MAKALAH MAKNA HARI KESAKTIAN PANCASILA.

MAKALAH
MAKNA HARI KESAKTIAN
PANCASILA

Disusun oleh ;
Nama
Prodi
Mata kuliah
Kelas/ angkatan
NIM

:Syarifah aini
: pendidikan matematika
: pendidikan pancasila
: B/ 2013
: 135500077

1

UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA
SURABAYA


KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahnya. Sehingga kami selaku penulis
dapat menyelesaikan tugas Pendidikan Pancasila yaitu Makalah tentang
Makna Hari Kesaktian Pancasila dengan baik.
Makalah ini disusun menggunakan bahasa yang efektif dan mudah
dimengerti serta dipahami. Sehingga diharapkan makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang
membantu tersusunnya makalah ini. Semoga awal baik yang diberikan
mendapat balasan dari Allah SWT. Sebagai penulis, kami menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
kritik dan saran selalu kami harapkan agar makalah ini dapat lebih
bermutu dan bermanfaat. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih.

Surabaya, 09 Oktober
2013

2


Penulis

DAFTAR ISI
Kata
pengantar........................................................................................................................
.........................................................2
Daftar
isi.....................................................................................................................................
.........................................................3
BAB 1
PENDAHULUAN..............................................................................................................
...................................................4
1.1

latar
belakang.........................................................................................................
................................................4

1.2


batasan
masalah..........................................................................................................
..........................................4

1.3

rumusan
masalah..........................................................................................................
........................................4

1.4

tujuan dan
manfaat...........................................................................................................
...................................5

3

1.5


hasil yang
diharapkan......................................................................................................
...................................5

BAB 2
PEMBAHASAN................................................................................................................
.....................................................6
2.1
pancasila.........................................................................................................
..............................................................6
2.2

latar belakang adanya hari kesaktian pancasila secara
singkat..........................................................7

2.3

partai komunis indonesia
( PKI )..............................................................................................................

........7

2.4

gerakan 30
september.....................................................................................................

.............................11
2.5

makna hari kesaktian
pancasila.........................................................................................................
.............18

BAB 3
PENUTUP........................................................................................................................
....................................................23
3.1
kesimpulan......................................................................................................................
...................................23

3.2
saran................................................................................................................................
......................................24
Daftar
pustaka............................................................................................................................
....................................................25

4

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Setiap tanggal 1 oktober kita memperingati hari kesaktian pancasila. Tentu hal
pertama yang terlintas ketika kita menyebut “hari kesaktian pancasila “ adalah
Gerakan 30 September. Peringatan Hari Kesaktian Pancasila memang tidak bisa
lepas kaitannya dengan peristiwa ‘G 30 S/PKI’. Dimana saat itu terjadi Insiden, enam
Jendral dan berberapa orang lainnya dibunuh oleh oknum-oknum yang digambarkan
pemerintah yaitu PKI sebagai upaya kudeta dengan motif mengubah ideologi
pancasila menjadi ideologi komunis. Pemerintah Orde Baru kemudian menetapkan
30 September sebagai Hari Peringatan Gerakan 30 September G30S dan tanggal 1

Oktober ditetapkan sebagai Hari Kesaktian Pancasila. Sakti karena karena pada saat
itu pancasila ampuh dan berhasil menghalau serta menumpas komunis dan PKI dari
muka bumi Indonesia dan menyelamatkan bangsa dari kehancuran pada percobaan
kudeta yang dilakukan oleh PKI tahun 1965.
Namun dalam upaya bertahan untuk tetap menjadi bangsa yang utuh, kita
kadang-kadang lupa akan Pancasila. Memang, dalam sejarahnya, Pancasila disusun
dengan tergesa-gesa. Namun dalam perjalanan hidup berbangsa, cita-cita positif itu
telah dimatangkan oleh masalah demi masalah yang dihadapi bangsa ini. Sudah
saatnya bangsa ini memperluas pemikiran tentang arti kesaktian Pancasila yang
tidak sekedar sakti terhadap rongrongan ideologi lain, tetapi juga sakti dalam
mengatasi setiap masalah serta juga sakti dalam memakmurkan bangsa.Sudah
saatnya bangsa ini membuktikan bahwa Pancasila sebagai dasar negara dan falsafah
hidup harus benar-benar mampu menjadi solusi bagi permasalahan-permasalahan

5

yang ada. Pancasila harus kembali menjadi sumber segala pengetahuan bagi upaya
mempertahankan bangsa indonesia sebagai bangsa yang bermartabat.

1.2 BATASAN MASALAH

Peneliti membatasi masalah agar karya ilmiah yang telah di buat tidak terlalu
banyak dan mudah dimengerti. Dan masalah yang akan di bahas yaitu tentang latar
belakang terjadinya hari kesaktian pancasila yang tentu saja terkait didalamnya
dengan PKI dan G 30 S, serta makna pancasila dan kesaktian pancasila itu sendiri
bagi bangsa Indonesia.

1.3 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang, berikut beberapa rumusan masalah yang akan kita
bahas pada makalah ini :
 Apakah pancasila itu ?
 Bagaimanakah latar belakang adanya hari kesaktian pancasila secara
singkat?
 Apakah PKI itu ?
 Apakah Gerakan 30 September itu ?
 Bagaimanakah makna hari kesaktian pancasila bagi bangsa indonesia?

1.4 TUJUAN dan MANFAAT
 Mengetahui apa sebenarnya hari kesaktian itu.
 Mengetahui apa latar belakang adanya hari keaktian itu sendiri.
 Mengetahui apa makna dari hari kesaktian pancasila.

 Menumbuhkan semangat untuk mengamalkan pancasila sebagai pedoman
mewujudkan cita-cita dan tujuan bangsa indonesia , serta menjaga
persatuan bangsa Indonesia.

1.5 HASIL yang DIHARAPKAN
Hasil yang diharapkan penulis pada pembaca melalui makalah ini yaitu lebih
memahami dan mengerti begitu pentingnya pancasila sebagai dasar negara dan
pendoman hidup bangsa serta dapat mengamalkan nilai-nilai sila yang terkandung
dalam pancasila itu sendiri.

6

BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 PANCASILA
Pancasila merupakan dasar negara yang telah ditetapkan sejak Indonesia
merdeka. Oleh karena itu, pancasila dijadikan sebagi falsafah atau pandangan hidup
bagi seluruh bangsa Indonesia. Dengan adanya pancasila, Indonesia dapat
menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara dengan berpedoman pada
landasan idil Indonesia yaitu Pancasila. Jika kita memperhatikan lambang pancasila

dan butir – butir yang terkandung dalam pancasila, dapat disimpulkan bahwa setiap
bangsa mempunyai kepribadian , dan butir – butir pancasila itulah yang merupakan
pencerminan kepribadian bangsa Indonesia, sehingga Indonesia dapat dibedakan
dengan bangsa lain karena ciri khas yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Walaupun
sejak dulu bangsa Indonesia telah berinteraksi dengan berbagai peradaban dan
kebudayaan bangsa lain, tetapi kepribadian Indonesia tetap hidup dan berkembang.
7

