MATERNAL, DAN INDIVIDUAL EFFECT PADA HIBRIDA ANTARA IKAN MAS RAJADANU, MAJALAYA, SUBANG, DAN KUNINGAN

  

Heterosis, maternal, dan individual effect ..... (Muhammad Hunaina Fariduddin Ath-thar)

HETEROSIS, MATERNAL, DAN INDIVIDUAL EFFECT PADA HIBRIDA ANTARA IKAN MAS RAJADANU, MAJALAYA, SUBANG, DAN KUNINGAN

  

M uham m ad Hunaina Far iduddin At h- t har , Vit as At m adi Pr ak oso,

Est u Nugr oho, dan Rudhy Gust iano

  Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Jl. Sem pur No. 1, Bogor 16154

  E- m ail: mhfariduddinaththar@yahoo.co.id (Naskah diterima: 5 Agustus 2011; Disetujui publikasi: 28 November 2011)

ABST RAK

  Ikan m as m erupakan salah sat u kom odit as pot ensial unt uk m endukung pencapaian peningkat an produksi perikanan budidaya nasional sebanyak 353% pada 2014. Ikan m as yang digunakan selam a ini hanya m engandalkan strain lokal yang sudah m engalam i penurunan kualitas. Hibridisasi m erupakan salah satu cara untuk m enghasilkan ikan unggul. Hibridisasi dilakukan secara resiprok dari 4 strain ikan m as Rajadanu, Subang, Majalaya dan Kuningan sehingga didapatkan 16 kandidat strain baru. Param eter yang digunakan sebagai evaluasi hibrida ini adalah sint asan dan keragaan pert um buhan. Nilai maternal effect, individual effect d an het er osis d ar i sint asan d an k er agaan pertum buhan ikan hasil hibrid m enjadi acuan untuk pem ilihan kandidat hibrid yang t erbaik. Unt uk param et er pert um buhan, nilai maternal effect t ert inggi didapat dari ikan lokal Subang dan nilai individual effect tertinggi pada Majalaya. Sedangkan untuk param et er sint asan, nilai maternal effect t ert inggi didapat dari ikan lokal Kuningan dan nilai individual effect tertinggi pada Rajadanu. Dari skoring nilai heterosis didapatkan hasil bahwa hibrida ikan lokal Kuningan dan Majalaya m erupakan hibrida terbaik.

  maternal ef f ect dan individual KATA KUNCI: ikan m as, hibridisasi, heterosis, ef f ect ABST RACT : Het erosis, m at ernal, and individual ef f ect on hybridiz ed carp of Rajadanu, Subang, M ajalaya, and Kuningan. By: M uham m ad H u n a i n a Fa r i d u d d i n At h - t h a r , V i t a s At m a d i Pr a k o so , Est u Nugr oho, and Rudhy Gust iano Carp has been selected by Indonesian Goverment as one of several commercially potential fishes to be developed in order to be the largest aquaculture producing countries by the end of 2014. However, until now, its aquaculture development is far from satisfaction due to heavily rely on local strains which have had a decline in quality. Overcoming that problem, hybridization is seen as an alternative to produce superior growth carp. Hybridization was carried out by reciprocal crosses of four strains of Rajadanu, Subang, Majalaya and Kuningan carp to obtain 16 new strain candidates. Afterward, maternal effect, individual effect and heterosis from growth test and survival rate were measured to find out the best hybrid candidate. Based on growth rate, Subang strain has highest maternal effect and Majalaya strain has the highest individual effect. But from survival rate parameter, Kuningan strain was

  

detected to have the highest maternal effect and Rajadanu was highest on individual

effet. By considering heterosis scoring, hybrid from Kuningan strain and Majalaya

strain was arguably the best hybrid candidate.

  

KEYWORD S: carps, hybridiz ation, heterosis, m aternal ef f ect and individual

ef f ect PENDAHULUAN

  Peningkat an produksi perikanan sebesar 353% pada 2014 harus didukung oleh ber- bagai aspek perikanan budidaya. Salah sat u aspek per ik anan budidaya yang ik ut ber - p engar uh t er had ap p eningk at an p r od uk si t er s eb u t ad al ah as p ek g en et i k d an p en g em b an g b i ak an i k an . Pem u l i aan i k an m er u p ak an asp ek d ar i g en et i k yan g b i sa m em berikan pengaruh terhadap peningkatan dengan pembentukan strain unggul. Salah satu car a p em u l i aan k o n ven si o n al yan g t i d ak m em but uhk an wak t u yang lam a, t erut am a unt uk ikan m as adalah dengan hibridisasi.

