Tugas Akuntansi Sektor Publik Akuntansi

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Laporan keuangan disusun dan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintah (SAP). Perubahan pos-pospada laporan keuangan khususnya Neraca
dan Laporan Arus Kas (LAK) dari PP no 24 tahun 2005 ke PP no 71 tahun 2010
tidak begitu mengalami banyak perubahan, namun tetap dilakukan konversi
terhadap laporan keuangan terebut. Selain itu juga dilakukan revisi terhadap
kepmendagri nomor 29 tahun 2002 menjadi permendagri nomor 13 tahun 2006 jo
permendagri no 59 tahun 2007 jo permendagri no 21 tahun 2011. Adanya
perubahan permendagri dan kepmendagri tersebut mengharuskan adanya konversi
dari laporan keuangan khususnya Laporan Realisasi Anggaran (LRA).

1.2

Rumusan Masalah
1. Bagaimana struktur neraca terkait dengan konversi penyajian laporan
keuangan?
2. Bagaimana struktur laporan arus kas terkait dengan konversi penyajian
laporan keuangan?


1.3

Tujuan
Mengetahui secara keseluruhan tentang konversi laporan keuangan pemerintah
daerah menurutPP no 71 tahun 2010, permendagri nomor 13 tahun 2006 jo
permendagri no 59 tahun 2007 jo permendagri no 21 tahun 2011

BAB II
PEMBAHASAN

10.4.3.1.1. POS – POS ASET LANCAR BERDASARKAN KEPMENDAGRI,
PERMENDAGRI, DAN SAP
Dalam peraturan kepmendagri,Permendagri dan SAP asset dan aktiva
mempunyai pengertian yang sama oleh karena itu istilah tersebut dapat saling
dipertukarkan sehingga berikut adalah pertukaran / reklasifikasi dari
pertukaran tersebut
10.4.1

Reklasifikasi dan Konversi Aset Lancar Berdasarkan Keputusan

Menteri Dalam Negeri, Peraturan Menteri Dalam Negeri Dan
Standar Akuntansi Pemerintahan
Walaupun memiliki pengertian yang sama akan tetapi terdapat
perbedaan dalam pos pos asset lancer berdasarkan kepmendagri dan
Permendagri oleh karena itu diperlukan adanya reklasifikasi dari
masing-masing pos asset tersebut. Akan tetapi reklasifikasi dari
Kepmendagri ke Permendagri saja tidak cukup untuk menyamakannya
dengan SAP yang ada berdasar pada PP No 71 Tahun 2010 sehingga
perlu dilakukan juga konversi agar dapat sesuai dengan SAP yang
berlaku.
Dibawah berikut ini adalah gambaran table secara keseluruhan mulai
dari Reklasifikasi Kepmendagri ke Permendagri dan juga konversi hasil
reklasifikasi tersebut berdasarkan SAP :

KEPMENDAGRI NOMOR 29
TAHUN 2002
REKLASIFIKASI
KAS

PERMENDAGRI NOMOR

13 TAHUN 2006

SAP PP NOMOR 71 TAHUN
KONVERSI
2010

Kas di Daerah
Kas di Bendahara Penerimaan
Kas di Bendahara Pengeluaran

Kas di Daerah
Kas di Bendahara Penerimaan
Kas di Bendahara Pengeluaran

Kas di Daerah
Kas di Bendahara Penerimaan
Kas di Bendahara Pengeluaran

INVESTASI JANGKA PENDEK


INVESTASI JANGKA
PENDEK

INVESTASI JANGKA
PENDEK

Investasi dalam Saham

Investasi dalam Saham

Investasi dalam Obligasi

Investasi dalam Obligasi

PIUTANG

PIUTANG

Piutang Pajak


Piutang Pajak

Piutang Pajak

Piutang Retribusi

Piutang Retribusi

Piutang Retribusi

Piutang Dana Perimbangan

Piutang Dana Alokasi Umum

Belanja dibayar di muka

Piutang Dana Alokasi Khusus
Piutang Dana Bagi Hasil Pajak

Piutang Dana Bagi Hasil Pajak


Piutang Dana Bagi Hasil Bukan Pajak

Piutang Dana Bagi Hasil Bukan Pajak

Piutang Fasos/ Fasum

PIUTANG LAIN- LAIN

Piutang lain- lain

Piutang Bagian Lancar
Penjualan Angsuran
Piutang Ganti Rugi Atas
Kekayaan Daerah
Piutang Hasil Penjualan
Barang Milik Daerah
Piutang Deviden