Sebelum kita tahu apa latar belakang adanya hari
kesaktian pancasila dan G 30 S PKI , maka kita perlu
mengetahui perbedaan dan ciri-ciri ideologi pancasila
dengan ideologi-ideologi lainnya secara singkat
1. ideologi Komunis -Komunisme adalah salah satu ideologi di dunia. Komunisme
sebagai anti kapitalisme menggunakan sistem sosialisme sebagai alat kekuasaan
sebagai Prinsip semua adalah milik rakyat dan dikuasai oleh negara untuk
kemakmuran rakyat secara merata.yang paling utama pula Komunis sangat
membatasi demokrasi pada rakyatnya sehingga Komunis juga disebut anti
liberalisme.Parahnya Komunis sangat membatasi agama pada rakyatnya,
dengan prinsip agama dianggap candu yang membuat orang berangan-angan
yang membatasi rakyatnya dari pemikiran yang rasional dan nyata. Ideologi

Komunis bersifat absolutisasi dan determinisme, karena memberi perhatian
yang sangat besar kepada kolektivitas atau masyarakat, kebebasan individu, hak
milik pribadi tidak diberi tempat dalam Negara Komunis. Manusia dianggap
sebagai “sekrup” dalam sebuah kolektivitas.
2. Ideologi Liberal, ajaran liberal bertitik tolak dari paham individualisme
(perorangan) yang mendasarkan hak dan kebebasan individu, yang melekat
pada manusia sejak lahir dan tidak dapat di ganggu siapapun. Paham
liberalisme tidak sesuai dengan pancasila yang memandang manusia sebagai
makhluk pribadi dan sekaligus makhluk sosial, sehingga dalam kehidupan
bermasyarakat wajib menyelaraskan kepentingan pribadinya dengan
kewajibannnya terhadap masyarakat. Pancasila adalah paham integralistik atau
kekeluargaan sehingga menolak individualisme.
3. Ideologi Pancasila, Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia memiliki
berbagai perbedaan dengan sistem ideologi liberal dan komunis. Pancasila
mengakui dan melindungi baik hak individu maupun masyarakat baik dibidang
ekonomi maupun dibidang politik. Dengan demikian ideologi kita mengakui
secara selaras baik kolektif maupun individualisme. Demokrasi yang
dikembangkan bukan semata politik seperti ideologi komunis tapi juga ekonomi
dalam sistem liberal dasar perekonomian bukan usaha bersama dan
kekeluargaan namun kebebasan individu untuk berusaha sedangkan dalam
sistem komunis negara yang mendominasi, bukan warga negara.

2.2 Latar Belakang Adanya Hari Kesaktian
Pancasila Secara Singkat
Pada tanggal 30 September 1965, terjadi insiden yang dinamakan Gerakan 30
September (G30S). Insiden ini sendiri masih menjadi perdebatan di tengah
lingkungan akademisi mengenai siapa penggiatnya dan apa motif dibelakangnya.
Akan tetapi otoritas militer dan kelompok religi terbesar saat itu menyebarkan kabar
bahwa insiden tersebut merupakan usaha PKI mengubah unsur Pancasila menjadi
8

ideologi komunis, untuk membubarkan Partai Komunis Indonesia dan membenarkan
peristiwa Pembantaian di Indonesia 1965–1966.
Pada hari itu, enam Jendral dan berberapa orang lainnya dibunuh oleh oknum-oknum
yang digambarkan pemerintah sebagai upaya kudeta. Gejolak yang timbul akibat
G30S sendiri pada akhirnya berhasil diredam oleh otoritas militer Indonesia.
Pemerintah Orde Baru kemudian menetapkan 30 September sebagai Hari Peringatan
Gerakan 30 September G30S dan tanggal 1 Oktober ditetapkan sebagai Hari
Kesaktian Pancasila.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang kronologis adanya hari kesaktian
pancasila maka perlu kita mengatahui siapakah PKI itu dan apakah
sebenarnya Gerakan 30 September itu....????.

2.3 Partai Komunis Indonesia ( PKI )
SEBELUM REVOLUSI INDONESIA

Gerakan Awal PKI
Partai ini didirikan atas inisiatif tokoh sosialis Belanda, Henk Sneevliet pada
1914, dengan nama Indische Sociaal-Democratische Vereeniging (ISDV) (atau
Persatuan Sosial Demokrat Hindia Belanda). Keanggotaan awal ISDV pada dasarnya
terdiri atas 85 anggota dari dua partai sosialis Belanda, yaitu SDAP (Partai Buruh
Sosial Demokratis) dan SDP (Partai Sosial Demokratis), yang aktif di Hindia
Belanda . Pada saat pembentukannya, ISDV tidak menuntut kemerdekaan Indonesia.
Pada saat itu, ISDV mempunyai sekitar 100 orang anggota, dan dari semuanya itu
hanya tiga orang yang merupakan warga pribumi Indonesia. Namun demikian, partai
ini dengan cepat berkembang menjadi radikal dan anti kapitalis. Di bawah
kepemimpinan Sneevliet, ISDV yakin bahwa Revolusi Oktober seperti yang terjadi di
Rusia harus diikuti Indonesia. Kelompok ini berhasil mendapatkan pengikut di antara
tentara-tentara dan pelaut Belanda yang ditempatkan di Hindia Belanda.
Dibentuklah "Pengawal Merah" dan dalam waktu tiga bulan jumlah mereka telah
mencapai 3.000 orang. Pada akhir 1917, para tentara dan pelaut itu memberontak di
Surabaya, sebuah pangkalan angkatan laut utama di Indonesia saat itu, dan
membentuk sebuah dewan soviet. Para penguasa kolonial menindas dewan-dewan
soviet di Surabaya dan ISDV. Para pemimpin ISDV dikirim kembali ke Belanda,
termasuk Sneevliet. Para pemimpin pemberontakan di kalangan militer Belanda
dijatuhi hukuman penjara hingga 40 tahun. ISDV terus melakukan kegiatannya,
meskipun dengan cara bergerak di bawah tanah. Setelah sejumlah kader Belanda
dikeluarkan dengan paksa, ditambah dengan pekerjaan di kalangan Sarekat Islam,
keanggotaan organisasi ini pun mulai berubah dari mayoritas warga Belanda
menjadi mayoritas orang Indonesia.

Pembentukan Partai Komunis
9

Pada awalnya PKI adalah gerakan yang berasimilasi ke dalam Sarekat Islam.
Keadaan yang semakin parah dimana ada perselisihan antara para anggotanya,
terutama di Semarang dan Yogyakarta membuat Sarekat Islam melaksanakan
disiplin partai. Yakni melarang anggotanya mendapat gelar ganda di kancah
perjuangan pergerakan indonesia. Keputusan tersebut tentu saja membuat para
anggota yang beraliran komunis kesal dan keluar dari partai dan membentuk partai
baru yang disebut ISDV. Pada Kongres ISDV di Semarang (Mei 1920), nama
organisasi ini diubah menjadi Perserikatan Komunis di Hindia. Semaoen diangkat
sebagai ketua partai.PKH adalah partai komunis pertama di Asia yang menjadi
bagian dari Komunis Internasional. Henk Sneevliet mewakili partai ini pada
kongresnya kedua Komunis Internasional pada 1920.Pada 1924 nama partai ini
sekali lagi diubah, kali ini adalah menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI).

