,00±1,15 185 ) 1 Jelang Dewasa

XIV. Gerreidae

Gerres erythrourus (Bloch,1791)

1 12 12 2 30 ) Jelang Dewasa

Gerres oyena (Forsskal, 1775)

2 24 ) Jelang Dewasa

Tabel 2. (lanjutan) sia ne

ndo Amblygobius phalaena (Valenciennes, 1837)

XV. Gobiidae

15) 1 Jelang Dewasa

gi I lo

Exyrias belissimus (Smith, 1959)

Glossogobius biocellatus (Valenciennes, 1837)

ktio Hyporhamphus archipelagic (Collette&Parin, 1978)

XVI. Hemirhamphidae

19,5) 2 Jelang Dewasa

al I Choerodon anchorago (Bloch, 1791)

XVII. Labridae

urn Cheilinus chlorurus (Bloch,1791)

J Halichoeres argus (Bloch & Schneider, 1801)

11) Jelang Dewasa

Halichoeres clhoropterus (Bloch, 1791)

Halichoeres melanurus (Bleeker, 1851)

10) 2 Jelang Dewasa

n Halichores schwartzi (Bleeker, 1849)

12) 1 Jelang Dewasa

u m Stethojulis interrupta (Bleeker, 1851)

12) 2 Jelang Dewasa

la Stethojulis strigiventer (Bennett, 1832)

1 0 0 10 10 11) 1 Dewasa

g XVIII. Lethirinidae

an Lethrinus harak (Forsskal, 1775)

ad Lethrinus lentjan p

an Lethrinus ornatus (Valenciennes,1830)

ik Lethrinus variegatus (Valenciennes, 1830)

XIX. Lutjanidae

arian Lutjanus biguttatus (Valenciennes, 1930)

h Lutjanus fulviflamma (Forsskal, 1775)

itas XX. Monacanthidae il

Acriecthys tomentosus (Linaeus, 1758)

11,5) 2 Jelang Dewasa

XXI. Mullidae

ariab Parupeneus barberinus (Lacepede, 1801)

V Parupeneus indicus (Shaw, 1803)

1 8 8 35) Yuwana

Upeneus tragula Richardson, 1846

XXII. Muraenidae

Gymnothorax richardsonii (Bleeker,1852)

21,88±0,59 34) 1 Jelang Dewasa

XXIII. Nemipteridae

Pentapodus trivittatus (Bloch,1791)

Scolopsis ciliatus (Lacepede, 1802)

25) 2 Jelang Dewasa

XXIV. Ostraciidae

Lactoria cornuta (Linnaeus, 1758)

XXV. Plotosidae

Plotosus anguilaris (Bloch, 1794)

XXVI. Platycephalidae

Inogocia sp.

XXVII. Scaridae

Scarus ghobban Forsskål, 1775

20,00±2,02 60 1,33±0,62 4 3,5-12,0 7,01±0,21 75) 2 1 Yuwana

Leptoscarus vaigiensis (Quoy & Gaimard, 1824)

35) Jelang Dewasa

V o m lu

Tabel 2. (lanjutan)

3 1 XXVIII. Serranidae

No

Cromileptes altivelis (Valenciennes, 1828)

Epinephelus bleekeri (Vaillant, 1878)

1 Epinephelus maculatus (Bloch, 1790)

, Ju XXIX. Syngnathidae n

Syngnathoides biaculeatus (Bloch, 1785)

17,86±0,13 2 28 ) Jelang Dewasa

Corythoichthys intestinalis (Ramsay,1881)

0 1 Hippocampus kuda Bleeker, 1852

1 14 14 2 30 ) Jelang Dewasa

3 XXX. Scorpaenidae

Paracentropogon longispinis ( Cuvier,1829)

7,73±0,07 11) 2 Jelang Dewasa

Scorpaenopsis sp.

Synanceja horrida (Linnaeus, 1766)

1 0 0 12 12 2 30 ) Jelang Dewasa

XXXI. Siganidae

Siganus canaliculatus (Park, 1797)

148,67±6,85 446 454,67±10,32 1364 3,0-21,5

2 29 ) Jelang Dewasa Siganus spinus (Linneaus, 1758) 0 0 0,33±0,44 1 7,5 7,5 24 ) Yuwana

Siganus lineatus (Linnaeus,1835)

XXXII. Sphyraenidae

3 35 ) n Dewasa co sin

Sphyraena pinguis Gunther, 1874

XXXIII. Synodontidae

Saurida gracilis (Quoy & Gaimard, 1824)

6 0 0 7,0-13,5

10,83±0,67 2 28 ) Jelang Dewasa & a

XXXIV. Terapontidae

Am

Pelates quadrilineatus (Bloch, 1790)

1 20 ) Jelang Dewasa

XXXV. Tetraodontidae

Arothron manillensis (Marion de Proce, 1822)

12,10±1,15 2 1 31 ) Jelang Dewasa -Ra

Arothron reticularis (Bloch & Schneider, 1801)

48 ) Jelang Dewasa

Chelonodon patoca (Hamilton, 1822)

2 20 ) Jelang Dewasa

Keterangan: ) 1 Allen (1999), ) 2 Allen & Erdmann (2012), ) 3 Kuiter & Tonozuka (2001). TL = panjang total

