MAKALAH TEORI KEADILAN ransel laptop

MAKALAH TEORI KEADILAN

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Evolusi flsaaat hukum, yang melekat dalam evolusi flsaaat secara
keseluruhan, berputar di sekitar problema tertentu yang muncul berulang-ulang.
Di antara problema ini, yang paling sering menjadi diskursus adalah tentang
persoalan keadilan dalam kaitannya dengan hukum. Hal ini dikarenakan hukum
atau aturan perundangan harusnya adil, tapi nyatanya seringkali tidak. Keadilan
hanya bisa dipahami jika ia diposisikan sebagai keadaan yang hendak
diwujudkan oleh hukum. Upaya untuk mewujudkan keadilan dalam hukum
tersebut merupakan proses yang dinamis yang memakan banyak waktu. Upaya
ini seringkali juga didominasi oleh kekuatan-kekuatan yang bertarung dalam
kerangka umum tatanan politik untuk mengaktualisasikannya.[1]Orang dapat
menganggap keadilan sebagai sebuah gagasan atau realitas absolut dan
mengasumsikan bahwa pengetahuan dan pemahaman tentangnya hanya bisa
didapatkan secara parsial dan melalui upaya flosofs yang sangat sulit. Atau

orang dapat menganggap keadilan sebagai hasil dari pandangan umum agama
atau flsaaat tentang dunia secara umum. Jika begitu, orang dapat
mendefnisikan keadilan dalam satu pengertian atau pengertian lain dari
pandangan ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis hanya menjelaskan tentang teori
keadilan menurut beberapa ahli dan akan diberikan khazanah dalam islam agar
arah dari teori ini mendapatkan pencerahan dalam bentuk dakwah islamiyah.

Rumusan Masalah

Dalam penulisan makalah ini penulis merumuskan beberapa persoalan dalam
beberpa rumusan masalah yaitu :

Bagaimana pandangan aristotoles dan jows low mengenai teori keadilan ?

BAB II

LANDASAN TEORI


Pengertian Keadilan

Istilah keadilan (iustitia) berasal dari kata “adil” yang berarti: tidak berat
sebelah, tidak memihak, berpihak kepada yang benar, sepatutnya, tidak
sewenang-wenang. Dari beberapa defnisi dapat disimpulkan bahwa pengertian
keadilan adalah semua hal yang berkenan dengan sikap dan tindakan dalam
hubungan antar manusia, keadilan berisi sebuah tuntutan agar orang
memperlakukan sesamanya sesuai dengan hak dan kewajibannya, perlakukan
tersebut tidak pandang bulu atau pilih kasih; melainkan, semua orang
diperlakukan sama sesuai dengan hak dan kewajibannya.[2]

Keadilan menurut Aristoteles adalah kelayakan dalam tindakan manusia.
Kelayakan diartikan sebagai titik tengah diantara ke dua ujung ekstern yang
terlalu banyak dan terlalu sedikit. Kedua ujung eksterm itu menyangkut 2 orang
atau benda. Bila 2 orang tersebut punya kesamaan dalam ukuran yang telah
ditetapkan, maka masing-masing orang harus memperoleh benda atau hasil
yang sama. Kalau tidak sama, maka akan terjadi pelanggaran terhadap proporsi
tersebut berarti ketidak adilan.

Pembagian Keadilan menurut Aristoteles yaitu :


Keadilan Komulatia adalah perlakuan terhadap seseorang yang tidak melihat
jasa yang dilakukannya, yakni setiap orang mendapat haknya.
Keadilan Distributia adalah perlakuan terhadap seseorang sesuai dengan
jasanya yang telah dibuat, yakni setiap orang mendapat kapasitas dengan
potensi masing-masing.
Keadilan Findikatia adalah perlakuan terhadap seseorang sesuai kelakuannya,
yakni sebagai balasan kejahatan yang dilakukan.

Keadilan adalah kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu hal,
baik menyangkut benda atau orang. Menurut John Rawls, f lsua Amerika Serikat
yang dianggap salah satu f lsua politik terkemuka abad ke-20, menyatakan
bahwa “Keadilan adalah kelebihan (virtue) pertama dari institusi sosial,
sebagaimana halnya kebenaran pada sistem pemikiran”.