Pemberontakan 1926
Pada November 1926, PKI memimpin pemberontakan melawan pemerintahan
kolonial di Jawa Barat dan Sumatera Barat. PKI mengumumkan terbentuknya sebuah
republik. Pemberontakan ini dihancurkan dengan brutal oleh penguasa kolonial.
Ribuan orang dibunuh dan sekitar 13.000 orang ditahan. Sejumlah 1.308 orang,
umumnya kader-kader partai, dikirim ke Boven Digul, sebuah kampung tahanan di
Papua. Beberapa orang meninggal di dalam tahanan. Banyak aktivis politik nonkomunis yang juga menjadi sasaran pemerintahan kolonial, dengan alasan menindas
pemberontakan kaum komunis. Pada 1927 PKI dinyatakan terlarang oleh
pemerintahan Belanda. Karena itu, PKI kemudian bergerak di bawah tanah.

Peristiwa Madiun 1948
Pada 8 Desember 1947 sampai 17 Januari 1948 pihak Republik Indonesia dan
pendudukan Belanda melakukan perundingan yang dikenal sebagai Perundingan
Renville. Hasil kesepakatan perundingan Renville dianggap menguntungkan posisi
Belanda. Sebaliknya,RI menjadi pihak yang dirugikan dengan semakin sempit
wilayah yang dimiliki.Oleh karena itu, kabinet Amir Syarifuddin diaggap merugikan
bangsa, kabinet tersebut dijatuhkan pada 23 Januari 1948. Ia terpaksa menyerahkan
mandatnya kepada presiden dan digantikan kabinet Hatta. Selanjutnya Amir
Syarifuddin membentuk Front Demokrasi Rakyat (FDR) pada 28 Juni 1948. Kelompok
politik ini berusaha menempatkan diri sebagai oposisi terhadap pemerintahan
dibawah kabinet Hatta. FDR bergabung dengan Partai Komunis Indonesia (PKI)
merencanakan suatu perebutan kekuasaan.Beberapa aksi yang dijalankan kelompok
ini diantaranya dengan melancarkan propaganda antipemerintah, mengadakan
demonstrasi-demonstrasi, pemogokan, menculik dan membunuh lawan-lawan politik,
serta menggerakkan kerusuhan dibeberapa tempat.
Sejalan dengan peristiwa itu, datanglah Muso seorang tokoh komunis yang
sejak lama berada di Moskow, Uni Soviet. Ia menggabungkan diri dengan Amir
Syarifuddin untuk menentang pemerintah, bahkan ia berhasil mengambil alih pucuk
pimpinan PKI. Setelah itu, ia dan kawan-kawannya meningkatkan aksi teror,
mengadu domba kesatuan-kesatuan TNI dan menjelek-jelekkan kepemimpinan
10

Soekarno-Hatta. Puncak aksi PKI adalah pemberotakan terhadap RI pada 18
September 1948 di Madiun, Jawa Timur. Tujuan pemberontakan itu adalah
meruntuhkan negara RI dan menggantinya dengan negara komunis. Dalam aksi ini
beberapa pejabat, perwira TNI, pimpinan partai, alim ulama dan rakyat yang
dianggap musuh dibunuh dengan kejam. Tindakan kekejaman ini membuat rakyat
marah dan mengutuk PKI. Tokoh-tokoh pejuang dan pasukan TNI memang sedang
menghadapi Belanda, tetapi pemerintah RI mampu bertindak cepat. Panglima Besar
Soedirman memerintahkan Kolonel Gatot Subroto di Jawa Tengah dan Kolonel
Sungkono di Jawa Timur untuk menjalankan operasi penumpasan pemberontakan
PKI. Pada 30 September 1948, Madiun dapat diduduki kembali oleh TNI dan polisi.
Dalam operasi ini Muso berhasil ditembak mati sedangkan Amir Syarifuddin dan
tokoh-tokoh lainnya ditangkap dan dijatuhi hukuman mati.

Bangkit kembali
Pada 1950, PKI memulai kembali kegiatan penerbitannya. Pada 1950-an, PKI
mengambil posisi sebagai partai nasionalis di bawah pimpinan D.N. Aidit, dan
mendukung kebijakan-kebijakan anti kolonialis dan anti Barat yang diambil oleh
Presiden Soekarno. Aidit dan kelompok di sekitarnya, termasuk pemimpin-pemimpin
muda seperti Sudisman, Lukman, Nyoto dan Sakirman, menguasai pimpinan partai
pada 1951. Di bawah Aidit, PKI berkembang dengan sangat cepat, dari sekitar 3.0005.000 anggota pada 1950, menjadi 165 000 pada 1954 dan bahkan 1,5 juta pada
1959 . Pada Agustus 1951, PKI memimpin serangkaian pemogokan militan, yang
diikuti oleh tindakan-tindakan tegas terhadap PKI di Medan dan Jakarta. Akibatnya,
para pemimpin PKI kembali bergerak di bawah tanah untuk sementara waktu.

Pemilu 1955
Pada Pemilu 1955, PKI menempati tempat ke empat di Konstituante. Pada Juli
1957, kantor PKI di Jakarta diserang dengan granat. Pada bulan yang sama PKI
memperoleh banyak kemajuan dalam pemilihan-pemilihan di beberapa kota. Pada
September 1957, Masjumi secara terbuka menuntut supaya PKI dilarang. Pada 3
Desember 1957, serikat-serikat buruh yang pada umumnya berada di bawah
pengaruh PKI, mulai menguasai perusahaan-perusahaan milik Belanda. Penguasaan
ini merintis nasionalisasi atas perusahaan-perusahaan yang dimiliki oleh asing.
Perjuangan melawan para kapitalis asing memberikan PKI kesempatan untuk
menampilkan diri sebagai sebuah partai nasional. Pada Februari 1958 terjadi sebuah
upaya koreksi terhadap kebijakan Sukarno yang mulai condong ke timur di kalangan
militer dan politik sayap kanan. Mereka juga menuntut agar pemerintah pusat
konsisten dalam melaksanakan UUDS 1950, selain itu pembagian hasil bumi yang
tidak merata antara pusat dan daerah menjadi pemicu. Gerakan yang berbasis di
Sumatera dan Sulawesi, mengumumkan pada 15 Februari 1958 telah terbentuk
Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI). Pemerintahan yang disebut
revolusioner ini segera menangkapi ribuan kader PKI di wilayah-wilayah yang berada
di bawah kontrol mereka. PKI mendukung upaya-upaya Soekarno untuk
memadamkan gerakan ini, termasuk pemberlakuan Undang-Undang Darurat.
Gerakan ini pada akhirnya berhasil dipadamkan.
11

Pada 1959, militer berusaha menghalangi diselenggarakannya kongres PKI. Namun
demikian, kongres ini berlangsung sesuai dengan jadwal dan Presiden Soekarno sendiri
memberi angin pada komunis dalam sambutannya. Pada bulan Juli 1959 parlemen

dibubarkan dan Soekarno menetapkan konstitusi di bawah dekrit presiden - sekali
lagi dengan dukungan penuh dari PKI. Ia memperkuat tangan angkatan bersenjata
dengan mengangkat para jendral militer ke posisi-posisi yang penting. Sukarno
menjalankan sistem "Demokrasi Terpimpin". PKI menyambut "Demokrasi Terpimpin"
Sukarno dengan hangat dan anggapan bahwa dia mempunyai mandat untuk
persekutuan Konsepsi yaitu antara Nasionalis, Agama dan Komunis yang
dinamakan`NASAKOM. Pada era "Demokrasi Terpimpin", kolaborasi antara
kepemimpinan PKI dan kaum burjuis nasional dalam menekan pergerakanpergerakan independen kaum buruh dan petani, gagal memecahkan masalahmasalah politis dan ekonomi yang mendesak. Pendapatan ekspor menurun, foreign
reserves menurun, infasi terus menaik dan korupsi birokrat dan militer menjadi
wabah.
Salah satu hal yang sangat aneh yang dilakukan PKI adalah dengan
diusulkannya Angkatan ke-5 yang terdiri dari buruh dan petani, kemungkinan besar
PKI ingin mempunyai semacam militer partai seperti Partai Komunis Cina dan Nazi
dengan SS nya. Hal inilah yang membuat TNI AD merasa khawatir takut adanya
penyelewengan senjata yang dilakukan PKI dengan "tentaranya".

