Efek Suplemen L-Arginin Subakut Peroral pada Kontraksi Aorta Tikus Diabetes

Efek Suplemen L-Arginin Subakut Peroral pada Kontraksi Aorta

Tikus Diabetes

2 Sjarif Ismail 2,3 , M. Mulyohadi Ali , Djoko W. Soeatmadji

1 Laboratorium Farmakologi Program Pendidikan Dokter, Universitas Mulawarman, Samarinda

2 Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Malang

3 Divisi Endokrin, Lab/UPF Ilmu Penyakit Dalam RSSA

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suplemen L-arginin subakut peroral pada tikus diabetes- streptozotosin terhadap respons kontraksi aorta melalui mekanisme pencegahan peningkatan stress oksidatif. L- -1 -1 arginine diberikan selama 8 minggu pada tikus diabetes dengan dosis 10, 100 dan 1000 mg.kg

BB.hari . Parameter yang diukur adalah MDA-plasma untuk menilai oksidatif stress dan teknik bioassay dengan isolasi organ terpisah aorta ring untuk menilai respons reseptor adrenergik-  1 di otot polos aorta terhadap fenilefrin (PE). Dari respons kontraksi aorta dapat diketahui nilai Emaks dan pD PE. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian L-arginin 100, 1000 mg.kg -1 BB.hari -1

-1 pada tikus diabetes dapat mencegah peningkatan MDA-plasma (p<0.001). Pemberian L-arginin dosis -1 100, 1000 mg.kg

BB.hari dapat mencegah peningkatan respons kontraksi aorta terhadap PE melalui pencegahan peningkatan Emaks (p<0.000) dan menurunkan pD 2 pada dosis 1000 mg.kg -1 BB.hari -1 (p<0.001). Hasil Jalur Hubungan menunjukkan pencegahan peningkatan Emaks melalui jalur pencegahan peningkatan MDA (p<0.012) dan penurunan pD 2 melalui jalur langsung (p<0.016). Berdasarkan haasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian suplemen L- arginin pada tikus diabetes dapat mencegah peningkatan respons kontraksi aorta terhadap PE dengan cara: (1) mencegah peningkatan Emaks melalui pencegahan peningkatan MDA (jalur tidak langsung); dan (2) secara langsung

menurunkan afinitas reseptor adrenergik-  1 .

Kata kunci: diabetes, L-arginin, reseptor adrenergik-  1 , stress oksidatif

Abstract

This research was aimed to assess the the effect of subacute peroral L-arginine suplement on diabetes-streptozotosin rat towards the response of aorta contraction through the mechanism of prevention on the increasing oxidative stress. -1 -1 L-arginine was administrated for eight weeks on diabetic rats with doses 10, 100 and 1000 mg.kg BW.day . Measured parameters are MDA-plasma to assess the oxidative stress and bioassay technique by isolate the separated organ of

aorta ring. We measure the response of adrenergic-  1 receptor in aorta smooth muscle towards phenylephrine (PE). From the contraction response of aorta, we obtained the value of E

and pD PE. The results showed that the administration of L-arginine 100, 1000 mg.kg -1

BW.day -1 on diabetic rat prevent the increasing of MDA-plasma (p<0.001). Administration of L-arginine doses 100, 1000 mg.kg -1 BW.day -1 prevent the response of aorta constratcion towards PE through the increasing of E max (p<0.000) and decreasing pD

max

2 on dose 1000 mg.kg BW.day (p<0.001). Pathway analysis showed the prevention of E max increasing through the path of increased MDA prevention (p<0.012) and decreased pD 2 through direct path (p<0.016). We conclude that the administration of L-arginine supplement on diabetic to prevent the responses of aorta contraction towards PE is available in two ways: (1) prevent the increasing of

-1 -1

E max by prevent the increasing of MDA (indirect path); and (2) directly decrease the affinity of adrenergik-  1 receptor.

Kata kunci: diabetes, L-arginine, oxidative stress, receptor of adrenergic-  1

PENDAHULUAN  merupakan efek terpisah dari kelainan fungsi Berbagai penelitian

endotel [4-5]. Peningkatan respons kontraksi respons pembuluh darah tikus diabetes yang

telah membuktikan

tersebut dapat terjadi di tingkat reseptor yaitu diperantarai oleh reseptor adrenergik-  mening-

melalui peningkatan afinitas reseptor adrenergik kat [1-3]. Perubahan reaktifitas ini bisa

[3]. Peningkatan radikal bebas dapat menyebab- kan peningkatan respons kontraksi pembuluh

darah melalui mekanisme perubahan sinyal Alamat korespondensi:

transduksi, yaitu meningkatkan ion kalsium

Sjarif Ismail

Alamat : Laboratorium Farmakologi Program Pendidikan sitosol otot polos pembuluh darah [2,6]. Jadi,

Dokter, Universitas Mulawarman, Samarinda pada diabetes terjadi perubahan pada sistem

Suplemen L-Arginin Subakut Peroral pada Aorta Tikus Diabetes

(Ismail, dkk.)

regulasi reseptor adrenergik dan sinyal transduksi aorta mengacu Pieper dan Dondlinger [23], untuk mempertahankan keadaan homeostasis

dengan modifikasi. Aorta ring lalu potong pada sehingga menyebabkan perubahan pada respons

cincinnya dengan panjang sekitar 3 mm, lalu kontraksi pembuluh darah.

dimasukan dalam organ bath 20 ml larutan Berbagai bukti menunjukkan peningkatan

C yang dialiri stress oksidatif pada diabetes [7-16]. Salah satu

Kreb’s-Henselheit pH 7,4 suhu 37 o

gas carbogen. Salah satu ujung aorta ring penyebab peningkatan stress oksidatif adalah

dihubungkan dengan tissue holder dan ujung penurunan L-arginin. Pada keadaan ini eNOS

lainnya dipasang pada transducer isometrik (Ugo dapat menghasilkan superoksid selain pemben

Basile No. 7004) dengan tonus 2 g dihubungkan tukan NO menurun [17-19]. Beberapa penelitian

pada komputer Macinthos LC 575, Mac Lab./8e telah membuktikan penurunan konsentrasi

AD Instrument, Program Chard versi 3.5 buatan arginin plasma dan jaringan vaskular pada model

Michael Macknight. Setelah percobaan selesai, hewan diabetes [21-23] dan penderita diabetes

dihitung cross sectional area (CSA) [27]. [24,25]. Keberadaan L-arginin yang mencukupi

Selanjutnya tegangan aorta diekspresikan per sangat dibutuhkan untuk mempertahankan suatu

CSA.

keadaan homeostasis pada diabetes. Masih belum ada penelitian efek pemberian L-arginin

Respons kontraksi aorta

subakut secara oral pada tikus diabetes terhadap Setelah ekuilibrasi tecapai, respons kontraksi perubahan respons kontraksi melalui perubahan

aorta dengan pemberian kumulatif dosis PE. stress oksidatif. Oleh karena itu, penelitian ini

Setelah respons maksimal PE tercapai, cairan di bertujuan untuk mengetahui pengaruh suplemen

organ bath diganti secara serial sampai kembali L-arginin subakut peroral pada tikus diabetes-

ke base line.

streptozotosin terhadap respons kontraksi aorta melalui mekanisme pencegahan peningkatan

HASIL

stress oksidatif.

