MAKALAH HARGA TRANSFER Makalah ini disus (1)

MAKALAH HARGA TRANSFER
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Akuntansi Manajemen
Dosen pengampu : Gina HarventySE,. M.Si

DISUSUN OLEH :
1. Windy Dian P.

(201210170311226)

2. Abdul Qudus

(201210170311233)

3. Lissa Sevita E.P

(201210170311245)

4. GaluhRetnosari

(201210170311246)


5. Reni Mustafa

(201210170311253)

6. RiskaAndina M.

(201210170311260)

7. Arista P.

(201210170311267)

KELOMPOK : VI
KELAS : AKUNTANSI V E

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2014


HARGA TRANSFER
Dalam perusahaan yang menerapkan struktur organisasi divisionalisasi dan pusat laba,
tidak dapat dihindarkan terjadinya transaksi bisnis atau jual beli barang dan jasa antar devisi akan
mempengaruhi kinerja masing-masing divise dalam suatu perusahaan. Hubungan bisnis antar
divisi dapat dikatakan sebagai konsekuensi adanya desentralisasi dan pemberian hak otonomi
bagi manajer masing-masing divisi untuk bertindak yang terbaik sesuai dengan kepentingan
divisi dan atau perusahaan secara keseluruhan, harga transfer juga untuk mengendalikan
mekanisme arus sumber daya anggota dalam satu kelompok perusahaan.
Harga transfer merupakan harga pertukaran barang dan jasa antar divisi dalam suatu
organisasi yang sama dengan tujuan untuk diproses lebih lanjut. Besarnya harga transfer akan
mempengaruhi prestasi divisi penjual dari sisi pendapatan, sedangkan bagi divisi pembeli akan
mempengaruhi prestasinya dari sisi biaya.


TUJUAN PENENTUAN HARGA TRANSFER
Efektifitas penggunaan berbagai metode perhitungan laba rugi sebagai sarana pengukuran

prestasi manajer divisi pusat laba dan pusat investasi sangat tergantung pada ketepatan dalam
penentuan besarnya harga transfer yang menjadi wewenang divisi tersebut.
Tujuan yang ingin dicapai, dengan diterapkannya kebijaksanaan harga transfer dalam

suatu perusahaan yaitu Untuk perlakuan yang adil dalam penilaian prestasi. Adanya perlakuan
yang seimbang dan tidak membeda-bedakan bagi divisi penjual dan pembeli yaitu divisi penjual
mempunyai hak untuk menjual pada konsumen di dalam maupun diluar perusahaan dengan
harga tertinggi yang paling menguntungkan adalah :
1. Untuk mengurangi beban pajak. Perusahaan akan berusaha menghindari dari kewajiban pajak
dengan memanfaatkan perbedaan tariff pajak antar Negara dengan menggeser jumlah laba
pada Negara yang tariff pajaknya rendah.
2. Untuk mengurangi resiko pertukaran. Harga transfer digunakan untuk mentransfer dana dari
Negara-negara yang dinilai tukarannya rebdah sehingga dapat meminimumkan kerugian
akibat selisih nilai tukar.
3. Meningkatkan laba perusahaan multinasional dari kerjasama. Harga transfer digunakan
perusahaan induk untuk memperkecil laba perusahaan yang didirikan bersama perusahaan
local. Maka perusahaan induk harus terlebih dahulu merancang agar perusahaan kerjasama
tersebut terkait secara operasional dengan perusahaan induk.

4. Menyembunyikan tingkat laba sesungguhnya perusahaan afiliasi. Perusahaan multinasional
berusaha menyamarkan tingkat laba sebenarnya perusahaan afiliasi dengan menetapkan
harga transfer yang tinggi untuk Negara yang tarif pajaknya lebih rendah.

1.

2.
3.
4.

Tujuan Harga Transfer
Pasar Domestik
Pasar Internasional
Otonomi lebih besar
1. Mengurangi pajak, tarif & kewajiban
Meningkatkan motivasi manajer
2. Mengurangi resiko kurs
Penilaian prestasi lebih baik
3. Memperbaiki posisi bersaing
Tujuan yang serasi, selaras, seimbang
4. Memperbaiki hubungan pemerintah
antar bagian