ANGKATAN KELIMA
Perayaan Milad PKI yang ke 45 di Jakarta pada awal tahun 1965. PKI telah
menguasai banyak dari organisasi massa yang dibentuk
Soekarno untuk
memperkuat dukungan untuk rezim Demokrasi Terpimpin dan, dengan persetujuan
dari Soekarno, memulai kampanye untuk membentuk "Angkatan Kelima" dengan
mempersenjatai pendukungnya. Para petinggi militer menentang hal ini. Dari tahun
1963, kepemimpinan PKI makin lama makin berusaha menghindari bentrokanbentrokan antara aktivis massanya dan polisi dan militer. Pemimpin-pemimpin PKI
mementingkan "kepentingan bersama" polisi dan "rakyat. Di bulan Agustus 1964,
Aidit menganjurkan semua anggota PKI membersihkan diri dari "sikap-sikap
sektarian" kepada angkatan bersenjata, mengimbau semua pengarang dan seniman
sayap-kiri untuk membuat "massa tentara" subyek karya-karya mereka.
Di akhir 1964 dan permulaan 1965 ratusan ribu petani bergerak merampas
tanah dari para tuan tanah besar. Bentrokan-bentrokan besar terjadi antara mereka
dan polisi dan para pemilik tanah. Untuk mencegah berkembangnya konfrontasi
revolusioner itu, PKI mengimbau semua pendukungnya untuk mencegah
pertentangan menggunakan kekerasan terhadap para pemilik tanah dan untuk
meningkatkan kerjasama dengan unsur-unsur lain, termasuk angkatan bersenjata.
Pada permulaan 1965, para buruh mulai menyita perusahaan-perusahaan karet dan
minyak milik AS. Kepemimpinan PKI menjawab ini dengan memasuki pemerintahan
dengan resmi. Pada waktu yang sama, jendral-jendral militer tingkat tinggi juga
menjadi anggota kabinet. Menteri-menteri PKI tidak hanya duduk di sebelah para
petinggi militer di dalam kabinet Sukarno ini, tetapi mereka terus mendorong ilusi
yang sangat berbahaya bahwa angkatan bersenjata adalah merupakan bagian dari
12

revolusi demokratis "rakyat". Aidit memberikan ceramah kepada siswa-siswa sekolah
angkatan bersenjata di mana ia berbicara tentang "perasaan kebersamaan dan
persatuan yang bertambah kuat setiap hari antara tentara Republik Indonesia dan
unsur-unsur masyarakat Indonesia, termasuk para komunis". Rejim Sukarno
mengambil langkah terhadap para pekerja dengan melarang aksi-aksi mogok di
industri. Kepemimpinan PKI tidak berkeberatan karena industri menurut mereka
adalah milik pemerintahan NASAKOM.
Tidak lama PKI mengetahui dengan jelas persiapan-persiapan untuk
pembentukan rejim militer, menyatakan keperluan untuk pendirian "angkatan
kelima" di dalam angkatan bersenjata, yang terdiri dari pekerja dan petani yang
bersenjata. Bukannya memperjuangkan mobilisasi massa yang berdiri sendiri untuk
melawan ancaman militer yang sedang berkembang itu, kepemimpinan PKI malah
berusaha untuk membatasi pergerakan massa yang makin mendalam ini dalam
batas-batas hukum kapitalis negara. Mereka, depan jendral-jendral militer, berusaha
menenangkan bahwa usul PKI akan memperkuat negara. Aidit menyatakan dalam
laporan ke Komite Sentral PKI bahwa "NASAKOMisasi" angkatan bersenjata dapat
dicapai dan mereka akan bekerjasama untuk menciptakan "angkatan kelima".
Kepemimpinan PKI tetap berusaha menekan aspirasi revolusioner kaum buruh di
Indonesia. Di bulan Mei 1965, Politbiro PKI masih mendorong ilusi bahwa aparatus
militer dan negara sedang diubah untuk memecilkan aspek anti-rakyat dalam alatalat negara.

2.4 GERAKAN 30 SEPTEMBER


Pengertian

Gerakan 30 September (dahulu juga disingkat G 30 S PKI, G-30S/PKI),
Gestapu (Gerakan September Tiga Puluh), Gestok (Gerakan Satu Oktober) adalah
sebuah peristiwa yang terjadi selewat malam tanggal 30 September sampai di awal 1
Oktober 1965 di mana enam perwira tinggi militer Indonesia beserta beberapa orang
lainnya dibunuh dalam suatu usaha percobaan kudeta yang kemudian dituduhkan
kepada anggota Partai Komunis Indonesia.


Latar Belakang terjadinya gerakan 30
september

Di akhir 1964 dan permulaan 1965 ribuan petani bergerak merampas tanah yang bukan
hak mereka. Bentrokan-bentrokan besar terjadi antara polisi dan para pemilik tanah. Pada
permulaan 1965, para buruh mulai menyita perusahaan-perusahaan karet dan minyak milik
Amerika Serikat. (Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya )

 Isu sakitnya Bung Karno
Sejak tahun 1964 sampai menjelang meletusnya G30S telah beredar isu sakit
parahnya Bung Karno. Hal ini meningkatkan kasak-kusuk dan isu perebutan
kekuasaan apabila Bung Karno meninggal dunia. Namun menurut Subandrio, Aidit
13

tahu persis bahwa Bung Karno hanya sakit ringan saja, jadi hal ini bukan merupakan
alasan PKI melakukan tindakan tersebut.

 Isu masalah tanah dan bagi hasil
Pada tahun 1960 keluarlah Undang-Undang Pokok Agraria (UU Pokok Agraria)
dan Undang-Undang Pokok Bagi Hasil (UU Bagi Hasil) yang sebenarnya merupakan
kelanjutan dari Panitia Agraria yang dibentuk pada tahun 1948. Panitia Agraria yang
menghasilkan UUPA terdiri dari wakil pemerintah dan wakil berbagai ormas tani
yang mencerminkan 10 kekuatan partai politik pada masa itu. Walaupun undangundangnya sudah ada namun pelaksanaan di daerah tidak jalan sehingga
menimbulkan gesekan antara para petani penggarap dengan pihak pemilik tanah
yang takut terkena UUPA, melibatkan sebagian massa pengikutnya dengan
melibatkan backing aparat keamanan. Peristiwa yang menonjol dalam rangka ini
antara lain peristiwa Bandar Betsi di Sumatera Utara dan peristiwa di Klaten yang
disebut sebagai ‘aksi sepihak’ dan kemudian digunakan sebagai dalih oleh militer
untuk membersihkannya.Keributan antara PKI dan Islam (tidak hanya NU, tapi juga
dengan Persis dan Muhammadiyah) itu pada dasarnya terjadi di hampir semua
tempat di Indonesia, di Jawa Barat, Jawa Timur, dan di propinsi-propinsi lain juga
terjadi hal demikian, PKI di beberapa tempat bahkan sudah mengancam kyai-kyai
bahwa mereka akan disembelih setelah tanggal 30 September 1965 (hal ini
membuktikan bahwa seluruh elemen PKI mengetahui rencana kudeta 30 September
tersebut).