Pada intinya, keadilan adalah meletakkan segala sesuatunya pada tempatnya
Istilah keadilan berasal dari kata adil yang berasal dari bahasa Arab. Kata adil
berarti tengah. Adil pada hakikatnya bahwa kita memberikan kepada siapa saja
apa yang menjadi haknya. Keadilan berarti tidak berat sebelah, menempatkan
sesuatu di tengah-tengah, tidak memihak. Keadilan juga diartikan sebagai suatu

keadaan dimana setiap orang baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara memperoleh apa yang menjadi haknya, sehingga dapat
melaksanakan kewajibannya.[3]

Macam Macam Keadilan

Didalam memahami keadilan perlu di ketahui bahwa keadilan itu terbagi
kedalam beberapa kelompak yang dikaji dari berbagai sudut ilmu pengetahuan
yaitu :

Keadilan Komutatia (Iustitia Commutativa)

Keadilan komutatia adalah keadilan yang memberikan kepada masing-masing
orang apa yang menjadi bagiannya, di mana yang diutamakan adalah objek
tertentu yang merupakan hak dari seseorang. Keadilan komutatia berkenaan
dengan hubungan antarorang/antarindividu. Di sini ditekankan agar prestasi
sama nilainya dengan kontra prestasi.

Keadilan Distributia (Iustitia Distributiva)


Keadilan distributia adalah keadilan yang memberikan kepada masing-masing
orang apa yang menjadi haknya, di mana yang menjadi subjek hak adalah
individu, sedangkan subjek kewajiban adalah masyarakat. Keadilan distributia
berkenaan dengan hubungan antara individu dan masyarakat/negara. Di sini
yang ditekankan bukan asas kesamaan/kesetaraan (prestasi sama dengan
kontra prestasi). Melainkan, yang ditekankan adalah asas proporsionalitas atau
kesebandingan berdasarkan kecakapan, jasa, atau kebutuhan. Keadilan jenis ini

berkenaan dengan benda kemasyarakatan seperti jabatan, barang, kehormatan,
kebebasan, dan hak-hak.

Keadilan legal (Iustitia Legalis)

Keadilan legal adalah keadilan berdasarkan undang-undang. Yang menjadi objek
dari keadilan legal adalah tata masyarakat. Tata masyarakat itu dilindungi oleh
undang-undang. Tujuan keadilan legal adalah terwujudnya kebaikan bersama
(bonum commune). Keadilan legal terwujud ketika warga masyarakat
melaksanakan undang-undang, dan penguasa pun setia melaksanakan undangundang itu.

Keadilan Vindikatia (Iustitia Vindicativa)


Keadilan vindikatia adalah keadilan yang memberikan kepada masing-masing
orang hukuman atau denda sebanding dengan pelanggaran atau kejahatan yang
dilakukannya. Setiap warga masyarakat berkewajiban untuk turut serta dalam
mewujudkan tujuan hidup bermasyarakat, yaitu kedamaian, dan kesejahteraan
bersama. Apabila seseorang berusaha mewujudkannya, maka ia bersikap adil.
Tetapi sebaliknya, bila orang justru mempersulit atau menghalangi terwujudnya
tujuan bersama tersebut, maka ia patut menerima sanksi sebanding dengan
pelanggaran atau kejahatan yang dilakukannya.

Keadilan Kreatia (Iustitia Creativa)

Keadilan kreatia adalah keadilan yang memberikan kepada masing-masing orang
bagiannya, yaitu berupa kebebasan untuk mencipta sesuai dengan kreativitas
yang dimilikinya. Keadilan ini memberikan kebebasan kepada setiap orang untuk
mengungkapkan kreativitasnya di berbagai bidang kehidupan.

Keadilan Protektia (Iustitia Protectiva)

Keadilan protektia adalah keadilan yang memberikan proteksi atau perlindungan

kepada pribadi-pribadi. Dalam masyarakat, keamanan dan kehidupan pribadipribadi warga masyarakat wajib dilindungi dari tindak sewenang-wenang pihak
lain. Menurut Montesquieu, untuk mewujudkan keadilan protektia diperlukan

adanya tiga hal, yaitu: tujuan sosial yang harus diwujudkan bersama, jaminan
terhadap hak asasi manusia, dan konsistensi negara dalam mewujudkan
kesejahteraan umum.

BAB III

PEMBAHASAN

Teori Keadilan Menurut Ahli
Teori Aristoteles

Keadilan diuraikan secara mendasar oleh Aristoteles dalam Buku ke-5 buku
Nicomachean Ethics.[4]Untuk mengetahui tentang keadilan dan ketidakadilan
harus dibahas tiga hal utama yaitu (1) tindakan apa yang terkait dengan istilah
tersebut, (2) apa arti keadilan, dan (3) diantara dua titik ekstrim apakah keadilan
itu terletak.