MDA-plasma terhadap pemberian L-arginin

Hasil rerata kadar MDA akibat pemberian L-

METODE PENELITIAN

arginin pada tiap kelompok tikus dapat dilihat Tikus wistar jantan dari induk inbread umur 3-

pada tabel 1. Hasil Uji Anova didapatkan hasil

4 bulan dari Laboratorium Farmakologi FK yang signifikan (p=0.000). Untuk mengetahui Unibraw. Tikus dibuat diabetes dengan suntikan

seberapa besar perbedaan rerata MDA pada tiap streptozotocine 55 mg/kgBB dalam buffer sitrat.

kelompok, dilanjutkan dengan uji Tukey. Satu minggu setelah pemberian streptozotosine

Hasil Uji Tukey, didapatkan hasil MDA yang darah dari

berbeda bermakna jika kelompok tikus A glukometer. Tikus dinyatakan diabetes jika gula

ekor tikus diperiksa

dengan

dibandingkan dengan kelompok K (0.803 + 0.126) darahnya >300 mg% [26]. Tiap kelompok terdiri

p=0.000, tikus S (0.628 + 0.126) p=0.001, dan dari lima ekor tikus, yaitu tikus kontrol, diabetes,

kelompok D (0.807 + 0.126) p=0.000; tetapi diabetes dengan perlakuan L-arginin peroral

didapatkan hasil yang tidak berbeda signifikan dosis 10, 100, 1000 mg.kg -1 BB.hari -1 semua

jika dibandingkan dengan kelompok L (0.180 + diperlakukan selama 8 minggu dengan kondisi

0.126) p=0.169.

yang sama. Hasil yang berbeda signifikan juga didapatkan jika kelompok K dibandingkan dengan kelompok Metode Pemeriksaan MDA-plasma.

L (-0,623 + 0.126) p=0.001, tetapi didapatkan Digunakan plasma darah sebanyak 200 l.

hasil yang tidak berbeda signifikan jika diban- Teknik pemeriksaan MDA-plasma disesuaikan

dingkan dengan kelompok (-0.175 + 0.126) dengan protokol yang terdapat di Laboratorium -3 p=0.641 dan kelompok D (4.200.10 + 0.126)

Biomedik FK Universitas Brawijaya dengan sedikit p=1.000. Kelompok D jika dibandingkan dengan modifikasi. Pemeriksaan MDA-plasma dilakukan

kelompok L akan didapatkan hasil yang berbeda setelah semua sampel terkumpul semuanya,

signifikan (-0,627 + 0.126) p=0.001, tetapi disimpan dalam lemari es -70 o C. didapatkan hasil yang tidak berbeda signifikan

jika dibandingkan dengan kelompok S (-0.179 +

Percobaan Organ Terpisah Aorta Ring

0.126) p=0.621. MDA kelompok S jika disbanding- Aorta yang digunakan dengan endotel intak

kan dengan kelompok L didapatkan hasil yang karena

berbeda signifikan, yaitu (-0.448 + 0.126) penelitian lain. Teknik preparasi organ terpisah

dikerjakan bersama-sama

dengan

p=0.015. Dari hasil uji regresi menunjukkan bahwa peningkatan dosis peroral L-arginin pada

Suplemen L-Arginin Subakut Peroral pada Aorta Tikus Diabetes

(Ismail, dkk.)

tikus diabetes dapat mempengaruhi pencegahan yang tergantung pada konsentrasi PE di organ peningkatan MDA-plasma (r 2 =0.442, p= 0.001). bath pada semua kelompok, seperti terlihat pada

gambar 2 pada bentuk kurva dosis respons PE Tabel 1. MDA-plasma terhadap pemberian L-arginin

terhadap besarnya tonus kontraksi aorta. Dari

Kelompok Rerata MDA ( g.ml -1 )

hasil Uji Anova, terlihat peningkatan kekuatan K

tonus kontraksi aorta pada kelompok diabetes

A 0.997  0.128 # secara bermakna jika dibandingkan kelompok L

0.817 -8  0.116 # lainnya, mulai bermakna pada dosis PE [3.10 ]M S

(p=0.003). Dengan semakin meningkatnya dosis

D 0.190  0.060

PE akan semakin meningkat tonus kontraksinya. Dari tabel 2 dapat dilihat nilai E

PE dan Keterangan:

maks

K= tikus kontrol. hasil uji Anova bermakna (p=0.000). Untuk A= tikus diabetes.

mengetahui kelompok mana yang berbeda L= tikus diabetes + L-arginine 10 mg.kg -1 BB.hari -1 .

signifikan dan berapa besar perbedaan reratanya, S= tikus diabetes + L-arginine100 mg.kg -1 BB.hari -1 .

maka dilanjutkan dengan uji Tukey. Hasilnya, nilai D= tikus diabetes + L-arginine 1 g.kg -1 BB.hari -1 .

Emaks PE pada kelompok A mendapatkan hasil Data dinyatakan dalam mean + SE, n=5 ekor tikus tiap

yang signifikan jika dibandingkan dengan kelom- kelompok. Hasil Uji statistik berbeda sangat nyata jika

# p<0.05.

pok K (99.350 + 11.908) dengan p=0.000, kelom- Berbeda sangat nyata terhadap kelompok K, S, dan D.

pok tikus L (49.932 + 11.908) dengan p=0.004, kelompok S (85.962 + 11.908) dengan p=0.000,

Respons Reseptor Adrenergik-  1 terhadap

kelompok D (92.978 + 11.908) dengan p=0.000.

Pemberian L-arginin.

Untuk mengetahui pengaruh pemberian L- Tabel 2. E max dan pD 2 PE akibat pemberian L-arginin arginin subakut secara oral pada tikus diabetes

pD 2 terhadap respons kontraksi aorta pada reseptor

Kelompok

E maks ( V.mm -2 )

86.45±5.07 # 6.83±0.10 adrenergik-  1 maka dilakukan percobaan dengan

A 185.80±8.45 7.13±0.08 menggunakan organ terpisah aorta. Hasil gambar

99.84±4.20 # 6.37±0.03 rekaman kekuatan tonus kontraksi aorta terha-

D 92.82±6.15 # 6.36±0.13* dap pemberian fenilefrin pada tiap kelompok

hewan coba di komputer McLab dalam V

Keterangan:

seperti yang terlihat pada gambar 1.

K= tikus kontrol. A= tikus diabetes.

L= tikus diabetes + L-arginine 10 mg.kg -1 BB.hari -1 S= tikus diabetes + L-arginine100 mg.kg -1 BB.hari -1

D= tikus diabetes + L-arginine 1 g.kg -1 BB.hari -1 . Data dinyatakan dalam mean + SE, n=5 ekor tikus tiap

kelompok. Hasil Uji statistik berbeda sangat nyata jika p<0.05. #

Berbeda sangat nyata terhadap kelompok K, S, dan D.