Piutang Cicilan Kendaraan Bermotor

Piutang Hsl Penjualan
Barang Milik Daerah
Piutang Ganti Rugi
atas Kekayaan Daerah
Piutang Deviden Perusahaan
Piutang Bagi Hasil Laba
Usaha perusahaan Daerah
Piutang Bagi Hasil PM
Daerah Pada Pihak Ketiga

Piutang Bagi Hasil Laba
Usaha Perusda
Piutang Bagi Hasil
Usaha Perusda
Piutang Fasilitas Sosial
dan Fasilitas Umum

PERSEDIAAN

PERSEDIAAN


Persediaan Bahan
Habis Pakai/ Material
Persediaan Obat-Obatan

Persediaan Alat Tulis Kantor

Persediaan Bibit Tanaman

Persediaan Material

Persediaan Hewan Ternak

Persediaan Benda Pos

Persediaan Alat Listrik

Persediaan Bahan Bakar
Persediaan Bahan Makanan Pokok


Belanja dibayar di Muka
Uang untuk
Dipertanggungjawabkan
Uang Muka Pembelian Barang
dan Jasa

Penyisihan Piutang

Bagian Lancar Pinjaman Kepada
Perusahaan Negara
Bagian Lancar Pinjaman Kepada
Perusahaan Daerah
Bagian Lancar Pinjaman Kepada
Pemerintah Pusat
Bagian Lancar Pinjaman Kepada Pemda
Lainnya
Bagian Lancar Tagihan Penjualan
Angsuran
Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi
Piutang Lainnya


PERSEDIAAN

10.4.2

INVESTASI JANGKA PANJANG BERDASARKAN
KEPMENDAGRI, PERMENDAGRI, DAN SAP
Bentuk lain dari asset selain asset lancer adalah asset tetap, dimana salah
satu bentuk asset tetap dalam akuntansi pemerintahan adalah investasi
jangka panjang. Sama seperti diatas dalam merubah Kepmendagri yang
ada dan menyesuaikan pos-pos investasi jangka panjang tersebut dengan
pos pos investasi jangka panjang menurut Permendagri diperlukan adanya
reklasifikasi beberapa pos agar sesuai. Setelah reklasifikasi Kepmendagri
ke Permendagri tersebut dilakukan maka perlu dilakukan penyesuaian juga
agar pos-pos investasi jangka panjang tersebut dapat sesuai dengan
Standar Akuntansi Pemerintahan yang berlaku (Sesuai dengan PP no 71
Tahun 2010) oleh karena itu perlunya dilakukan konversi setelah
reklasifikasi.
Gambar tabel dibawah ini akan menjelaskan pos-pos apa saja yang
mengalami reklasifikasi dari Kepmendagri menjadi Permendagri dan

bagaimana hasil reklasifikasi tersebut dikonversikan menurut SAP yang
berlaku :