  Menurut Gjedrem (1993), hibridisasi adalah hibridisasi ant ara dua individu yang berbeda unt uk m endapat k an k et urunan yang lebih baik. Selain it u, hibridisasi adalah m em an- f aat kan sif at het erosis karena sif at dom inan dan het erozigot pada banyak lok us (Tave, 1995).

  Peningk at an p r od uk si t id ak hanya d i- hasilkan oleh perkawinan sat u st rain t et api juga dihasilkan dari hibridisasi, hibridisasi ant ar st rain (Lut z, 2001). Selain m engam bil keuntungan dari heterosis, hibridisasi kadang- kadang dilakukan hanya untuk menggabung- kan sif at spesif ik spesies t erkait . Tujuan lain dari usaha t ersebut adalah unt uk produksi st ok st eril f ungsional, baik unt uk budidaya kom ersial at au int roduksi langsung ke alam . Sej u m l ah st u d i t el ah d i l ak u k an d en g an beberapa spesies ak uat ik unt uk m encapai t ujuan t ersebut .

  Beberapa keuntungan hibridisasi menurut Lu t z (2 0 0 1 ) ad al ah d ap at m en i n g k at k an proporsi heterozigositas gen dan menurunkan proporsi hom ozigosit as gen sert a jika bahan dasar hibridisasi jauh kekerabat annya, m aka ket urunannya m enam pilkan keragaan yang lebih baik jika dibandingkan t et ua/ induknya.

  Hibridisasi dirasa cukup efektif untuk ikan mas dibandingk an selek si f am ili k ar ena m em - but uhk an wak t u yang lebih singk at t anpa m engesam pingk an t ek nologi t r ansgenesis yang sed ang d ik em b angk an d i Ind onesia.

  Beberapa penelit ian t ent ang hibridisasi ikan m as t elah dilakukan di Viet nam (Thien, 1993) yang m enghasilkan ikan m as hibrid dengan sint asan, laju pert um buhan dan penam pilan lebih baik sert a di China (Wu, 1993) yang m enghasilkan ikan m as hibrid dengan per- t um buhan lebih cepat dibanding t et uanya dan ikan mas di alam.

  Perbaikan m ut u benih ikan air t awar di In d o n esi a m er u p ak an p r o g r am si st em pem benihan nasional yang m elibatkan petani pem benih unt uk m em produksi benih sebar hasil dari induk pokok variet as unggul. Induk pokok diperoleh dari induk dasar yang berasal dari induk penjenis. Induk penjenis t ersebut m em punyai sifat keunggulan yang ut am anya si f at r ep r o d u k si d an p er t u m b u h an yan g diperoleh hasil pem uliaan (seleksi) dan hasil h i b r i d i sasi . Saat i n i p ad a i k an ai r t aw ar khususnya ikan m as t idak t erdapat variet as unggul sehingga penggunaan variet as lokal sepert i Sinyonya dan Majalaya sejak t ahun 1 9 8 0 - an ser t a g al u r l ok al l ai n n ya m asi h dipertahankan bagi petani pem benih.

  Besarnya kont ribusi ket ersediaan induk unggul guna perbaikan m ut u benih m elalui p er b ai k an m u t u g en et i k i k an ai r t aw ar khususnya program seleksi dan hibridisasi menempatkan varietas unggul ikan merupakan k o m o d i t as st r at eg i s. Den g an h i b r i d i sasi diharapkan terdapat peningkatan mutu genetik dari hybride vigoure (H) yang langsung dapat dirasakan dalam budidaya pem besaran oleh pem budidaya. Sebagai langkah awal program hibridisasi ikan m as, pada penelit ian ini akan dilakukan uji awal pertumbuhan terhadap ikan hasil hibridisasi 4 st rain ikan m as (Rajadanu, Subang, Majalaya, dan Kuningan).