Nilai E maks PE pada kelompok L akan menda- patkan hasil yang signifikan jika dibandingkan dengan kelompok K (49.422 + 11.908) dengan

Gambar 2. Kurva dosis respons PE terhadap besarnya p=0.004, kelompok S (36.030 + 11.908) dengan tonus kontraksi aorta

p=0.047, kelompok D (43.046 + 11.908) dengan Keterangan:

p=0.013. Nilai E maks PE pada kelompok S jika K= tikus kontrol.

dibandingkan dengan kelompok K dan D A= tikus diabetes. L= tikus diabetes + L-arginine 10 mg.kg -1 BB.hari -1 .

didapatkan hasil yang tidak signifikan, yaitu S= tikus diabetes + L-arginine100 mg.kg -1 BB.hari -1 .

(13.392 + 11.908) dengan p=0.792 dan (7.016 + D= tikus diabetes + L-arginine 1 g.kg -1 BB.hari -1 .

11.908) dengan p=0.975; sedangkan kelompok D Hasil Uji statistik berbeda sangat nyata jika p<0.05.

jika dibandingkan dengan kelompok K akan *Berbeda sangat nyata, jika dibandingkan dengan

didapatkan hasil yang tidak signifikan, yaitu kelompok tikus diabetes.

(6.376 + 11.908) dengan p=0.982. Hasil Uji regresi menunjukkan peningkatan dosis peroral L-

Pada penambahan dosis PE di organ terpisah arginine pada tikus diabetes mencegah terjadinya aorta terlihat peningkatan tonus kontraksi aorta

peningkatan E

PE (r maks 2 =0.314, p= 0.010).

Suplemen L-Arginin Subakut Peroral pada Aorta Tikus Diabetes

(Ismail, dkk.)

Pada gambar 3 terlihat adanya pergeseran Jadi analisis jalur digunakan untuk mengetahui kurva persen efek pada tikus diabetes yang diberi

seberapa besar pengaruh pemberian dosis L-arginin. Hal ini menandakan adanya perubahan

arginine pada tikus diabetes terhadap E maks dan

pD 2 , serta untuk mengetahui peran variable Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari nilai pD 2 antara (MDA) terhadap perubahan E maks dan pD 2 PE pada tabel 2. Dari hasil uji Anova berbeda

afinitas reseptor adrenergik-  1 terhadap PE.

aorta tikus seperti yang terlihat pada gambar 4. signfikan (p=0.000). Untuk mengetahui kelompok mana yang berbeda signifikan dan berapa besar

perbedaan reratanya nilai pD 2 PE, maka

dilanjutkan dengan uji Tukey. Hasilnya, nilai pD 2 PE kelompok A jika dibandingkan dengan kelompok D didapatkan hasil yang signifikan, yaitu (0.763 + 0.136) dengan p=0.000; sedangkan kelompok A jika dibandingkan dengan kelompok K, L, S didapatkan hasil yang tidak signifikan, yaitu (0.294 + 0.136) p=0.237, (0.345 + 0.136) p=0.123, (0.396 + 0.136) p=0.006; kelompok D jika dibandingkan dengan kelompok K dan L didapatkan hasil yang signifikan, yaitu (-0.470 + 0.136) p=0.019 dan (-0.418 + 0.136) p=0.042. Hasil uji regresi menunjukkan bahwa peningkatan dosis peroral L-arginine pada tikus diabetes dapat

menurunkan pD 2

2 PE (r =0.492, p= 0.001).

Gambar 4. Model pengaruh dosis L-arginin terhadap

E maks dan pD 2 fenilefrin melalui MDA

Keterangan: : Jalur dominan, jika p<0.05.

Dari hasil analisa jalur menunjukkan bahwa pengaruh pemberian berbagai dosis L-arginin pada tikus diabetes terhadap pencegahan pe- ningkatan MDA besarnya 44.2%, dengan koe- fisien jalur –0.001 dan p=0.000. Pengaruh pemberian berbagai dosis L-arginin peroral pada tikus diabetes dan MDA terhadap pencegahan peningkatan nilai E maks PE besarnya 48.4%.

Gambar 3. Kurva dosis respons fenilefrin terhadap persen Hubungan pemberian peroral dosis L-arginin efek

pada tikus diabetes terhadap nilai E maks PE Keterangan:

mempunyai koefisien jalur sebesar –0.019 dan K= tikus kontrol.

p=0.381, sedangkan hubungan MDA terhadap A= tikus diabetes. L= tikus diabetes + L-arginine 10 mg.kg -1 BB.hari -1 .

nilai E maks PE mempunyai koefisien jalur sebesar S= tikus diabetes + L-arginine100 mg.kg -1 BB.hari -1 .

59.642 dan p=0.012. Jadi perubahan pada nilai D= tikus diabetes + L-arginine 1 g.kg -1 BB.hari -1 .

E maks PE lebih dominan melalui MDA diban- Hasil Uji statistik berbeda sangat nyata jika p<0.05.

dingkan jalur langsung. Pengaruh pemberian * Berbeda sangat nyata jika dibandingkan dengan

berbagai dosis L-arginin peroral pada tikus kelompok tikus diabetes.

diabetes dan MDA terhadap penurunan nilai pD

2 PE besarnya 54.4%. Hubungan pemberian

Model Pengaruh Dosis L-arginin terhadap E maks

peroral dosis L-arginin pada tikus diabetes

terhadap nilai pD 2 PE mempunyai koefisien Untuk

dan pD 2 Fenilefrin melalui MDA.

pemberian berbagai dosis arginin pada tikus –0.0004 dan p=0.016, sedangkan

jalur sebesar

hubungan MDA terhadap nilai pD 2 PE mempunyai

koefisien jalur sebesar 0.268 dan p=0.137. Jadi sediaan organ terpisah melalui MDA, dilakukan

diabetes terhadap E maks dan pD 2 , aorta tikus pada

perubahan pada nilai pD 2 PE lebih dominan analisis jalur (Path Analysis). Jadi Analisis jalur

melalui jalur langsung.

dilakukan terhadap nilai yang telah distandarkan.

Suplemen L-Arginin Subakut Peroral pada Aorta Tikus Diabetes

(Ismail, dkk.)

PEMBAHASAN

arginin pada tikus diabetes dapat diasumsikan

MDA-plasma

meningkatkan arginin di plasma, peningkatan Pemeriksaan MDA-plasma merupakan salah

arginin di plasma akan meningkatkan arginin di satu parameter untuk membuktikan peningkatan

endotel sehingga keadaan ‘uncoupled’ eNOS’ stress oksidatif pada diabetes. Penelitian ini telah

dapat diperbaiki, hasilnya pembentukan anion membuktikan

pemberian L-arginin subakut superoksid berkurang. Penurunan pembentukan secara oral pada tikus diabetes dapat mencegah

superoksid menyebabkan penurunan peroksidasi peningkatan MDA-plasma, dimana besarnya efek

lipid, maka pengukuran peroksidasi lipid dengan pencegahan peningkatan MDA-plasma tergan-

menggunakan metoda TBA akan menghasilkan tung pada dosis L-arginin yang diberikan.

