GAJAHMADA PURWO NASKAH DRAMA SULTAN AGEN

GAJAHMADA PURWO
NASKAH DRAMA SULTAN AGENG TIRTAYASA
SULTAN AGENG TIRTAYASA

NARATOR : Bangsa Eropa mengembangkan sayapnya mencari daerah jajahannya untuk mencari
rempah-rempah yang mahal harganya di daratan Eropa. Bangsa Portugis datang kebumi nusantara.
Kedatangannya membawa petaka bagi rakyat jealata. Rakyat dipaksa untuk menjual rempah-rempah
dengan harga murah.
(DI ATAS PANGGUNG BANGSA PORTUGIS DATANG DENGAN ANGKUH, MENYIKSA RAKYAT
JELATA, MEMBELI BARANG DENGAN CARA MEMAKSA).
NARATOR : Kedatangan Bangsa Portugis disambut baik oleh kerajaan Pajajaran di tanah Pulau Jawa.
Melihat etikat yang tidak baik, Kerajaan Demak marah. Sultan Trenggono selaku raja Demak
mengutus Fatahillah untuk menyerang benteng Portugis yang berada di Sunda Kelapa.
NARATOR : Atas Nasehat Syarif Hidayatullah atau yang dikenal dengan Sunan Gunung Jati dari
Cirebon, maka bergabunglah pasukan dari Cirebon dan Demak menuju Pelabuhan Sunda Kelapa untuk
menyerang Portugis.
BABAK I
PERTEMUAN DI BALAI SUROSOAN KERAJAAN CIREBON
SUNAN GUNUNG JATI : “Ananda Hasanudin, Dinda Dipati Kelling, dan Dinda Dipati Cangkuang.
Bantulah Ananda Fatahillah untuk mengusir bangsa Portugis dari tanah Jawa. “
DIPATI KELLING & CANGKUANG : “Mohon doa dan restu, kanjeng Sunan!”

NARATOR : Pasukan Demak yang dipimpin oleh Fatahillah dibantu oleh rakyat Cirebon berjalan
menyelusuri jalan darat. Mereka merambah hutan dan rawa menuju Sunda kelapa. Lebatnya hutan
dan binatang buas yang siap menerkam tidak mereka hiraukan, satu keyakinan dapat mengusir bangsa
Portugis dan berjihad. Bangsa Portugis dan pasukan Pajajaran belum mengetahui kedatangan pasukan
Demak.
SUASANA DI SUNDA KELAPA. PORTUGIS DAN PASUKAN PAJAJARAN HILIR MUDIK
MENGAWASI PEDAGANGAN. TIBA-TIBA DATANG PASUKAN DEMAK. TERIAK TAKBIR
MENGGEMA. SUARA DENTUMAN MERIAM MENGGELEGAR. SUARA PEDANG DAN TOMBAK
BERDENTINGAN KARENA BERADU KEKUATAN ANTARA PASUKAN PORTUGIS, PAJAJARAN ,
DAN KERAJAAN DEMAK TERJADILAH PERTEMPURAN
PASUKAN PORTUGIS DAN PAJAJARAN MUNDUR KALAH PERANG.
FATAHILLAH BERDIRI DI ATAS FODIUM ATAU TEMPAT YAG PALING TINGGI DAN BERKATA.

FATAHILLAH : “Dengan rasa syukur kita kepada Gusti Alloh. Atas kemenangan ini. Maka pelabuhan
Sunda Kelapa ini diganti dengan nama Jayakarta”
SEMUA PASUKAN BERTEPUK TANGAN DAN SALING BERPELUKAN TANDA SYUKUR ATAS
KEMENANGAN MEREKA.
BABAK 2
PARA PEMBESAR KERAJAAN NAIK KE ATAS PANGGUNG) PERTEMUAN DI DALAM TENDA
KEBESARAN KERAJAAN.