  Penelit ian ini dilakukan di Inst alasi Riset Pl asm a Nu t f ah Ci j er u k , BRPBAT Bo g o r . Hi b r i d i sasi d i l ak u k an secar a r esi p r o k al terhadap 4 strain ikan m as yang kekerabatan genetiknya jauh yaitu ikan mas strain Rajadanu, Subang, Majalaya, dan Kuningan. Hibridisasi

  J. Ris. Akuakultur Vol.6 No.3 Tahun 2011: 407-412

BAHAN DAN METODE

HASIL DAN BAHASAN

  0.00

  2

  k em udian di- lak uk an uj i p er t um b uhan selam a 1 b ulan p em elihar aan. Par am et er yang d ig unak an dalam uji pertumbuhan ini adalah pertumbuhan panjang dan sint asan. Set elah diperoleh dat a pertumbuhan panjang dan sintasan kemudian dilakukan analisis dan skoring t erhadap nilai h et er o si s d ar i p er t u m b u h an b o b o t d an sint asan. Selain it u, juga dilakukan analisis t er h ad ap ef ek m at en al d an ef ek i n d i vi d u terhadap hibrida ikan mas.

  Berdasarkan penghit ungan het erosis dari param et er sint asan dan pert um buhan, m aka d i p er ol eh hasi l sep er t i yang t er t er a p ad a Gambar 1.

  Dari Gambar 1 dapat diketahui bahwa hasil bahwa hibrida ikan lokal Kuningan dan Majalaya m er upak an hibr ida yang t er baik . Ek spr esi het erosis, di m ana ket urunan individu yang tidak berhubungan menunjukkan peningkatan k er ag aan , ad al ah d asar b ag i k eb an yak an u p aya h i b r i d i sasi d an p er k awi n an si l an g . Pen u r u n an ak i b at inbreeding seb al i k n ya menjelaskan penurunan dalam keragaan yang d i h asi l k an d ar i h i b r i d i sasi i n d i vi d u yan g sekerabat. Karena kedua faktor ini merupakan m anifest asi dari efek dom inasi genet ik, m aka set i ap d i sk u si t en t an g sal ah sat u f ak t o r tersebut biasanya harus juga m erujuk kepada yang lainnya juga. Wohlfart h (1993) m em iliki t em uan yang t erkait dengan het erosis pada ikan mas. Dia mendefinisikan heterosis sebagai pertumbuhan yang melebihi dari pertumbuhan t ercepat st rain parent al, dan m enunjukkan bahwa het erosis unt uk pert um buhan dalam spesies ini adalah um um , t et api belum t ent u sem uanya sepert i it u. Pada kondisi- kondisi t ert ent u, sepert i suhu air yang lebih hangat , d an f ase h i d u p t er t en t u sep er t i p er i o d e pert um buhan t ahun pert am a ekspresi at au penghit ungan het erosis pada ikan m as akan l eb i h m u d ah d ar i p ad a yan g l ai n . Kar en a heterosis dihitung berdasarkan pada cross-by-

  cross dan trait-by-trait, serta tergantung pada

  i n t er ak si g en o m i n d u k n ya, seb ag ai m an a k em u n g k i n an b eb er ap a h i b r i d i sasi t i d ak m enunjukkan heterosis.

  Heterosis, maternal, dan individual effect ..... (Muhammad Hunaina Fariduddin Ath-thar)

  dilakukan secara serent ak dengan pem ijahan secar a buat an. Hasil hibr idisasi k em udian dit et askan pada happa berbeda yang t elah diberi t anda sesuai hasil hibridisasi. Set elah um ur 1 m inggu benih hasil hibridisasi di- pindahkan ke kolam berukuran 4 m x 4 m dengan k epadat an 1000/ m

  0.79

  0.80

  0.08

  0.60

  0.40

  0.20

  • 0.20
  • 0.40
  • 0.60
  • 0.80
  • 1.00
  • >0.69
  • 0.88
  • 0.96 RD x MJ RD x SB RD x KN SB x KN SB x MJ KN x MJ

  Gambar 1. Hasil skoring het erosis dari param et er sint asan dan pert um buhan pada hibrida dari empat strain ikan mas (Rajadanu (RD), Majalaya (MJ), Subang (SB), dan Kuningan (KN))

  

Figure 1. Heterosis scoring result of survival and crowth rate of hybrids from

four carp strains (Rajadanu (RD), Majalaya (MJ), Subang (SB), and Kuningan (KN))