penurunan MDA-plasma. Jadi pemberian L- Semakin besar dosis L-arginin yang diberikan

arginin pada tikus diabetes dapat mencegah pada tikus diabetes akan semakin besar pula

terjadinya peningkatan MDA-plasma. mencegah terjadinya peningkatan MDA-plasma,

Hasil Uji Regresi memperlihatkan dosis L- dimana pemberian L-arginin 100 mg.kg -1 BB.hari -1 arginin pada tikus diabetes terhadap pencegahan pada tikus diabetes sudah terjadi keadaan MDA-

peningkatan MDA-plasma pengaruhnya sebesar plasma yang tidak berbeda signifikan jika

44.2%. Hal ini dapat diartikan sebesar 65.8% dibandingkan dengan kontrol.

tidak dapat mencegah peningkatan MDA-plasma pada diabetes dengan pemberian L-arginin. Hal

Stress Oksidatif

ini wajar saj a dapat terjadi karena ‘uncoupled Hasil Uji regresi menunjukan besarnya efek

eNOS’ tidak saja disebabkan oleh arginin yang pencegahan

menurun, tetapi bisa juga karena penurunan pengaruh yang sigifikan dengan besarnya dosis L-

kofaktor tetrahidrobiopterin [36,37]. arginin yang diberikan (r 2 =0.442; p=0.001). Hal ini

Selain itu, ‘uncoupled eNOS’ bukan satu- dapat terjadi karena salah satu mekanisme

satunya penyebab peningkatan stress oksidatif peningkatan stress oksidatif pada diabetes

pada diabetes, masih banyak mekanisme adalah berkurangnya substrat L-arginin di

peningkatan stress oksidatif pada diabetes yaitu: endotel sehingga terjadi keadaan yang disebut

(1) meningkatnya jalur sorbitol; (2) glikosilasi ‘uncoupled eNOS’, maka superoksid dihasilkan

non-enzimatik; (3) auto-oksidasi; (4) peningkatan melimpah [17-20]. Berbagai bukti menunjukkan

PKC; (5) peningkatan siklooksigenase; (6) pening- penurunan L-arginin di dalam plasma dan

katan angiotensin II [8-12,14-16]. Keadaan ini vaskular tikus diabetes dan penderita diabetes

semua dapat menyebabkan peningkatan MDA- [21-25].

plasma, tetapi pengaruh arginin tampaknya Penurunan arginin bisa disebabkan oleh: (1)

cukup besar dalam mencegah peningkatan MDA- kebutuhan arginin yang meningkat karena

plasma jika dilihat dari hasil Uji Regresi. peningkatan ekspresi eNOS yang berhubungan dengan peningkatan moderate oksidasi LDL dan

Respon Kontraksi Aorta

lisofosfatidilkolin. Peningkatan ekspresi eNOS Untuk mengetahui respons kontraksi aorta berfungsi sebagai mekanisme pertahanan anti

maka agonis yang digunakan adalah fenilefrin atero-sklerosis pada stadium awal pembentukan

sebagai agonis selektif yang bekerja pada lesi aterosklerosis [20]; (2) penghancuran arginin

adrenergik-  1 di otot polos pembuluh darah, yang meningkat karena: (a) pembentukan

menyebabkan kontraksi pada otot polos arginin-imidazolon adduct, arginin-dehidroimi

pembuluh darah [38], dan menjadi pertimbangan dazolon adduct dan arginin-lisin croslink karena

untuk digunakan karena pada aorta tikus glikosilasi non-enzimatik meningkat [13], (b)

adrenergiknya lebih dominan katabolisme arginin yang meningkat karena

reseptor

adrenergik-  1 [39,40].

overekspresi arginase [28-30]; (3) gangguan Berdasarkan pengamatan hasil, tampak sistem transport arginin yang afinitas tinggi untuk

peningkatan respons kontraksi aorta tergantung uptake arginin ke dalam sel endotel akibat

pada dosis fenilefrin di organ bath pada semua peningkatan radikal bebas [19,31-34]. Maka

kelompok tikus. Secara umum dapat diketahui diperlukan upaya peningkatan L-arginin yang

peningkatan respons kontraksi aorta diabetes lebih besar dari biasanya untuk mempertahankan

dibandingkan dengan kontrol terhadap pemberi- uptake arginin ke dalam sel endotel. Berbagai

an fenilefrin seperti yang terlihat pada kurva bukti telah menunjukkan bahwa pemberian L-

dosis respons fenilefrin terhadap besarnya tonus arginin peroral akan meningkatkan konsentrasi

kontraksi aorta (gambar 2). Pada kelompok tikus arginin dalam plasma [35]. Maka pemberian L-

Suplemen L-Arginin Subakut Peroral pada Aorta Tikus Diabetes

(Ismail, dkk.)

diabetes respons kontraksi aorta lebih tinggi gahan peningkatan nilai E maks fenilefrin. Pada

dibandingkan dengan kelompok kontrol, dimana -1 pemberian L-arginin dosis 100 mg.kg BB.hari mulai bermakna pada dosis fenilefrin [3.10 -8 ] M

sudah mencapai suatu kondisi yang tidak (p=0.003). Semakin tinggi dosis fenilefrin yang

berbeda bermakna jika dibandingkan dengan diberikan akan semakin tinggi respons kontraksi

kontrol (p=0.792) dan diabetes + L-arginin dosis 1 aortanya dan semakin bermakna perbedaannya

g.kg -1 BB.hari -1 (p=0.975).

(p=0.000). Tampak juga pemberian L-arginin pada tikus diabetes dapat mencegah peningkatan

Regulasi Reseptor Adrenergik-  1 respons kontraksi aorta dan semakin besar dosis

secara umum bisa L-arginin yang diberikan akan semakin besar juga

Fenomena

diatas

diasumsikan bahwa pada diabetes terjadi efek pencegahan peningkatan respons tersebut.

reseptor adrenergik-  1 Jadi pada penelitian ini terbukti pemberian L-

perubahan regulasi

reseptor adrenergik-  1 arginin subakut secara oral dapat mencegah

kearah

upregulasi

(peningkatan jumlah reseptor adrenergik-  1 ) peningkatan respons kontraksi aorta tikus

yang diketahui dari peningkatan nilai E maks diabetes.

fenilefrin. Pemberian L-arginin secara oral pada tikus diabetes dapat diasumsikan mencegah

terjadinya upregulasi/peningkatan jumlah resep- Salah satu cara untuk mengetahui mekanisme

Nilai E maks dan pD 2 Fenilefrin

tor tersebut. Mekanisme perubahan tesebut pencegahan peningkatan respons kontraksi aorta

karena terjadinya regulasi reseptor untuk mem- tikus diabetes setelah diberi L-arginin subakut

pertahankan keadaan homeostasis. Jadi tidak secara oral adalah dengan mengukur nilai E maks tertutup

kemungkinan upregulasi reseptor dan pD 2 fenilefrin. Nilai E maks dapat digunakan

tersebut karena neuropathi pada tikus diabetes untuk memperkirakan jumlah maksimal reseptor

dan pemberian L-arginin dapat mencegah yang ditempati oleh agonis untuk menimbulkan

terjadinya neuropati. Penurunan kecepatan efek maksimum (respons maksimum) dan juga

motorik dan sensorik menggambarkan mekanisme sinyal transduk-

konduksi

saraf

berhubungan dengan neuropathi pada tikus sinya. Besarnya efek agonis adalah proporsional

diabetes delapan minggu [44]. Adapun penelitian dengan fraksi reseptor yang ditempati oleh

lain menemukan penurunan transmisi saraf agonis dan efek maksimal dihasilkan jika semua

neuron di prejunctional sympathethic pada tikus reseptor telah ditempati. Artinya efek suatu

diabetes 12 minggu [45].