 Faktor Malaysia
Negara malaysia adalah salah satu faktor penting dalam insiden ini. Konfrontasi
Indonesia-Malaysia merupakan salah satu penyebab kedekatan Presiden Soekarno
dengan PKI, menjelaskan motivasi para tentara yang menggabungkan diri dalam
gerakan G30S/Gestok (Gerakan Satu Oktober), dan juga pada akhirnya menyebabkan
PKI melakukan penculikan petinggi Angkatan Darat.
Sejak demonstrasi anti-Indonesia di Kuala Lumpur, di mana para demonstran
menyerbu gedung KBRI, merobek-robek foto Soekarno, membawa lambang
negara Garuda Pancasila ke hadapan Tunku Abdul Rahman—Perdana Menteri
Malaysia saat itu—dan memaksanya untuk menginjak Garuda, amarah Soekarno
terhadap Malaysia pun meledak.

Soekarno yang murka karena hal itu mengutuk tindakan Tunku yang
menginjak-injak lambang negara Indonesia dan ingin melakukan balas dendam
dengan melancarkan gerakan yang terkenal dengan sebutan "Ganyang Malaysia"
kepada negara. Perintah Soekarno kepada Angkatan Darat untuk “mengganyang
Malaysia" ditanggapi dengan dingin oleh para jenderal pada saat itu. Di satu pihak
Letjen Ahmad Yani tidak ingin melawan Malaysia yang dibantu oleh Inggris dengan
anggapan bahwa tentara Indonesia pada saat itu tidak memadai untuk peperangan
dengan skala tersebut, sedangkan di pihak lain Kepala Staf TNI Angkatan Darat A.H.
Nasution setuju dengan usulan Soekarno karena ia mengkhawatirkan isu Malaysia
14

ini akan ditunggangi oleh PKI untuk memperkuat posisinya di percaturan politik di
Indonesia. Akhirnya para pemimpin Angkatan Darat memilih untuk berperang
setengah hati diKalimantan.
Mengetahui bahwa tentara Indonesia tidak mendukungnya, Soekarno merasa
kecewa dan berbalik mencari dukungan PKI untuk melampiaskan amarahnya kepada
MalaysiaDi pihak PKI, mereka menjadi pendukung terbesar gerakan "ganyang
Malaysia" yang mereka anggap sebagai antek Inggris, antek nekolim. PKI juga
memanfaatkan kesempatan itu untuk keuntungan mereka sendiri, jadi motif PKI
untuk mendukung kebijakan Soekarno tidak sepenuhnya idealis. Pada saat PKI
memperoleh angin segar, justru para penentangnyalah yang menghadapi keadaan
yang buruk; mereka melihat posisi PKI yang semakin menguat sebagai suatu
ancaman, ditambah hubungan internasional PKI dengan Partai Komunis sedunia,
khususnya dengan adanya poros Jakarta-Beijing-Moskow-Pyongyang-Phnom Penh.
Soekarno juga mengetahui hal ini, namun ia memutuskan untuk mendiamkannya
karena ia masih ingin meminjam kekuatan PKI untuk konfrontasi yang sedang
berlangsung, karena posisi Indonesia yang melemah di lingkungan internasional
sejak keluarnya Indonesia dari PBB (20 Januari 1965).
Dari pihak Angkatan Darat, perpecahan internal yang terjadi mulai mencuat
ketika banyak tentara yang kebanyakan dari Divisi Diponegoro yang kesal serta
kecewa kepada sikap petinggi Angkatan Darat yang takut kepada Malaysia,
berperang hanya dengan setengah hati, dan berkhianat terhadap misi yang diberikan
Soekarno. Mereka memutuskan untuk berhubungan dengan orang-orang dari PKI
untuk membersihkan tubuh Angkatan Darat dari para jenderal ini.

 Faktor ekonomi
Ekonomi masyarakat Indonesia pada waktu itu yang sangat rendah
mengakibatkan dukungan rakyat kepada Soekarno (dan PKI) meluntur. Mereka tidak
sepenuhnya menyetujui kebijakan "ganyang Malaysia" yang dianggap akan semakin
memperparah keadaan Indonesia. Infasi yang mencapai 650% membuat harga
makanan melambung tinggi, rakyat kelaparan dan terpaksa harus antri beras,
minyak, gula, dan barang-barang kebutuhan pokok lainnya. Beberapa faktor yang
berperan kenaikan harga ini adalah keputusan Suharto-Nasution untuk menaikkan
gaji para tentara 500% dan penganiayaan terhadap kaum pedagang Tionghoa yang
menyebabkan mereka kabur. Sebagai akibat dari infasi tersebut, hidup rakyat
indonesia banyak yang begitu menderita .Faktor ekonomi ini menjadi salah satu
sebab kemarahan rakyat atas pembunuhan keenam jenderal tersebut, yang berakibat
adanya backlash terhadap PKI dan pembantaian orang-orang yang dituduh anggota
PKI di Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali serta tempat-tempat lainnya.

 PERISTIWA YANG TERJADI


Isu Dewan Jenderal
15

Pada saat-saat genting sekitar bulan September 1965 muncul isu adanya
Dewan Jenderal, yang mengungkapkan bahwa para petinggi Angkatan Darat tidak
puas terhadap Sukarno dan berniat untuk menggulingkannya. Menanggapi isu ini,
Soekarno memerintahkan pasukan Cakrabirawa untuk menangkap dan membawa
mereka untuk diadili. Namun secara tak terduga, dalam operasi penangkapan
tersebut para jenderal tersebut terbunuh.



Isu Dokumen Gilchrist

Dokumen Gilchrist diambil dari nama duta besar Inggris untuk Indonesia,
Andrew Gilchrist. Beredar hampir bersamaan waktunya dengan isu Dewan Jenderal.
Dokumen ini oleh beberapa pihak dianggap pemalsuan. Di bawah pengawasan
Jenderal Agayant dari KGB Rusia, dokumen ini menyebutkan adanya "Teman Tentara
Lokal Kita" yang mengesankan bahwa perwira-perwira Angkatan Darat telah dibeli
oleh pihak Barat. Kedutaan Amerika Serikat juga dituduh memberi daftar nama
anggota PKI kepada tentara untuk "ditindaklanjuti".



Isu Keterlibatan Soeharto

Hingga saat ini tidak ada bukti keterlibatan/peran aktif Soeharto dalam aksi
penculikan tersebut. Satu-satunya bukti yang bisa dielaborasi adalah pertemuan Soeharto
yang saat itu menjabat sebagai Pangkostrad (pada zaman itu jabatan Panglima Komando
Strategis Cadangan Angkatan Darat tidak membawahi pasukan, berbeda dengan sekarang)
dengan Kolonel Abdul Latief di Rumah Sakit Angkatan Darat.