HASANUDIN : “Maaf kanda Fatahillah, ananda hendak kembali ke Banten. Tugas dari ayahanda
Sunan sudah ananda laksanakan, Kiranya mohon petunjuk apa yang harus ananda lakukan?”
DIPATI KELLING : “Demikian pula ananda berdua kembali ke Cirebon. Kiranya mohon petunjuk Kanda
Fatahillah.”
FATAHILLAH : “ Kepada dinda semua, nanda atas nama Kanjeng Sultan Trenggono selaku Sultan
Kerajaan Demak, sangat berterimakasih sekali atas semua bantuan yang diberikan dalam mengusir
Bangsa Portugis dari tanah Jawa ini. Kiranya kita tetap bersaudara dalam naungan kerajaan Demak.”
HASANUDIN : “Trimakasih atas nasehat dan wejangan, kanda Fatahillah, Kami semua mohon undur
diri.”
HASANUDIN, DIPATI KELLING , DIPATI CANGKUANG : “Assalamualaikum Wr. Wb…..”
FATAHILLAH : “Walaikum salam Wr. Wb. Hati-hati dijalan dinda semua …..!”
HASANUDIN, DIPATI KELLING DAN DIPATI CANGKUANG BESERTA PARA TENTARANYA
KELUAR PANGGUNG.
FATAHILLAH BESERTA PARA PUNGGAWANYAPUN KELUAR PANGGUNG.
NARATOR : Setelah kembalinya dari Jaya Karta, Maulana Hasanudin menjadi penguasa di Banten
dibawah naungan kerajaan Demak. Diapun mendirikan Mesjid Agung di sampingnya dibangun Istana
Surosowan sebagai pusat pemerintahannya sekaligus memperdalam ilmu agama Islam. Waktu terus
berlalu, terjadi pergolakan dan kemelut yang panjang di kerajaan Demak.
DI PANGGUNG TERLIHAT PERTEMPURAN ANTARA PASUKAN DEMAK DENGAN MATARAM.
BANYAK PASUKAN DARI KEDUA BELAH PIHAK YANG GUGUR, RAKYAT MENJADI KORBAN.

(PASUKAN SILIH BERGANTI KELUAR MASUK PANGGUNG)

NARATOR : Kerajaan Demak menjadi lemah dalam segala bidang kehidupan. Keadaan ini
mengakibatkan Demak kehilangan kewibawaan dimata dunia internasional, sedang dalam waktu
bersamaan, Banten mengalami kemajuan disegala segi. Situasi demikianlah yang mendorong Hasanudin
mengambil keputusan untuk melepaskan Banten dari pengawasan Kerajaan Demak. Banten menjadi
kerajaan yang berdiri sendiri, dengan Maulana Hasanudin sebagai raja pertamanya.
BABAK 3
SULTAN HASANUDIN BESERTA PARA PRAJURIT DAN RAKYAT BANTEN MASUK PANGGUNG.
HASANUDIN : “Para guru, para Punggawa, dan rakyatku. Banten tidak mau terlibat dalam keributan
di Pemerintahan Demak. Banten tidak akan memihak salah satu dari mereka yang bertikai, karena
mereka adalah saudara kita yang masih dalam satu ikatan keluarga. Maka hari ini kunyatakan, Banten
melepaskan diri dari kekuasaan dan pengawasan kerajaan Demak. Insya Allah apa yang kita ikrarkan
di redhoi oleh Gusti Allah SWT…amin. Allahuakbar ….Allahuakbar …. Allahuakbar…”
RAKYATPUN BERGEMBIRA SAMBIL BERTEPUK TANGAN DAN MENGGEMAKAN TAKBIR
ALLAHUAKBAR …. ALLAHUAKBAR …. ALLAHUAKBAR.
NARATOR : Kerajaan Banten terus berkembang dengan pesat. Perekonomian rakyat semakin
sejahtera. Kesultanan Banten terus silih berganti dengan pemerintahan yang arif dan bijaksana.
Mulai dari Sultan Maulana Hasanudin, Sultan Maulana Yusuf, Sultan Muhammad Kajeng Ratu Banten
Surosuwan, Sultan Abdul Mafakhir Mahmud Abdul Kadir, dan Sultan Ageng Tirtayasa.