Variabilitas harian ikan padang lamun

gaman cukup berfluktuasi antara siang dan ma- Fenomena ini mengindikasikan bahwa spesies S. lam hari (Tabel 4). Berdasarkan Tabel 4, pada si-

canaliculatus dan O. lateralis merupakan tipe ang hari keanekaragaman jenis lebih tinggi, dan

spesies yang lebih aktif pada malam hari (noktur- Indeks keseragaman stabil pada siang hari dan

nal).

labil pada malam hari. Berbanding terbalik de-

ngan indeks dominansi yang tinggi pada malam Kesamaan temporal harian spesies ikan padang hari, disebabkan tingginya kelimpahan ikan pada

lamun

malam hari seperti Siganus canaliculatus dan Os- Indeks kesamaan jenis Bray-Curtis berda- torhinchus lateralis , sebaliknya kelimpahan S.

sarkan periode siang dan malam hari pada eko- sistem padang lamun perairan Tanjung Tiram-

canaliculatus dan O. lateralis menurun pada si- ang hari sehingga memengaruhi kestabilan tem-

Teluk Ambon Dalam memperlihatkan adanya poral harian komunitas ikan secara keseluruhan.

perbedaan (Gambar 3).

Jumlah Jenis

Kelimpahan Individu

Gambar 2. Perbandingan jumlah spesies dan kelimpahan (rata-rata ± simpangan baku) ikan padang lamun perairan Tanjung Tiram-Teluk Ambon Dalam antara siang dan malam hari

Tabel 3. Komposisi spesies ikan dominan pada ekosistem padang lamun Tanjung Tiram-Teluk Ambon Dalam

Periode Malam Spesies Dominan

Periode Siang

∑ KS (%) Siganus canaliculatus

∑ Spesies Dominan

KS (%)

1364 34,80 Aeoliscus strigatus

26,64 Siganus canaliculatus

943 24,06 Acriecthys tomentosus

Ostorhinchus lateralis

220 5,61 Syngnathoides biaculeatus

Pranesus pinguis

190 4,85 Cheilodipterus quinquelineatus

Acriecthys tomentosus

167 4,26 Paracentropogon longispinnis

Pentapodus trivittatus

122 3,11 Parupeneus barberinus

Paracentropogon longispinnis

91 2,32 Scarus ghobban

Pelates quadrilineatus

83 2,12 Pentapodus trivittatus

Chelonodon patoca

75 1,91 Pelates quadrilineatus

Herklotsichthys quadrimaculatus

71 1,81 Jumlah individu ikan dominan

Scolopsis ciliatus

3326 84,87 Jumlah individu seluruh spesies

73,89 Jumlah individu ikan dominan

3919 100 Keterangan: KS = komposisi spesies

Jumlah individu seluruh spesies

42 Jurnal Iktiologi Indonesia

Latuconsina & Ambo-Rappe

Tabel 4. Nilai struktur komunitas ikan padang lamun Tanjung Tiram-Teluk Ambon Dalam

Periode Malam Hari Struktur Komunitas

Periode Siang Hari

I II III Kategori Dominansi (C)

I II III

Kategori

0,20 rendah Keanekaragaman (H′)

2,19 sedang Keseragaman (E)

Gambar 3. Dendrogram pengelompokan kesamaan spesies ikan padang lamun berdasarkan kehadirannya di perairan Tanjung Tiram-Teluk Ambon Dalam antara siang dan malam hari

Nilai parameter fisik-kimiawi oseanografi

6 menunjukkan bahwa nilai suhu, salinitas, pH, Hasil pengukuran parameter fisik-kimiawi

dan oksigen terlarut berkorelasi positif dengan oseanografi, yang meliputi suhu, salinitas, keke-

kelimpahan ikan padang lamun, sebaliknya keke- ruhan, oksigen terlarut, dan pH selama periode

ruhan berkorelasi negatif dengan kelimpahan pengamatan masih merupakan nilai yang optimal

ikan padang lamun.

bagi ikan untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan baik (Tabel 5). Tabel 5 menunjukkan

Pembahasan

bahwa rata-rata parameter suhu, salinitas, pH, Variabilitas kelimpahan, komposisi spesies, dan dan oksigen terlarut lebih tinggi pada malam hari

struktur komunitas ikan

Variabilitas kelimpahan ikan pada eko- dibandingkan siang hari; sebaliknya nilai keke-

sistem padang lamun di perairan Tanjung Tiram- ruhan lebih tinggi pada siang hari dibandingkan

malam hari. Teluk Ambon Dalam selalu terjadi antara periode Berfluktuasinya nilai parameter oseano-

siang dan malam hari. Tingginya kelimpahan grafi secara langsung akan berpengaruh terhadap

ikan pada malam hari karena beberapa spesies di- temukan sangat dominan seperti Siganus canali-

distribusi harian ikan sehingga memengaruhi ke- limpahannya pada ekosistem padang lamun per-

culatus dan Ostorhinchus lateralis yang mendo- airan Tanjung Tiram-Teluk Ambon Dalam. Tabel

minasi pemanfaatan ruang, oksigen terlarut dan

Volume 13 Nomor 1, Juni 2013

Variabilitas harian ikan padang lamun

Tabel 5. Nilai parameter oseanografi selama pengamatan di perairan Tanjung Tiram Parameter oseanografi (Rataan ± SE)