KONVERSISI

REKLASIFIKASI
KEPMENDAGRI
NOMOR 29 TAHUN 2002

PERMENDAGRI
NOMOR 13 TAHUN 2006

INVESTASI JANGKA
PANJANG

INVESTASI JANGKA
PANJANG

INVESTASI JANGKA
PANJANG

Investasi dalam
Saham

INVESTASI NON
PERMANEN

INVESTASI NON
PERMANEN

Penyertaan pada
BUMD

Pinjaman Pada Perusahaan
Negara

Pinjaman Jangka Panjang

Investasi dalam Obligasi

Pinjaman Pada
Perusahaan Daerah

Investasi dalam Surat Utang
Negara

Pinjaman Pada Pemda
lainnya

Investasi dalam Proyek
Pembangunan

Investasi dalam
Surat Utang Negara

SAP PP NOMOR 71
TAHUN 2010

Investasi Non Permanen
Lainnya

Investasi Dana Bergulir

INVESTASI
PERMANEN

Investasi Non Permanen
Lainnya

Penyertaan Modal Pemda

INVESTASI PERMANEN

Investasi Permanen Lainnya

Penyertaan Modal Pemda
Penyertaan Modal dalam
Proyek Pembangunan
Penyertaan Modal Perusahaan
Patungan
Investasi Permanen Lainnya

10.4.3.1.4

(KEPMENDAGRI),

NEGRI

PERATURAN

(PERMENDAGRI)

DAN

MENTERI

STANDAR

DALAM

AKUNTANSI

PEMERINTAHAN (SAP)
Pengaturan Dana Cadangan dalam Kepmendagri dan
Permendagri

sama

dengan

dalam

SAP,

dimana

Dana

Cadangan di Neraca akan disajikan sebesar akumulasi nilai
dana cadangan.
10.4.3.1.5 KEWAJIBAN
DALAM

BERDASARKAN

NEGERI

KEPUTUSAN

(KEPMENDAGRI)

DAN

MENTERI
STANDAR

AKUNTANSI PEMERINTAHAN (SAP)
Pengaturan

Kewajiban

antara

Kepmendagri,

Permendagri, dan SAP adalah sama, dimana kewajiban
tersebut diklasifkasikan menjadi kewajiban jangka pendek
(kewajiban lancar) dan kewajiban jangka panjang.
Utang yang disajikan tidak hanya utang yang berasal
atau timbul dari pinjaman, tetapi juga utang-utang lain seperti
utang biaya dan utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK).
Penyajian

terhadap

PFK

diperoleh

dari

pencatatan

penerimaan dan pengeluaran Urusan Kas dan Perhitungan
(UKP).
Reklasifkasi pos kewajiban dari Kepmendagri ke
Permendagri dapat dilihat pada tabel berikut.
KEPMENDAGRI NO.29

PERMENDAGRI NO.13

TAHUN 2002

TAHUN 2006
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
Utang Perhitungan Fihak
Ketiga

Bagian Lancar Utang Jangka

Utang
Utang
Utang
Utang
Utang

Taspen
Askes
PPh Pusat
PPN Pusat
Taperum

Panjang
Utang Perhitungan Fihak Ketiga
lain

Utang Bunga
Utang Bunga kepada Pemerintah
Pusat
Utang Bunga kepada Daerah

Utang Belanja (ditiadakan)

Otonom Lain
Utang

Bunga

kepada

BUMN/BUMD
Utang Bunga kepada Bank/LK
Utang Bunga Dalam Negri
Lainnya
Utang Bunga Luar Negri

Utang Pajak

Utang Pajak

Utang Pemotongan PPh 21
Utang Pemotongan PPh 21
Utang Pemungutan PPN

Utang Pemotongan PPh 21
Utang Pemotongan PPh 21
Utang Pemungutan PPN

Bagian Lancar Utang Jangka
Panjang
Utang Bank
Utang Obligasi
Utang Pemerintah Pusat
Utang Pemerintah Provinsi
Utang Pemerintah Kabupaten
Kota

Pendapatan

Diterima Pendapatan

Dimuka

Diterima

Dimuka

Setoran Kelebihan Pembayaran

Setoran Kelebihan Pembayaran

Pihak III
Uang Muka Penjualan Produk ke

Pihak III
Uang Muka Penjualan Produk ke

Pihak III
Uang Muka Lelang Penjualan

Pihak III
Uang Muka Lelang Penjualan

Aset Daerah

Aset Daerah

Utang
Utang Lain - lain
Utang Taspen
Utang Pemotongan Taperum
Utang Pemotongan Iuran KORPRI