agonis berbanding lurus dengan jumlah reseptor Terjadinya neuropathi pada diabetes dapat yang ditempati dan efek suatu agonis akan

menyebabkan perubahan keseimbangan sistem mencapai maksimal jika seluruh reseptornya

saraf otonom, salah satu mekanisme tubuh untuk ditempati oleh agonis [41]. Secara fungsional

keseimbangan tersebut bisa reseptor terdiri dari domain ligand-binding dan

memperbaiki

melalui peningkatan jumlah reseptor. Hal ini domain efektor [41]. Domain ligand-binding

dapat menjadi pertimbangkan jika melihat adalah tempat interaksi antara agonis dengan

nilai E maks fenilefrin. Sedangkan reseptor, sedangkan domain efektor berinteraksi

besarnya

pemberian L-arginin secara oral pada tikus dengan berbagai molekul seluler lainnya dalam

diabetes diasumsikan dapat mencegah terjadinya sistem sinyal transduksi.

neuropathi pada tikus diabetes, sehingga Nilai pD 2 menggambarkan afinitas agonis

didapatkan nilai E maks fenilefrin yang tidak terhadap reseptornya atau kemampuan agonis

berbeda bermakna jika dibandingkan dengan untuk menempati 50% reseptornya [42-43]. Bila

kontrol yang dapat diartikan relatif tidak terjadi nilai ini besar berarti afinitas reseptor terhadap

upregulasi reseptor adrenergik-  1 tetapi perlu agonis meningkat, artinya konsentrasi agonis

dibuktikan lebih lanjut. Jadi tidak tertutup yang diperlukan untuk menimbulkan respons

kemungkinan peningkatan E maks PE pada diabetes lebih kecil

karena upregulation reseptornya, sedangkan sensitifitas reseptor meningkat atau dengan

sehingga dapat juga

disebut

pemberian L-arginin pada tikus diabetes dapat perkataan lain kepekaan reseptor meningkat.

mencegah upregulation pada reseptornya. Pemberian L-arginin subakut secara oral pada

Perubahan dalam sinyal transduksi juga perlu tikus diabetes dapat mencegah peningkatan

dipikirkan karena nilai E maks juga menggam respon kontraksi aorta terhadap fenilefrin

barkan mekanisme sinyal transduksinya. Bebe- melalui pencegahan nilai E maks fenilefrin. Sema-

rapa mekanisme yang sudah diketahui adalah kin tinggi dosis L-arginin yang diberikan pada

perubahan Ca 2+ yang masuk melalui voltage- tikus diabetes akan semakin signifikan pence-

Suplemen L-Arginin Subakut Peroral pada Aorta Tikus Diabetes

(Ismail, dkk.)

dependent Ca 2+ channel [46] dan perubahan

diabetes menyebabkan konsentrasi Ca 2+ ekstraseluler [1]. Pada perco- peningkatan influks ion kalsium melalui kanal

baan ini, peningkatan nilai E maks fenilefrin kalsium transmembran, selain itu harus diingat kemungkinan besar karena peningkatan radikal

pula radikal bebas dapat juga meningkatkan PKC bebas. Hasil ini dipertegas dari Analisis Pathway

yang menunjukkan jalur dominan pencegahan Tetapi tertutup kemungkinan peningkatan peningkatan

E maks fenilefrin karena penurunan E maks asetilkolin, pencegahan peningkatan MDA-plasma (gambar

nilai

E maks fenilefrin

melalui

karena Dresner et al. [5] mendapatkan hasil pada 4). Karena pemberian dosis L-arginin peroral

tikus diabetes yang diberi L-NAME (suatu pada tikus diabetes dapat mencegah peningkatan

kompetitif inhibitor eNOS) dan diabetes tanpa MDA-plasma secara signifikan, sehingga ber-

diberi L-NAME juga mendapatkan hasil respons pengaruh terhadap nilai E maks fenilefrin secara

mesenterika yang sama bermakna pula.

Telah kita ketahui bahwa peningkatan radikal Jadi pada penelitian ini telah dibuktikan bebas dapat mengurangi fluiditas membran

pemberian L-arginin secara oral pada tikus karena

diabetes dapat mencegah peningkatan E maks membrannya sehingga

terjadinya peroksidasi

lipid

di

mekanisme pencegahan berbagai kanal ion yang terdapat di membran.

sehingga tidak terjadi Karenanya mempengaruhi keseimbangan ion

peningkatan MDA,

perubahan dalam sinyal transduksinya. Tetapi kalsium di sitosol otot polos pembuluh darah.

tidak tertutup kemungkinan karena pencegahan Pemberian xanthine oksidase / hypoxanthine

upregulation reseptor adrenergik-  1 . (menghasilkan anion superoksid) pada otot polos

arteri uterine manusia kontrol akan lebih Afinitas Reseptor Adrenergik-  1 meningkatkan ion kalsium sitosol setelah

Pada kurva dosis respons fenilefrin terhadap pemberian noradrenalin [6]. Hal ini juga

persen efek, tampak adanya pergeseran kurva ke meningkatan kekuatan kontraksinya sebesar 81%

kiri pada tikus diabetes. Pergeseran kurva ke kiri seperti pada penderita diabetes dibandingkan

menandakan peningkatan afinitas reseptor dengan

adrenergik-  1 . Peningkatan afinitas reseptor oksidase/hypoxanthin. Sebaliknya, pemberian

tanpa pemaparan

xanthine

adrenergik-  1 pada tikus diabetes akan tampak SOD akan meniadakan peningkatan ion kalsium

lebih jelas jika kita membandingkannya dalam dan perubahan dalam kontraksinya.

bentuk nilai pD 2 fenilefrin, karena nilai pD 2 Peningkatan respons kontraksi arteri tikus

menggambarkan afinitas reseptor adrenergik-  1 diabetes disebabkan oleh peningkatan ion

terhadap fenilefrin.

kalsium sitosol setelah pemberian noradrenalin Pada percobaan ini ditemukan peningkatan dibandingkan dengan kontrol [47]. Peningkatan

afinitas reseptor adrenergik-  1 pada kelompok kontraksi arteri tikus diabetes juga dibuktikan

tikus diabetes tetapi tidak signifikan jika terhadap noradrenalin karena meningkatnya

dibandingkan dengan kontrol, karena tikus influks ion kalsium ekstraseluler melalui ligan

diabetes yang digunakan adalah delapan minggu. kanal

Sedangkan pada penelitian Murray et al. [3] kontraksi arteri mesenterika tikus diabetes

kalsium [27].