Periode pengamatan

Kekeruhan

Suhu (◦C) Salinitas

pH

Oksigen Terlarut

(mg.L -1 ) Periode siang

(NTU)

6,54±0,52 Periode malam

Tabel 6. Korelasi parameter oseanografi dengan kelimpahan (jumlah individu) ikan

Parameter Oseanografi

Oksigen Terlarut (mg pH

(NTU)

(◦C) -1 (‰) L )

+ 0,487 Keterangan : (-) = korelasi negatif (berlawanan), (+) = korelasi positif (searah)

Kelimpahan Ikan

transfer energi melalui proses rantai makanan, lam hari, sementara pada siang hari keanekara- sehingga secara alamiah menurunkan jumlah dan

gaman tinggi dan keseragaman stabil. Menurut komposisi spesies lainnya secara merata. Lebih

Soegianto (1995), struktur suatu komunitas tidak melimpahnya ikan pada malam hari diduga ter-

hanya dipengaruhi oleh hubungan antar spesies, kait sifat nokturnal ikan yang lebih aktif pada

tetapi juga oleh jumlah relatif organisme dari malam hari (Supriadi et al., 2004), dan juga didu-

spesies-spesies tersebut, sehingga kelimpahan re-

ga akibat pengaruh ritme pasang yang merang- latif suatu spesies dapat memengaruhi fungsi su- sang ikan dengan tingkatan trofik yang berbeda

atu komunitas, distribusi individu dalam komuni- untuk terdistribusi pada ekosistem padang lamun

tas, bahkan dapat memengaruhi keseimbangan dari ekosistem terdekat seperti mangrove dan te-

komunitas dan akhirnya pada stabilitas komuni- rumbu karang (Hindell et al., 2000; Unsworth et

tas.

al ., 2009; Latuconsina et al., 2012). Ditemukan beberapa individu ikan Syng- Kelimpahan ikan yang lebih tinggi pada

nathoides biaculeatus jantan yang melekatkan malam hari membuktikan adanya distribusi ha-

telur pada bagian perutnya serta spesies Ostor- rian ikan antara ekosistem padang lamun dan ha-

hinchus lateralis dan Ostorhinchus hoevani yang bitat terdekat seperti mangrove dan terumbu ka-

sedang mengerami telur di mulutnya, membukti- rang (Nagelkerken et al., 2000; Pereira et al.,

kan peranan ekologi ekosistem padang lamun 2010). Banyak spesies ikan menggunakan ling-

perairan Tanjung Tiram sebagai tempat pemijah- kungan terumbu karang sebagai termpat berlin-

an. Fenomena yang sama ditemukan oleh dung selama siang hari, namun memiliki hubung-

Makatipu (2007) pada ekosistem padang lamun an erat dan bergantung pada ekosistem padang

Tanjung Merah Bitung-Sulawesi Utara di mana lamun dan habitat lainnya untuk mecari makan

spesies Syngnathoides biaculeatus melekatkan pada malam dan sore hari (Pereira et al., 2010).

telur pada bagian perutnya, dan spesies Apogon Tingginya komposisi spesies ikan domi-

margaritophorus yang sedang mengerami telur nan pada ekosistem padang lamun perairan Tan-

di mulutnya.

jung Tiram-Teluk Ambon Dalam telah meme- Sementara itu, berdasarkan kisaran pan- ngaruhi kestabilan struktur komunitas ikan yang

jang total, secara umum ikan yang ditemukan menyebabkan dominansi lebih tinggi pada ma-

pada ekosistem padang lamun selama penelitian

44 Jurnal Iktiologi Indonesia

Latuconsina & Ambo-Rappe

termasuk dalam fase juwana dan jelang dewasa. ting seperti Famili Siganidae, Lethrinidae, Lutja- Fenomena ini membuktikan peran ekologis eko-

nidae, Serranidae, Carangidae, Scaridae, Labri- sistem padang lamun di perairan Tanjung Tiram-

dae, Mullidae, dan Nemipteridae yang sebagian Teluk Ambon Dalam sebagai daerah asuhan dan

besar berukuran juwana, membuktikan ekosistem pembesaran ikan-ikan komersial yang selalu

padang lamun perairan Tanjung Tiram memiliki menjadi target penangkapan nelayan lokal di per-

potensi ekonomi sebagai penyedia stok alamiah airan Teluk Ambon Dalam. Fenomena yang sa-

ikan ekonomis penting di perairan Teluk Ambon ma ditemukan oleh Nagelkerken et al. (2000),

Dalam. Fenomena yang sama dilaporkan Arifin Nagelkerken et al. (2002), Gell & Whittington

et al. (2004) yang menemukan ikan-ikan bernilai (2002), Arifin et al (2004), Marasabessy (2010),

ekonomis penting berasosiasi dengan padang la- Unsworth et al. (2010), Latuconsina et al.

mun di perairan pulau Barranglompo-Makassar (2012), dan Latuconsina et al. (2013).

yang berukuran juwana seperti ikan baronang Menurut Larkum et al. (2006), kepadatan

