3 Pertemuan III Pajak Penghasilan 20171020012506
Pajak
Penghasilan Tujuan Instruksional
Setelah mengikuti perkuliahan ini, mahasiswa dapat :
- Menjelaskan subjek pajak penghasilan
- Menjelaskan objek pajak penghasilan
- Menjelaskan tarif pajak penghasilan
- Menjelaskan cara perhitungan pajak penghasilan
Subjek Pajak
1. Orang pribadi
2. Warisan yang belum terbagi sebagai
satu kesatuan menggatikan yang berhak3. Badan
4. Bentuk Usaha Tetap (BUT)
Subjek Pajak
Subjek Pajak dalam negeri :
- Subjek pajak orang pribadi
- Subjek pajak badan
- Subjek pajak warisan
Subjek Pajak luar negeri
Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia,
orang pribadi yang berada di Indonesi tidak lebih dari
183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang menjalankan usaha atau kegiatan melalui BUT di Indonesia Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia,- orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia tidak dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan usaha melalui BUT di Indonesia
negeri
Wajib Pajak dalam negeri Wajib Pajak luar negeri
- Dikenakan pajak atas
penghasilan baik yang diterima atau diperoleh dari Indonesia dan dari luar Indonesia
penghasilan yang berasal dari sumber penghasilan di Indonesia
- Dikenakan pajak berdasarkan penghasilan netto
- Tarif pajak yang digunakan adalah tarif umum (tarif UU PPh >Dikenakan pajak berdasarkan penghasilan bruto
- Tarif pajak yang digunakan adalah tarif sepadan (tarif UU PPh pasal 26)
- Tidak wajib menyampaikan SPT<
- Wajib menyampaikan SPT
- Dikenakan pajak hanya atas
Kewajiban Pajak Subjektif
MulaiBerakhir Subjek pajak DN OP:
- Saat dilahirkan
- Saat berada di Indonesia atau bertempat tinggal di Indonesia
- Saat meninggal
- Saat meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya
Subjek pajak DN Badan:
Subjek pajak DN OP:
Subjek pajak DN Badan:
- Saat didirikan atau berkedudukan di Indonesia
- Saat dibubarkan atau tidak lagi berkedudukan di Indonesia
Subjek Pajak LN melalui BUT
- - Saat menjalankan usaha atau
- - Saat tidak lagi menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan melalui BUT di Indonesia Subjek Pajak LN melalui BUT
melakukan kegiatan melalui BUT di Indonesia Subjek Pajak LN tidak melalui BUT
Subjek Pajak LN tidak melalui BUT
- Saat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia
- Saat tidak lagi menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia
Warisan Belum Terbagi:
Warisan Belum Terbagi:
- Saat timbulnya warisan yang belum terbagi
- Saat warisan telah selesai dibagikan
Pajak
1. Kantor perwakilan negara asing
2. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain
dari negara asing, dan orang-
orang yang diperbantukankepada mereka yang bekerja
pada mereka dan bertempat tinggal bersama-sama mereka3. Organisasi internasional
4. Pejabat perwakilan organisasi
Objek Pajak
Objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun.
Objek Pajak
1. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau
jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, grafikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang pph.
2. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan
penghargaan
3. Laba usaha
4. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta
5. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan
sebagai biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak
6. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena
jaminan pengembalian utang
7. Deviden, dengan nama dan bentuk apapun termasuk dividen
dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis dan pembagian sisa hasil usaha koperasi
Objek Pajak (lanjutan)
8. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak
9. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan
harta
10. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala
11. Keuntungan karena pembebasan hutang, kecuali sampai
dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah
12. Keuntungan selisih kurs mata uang asing
13. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva
14. Premi asuransi
15. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari
anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas
16. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang
belum dikenakan pajak
Objek Pajak (lanjutan)
18. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang
yang mengatur mengenai Ketentuan Umum dan Tata Cata Perpajakan
19. Surplus Bank Indonesia
Pajak 1.
a. Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat b. harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi atau orang pribadi yang menjalankan usaha
2. Warisan
pengganti saham atau sebagai penyertaan modal
Pajak (Lanjutan)
4. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau
jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak, Wajib Pajak yang dikenakan pajak secara final atau wajib pajak yang menggunakan norma perhitungan khusus
5. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi
sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna dan asuransi beasiswa
6. Deviden atau bagian laba yang diterima atau diperoleh
perseroan terbatas sebagai wajib pajak dalam negeri, koperasi, BUMN/BUMD, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan berkedudukan di Indonesia
7. Iuran yang diterima atau diperoleh dari dana pensiun yang
pendiriannya telah disahkan oleh Menkeu, baik yang dibayar
Pajak (Lanjutan)
8. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun
sebagaimana yang dimaksud pada angka 7, dlam bidang- bidang tertentu yang ditetapkan dengan keputusan Menkeu
9. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari
perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, koperasi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif
10. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal
ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia. (syarat tertentu)
11. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang
ketentuannya diatur lebih lanjut dengan keputusan peraturan Menkeu
Pajak (Lanjutan)
12. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga
nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangannya, dalam jangka waktu paling lama 4 tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menkeu
13. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oelh badan
penyelenggara jaminan sosial kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan peraturan Menkeu
Dasar Pengenaan Pajak
- Wajib Pajak DN dan BUT = PKP PKP (WP Badan) = Penghasilan Netto PKP (WP OP) = Penghasilan Netto – PTKP
- Wajib Pajak LN = Penghasilan Bruto
Cara Menghitung PKP Menggunakan Pembukuan
- PKP (WP OP) = Peng. Netto – PTKP Peng. Netto = Peng. Bruto – Biaya yg diperkenankan UU PPh PKP (WP Badan) = Penghasilan Netto Peng. Netto = Peng. Bruto – Biaya yg diperkenankan UU PPh
Cara Menghitung PKP
Menggunakan Norma Perhitungan- Penghasilan Netto
Penghasilan Netto = % tertentu x Jumlah peredaran usaha setahun Wajib pajak yang boleh menggunakan Norma Perhitungan Penghasilan Netto adalah WP orang pribadi yang memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Peredaran bruto kurang dari Rp. 4.800.000.000,- per tahun
2. Mengajukan permohonan dalam jangka waktu 3 bulan pertama dari tahun buku
PTKP
WP orang pribadi Rp. 54.000.000
- Tambahan untuk WP Kawin Rp.
- 4.500.000
Tambahan untuk Istri yg Penghasilannya
digabung dengan penghasilan suami Rp.
54.000.000,- Tambahan untuk setiap anggota keluarga- sedarah dan semenda dalam garis keturunan lurus satu derajat Rp. 4.500.000
Tarif Pajak
WP orang pribadi dalam negeri
- Lapisan PKP Tarif Pajak
s/d Rp. 50,000.000,- 5%
Diatas Rp. 50 jt s/d 250 jt 15%
Diatas 250 jt s/d 500 jt 25%
Diatas 500 jt30%
Contoh
Wajib pajak Ahmad kawin (istri tdk kerja) dan memiliki
anak 3 orang. Ia seorang dokter bertempat tinggal di Jakarta yang juga memiliki industri rotan di Cirebon.Misal besarnya prosentase norma industri untuk rotan di Cirebon 12,5 % dan dokter di Jakarta 45%
Peredaran usaha dari industri rotan di Cirebon setahun Rp. 400.000.000,-
Penerimaan bruto seorang dokter di Jakarta setahun Rp. 100.000.000,-
Penghasilan Netto dihitung Sebagai berikut : Dari industri 12,5% x Rp. 400,000,000,- Rp. 50.000.000,00 Dokter 45% x Rp. Rp. 100,000,000,- Rp. 45.000.000,00 Jumlah Penhasilan Netto Rp. 95.000.000,00 Penghasilan Tidak Kena Pajak Rp 72.000.000,00 PKP
Rp 23.000.000,00
Latihan
Data Keuangan Perusahaan Tuan Aushaf- (K/2) pada tahun 2016 adalah sebagai berikut :
Peredaran Bruto Rp. 6.000.000.000,-
- Biaya yg diperkenankan UU PPh Rp.
- 5.000.000.000,- Kompensasi Kerugian tahun 2015 sebesar
- Rp. 400.000.000,-
Hitunglah besarnya PPh terutang tahun 2016 !
JAWABAN
Peredaran Bruto Rp. 6.000.000.000,-
- Biaya Rp. 5.000.000.000,-
Penghasilan Netto Rp. 1.000.000.000,-
- Kompensasi Kerugian Rp. 400.000.000,-
Penghasilan Netto Rp. 600.000.000,-
- PTKP (K/2) Rp. 67.500.000,-
- PKP Rp. 532.500.000,-
Tarif Pajak
WP Badan dalam negeri dan BUT- Tarif pajak Badan dan BUT sejak tahun 2010 adalah 25 % Wajib pajak badan dalam negeri dengan peredaran bruto sampai dengan Rp. 50.000.000.000,- mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar 50% yang dikenakan
atas PKP dari bagian peredaran bruto sampai
dengan Rp. 4. 800.000.000,-
WP Badan yang peredaran brutonya tidak - lebih dari 4.800.000.000, dikenakan PPh Final
Contoh Peredaran bruto PT. Mandiri dalam tahun pajjak 2015 sebesar Rp
30.000.000.000 dengan PKP sebesar Rp. 3.000.000.000 Perhitungan PPh Terutang PT. Mandiri adalah sebagai berikut :
- Jumlah PKP dari bagian peredaran bruto yang memperoleh fasilitas :
(Rp. 4,8 M : Rp. 30 M) x Rp. 3 M = Rp. 480.000.000,-
- Jumlah PKP dari bagian peredaran bruto yang tidak memperoleh fasilitas :
Rp. 3 M – Rp. 480.000.000 = Rp. 2,52 M Pajak Penghasilan Terutang :
- (50% x 25%) x Rp. 480.000.000 = Rp. 60.000.000,-
- 25% x Rp. 2.520.000.000,- = Rp. 630.000.000,-
Jumlah PPh terutang = Rp. 690.000.000