Jangka

Lainnya
KEWAJIBAN

Pendek
JANGKA

PANJANG
Utang Dalam Negri
Utang Dalam Negri Sektor
Perbankan
Utang Dalam Negri Obligasi

Utang Pemerintah Pusat
Utang Pemerintah Provinsi
Utang
Pemerintah
Kabupaten/Kota

Utang Jangka Panjang

Utang Luar Negri
Utang

Luar

Negri

Sektor

Perbankan

Berdasarkan reklasifkasi diatas, maka dilakukanlah
konversi dari Permendagri ke SAP PP No.71 Tahun 2010
karena adanya perbedaan pos-pos klasifkasi akun kewajiban
antara

keduanya.

Berikut

ini

adalah

tabel

konversi

Permendagri No. 13 Tahun 2006 ke SAP PP No.71 Tahun 2010.
PERMENDAGRI NO.13

SAP PP NO.71 TAHUN 2010

TAHUN 2006
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
Utang Perhitungan Fihak Utang Perhitungan Fihak
Ketiga

Ketiga

Utang Taspen
Utang Askes
Utang PPh Pusat
Utang PPN Pusat
Utang Taperum
Utang Perhitungan Fihak Ketiga
lain

Utang Bunga

Utang Bunga

Utang Bunga kepada Pemerintah
Pusat
Utang Bunga kepada Daerah
Otonom Lain
Utang

Bunga

kepada

BUMN/BUMD
Utang Bunga kepada Bank/LK
Utang Bunga Dalam Negri
Lainnya
Utang Bunga Luar Negri

Utang Pajak
Utang Pemotongan PPh 21
Utang Pemotongan PPh 21

Utang Pemungutan PPN

Bagian Lancar Utang Jangka Bagian Lancar Utang Jangka
Panjang

Panjang

Utang Bank
Utang Obligasi
Utang Pemerintah Pusat
Utang Pemerintah Provinsi
Utang Pemerintah Kabupaten
Kota

Pendapatan

Diterima Pendapatan

Dimuka

Diterima

Dimuka

Setoran Kelebihan Pembayaran
Pihak III
Uang Muka Penjualan Produk ke

Utang Belanja

Pihak III
Uang Muka Lelang Penjualan
Aset Daerah

Utang

Jangka

Pendek Utang

Lainnya
KEWAJIBAN

Jangka

Pendek

Lainnya
JANGKA KEWAJIBAN

PANJANG
Utang Dalam Negri

JANGKA

PANJANG
Utang Dalam Negri

Utang Dalam Negri Sektor
Perbankan
Utang Dalam Negri Obligasi
Utang Pemerintah Pusat
Utang Pemerintah Provinsi

Utang Dalam Negri Sektor
Perbankan
Utang Dalam Negri Obligasi
Premium (Diskonto) Obligasi

Utang

Jangka

Panjang

Lainnya
Utang

Pemerintah

Kabupaten/Kota

Utang

Luar

Negri

(ditiadakan)
Utang

Luar

Negri

Sektor

Perbankan

10.4.3.1.6 EKUITAS
DALAM

BERDASARKAN

NEGERI

KEPUTUSAN

(KEPMENDAGRI)

AKUNTANSI PEMERINTAHAN (SAP)

DAN

MENTERI
STANDAR

Metode

pendekatan

yang

digunakan

untuk

mengelompokkan ekuitas dalam Kepmendagri tidak sama
dengan metode pendekatan yang digunakan oleh SAP,
sehingga

penyusunan

neraca

untuk

pos-pos

ekuitas

Kepmendagri tidak bisa dikonversi ke dalam format SAP. Akan
tetapi,

metode

pendekatan

yang

digunakan

dalam

Permendagri No.13 Tahun 2006 dapat dikonversi ke SAP
karena memiliki kesamaan pada pos-pos ekuitasnya..

