Global Leadership, Village Acts
“(Tema : 6 rekayasa sosial dan pengembangan perdesaan)”
MODEL KEPEMIMPINAN BERWAWASAN GLOBAL
DI KABUPATEN BANYUMAS DALAM MENGHADAPI
ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015
Oleh
1,*2
2 Ely Triasih Rahayu , Renny Miryanti , Tundjung Linggarwati
1 Pogram Studi Sastra Jepang –Universitas Jenderal Soedirman, Kampus Fakultas
Ilmu Budaya,Karangwangkal Jl dr. Suparno, Purwokerto, 53123, Indonesia
2 Program Studi Hubungan Internasional –Universitas Jenderal Soedirman, Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jl Prof. H.R. Bunyamin, Purwokerto, 53123, Indonesia
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan terhadap 27 Kepala Desa di dua Kecamatan di Kabupaten Banyumas yaitu Kecamatan Wangon dan Kecamatan Ajibarang yang merupakan daerah rencana pengembangan investasi Kabupaten Banyumas di Propinsi Jawa Tengah, Indonesia. Hasil dari penelitian ini menunjukkan: (1) Para kepala desa di 2 kecamatan tersebut mayoritas memiliki pengalaman organisasi yang bisa menjadi bekal memahami pola kepemimpinan. (2) Para responden juga telah memiliki pemahaman dasar mengenai isu-isu lokal dan aturan baru menyangkut tata pemerintahan desa. (3) Pemahaman terkait ASEAN Economic Community 2015 sangat minim dan hampir seluruhnya menyatakan tidak pernah terlibat dalam interaksi global.
Kata Kunci: ASEAN Economic Community 2015, Banyumas, Kepala Desa, Kepemimpinan Global,
Undang-undang Desa ABSTRACT
This study was conducted upon 27 Heads of the villages in two sub-districts of Banyumas, Central Java, Indonesia. The results of this study showed that: (1) heads of the villages mostly had organizational experience that might be used to understand the leadership patterns, (2) the respondents also had basic understanding on local issues and new regulations related to village governance, (3) understanding related to ASEAN Economic Community of 2015 was very poor and most of them stated that they had never involved in global interactions.
Keywords: ASEAN Economic Community of 2015, Banyumas, Heads of the Villages,
Global Leadership, Village ActsPENDAHULUAN
Perkembangan dunia internasional setelah Perang Dunia II diwarnai dengan fenomena maraknya perjanjian regional di berbagai di belahan dunia, menuju ke arah globalisasi. Globalisasi yang tidak lain merupakan integrasi ekonomi secara menyeluruh mengambil banyak bentuk di berbagai Negara. Data dari WTO (World Trade Organization/Organisasi Perdagangan Dunia) yang dimuat dalam Outlook Ekonomi Indonesia 2008-2014 Bank Indonesia menunjukkan ada 200 perjanjian ekonomi regional di seluruh dunia yang berjalan efektif, dan masih ada sejumlah lagi 21 yang masih berada dalam taraf negosiasi.
Begitupula halnya dengan negara-negara di Asia Tenggara, melalui wadah ASEAN, Negara-negara di Asia Tenggara telah sepakat mewujudkan ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat ASEAN Ekonomi di tahun 2015 dengan ditandatanganinya Deklarasi ASEAN di Singapura pada tanggal 20 November 2007. Disahkannya deklarasi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 tersebut menandai babak baru dalam sejarah kerjasama regional ASEAN. ASEAN Economic
Community berarti transformasi ASEAN dimana barang, jasa, tenaga kerja terampil dapat bergerak
22 bebas tanpa batas yang didukung dengan pergerakan modal yang lebih bebas.Ada empat arus liberalisasi yang akan terjadi di wilayah ASEAN dengan diberlakukannya AEC pada tahun 2015 yaitu meliputi free flow of goods (arus bebas barang), services (jasa),
investment (investasi), skill-labour (tenaga ahli) dan free flow of capital (arus bebas
modal).Konsekuesi dari percepatan perdagangan bebas di tingkat ASEAN tersebut tentu menuntut kesiapan dari seluruh elemen bangsa, dari tingkat nasional hingga level daerah dan dari level daerah hingga level desa.