Keadilan Dalam Arti Umum

Keadilan sering diartikan sebagai ssuatu sikap dan karakter. Sikap dan karakter
yang membuat orang melakukan perbuatan dan berharap atas keadilan adalah
keadilan, sedangkan sikap dan karakter yang membuat orang bertindak dan
berharap ketidakadilan adalah ketidakadilan.

Pembentukan sikap dan karakter berasal dari pengamatan terhadap obyek
tertentu yang bersisi ganda. Hal ini bisa berlaku dua dalil, yaitu;

jika kondisi “baik” diketahui, maka kondisi buruk juga diketahui;
kondisi “baik” diketahui dari sesuatu yang berada dalam kondisi “baik”

Untuk mengetahui apa itu keadilan dan ketidakadilan dengan jernih, diperlukan
pengetahuan yang jernih tentang salah satu sisinya untuk menentukan secara
jernih pula sisi yang lain. Jika satu sisi ambigu, maka sisi yang lain juga ambigu.

Secara umum dikatakan bahwa orang yang tidak adil adalah orang yang tidak
patuh terhadap hukum (unlawaul, lawless) dan orang yang tidak aair (unaair),
maka orang yang adil adalah orang yang patuh terhadap hukum (law-abiding)

dan aair. Karena tindakan memenuhi/mematuhi hukum adalah adil, maka semua
tindakan pembuatan hukum oleh legislatia sesuai dengan aturan yang ada
adalah adil. Tujuan pembuatan hukum adalah untuk mencapai kemajuan
kebahagiaan masyarakat. Maka, semua tindakan yang cenderung untuk
memproduksi dan mempertahankan kebahagiaan masyarakat adalah adil.

Dengan demikian keadilan bisa disamakan dengan nilai-nilai dasar sosial.
Keadilan yang lengkap bukan hanya mencapai kebahagiaan untuk diri sendiri,
tetapi juga kebahagian orang lain. Keadilan yang dimaknai sebagai tindakan
pemenuhan kebahagiaan diri sendiri dan orang lain, adalah keadilan sebagai
sebuah nilai-nilai. Keadilan dan tata nilai dalam hal ini adalah sama tetapi
memiliki esensi yang berbeda. Sebagai hubungan seseorang dengan orang lain
adalah keadilan, namun sebagai suatu sikap khusus tanpa kualifkasi adalah
nilai. Ketidakadilan dalam hubungan sosial terkait erat dengan keserakahan
sebagai ciri utama tindakan yang tidak aair.

Keadilan sebagai bagian dari nilai sosial memiliki makna yang amat luas, bahkan
pada suatu titik bisa bertentangan dedengan hukum sebagai salah satu tata nilai
sosial. Suatu kejahatan yang dilakukan adalah suatu kesalahan. Namun apabila
hal tersebut bukan merupakan keserakahan tidak bisa disebut menimbulkan

ketidakadilan. Sebaliknya suatu tindakan yang bukan merupakan kejahatan
dapat menimbulkan ketidak adilan.

Sebagai contoh, seorang pengusaha yang membayar gaji buruh di bawah UMR,
adalah suatu pelanggaran hukum dan kesalahan. Namun tindakan ini belum
tentu mewujudkan ketidakadilan. Apabila keuntungan dan kemampuan
membayar perusahaan tersebut memang terbatas, maka jumlah pembayaran itu
adalah keadilan. Sebaliknya walaupun seorang pengusaha membayar buruhnya
sesuai dengan UMR, yang berarti bukan kejahatan, bisa saja menimbulkan
ketidakadilan karena keuntungan pengusaha tersebut sangat besar dan hanya
sebagian kecil yang diambil untuk upah buruh. Ketidakadilan ini muncul karena
keserakahan.

Hal tersebut di atas adalah keadilan dalam arti umum. Keadilan dalam arti ini
terdiri dari dua unsur yaitu aair dan sesuai dengan hukum, yang masing-masing
bukanlah hal yang sama. Tidak aair adalah melanggar hukum, tetapi tidak semua

tindakan melanggar hukum adalah tidak aair. Keadilan dalam arti umum terkait
erat dengan kepatuhan terhadap hukum


Keadilan Dalam Arti Khusus

Keadilan dalam arti khusus terkait dengan beberapa pengertian berikut ini, yaitu:

Sesuatu yang terwujud dalam pembagian penghargaan atau uang atau hal
lainnya kepada mereka yang memiliki bagian haknya.

Keadilan ini adalah persamaan diantara anggota masyarakat dalam suatu
tindakan bersama-sama. Persamaan adalah suatu titik yang terletak diantara
“yang lebih” dan “yang kurang” (intermediate). Jadi keadilan adalah titik tengan
atau suatu persamaan relatia (arithmetical justice). Dasar persamaan antara
anggota masyarakat sangat tergantung pada sistem yang hidup dalam
masyarakat tersebut. Dalam sistem demokrasi, landasan persamaan untuk
memperoleh titik tengah adalah kebebasan manusia yang sederajat sejak
kelahirannya. Dalam sistem oligarki dasar persamaannya adalah tingkat
kesejahteraan atau kehormatan saat kelahiran. Sedangkan dalam sistem
aristokrasi dasar persamaannya adalah keistimewaan (excellent). Dasar yang
berbeda tersebut menjadikan keadilan lebih pada makna persamaan sebagai
proporsi. Ini adalah satu spesies khusus dari keadilan, yaitu titik tengah
(intermediate) dan proporsi.

Perbaikan suatu bagian dalam transaksi

Arti khusus lain dari keadilan adalah sebagai perbaikan (rectifcation). Perbaikan
muncul karena adanya hubungan antara orang dengan orang yang dilakukan
secara sukarela. Hubungan tersebut adalah sebuah keadilan apabila masingmasing memperoleh bagian sampai titik tengah (intermediate), atau suatu
persamaan berdasarkan prinsip timbal balik (reciprocity). Jadi keadilan adalah
persamaan, dus ketidakadilan adalah ketidaksamaan. Ketidakadilan terjadi jika
satu orang memperoleh lebih dari yang lainnya dalam hubungan yang dibuat
secara sederajat.

Untuk menyamakan hal tersebut hakim atau mediator melakukan tugasnya
menyamakan dengan mengambil sebagian dari yang lebih dan memberikan

kepada yang kurang sehingga mencapai titik tengah. Tindakan hakim ini
dilakukan sebagai sebuah hukuman.

Hal ini berbeda apabila hubungan terjalin bukan atas dasar kesukarelaan
masing-masing pihak. Dalam hubungan yang tidak didasari ketidaksukarelaan
berlaku keadilan korektia yang memutuskan titik tengah sebagai sebuah proporsi
dari yang memperoleh keuntungan dan yang kehilangan. Tindakan koreksi tidak
dilakukan dengan semata-mata mengambil keuntungan yang diperoleh satu
pihak diberikan kepada pihak lain dalam arti pembalasan. Seseorang yang
melukai tidak diselesaikan dengan mengijinkan orang yang dilukai untuk melukai
balik Timbal balik dalam konteks ini dilakukan dengan pertukaran atas nilai
tertentu sehingga mencapai taraa proporsi. Untuk kepentingan pertukaran inilah
digunakan uang. Keadilan dalam hal ini adalah titik tengah antara tindakan tidak
adil dan diperlakukan tidak adil.[5]

Keadilan dan ketidakadilan selalui dilakukan atas kesukarelaan. Kesukarelaan
tersebut meliputi sikap dan perbuatan. Pada saat orang melakukan tindakan
secara tidak sukarela, maka tindakan tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai
tidak adil ataupun adil, kecuali dalam beberapa cara khusus. Melakukan tindakan
yang dapat dikategorikan adil harus ada ruang untuk memilih sebagai tempat
pertimbangan. Sehingga dalam hubungan antara manusia ada beberapa aspek
untuk menilai tindakan tersebut yaitu, niat, tindakan, alat, dan hasil akhirnya.
Ketika (1) kecideraan berlawanan deengan harapan rasional, adalah sebuah
kesalahansasaran (misadventure), (2) ketika hal itu tidak bertentangan dengan
harapan rasional, tetapi tidak menyebabkan tindak kejahatan, itu adalah sebuah
kesalahan. (3) Ketika tindakan dengan pengetahuan tetapi tanpa pertimbangan,
adalah tindakan ketidakadilan, dan (4) seseorang yang bertindak atas dasar
pilihan, dia adalah orang yang tidak adil dan orang yang jahat.