BABAK 4
MASUKLAH PARA PUNGGAWA KERAJAAN DAN SULTAN AGENG TIRTAYASA. SUASANA DI
SUROSOWAN KERAJAAN BANTEN.
SULTAN AGENG : “Para Mangkubumi, aku sangat prihatin sekali dengan perkembangan Putra
Mahkota Sultan Haji. Tingkah laku dan cara berpakaian tidak sesuai dengan adat kebiasaan Banten.
Sudah sering ku nasehati agar tidak terlalu dekat dengan kompeni Belanda.”
MANGKUBUMI 1 : “Maaf kanjeng Sultan. Rakyat juga banyak yang mengeluh, karena harga barang
dibeli dengan harga yang murah oleh kompeni Belanda, ini atas persetujuan Sultan Haji. “
MANGKUBUMI 2 : “ Pajak perdagangan juga dinaikkan oleh Sultan Haji. Kompeni Belanda dan Sultan
Haji telah membuat perjanjian. Perjanjian yang dilakukannya menyusahkan rakyat Banten.”
SULTAN AGENG : “Apa yang harus ananda lakukan sekarang ?”
MANGKUBUMI 3 : “Atas petunjuk Kanjeng Sultan sebelumnya. Telah hamba perintahkan Para
pangeran dan pembesar istana yang masih setia pada Kanjeng Sultan Ageng, untuk pergi keluar Kota
Bumi. Serta para Punggawa dan prajurit siap sedia di luar kota apabila Surosuwan ini di gempur oleh
Kompeni Belanda.”
SEMUA DIAM SEJENAK TERJADI KETEGANGAN. TIBA-TIBA MASUK SEORANG PUNGGAWA
PRAJURIT.

PRAJURIT : “Maaf kanjeng Sultan. Ada kabar yang tidak baik di perairan Batavia..”
SULTAN AGENG : “Ada kabar apa, punggawa ?”

PRAJURIT : “Kapal kita yang baru pulang dari Jawa Timur ditahan kompeni Belanda karena dianggap
kapal perompak, Kanjeng Sultan.”
SULTAN AGENG : “Habis sudah kesabaranku. Wahai para Punggawa Kerajaan dan prajurit yang setia
kepada Banten. Dengan ini aku umumkan bahwa Banten dan Kompeni Belanda dalam keadaan perang.
Persiapkan semua perbekalan dan persenjataan untuk menghadapi kompeni Belanda.!”
DENGAN ANGKUH DAN SOMBONG MASUKLAH SULTAN HAJI DIIRINGI PARA
PENGAWALNYA.
SULTAN HAJI : “Maaf ayahandah. Ayahanda terlalu gegabah dan ceroboh. Mengambil keputusan
untuk berperang melawan kompeni Belanda. Aku tidak setuju. Keputusan ayahanda tidak syah karena
tidak dimusyawarahkan dahulu.”
SULTAN AGENG : “Ayahanda juga akan bertanya kepada nanda. Apakah keputusan nanda yang mau
bekerjasama dengan Kompeni Belanda dan menandatangani beberapa perjanjian dengan Kompeni
Belanda, sudahkah melalui musyawarah kerajaan?”
SULTAN HAJI : “Ingat ayahanda. Ayahanda sudah terlalu tua dan sudah mulai pikun. Jadi sudah
tidak pantas lagi memimpin kerajaan Banten ini. Biar ananda yang akan menjadi Sultan di kerajaan
Banten ini. segala keputusan dan tanggung jawab, biar ananda yang ambil alih.”
SULTAN AGENG : “Cukup.! Silahkan ananda Sultan Haji keluar dari Surosowan ini. Biar ayahanda
yang akan menghadapi Kompeni Belanda itu.”
SULTAN HAJI BESERTA PARA PENGAWALNYA PERGI, KELUAR PANGGUNG.
SULTAN AGENG : “Para Punggawa dan prajurit beserta rakyatku yang setia kepada Banten mari kita

hadapi Kompeni Belanda dengan gagah berani dan jihad pissabilillah. Jangan kita serahkan tanah
Banten ini kepada Kompeni Belanda yang kafir itu. Allahu Akbar.”
TERIAKAN TAKBIR SULTAN DIIKUTI OLEH SEMUA YANG HADIR DI BALAI SUROSOWAN
ITU.

BABAK 5
PASUKAN SULTAN AGENG SEDANG BERJAGA-JAGA DI TANAHARA DAN BENTENG
TIRTAYASA. TIBA-TIBA DARI LUAR MUNCUL PASUKAN KOMPENI BELANDA DAN PASUKAN
SULTAN HAJI. TERJADILAH PERTEMPURAN. SUARA DESINGAN SENAPAN DAN DENTUMAN
MERIAM SERTA DENTINGAN ANTARA PEDANG, TOMBAK, DAN KERIS. PASUKAN SULTAN
AGENG KALAH , BANYAK KORBAN DAN SEBAGIAN MUNDUR.
SUASANA DI SUROSOWAN TIRTAYASA.
PANGERAN PURBAYA : “Ayahanda Sultan Ageng. Pasukan kita banyak yang gugur. Kanda Sultan Haji
beserta pasukan Kompeni Belanda sebentar lagi akan dapat menguasai Surosowan Tirtayasa ini!”
PANGERAN KIDUL : “Benteng pertahanan kita yang ada di Kademangan dan Tanahara sudah diduduki
oleh Kanda Sultan Haji yang dibantu oleh pasukan kompeni Belanda yang dipimpin oleh Kapten Tack.
Ayahanda sultan”
SULTAN AGENG : “Ayahanda sangat khawatir dengan keadaan rakyat Banten. Oleh karena itu kita
semua akan keluar dari Istana Surosowan Tirtayasa ini…”
PANGERAN KULON : “Mohon maaf ayahanda Sultan Ageng. Kita pertahankan saja Istana Surosowan

Tirtayasa ini sampai titik darah penghabisan. Kita tidak mau Surosowan ini diinjak-injak oleh orang
kafir dan para pendurhaka itu.”
SULTAN AGENG : “Tidak ananda Pangeran. Kekuatan persenjataan kita kalah dengan mereka. Untuk
menghindari korban yang lebih banyak lagi. Kita akan mengundurkan diri kearah selatan yaitu hutan
Keranggan. Nanti dari hutan Keranggan kita lanjutkan ke Lebak. Disana nanti kita akan mengadakan
perlawanan dengan perang gerilya.”
PANGERAN PURBAYA : “Bagaimana dengan Istana Surosowan Tirtayasa ini, ayahanda sultan ?”
SULTAN AGENG : “DI BAKAR ! …. Ayahanda tidak mau Istana Sorosowan ini diambil alih oleh
Kompeni Belanda yang kafir dan anakku Sultan Haji yang durhaka itu.”
SULTAN AGENG KELUAR DIIKUTI OLEH PARA PANGERAN DAN PEJABAT ISTANA.
MASUKLAH PASUKAN KOMPENI BELANDA BESERTA PASUKAN SULTAN HAJI.
KAPTEN TACK : “VERDOOMS. Pintar juga itu Sultan Ageng. Dibakarnya istana ini, agar tidak bisa
kita pakai sebagai markas. Hai… Haji, kemana itu larinya Sultan Ageng ?”
SULTAN HAJI : “Ayahanda Sultan menuju ke Selatan, kearah Lebak. Tuan Kapten Tack!”
KAPTEN TACK : “Kalo begitu kita menuju kesana, nanti kita kepung daerah Lebak. Haji.. kau
kerahkan seluruh pasukanmu untuk menuju Lebak.”