(Siganus), kerapu (Epinephelus), kakap (Lutja- awal ikan berukuran juwana sangat bergantung

nus ), dan ikan lencam (Lethrinus), sehingga ke- kepada rekrutmen larva yang kelangsungan hi-

beradaan ekosistem padang lamun berperan se- dupnya dibatasi oleh interaksi fisik, biologis,

bagai penyedia stok dan penentu keberadaan hidrodinamika regional, serta karakteristik ka-

ikan-ikan berukuran juwana. nopi vegetasi lamun. Hyndes et al. (2003) mene-

Kehadiran ikan khas mangrove seperti mukan keragaman dan ukuran ikan yang berbeda

Famili Carangidae, Sphyraenidae, Ambassidae, berdasarkan karakteristik kanopi vegetasi lamun

dan terumbu karang seperti Famili Acanthuriae, yang berbeda. Perbedaan komposisi spesies ikan

Labridae, Scaridae, Serranidae, serta spesies antara habitat lamun sebagian mencerminkan

yang ditemukan tersebar pada habitat mangrove, komposisi ukuran ikan di habitat masing-masing.

lamun dan terumbu karang seperti Famili Sigani- Fungsi potensial ekosistem padang lamun

dae, Lethrinidae, Lutjanidae, dan Apogonidae perairan Tanjung Tiram sebagai daerah pembe-

(Carpenter & Niem, 1999; Carpenter & Niem, saran semakin terbukti dengan ditemukannya

2001; Allen & Erdmann, 2012) membuktikan spesies yang mendominasi seperti S. canalicula-

bahwa kekayaan spesies ikan padang lamun pada tus yang berukuran juwana dalam jumlah yang

perairan Tanjung Tiram turut dipengaruhi oleh sangat melimpah dibandingkan dengan yang ber-

keberadaan ekosistem mangrove dan terumbu ka- ukuran dewasa. Latuconsina et al. (2013) mene-

rang. Fenomena ini didukung oleh penyataan mukan kelimpahan dan dominasi juwana S. ca-

Adrim (2006), bahwa keragaman spesies ikan naliculatus dengan ukuran panjang rata-rata 3,70

pada eksosistem padang lamun sangat didukung cm pada perairan Tanjung Tiram selama periode

oleh konektivitas ekosistem lamun dengan eko- pasang purnama dan pasang perbani. Sementara

sistem di sekitarnya seperti mangrove dan terum- itu. Munira et al. (2010 a ) juga menemukan seba-

bu karang.

gian besar S. canaliculatus yang hidup di padang Adanya konektivitas dan pentingnya lamun Selat Lonthoir berukuran juwana dan

fungsi ekosistem padang lamun sebagai tempat umumnya dijumpai dalam satu kelompok umur.

asuhan dan pembesaran ikan-ikan khas mangrove Ditemukannya ikan-ikan penghuni pa-

dan terumbu karang, dibuktikan oleh Nakamura dang lamun yang memiliki nilai ekonomis pen-

(2010) yang menemukan hilangnya padang la-

Volume 13 Nomor 1, Juni 2013

Variabilitas harian ikan padang lamun

mun di selatan kepulauan Ryukyu berdampak ne- ekosistem padang lamun dengan kerapatan yang gatif terhadap penurunan jumlah spesies ikan

tinggi baik vegetasi multispesifik maupun mono- komersial penghuni terumbu karang yang me-

spesifik di perairan pulau Baranglompo-Makas- manfaatkan padang lamun sebagai tempat pem-

sar. Vonk et al. (2010) menemukan perbedaan besaran. Nagelkerken et al. (2002) juga membuk-

kelimpahan ikan berdasarkan struktur kanopi la- tikan bahwa kelimpahan ikan di terumbu karang

mun yang berbeda, di mana kelimpahan ikan le- merupakan fungsi keberadaan mangrove dan pa-

bih tinggi pada vegetasi lamun yang padat de- dang lamun sebagai areal asuhan dan pembesaran

ngan biomassa yang besar (kanopi tertutup) di- ikan. Degradasi habitat mangrove dan padang la-

bandingkan vegetasi lamun yang jarang dengan mun dapat menimbulkan dampak signifikan pada

biomassa yang rendah (kanopi terbuka) di kepu- persediaan stok ikan karang di Karibia. Hal yang

lauan Spermonde Sulawesi Selatan. Sementara sama dikemukakan oleh Chittaro et al. (2005)

Kwakk & Klumpp (2004) menemukan perubah- yang menemukan vegetasi mangrove dan lamun

an kelimpahan ikan berhubungan dengan bio- memberikan fungsi yang lebih besar bagi komu-

massa lamun dan kelimpahan makanan. Menurut

nitas ikan sebagai daerah asuhan dan pembesaran Hemingga & Duarte (2000), tingginya kerapatan dibandingkan dengan terumbu karang.

vegetasi lamun selain memberikan perlindungan Peranan ekosistem padang lamun perairan

bagi ikan, juga meningkatkan luas permukaan Tanjung Tiram sebagai daerah perlindungan bagi

bagi perlekatan hewan dan tumbuhan renik yang komunitas ikan berkaitan erat dengan vegetasi

merupakan makanan bagi komunitas ikan. lamun jenis Enhalus acoroides dan Thalassia