Kabupaten Banyumas yang merupakan bagian integral dari Republik Indonesia tentu akan merasakan dampak dari sebuah kebijakan yang telah disepakat oleh Negara-negara ASEAN mengenai pemberlakuan ASEAN Economic Community 2015 tersebut, apalagi Banyumas sendiri terletak di Propinsi Jawa Tengah yang notabene merupakan salah satu propinsi utama di Indonesia. Kabupaten Banyumas perlu menyiapkan kepemimpinan yang berwawasan global bukan hanya di tingkat daerah melainkan hingga di tingkat desa. Kemudian dari desa akan disosialisikan hingga lapis bawah masyarakat. Desa sejak dulu merupakan wilayah utama kehidupan masyarakat Indonesia. Desa bagi masyarakat Indonesia merupakan denyut hidup masyarakat Indonesia. Jiwa gotong royong masyarakat Indonesia membuat desa beserta perangkatnya menjadi instrument komunikator terbaik bagi setiap kebijakan di tingkat nasional hingga daerah. Pemimpin desa yang baik akan mempengaruhi bagaimana desa tersebut dibawa. Dengan demikian diperlukan pemimpin desa yang tidak hanya memahami aturan-aturan terkait desa melainkan juga memahami isu-isu global terutama dalam hal ini ASEAN Economic Community sehingga kebijakan pembentukan AEC bukan hanya menjadi kebijakan menara gading namun juga menjadi kebijakan yang membumi sehingga kesiapan bangsa Indonesia menghadapi AEC bisa disiapkan dari level terkecil masyarakat, dalam hal ini desa dengan segala instrumennya (RT, RW).
21 Outlook Ekonomi Indonesia 2008-2014: Integrasi Ekonomi ASEAN dan Prospek Perekonomian Nasional .
Edisi IV, Januari 2008. Biro Riset Ekonomi - Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank
22 Indonesia.Ibid
Permasalahan yang muncul dari latar belakang di atas adalah bagaimana persepsi dan pemahaman para pemimpin di daerah dalam hal ini kepala desa terhadap perdagangan bebas yang terimplementasi dalam perjanjian regional ASEAN Economic Community. Permasalahan berikutnya adalah bagaimana pengaruh kepemimpinan terhadap kepahaman masyarakat di Kabupaten Banyumas (Kecamatan Ajibarang dan Kecamatan Wangon) mengenai ASEAN Economic
Community 2015 . Pertanyaan selanjutnya dari penelitian ini adalah bagaimana menciptakan model
kepemimpinan daerah yang berwawasan global di Kabupaten Banyumas dalam menghadapi ASEAN Economic Community yang akan berlaku efektif akhir tahun 2015 ini.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang mempelajari segala sesuatu di lingkungannya yang alami, mencoba untuk memahami atau menafsirkan fenomena menurut makna-makna yang diberikan kepada fenomena tersebut oleh orang-orang. Seperti yang dikemukakan oleh Bogdam dan Taylor, penelitian kualitatif juga adalah penelitian yang menghasilkan data deskiptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian kualitatif meliputi penggunaan dan pengumpulan berbagai bahan empiris yang diteliti penelitian kasus, pengalaman pribadi, introspektif, kisah kehidupan, wawancara, pengamatan, sejarah, interaksi, dan naskah-naskah visual yang mengambarkan momen-momen problematik dan kehidupan sehari-hari serta makna yang ada di dalam kehidupan individu.(Denzin dan Lincoln dalam Creswell, 1998:15).
Pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Persepsi. Dalam pendekatan persepsi, seorang idividu mendapatkan berbagai informasi yang kemudian membentuk sistem keyakinan citra tentang apa yang telah, sedang dan akan terjadi (fakta) dan citra tentang apa yang seharusnya terjadi (nilai) sehingga membentuk tindakan atau keputusan seorang individu atau sekelompok masyarakat terhadap sesuatu permasalahan/isu/fenomena.