Peningkatan respons

menggunakan tikus diabetes 12-15 mg. Jadi terhadap noradrenalin juga dibuktikan karena

lamanya waktu juga mempengaruhi terjadinya peningkatan produksi inositol trifosfat [1].

perubahan pada afinitas reseptornya. Hasil ini Peningkatan nilai E maks fenilefrin tidak merubah

sama seperti yang diperoleh Dresner et al. [5] afinitasnya, melainkan pemberian pyrogallol

yang mendapatkan hasil afinitas reseptor (menghasilkan

adrenergik-  1 meningkat pada kelompok tikus meningkatkan respons kontrasi aorta pada tikus

diabetes tapi tidak signifikan jika dibandingkan diabetes dan kontrol, dimana pemberian SOD

dengan kontrol. Head et al. [52] juga dapat

mendapatkan hasil yang tidak berbeda signifikan kontraksinya akibat pyrogallol [2].

pada peningkatan afinitas reseptor tikus diabetes Peningkatan E maks PE pada diabetes karena

jika dibandingkan dengan kontrol tapi untuk perubahan pada sinyal trasnduksi PKC perlu

noradrenarine, dimana keduanya menggunakan dipikirkan. Peningkatan PKC dapat meningkatkan

tikus diabetes delapan minggu. sensitifitas protein kontraktil [48], sedangkan

Pemberian peroral L-arginin pada tikus Kawasaki [49] membuktikan adanya peningkatan

diabetes selama delapan minggu terbukti dapat

Suplemen L-Arginin Subakut Peroral pada Aorta Tikus Diabetes

(Ismail, dkk.)

mencegah terjadinya peningkatan afinitas resep- peningkatan E maks fenilefrin melalui MDA sebesar tor adrenergik-  1 , semakin tinggi dosis L-arginin

dapat diartikan 51.6% tidak yang diberikan akan semakin menurunkan

Ini

dipengaruhi oleh pemberian L-arginin. Hal ini afinitas reseptor, tetapi penurunannya yang ber-

wajar saja dapat terjadi karena mekanisme makna hanya pada pemberian L-arginin dosis 1

terjadinya peningkatan stress oksidatif tidak

g.kg -1 BB.hari (p=0.000). Penurunan afinitas hanya disebabkan oleh penurunan L-arginin, reseptor akibat pemberian L-arginin pada tikus

masih banyak penyebab lainnya seperti: (1) diabetes dengan dosis 1 g.kg -1 BB.hari -1 juga

peningkatan jalur sorbitol; (2) glikosilasi non- signifikan jika dibandingkan kontrol (p=0.019).

enzimatik; (3) auto-oksidasi; (4) peningkatan PKC;

Tetapi untuk dosis 10 dan 100 mg.kg -1 BB.hari (5) peningkatan siklooksigenase; (6) peningkatan penurunannya tidak berbeda signifikan yaitu

angiotensin II [8-16]. Dimana berbagai meka- (p=0.995) dan (p=0.994). Fenomena ini secara

nisme tersebut mungkin berpengaruh pada umum bisa diasumsikan bahwa pada diabetes

regulasi reseptor terhadap terjadinya peningka- terjadi perubahan dalam regulasi reseptor

tan E maks fenilefrin. Hal yang sama juga berlaku adrenergik-  1 ke arah super-sensitif tetapi hasil

untuk nilai pD 2 fenilefrin, tetapi mungkin juga penelitian menunjukan peningkatan nilai pD 2 berhubungan dengan terjadinya peningkatan tidak signifikan jika dibandingkan dengan kontrol.

pembentukan NO karena adanya jalur langsung Pemberian L-arginin pada tikus diabetes akan

yang dominan tidak melalui MDA, maka perlu menyebabkan perubahan regulasi reseptor

penelitian lanjutan.

kearah desensitisasi dimana penurunan afinitas Jadi pada penelitian ini telah terbukti bahwa reseptor ini bermakna untuk pemberian L-arginin

pemberian L-arginin subakut secara oral pada

dosis 1 g.kg -1 BB.hari jika dibandingkan dengan tikus diabetes dapat mencegah peningkatan kelompok tikus diabetes (p=0.000) dan kontrol

respons kontraksi aorta melalui mekanisme (p=0.019).

pencegahan peningkatan stress oksidatif, selain Terjadinya peningkatan afinitas reseptor pada

itu juga terlihat adanya jalur langsung pence- tikus diabetes diduga juga berhubungan dengan

gahan peningkatan respons kontraksi aorta terjadinya neuropathi, sehingga ada upaya tubuh

terhadap penurunan afinitas reseptornya. Hal ini untuk mempertahankan suatu keadaan homeo-

perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk stasis yang normal dengan cara meningkatkan

membuktikan apakah jalur langsung ini berhu- afinitas ligand binding reseptor tersebut yang

bungan dengan terjadinya peningkatan pemben- dapat dilihat pada meningkatnya nilai pD 2 tukan NO sehingga dapat mempengaruhi regulasi

walaupun tidak signifikan. Pengaruh pemberian reseptor ke arah desensitisasi melalui pemeriksa- L-arginin pada tikus diabetes diperkirakan dapat

an isolasi organ terpisah aorta dengan endotel mencegah terjadinya neuropathi, bahkan dosis

utuh. Selain itu juga diperlukan penelitian

besar (1 g.kg -1 BB.hari ) dapat merubah regulasi lanjutan pemeriksaan densitas reseptor dan reseptor tersebut kearah desensitisasi untuk

sinyal transduksi lainnya karena Emaks mencer- mempertahankan keadaan homeostasis.

minkan jumlah reseptor yang ditempati oleh Mekanisme molekular yang terjadi untuk

agonis dan sinyal transduksinya. menerangkan hal ini masih belum diketahui, mungkin berhubungan dengan pembentukan NO

KESIMPULAN

yang meningkat yang dipertegas oleh Analisis -1 Pemberian L-arginin 100, 1000 mg.kg Pathway. Tampak ada jalur dominan secara -1 BB.hari pada tikus diabetes dapat mencegah

langsung antara dosis L-arginin dengan penu- peningkatan MDA-plasma (p<0.001). Pemberian

runan nilai pD -1

2 fenilefrin. Hal ini dimungkinkan L-arginin dosis 100, 1000 mg.kg BB.hari dapat karena NO mempuyai efek biologis yang luas

mencegah peningkatan respons kontraksi aorta dalam vasoprotektif, salah satunya adalah

terhadap PE melalui pencegahan peningkatan memadamkan radikal superoksid yang banyak

Emaks (p<0.000) dan menurunkan pD 2 pada dosis

dihasilkan oleh tikus diabetes. Keadaan ini -1 1000 mg.kg BB.hari (p<0.001). Hasil Jalur dimungkinkan karena interaksi antara NO dan

menunjukkan pencegahan anion superoksid sangat cepat yaitu tiga kali lebih

Hubungan

peningkatan Emaks melalui jalur pencegahan cepat dari kecepatan reaksi superoksid dismutase

peningkatan MDA (p<0.012) dan penurunan pD 2 (SOD) dengan anion superoksid [17, 53,54].

melalui jalur langsung (p<0.016).Pemberian Bila ditinjau dari pemberian dosis L-arginin

suplemen L-arginin pada tikus diabetes dapat pada tikus diabetes terhadap efek pencegahan

mencegah peningkatan respons kontraksi aorta terhadap PE dengan cara: (1) mencegah

Suplemen L-Arginin Subakut Peroral pada Aorta Tikus Diabetes

(Ismail, dkk.)

peningkatan

[8] Griendling, K. K., C. A. Minieri, J. D. peningkatan MDA (jalur tidak langsung); dan (2)

E maks melalui

pencegahan

Ollerenshaw, R. W. Alexander. 1994. secara langsung menurunkan afinitas reseptor

Abstrak: Angiotensin II stimulates NADH and adrenergik-  1 .