Berikut ini adalah konversi ekuitas dari Permendagri
No.13 Tahun 2006 ke SAP No.71 Tahun 2010.
PERMENDAGRI NO.13 TAHUN

SAP PP NO.71 TAHUN

2006

2010

EKUITAS
Ekuitas Dana
Ekuitas Dana Lancar
Sisa Lebih
Cadangan
Cadangan
DYHD

Pembiayaan Anggaran
Piutang
Persediaan
Untuk Pembayaran Jangka

Pendek

Ekuitas Dana Investasi
Diinvestasi dalam Investasi Jangka
Panjang
Diinvestasi dalam Aset Tetap
Diinvestasi dalam Aset Lainnya
DYHD Untuk Pembayaran Jangka
Panjang

Ekuitas Dana Cadangan
Diinvestasi dalam Dana Cadangan

EKUITAS

10.4.4 Struktur Laporan Arus Kas Berdasarkan Kepmendagri,Permendagri dan
SAP
Untuk Laporan Arus Kas (LAK) di dalam Kepmendagri no 29 tahun 2002 disebut
sebagai Laporan Aliran Kas sedangkan pada Permendagi Nomor 13 Tahun 2006
dan SAP PP no 71 Tahun 2010 disebut sebagai Laporan Arus Kas. Dengan
memperhatikan peraturan perundang-undangan yang ada sekarang maka Laporan
tersebut disebut sebagai Laporan Arus Kas, pada dasarnya pengertian Laporan
Aliran Kas dengan Laporan Arus kas yang diatur dalam kepmendagri dan
permendagri adalah sama, akan tetapi dikarenakan adanya beberapa perbedaan
dari Kepmendagri dan Permendagri tersebut, maka perlunya dilakukan
reklasifikasi dalam beberapa pos-pos Laporan Arus Kas tersebut. Akan tetapi
reklasifikasi saja tidak cukup untuk menyesuaikannya dengan SAP yang berlaku
sekarang (sesuai PP No 71 Tahun 2010). Untuk menyesuaikannya perlu dilakukan
juga konversi.
Tabel gambar dibawah ini akan menunjukan bagaimana gambaran secara
keseluruhan Reklasifikasi pos-pos dalam laporan arus kas Kepmendagri ke
Permendagri. Dan juga konversi hasil reklasifikasi pos-pos tersebut kedalam SAP
sesuai PP no 71 Tahun 2010 :

KEPMENDAGRI NOMOR 29 TAHUN
2002

PERMENDAGRI NOMOR 13
TAHUN 2006

SAP PP NOMOR 71 TAHUN
2010

ALIRAN KAS DARI AKTIVITAS
OPERASI
ALIRAN KAS MASUK

ARUS KAS DARI AKTIVITAS
OPERASI
ARUS KAS MASUK

ARUS KAS DARI AKTIVITAS
OPERASI
ARUS KAS MASUK

Pendapatan Asli Daerah

Pajak Daerah

Pendapatan dari Dana Perimbangan
Lain-Lain Pendapatan daerah yang sah

Retribusi Daerah
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah
yang sah
Dana Bagi Hasil Pajak
Dana Bagi Hasil Bukan Pajak/
Sumber Daya Alam
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus

Penerimaan Pajak Daerah
Penerimaan Retribusi Daerah
Penerimaan HPKD yang disahkan

Penjualan Peralatan / Perlengkapan Kantor
Penjualan Mesin/Alat-Alat Berat
Penjualan Rumah Mesin/Rumah Dinas
Penjualan Kendaraan Roda Dua
Penjualan Kendaraan Roda Empat

Dana Otonomi Khusus
Dana Penyesuaian
Pendapatan Bagi Hasil Pajak
Pendapatan Bagi Hasil Lainnya
Hibah
Dana Darurat