1. PERISTIWA TANGGAL 30 SEPTEMBER 1965
Lewat tengah malam tanggal 30 september 1965 terjadi kesibukan di
pinggiran kota, di desa Lubang Buaya, kompleks Pangkalan Udara Utama Halim
Perdanakusuma, Berkumpul aktivis utama Gerakan 30 September ; Letkol Untung,
Brigjen Supardjo, Kolonel Latief (AD). Letkol Heru Atmodj, Mayor Sujono dan Mayor
Gatot Sukrisno (AU). Aidit dan Sjam (PKI). Satu batalyon Cakrabirawa, batalyon
Raider 454 Diponegoro, batalyon Raider 530 Brawijaya, dua peleton brigade Latief,
pasukan darat AU, unsure-unsur Pemuda Rakyat dan Gerwani. komandan Batalyon
pasukan pengawal istana Cakrabirawa, Letnan Kolonel Untung menggerakkan
pasukannya untuk menculik beberapa perwira tinggi AD yakni Men. Pangad Letjen
Ahmad Yani, Mayjen Haryono M.T., Mayjen S.Parman, Mayjen Suprapto, Brigjen D.I.
Panjaitan, Brigjen Sutoyo Siswomihardjo Dan Menko Hankam/Kasad Jenderal a.h.
Nasution. Jendral nasution

2. PERISTIWA TANGGAL 1 OKTOBER 1965
 Dini hari : tujuh regu yang terutama terdiri dari prajurit Cakrabirawa dan
sejumlah kecil sukarelawan Pemuda Rakyat mendatangi rumah 7 perwira AD,
dengan perintah menangkap dan membawanya ke Halim. (Yani, Harjono dan
Panjaitan dibunuh dirumahnya karena melawan, Suprato, Parman dan Sutoyo
dibawa ke Halim dalam keadaan hidup, Nasution mampu meloloskan diri). Dalam
waktu yang bersamaan batalyon raider menduduki Lapangan Merdeka,
16





















menguasai istana Presiden, gedung RRI dan pusat Telkom dan Bangunan Tugu
Nasional.
05.30 : Suharto dibangunkan tetangganya Mashuri, memberi tahu “kejadian
yang luar biasa terjadi di rumah Nasution dan Panjaitan”.
06.30 : Suharto di markas Kostrad, Umar menelpon menyampaikan beberapa
informasi dan mendesak Suharto sementara memegang komando atas AD.
07.15 : Pihak pemberontak mengumumkan melalui RRI bahwa Gerakan 30
September adalah suatu kelompok militer yang telah bertindak untuk melindungi
Sukarno dari kudeta yang direncanakan oleh suatu dewan yang terdiri atas
jendral-jendral yang korup dan menjadi kaki tangan CIA.
09.00 : Dari rumah istri ketiganya Ratna Sari Dewi, Sukarno menuju istana
kepresidenan, tetapi membelokkan arah perjalanannya ke Halim setelah
mendapat laporan ada pasukan tak dikenal di Lapangan Merdeka. Tiba di Halim
ia disambut Omar Dhani dan tokoh pemberontak lainnya. Di Halim presiden
kemudian memanggil panglima 4 angkatan guna mengadakan konsultasi.
11.00 : Gerakan 30 September kembali menyiarkan pengumuman di RRI bahwa
; telah dibentuk sebuah Dewan Revolusi yang akan “ merupakan sumber segala
kekuasaan dalam Republik Indonesia”.
14.00 : Para prajurit dua batalyon raider yang menduduki Lapangan Merdeka
kepanasan, lelah, lapar dan haus. Para pemimpin kudeta tidak mengirim
perbekalan. Suharto membujuk supaya pasukan Brawijaya datang ke markas
Kostrad.
16.00 : Sukarno memanggil Umar dan Pranoto untuk datang ke Halim, tetapi
Suharto melarang 2 jendral ini pergi. Sukarno kemudian menyusun sebuah
pernyataan bahwa dia sendiri mengambil alih pimpinan AD. Batalyon raiders
Brawijaya bergabung ke Kostrad. Batalyon raider Diponegoro mundur ke Halim.
Suharto kembali menguasai pusat Jakarta tanpa tembakan peluru. Ketika
Martadinata tiba di RRI untuk menyiarkan pernyataan Sukarno, RRI sudah
diambil alih dan Suharto melarang penyiarannya.
19.30 : Setelah seharian sembunyi Nasution akhirnya bergabung di Kostrad.
Sukarno mengirim Bambang Widjonarko untuk menjemput Pranoto ke Halim.
Suharto melarang Pranoto dan berpesan kepada Bambang supaya mengusahakan
agar presiden meninggalkan Halim karena pasukan Kostrad akan merebut
pangkalan udara itu dengan kekerasan.
20.15 : Dinas penerangan AD menyiarkan pengumuman di RRI bahwa ; suatu
“gerakan kontra revolusi” telah menculik Yani dan 5 jendral lainnya. Pimpinan AD
sementara waktu dipegang oleh Suharto dan presiden serta jendral Nasution
dalam keadaan aman.
22.00 : Sukarno meninggalkan Halim menuju istana Bogor. Aidit meninggalkan
Halim menuju Jawa Tengah. Omar Dhani terbang ke Madiun. Untung
meninggalkan pasukannya dan sembunyi di Jakarta.
Tengah Malam : Pemberontakan yang aneh itu berakhir dan sebuah drama
besar mulai mengawali kisahnya.

KORBAN
17

Keenam pejabat tinggi yang dibunuh tersebut adalah:
 Letjen TNI Ahmad Yani (Menteri/Panglima Angkatan Darat/Kepala Staf Komando

Operasi Tertinggi)
 Mayjen TNI Raden Suprapto (Deputi II Menteri/Panglima AD bidang Administrasi)
 Mayjen TNI Mas Tirtodarmo Haryono (Deputi III Menteri/Panglima AD bidang
Perencanaan dan Pembinaan)
 Mayjen TNI Siswondo Parman (Asisten I Menteri/Panglima AD bidang Intelijen)
 Brigjen TNI Donald Isaac Panjaitan (Asisten IV Menteri/Panglima AD bidang Logistik)
 Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo (Inspektur Kehakiman/Oditur Jenderal Angkatan

Darat
Jenderal TNI Abdul Harris Nasution yang menjadi sasaran utama, selamat dari upaya
pembunuhan tersebut. Sebaliknya, putrinya Ade Irma Suryani Nasution dan ajudan beliau,
Lettu CZI Pierre Andreas Tendean tewas dalam usaha pembunuhan tersebut.

Selain itu beberapa orang lainnya juga turut menjadi korban:
 Bripka Karel Satsuit Tubun (Pengawal kediaman resmi Wakil Perdana Menteri II dr.J.

Leimena)
 Kolonel Katamso Darmokusumo (Komandan Korem 072/Pamungkas, Yogyakarta)
 Letkol Sugiyono Mangunwiyoto (Kepala Staf Korem 072/Pamungkas, Yogyakarta)

Para korban tersebut kemudian dibuang ke suatu lokasi di Pondok Gede, Jakarta
yang dikenal sebagai Lubang Buaya. Mayat mereka ditemukan pada 3 Oktober.