Penelitian ini mengambil lokasi di 27 desa di kecamatan di Kabupaten Banyumas, Propinsi Jawa Tengah yaitu 12 desa di Kecamatan Wangon dan 15 desa di Kecamatan Ajibarang. Adapun alasan pemilihan lokasi penelitian tersebut karena berdasarkan rencana pengembangan wilayah investasi oleh Badan Penanaman Modal dan Pelayanan perijinan (BPMPP) Kabupaten Banyumas yang diperkuat dengan data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyumas tahun 2012 lokasi-lokasi tersebut.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil survey yang dilakukan terhadap 27 kepala desa di Kecamatan Ajibarang dan Wangon menunjukkan masih rendahnya pemahaman atas kepemimpinan global dan isu-isu global dalam hal ini terkait AEC. Adapun kepahaman atas kepemimpinan lokal dan isu-isu atau aturan lokal, misalnya mengenai UU desa sudah cukup baik dimiliki.
Berdasarkan hasil survey, 27 kepala desa yang disurvey semuanya berjenis kelamin laki- laki dengan tingkat pendidikan mayoritas (60% / 16 orang kepala desa) tamatan SMA dan hanya 4 orang (14,8%) yang merupakan tamatan S-1, sisanya dengan pendidikan yang lebih rendah. Hasil survey menunjukkan mereka telah memiliki pemahaman dasar mengenai kepemimpinan yang didapatkan dari pelatihan dan pendidikan selama menjadi kepala desa maupun didapatkan dari organisasi yang pernah dan aktif mereka ikuti, dimana terlihat mayoritas kepala desa (78%) menyatakan aktif berorganisasi dan 22% diantaranya tidak aktif berorganisasi, sehingga bisa diambil kesimpulan awal mereka memiliki pemahaman awal mengenai organisasi dan kepemimpinan.
Mereka juga memiliki pemahaman yang cukup mengenai UU desa yang merupakan isu dan aturan lokal yang mereka dapatkan dari pendidikan dan pelatihan (Diklat) yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah (Pemda) maupun melalui media-media lainnya (berita, buku pedoman dan lain- lain). Hasil survey menunjukkan dari 27 Kepala Desa yang disurvey, 17 orang (63%) diantaranya menyatakan sangat tahu mengenai UU Desa, 10 orang (37%) diantaranya menyatakan cukup tahu mengenai UU Desa. Seluruh responden (100%) juga menyatakan perlunya kompetensi yang baru menghadapi UU Desa karena para pemimpin di level desa dituntut untuk lebih responsif, transparan dalam melayani masyarakat, serta memiliki kreativitas dan inovasi lebih jauh dalam mengimplementasikan UU Desa sehingga kemajuan desa dan pencapaian visi misi bersama bisa diraih.
Adapun mengenai gaya kepemimpinan, mayoritas responden (85% / 23 Kepala Desa) memilih gaya kepemimpinan transformasional yang mengutamakan kedekatan dengan masyarakat dan menjadi teladan bagi masyarakat serta memotivasi mereka agar bersama-sama memajukan desa melalui inovasi dan karya yang bermanfaat bagi desa. Sisanya memilih gaya kepemimpinan yang lain.
Namun terlihat sebaliknya ketika berbicara mengenai pemahaman atas isu dan kepemimpinan global, hasil survey menunjukkan adanya pemahaman yang belum komprehensif dari para kepala desa di Kecamatan Ajibarang dan Kecamatan Wangon terkait kepemimpinan global serta unsur penunjangnya. Terlihat dari pengetahuan akan AEC dan apa yang harus dilakukan untuk menghadapi AEC, hampir 50% (44%) responden menyatakan tidak tahu sama sekali mengenai AEC dan 56% menyatakan cukup tahu saja, yang menyatakan tahu pun baru sebatas informasi awal saja, tidak ada sosialisasi resmi dari pemerintah daerah mengenai AEC. Hasil survey juga memperlihatkan minimnya keterlibatan para kepala desa dalam interaksi global, hanya 30 % responden menyatakan pernah terlibat interaksi global, hal itupun bukan interaksi langsung melainkan dengan perantara. Sedangkan sebagian besar responden (70%) menyatakan tidak pernah terlibat sama sekali dalam interaksi global. Begitupula ketika ditanyakan mengenai faktor penunjang interaksi global seperti kemampuan bahasa asing, 81% responden menyatakan tidak memiliki kemampuan bahasa asing sama sekali. Dan hal yang sama juga dengan aparat desa mereka, hanya 22% desa yang memiliki kemampuan bahasa asing, hal itupun sebatas kemampuan komunikasi dasar, mayoritas 27 desa (78%) menyatakan tidak memiliki aparat yang memiliki kemampuan bahasa asing.
