PENGEMBANGAN SENTRA AGROINDUSTRI KERAJINAN MENDONG KABUPATEN MALANG DENGAN PENDEKATAN PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL
PENGEMBANGAN SENTRA AGROINDUSTRI KERAJINAN MENDONG
KABUPATEN MALANG DENGAN PENDEKATAN PENGEMBANGAN EKONOMI
LOKAL
Fellan Fatih Abdillah, Surjono, Gunawan PrayitnoJl. Mayjen Haryono 167 Malang 65145, Indonesia
Telp. 62-341-567886; Fax. 62-341-551430; Telex. 31873 Unibraw IA
ABSTRAK
Pengembangan agroindustri sebagai prioritas industri masa depan Indonesia memerlukan pendekatanlokalitas dan menitikberatkan pada endogeneous development dengan melibatkan sumber daya lokal yang ada.
Salah satu model pengembangan agroindustri adalah dengan mengembangkan sentra-klaster agroindustri.
Pengembangan Sentra Agroindustri Kerajinan Mendong di Kabupaten Malang mengalami beberapa kendala
antara lain kondisi infrastruktur yang belum memadahi, rendahnya kapasitas diklat, dominasi tengkulak, belum
berfungsinya kelembagaan, dan rendahnya spesialisasi dan daya saing sentra. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi karakteristik, mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan dengan
analisis multivariat faktor, menyusun konsep dan strategi dengan analisis SWOT dan IFAS-EFAS, serta
menyusun arahan pengembangan (fisik spasial) dari sentra agroindustri Kerajinan Mendong Kabupaten
Malang. Sentra agroindustri Kerajinan Mendong Kabupaten Malang telah memiliki karakteristik
pengembangan ekonomi lokal kecuali struktur organisasi, litbang, badan hukum, dan kerjasama dengan
lembaga permodalan. Karakteristik klaster yang dimiliki adalah kedekatan spasial, interaksi, kombinasi
kompetensi, dan identitas. Berdasarkan hasil analisis faktor didapatkan enam komponen faktor yang
mempengaruhi perkembangan, Hasil dari strategi SWOT dan IFAS-EFAS menempatkan sentra dalam kuadran
IVB yang berarti strategi diversivikasi konglomeratis dengan konsep pengembangan berupa peningkatan daya
saing dengan merencanakan spesialisasi dan pemasaran. Arahan fisik spasial yang dihasilkan antara lain
adalah penentuan tiga area pengembangan (Blayu, Sukoanyar, dan Jembesari) dan satu area pemasaran (Desa
Wajak), serta pengembangan jaringan jalan dan angkutan dalam sentra.Kata kunci : pengembangan ekonomi lokal, sentra-klaster, agroindustri, kerajinan mendong
ABSTRAK
Agro-industry development as the priority of Indonesian future industry needs a local approach and
emphasis on endogenous development using the potential of local resources. One of many agro-industry
development models is developing a center of agro-industry. The development of the center of Mendong
Handicraft agro-industry in Malang Regency is facing some constraints like lack of : 1) infrastructure, 2)
education and training capacity, 3) function of institution, 4) specialization and competitiveness, and wholesaler
domination. The aims of this research are to identify characteristics, to identify influential factors using
multivariat factor analysis, to arrange development strategy and concept using SWOT and IFAS-EFAS, and to
arrange physical-spatial plans of developing the center of Mendong Handicraft agro-industry. The center of
Mendong Handicraft agro-industry of Malang Regency has had Local Economic Development characteristics
except organizational structure, research and development, and capitalizing institution. The center of agro-
industry has had spatial concentration, interaction, combination of competencies, and identity. Based on the
results of factor analysis, there are six groups of influential components. The result of SWOT and IFAS-EFAS
strategy places the center of Mendong Handicraft at the IVB quadrant, which refers to the conglomerate
diversification strategy. The development concept is raising the competitiveness by planning specialization and
marketing. The physical-spatial plans for the center of Mendong Handicraft agro-industry determine three
development areas (Blayu, Sukoanyar, and Jambesari), one market area (Wajak), and transportation (linkage)
system development.Kata kunci : local economic development, center-cluster, agro-industry, mendong handicraft.
PENDAHULUAN
Pengembangan agroindustri sebagai prioritas pengembangan lokalitas adalah dengan industri masa depan Indonesia memerlukan mengembangkan sentra-klaster agroindustri. pendekatan lokalitas dan menitikberatkan pada Agroindustri Kabupaten Malang merupakan
endogeneous development dengan melibatkan sektor yang potensial dimana 50,46% penduduk
sumber daya lokal yang ada. Salah satu model menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian pengembangan agroindustri dengan pertimbangan yang merupakan penyedia input sektor
PENGEMBANGAN SENTRA AGROINDUSTRI KERAJINAN MENDONG KABUPATEN MALANG DENGAN
Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 2, Nomor 2, Desember 2010
agroindustri. Pengembangan agroindustri diarahkan pada pembinaan industri kecil menengah dan usaha mikro, kecil dan menengah yang cukup banyak menampung tenaga kerja di Kabupaten Malang (Bappekab Malang, 2009).