KRONOLOGIS PENUMPASAN PKI
1. Tanggal 1 Oktober 1965
Operasi penumpasan G 30 S/PKI dimulai sejak tanggal 1 Oktober 1965 sore hari.
Gedung RRI pusat dan Kantor Pusat Telekomunikasi dapat direbut kembali tanpa
pertumpahan darah oleh satuan RPKAD di bawah pimpinan Kolonel Sarwo Edhi
Wibowo, pasukan Para Kujang/328 Siliwangi, dan dibantu pasukan kavaleri. Setelah
diketahui bahwa basis G 30 S/PKI berada di sekitar Halim Perdana Kusuma, sasaran
diarahkan ke sana.
2. Tanggal 2 Oktober 1965
Pada tanggal 2 Oktober, Halim Perdana Kusuma diserang oleh satuan RPKAD di
bawah komando Kolonel Sarwo Edhi Wibowo atas perintah Mayjen Soeharto. Pada
pikul 12.00 siang, seluruh tempat itu telah berhasil dikuasai oleh TNI – AD.
3. Tanggal 3 Oktober 1965
Pada hari Minggu tanggal 3 Oktober 1965, pasukan RPKAD yang dipimpin oleh
Mayor C.I Santoso berhasil menguasai daerah Lubang Buaya. Setelah usaha
pencarian perwira TNI – AD dipergiat dan atas petunjuk Kopral Satu Polisi Sukirman
yang menjadi tawanan G 30 S/PKI, tetapi berhasil melarikan diri didapat keterangan
bahwa para perwira TNI – AD tersebut dibawah ke Lubang Buaya. Karena daerah
18

terebut diselidiki secara intensif, akhirnya pada tanggal 3 Oktober 1965 titemukan
tempat para perwira yang diculik dan dibunuh tersebut.. Mayat para perwira itu
dimasukkan ke dalam sebuah sumur yang bergaris tengah ¾ meter dengan
kedalaman kira – kira 12 meter kemudian di timbun dengan sampah kering, batang
pohon pisang, daun singkong dan tanah secara berselang seling, yang kemudian
dikenal dengan nama Sumur Lubang Buaya.
4. Tanggal 4 Oktober 1965
Pada tanggal 4 Oktober, penggalian Sumur Lubang Buaya dilanjutkan kembali
(karena ditunda pada tanggal 3 Oktober pukul 17.00 WIB hingga keesokan hari)
yang diteruskan oleh pasukan Para Amfbi KKO – AL dengan disaksikan pimpinan
sementara TNI – AD Mayjen Soeharto. Jenazah para perwira setelah dapat diangkat
dari sumur tua tersebut terlihat adanya kerusakan fsik yang sedemikian rupa. Hal
inilah yang menjadi saksi bisu bagi bangsa Indonesia betapa kejamnya siksaan yang
mereka alami sebelum wafat. Lubang buaya telah menggoncangkan sendi-sendi
susila bangsa indonesia. Bukan hanya para Pahlawan Revolusi yang teraniaya di
Lubang Buaya menurut perasaan rakyat, melainkan kepribadian Indonesia itu sendiri
yang telah di injak-injak dan dilemparkan ke dalam sumur tua yang dalam, gelap dan
menjijikkan. Suatu peristiwa malapetaka bagi indonesia.
5. Tanggal 5 Oktober 1965
Pada tanggal 5 Oktober, jenazah para perwira TNI – AD tersebut dimakamkan di
Taman Makam Pahlawan Kalibata yang sebelumnya disemayamkan di Markas Besar
Angkatan Darat.
6. Tanggal 6 Oktober 1965
Pada tanggal 6 Oktober, dengan surat keputusan pemerintah yang diambil dalam
Sidang Kabinet Dwikora, para perwira TNI – AD tersebut ditetapkan sebagai
Pahlawan Revolusi.
Gerakan 30 September atau yang sering disingkat G 30 S PKI adalah sebuah
kejadian yang terjadi pada tanggal 30 September 1965 di mana enam pejabat tinggi
militer Indonesia beserta beberapa orang lainnya dibunuh dalam suatu usaha
pemberontakan yang disebut sebagai usaha kudeta yang dituduhkan kepada anggota
Partai Komunis Indonesia

PASCA KEJADIAN
Pada tanggal 1 Oktober 1965 Sukarno dan sekretaris jendral PKI Aidit
menanggapi pembentukan Dewan Revolusioner oleh para "pemberontak" dengan
berpindah ke Pangkalan Angkatan Udara Halim di Jakarta untuk mencari
perlindungan. Pada tanggal 6 Oktober Sukarno mengimbau rakyat untuk
menciptakan "persatuan nasional", yaitu persatuan antara angkatan bersenjata dan
para korbannya, dan penghentian kekerasan. Biro Politik dari Komite Sentral PKI
segera menganjurkan semua anggota dan organisasi-organisasi massa untuk
19

mendukung "pemimpin revolusi Indonesia" dan tidak melawan angkatan bersenjata.
Pernyataan ini dicetak ulang di koran CPA bernama "Tribune".
Pada tanggal 12 Oktober 1965, pemimpin-pemimpin Uni-Sovyet Brezhnev,
Mikoyan dan Kosygin mengirim pesan khusus untuk Sukarno: "Kita dan rekan-rekan
kita bergembira untuk mendengar bahwa kesehatan anda telah membaik. Kita
mendengar dengan penuh minat tentang pidato anda di radio kepada seluruh rakyat
Indonesia untuk tetap tenang dan menghindari kekacauan.Im bauan ini akan
dimengerti secara mendalam." Dalam sebuah Konferensi Tiga Benua di Havana di
bulan Februari 1966, perwakilan Uni-Sovyet berusaha dengan segala kemampuan
mereka untuk menghindari pengutukan atas penangkapan dan pembunuhan orangorang yang dituduh sebagai PKI, yang sedang terjadi terhadap rakyat Indonesia.
Pendirian mereka mendapatkan pujian dari rejim Suharto. Parlemen Indonesia
mengesahkan resolusi pada tanggal 11 Februari, menyatakan "penghargaan penuh"
atas usaha-usaha perwakilan-perwakilan dari Nepal, Mongolia, Uni-Sovyet dan
negara-negara lain di Konperensi Solidaritas Negara-Negara Afrika, Asia dan
Amerika Latin, yang berhasil menetralisir usaha-usaha para kontra-revolusioner apa
yang dinamakan pergerakan 30 September, dan para pemimpin dan pelindung
mereka, untuk bercampur-tangan di dalam urusan dalam negeri Indonesia."Dalam
bulan-bulan setelah peristiwa itu, semua anggota dan pendukung PKI, atau mereka
yang dianggap sebagai anggota dan simpatisan PKI, semua partai kelas buruh yang
diketahui dan ratusan ribu pekerja dan petani Indonesia yang lain dibunuh atau
dimasukkan ke kampung-kampung tahanan untuk disiksa dan diinterogasi.
Pembunuhan-pembunuhan ini terjadi di Jawa Tengah (bulan Oktober), Jawa Timur
(bulan November) dan Bali (bulan Desember). Dan diduga setidak-tidaknya satu juta
orang menjadi korban dalam bencana enam bulan yang mengikuti kudeta itu.
Dihasut dan dibantu oleh tentara, kelompok-kelompok pemuda dari organisasiorganisasi muslim sayap-kanan seperti barisan Ansor NU dan Tameng Marhaenis
PNI melakukan pembunuhan-pembunuhan massal, terutama di Jawa Tengah dan
Jawa Timur. Ada laporan-laporan bahwa Sungai Brantas di dekat Surabaya menjadi
penuh mayat-mayat sampai di tempat-tempat tertentu sungai itu "terbendung
mayat".
Pada akhir 1965, antara 500.000 dan satu juta anggota-anggota dan
pendukung-pendukung PKI telah menjadi korban pembunuhan dan ratusan ribu
lainnya dipenjarakan di kampung-kampung konsentrasi, tanpa adanya perlawanan
sama sekali. Sewaktu regu-regu militer yang didukung dana CIA menangkapi semua
anggota dan pendukung PKI yang terketahui dan melakukan pembantaian keji
terhadap mereka dimana pembunuhan-pembunuhan itu dilakukan dalam skala yang
sedemikian sehingga pembuangan mayat ke sungai-sungai kecil menyebabkan
persoalan sanitasi yang serius di Sumatera Utara. Sedangkan di pulau Bali, yang
sebelum itu dianggap sebagai kubu PKI, paling sedikit 35.000 orang menjadi korban
di permulaan 1966. Di sana para Tamin, pasukan komando elite Partai Nasional
Indonesia, adalah pelaku pembunuhan-pembunuhan ini. Koresponden khusus dari
Frankfurter Allgemeine Zeitung bercerita tentang mayat-mayat di pinggir jalan atau
dibuang ke dalam galian-galian dan tentang desa-desa yang separuh dibakar di mana
para petani tidak berani meninggalkan kerangka-kerangka rumah mereka yang
20