Melakukan tindakan yang tidak adil adalah tidak sama dengan melakukan
sesuatu dengan cara yang tidak adil. Tidak mungkin diperlakukan secara tidak
adil apabila orang lain tidak melakukan sesuatu secara tidak adil. Mungkin
seseorang rela menderita karena ketidakadilan, tetapi tidak ada seorangpun
yang berharap diperlakukan secara tidak adil.

Dengan demikian memiliki makna yang cukup luas, sebagian merupakan
keadilan yang telah ditentukan oleh alam, sebagian merupakan hasil ketetapan
manusia (keadilan hukum). Keadilan alam berlaku universal, sedangkan keadilan
yang ditetapkan manusia tisak sama di setiap tempat. Keadilan yang ditetapkan
oleh manusia inilah yang disebut dengan nilai.

Akibat adanya ketidak samaan ini maka ada perbedaan kelas antara keadilan
universal dan keadilan hukum yang memungkinkan pembenaran keadilan
hukum. Bisa jadi semua hukum adalah universal, tetapi dalam waktu tertentu
tidak mungkin untuk membuat suatu pernyataan universal yang harus benar.
Adalah sangat penting untuk berbicara secara universal, tetapi tidak mungkin
melakukan sesuatu selalu benar karena hukum dalam kasus-kasus tertentu tidak
terhindarkan dari kekeliruan. Saat suatu hukum memuat hal yang universal,
namun kemudian suatu kasus muncul dan tidak tercantum dalam hukum
tersebut. Karena itulah persamaan dan keadilan alam memperbaiki kesalahan
tersebut.

2.JOHN RAWLS

Lain halnya dengan Aristoteles, John Rawls yang hidup pada awal abad 21 lebih
menekankan pada keadilan sosial.[6] Hal ini terkait dengan munculnya
pertentangan antara kepentingan individu dan kepentingan negara pada saat
itu. Rawls melihat kepentingan utama keadilan adalah (1) jaminan stabilitas
hidup manusia, dan (2) keseimbangan antara kehidupan pribadi dan kehidupan
bersama.

Rawls mempercayai bahwa struktur masyarakat ideal yang adil adalah struktur
dasar masyarakat yang asli dimana hak-hak dasar, kebebasan, kekuasaan,
kewibawaan, kesempatan, pendapatan, dan kesejahteraan terpenuhi. Kategori
struktur masyarakat ideal ini digunakan untuk:

menilai apakah institusi-institusi sosial yang ada telah adil atau tidak
melakukan koreksi atas ketidakadilan sosial.

Rawls berpendapat bahwa yang menyebabkan ketidakadilan adalah situsi sosial
sehingga perlu diperiksa kembali mana prinsip-prinsip keadilan yang dapat
digunakan untuk membentuk situasi masyarakat yang baik. Koreksi atas
ketidakadilan dilakukan dengan cara mengembalikan (call aor redress)
masyarakat pada posisi asli (people on original position). Dalam posisi dasar
inilah kemudian dibuat persetujuan asli antar (original agreement) anggota
masyarakat secara sederajat.

Ada tiga syarat suapaya manusia dapat sampai pada posisi asli, yaitu:

Diandaikan bahwa tidak diketahui, manakah posisi yang akan diraih seorang
pribadi tertentu di kemudian hari. Tidak diketahui manakah bakatnya,
intelegensinya, kesehatannya, kekayaannya, dan aspek sosial yang lain.
Diandaikan bahwa prinsip-prinsip keadilan dipilih secara konsisten untuk
memegang pilihannya tersebut.
Diandaikan bahwa tiap-tiap orang suka mengejar kepentingan individu dan
baru kemudian kepentingan umum. Ini adalah kecenderungan alami manusia
yang harus diperhatikan dalam menemukan prinsip-prinsip keadilan.[7]

Dalam menciptakan keadilan, prinsip utama yang digunakan adalah:

Kebebasan yang sama sebesar-besarnya, asalkan tetap menguntungkan
semua pihak;
Prinsip ketidaksamaan yang digunakan untuk keuntungan bagi yang paling
lemah.

Prinsip ini merupakan gabungan dari prinsip perbedaan dan persamaan yang adil
atas kesempatan.

Secara keseluruhan berarti ada tiga prinsip untuk mencari keadilan, yaitu:

Kebebasan yang sebesar-besarnya sebagai prioriotas.
perbedaan
persamaan yang adil atas kesempatan.