Ditemukannya spesies S. canaliculatus hemprichii yang mendominasi (Latuconsina,

yang selalu mendominasi dengan kelimpahan 2012). Karakteristik kanopinya berfungsi sebagai

yang tinggi baik pada siang maupun malam hari peredam gelombang dan arus sekaligus memberi-

membuktikan bahwa ekosistem padang lamun kan perlindungan bagi ikan juwana dari serangan

perairan Tanjung Tiram-Teluk Ambon Dalam predator. Menurut Pereira et al. (2010), padang

merupakan habitat penting dan ideal bagi S. ca- lamun digunakan oleh ikan juwana dalam cara

naliculatus sebagai tempat mencari makan. yang berbeda, umumnya sebagai tempat mencari

Latuconsina et al. (2013) menemukan fragmen makan, tempat berlindung dari predator, mengu-

lamun 95,06% yang didominasi oleh jenis Enha- rangi kompetisi, dan meningkatkan ketersediaan

lus acoroides dalam isi lambung S. canaliculatus makanan sehingga membangun konektivitas de-

berdasarkan persentase jumlah pada ekosistem ngan ekosistem lainnya.

padang lamun perairan Tanjung Tiram. Semen- Terkait fungsi padang lamun sebagai dae-

tara Hutomo (1985) menemukan tingginya ke- rah perlindungan, Latuconsina et al. (2013) me-

limpahan S. canaliculatus di perairan Teluk Ban- nemukan kelimpahan juwana S. canaliculatus

ten dengan komposisi makanan yang didapatkan lebih tinggi pada ekosistem padang lamun multi-

sebesar 46,67% berdasarkan persentase volume spesifik dengan kerapatan vegetasi yang tinggi,

yang didominasi oleh Enhalus acoroides, disusul dibandingkan dengan vegetasi monospesifik de-

Cymodocea serrulata , Syringodium isoetifolium, ngan kerapatan yang rendah pada perairan Teluk

dan Thalassia hemprichii. Fenomena ini mem- Ambon Dalam. Ambo-Rappe (2010) juga mene-

buktikan bahwa fungsi padang lamun sebagai mukan kelimpahan ikan yang lebih tinggi pada

46 Jurnal Iktiologi Indonesia

Latuconsina & Ambo-Rappe

tempat mencari makan bagi S. canaliculatus Berdasarkan tingkatan trofik, komposisi sangat penting.

terbesar ikan dominan pada siang maupun malam Spesies ikan yang ditemukan melimpah

hari yang menduduki peringkat pertama yaitu Si- pada ekosistem padang lamun perairan Tanjung

ganus canaliculatus yang bersifat herbivora Tiram dan selalu tersebar pada ekosistem mang-

(Carpenter & Niem, 2001; Munira et al., 2010 b ; rove adalah S. canaliculatus, O. lateralis, A.

Latuconsina et al., 2013). Sementara pada pe- urotaenia . S. canaliculatus berasosiasi dengan

ringkat kedua terjadi pergantian dominasi spesies vegetasi lamun dan selalu tersebar pada ekosis-

antara periode siang dan malam. Pada siang hari tem mangrove dan terumbu karang (Carpenter &

didominasi ikan Aeoliscus strigatus yang ber- Niem, 2001). Menurut Allen & Erdmann (2012),

sifat planktivora (Carpenter & Niem, 1999; O. lateralis menjadikan vegetasi mangrove seba-

Latuconsina, 2011) dan pada malam hari didomi- gai tempat berlindung. A. urotaenia yang hanya

nasi oleh Ostorhinchus lateralis yang bersifat ditemukan melimpah pada malam hari, menurut

bentivora (Allen & Erdmann, 2012). Carpenter & Niem (1999) termasuk dalam Famili

Dibandingkan dengan temuan Unsworth Ambassidae yang selalu menyebar pada malam

et al. (2007), kelimpahan dan komposisi pada hari untuk mencari makan pada ekosistem mang-

siang hari didominasi ikan omnivora, dan pada rove. Fenomena ini membuktikan bahwa tinggi-

malam hari dominasinya digantikan ikan benti- nya kelimpahan ikan pada eksosistem padang la-

vora (pemakan avertebrata). Fenomena ini mene- mun perairan Tanjung Tiram turut dipengaruhi

gaskan bahwa variabilitas komposisi dan kelim- oleh kedekatannya dengan ekosistem mangrove.

pahan spesies ikan padang lamun perairan Tan- Fenomena keterkaitan komunitas ikan pa-

jung Tiram pada siang dan malam hari diduga dang lamun dengan ekosistem mangrove diper-

dipengaruhi oleh distribusi makanan. Dengan kuat temuan Unsworth et al. (2009) terkait kon-

demikian, ekosistem padang lamun perairan tribusi ekosistem mangrove sebagai habitat ikan

Tanjung Tiram memiliki fungsi sebagai daerah karena terkait ruaya pasang, di mana pasang ter-

mencari makan bagi komunitas ikan, baik secara tinggi mendukung kelimpahan ikan yang lebih

langsung memakan daun lamun, maupun mema- besar dari habitat lamun dan saat surut akan ter-

kan fauna planktonik dan bentik yang melayang distribusi pada ekosistem padang lamun. Selain

dan menempel pada vegetasi lamun seperti yang itu, beberapa spesies ikan Famili Carangidae dan

ditemukan Latuconsina (2011) dan Latuconsina Sphyraenidae ditemukan pada ekosistem padang

et al. (2013).