sudah hangus.Di daerah-daerah lain, para terdakwa dipaksa untuk membunuh
teman-teman mereka untuk membuktikan kesetiaan mereka. Di kota-kota besar
pemburuan-pemburuan rasialis "anti-Tionghoa" terjadi. Pekerja-pekerja dan pegawaipegawai pemerintah yang mengadakan aksi mogok sebagai protes atas kejadiankejadian kontra-revolusioner ini dipecat. (ditulah yang disebut dengan peristiwa
Pembantaian di Indonesia 1965–1966)
Lima bulan setelah itu, pada tanggal 11 Maret 1966, Sukarno memberi Suharto
kekuasaan tak terbatas melalui Surat Perintah Sebelas Maret. Ia memerintah
Suharto untuk mengambil "langkah-langkah yang sesuai" untuk mengembalikan
ketenangan dan untuk melindungi keamanan pribadi dan wibawanya. Kekuatan tak
terbatas ini pertama kali digunakan oleh Suharto untuk melarang PKI. Sebagai
penghargaan atas jasa-jasanya, Sukarno dipertahankan sebagai presiden tituler
diktatur militer itu sampai Maret 1967.Kepemimpinan PKI terus mengimbau massa
agar menuruti kewenangan rejim Sukarno-Suharto. Aidit, yang telah melarikan diri,
ditangkap dan dibunuh oleh TNI pada tanggal 24 November, tetapi pekerjaannya
diteruskan oleh Sekretaris Kedua PKI Nyoto..

Sesudah kejadian tersebut, 30 September diperingati sebagai Hari
Peringatan Gerakan 30 September. Hari berikutnya, 1 Oktober,
ditetapkan sebagai Hari Kesaktian Pancasila. Pada masa pemerintahan
Soeharto, biasanya sebuah flm mengenai kejadian tersebut juga
ditayangkan di seluruh stasiun televisi di Indonesia setiap tahun pada
tanggal 30 September. Selain itu pada masa Soeharto biasanya
dilakukan upacara bendera di Monumen Pancasila Sakti di Lubang
Buaya dan dilanjutkan dengan tabur bunga di makam para pahlawan
revolusi di TMP Kalibata. Namun sejak era Reformasi bergulir, flm itu
sudah tidak ditayangkan lagi dan hanya tradisi tabur bunga yang
dilanjutkan.

Selanjutnya kita akan mengetahui apa makna
hari kesaktian pancasila itu
sendiri ........................
2.5 MAKNA HARI KESAKTIAN PANCASILA

 Pengertian pancasila
Pancasila berasal dari bahasa india, yakni bahasa sansakerta yang merupakan
bahasa kasta brahmana. Pancasila terdiri atas dua kata, yaitu “panca” yang berarti
lima dan “syila” yang berarti sendi, asas, atau dasar sehingga dapat disimpulkan
bahwa pancasila berarti lima dasar Negara. Sedangkan Menurut Frans Magnis
Suseno Pancasila itu sendiri bisa di maknai sebagai berikut :
21

1. Merupakan kesepakatan bersama bangsa Indonesia yg mementingkan semua
komponen dari Sabang sampai Merauke.
2. Merupkan cita – cita bersama -> semua kelompok dan golongan bisa
mengembangkan hidup menurut cita-cita mereka sendiri dengan tetap berpedoman
pada Pancasila.
Pancasila itu sendiri di tetapkan menjadi dasar negara karena 2 alasan
pokok, yaitu :
Pertama : bersifat umum dapat diterima semua pihak
Kedua : relevan untuk dijadikan dasar negara
Dan pada akhirnya Pancasila telah menjadi istilah resmi sebagai dasar falsafah
Negara. Pancasila merupakan dasar Negara Indonesia, dan dasar negara itu sendiri
merupakan sumber kaidah hukum konstitusional yang mengatur negara beserta
seluruh unsurnya, yaitu rakyat, wilayah dan pemerintahan. Dasar suatu negara
sering disebut dasar falsafah negara atau fhilosofshe grundslag . Dasar negara
merupakan nilai suatu norma untuk mengatur pemerintahan negara atau merupakan
sumber untuk menyelenggarakan negara. Dasar negra juga merupakan suatu asaz
kerohanian yang meliputi suasana ketertiban atau cita-cita hukum, sehingga dasar
negara merupakan nilai, norma suatu kaidah baik moral maupun hukum negara.
Pada siding BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, perkataan pancasila artinya lima asas dasar
yang digunakan oleh presiden Soekarno untuk memberi nama pada lima prinsip
dasar negara Indonesia yang diusulnya.

Pancasila secara de yure dan de facto memang merupakan dasar negara
Republik Indonesia resmi. Beberapa dokumen penetapannya ialah :
Rumusan Pertama : Piagam Jakarta - tanggal 22 Juni 1945
Rumusan Kedua : Pembukaan Undang-undang Dasar - tanggal 18 Agustus 1945
Rumusan Ketiga : Mukaddimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat - tanggal
27 Desember 1949
Rumusan Keempat : Mukaddimah Undang-undang Dasar Sementara - tanggal 15
Agustus 1950
Rumusan Kelima : Rumusan Kedua yang dijiwai oleh Rumusan Pertama
(merujuk Dekrit Presiden 5 Juli 1959)

 Rumusan Pancasila
Pancasila, sebagai dasar negara Indonesia tidah lahir begitu saja. Beberapa kali
dilakukan musyawarah untuk menentukan dasar negara hingga rumusan pancasila
yang sah dan sisitematika yang benar terdapat dalam pembukaan UUD 1945 yang
telah disahkan oleh PPKI pada 18 Agustus 1945. Berkaitan hal tersebut , presiden RI
telah mengeluarkan instruksi No.12/1968 pada 13 April 1968 yang menegaskan tata
urutan dan rumusan pancasila adalah sebagai berikut :
1.
Ketuhanan Yang Maha Esa
2.
Kemanusiaan yang adil dan beradab
3.
Persatuan Indonesia
4.
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
perwakilan
22

5.



Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

Fungsi Pancasila
 Seb