Meskipun pemahaman para responden masih minim, namun seluruh kepala desa yang disurvey (100%) sadar perlu adanya wawasan akan kepemimpinan global dan pemimpin yang berwawasan global untuk membawa kemajuan bagi masyarakat ditengah perkembangan internasional yang pesat saat ini. Perlunya strategi yang baik dan baru menghadapi AEC juga dinyatakan oleh mayoritas responden (89% reponden).
Pemahaman Kepemimpinan Berwawasan Global
Adapun mengenai pemahaman kepemimpinan global, walaupun sangat minim pengetahuan global yang para kepala desa miliki, namun mereka menyadari perlunya adanya kepemimpinan yang berwawasan global di tingkat desa untuk menghadapi AEC terutama agar tidak ketinggalan informasi dan perkembangan zaman. Pemimpin yang berwawasan global akan barmanfaat untuk mengetahui bagaimana potensi-potensi yang ada di desanya bisa menjadi hal yang membawa kemajuan bagi desa dengan adanya AEC.
Menurut mereka, jika seorang pemimpin tidak berwawasan global, masyarakat akan kesulitan untuk menghadapi AEC dan hanya akan menjadi pihak tertinggal menghadapi perkembangan global saat ini.
Kepala desa masih menunggu perintah dari pemerintah dalam membuat dan melaksanakan strategi baru, mereka akan melaksanakan instruksi atau aturan dari pemerintah di level lebih tinggi (Kecamatan dan Pemerintah Daerah) .Selama ini, strategi yang mereka lakukan hanya sebatas program kerja yang sudah ada dalam peraturan Pemda dan belum ada strategi dalam menghadapi AEC.Masalah AEC baru sekadar informasi saja.
KESIMPULAN
Hambatan utama dalam mengahadapi AEC antara lain terkait kesiapan dari sumber daya manusia (SDM) maupun produk yang bisa dihasilkan/menjadi unggulan untuk bersaing dengan pihak luar. Selain itu, pengetahuan tentang AEC itu sendiri masih kurang karena terbatasnya informasi yang kepala desa dapatkan.Selama ini mereka masih disibukkan dengan permasalahan di sekitar desa saja.Para kepala desa merasa mengurusi masalah desa saja sudah cukup kompleks,
sehingga bagaimana desa menghadapi AEC belum bisa menjadi konsen pemikiran mereka.Bahkan sebagian kepala desaa mengaku belum tahu tentang AEC itu sendiri.
Dalam melaksanakan UU desa, kepala desa mengaku kesulitan dalam pencairan dana karena sistem yang lebih rumit. Selain itu, perangkat desaa masih terbiasa dengan Undang-undang desa yang dulu sehingga masih dalam taraf peralihan menuju sistem yang baru.Belum lagi masih ada pasal dalam UU desa yang masih kurang disetujui oleh kepala desa yaitu mengenai bengkok dan aturan-aturan UU desa yang masih berubah-ubah sehingga dalam membuat kebijakan pun kepala desa mau tidak mau harus berubah-ubah.
DAFTARA PUSTAKA
ASEAN Secretariat, 2008.ASEAN Economic Community Blueprint ________________, 2009.Implememnting Road Map of ASEAN ________________, 2010.ASEAN Economic Community Scorecard
.“Charting Progress Towards Regional Economic Integration”. Publikasi ASEAN Secretariat. Jakarta
________________, 2012.Investing in ASEAN 2012.Allurant United Badan Pusat Statistik (BPS), 2013. Kabupaten Banyumas dalam Angka. Biro Pusat Statisik
Kabupaten Banyumas _______________________2012. Kabupaten Banyumas dalam Angka. Biro Pusat Statisik
Kabupaten Banyumas ______________________, 2011. Kabupaten Banyumas dalam Angka. Biro Pusat Statisik
Kabupaten Banyumas Bank Indonesia, 2008, Outlook Ekonomi Indonesia 2008-2012.