DAMPAK PENETAPAN HARGA TRANSFER TERHADAP DIVISI DAN

PERUSAHAAN SECARA KESELURUHAN
Ketika satu divisi dari suatu perusahaan menjual pada divisi lain, kedua divisi
tersebut dan perusahaan secara keseluruhan terkena pengaruhnya. Harga yang dikenakan
untuk barang yang ditransfer memengaruhi biaya divisi pembeli dan pendapatan divisi
penjual. Artinya, laba kedua divisi tersebut, sebagaimana juga evaluasi dan kompensasi
para manajer mereka, dipengaruhi oleh harga transfer. Karena berpengaruh terhadap
ukuran kinerja berdasarkan laba dari kedua divisi (misalnya, ROI, dan laba residu),
penetapan harga transfer sering menjadi masalah yang ditanggapi secara sangat
emosional. Sebagai contoh, jika divisi penjual berada di Negara yang pajaknya rendah
dan divisi pembeli beroperasi di Negara yang pajaknya tinggi, maka biaya transfer bias
ditetapkan cukup tinggi. Selanjutnya, laba akan masuk ke divisi yang berada di Negara
dengan pajak rendah dan biaya akn dibebankan pada divisi yang berbeda di Negara
dengan pajaknya yang tinggi. Hal ini menyebabkan pengurangan dari pajak badan secara
keseluruhan.



MASALAH POKOK DALAM PENENTUAN HARGA TRANSFER
Apabila suatu pusat pertanggungjawaban telah didesentralisasi secara murni maka
pengambilan keputusan dan kebijaksanaan akan dilakukan oleh manajer unitnya. Suatu

unit dianggap sebagai suatu “perusahaan” yang berdiri sendiri sehingga segala keputusan
berada ditangan manajer unit tanpa adanya campur tangan dari manajemen pusat.
Sebaliknya apabila suatu unit masih dipengaruhi dengan kuat oleh manajemen pusat,

berarti perusahaan ini belum menerapkan desentralisasi sepenuhnya. Jika terjadi
demikian maka para manajer sebaiknya mengelola unitnya sebagai badan usaha yang
bersifat semiotonom.


KRITERIA PENENTUAN HARGA TRANSFER
1. Kantor pusat seharusnya tidak melakukan intervensi terhadap kebebasan manajer
divisi dalam mengambil keputusan yang terbaik.
2. Memungkinkan manajemen puncak untuk menilai kemampuan prestasi suatu divisi
dengan adil dan bijaksana dan menghindarkan suatu divisi mengambil keuntungan
atas biaya divisi lain.
3. Mampu meningkatkan motivasi manajer divisi untuk meningkatkan laba divisinya
sendiri tanpa mengabaikan kepentingan perusahaan secara keseluruhan.




KEBIJAKAN PENETAPAN HARGA TRANSFER
Dalam penyusunan sebuah kebijakan penetapan harga transfer, kedua pandangan
dari divisi penjual dan divisi pembeli harus dipertimbangkan. Pendekatan biaya peluang
(opportunity cost approach) mencapai tujuan tersebut dengan mengidentifikasi harga
minimum yang ingin diterima divisi penjual dan harga maksimum yang ingin dibayar
divisi pembeli. Berikut harga yang ditetapkan di setiap divisi.
1. Harga transfer minimum adalah harga transfer yang akan membuat keadaan divisi
penjual tidak menjadi lebih buruk jika barang dijual pada divisi internal dari pada
dijual pada pihak luar. Hal ini kadang disebut “batas bawah (floor)” dari rentang
penawaran.
2. Harga transfer maksimumadalah harga transfer yang akan membuat keadaan divisi
pembeli lebih buruk--jika suatu input dibeli dari divisi internal dari pada jika barang
yang sama dibeli secara eksternal. Hal ini terkadang disebut “batas atas (ceiling) dari
rentang penawaran.
3. Harga transfer harus dapat mendorong unit penjual untuk tetap menjaga standar yang
ketat dan mempunyai motivasi yang kuat untuk menekan biaya seperti, seandainya
harga-harga ditetapkan berdasarkan persaingan diluar. Untuk itu perlu diadakan
control terus-menerus terhadap unit penjual untuk menjaga konsistensi.
4. Factor-faktor prestasi harus dapat diidentifikasi sesuai dengan tanggungjawabnya
sehingga ketidakefisienan unit penjual tidak dibebankan pada unit pembeli.

Identifikasi tanggung jawab akan lebih sulit dalam suatu organisasi yang saling
mempunyai ketergantungan satu sama lain.

5. Administrasi biaya perlu mendapat perhatian yang serius agar dapat memberikan
informasi yang adil dan akurat mengenai aktivitas masing-masing unit.