lamun perairan Tanjung Tiram yang dikenal ber- asosiasi dengan ekosistem mangrove. Menurut

Kesamaan temporal harian spesies ikan padang Verweij et al. (2006), ikan-ikan tersebut lebih

lamun

cenderung menggunakan struktur fisik lamun un- Terdapat pengelompokan kesamaan ber- tuk meningkatkan efisiensi pemangsaan daripada

dasarkan kehadiran spesies ikan selama periode sebagai tempat perlindungan. Fenomena ini

pengamatan antara siang dan malam hari sebesar membuktikan bahwa ekosistem padang lamun

67%. Jumlah spesies ikan padang lamun perairan perairan Tanjung Tiram dijadikan sebagai areal

Tanjung Tiram yang ditemukan pada siang hari mencari makan bagi ikan-ikan mangrove yang

sebanyak 58 spesies, sedangkan pada malam hari memanfaatkan mekanisme pasang.

sebanyak 54 spesies. Spesies ikan yang hanya di- temukan pada siang hari sebanyak 19 spesies, se-

Volume 13 Nomor 1, Juni 2013

Variabilitas harian ikan padang lamun

baliknya yang hanya ditemukan pada malam hari

yang memanfaatkan ritme pasang sebanyak 14 spesies. Sementara itu 39 spesies

lamun

(Unsworth et al., 2009; Latuconsina et al., 2012). dari total 72 spesies ditemukan baik pada siang

Dengan demikian keberadaan ekosistem padang maupun malam hari sehingga memiliki kesamaan

lamun memberikan peranan penting dan strategis spesies sebesar 54,16%. Ditemukannya perbeda-

bagi komunitas ikan, sehingga perlu dilakukan an spesies ikan antara siang dan malam hari pada

upaya konservasi untuk mempertahankan peran- ekosistem padang lamun perairan Tanjung Ti-

an ekologi ekosistem padang lamun perairan ram, menunjukkan adanya kelompok ikan bersi-

Tanjung Tiram-Teluk Ambon Dalam, sebagai fat nokturnal yang lebih aktif pada malam hari

pendukung keberadaan sumber daya hayati ikan maupun bersifat diurnal yang lebih aktif pada si-

agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. ang hari. Kesamaan spesies yang tinggi kumpul-

an ikan padang lamun perairan Tanjung Tiram- Keterkaitan faktor oseanografi dengan kelimpahan ikan

Teluk Ambon Dalam antara siang dan malam Kelimpahan ikan sangat berkaitan dengan

hari lebih dipengaruhi oleh keberadaan ikan-ikan beberapa parameter oseanografi, yang meliputi

yang selalu ditemukan mendominasi dengan kekeruhan, suhu, salinitas, oksigen terlarut, dan

komposisi yang besar selama periode siang dan pH. Hasil analisis korelasi memperlihatkan bah-

malam hari. Latuconsina et al (2012) juga mene- wa kelimpahan ikan berkorelasi positif kuat dan

mukan kesamaan spesies ikan padang lamun an- searah dengan suhu, salinitas, dan oksigen terla-

tara periode pasang purnama dan pasang perbani

rut. Sebaliknya kelimpahan ikan berkorelasi

di perairan Tanjung Tiram yang didominasi spe- negatif dengan kekeruhan, yang artinya semakin

sies-spesies khas penghuni padang lamun yang tinggi nilai kekeruhan berpengaruh terhadap pe-

selalu melimpah. nurunan kelimpahan ikan padang lamun. Diban-

Spesies ikan yang ditemukan tersebut jika dingkan dengan penelitian Pinto & Punchihewa

dibandingkan dengan penelitian pada beberapa (1996) yang menemukan korelasi positif jumlah

daerah lainnya di Indonesia (Manik, 2007; spesies dan individu ikan dengan salinitas dan

Unsworth et al., 2007; Fahmi & Adrim, 2009; oksigen terlarut, dan berkorelasi negatif dengan

Ambo-Rappe, 2010; Vonk et al., 2010; suhu perairan. Suhu perairan menurun akibat

Marasabessy, 2010), maupun di kawasan lainnya tingginya curah hujan namun meningkatkan oksi-

di dunia (Pinto &

Punchihewa,

gen terlarut sehingga mendukung peningkatan Horinouchi, 2009), dikenal merupakan spesies

jumlah spesies dan individu ikan padang lamun khas penghuni padang lamun seperti Famili

pada perairan estuari Negombo Srilanka. Siganidae, Apogonidae, Gobiidae, Syngnathidae,

Tingkat kekeruhan yang didapatkan cu- Monacanthidae, Mullidae, Scaridae, Labridae,

kup tinggi pada penelitian ini jika dibandingkan Lethrinidae, Lutjanidae, Serranidae, Teraponti-

dengan temuan Latuconsina et al. (2012) di loka- dae, Nemipteridae, Scorpaenidae, Carangidae,

si yang sama pada saat pasang purnama dan pa- Acanthuridae, Blenidae, dan Tetraodontidae.

sang perbani dengan kisaran sebesar 0,25-1,55 Sebagian besar spesies ini menjadikan ekosistem

NTU dan mendapatkan kelimpahan ikan yang padang lamun baik sebagai daerah pembesaran,

lebih tinggi. Tingkat kekeruhan diduga menjadi

mencari makan, maupun daerah pemijahan dan penyebab menurunnya kelimpahan ikan pada

alur ruaya antar habitat terdekat dengan padang ekosistem padang lamun perairan Tanjung Ti-

48 Jurnal Iktiologi Indonesia

Latuconsina & Ambo-Rappe

ram. Fahmi & Adrim (2009) juga menemukan Rosenthal (1975) in Duray (1998) melaporkan rendahnya kelimpahan ikan pada ekosistem pa-

kisaran toleransi salinitas bagi telur dan larva dang lamun dengan tingkat kekeruhan yang ting-

S.canaliculatus yaitu 15,8-32,2 ‰. Menurut Lam gi pada perairan pesisir kepulauan Riau yang di-

(1974), S.canaliculatus secara bertahap melalui duga berkaitan dengan tingginya tingkat keke-

proses aklimatisasi dapat berkembang pada nilai ruhan sehingga memengaruhi sistem osmoregu-

salinitas 5 ‰ di bawah kisaran salinitas opti- lasi dan pernafasan ikan.

mum.

Nilai suhu yang didapatkan selama pene- pH 6,5-9,0 merupakan kisaran pH yang litian masih merupakan kisaran ideal bagi kehi-

optimal bagi pertumbuhan ikan. Menurut Lam dupan ikan, sehingga mendukung kelimpahan

(1974), S. canaliculatus sangat sensitif terhadap ikan pada eksosistem padang lamun perairan

nilai pH yang tinggi dan tidak mampu menole- Tanjung Tiram seperti ikan baronang (S.cana-

ransi nilai pH perairan di atas 9. Dengan demi- liculatus) . Menurut Lam (1974), S.canaliculatus

kian pH yang didapatkan masih ideal sehingga hidup pada kisaran suhu optimal yaitu 23-34 °C. mendukung kelimpahan ikan dominan seperti S.

Dibandingkan Pinto & Punchihewa (1996) yang canaliculatus di perairan Tanjung Tiram-Teluk menemukan jumlah tertinggi spesies dan indivi-

Ambon Dalam.

du ikan pada ekosistem padang lamun perairan Tingginya kelimpahan ikan dominan se- estuaria Negombo Srilanka pada kondisi perairan

perti S.canaliculatus pada ekosistem padang la- dengan nilai suhu 26 dan 31,6°C, di mana nilai

mun perairan Tanjung Tiram menunjukkan bah- suhu berkorelasi negatif dengan kelimpahan ikan

wa oksigen terlarut yang didapatkan selama pe- padang lamun pada kawasan tersebut.

nelitian mendukung kelimpahannya, karena nilai Terkait adanya hubungan antara suhu per-

oksigen terlarut yang didapatkan masih merupa- airan dengan kelimpahan dan distribusi komuni-

kan kisaran optimal bagi pertumbuhannya. Lam tas ikan, Floeter et al (2005) menemukan adanya

(1974) menyatakan bahwa S. canaliculatus sa- kendala fisiologis bagi ikan herbivora dalam ak-

ngat sensitif terhadap nilai oksigen terlarut di ba- tivitas makan dan proses pencernaan makanan

wah 2 mg.L -1 . Secara umum nilai oksigen terlarut

yang berkaitan dengan suhu perairan sehingga yang didapatkan masih ideal untuk mendukung memengaruhi pola distribusi ikan herbivora. Me-

kelimpahan ikan padang lamun. Pinto & nurut Laevastu & Hayes (1982), perubahan suhu

Punchihewa (1996) mendapatkan kisaran oksigen perairan berhubungan dengan proses metabolis-

terlarut 7,5-11,7 mg.L -1 yang mendukung kelim- me yang dapat merubah aktivitas mencari makan,

pahan komunitas ikan padang lamun, dengan ke- pertumbuhan, kecepatan renang, dan orientasi ru-

limpahan tertinggi pada kondisi perairan berka- aya sehingga memengaruhi distribusi dan kelim-

dar oksigen terlarut 10 mg.L -1 . Jumlah spesies pahan ikan.

dan individu semakin meningkat dengan mening- Kisaran salinitas yang didapatkan pada

katnya kadar oksigen terlarut pada ekosistem pa- ekosistem padang lamun perairan Tanjung Tiram

dang lamun perairan estuaria Negombo Srilanka. masih mendukung kelimpahan S.canaliculatus

Menurut Kramer (1987), prinsip utama tingkah yang ditemukan melimpah pada siang maupun

laku ikan untuk merespon minimnya ketersedi- malam hari karena mampu hidup pada kisaran

aan oksigen terlarut di perairan adalah melalui salinitas yang cukup luas. Westemhagen &

perubahan aktivitas, peningkatan respirasi pada

Volume 13 Nomor 1, Juni 2013

Variabilitas harian ikan padang lamun

permukaan air, dan perubahan distribusi vertikal

Persantunan

atau horisontal. Dengan demikian kelimpahan Ucapan terima kasih disampaikan kepada: dan distribusi temporal komunitas ikan padang

DP2M-Dikti Kemendikbud atas bantuan dana pe- lamun perairan Tanjung Tiram diduga berkaitan

nelitian dosen pemula (DIPA Kopertis Wil.XII dengan fluktuasi oksigen terlarut. No. 0784/023-04.2.01/29/2012), Inem Ode, SPi, MP (Kepala Laboratorium Iktiologi-Universitas

Simpulan

Darussalam) atas izin penggunaan fasilitas Labo- Variabilitas temporal kelimpahan dan

ratorium, dan Kepala Balai Konservasi Biota struktur komunitas ikan padang lamun di perair-

Laut LIPI-Ambon dan staf (Ir. A.Wahab Radjab, an Tanjung Tiram-Teluk Ambon Dalam antara

M.Si, La Pay dan Wahyu) atas bantuan selama siang dan malam hari sangat dipengaruhi oleh

penelitian.

kelimpahan ikan dominan seperti S. canalicula- tus sehingga turut memengaruhi kestabilan struk-

Daftar pustaka

tur komunitas ikan secara temporal. Adrim M. 2006. Asosiasi ikan di padang lamun.

. 31(4):1-7.

Spesies S.canaliculatus sangat mendomi-

Oseana

nasi baik pada siang maupun malam hari dengan Allen G. 1999. Marine fishes of South-East Asia

a guide for anglers and divers. Periplus Edi- ukuran juwana yang menunjukkan fungsi ekologi

tions. Singapore. 292 p. padang lamun sebagai tempat pembesaran, per-

Allen GR & Erdmann MV. 2012. Reef fishes of lindungan, dan tempat mencari makan bagi S.ca-

the East Indies. Volume I-III. Tropical Reef Research, Perth, Australia. 1292 p.

naliculatus . Urutan kedua yang mendominasi pa- Ambo-Rappe R. 2010. Struktur komunitas ikan

da siang hari adalah Aeoliscus strigatus yang ti- padang lamun yang berbeda di Pulau dak ditemukan pada malam hari, sehingga diduga

Barrang Lompo. Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis , 2(2):62-73.

bersifat diurnal. Urutan kedua yang mendominasi Arifin, La Nafie YA, Supriadi. 2004. Studi kon-

pada malam hari adalah Ostorhinchus lateralis disi dan potensi ekosistem padang lamun yang ditemukan sangat melimpah sehingga didu-

sebagai daerah asuhan berbagai jenis biota laut di perairan pulau Barranglompo, Ma-

ga bersifat nokturnal. kassar. Torani, 14(5):241-250. Distribusi temporal harian dan kelimpah-

Aswandy I & Azkab MH. 2000. Hubungan fauna an ikan pada ekosistem padang lamun perairan

dengan padang lamun. Oseana, 25(3):19-

Tanjung Tiram berkaitan erat dengan parameter Azis A, Bujang JS, Zakaria MH, Suryana Y,

oseanografi. Suhu, salinitas, pH, dan oksigen ter- Ghaffar MA. 2006. Fish communities from larut berkorelasi positif dengan kelimpahan ikan.

seagrass bed of Merchang Lagoon, Treng- ganu, Peninsular Malaysia. Coastal Marine

Sebaliknya kekeruhan berkorelasi negatif dengan Science , 30(1):268-275. kelimpahan ikan.

Carpenter KE & Niem VH (Eds.). 1999. The li- ving marine resources of the Western Cen-

tral Pacific. Bony fishes part 2 (Mugilidae

Saran

to Carangidae ). FAO species identification Upaya konservasi ekosistem padang la-

guide for fishery purposes Volume 4. mun perairan Tanjung Tiram sebagai penyedia

Rome. pp. 2069-2790. Carpenter KE & Niem VH (Eds). 2001. The li-

stok ikan ekonomis penting dan pola pemanfa- ving marine resources of the Western Cen-

atan sumber daya ikan secara selektif perlu dila- tral Pacific. (Labridae to Latimeriidae), es- kukan untuk keberlanjutan pemanfaatannya.

tuarine crocodiles, sea turtles, sea snakes and marine mammals . FAO species identi- fication guide for fishery purposes.Volume

50 Jurnal Iktiologi Indonesia

Latuconsina & Ambo-Rappe

6. Bony fishes part 4. Rome, FAO. pp. Kwak SN & Klumpp DW. 2004. Temporal vari- 3381-4218.

ation in species composition and abundance of fish and decapods of a tropical seagrass

Chittaro PM, Usseglio P, Sale PF. 2005. Varia- bed in Cockle Bay, North Queensland, tion in fish density, assemblage composi- Australia. Aquatic Botany, 78:119-134. tion and relative rates of predation among

mangrove, seagrass and coral reef habitats. Kramer DL. 1987. Dissolved oxygen and fish be- Environmental Biology of Fishes , 72:175-

havior. Environmental Biology of Fishes, 187.

18(2):81-92.

De Troch M, Mees J, Wakwabi AE. 1998. Diets Kuiter RH & Tonozuka T. 2001. Indonesian Reef of abundant fishes from beach seine cathes

Fishes. Part 3. Jawfishes-Sunfishes. Zoo- in the seagrass beds of a tropical bay (Gazi