NADPH oxidase activity in cultured vascular smooth muscle cells. Circ. Res. 74. 1141-

UCAPAN TERIMAKASIH

Penelitian ini dibiayai oleh Pemda TK I [9] Giugliano, D., G. Paulisso, A. Ceriello. 1996.

Kalimantan Timur dan Program Pendidikan An oxidative stress and diabetic vascular Dokter Universitas Mulawarman. Ucapan terima-

complications. Diabetic Care. 19. 257-267. kasih kepada Ka. Lab. Farmakologi DR. dr.

[10] Ushio-Fukai, M., A. M. Zafari, T. Fukui, N. Setyawati S Karyono, MKes atas penggunaan

Ishizaka, K. K. Griendling. 1996. p22phox is a fasilitas Laboratoriumnya, dra. Husnul Khotimah

critical component of the superoxide- yang membantu pelaksanaan perekaman dengan

generating NADH/NADPH oxidase system and regulates angiotensinII-induced hyper-

komputer McLab. throphy in vascular smooth muscle cells. J.

Biol. Chem. 271. 23317-23321.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Cohen, R. A. 1997. Endothelial dysfuction in

Abebe, W., K. M. MacLeod. 1992. diabetic vascular disease. Medicographia. Augmented inositol phosphate production

19. 157-161.

in mesenteric arteries from diabetic rats.

Eur. J. Pharmacol. 225. 29-36. Pagano, P. J., S. J. Chanock, D. A. Siwik, W. S.

[2] Chang, K. C., S. Y. Chung, W. S. Chong, J. S. Colucci, J. K. Clark. 1998. Angiotensin II induces p67 phox mRNA expression and

Suh, S. H. Kim, H. K. Noh, B. W. Seong, H. J. NADPH oxidase superoxide generation in Ko, K. W. Chun. 1993. Abstrak: Possible rabbit aortic adventitial fibroblasts. Hyper- superoxide radical-induced alteation of

tension. 32. 331-7.

[13] Baynes, J. W., S. R. Thorpe. 1999. Perspecti- streptozotocin-treated rats. J. Pharmacol.

vascular reactivity

ves in diabetes: role of oxidative stress in Exp. Ther. 7. 992-1000.

diabetic complications, a new perspective [3] Murray, P., B. Pitt, R. C. Webb. 1994.

on an old paradigm. Diabetes. 48. 1-9. Abstrak: Ramipril prevents hypersensitivity

[14] Laight, D. W., M. J. Carrier, E. E. Anggard. to phenylephrine in aorta from strepto-

2000. Antioxidant, diabetes and endothelial zotocin-induced diabetic rats. Diabetologia.

dysfunction. Elsevier Cardiovas. Res. 47.

37. 664-70.

457-464.

[4] Harris, K. H., K. M. MacLeod. 1988. Abstrak: [15] Touyz, R. M., E. L. Schiffrin. 2000. Signal Influence of the endothelium on contractile

tranSEuction mechanisms mediating the responses of arteries from diabetic rats.

physiological and pathophysiological actions 153. 55-64.

of angiotensin II in vascular smooth muscle [5] Dresner, L. S., S. P. Wang, M. W. West, I. N.

cells. Pharmacol. Rev. 52. 639-672. Ponomarenko, C. M. Mueller, R. B. Wait.

[16] Hink, U., H. Li, H. Mollnau, M. Oelze, E. 1997. Abstrak: Nitric oxide inhibition

Matheis, M. Hartmann, M. Skatchkov, F. stimulates the enhancement of alpha 1

Thaiss, R. A. K. Sthal, A. Warnholtz, T. agonist-induced vasoconstriction in diabe-

Meinertz, K. Griendling, D. G. Harrison, U. tes. J. Surg. Res. 70. 119-23.

Forstermann, T. Munzel. 2001. Mechanisms [6] Fleischhacker, E., V. E. Esenabhalu, M.

underlying endothelial dysfunction in Spitaler, S. Holzmann, F. Skrabal, B. Koidl, G.

diabetes mellitus. Circ. Res. 88. 14-22. M. Kostner, W. F. Graier. 1999. Human

[17] Cai, H., D. G. Harrison. 2000. Endotherial diabetes is associated with hyperreactivitu

dysfunction in cardiovascular diseases: the of vascular smooth muscle cells due to

role of oxidant stress. Circ. Res. 87. 840-844.

[18] Mather, T .J. 2000. L-arginine. In: Continuing Diabetes. 48. 1323-30.

altered 2+ subcellular Ca distribution.

Education Module. New Hope Institute of [7] Tesfamarian, B., R. A. Cohen. 1992. Abstrak:

Retailing.

Free radicals mediate endothelial cell [19] Ogonowski, A. A., W. H. Kaesemeyer, L. Jin, dysfunction caused by elevated glucose.

V. Ganapathy, F. H. Leibach, R. W. Caldwell. Am. J. Physiol. 263. 321-6.

2000. Effects of NO donors and synthase agonist on endothelial cell uptake of L-arg

Suplemen L-Arginin Subakut Peroral pada Aorta Tikus Diabetes

(Ismail, dkk.)

and superoxide production. Am. J. Physiol. associated erectile dysfunction.Biochem Cell Physiol. 278. C136-143.

Biophys Res Commun. 283(4). [20] Govers, R., and T.J. Rabelink. 2001. Cellular

[31] Graier, W. F., T. C. Wascher, L. Lackner, H. regulation of endothelial nitric oxide

Toplak, G. J. Krejs, W. R. Kukovetz. 1993. synthase. Am. J. Physiol. Renal Physiol. 280.

Exposure to elevated D-glucose concentra- F193-206.

tions modulates vascular endothelial cell [21] Mans, A. M., R. DeJoseph, D. W. Davis, R. A.

vasodilatatory response. Diabetes. 42. 1497- Hawkins. 1987. Abstrak: Regional amino

acid transport into brain during diabetes: [32] Kikuta, K-I., T. Sawamura, S. Miwa, M. effect of plasma amino acids. Am. J. Physiol.

Hashimoto, M. Masaki. 1998. High-affinity 253. 575-583.

transport of bovine aortic [22] Pierce, G. N., R. E. Beamish, N. S. Dhalla.

arginine

endothelial cells is impared by lysophospha 1988. Heart dysfunction in diabetes. In:

tidylcholine. Circ. Res. 83. 1088-1096. Reaserch Models of Diabetes Mellitus. CRC

[33] Posch, K., S. Simecek, T. C. Wascher, G. Press Inc, Florida. 2. 23-50.

Jürgens, S. Baumgartner-Parzer, G. M. [23] Pieper, G. M., L. A. Dondlinger. 1997.

Kostner, W. F. Graier. 1999. Glycated low- Plasma and vascular tissue arginine are

density lipoprotein attenuates shear stress- decreased in diabetes: acut arginine

induced nitric oxide synthesis by inhibition supplementation restores endothelium-

of shear stress-activated L-arginine uptake dependent relaxation by augmenting cGMP

in endothelial cells. Diabetes. 48. 1331- production. J. Pharmacol. Exp. Ther. 283.

684-691. [34] Posch, K., W F. Graier. 1999. Selective [24] Hagenfeldt, L., G. Dahlquest, B. Persson.

stimulation of L-arginine uptake contributes 1989. Abstrak: Plasma amino acids in

to shear stress-induced formation of nitric relation to metabolic control in insulin-

oxide. Life Sci. 64. 663-670. dependent diabetic children. Acta Pediatr.

[35] Loscalzo, J. 2000. What we know and don’t Scand. 794. 278-282.

know about L-arginine and NO. Circulation. [25] Grill, V., O. Björkman, M. Gutniak, M.

101. 2126-2129.

Lindqvist. 1992. Abstrak: Brain uptake and [36] Wever, R .M. F., T. VanDam, H. J. VanRijn, F. release of amino acids in non diabetic and

DeGroot, T. J. Rabelink. 1997. Abstrak: insulin-dependent

Tetrahydrobipterine regulates superoxide important role of glutamine release for

diabetic

subjects:

and nitric oxide generation by recombinant nitrogent balance. Metabolism. 41. 28-32.

endothelial nitric oxide synthase. Biochem. [26] Nurdiana. 1993. Efek asetilkolin pada kolon

Biophys. Res. Commun. 273. 340-344. tikus dengan diabetes mellitus. Tesis. Pasca

[37] Vasquez-Vivar, J., B. Kalyanaraman, P. Sarjana Universitas Airlangga. Surabaya.

Martasek, N. Hogg, B. S. S. Masters, H. [27] Abebe, W., Harris, K. H., Macleod, K. M.,

Karoui, P. Tordo, K.A. Pritchard. 1998. 1990. Enhanced contractile responses of

Superoxide generation by endothelial nitric arteries

oxide synthase: the influence cofactor. Proc. adrenoceptor stimu-lation in the absence

from diabetic

rats to

a1-

Natl. Acad. Sci. USA. 95. 9220-9225. and presence of extracellular calcium. J.

[38] Lefkowitz, R. J., S. Cotecchia, P. Samama, T. Cardiovasc. Pharmacol. 16(2). 239 –248.

Constitutive activity of [28] Salimudin, K. C. Upadhyaya, N. Z. Baquer,

Costa. 1993.

receptors coupled to guanine nucleotide 1999. Abstrak: Effect of vanadate on

regulatory proteins. Trends Pharmacol. Sci. expression of liver arginase in experimental

14. 303-307.

diabetic rats. IUBMB Life. 48(2). [39] Han, C., J. Li., K. P. Minneman. 1990. [29] Salimudin, K. C. Upadhyaya, J. Raju, N. Z.

Subtypes of  1 -adrenoreceptor in rat blood Baquer. 1999. Abstrak: Modulation of

vessel. Eur. J. Pharmacol. 190. 97-104. mRNA levels of liver arginase by insulin and

[40] Aboud, R., M. Shafi, J. R. Docherty. 1993. vanadate in experimental diabetes. Indian

Investigation of the subtypes of  1 - Biochem Biophys. 36(2).

adrenoreceptor mediating contraction of [30] Bivalacqua, T. J., W. J. Hellstrm, P. J.

rat aorta, vas deferens and spleen. Br. J. Kadowitz, H. C. Champion. 2001. Abstrak:

Pharmacol. 109. 80-87. Increased expression of arginase II in human

diabetic corpus cavernosum: in diabetic-

64

Suplemen L-Arginin Subakut Peroral pada Aorta Tikus Diabetes

(Ismail, dkk.)

[41] Ross, E. M. 1996. Pharmacodynamics: [51] Drödge, W. 2001. Free radicals in the mechanisms of drug action and the

physiological control of cell function. Physiol relationship between drug concentration

Rev. 82. 47-95.

and effect. In: Hardman, J. G., L. E. Limbird, [52] Head, R. J., P. A. Longhurst, R. L. Panek, R. E. P. B. Molinoff, R. W. Ruddon, A. G. Gilman

Stizel. 1987. Abstrak: A contrasting effect of (eds).

Goodman and Gilman’s: the pharma- the diabetic state upon the contractile cological basis of therapeutic, editors-in-

responses of aortic preparations from the chief by Ninth edition. International edition.

rat and rabbit. Br. J. Pharmacol. 91. 275- 286.

[42] Wolin, M.S. 2000. Interactions of oxidants

McGraw-Hill. 2. 29-41.

Ghosh, M. N. 1971. Fundamental of with vascular signaling systems. Arterioscler.

[53]

experimental pharmacology. Scientific Book Thromb. Vasc. Biol. 20. 140-142. Agency, Calcuta. 4. 16-24.

[54] Harrison, D. G. 1997. Endothelial function [43] Bowman, W. C., M. J. Rand. 1984. Textbook

and oxidant stress. Clin. Cardiol. 20. 11-17. of pharmacology. Second edition. Blackwell

Scientific Publication.

[44] Zochodne, D. W., V. M. K. Verge, C. Cheng, Höke, C. Joley, K. Thomsen, I. Rubin, M. Lauritzen. 2000. Nitric oxide synthase activity and expression in experimental diabetic neuropathy. J. Neuropatho. Exp. Neuro. 59. 798-807.

[45] Ralevic, V., A. Belai, G. Burnstock. 1995. Abstrak: Effects of streptozotocin-diabetes on sympathetic nerve, endothelial and smooth

muscle function

in the rat

mesenteric arterial bed. Eur. J. Pharmacol.

14. 286. 193-199. [46] Zhu, B. H., Y. Y. Guan, J. Min, H. He. 2001. Abstrak: Contractile responses of diabetic rat aorta to phenylephrine at different stages of diabetic duration. Acta Pharmacol. Sin. 22. 445-449.

[47] Chow, W. L., L. Zhang, K. M. MacLeod. 2001. Noradrenalin-induced changes in intracellu- lar Ca 2+ and tension in mesenteric arteries from diabetic rats. Br. J. Pharmacol. 134. 179-187.

[48] Meier, M., G. L. King. 2000. Protein kinase C. In: LeRoith, D., S. I. Taylor, J. M. Olefsky (eds). Diabetes mellitus: a fundamental and clinical text. Second edition. Lippincott Williams and Wilkins. 102. 1016-1027.

[49] Kawasaki, H. 1997. Abstrak: Pharmacolo- gical studies on alterations in contractile reactivity

in aortas

isolated

from

experimental diabetic rats. Hokkaido Igaku Zasshi. 72. 649-565.

[50] Konishi, H., M. Tanaka, Y. Takemura, H. Matzusaki, Y. Ono, U. Kikkawa, Y. Nishizuka. 1997. Activation of protein kinase C by tyrosine phosphorylation in response to

H 2 O 2 . Proc. Natl. Acad. Sci. USA. 94. 11233- 11237.