Asumsi pertama yang digunakan adalah hasrat alami manusia untuk mencapai
kepentingannya terlebih dahulu baru kemudian kepentingan umum. Hasrat ini
adalah untuk mencapai kebahagiaan yang juga merupakan ukuran pencapaian
keadilan. Maka harus ada kebebasan untuk memenuhi kepentingan ini. Namun
realitas masyarakat menunjukan bahwa kebebasan tidak dapat sepenuhnya
terwujud karena adanya perbedaan kondisi dalam masyarakat. Perbedaan ini
menjadi dasar untuk memberikan keuntungan bagi mereka yang lemah. Apabila
sudah ada persamaan derajat, maka semua harus memperoleh kesempatan
yang sama untuk memenuhi kepentingannya. Walaupun nantinya memunculkan
perbedaan, bukan suatu masalah asalkan dicapai berdasarkan kesepakatan dan
titik berangkat yang sama.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Uraian dalam tulisan ini adalah secuil khasanah pemikiran keadilan yang
berkembang sepanjang sejarah peradaban manusia, sesuai dengan semangat
jamannya, situasi politik, dan pandangan hidup yang berkembang. Untuk
mempelajari keadilan memang sebuah aktivitas yang tidak ringan, apalagi
mencoba merumuskannya sesuai dengan semangat jaman saat ini.

Namun kesulitan tersebut bukan berarti bahwa studi-studi tentang keadilan
harus dikesampingkan. Untuk kalangan hukum, studi keadilan merupakan hal
yang utama, sebab keadilan adalah salah satu tujuan hukum, bahkan ada yang
menyatakan sebagai tujuan utamanya.

Mempelajari hukum tanpa mempelajari keadilan sama dengan mempelajari
tubuh tanpa nyawa. Hal ini berarti menerima perkembangan hukum sebagai
aenomena fsik tanpa melihat desain rohnya. Akibatnya bisa dilihat bahwa studi
hukum kemudian tidak berbeda dengan studi ilmu pasti rancang bangun yang
kering dengan sentuhan keadilan.

Praktek hukum terseret pada tantangan-tantangan spesialistik, teknologis, bukan
lagi pertanyaan-pertanyaan moral. Kaum proaesional adalah orang-orang yang
ahli dalam perkara perundang-undangan, tetapi jangan tanyakan pada mereka
tentang moralitas. Praktek ini membuat sindiran sinis terhadap hukum di
Amerika di mana semboyan Equal Justice Under The Law di dinding Supreme
Court (AS) ditambah dengan kata-kata To All Who Can Aford It. Bagaimana
dengan di Indonesia?

DAFTAR PUSTAKA

Beilharz, Peter. Ed. Teori-Teori Sosial. (Social Theory: A Guide to Central
Thinkers). Diterjemahkan oleh: Sigit JaPengertian Keadilan Menurut Defnisi Para
Ahli

Pengertian keadilan menurut Aristoteles yang menggemukakan bahwa
keadilan ialah tindakan yang terletak diantara memberikan terlalu banyak dan
juga sedikit yang dapat diartikan ialah memberikan sesuatu kepada setiap orang
sesuai dengan memberi apa yang menjadi haknya.

Pengertian keadilan menurut Frans Magnis Suseno yang menggemukakan
pendapatnya mengenai pengertian keadilan ialah keadaan antarmanusia yang
diperlakukan dengan sama ,yang sesuai dengan hak serta kewajibannya masingmasing.

Pengertian keadilan menurut Thomas Hubbes yang menggemukakan bahwa
pengertian keadilan ialah sesuatu perbuatan yang dikatakan adil jika telah
didasarkan pada suatu perjanjian yang telah disepakati.

Pengertian keadilan menurut Plato yang menggemukakan bahwa pengertian
keadilan ialah diluar kemampuan manusia biasa yang mana keadilan tersebut
hanya ada di dalam suatu hukum dan juga perundang-undangan yang dibuat
oleh para ahli .

Pengertian keadilan menurut W.J.S Poerwadarminto yang menggemukakan
bahwa pengertian keadilan ialah tidak berat sebelah yang artinya seimbang, dan
yang sepatutnya tidak sewenang-wenang.

Pengertian keadilan menurut Notonegoro yang menggemukakan bahwa
keadilan ialah suatu keadaan yang dikatakan adil apabila sesuai dengan
ketentuan hukum yang berlaku.