Aliran Kas Keluar

Arus Kas Keluar

Belanja Administrasi Umum

Belanja Pegawai

Belanja Pegawai / Personalia

Belanja Barang dan Jasa

Belanja Barang dan Jasa

Belanja Bunga

Belanja Perjalanan Dinas

Belanja Subsidi

Belanja Pemeliharaan

Belanja Hibah

Belanja Operasi dan Pemeliharaan
Belanja Pegawai/Personalia

Belanja Bantuan Sosial
Belanja Bantuan Keuangan

Belanja Barang dan Jasa

Belanja Tidak Terduga

Belanja Perjalanan Dinas
Belanja Pemeliharaan

Belanja Bagi Hasil ke Desa

Belanja Bagi hasil dan Bantuan Keuangan
Belanja Tak Tersangka

ALIRAN KAS MASUK DARI
AKTIVITAS INVESTASI
ALIRAN KAS MASUK
Penjualan Investasi Jangka Panjang
Penjualan Aktiva Tetap

Arus kas dari Aktivitas Investasi
Aset Non Keuangan
Arus Kas Masuk
Pendapatan Penjualan Atas Tanah

Pendapatan Penjualan atas
Peralatan dan Mesin

Penerimaan Lain-Lain PAD yang
Sah
Penerimaan Dana bagi hasil pajak
Penerimaan dana bagi hasil SDA
Penerimaan Dana Alokasi Umum
Penerimaan Dana Alokasi Khusus
Penerimaan Dana Otonomi Khusus
Penerimaan Dana Penyesuaian
Penerimaan Pendapatan Bagi Hasil
Pajak
Penerimaan Pendapatan Bagi Hasil
Lainnya
Penerimaan Hibah
Penerimaan Dana Darurat
Penerimaan lainnya
Penerimaan dari Pendapatan Luar
Biasa
ARUS KAS KELUAR
Pembayaran pegawai
Pembayaran Barang
Pembayaran Bunga
Pembayaran Subsidi
Pembayaran Hibah
Pembayaran Tidak Terduga
Pembayaran Bantuan Keuangan
Pembayaran Bagi Hasil Pajak
Pembayaran Bagi Hasil Retribusi
Pembayaran Bagi Hasil Pendapatan
Lainnya
Pembayaran Kejadian Luar Biasa

ARUS KAS DARI AKTIVITAS
INVESTASI
ARUS KAS MASUK
Pencairan Dana Cadangan
Penjualan atas Tanah

Pendapatan Penjualan atas
Gedung dan Bangunan
Pendapatan Penjualan atas
Jalan,irigasi dan jaringan
Pendapatan dari Penjualan Aset
Tetap Lainnya
Pendapatan dari penjualan asset
lainnya

Penjualan atas Peralatan Dan Mesin
Penjualan atas Gedung dan
Bangunan
Penjualan atas Jalan,irigasi dan
jaringan
Penjualan Aset Tetap Lainnya

Penjualan asset lainnya
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan
Penerimaan Penjualan Investasi
Non Permanen
Arus Kas Keluar
Arus Keluar Kas
Belanja Tanah
Pembentukan Dana Cadangan
Belanja Peralatan dan Mesin
Perolehan Tanah
Belanja Gedung dan Bangunan
Perolehan Peralatan Dan Mesin
Belanja Jalan, Irigasi dan Perolehan Gedung dan Bangunan

Aliran Kas Keluar
Belanja Modal/Pembangunan
Pembelian Investasi Jangka Panjang

Jaringan
Belanja Aset Tetap Lainnya
Belanja Aset Lainnya

Perolehan Jalan Irigasi dan Jaringan
Perolehan Aset Tetap Lainnya
Penyertaan Modal Pemerintah
Daerah
Pengeluaran pembelian Investasi