SITUASI YANG MELATARBELAKANGI PENENTUAN HARGA TRANSFER
Dalam penentuan harga transfer yang digunakan dalam berbagai perusahaan dapat
bervariasi dari yang sederhana sampai yang benar-benar kompleks, tergantung pada
situasi dan kondisi internal maupun eksternal suatu usaha. Dalam situasi pasar yang
terbatas, harga transfer yang paling sesuai digunakan adalah harga kompetitif atau harga
yang bersaing, dengan pertimbangan :
1. Harga pasar yang kompetitif akan dapat mengukur kontribusi dari masing-masing
unit terhadap laba total perusahaan. Jika kapasitas internal tidak tersedia maka
perusahaan harus membeli dari pemasok luar dengan harga yang bersaing pula
sehingga selisih antara harga yang kompetitif tersebut dengan biaya di dalam
perusahaan akan merupakan penghematan karena perusahaan membuat sendiri dan
tidak membeli.
2. Harga yang kompetitif dapat mengukur seberapa baik prestasi unit dalam menghadapi

persaingan.
3. Harga yang kompetitif tidak tergantung pada kondisi intern perusahaan (independen).

Persoalan yang timbul adalah bagaimana menentukan harga yang bersaing apabila unit yang
memproduksi tidak pernah menjual produknya ke luar perusahaan. Ada beberapa petunjuk yang
mungkin dapat diikuti dalam menentukan harga bersaing sbb :
1. Harga-harga pasar yang dipublikasikan dapat digunakan sebagai petunjuk awal untuk
menentukan harga transfer. Harga publikasi perlu disesuaikan agar menunjukkan
jumlah harga yang benar-benar dibayarkan di pasaran dan kondisi yang berlaku di
pasar akan sesuai dengan kondisi yang ada di dalam perusahaan.
2. Harga penawaran dari pembeli ekstern merupakan informasi yang berharga untuk
menentukan harga bersaing.
3. Harga jual suatu produk yang ditawarkan pihak lain yang memiliki kondisi yang sama
seperti kualitas, teknologi dan kemudahan pelayanan.
4. Memperhitungkan biaya-biaya yang timbul karena adanya perbedaan-perbedaan
seperti mutu produk, desain atau syarat-syarat penjualan lainnya antara produk unit
penjual dengan produk serupa di pasaran.


METODE PENENTUAN HARGA TRANSFER


Rumus umum harga transfer yang dapat digunakan oleh seorang manajer sebagai titik
awal dalam menghitung harga transfer antar divisi atau segmen perusahaan sbb:
Harga transfer = harga pokok per satuan + hilangnya keuntungan (CM) per satuan penjualan keluar

A. Harga Transfer Berdasarkan Harga Pasar (Market-Based Transfer Prices)
Harga transfer berdasarkan harga pasar dipandang sebagai penentuan harga transfer yang
paling independen. Barang-barang yang diproduksi unit penjual dihargai sama dengan harga
yang berlaku di pasar, pada sisi divisi penjual ada kemungkinan untuk memperoleh profit, pada
sisi pembeli harga yang dibayarkan adalah harga yang sewajarnya.
Namun yang menjadi kelemahan utama dari sistem ini adalah jika harga suatu produk
ternyata tidak tersedia di pasar. Tidak semua barang-barang yang diperjual-belikan antar divisi
tersedia di pasar, misalnya pada suatu industri yang terdeferensiasi dan terintegrasi seperti
industri kertas, jika divisi penjual harus mengirim kertas yang setengah jadi ke divisi lain, pasar
tidak menyediakan harga kertas mentah atau setengah jadi.
Namun, jika harga pasar tersedia atau dapat diperkirakan maka ada baiknya
menggunakan harga pasar. Meskipun demikian, jika tidak ada cara untuk memperkirakan harga
kompetitif, pilihan lainnya adalah mengembangkan harga transfer berdasarkan biaya (cost-based
transfer price).
Situasi ideal yang harus ada dalam penetapan harga transfer berdasar harga pasar untuk

mendorong adanya keselaransan tujuan adalah:
1. Orang-orang yang kompeten. Idealnya, para manajer harus memperhatikan kinerja jangka
panjang dari pusat tanggung jawab mereka, sama seperti kinerja jangka pendeknya. Staf
yang terlibat dalam negosiasi dan arbitrase harga transfer juga harus kompeten.
2. Atmosfer yang baik. Para manajer harus menjadikan profitabilitas, sebagaimana diukur
dalam laporan laba rugi mereka, sebagai cita-cita yang penting dan pertimbangan yang
signifikan dalam penilaian kinerja mereka. Mereka juga harus memandang bahwa harga
transfer tersebut adil.
3. Harga pasar. Harga transfer yang ideal adalah berdasarkan harga pasar normal dan mapan
dari produk identik yang sedang ditransfer. Maksudnya, harga pasar mencerminkan
kondisi yang sama (kuantitas, waktu pengiriman dan kualitas) dengan produk yang

dikenekan harga transfer. Harga pasar tersebut dapat diturunkan untuk mencerminkan
penghematan dari penjualan di dalam perusahaan. Sebagai contoh, tidak aka nada beban
piutang tak tertagih (bad debt expense), serta biaya iklan dan penjualan akan lebih kecil
ketika produk tersebut ditransfer dari satu unit bisnis ke unit bisnis lain yang ada dalam
perusahaan. Meskipun kurang ideal, harga pasar dari produk yang serupa, tetapi tidak
identik, adalah lebih baik dari pada tidak ada harga pasar samasekali.
4. Kebebasan memperoleh sumber daya. Alternative dalam memperoleh sumber daya
haruslah ada, dan para manajer seharusnya diizinkan untuk memilih alternative yang
paling baik untuk mereka. Manajer pembelian harus bebas untuk membeli dari pihak luar,
dan manajer penjualan harus bebas untuk menjual ke pihak luar. Dalam keadaan seperti
ini, kebijakan harga transfer tersebut akan memberikan hak kepada setiap manajer pusat
laba untuk berurusan baik dengan pihak di dalam maupun diluar perusahaan sesuai
dengan penilaian mereka masing-masing. Kemudian pasar akan membentuk suatu harga
transfer. Keputusan untuk berurusan dengan pihak di dalam atau diluar perusahaan juga
dibuat oleh pasar. Jika pembeli tidak mendapatkan harga yang memuaskan dari sumber di
dalam perusahaan, mereka bebas untuk membeli dari luar.
5. Informasi penuh. Para manajer harus mengetahui semua alternative yang ada, serta biaya
dan pendapatan yang relevan dari masing-masing alternative tersebut.
6. Negosiasi. Harus ada mekanisme kerja yang berjalan lancer untuk melakukan negosiasi
”kontrak” antar unit usaha.
Jika semua kondisi di atas terpenuhi, maka system harga transfer berdasarkan harga pasar
dapat menghasilkan keselarasan cita-cita dan tidak membutuhkan administrasi pusat.
B. Harga Transfer Berdasarkan Biaya (Cost-based Transfer Prices)
Perusahaan menggunakan metode penetapan harga transfer atas dasar biaya yang
ditimbulkan oleh divisi penjual dalam memproduksi barang atau jasa, penetapan harga transfer
metode ini relatif mudah diterapkan namun memiliki beberapa kekurangan. Pertama,
penggunaan biaya sebagai harga transfer dapat mengarah pada keputusan yang buruk, jika
seandainya unit penjual tidak dapat memproduksi dengan optimal sehingga menghasilkan biaya
yang lebih tinggi daripada harga pasar, maka dapat terjadi kecenderungan pembelian barang dari
luar. Kedua, jika biaya digunakan sebagai harga transfer, divisi penjual tidak akan pernah
menghasilkan laba dari setiap transaksi internal. Ketiga, penentuan harga transfer yang
berdasarkan biaya berarti tidak ada insentif bagi orang yang bertanggung jawab mengendalikan
biaya.

Umumnya perusahaan menetapkan harga transfer atas biaya berdasarkan biaya variabel
dan atau biaya tetap dalam bentuk: biaya penuh (full cost), biaya penuh ditambah mark-up (full
cost plus markup) dan gabungan antara biaya variabel dan tetap(variable cost plus fixed fee).
Markup Laba
Dalam menghitung markup laba, terdapat dua keputusan yang digunakan. Markup
ditentukan atas dasar penentuan tingkat laba dan besarnya laba. Dasar penentuan tingkat laba ini
bisa dilakukan berdasarkan biaya dan dapat dilakukan berdasarkan return atas investasi.
Kesulitannya adalah bila berdasar biaya tidak memperhitungkan investasi yang dilakukan.
Sebaliknya, jika berdasar investasi, sulit untuk menentukan besarnya investasi yang layak
diperhitungkan.
Masalah kedua dalam penyusunan laba adalah besarnya jumlah laba. Persepsi manajemen
senior atas kerja keuangan dari suatu pusat laba akan dipengaruhi oleh laba yang ditunjukkan
oleh pusat laba tersebut. Konsekuensi, jika mungkin penyisihan laba harus dapat mendekati
tingkat pengambilan yang akan diperoleh seandainya unit usaha tersebut merupakan perusahaan
independen yang menjual produknya ke konsumen luar. Bebagai pendekatan yang bisa dilakukan
adalah:
1. berdasarkan laba jika divisi penjual dianggap sebagai unit usaha yang independen
(pusat laba).
2. Berdasarkan taksiran “return” atas investasi yang dilakukan.
3. Jika divisi penjual, selain mentransfer produknya ke divisi pembeli juga menjual ke
pihak lain maka laba dapat ditentukan dari persentase profit marjin rata-rata berdasar
harga pokok standar.
4. Dengan menggunakan profit marjin perusahaan lain jika produknya sama.

C. Harga Transfer Negoisasi (Negotiated Transfer Prices)

Dalam ketiadaan harga, beberapa perusahaan memperkenankan divisi-divisi dalam
perusahaan yang berkepentingan dengan transfer pricing untuk menegosiasikan harga transfer
yang diinginkan. Harga transfer negoisasi memiliki beberapa kelebihan. Pertama, pendekatan ini
melindungi otonomi divisi dan konsisten dengan semangat desentralisasi. Kedua, manajer divisi
cenderung memiliki informasi yang lebih baik tentang biaya dan laba potensial atas transfer
dibanding pihak-pihak lain dalam perusahaan.
Harga transfer negosiasian mencerminkan prespektif kontrolabilitas yang inheren dalam
pusat-pusat pertanggungjawaban karena setiap divisi yang berkepentingan tersebut pada
akhirnya yang akan bertanggung jawab atas harga transfer yang dinegosiasikan. Namun transfer
pricing ini tidak begitu mudah untuk ditentukan karena posisinya pada situasi sulit yang bisa
menimbulkan conflict of interestdiantara kedua belah pihak yang terlibat, yaitu divisi penjual dan
divisi pembeli. Artinya, tidak akan ada satu metode transfer price yang terbaik, yang akan
diterima mutlak oleh kedua belah pihak.
Arbitrase dan Penyelesaian Konflik
Pendekatan ini menekankan pada harga transfer berdasarkan interaksi kedua divisi dan
pada tingkat yang dianggap terbaik bagi kepentingan perusahaan tanpa adanya pemaksaan
mengenai keputusan akhir oleh salah satu divisi.
Arbitrase dapat dilakukan dengan beberapa cara.dalm sistem yang formal,kedua pihak
menyerahkan kasus secara tertulis kepada pihak penengah/pendamai( arbitrator ).arbitrator akan
meninjau posisi mereka masing – masing dan memutuskan harga yang akan ditetapkan
kadangkala dengan bantuan staf kantor yang lain.
Selain tingkat formalitas arbitrase,jenis proses penyelesaian konflik yang digunakan juga
mempengaruhi efektifitas suatu sistem harga transfer.terdapaat empat cara untuk menyelesaikan
konflik :
 Memaksa (forcing )
 Membujuk ( smoothing )

 Menawarkan (bargaining )
 Penyelesaian masalah (problem solving )
Luas dan formalitas dari perolehan sumber daya dan peraturan penentuan harga transfer
bergantung pada banyaknya jumlah transfer dalam perusahaan dan ketersediaan pasar serta harga
pasar.semakin besar jumlah transfer dan ketersediaan harga pasar,maka semakin formal dan
spesifik peraturan yang ada.jika harga pasar selalu siap sedia,maka perolehan sumber daya dapat
dikendalikan dengan peninjauan kantor pusat atas keputusan buat atau beli ( make-ar-buy
decision )yang melebihi jumlah tertentu.
Beberapa perusahaan membagi produknya kedalam dua kelas :
Kelas I meliputi seluruh produk untuk mana manajaemen senior ingin mengendalikan
perolehan sumber daya.produk ini biasanya merupakan produk – produk yang bervolume
besar;produk – produk yang tidak memiliki sumber dari luar;dan produk – produk yang
produksinya tetap ingin dikendalikan oleh pihak manajemen demi alasan kualitas atau alasan
tertentu.
Kelas II meliputi seluruh produk lainnya.secara umum,ini merupakan produk – produk
yang dapat diproduksi diluar perusahaan tanpa adanya gangguan terhadap operasi yang sedang
berjalan,produk – produk yang volumenya relatif kecil,diproduksi dengan peralatan umum
(general-purpose equipment) produk-produk kelas II ditansfer pada harga pasar.