  0.00 RD MJ SB KN Mat er n al ef f ect In d i vi d u al ef f ect

  0.13

  0.05

  0.00

  0.10

  0.15

  0.20

  0.17

  0.25

  0.23

  • 0.05
  • 0.10
  • 0.15
  • 0.20
  • 0.30
  • 0.25
  • >0.27
  • 0.10
    • 0.03
    • 0.13

      

    Figure 2. Maternal effect and individual effect based on growth rate of four

    carp strains (Rajadanu (RD), Majalaya (MJ), Subang (SB), and Kuningan (KN))

      Gambar 2. Maternal effect dan individual effect dari param et er pert um buhan pada empat strain ikan mas (Rajadanu (RD), Majalaya (MJ), Subang (SB), dan Kuningan (KN))

      effect t ert inggi didapat dari ikan m as st rain

      lok al Kuningan d an nilai individual effect t er t i n g g i p ad a i k an m as st r ai n Raj ad an u (Gambar 3). Dari hasil ini dapat diartikan bahwa induk betina dari strain Kuningan memberikan pengaruh yang paling tinggi terhadap sintasan benih ikan m as hasil hibridisasi. Sedangkan

      Unt uk param et er sint asan, nilai maternal

      karena maternal effect dari bet ina F1 yang dihasilkan dari hibridisasi asli. Terkadang, pengaruh maternal effect mungkin kecil tetapi t et ap cukup m endalam dari segi perilaku di bawah kondisi budidaya. Set elah m elakukan penelit ian dengan m enggunakan beberapa j en i s n i l a h i b r i d a, Tog u yen i et al. (1 9 9 7 ) m enggam barkan pola pewarisan m aternalnya dalam perilakunya yang agresif.

      parent) lebih besar daripada parent F1 mereka

      (1990) m enunjukkan bahwa heterosis m ater- nal m em b uat k ont r ib usi yang sub st ansial terhadap pertumbuhan. F2 (F1 dengan F1) dan h asi l p er k aw i n an backcross (F1 d en g an

      Maternal effect ini dapat m em perlihatkan het erosis. Pada 2 jenis ikan nila, Tave et al.

      ukuran, um ur, dan kondisi induk bet ina yang berpengaruh terhadap telur dan pertumbuhan serta karakteristik embrio setelah pembuahan (Kirpichnikov, 1981). Falconer & Mackay (1996) m en d ef i n i si k an maternal effect seb ag ai p engar uh ind uk b et ina t er had ap k ar ak t er fenotip keturunannya. Maternal effect menjadi berpengaruh karena gam et jant an lebih kecil daripada gam et bet ina (Heat h et al., 1999). Pada ikan, maternal effect lebih berpot ensi pent ing t erhadap f ase awal kehidupan (larva sam pai dengan benih) (Cham bers & Legget t , 1996).

      Maternal effect ad al ah p eng ar uh d ar i

      st rain Majalaya. Dari hasil ini dapat diart ikan bahwa induk bet ina dari st rain lokal Subang m em b er ik an p engar uh yang p aling t inggi t erhadap pert um buhan benih ikan m as hasil hibridisasi. Sedangkan jika dilihat dari segi i n d i vi d u n ya, st r ai n Maj al aya m em b er i k an p en g ar u h yan g t er t i n g g i t er h ad ap p er - tumbuhan benih ikan mas hasil hibridisasi.

      effect t er t i n g g i t er d ap at p ad a i k an m as

      m as st rain lokal Subang dan nilai individual

      maternal effect t ert inggi didapat dari ikan

      Kem udian dari param et er pert um buhan, maka diperoleh hasil seperti yang tertera pada Gam bar 2. Dari Gam bar 2 dapat diket ahui bahwa unt uk param et er pert um buhan, nilai

      J. Ris. Akuakultur Vol.6 No.3 Tahun 2011: 407-412

    • 10.35
    • 20.00

      Kuhlers, D.L. 1990. Est im at es of addit ive genet ic effect s, m at ernal genet ic effect s, individual het erosis, m at ernal het erosis, and egg cyt oplasm ic effect s for growt h in

      Mat er n al ef f ect In d i vi d u al ef f ect

      3.20

      9.61

      25.00

      24.48

      

    Figure 3. Maternal effect and individual effect based on survival rate of four

    carp strains (Rajadanu (RD), Majalaya (MJ), Subang (SB), and Kuningan (KN))

      Kuningan (KN))

      10.00

      5.00

      0.00 RD MJ SB KN

    • 5.00
    • 2.46
    • 8.14
    • >15.00
    • 1
    • 17.31

      23. Heat h, D.D., Fox , C.W., & Heat h, J.W. 1999. Mat ernal effect s on offspring size: varia- tion through early development of Chinook salmon. Evolution, 53: 1605–1611. Kirpichnikov, V.S. 1981. Genetic Bases of Fish Selection. Springer Verlag, Berlin, 410 pp. Lut z, C. Greg. 2001. Pract ical genet ics f or Aquacult ure. Blackwell and sciences. UK. Tave, D., Sm it herm an, R.O., Jayaprakas, V., &

      15.00

      t ive Breeding of Fishes in Asia and The Unit ed St at es. Proceeding of A Workshop in Honolulu, Hawaii, May 3- 7, 1993, p.18-

      ing Programs: Constraints and Future Pros- pect. In : Main K.L. and E. Reynolds. Selec-

      Gjedrem, T. 1993. International Selective Breed-

      0.96

      Heterosis, maternal, dan individual effect ..... (Muhammad Hunaina Fariduddin Ath-thar)

      skoring nilai heterosis didapatkan hasil bahwa hib r id a ik an lok al Kuningan d an Maj alaya merupakan hibrida terbaik.

      vidual effect t ert inggi pada Rajadanu. Dari

      Subang dan nilai individual effect t ert inggi pada Majalaya. Sedangkan unt uk param et er sint asan, nilai maternal effect t ert inggi di- dapat dari ikan lokal Kuningan dan nilai indi-

      maternal effect tertinggi didapat dari ikan lokal

      Dar i p en el i t i an i n i d ap at d i si m p u l k an bahwa unt uk param et er pert um buhan, nilai

      KESIMPULAN

      j i k a d i l i h at d ar i seg i i n d i vi d u n ya, st r ai n Raj ad anu m em b er ik an p engar uh t er t inggi t er h ad ap si n t asan b en i h i k an m as h asi l hibridisasi.

      20.00

    DAFTAR ACUAN

      Main K.L. and E. Reynolds. Selective Breed- ing of Fishes in Asia and The United States. Gambar 3. Maternal effect dan individual effect dari param et er sint asan pada empat strain ikan mas (Rajadanu (RD), Majalaya (MJ), Subang (SB), dan

      Research and Practises in Indonesia. In :

      Tilapia nilotica. Journal of the World Aqua- culture Society, 21(Suppl., 4): 263–270.

      tion to Quantitative Genetics. Longm an, Harlow, UK, 464 pp.

      Chambers, R.C. & Leggett, W.C. 1996. Maternal influences on variation in egg sizes in tem- perat e m arine fishes. American Zoologist, 36: 180–196. Falconer, D.S. & Mackay, T.F.C. 1996. Introduc-

      Thien, T.M. 1993. A Review of the Fish Breeding

      J. Ris. Akuakultur Vol.6 No.3 Tahun 2011: 407-412

      Proceeding of A Workshop in Honolulu, Wohlfarth, G.W. 1993. Heterosis for growth rate Hawaii, May 3- 7, 1993, p. 190- 197. in common carp. Aquaculture, 113 (Suppl.

      1–2): 31–46. Toguyeni, A., Fauconneau, B., & Melard, C.

      1997. Sex ual dim orphism st udies in t ila- Wu, C. 1993. A Review of Traditional Fish Selec- pias, using two pure species, Oreochromis tive Breeding Research and Practises in

      China with Emphasis on the use of Genetic niloticus and Sarotherodon melanotheron,

      and their intergeneric hybrids (O. niloticus Markers. In : Main K.L. and E. Reynolds. × S. melanotheron and S. melanotheron × Select ive Breeding of Fishes in Asia and

      The Unit ed St at es. Proceeding of A Work-

      O. niloticus). In: Tilapia Aquaculture: Pro- ceedings from the Fourth International shop in Honolulu, Hawaii, May 3- 7, 1993. p. Symposium on Tilapia in Aquaculture (ed. 206- 213.

      K. Fit zsim m ons), NRAES- 106 Volum e 1, Northeast Regional Agricultural Engineer- ing Service, Ithaca, New York, p. 200–212.