ALIRAN KAS DARI AKTIVITAS

ARUS KAS DARI AKTIVITAS

non permanen
ARUS KAS DARI AKTIVITAS

PEMBIAYAAN
ALIRAN KAS MASUK
Penerimaan pinjaman dan obligasi

PEMBIAYAAN
ARUS KAS MASUK
Pencairan Dana Cadangan

PENDANAAN
ARUS MASUK KAS
Pinjaman
Dalam
Negeri

Transfer dari Dana Cadangan

Hasil Penjualan Kekayaan Daerah

Pemerintah Pusat
Pinjaman Dalam Negeri – Pemda

Penjualan Aset Daerah yang dipisahkan

Yang Dipisahkan
Penerimaan
Pinjaman

Lainnya
Pinjaman Dalam Negeri – Lembaga

Penerimaan Piutang Pajak Tahun Lalu

Obligasi
Penerimaan Kembali Pinjaman

dari

Aliran Kas Keluar
Pembayaran Pokok

Pinjaman

Obligasi
Transfer ke Dana Cadangan

dan

Keuangan Bank
Pinjaman Dalam Negeri – Lembaga

Arus Kas Keluar
Pembentukan Dana Cadangan

Keuangan Bukan Bank
Pinjaman Dalam Negeri – Obligasi
Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya
PKP Kepada Perusahaan Negara
PKP Kepada Perusahaan Lainnya
PKP Kepada Pemda Lainnya
ARUS KELUAR KAS
PPPDN – Pemerintah Pusat

Penyertaan

PPPDN – Pemda Lainnya

Penerimaan Piutang

Modal

Pemerintah Daerah

(investasi)

-

Penyertaan Modal

Pembayaran

Pokok

Pembayaran Hutang Pajak Tahun Lalu

Pinjaman Dan Obligasi
Pemberian Pinjaman

Utang

PPPDN – Lembaga Keuangan Bank
PPPDN

-

:Lembaga

Keuangan

Bukan Bank
PPPDN - Obligasi
PPPDN - Lainnya
Pemberian
Pinjaman

kepada

Perusahaan Negara
Pemberian
Pinjaman

kepada

Perusahaan Daerah
Pemberian Pinjaman kepada Pemda
Dokumen Sumber

Arus Kas Dari Aktivitas Non

Lainnya
ARUS KAS DARI AKTIVITAS

Anggaran
Arus Kas Masuk
Penerimaan Perhitungan Pihak

TRANSITORIS
ARUS MASUK KAS
Penerimaan Perhitungan

pihak

ketiga
Arus Kas Keluar
Pengeluaran Perhitungan Pihak

ketiga
ARUS KELUAR KAS
Pengeluaran perhitungan

pihak

Ketiga
Kenaikan (Penurunan) Kas Bersih

ketiga
Kenaikan/Penurunan Kas

selama periode
Saldo Awal kas di BUD/ Kas

Saldo

Awal

kas

di

BUDB.

Daerah
Saldo Akhir Kas di BUD/Kas

Pengeluaran
Saldo Akhir

Kas

di

BUD/B.

Daerah
Saldo Akhir kas di Bendahara

Pengeluaran
Saldo Akhir kas di Bendahara

Pengeluaran
Saldo Akhir kas di Bendahara

Penerimaan
Saldo Akhir Kas

Penerimaan
Saldo Akhir Kas

10.4.5 Catatan Atas Laporan Keuangan Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam
Negeri, Peraturan Menteri Dalam Negeri, Dan Standar Akuntansi
Pemerintahan
CaLK

merupakan

komponen

laporan

keuangan

yang

kedudukannya

menggantikan Nota Perhitungan Anggaran. CaLK diatur dalam PSAP No 04 dan
PP No 71 Tahun 2010. Hal ini belum memperoleh porsi pengaturan secara cukup

dalam Kepmendagri, tetapi dalam Permendagri sudah mendapat pengaturan yang
cukup. Oleh karena itu, penyusunan CALK dapat langsung mengacu pada PSAP
no 04 sedangkan materi dari nota perhitungan anggaran digunakan sebagai salah
satu bahan. CALK bertujuan untuk menginformasikan mengungkapan yang
diperlukan atas laporan keuangan

BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan diatas dapat diketahui bahwa untuk reklasifikasi
Kepmendagri ke Permendagri dan Konversi hasil reklasifikasi ke SAP pada bagian
Laporan Arus Kas Dan Neraca adalah sebagai berikut :
 Untuk Bagian Neraca
o Pos- pos pada Aset Lancar direklasifikasi berdasarkan Permendagri
dengan adanya sedikit perubahan nama untuk masing-masing pos
namun secara garis besar posnya adalah sama
o Pos- pos Aset lancer,dan asset tetap yang telah direklasifikasi
dikonversikan ke SAP dengan mengembalikannya pada klasifikasi
pos dasar dan penjelasan mendetail untuk tiap pos dialihkan dalam
CALK
o Pos investasi Jangka Panjang direklasifikasn dengan pengkategorian
pada 2 bentuk investasi yaitu non permanen dan permanen.
o Pos- pos pada Aset tetap direklasifikan dengan memperjelas
klasifikasi untuk tiap pos-pos dalam asset tetap
o Untuk pos dana cadangan adalah sama walaupun direklasifikasi dan
dikonversi
 Untuk Bagian Laporan Arus Kas
o Pos Pendapatan Asli Daerah direklasifikasi menjadi 3 bagian yaitu
Pajak Daerah,Retribusi Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah yang dipisahkan.
o Pos Pendapatan dari dana perimbangan direklasifikasi menjadi 10
bentuk Dana mulai dari bagi hasil pajak hingga dana darurat.
o Pos Arus kas masuk yang telah direklasifikasi dikonversikan ke SAP
dengan penambahan kata penerimaan pada setiap pos
o Pos Belanja pada arus kas keluar / aliran kas keluar tidak lagi
dibedakan atas administrasi umum dan operasi pemeliharaan
melainkan dijadikan satu.

o Pos pada Aliran kas masuk dari aktivitas investasi diperjelas menjadi
penjualan untuk tiap bentuk asset investasi / asset tetapnya.
o Pos Arus kas keluar pada aktivitas operasional yang telah
direklasifikasi dikonversikan ke SaP dengan penggantian kata belanja
dengan pembayaran.
o Pos Pendapatan dalam aktivitas investasi non asset keuangan yang
telah direklasifikasi dikonversikan ke SAP dengan mengganti kata
pendapatan menjadi penjualan
o Pencairan Dana cadangan dan penyertaan modal investasi pemerintah
daerah dalam Arus kas dari Aktivitas Pembiataan dikonversikan
dalam Arus kas dari Aktivitas Investasi
o Pos-pos pada Aliran Kas Keluar dari aktivitas investasi direklasifikasi
menjadi

lebih

detail

untuk

belanja

modal/pembangunan

direklasifikasi berdasarkan pembelajaan jenis asetnya.
o Pos-pos pada Aliran Kas Keluar dari aktivitas investasi yang telah
direklasifikasi dikonversikan ke SAP dengan penggantian kata
Belanja dengan Perolehan
o Pos pada aliran kas dari aktivitas pembiayaan direklasifikasi beberapa
penulisannya
o Pos Pembayaran Pokok Utang Pinjaman dan obligasi pada arus kas
keluar aktivitas pembiayaan yang telah direklasifikasi dikonversikan
ke dalam SAP menjadi 6 bentuk PPPDN
o Pos Pemberian Pinjaman pada arus kas keluar aktivitas pembiayaan
yang telah direklasifikasi dikonversikan ke SAP dengan membaginya
menjadi 3 pemberian pinjaman yaitu perusahaan Negara,daerah dan
pemda lainnya.
o Pos Dokumen sumber pada aliran kas direklasifikasi menjadi Arus
kas dari aktivitas Non Anggaran
Sedangkan Untuk CALk sendiri adalah bagian laporan keuangan yang menggantikan
kedudukan Nota Perhitungan Anggaran yang dibuat berdasarkan PSAP 04 dari SAP PP
No 71 Tahun 2010