Salah satu sentra agroindustri yang potensial untuk dikembangkan di Kabupaten Malang adalah sentra agroindustri Kerajinan Mendong yang terletak di Kecamatan Wajak dan Poncokusumo, Kabupaten Malang. Jika ditinjau dari komponen 5M Pengembangan Ekonomi Lokal (Blakely, 1989:147), perkembangan sentra agroindustri Kerajinan Mendong Kabupaten Malang menghadapi berbagai hambatan, yaitu antara lain (hasil survey, 2008): (1) Infrastruktur belum dapat berfungsi secara optimal, bahan baku yang melimpah tidak dapat dimanfaatkan dengan optimal, (2) Dominasi tengkulak pada sistem pemasaran sehingga pengusaha sulit untuk melihat kompetisi pasar, dan penetrasi pasar lemah (3) Kelembagaan belum berfungsi dengan baik, masih belum memiliki struktur organisasi yang jelas, pengusaha masih takut untuk memiliki badan hukum, dan (4) Modal pribadi sangat berpengaruh, belum berfungsinya lembaga permodalan dengan baik disamping kurangnya subsidi/bantuan pemerintah. Sedangkan berdasarkan karakteristik klaster (Depkop dan UKM, 2003), sentra memiliki berbagai permasalahan antara lain belum terdapatnya institusi bersama yang dapat mendukung produksi sentra, belum terdapatnya spesialisasi, dan rendahnya daya saing produk, disamping terdapat potensi yang dimiliki yaitu terdapatnya konsentrasi spasial dan interaksi antar unit usaha dalam sentra.
Penelitian pengembangan sentra agroinustri Kerajinan Mendong Kabupaten Malang dengan pendekatan pengembangan ekonomi lokal ini bertujuan untuk; (1) mengetahui karakteristik sentra agroindustri, (2) mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sentra agroindustri, (3) menyusun strategi dan konsep pengembangan sentra agroindustri, dan (4) menyusun arahan pengembangan (fisik spasial) sentra agroindustri Kerajinan Mendong Kabupaten Malang.
Penelitian Pengembangan Sentra Agroindustri Kerajinan Mendong Kabupaten Malang dengan Pendekatan Pengembangan Ekonomi Lokal merupakan penelitian deskriptif dengan format deskriptif survei.
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang didapatkan saat survey primer yaitu hasil observasi lapangan, hasil wawancara, hasil kuisioner, dan potensi-masalah.
Data sekunder adalah data yang didapatkan saat survey sekunder yaitu dokumen tata ruang, laporan perkembangan sentra Kabupaten Malang, dan literatur penunjang. Metode analisis yang digunakan yang digunakan dalam penelitian adalah:
Mengetahui karakteristik sentra agroindustri dengan menggunakan analisis deskriptif untuk mengidentifikasi karakteristik sentra baik komponen PEL maupun karakteristik klaster, analisis linkage system, analisis potensi masalah, menganalisis perkembangan sentra-klaster dengan menggunakan penilaian skala likert, dan analisis potensi ekonomi wilayah menggunakan analisis location quotient (LQ) dan shift share.
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sentra agroindustru dengan menggunakan metode analisis multivariat faktor dengan bantuan
software SPSS
Menyusun strategi pengembangan dengan menggunakan metode analisis alternatif strategi SWOT dan strategi pengembangan dalam posisi kuadran IFAS-EFAS.
Menyusun arahan pengembangan (fisik spasial) sentra agroindustri Kerajinan Mendong Kabupaten Malang Populasi penelitian dalam penelitian ini adalah seluruh unit usaha sentra agroindustri kerajinan mendong Kabupaten Malang yang berjumlah 732 unit usaha yang tersebar di delapan desa (Disperindag dan Pasar Kabupaten Malang, 2009). Sampel ditentukan dengan metode Slovin (Bungin, 2006) sehingga diperoleh 88 sampel. Agar sampel lebih merata di tiap desa, digunakan teknik acak terlapis (stratified random sampling) (Prasetyo, 2007:130) sehingga persebaran sampel tiap desa adalah: Patokpicis (7 responden), Blayu (28 responden), Sukolilo (4 responden), Kidangbang (3 responden), Sukoanyar (2 responden), Wajak (5 responden), Ngembal (6 responden), dan Jambesari (33 responden)
METODE PENELITIAN
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Karakteristik Sentra Agroindstri Kerajinan Mendong Kabupaten Malang
Sentra Agroindustri Kerajinan Mendong Kabupaten Malang merupakan salah satu sentra agroindustri yang cukup potensial di Kabupaten Malang, berdasarkan data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten
Fellan Fatih Abdillah, Surjono, Gunawan Prayitno Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 2, Nomor 2, Desember 2010
2) Bangunan
produksi yang dihasilkan oleh sentra agroindustri Kerajinan Mendong tersebut mencapai Rp. 3,48 milyar, desa yang memiliki nilai produksi tertinggi yaitu Desa Blayu yang mencapai Rp. 1,91 milyar, untuk lebih jelasnya tentang kapasitas produksi dapat dilihat pada tabel 1 berikut.
Tabel 1. Kapasitas Produksi Sentra Agroindustri Kerajinan Mendong No Desa Nilai Produksi (Rp. 000)
1 Patokpicis 328.500
2 Blayu 1.911.000
3 Sukolilo 226.800
4 Kidangbang 158.400
5 Sukoanyar 135.000
6 Wajak 234.000
7 Ngembal 324.900
8 Jambesari 162.910 Jumlah 3.481.510
Sumber: Disperindag dan Pasar Kabupaten Malang, 2009
Infrastruktur penunjang Seluruh wilayah studi telah terlayani oleh jaringan listrik PLN, dan dari 88 responden yang diteliti, seluruhnya tidak memiliki keluhan terhadap pelayanan listrik. Tidak semua responden memiliki sambungan telepon, dari 88 responden yang diteliti, terdapat 19 responden yang telah menggunakan sambungan telepon. Prasarana jalan yang terdapat pada wilayah studi terdiri dari jalan aspal, jalan makadam, dan jalan tanah. Dari 88 responden yang diteliti, 10 responden memiliki tempat usaha yang dilewati jalan aspal, 53 responden memiliki tempat usaha yang dilewati jalan makadam, dan 25 responden memiliki tempat usaha yang dilewati jalan tanah 5)
Jarak terhadap pasar Dari 88 responden, sebagian besar responden menyaakan bahwa jarak terhadap pasar cukup jauh dikarenakan aksesibilitas/ kondisi jalan. Dari 88 responden, hampir 95% memiliki jarak terhadap pasar lebih dari 1 km, karena kondisi perkerasan jalan yang berupa makadam dan tanah, jarak tersebut harus diakses para pengrajin dengan berjalan kaki. 4)
Dari 88 pengrajin yang menjadi obyek penelitian, didapatkan 5 responden memiliki luas bangunan di atas 10 m 2 , 33 responden memiliki luas bangunan antara 6-10 m 2 , dan 50 responden memiliki luas antara 2-6 m 2 . 3)
a. Kegiatan Produksi
1) Lahan
Dari 88 pengrajin yang menjadi obyek penelitian, maka didapatkan atau 6 responden memiliki luas lahan yang digunakan dalam proses produksinya lebih dari 10 m 2 , 26 responden memiliki lahan seluas antara 6-10 m 2 , 53 responden memiliki luas lahan antara
2-6 m 2 , dan 3 responden tidak memiliki lahan.
33 Malang tahun 2008, diketahui bahwa nilai
b.
Pembuatan tikar mendong tenun melalui 8 tahap, yaitu antara lain: (1) Pemilihan mendong, (2) Pemotongan mendong, (3) Pemipihan mendong, (4) Pewarnaan mendong, (5) Penjemuran di bawah sinar matahari, (6) Penenunan mendong menjadi tikar, (7) Penjahitan bagian tepi tikar, (8) Pengepakan dan pemasaran tikar .
Mendong (fimbristylis globulosa) merupakan famili dari cperaceae yang digolongkan sebagai rumput semu (terna) yang berlempeng dan mampu menyesuaikan diri terhadap genagan air selama musim hujan. Mendong memiliki beberapa kelebihan antara lain tahan terhadap air dan tidak dapat dimakan oleh hama seperti rayap. Mendong yang telah dipipihkan dapat digunakan untuk bahan pembuatan kerajinan anyaman dan usaha kerajinan lainnya. Usaha produksi kerajinan mendong merupakan usaha turun- temurun yang dilakukan oleh penduduk pada wilayah studi, pada mulanya proses produksi tikar adalah dengan cara menganyam, tetapi saat ini pengrajin telah menggunakan proses penenunan untuk memproduksi tikar mendong.
Bahan baku Bahan baku yang digunakan dalam produksi seluruhnya berasal dari dalam wilayah sentra.
Sawah mendong terletak di Desa Wajak, Sukoanyar, dan Blayu. Bahan baku dari wilayah sentra melimpah sehingga diekspor hingga ke luar wilayah sentra seperti ke Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat.
( Hu)manpower
1) Ketrampilan
Seluruh tenaga kerja pada unit usaha kerajinan mendong pada umumnya adalah tenaga terampil. Tenaga kerja pada kerajinan mendong dapat melakukan semua proses produksi baik mulai dari proses pemipihan, proses pewarnaan, hingga proses penenunan dan penjahitan. 2)
Jumlah tenaga kerja Dari 88 responden/unit usaha yang diteliti didapatkan jumlah tenaga kerja yang dimiliki adalah 130 tenaga kerja. Dari 130 orang tersebut, 73 tenaga kerja berjenis kelamin wanita, dan 57 tenaga kerja berjenis kelamin pria. 3)
Tingkat pendidikan Tingkat pendidikan rata-rata pada responden pada Sentra Agroindustri Kerajinan Mendong sebagian besar merupakan tamatan SD. Dari 88 responden, yang tidak pernah bersekolah dan
Karakteristik Komponen PEL Material
PENGEMBANGAN SENTRA AGROINDUSTRI KERAJINAN MENDONG KABUPATEN MALANG DENGAN
Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 2, Nomor 2, Desember 2010
Modal pinjaman Berdasarkan hasil wawancara, para pengrajin pada umumnya enggan menggunakan pinjaman/kredit dikarenakan keuntungan yang diterima oleh para pengrajin tidak selalu pasti.
SDA dan kompetensi yang terdapat dalam
3) Terdapat kombinasi SDA dan kompetensi antar unit usaha dalam sentra. Kombinasi
2) Terdapat interaksi antar unit usaha dalam sentra. Interaksi yang paling sering dilakukan terlihat ketika terjadi saling pinjam bahan baku antar unit usaha ketika kekurangan bahan baku.
1) Terdapat konsentrasi/pengelompokan spasial dalam sentra, konsentrasi spasial ini berdekatan pada masing-masing desa karena pada umumnya unit-unit usaha merupakan tetangga.
Karakteristik Internal
Berdasarkan Departemen Koperasi dan UKM, tahun 2003, sentra agroindustri Kerajinan Mendong Kabupaten Malang memiliki karakteristik antara lain:
Mendong belum pernah mendapat subsidi atau bantuan dari pemerintah, baik bantuan yang berupa peralatan/barang, maupun yang berupa uang/kredit.
Subsidi/ bantuan pemerintah Berdasarkan hasil wawancara, didapatkan data bahwa pada Sentra Agroindustri Kerajinan
Lembaga permodalan yang ada pada wilayah studi terdiri dari Lembaga Keuangan Mikro Informal, Koperasi Unit Desa (KUD), Koperasi Simpan Pinjam (KSP), Bank Umum (BRI) dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Fasilitas kredit yang disediakan oleh lembaga permodalan yang ada pada wilayah studi adalah kredit simpan pinjam, dan kredit usaha kecil. 4)
3) Lembaga permodalan
Para pengrajin mendong yang ada pada wilayah studi pada umumnya menggunakan modal pribadi. Dari 88 responden yang diteliti, seluruh responden menggunakan modal pribadi untuk menjalankan usahanya. Besarnya modal yang dikeluarkan untuk tiap ikat mendong yang digunakan yaitu ± Rp. 94.000,00 (jika mendong yang digunakan memiliki kualitas baik yaitu dengan harga Rp. 70.000,00 s/d Rp.80.000,00 tiap ikat). Jika dalam satu minggu mendong yang digunakan 3 ikat, maka modal yang dikeluarkan untuk produksi selama satu minggu yaitu Rp. 220.000,00 hingga Rp. 230.000,00. 2)
tidak lulus SD adalah 13 responden, yang memiliki tingkat pendidikan lulusan SD/sederajat adalah 35 responden, yang memiliki tingkat pendidikan SMP/sederajat adalah 23 responden, yang memiliki tingkat pendidikan SMA/sederajat adalah 17 responden, dan tidak ada responden yang memiliki tingkat pendidikan Perguruan Tinggi. 4)
1) Modal pribadi
Money
Badan hukum Unit-unit usaha kerajinan mendong yang berada pada wilayah studi tidak memiliki badan hukum, atau belum memiliki izin usaha, namun keberadaan sentra agroindustri tersebut berada di bawah binaan dari Pemerintah Daerah Kabupaten Malang melalui Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pasar.
Penelitian dan pengembangan Tidak terdapat fungsi penelitian dan pengembangan (litbang) yang jelas pada masing- masing unit usaha. Inovasi yang pernah dilakukan oleh pengrajin mendong yaitu bergantinya para pengrajin dari membuat tikar dengan cara menganyam, ke proses pembuatan tikar dengan cara menenun. 3)
Padamasing-masing unit usaha tidak terdapat struktur organisasi yang jelas dalam unit usaha tersebut, dan juga tidak terdapat pembagian tugas yang jelas kepada masing-masing tenaga kerja yang ada pada unit usaha tersebut. 2)
1) Struktur organisasi
Gambar 1. Aliran Pemasaran Produk Sentra Management
Sistem pemasaran yang digunakan dalam memasarkan produk tikar mendong oleh pengrajin adalah melalui sistem tengkulak. Masing-masing desa pada wilayah studi memiliki tengkulak kecuali desa Jambesari.
1) Sistem pemasaran
Market
Kerajinan Mendong pada umumnya memperoleh keterampilan dalam mengerjakan proses pembuatan tikar secara turun-temurun. Hasil dari wawancara terhadap responden dan terhadap perangkat desa, diketahui bahwa pada Sentra Agroindustri tersebut tidak pernah diadakan pelatihan khusus tentang usaha agroindustri.
Kapasitas diklat Para pengrajin pada Sentra Agroindustri
c. Karakteristik Klaster
Fellan Fatih Abdillah, Surjono, Gunawan Prayitno Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 2, Nomor 2, Desember 2010
Gambar 2. Jaring laba-laba karakteristik klaster d. Potensi Ekonomi Wilayah
sentra bersifat alami dan telah berlangsung lama 4)
Tidak/ belum terdapat institusi bersama dalam sentra. Masing-masing unit usaha berjalan tanpa institusi yang dimiliki untuk kepentingan bersama.
Karakteristik Eksternal
1) Belum terdapat spesialisasi dari masing- masing unit usaha dalam sentra.
2) Kualitas dan daya saing yang dimiliki oleh produk kerajinan mendong bersifat konvensional.
3) Sentra telah memiliki identitas yang telah diakui oleh pemerintah daerah maupun oleh masyarakat dalam hal ini sebagai pembeli.
Untuk menganalisis perkembangan sentra klaster, maka dilakukan penilaian dengan skala likert seperti pada tabel 2 berikut.
Tabel 2. Penilaian Skala Likert Karakteristik Klaster Karakteristik Skor
1
2
Untuk mengetahui potensi Ekonomi Wilayah untuk Sentra Agroindustri Kerajinan Mendong digunakan dua metode yaitu metode shift share dan metode location quotient (LQ). Data yang digunakan adalah PDRB Kabupaten Malang dan Propinsi Jawa Timur Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) tahun 2004-2007. Berdasarkan analisis LQ, diketahui bahwa LQ produk (dengan pendekatan sektor industri subsektor industri barang lainnya) bernilai 0,83 pada tahun 2007. Pertumbuhan LQ dari tahun ke tahun terus meningkat, mulai tahun 2004 (LQ=075), tahun 2005 (LQ=0,79), tahun 2006 (LQ=0,80) dan tahun 2007 (LQ=0,83). Pertumbuhan nilai LQ mengindikasikan bahwa produk memiliki potensi untuk dikembangkan meskipun saat ini masih belum berpotensi ekspor (LQ>1).
3 Konsentrasi
35
Tidak ada Ada, Ada, komitmen sentra
Spesialisasi Tidak ada Ada, alami, Ada, komitmen sentra
Daya saing Tidak ada Rata-rata produk sejenis
Diatas rata- rata produk sejenis Identitas produk sentra Tidak ada Ada, lemah Ada, kuat
Sumber: Departemen Koperasi dan UKM, 2003 dimodifikasi
Berdasarkan hasil penilaian tersebut, karakteristik yang meiliki nilai 1 masih belum membentuk suatu klaster sehingga masih berupa sentra, karakteristik yang telah memiliki nilai 2 sebenarnya telah memiliki karakteristik klaster, namun butuh pengembangan lebih lanjut, sedangkan karakteristik yang memiliki nilai 3 berarti telah menjadi klaster yang mapan. Untuk lebih mudahnya dapat dilihat pada gambar 2 berikut ini.
Ada, komitmen sentra Kombinasi sumber daya dan kompetensi Tidak ada
spasial antar unit usaha Tidak ada Ada, renggang Ada berdekatan Interaksi antar unit usaha Tidak ada Ada,
Berdasarkan analisis shift-share dengan data yang sama didapatkan bahwa:
Angka C ij yaitu pengaruh keunggulan kompetitif (differential shift) subsektor barang lainnya di Kabupaten Malang terhadap subsektor yang sama di Jawa Timur, bernilai 2.850,23, hal ini menunjukkan bahwa subsektor yang dimaksud di Kabupaten Malang kompetitif terhadap sektor yang sama di Propinsi Jawa Timur.
Angka M ij yaitu pengaruh bauran industri (industry mix) atau proportional share bernilai -1.257,50 yang berarti pertumbuhan subsektor barang lainnya di Kabupaten Malang lebih kecil dari pada pertumbuhan subsektor yang sama di Propinsi Jawa Timur.
Angka N ij yaitu peranan pertumbuhan ekonomi subsektor barang lainnya di Propinsi Jawa Timur terhadap subsektor yang sama di Kabupaten Malang bernilai 5.398,76.
Angka D ij yang positif menunjukkan bahwa selama kurun waktu empat tahun (yaitu tahun 2004 s/d 2007) sektor sentra agroindustri mengalami pertambahan nilai absolut atau mengalami kenaikan kinerja perekonomian daerah, yaitu sebesar 6.488,97.
Ada, alami, tidak jelas, Ada, komitmen sentra Institusi pendukung/ bersama
PENGEMBANGAN SENTRA AGROINDUSTRI KERAJINAN MENDONG KABUPATEN MALANG DENGAN
f. Potensi dan Permasalahan
Bahan baku melimpah dengan akses mudah
Konsentrasi spasial tinggi
Terdapat program pemerintah yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan usaha
Terdapat berbagai lembaga permodalan
Modal yang digunakan adalah modal pribadi
Jumlah tenaga kerja mencukupi
Tenaga kerja terampil
Potensi:
Bangunan yang digunakan tersedia
Identitas sentra telah dikenal baik
Berdasarkan analisis yang telah dikerjakan sebelumnya, maka potensi dan permasalahan yang ada pada Sentra Agroindustri Kerajinan Mendong Kabupaten Malang adalah sebagai berikut:
Sumber: Disperindag dan Pasar Kabupaten Malang, 2009
8 Jambesari 162.910 Jumlah 3.481.510
7 Ngembal 324.900
6 Wajak 234.000
5 Sukoanyar 135.000
Interaksi antar unit usaha tinggi
Lahan yang digunakan terbatas
Permasalahan:
Belum terdapat kombinasi kompetensi
Berdasarkan hasil analisis faktor didapatkan enam kelompok faktor yang mempengaruhi perkembangan sentra. Faktor-faktor tersebut
Hasil analisis faktor awal menunjukkan bahwa dari 24 variabel yang diuji, terdapat 22 variabel yang dapat digunakan untuk analisis lebih lanjut, yaitu: lahan produksi, bangunan produksi, jarak terhadap pasar, ketersediaan infrastruktur, jumlah bahan baku, ketrampilan, jumlah TK, pemasaran, struktur organiasasi, litbang, badan hukum, modal, pinjaman, lembaga permodalan, subsidi, konsentrasi spasial, interaksi, kombinasi kompetensi, institusi bersama, spesialisasi, daya saing, dan identitas.
Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja dan seberapa besar pengaruh faktor tersebut terhadap perkembangan sentra, digunakan analisis statistik multivariat, yaitu analisis faktor. Analisis ini digunakan dengan bantuan software SPSS.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sentra Agroindustri Kerajinan Mendong Kabupaten Malang
Kualitas dan daya saing produk konvensional 2.
Belum terdapat spesialisasi dalam sentra
Belum terdapat institusi bersama dalam sentra
Belum berani untuk meminjam modal
3 Sukolilo 226.800
Belum memiliki badan hukum
Belum tersedianya litbang
Belum adanya struktur organisasi
Sistem pemasaran didominasi tengkulak
Kapasitas pendidikan dan pelatihan rendah
Tingkat pendidikan rendah
Jarak menuju pasar jauh terutama untuk Desa Jambesari Aksesibilitas kurang memadahi (kondisi jalan)
4 Kidangbang 158.400
Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 2, Nomor 2, Desember 2010 e.
Sistem keterkaitan (linkage system)
2 Blayu 232 330
5 Sukoanyar
30
23
4 Kidangbang
46
30
3 Sukolilo
73
29
57
1 Patokpicis
Pola Penyerapan Tenaga Kerja No Desa jumlah Unit Usaha Jumlah Tenaga Kerja
4. Tabel 3.
(forward linkage). Dalam analisis keterkaitan ke belakang, faktor yang diamati adalah tenaga kerja, nilai bahan baku, dan nilai peralatan. Adapun pola penyerapan tenaga kerja, bahan baku, dan peralatan dapat dilihat pada tabel 3 dan
linkage ) dan analisis keterkaitan ke depan
Analisis linkage system dibagai menjadi dua yaitu analisis keterkaitan ke belakang (backward
19
6 Wajak
1 Patokpicis 328.500
4 Kidangbang 97.200 19.200
Tabel 5. Nilai Produksi Tikar Mendong No Desa Nilai Produksi (Rp. 000)
Dalam analisis keterkaitan ke depan faktor- faktor yang diamati adalah nilai produksi yang dihasilkan, dan pemasaran dari tikar mendong. Pemasaran tikar mendong terpusat di Pasar Wajak, sedangkan aliran pemasaran produk hingga ke luar kota (Jember, Tulungagung, Gresik, dan Surabaya). Adapun untuk nilai produksi dapat dilihat pada tabel 5.
Sumber: Disperindag dan Pasar Kabupaten Malang, 2009
8 Jambesari 109.629 6.350 Jumlah 2.087.509 299.590
7 Ngembal 220.620 42.080
6 Wajak 154.960 36.010
5 Sukoanyar 94.500 17.550
3 Sukolilo 156.600 31.000
41
2 Blayu 1.035.000 109.875
1 Patokpicis 219.000 37.425
Sumber: Disperindag dan Pasar Kabupaten Malang, 2009 Tabel 4. Pola Penyerapan Bahan Baku dan Peralatan No Desa Nilai Bahan Baku (Rp. 000) Nilai Peralatan (Rp. 000)
8 Jambesari 280 280 Jumlah 732 914
74
50
7 Ngembal
52
2 Blayu 1.911.000
Fellan Fatih Abdillah, Surjono, Gunawan Prayitno Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 2, Nomor 2, Desember 2010
37
Konsep pengembangan Sentra Agroindustri Kerajinan Mendong Kabupaten Malang pada dasarnya adalah penjabaran upaya menghindari ancaman dengan memanfaatkan keunggulan yang dimiliki, konsep pengembangan
Konsep Pengembangan
Diversivikasi dan inovasi produk 8. Peningkatan ketrampilan TK untuk diversifikasi fungsi dalam usaha b.
6. Peningkatan kerjasama antar unit usaha 7.
5. Pendistribusian tenaga kerja pada diversifikasi fungsi dalam usaha
4. Peningkatan ketrampilan untuk menunjang spesialisasi produk
3. Peningkatan kualitas bahan baku untuk mendukung spesialisasi produk
2. Pemanfaatan jumlah TK yang ada untuk fungsi manajerial dan pemasaran
Peningkatan ketrampilan pengusaha dalam hal diversifikasi produk dan pemasaran
Alternatif strategi yang dapat dijadikan masukan adalah strategi S-T karena strategi S-T merupakan strategi untuk memanfaatkan kekuatan/keunggulan yang dimiliki untuk menghindari atau meminimalisir dampak dari ancaman yang ada. Adapun alternatif strategi S-T adalah sebagai berikut: 1.
IFAS-EFAS
Gambar 3 Posisi Sentra dalam Kuadran
eksternal yang dihadapi oleh sentra agroindustri lebih banyak menyediakan ancaman, namun keunggulan yang dimiliki oleh sentra agroindustri Kerajinan Mendong lebih besar dari pada ancaman yang dihadapi (S-W > O-T).
strategy ). Pada kuadran IVB, lingkungan
Dalam gambar 3 dapat diketahui bahwa sentra agroindustri Kerajinan Mendong berada pada Kuadran IVB dengan strategi diversifikasi konglomerasi (Conglomerate diversification
Dalam strategi kuadran IFAS-EFAS, masing- masing komponen SWOT diberikan bobot dan rating, bobot didapatkan dari nilai rotasi faktor yang dikalikan dengan nilai varian (eigenvalue). Sedangkan rating diperoleh dari hasil penilaian terhadap variabel-variabel yang diuji. Hasil pembobotan dan penilaian selanjutnya dijumlahkan untuk masing-masing komponen SWOT kemudian dicari selisih antara komponen internal (S dan W), dan selisih antara komponen eksternal (O dan T). Selisih komponen internal kemudian menjadi nilai sumbu x (nilai=0,44), dan hasil selisih komponen eksternal selanjutnya menjadi nilai sumbu y (nilai=0,35), sehingga pada kuadran IFAS-EFAS, didapatkan posisi sentra pada kuadran IVB seperti diperlihatkan oleh gambar 3 berikut.
Untuk menghasilkan strategi pengembangan digunakan analisis alternatif strategi SWOT dan analisis kuadran IFAS-EFAS. Pada analisis alternatif strategi SWOT, potensi dan permasalahan yang didapatkan pada analisis sebelumnya diklasifikasikan menjadi komponen kekuatan (S), kelemahan (W), peluang (O), dan ancaman (T), kemudian alternatif strategi didapatkan dengan memadukan komponen internal (S dan W) dan komponen eksternal (W dan T), sihingga diperoleh kombinasi strategi S- W, S-O, W-T, dan W-O.
Faktor 6, diberi nama “faktor subsidi” yang tediri dari subsidi, dan identitas. Dalam analisis faktor juga dihasilkan nilai rotasi faktor dan nilai varian tiap-tiap variabel yang dapat digunakan untuk pembobotan pada analisis strategi lebih lanjut.
Faktor 5, diberi nama “faktor tenaga kerja dan daya saing” yang terdiri dari tenaga kerja dan daya saing.
Faktor 4, diberi nama “faktor investasi” yang terdiri dari pinjaman, dan lembaga permodalan.
Faktor 3, diberi nama “faktor kelompok untuk spesialisasi” yang terdiri dari institusi bersama dan spesialisasi.
Faktor 2, diberi nama “faktor kelembagaan pendukung” yang terdiri dari struktur organisasi, ltbang, badan hukum, dan kombinasi kompetensi.