SULTAN HAJI : “Baik… Tuan Kapten Tack.”
KAPTEN TACK DAN SULTAN HAJI DIIKUTI OLEH SELURUH PASUKANNYA KELUAR
PANGGUNG.

NARATOR : Sultan Ageng beserta para pejabat istana yang juga diikuti penduduk meninggalkan
Istana Surosowan menuju ke selatan yaitu hutan Keranggan. Dari hutan Keranggan, Sultan Ageng dan
seluruh pasukannya melanjutkan perjalanan ke Lebak. Satu tahun mereka melakukan perang gerilya.
Tapi akhirnya Lebak pun dapat dikepung pasukan kompeni, sehingga pasukan Sultan Ageng terpecah
menjadi dua bagian.
SULTAN AGENG, PANGERAN PURBAYA, PANGERAN KIDUL, PANGERAN KULON, DAN SYEKH
YUSUF. BERADA DI DALAM HUTAN LEBAK (NAIK PANGGUNG)
PANGERAN PURBAYA : “ Kompeni Belanda telah mengetahui keberadaan kita. Kita sudah dikepung
oleh mereka, ayahanda Sultan!”
SULTAN AGENG : “ Kita harus membagi perhatian mereka. Kita pecah pasukan kita menjadi dua
bagian.
PANGERAN KULON : “ Maksud ayahanda… bagaimana?”
SULTAN AGENG : “ Pasukan dibagi dua, dengan tujuan kekuatan mereka akan terpecah belah.
Mengerti ananda pangeran ?”
P. KULON, P. PURBAYA, P. KIDUL : “Nanda mengerti, Ayahanda Sultan…!”
SULTAN AGENG : “ Ananda Pangeran Purbaya, bawalah pasukan nanda menuju ke Sekitan Parijan di
pedalaman Tangerang. Usahakan gerak pasukan dan para punggawa lainya tidak diketahui oleh pihak
Kompeni Belanda!”
PANGERAN PURBAYA : “ Apapun keputusan ayahanda, akan ananda laksanakan.”
SULTAN AGENG : “ Ayahanda beserta Pangeran Kidul, Pangeran Kulon, dan Syekh Yusuf akan

bergerak menuju ke Sajira di perbatasan Bogor!”
PANGERAN PURBAYA : “ Ananda mohon do’a dan restu. Ayahanda Sultan!”
PANGERAN PURBAYA KELUAR DIIKUTI OLEH BEBERAPA PUNGGAWA KERAJAAN. TIDAK
BEBERAPA SAAT KEMUDIAN SULTAN AGENG BESERTA PANGERAN KERAJAAN KELUAR.

BABAK 6
NARATOR : Dalam pelariannya ke daerah Sajira, Sultan Ageng Tirtayasa sekali waktu mengadakan
penyerangan ke markas Kompeni Belanda. Dengan taktik perang gerilya cukup merepotkan dan
merugikan kompeni Belanda dan Sultan Haji. Atas hasutan dan siasat licik Kompeni Belanda mengajak
Sultan Haji untuk mengadakan perundingan dengan Sultan Ageng Tirtayasa.
SUASANA DI MARKAS BELANDA DIADAKAN PERUNDINGAN ANTARA SULTAN HAJI DAN
KOMPENI BELANDA.
KAPTEN TACK : “ Sultan Haji.. Kompeni telah banyak kerugian atas serangan-serangan yang
dilakukan oleh pasukan Sultan Ageng di daerah perbatasan!”
SULTAN HAJI : “ Apa yang harus kita lakukan… Tuan Kapten Tack ?”
KAPTEN TACK : “ Kamu sudah mengetahui bahwasanya Sultan Ageng sudah tua. Kasihan kalau dia
harus tinggal di dalam hutan. Katakan kepadanya, kita akan beri kebebasan serta tidak akan
menyerang dan menangkap Sultan beserta pasukannya.”
SULTAN HAJI : “ Bagaimana kalau dia menolak ?”
KAPTEN TACK : “ Kompeni akan memberi kedudukan kepadanya untuk menjadi Sultan kembali di

Banten. Prajurit dan rakyat Banten akan diberi jabatan dan keduukan di pemerintahan.”
SULTAN HAJI DIAM SEJENAK, PARA PEJABAT KOMPENI BELANDA BERBISIK-BISIK.
SULTAN HAJI : “ Baiklah akan ku kirim utusan untuk mengantar surat ke Ayahanda Sultan Ageng.”
SULTAN HAJI MENULIS SURAT KEPADA SULTAN AGENG UNTUK BERKUNJUNG KE
SUROSOWAN.
SULTAN HAJI : “ Prajurit …. Kirimkan surat ini ke Ayahan Sultan Ageng !”
PRAJURIT YANG MENDAPAT TUGAS MENGIRIMKAN SURAT KELUAR PANGGUNG. SULTAN
HAJI DAN KOMPENI BELANDA MASIH BERADA DI PANGGUNG.
Narator : Surat yang dikirimkan Sultan Haji telah diterima Sultan Ageng. Setelah membaca isi surat
yang tujuan akan menciptakan kedamaian dan kemakmuran rakyat Banten. Sultan Ageng dan
beberapa prajurit menemui Sultan Haji di Surosowan.
SULTAN AGENG DAN BEBERAPA PRAJURIT MASUK PANGGUNG.
SULTAN AGENG : “ Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh!”

SULTAN HAJI : “ Wa’alaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh, ….. Ayahanda Sultan Bagaimana
kabarnya? ( SULTAN AGENG DIAM ) Ananda sangat rindu sekali dengan Ayahanda Sultan!”
SULTAN AGENG : “ Apa benar isi surat yang kau kirimkan kepada ayahanda itu? Ayahanda beserta
rakyat Banten ingin hidup damai kembali. Biar rakyat Banten hidup sejahtera.”
SULTAN HAJI : “ Ben ………”
KAPTEN TACK : “ Nei…nei…nei…. Itu tidak benar Sultan. Kompeni mengundang Sultan bukan untuk

berunding. Kompeni tidak mau banyak rugi atas serangan-serangan Sultan di daerah-daerah. Opas
tangkap itu Sultan Ageng….!”
PRAJURIT BELANDA LANGSUNG BERGERAK MENANGKAPA SULTAN AGENG DAN
PRAJURITNYA.
TIDAK ADA PERLAWANAN DARI SULTAN DAN PRAJURITNYA. SULTAN HAJI TAMPAK
BINGUNG DAN BERUSAHA UNTUK MENCEGAH SIKAP BELANDA.
SULTAN AGENG : “ Mengapa kau lakukan ayahandamu seperti ini? Ayahanda mau datang ke
Surosowan ini karena kamu! …..”
SULTAN HAJI : “ Maafkan ananda…. Ananda tidak tahu kalau ….”
KAPTEN TACK : “ Cukup … cukup pertemuan keluarga ini. Sultan akan Kompeni kirim ke Batavia. Ha …
ha … ha … ha.”
SULTAN AGENG TIRTAYASA KELUAR PANGGUNG DISERTAI PRAJURIT KOMPENI BELANDA.
NARATOR : Sultan Ageng Tirtayasa telah ditangkap atas tipu daya Kompeni Belanda dan kerja sama
Sultan Haji, semangat perjuangan menentang dominasi Belanda tidaklah kurang. Hal ini menjadikan
semangat perjuangan keluarga kerajaan, para ulama dan rakyat Banten yang masih setia kepada
Sultan Ageng Tirtayasa. Mereka masih terus berjuan dengan perang gerilya di hutan-hutan
menentang kolonialisme Belanda di tanah Jawa.
TERDENGAR SUARA TAKBIR, DENTUMAN MERIAM DAN DESINGAN SENAPAN PARA
PEJUANG RAKYAT BANTEN.
S E LE S A I