Macam-Macam Keadilan

jenis-jenis keadilan menurut Teori Aristoteles ialah sebagai berikut :

Keadilan Komunikatia ialah perlakuan kepada seseorang tanpa dengan melihat
dari jasa-jasanya.
Keadilan Distributia ialah suatu perlakuan kepada seseorang sesuai dengan
jasa-jasa yang telah diperbuatnya.
Keadilan Konvensional ialah suatu keadilan yang terjadi yang mana seseorang
telah mematuhi suatu peraturan perundang-undangan.
Keadilan Perbaikan ialah suatu keadilan yang terjadi yang mana seseorang
telah mencemarkan nama baik orang lain.
Keadilan Kodrat Alam ialah suatu perlakukan kepada seseorang yang sesuai
dengan suatu hukum alam.

Macam-macam atau jenis-jenis keadilan menurut Teori Plato ialah sebagai
berikut:

Keadilan Moral ialah suatu keadilan yang terjadi jika mampu untuk dapat
memberikan perlakukan seimbang antara hak dan juga kewajibannya.
Keadilan Prosedural ialah suatu keadilan yang terjadi jika seseorang dapat
melaksanakan perbuatan sesuai dengan sesuai tata cara yang diharapkan

Macam-macam Keadilan Secara Umum ialah sebagai berikut:

Keadilan Komunikatia (Iustitia Communicativa) ialah suatu keadilan yang
memberikan kepada masing-masing orang terhadap apa yang menjadi
bagiannya dengan berdasarkan suatu hak seseorang pada suatu objek tertentu.
Keadilan Distributia (Iustitia Distributiva) ialah suatu keadilan yang
memberikan kepada masing-masing terhadap apa yang menjadi suatu hak pada
subjek hak yakni individu. Keadilan distributia ialah suatu keadilan yang menilai
dari proporsionalitas ataupun kesebandingan yang berdasarkan jasa, kebutuhan,
dan juga kecakapan.
Keadilan Legal (Iustitia Legalis) ialah suatu keadilan menurut undang-undang
dimana objeknya ialah masyarakat yang dilindungi UU untuk kebaikan secara
bersama ataupun banum commune.
Keadilan Vindikatia (Iustitia Vindicativa) ialah suatu keadilan yang memberikan
hukuman ataupun denda yang sesuai dengan pelanggaran atau[un
kejatahannya.

Keadilan Kreatia (Iustitia Creativa) ialah suatu keadilan yang memberikan
masing-masing orang dengan berdasarkan bagiannya yang berupa suatu
kebebasan untuk dapat menciptakan kreativitas yang dimilikinya dalam berbagai
bidang kehidupan.
Keadilan Protektia (Iustitia Protektiva) ialah suatu keadilan dengan
memberikan suatu penjagaan ataupun perlindungan kepada pribadi-pribadi dari
suatu tindak sewenang-wenang oleh pihak lain.tmiko. Cetakan I. Yogyakarta.
Pustaka Pelajar. 2002.
55555555555

Teori-Teori Keadilan

1. Teori Plato
Plato berpendapat bahwa keadilan adalah diluar kemampuan manusia biasa.
Sumber ketidakadilan adalah adanya perubahan dalam masyarakat. Untuk
mewujudkan keadilan masyarakat harus dikembalikan pada struktur aslinya,
domba menjadi domba, penggembala menjadi penggembala. Tugas ini adalah
tugas negara untuk menghentikan perubahan. Dengan demikian keadilan bukan
mengenai hubungan antara individu melainkan hubungan individu dan negara.
Bagaimana individu melayani negara. (Syarbaini, 2003)
2. Teori Aristoteles
Keadilan sering diartikan sebagai ssuatu sikap dan karakter. Sikap dan karakter
yang membuat orang melakukan perbuatan dan berharap atas keadilan adalah
keadilan, sedangkan sikap dan karakter yang membuat orang bertindak dan
berharap ketidakadilan adalah ketidakadilan. Untuk mengetahui apa itu keadilan
dan ketidakadilan dengan jernih, diperlukan pengetahuan yang jernih tentang
salah satu sisinya untuk menentukan secara jernih pula sisi yang lain. Jika satu
sisi ambigu, maka sisi yang lain juga ambigu.
3. Teori John Rawls
Lain halnya dengan Aristoteles, John Rawls yang hidup pada awal abad 21 lebih
menekankan pada keadilan sosial. Hal ini terkait dengan munculnya
pertentangan antara kepentingan individu dan kepentingan negara pada saat
itu. Rawls melihat kepentingan utama keadilan adalah (1) jaminan stabilitas
hidup manusia, dan (2) keseimbangan antara kehidupan pribadi dan kehidupan
bersama.
Rawls berpendapat bahwa yang menyebabkan ketidakadilan adalah situsi sosial
sehingga perlu diperiksa kembali mana prinsip-prinsip keadilan yang dapat
digunakan untuk membentuk situasi masyarakat yang baik.

4. Teori Thomas Hobbes
Suatu perbuatan dapat dikatakan adil apabila telah didasarkan pada perjanjianperjanjian tertentu. Artinya seseorang yang berbuat berdasarkan perjanjian yang
telah disepakati. Menurutnya, ketidakadilan terjadi apabila telah melanggar
hukum perjanjian tersebut.
5. Teori Drs. Kahar mahsyur
Drs. Kahar Masyhur memberikan deaenisi tentang adil ialah meletakkan sesuatu
pada tempatnya, menerima hak tanpa lebih dan memberikan hak orang lain
tanpa kurang serta memberikan hak setiap yang berhak secara lengkap tanpa
lebih tanpa kurang antara sesama yang berhak, dalam keadaan yang sama dan
penghukuman orang jahat atau yang melanggar hukum sesuai dengan
kesalahan dan pelanggarannya.

Argumen
Penerapan teori keadilan yang baik menurut saya adalah dengan
menggabungkan dari ke 5 teori tersenut. Di mana keadilan harus benar-benar
ditegakkan di Indonesia, sesuai porsinya, tidak memandang bulu dan sesuai
dengan hukum yang berlaku.

BAB III PENUTUP

Kesimpulan

1. Pancasila masih sangat diperlukan bagi Bangsa Indonesia untuk menjaga nilai
bangsa.
2. Adil dan beradab merupakan sikap keluhuran bangsa.
3. Keadilan di Indonesia hendaknya dilakukan dengan sesuai hukum, porsi dan
sama.

Daatar Pustaka

Rizasihbudi CS. “Bara Dalam Sekam” Identifkasi Akar Masalah dan Solusi Atas
Konflik Lokal Papua dan Kronik Indonesia Baru. Cetak I Januari 2001.

Amirul Isnaini, Mayor Jenderal TNI. 2001. “Mencegah Keinginan beberapa Daerah
Untuk Memisahkan Diri dari Tegak Utuhnya NKRI”. Jakarta. Lemhannas.

Bolo, Andreas Doweng dkk. 2000. Pendidikan Nilai Pancasila. Bandung. Unpar
Press.

Kaelan. 2002. Filsaaat Pancasila. Yogyakarta : Paradigma.

Ashiddiqie, Jimly. 2009. Menuju Negara Hukum yang Demokrasi. Jakarta : Buana
Ilmiah Populer.

Syarbaini, Syahrial. 2003. Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi. Jakarta :
Ghalia Indonesia.

Beberapa artikel di internet.

Tags: Sosiologi Perikanan
Posted by Izzy El-aasha Makalah, Mata Kuliah Subscribe to RSS aeed
Leave a Reply

Required felds are marked *
Your email address will never be published or shared.

Name *

Email *

Website

Comment

Search aor:
Recent Posts

Dear Wiay
Kejadian itu…
Ketika Keadaan Mengakhiri Sebuah Cinta
Harus Terpisah
Bertengkar Dan Bertengkar (Lagi Lagi Dan Lagi)

Archives

July 2013
January 2013
December 2012
July 2012

Categories

Artikel
Badminton
Coretan Gw
Makalah
Marching Band

Mata Kuliah
Uncategorized

Meta

Log in
Entries RSS
Comments RSS
WordPress.org

Recent Posts

Dear Wiay
Kejadian itu…
Ketika Keadaan Mengakhiri Sebuah Cinta
Harus Terpisah
Bertengkar Dan Bertengkar (Lagi Lagi Dan Lagi)
Cemburu
Dialah Boss Kecil Namanya
Sebuah Lingkaran Spidol Tebal Di 30 Desember 2012
Makalah Pancasila : Pentingnya Keadilan Sosial
Sosiologi Perikan
Makalah Pancasila: Implementasi Pancasila
Daatar Juara Badminton Indonesia Selama Tahun 2012
The Memories oa Rotasi XXX MBUGM
Welcome Party Rotasi XXXI 2012 MBUGM
Welcome Guys
Hello world!

Tags

Badminton Indonesia Boss Kecil Cinta MBUGM Pancasila Sosiologi Perikanan

RSS