Faktor 1, diberi nama ”faktor sumber daya dasar” yang terdiri dari lahan produksi, bangunan produksi, jarak terhadap pasar, ketersediaan infrastruktur, jumlah bahan baku, ketrampilan, pemasaran, modal, konsentrasi spasial, dan interaksi.
dikelompokkan berdasarkan besarnya varian (eigenvalue) yang dimiliki oleh masing-masing komponen tersebut. Adapun enam kelompok faktor tersebut adalah:
3. Strategi dan Konsep Pengembangan Sentra Agroindustri Kerajinan Mendong Kabupaten Malang.
a. Strategi Pengembangan
PENGEMBANGAN SENTRA AGROINDUSTRI KERAJINAN MENDONG KABUPATEN MALANG DENGAN
Kondisi Potensi yang Konsep pengembangan
dititikberatkan pada spesialisasi, pemasaran, dan
Eksterna dimiliki
peningkatan daya saing. Adapun penjelasannya
l
adalah sebagai berikut:
struktur organisasi 1.
Spesialisasi
bersama dalam sentra
Konsep pengembangan spesialisasi dapat 3.
Peningkatan Daya Saing dilihat pada tabel 6 berikut.
Pada dasarnya peningkatan daya saing adalah Tabel 6.
Konsep Pengembangan Spesialisasi
dampak langsung dari usaha spesialisasi dan
Kondisi Konsep Potensi yang dimiliki
pemasaran. Konsep peningkatan daya saing dapat
Eksternal pengembangan dilihat pada tabel 8.
Belum Bahan Baku Peningkata
terdapatny Ketrampilan n kualitas rantai Tabel 8.
Konsep Peningkatan Daya Saing a Tenaga produksi, misal
Kondisi Potensi yang spesialisai Kerja dengan menambah
Konsep pengembangan Eksternal dimiliki produk Konsentrasi rantai produksi Spasial Rendahnya kualitas
Peningkata Bahan Peningkatan
Baku bahan baku, Interaksi n kapasitas kualitas daya
mengoptimalkan hasil antar perusahaan pelatihan yang Ketrampila saing dan n pada mendong kualitas dimiliki oleh ancaman
baik. (mendong yang pengusaha/ Tenaga bergesernya Kerja dihasilkan memiliki dua pengrajin agar permintaan jenis, yaitu mendong lebih terarah pada konsumen akan kualitas baik dan kualitas efisiensi produksi nomor dua)
tikar mendong Membentu berbagai Mengadakan k sebuah institusi ke tikar plastik pelatihan peningkatan bersama untuk ketrampilan pengusaha menindaklanjuti untuk kemampuan inovasi adanya konsentrasi produk, manajerial, spasial dan penelitian dan interaksi antar unit pengembangan usaha dalam sentra
dengan Kerjasama berbagai pihak (investor 2.
Pemasaran
baik domestik maupun
Konsep pengembangan pemasaran dapat
luar negeri) dalam hal ini dilihat pada tabel 7 berikut. pemerintah seharusnya bertindak aktif sebagai
Tabel 7. Konsep Pengembangan Pemasaran fasilitator dan katalisator. Kondisi Potensi yang Konsep pengembangan Eksterna dimiliki 4. Arahan Pengembangan Fisik Spasial l Sentra Agroindustri Kerajinan Mendong
Pemasara Ketr Merencanakan a.
n dan ampilan jangkauan pemasaran Struktur Tata Ruang Kawasan Sentra
harga pengrajin dengan baik, danAgroindustri Kerajinan Mendong
yang Jum mempersiapkan sarana
Dalam menganalisis struktur tata ruang
dikendali lah Tenaga dan prasarana
kawasan sentra, digunakan metode sistem
kan oleh Kerja penunjang pemasaran,
keterkaitan (linkage system), yaitu penilaian
tengkulak Terd Memangkas apat jalur birokrasi terhadap komponen backward linkage yang jaringan pemasaran dan
meliputi tenaga kerja, bahan baku, dan peralatan,
pemasaran mempermudah aliran dan komponen forward linkage yaitu produksi. tingkat pemasaran dengan
Berdasarkan penilaian terhadap komponen-
regional meningkatkan
komponen tersebut, maka diperoleh pusat
(saat ini kerjasama dengan masih berbagai pihak
produksi berada di Desa Blayu, desa lainnya
merupakan Mengadakan
merupakan sub pusat produksi. Untuk penilaian
aliran berbagai pelatihan komponen dapat dilihat pada tabel 9 berikut. pemasaran peningkatan bahan ketrampilan pengusaha
Tabel 9. Penilaian Komponen Struktur Tata Ruang baku) untuk kemampuan
Jumlah nilai * manajerial, pemasaran,
Desa Produksi Fungsi bobot penelitian dan Patokpicis 29,636 Sub Pusat pengembangan Mendistribusika Blayu 111,75 Pusat n tenaga kerja yang ada Sukolilo 29,636 Sub Pusat untuk berbagai fungsi Kidangbang 29,636 Sub Pusat termasuk pemasaran Sukoanyar 29,636 Sub Pusat dan penelitian Wajak 29,636 Sub Pusat pengembangan melalui
Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 2, Nomor 2, Desember 2010
Fellan Fatih Abdillah, Surjono, Gunawan Prayitno Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 2, Nomor 2, Desember 2010
3. Area Pengembangan Jambesari Area ini difungsikan sebagai area produksi karena memiliki SDM (tenaga kerja) yang cukup banyak.
Berdasarkan komponen PEL (5M), karakteristik sentra antara lain lahan produksi, bangunan produksi, perkerasan jalan makadam, bahan baku melimpah, tenaga terampil, tenaga kerja tersedia, tingkat pendidikan SD, belum pernah mendapat pendidikan dan pelatihan, pemasaran didominasi tengkulak, belum ada
PENUTUP 1. Kesimpulan
5. Pengadaan angkutan khususnya angkutan barang pada jalan yang menghubungkan area pemasaran Wajak dengan masing-masing area pengembangan
3. Penataan parkir di badan jalan pada Jl Raya Wajak (depan Pasar Wajak) 4. Penataan pedagang di sekitar badan jalan pada jalan masuk menuju pasar mendong
2. Peningkatan dimensi dan perkerasan jalan masuk menuju Pasar Mendong (di dalam Pasar Wajak.
1. Peningkatan kualitas perkerasan jalan pada Desa Blayu, Desa Patokpicis, jalan penghubung Desa Sukolilo dan Desa Sukoanyar, jalan yang menghubungkan Area Pemasaran Wajak dengan Area Pengembangan Jambesari, dan jalan yang menghubungkan Desa Ngembal dan Desa Jambesari.
Arahan linkage merupakan arahan perbaikan dan peningkatan fungsi jaringan jalan sarana angkutan dalam sentra agroindustri Kerajinan Mendong. Adapun arahan linkage yang ditentukan adalah sebagai berikut:
j. Arahan Linkage
Kerajinan Mendong, pusat pemasaran bahan baku dan produk yang akan diekspor (sebagai area transit), dan Area perdagangan di sepanjang Jalan Raya Wajak dan Jalan Panglima Sudirman difungsikan sebagai outlet-outlet pemasaran produk Kerajinan Mendong.
4. Area Pemasaran Desa Wajak Area ini difungsikan sebagai pusat pemasaran produk maupun bahan baku
2. Area Pengembangan Sukoanyar Area ini difungsikan sebagai area produksi kerajinan mendong untuk lebih kepada implikasi diversifikasi produk sentra, selain itu juga difungsikan untuk pelatihan tenaga kerja agroindustri.
39 Desa Produksi Jumlah nilai * bobot Fungsi
Area ini difungsikan sebagai pusat sentra dan pusat produksi, selain itu juga sebagai pusat manajerial, penelitian dan pengembangan produk
Setelah area pengembangan ditentukan, maka selanjutnya adalah penentuan fungsi-fungsi area tersebut, adapun fungsi masing-masing area yang ditentukan adalah sebagai berikut:
Gambar 4. Konsep penataan area pengembangan
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4
Ngembal dan Jambesari 4. Area pemasaran: Desa Wajak,
Sukoanyar, Kidangbang, dan Sukolilo 3. Area pengembangan Jambesari: Desa
Area pengembangan Blayu: Desa Blayu dan Patokpicis 2. Area pengembangan Sukoanyar: Desa
Area Pengembangan (development area), merupakan area yang terdapat unit-unit usaha produksi di dalamnya 2. Area pemasaran (market area), merupakan area untuk fungsi pemasaran produk dan sebagai fungsi transit produk dan bahan baku yang akan diekspor ke luar wilayah sentra. Berdasarkan kedekatan spasial desa produksi, maka diperoleh tiga area pengembangan dan satu area pemasaran yaitu 1.
Berdasarkan konsep Tata Ruang Kawasan Sentra Agroindustri (KSA) Soemarno (2006:351), dalam Kawasan Sentra Agroindustri, fungsi- fungsi kawasan yang harus dimiliki oleh Kawasan Sentra Agroindustri antara lain: 1.
Sebagai desa pusat produksi sentra, Desa Blayu dikembangkan sebagai desa yang dapat melayani desa-desa lainnya sebagai sub pusat dalam fungsi produksi, fungsi litbang, fungsi manajerial, dan fungsi-fungsi lainnya.
Ngembal 29,636 Sub Pusat Jambesari 33,336 Sub Pusat
i. Area Pengembangan Produksi
1. Area Pengembangan Blayu
PENGEMBANGAN SENTRA AGROINDUSTRI KERAJINAN MENDONG KABUPATEN MALANG DENGAN
Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 2, Nomor 2, Desember 2010
Bappekab Malang. 2009. Rencana Pembangunan
images.soemarno.multiply.com/attachment/0/Rg B8gAoKCpkAACiB3lE1/AGROINDUST RI.doc?nmid=22635697. (diakses 16 April 2009).
Agrobisnis yang Mempunyai Potensi Di Jawa Timur.
Soemarno. 2006. Pengembangan Industri-
dan Aplikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
2007. Metode Penelitian Kuantitatif: Teori
Prasetyo, Bambang & Linna Miftahul Jannah.
Profil Sentra IKM Kabupaten Malang 2008 .
Depkop dan UKM. 2003. Penumbuhan Klaster Agribisnis dalam Sentra UKM. http://www.smecda.com/kajian/files/hslkaj ian/kajian%20efektivitas%20model%20pe numbuhan%20klaster%20bisnis%20ukm/b ab_6.pdf (diakses 19 April 2009). Disperindag dan Pasar Kabupaten Malang. 2009.
Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana
Bungin, Burhan. 2006. Metodologi Penelitian
Development: Theory and Practice Second Edition . London: Sage Publication.
Blakely, E.J. 1989. Planning Local Economic
Jangka Menengah Kabupaten Malang 2006-2010
Pemerintah khususnya Pemerintah Daerah Kabupaten Malang hendaknya lebih jeli dalam melihat dan mengembangkan potensi lokal guna memberi nilai tambah (multiplier effect), membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat, dan pada akhirnya menambah pendapatan daerah (PAD) Kabupaten Malang.
struktur organisasi, belum ada litbang, belum memiliki badan hukum, modal pribadi, belum ada kerjasama modal, terdapat lembaga permodalan. Karakteristik klaster yang dimiliki: konsentrasi spasial, interaksi, kombinasi kompetensi, dan identitas.
penelitian dan pengembangan, badan hukum, dan kombinasi kompetensi), faktor kelompok untuk
d.