“Integrasi Ekonomi ASEAN dan Prospek Perekonomian Nasional”. Edisi Januari 2008. Biro Riset Ekonomi - Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia. Jakarta
BPMP Kabupaten Banyumas, 2011, Banyumas: Trading & Investment. Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan (BPMPP) Kabupaten Banyumas
_______________________, 2011, Menelusuri Peluang Potensi dan Investasi Kabupaten
Banyumas. Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan (BPMPP) Kabupaten
Banyumas Cuyvers, Ludo dan Wisarn Pupphavesa, 1996.From ASEAN to AFTA.CAS Discussion Paper No.6.
September 1996 Centre for ASEAN Studies - Centre for International Management and Development Antwerp terhadap Kinerja Pegawai pada Dinas Tenaga Kerja Propinsi Lampung”.Jurnal Ilmiah
Administrasi Publik Dan Pembangunan , Vol.1, No.1, Januari
- – Juni 2010 Handayani, Agustuti, 2010. “Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Motivasi Kerja
Institute for Global Justice, ASEAN Watch, Volume I, No.3, March 2009. “FTA Trapping to
Practice Market Liberalization”. Institute for Global Justice
Jurnal Media Keuangan
, 2012. “Kemajuan Ekonomi, Peluang Investasi”. Volume VII No.53 Januari 2012
Mas’oed, Mohtar, 1989. Studi Hubungan Internasional: Tingkat Analisisi dan Teorisasi, PAU Studi Sosial UGM. Yogyakarta. McKinsey, A. & Company, 23 Januari 2007.An ASEAN Economic Community by
2015 .Dipublikasikan oleh ASEAN Secretariat. Jakarta Miles, M.B., and Huberman A.M., 1984.Qualitative Data Analysis.Saga Publication.
California Miryanti, Renny dkk, 2013. Model Masyarakat Ramah Investasi untuk Mendukung Kesiapan
Kabupaten Banyumas Menghadapi Free Flow Of Investment ASEAN Economic Community 2015. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto Moleong, Lexy, 2007.Metode Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya. Bandung Pangestu, Mari Elka dkk (penyunting), 2003.75 Tahun Suhadi Mangkusuwondo : Indonesia dan Centre for Strategic and International Studies(CSIS).
Tantangan Ekonomi Global.
Jakarta Puspitasari, Intan dkk. 2014. “Analisis Gaya Kepemimpinan Lintas Budaya Ekspatriat (Studi
Penelitian Pada PT. Haier Sales Indonesia, Jakarta Utara)”. Jurnal Administrasi
Bisnis (JAB) Vol. 8 No. 1 Februari 2014. Universitas Brawijaya Santoso, Purwo dkk (Editor), 2004. Menembus Ortodoksi Kajian Kebijakan Publik.
FISIPOL UGM. Yogyakarta Saraswati, Veronika, 2009. “ASEAN: Bentuk Regionalisme atau Perpanjangan Empire?”.Global
Justice Update , Tahun ke-6, Edisi 1, Maret 2009. Institute for Global Justice
Soegihartono, A., 2012. “Pengaruh Kepemimpinan dan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja dengan Mediasi Komitmen (di PT Alam Kayu Sakti Semarang)”.Jurnal Mitra Ekonomi dan
Manajemen Bisnis , Vol.3, No. 1, April 2012
Soesastro, Hadi, 2004. Kebijakan Persaingan, Daya Saing, Liberalisasi, Globalisasi,
Regionalisasi, dan Semua Itu , CSIS Working Paper Series Maret 2004 Wirawan. 2013. Kepemimpinan : Teori, Psikologi, Perilaku Organisasi, Aplikasi dan Penelitian.
PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta