23259 ID strategi penguatan ekonomi provinsi diy berbasis sektor unggulan

STRATEGI PENGUATAN EKONOMI PROVINSI DIY
BERBASIS SEKTOR UNGGULAN
STRATEGY OF ECONOMIC STRENGTHENING DIY PROVINCE
BASED LEADING SECTOR
Darmadji
Program Studi Agribisnsi Fakultas Pertanian
Universitas Widyagama Malang

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sektor-sektor ekonomi unggulan ditinjau
dari: (1) total output, (2) nilai tambah bruto, , (3) nilai ekspornya, (4) nilai dampak
pengganda output, dan (5) nilai indek daya penyebaran dan derajat kepekaan. Penelitian ini
menggunaka nanalisis Input Output yang dikembangkan oleh Wassily Leontief. Metode
penggalian data dilakukan dengan metode non surve, yaitu memanfaatkan data IO yang
diterbitkan oleh BPS Provinsi DIY tahun 2010.
Berdasarkan hasil analisis dapat ditunjukkan. (A) sektor ekonomi potensial
berdasarkan outputnya adalah: (1) sektor konstruksi gedung & bangunan sipil, (2) jasa
pendidikan, (3) penyedia makan minum, (4) administrasi pemerintah, pertahanan &
jaminan sosial wajib, (5) informasi dan komunikasi, (6) perdagangan eceran besar dan
eceran selain mobil/motor, (7) real estate, (8) konstruksi khusus, (9) industri makanan dan
minuman lainnya, (10) jasa kesehatan dan kegiatan sosail.

(b) sektor ekonomi potensial berdasarkan NTB adalah: (1) sektor jasa pendidikan,
(2) perdagangan besar dan eceran (3) informasi dan komunikasi, (4) penyedia makanan dan
minuman, (5) konstruksi gedung dan bangunan.
(c) sektor ekonomi potensial berdasarkan ekspor adalah: (1) kebudayaan hiburan
dan rekreasi, (2) industri furnitur, (3) industri pakaian jadi, (4) real estat, (5) jagung,
(6) industri makanan dan minuman lainnya, (7) industri tekstil selain tenun dan batik, dan
(8) angkutan rel
(d) sektor ekonomi potensial berdasarkan penyerapan tenaga kerja adalah: (1) grosir
dan eceran di samping mobil / motor, (2) padi, (3) pelayanan pendidikan, (4) administrasi
pemerintahan, pertahanan dan wajib jaminan sosial, (5) penyediaan makanan dan
minuman, (6) konstruksi bangunan dan bangunan sipil, (7) unggas dan hasil, (8) singkong,
(9) industri makanan dan minuman lainnya, dan (10) buah .
(e) sektor-sektor ekonomi potensial berdasarkan dampak pengganda output adalah:
(1) industri beras, (2) asuransi dan dana pensiun, (3) industri tepung terigu dan tepung
lainnya, (4) jasa kesehatan dan kegiatan sosial, (5) industri barang kimia kecuali pupuk dan
pestisida, (6) konstruksi khusus, (7) industri barang dan barang lainnya dari karet, (8)
industri biji-bijian kupas, coklat dan kembang gula (9) jasa keuangan lainnya, (10)
angkutan jalan raya.
(f) sektor potensial berdasarkan nilai indek daya penyebaran adalah: (1) industri
beras nilainya sebesar, (2) asuransi dan dana pensiun, (3) industri tepung terigu dan tepung

lainnya kode 26 sebesar 1,2794, (4)
jasa kesehatan dan kegiatan sosial, (5) industri
barang kimia kecuali pupuk dan pestisida, (6) konstruksi khusus, (7) industri barang dan
barang lainnya dari karet, (8) industri biji-bijian kupas, coklat dan kembang gula, (9) jasa
keuangan lainnya, dan (10) angkutan jalan raya.
(g) sektor potensial berdasarkan nilai indek derajat kepekaan adalah: (1) sektor
perdagangan besar dan eceran selain mobil/motor (2) sektor informasi dan komunikasi 7,
(3) sektor penyedia makan dan minum, (4) angkutan jalan raya, (5) listrik, (6) padi, (7) jasa

keuangan lainnya, (8) jasa lainnya, (9) administrasi pemerintahan, pertahanan & jaminan
sosial wajib, (10) real estat.
Kata kunci : analisis IO, pengganda output, tenaga kerja, indek daya penyebaran dan
derajat kepekaan
ABSTRACS
This study aims to determine the leading economic sectors in terms of: (1) the total
output, (2) gross value added, (3) the value of exports, (4) the value of the output multiplier
effects, and (5) the value of the spread and the power index degree of sensitivity. This study
uses Input Output analysis developed by Wassily Leontief. Methods of data collection was
conducted by non surve, which utilize IO data published by BPS DIY Province in 2010.
Based on the results of analysis can be shown. (A) potential economic sectors

based on the output are: (1) construction of buildings and civil structures, (2) educational
services, (3) providers of eating and drinking, (4) government administration, defense and
compulsory social security, (5) information and communication, (6) retail trade and retail
in addition to the car / motorcycle, (7) real estate, (8) a special construction, (9) other food
and beverage industry, (10) health services and activities sosail.
(b) potential economic sectors based NTB are: (1) the education services sector, (2)
wholesale and retail trade (3) information and communication, (4) a provider of food and
beverage, (5) the construction of buildings and constructions.
(c) the potential economic sectors based export are: (1) the culture of
entertainment and recreation, (2) the furniture industry, (3) apparel industry, (4) real
estate, (5) corn, (6) other food and beverage industry , (7) the textile industry in addition to
weaving and batik, and (8) freight rail
(d) the potential economic sectors based on the absorption of labor are: (1)
wholesale and retail trade in addition to the car/motorcycle, (2) rice, (3) educational
services, (4) government administration, defense and compulsory social security, (5) the
provision of food and drink, (6) the construction of buildings and building civil, (7) poultry
and outcome, (8) cassava, (9) other food and beverage industry, and (10) fruits.
(e) the potential economic sectors based on the output multiplier effects are: (1) the
rice industry, (2) insurance and pension funds, (3) industrial flour and other, (4) health
services and social activities, (5) industrial chemical goods except fertilizers and

pesticides, (6) specialized construction, (7) industrial goods and other articles of rubber,
(8) industry peeled grains, chocolate and confectionery (9) other financial services, (10)
road transport highway.
(f) the potential sector based index value power deployment are: (1) the value of
the rice industry, (2) insurance and pension funds, (3) industrial flour and other flour code
26 at 1.2794, (4) health services and social activities, (5) industrial chemical goods except
fertilizers and pesticides, (6) specialized construction, (7) industrial goods and other
articles of rubber, (8) industry peeled grains, chocolate and confectionery, (9) financial
services other, and (10) of highway transportation.
(g) potential sector based index of the degree of sensitivity values are: (1)
wholesale and retail trade sectors in addition to the car / motorcycle (2) the information
and communication sector 7, (3) food and drink sector providers, (4) road transport, (5)
electricity, (6) rice, (7) other financial services, (8) other services, (9) administration,
defense and compulsory social security, (10) real estate.
Key words: IO analysis, the multiplier output, labor, power index spread and degree of
sensitivity
149

kontek perekonomian Provinsi Daerah


PENDAHULUAN
Penelitian ekonomi baik yang

Istemewa

Yogyakarta

(DIY),

dalam

berpresfektif makro maupun mikro tetap

presfektif kurun waktu yag sama juga

penting untuk dilakukan, antara lain

diharapkan

didasarkan pada realita bahwa sejak


kinerja ekonomi yang kuat.

untuk

bisa

mewujudkan

negeri ini berdaulat hingga pemerintah

Beberapa kriteria yang umumnya

orde baru (orba), bidang konomi tetap

sering dipakai sebagai indikator kuat

ditempatkan sebagai persoalan bangsa

lemahnya kinerja ekonomi, diantaranya


yang diutamakan penanganannya. Pada

adalah: (1) laju pertumbuhan ekonomi,

masa

(2)

orde

pemerintah

lama

(oral),

untuk

penangangan


komitmen

mengedepankan

persoalan

di

bidang

jumlah

penduduk

miskin

dan

pengangguran, (3) pendapatan perkapita

penduduk,

(4)

tingkat

inflasi,

(5)

penduduk,

(6)

ekonomi ditandai dengan dibentuknya

distribusi

Panitia Pemikir Siasat Ekonomi melalui


kinerja ekspor, dan (7) pendapatan pajak.

Penpres No. 3 tanggal 12 April 1947.

Penguatan ekonomi DIY sangat penting

Kerja keras Panitia tersebut melahirkan

untuk terus dijaga bahkan ditingkatkan

dokumen

karena

perencanaan

yang

disebut


pendapatan

dua

alasan

utama.

Pertama

Dasar Pokok Plan Mengatur Ekonomi

penguatan ekonomi DIY dengan berbagai

Indonesia. Dokumen tersebut merupakan

indicator

awal dari serangkaian perencanaan dalam

bermuara pada upaya untuk menuju

sejarah

kemakmuran rakyat. Kedua, keberhasilan

pembangunan

di

Indonesia

(Kunarjo,1996).
Pada

tersebut

akhirnya

pembangunan dibidang ekonomi pada

masa

Orba,

komitmen

akhirnya juga akan berdampak terhadap

pemerintah untuk tetap menempatkan

keberhasilan

bidang ekonomi sebagai persoalan utama

yang lain.

bangsa, secara eksplisit tertuang dalam
GBHN.

pada

Melalui

serangkaian

pembangunan

dibidang

Dalan penelitian ini penguatan
ekonomi DIY hanya difokuskan pada

pembangunan berjangka yang popluer

kegiatan

dengan PJP I dan PJP II, kinerja ekonomi

memberikan

nasional yang kuat telah ditetapkan untuk

pertumbuhan ekonomi, kinerja ekspor,

bisa dicapai dalam 50 tahun kedepan

pendapatan pajak, pendapatan per kapita,

sejak Pelita I tahun 1969. Yang berarti

dan

dalam

cita-cita

potensial. Penguatan ekonomi Provinsi

mewujudkan kinerja ekonomi yang kuat

DIY menarik untuk ditelaah antara lain

harus bisa dicapai. Demikian pula dalam

didasarkan pada beberapa alasan berikut:
150

6

tahun

kedepan

ekonomi
dampak

penyerapan

(sektor)
besar

tenaga

yang
terhadap

kerja

yang

(1) aspek kesatuan ekonomi, dan (2)

Alasan

kespesifikan perekonomian DIY diantara

pertanian terhadap perekonomian.

propinsi-proponsi

lain,

(3)

kespesifikan

didasarkan

pada

daerah

kontribusi

sektor

pertumbuhan

ekonomi

namun
yang

laju
masih

sektor

Fakta kespesifikan kedua adalah

sebagai

provinsi yang paling kecil cakupan
adminstratifnya,

peran

masih

besarnya

pertanian

terhadap

perekonomian DIY. Berdasarkan data

rendah baik apaila dibandingkan dengan

PDRB

rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional

disajikan pada Tabel 1 dapat ditunjukkan

maupun apabila dibandingkan dengan

bahwa selama periode tersebut kontribusi

dua provinsi lain di pulau Jawa.

sektor pertanian masih lebih tinggi
apabila

ekonomi,

aspek

tahun

2002-2006

dibandingkan

dengan

yang

sektor

industri pengolahan. Fakta ini spesifik

Alasan aspek kesatuan ekonomi.
Pertimbangan

dari

kesatuan

karena sejak awal PJP II yaitu pada tahun

bahwa

1994 dalam pembangunan nasional sudah

dimaksudkan

perekonomian DIY merupakan bagian

terjadi

proses

transformasi

struktur

integral dari perekonomi nasional secara

ekonomi yang ditandai dengan semakin

keseluruhan. Dengan demikian, adanya

menurunnya kontribusi sektor pertanian.

berbagai upaya penguatan perekonoian di

Sebaliknya kontribusi sektor industri

DIY juga akan berdampak luas yaitu

menunjukkan kontribusi yang lebih tinggi

tidak hanya terhadap perekonomian di

dari sektor pertanian.

wilayah provinsi lain tetapi juga terhadap
perekonomian nasional.

Tabel 1. Distribusi Struktur Ekonomi Secara Agregat dan Parsial 2002-2006
STRUKTUR EKONOMI
AGREGAT (%)
Pertanian
Industri Pengolahan
Jasa-Jasa
Perdagangan, hotel & restoran
Sumber: BPS DIY (2007; 2007a)

2002
18,57
15,47
19,96
19,17

2003
17,02
15,65
19,01
19,21

TAHUN
2004
16,5
15,8
19,80
18,9

2005
15,7
14,11
19,74
19,14

2006
15,5
13,86
20,06
19,03

Dengan kata lain transformasi

spesifik karena proses transformasi yang

struktur ekonomi yang ditandai dengan

umumnya dialami oleh provinsi-provinsi

semakin

lain sudah terjadi sejak awal PJP II.

besarnya

kontribusi

sektor

industri pengolahan terhadap PDRB tidak
terjadi di DIY. Fakta ini dianggap

Kontribusi sektor pertanian yang
masih

cukup

dominan

terhadap
151

perekonomian

juga

masih

berlanjut

sebesar 5,93 %, Provinsi DKI Jakarta

hingga tahun 2012. Berdasarkan struktur

sebesar 6,04 % (BPS Pusat, 2012). Masih

PDRB menurut lapangan usaha pada

rendahnya laju pertumbuhan ekonomi

tahun 2012 dan tahun 2013 kontribusi

DIY tersebut besar kemungkinan masih

sektor pertanian masing-masing adalah

cukup

14,65 dan 13,91. Sebaliknya kontribusi

pertanian.

besarnya

Alasan

sektor industry pengolahan pada dua

kontribusi

kespesifikan

periode tahun yang sama adalah 13,34

berkaitan dengan Visi

dan 13,77 (BPS DIY, 2014).

Provinsi

DIY.

sektor

ketiga

pembangunan

Kespesfikikan

ketiga

Dalam presfektif makro, proses

ditinjau dari Visi Pembangunan DIY

transformasi struktur ekonomi ini sangat

adalah keinginan untuk bisa unggul

penting karena Raul Prebisch dalam

dibidang

Widodo

(1997),

kebudayaan terutama difokuskan pada

merupakan

jalan

industrialisasi

pendidikan

dan

bagi

pembangunan di sektor jasa pendidikan,

dapat

jasa perdagangan selain mobil/motor,

mencapai laju pertumbuhan ekonomi

penyediaan makanan dan minuman, dan

yang tinggi. Demikian pula menurut

administrasi pemerintahan. Pembangunan

Ridel

industrialisasi

keempat sektor tersebut diharapkan dapat

merupakan salah satu jalur yang harus

memberikan multiplier effect terhadp

dilalui oleh hampir semua negara guna

sektor-sektor yang lain, seperti informasi

mencapai pendapatan perkapita yang

dan komunikasi, konstruksi, serta real

tinggi.

estat.

Negara

satu-satunya

pariwisata,

berkembang

(1992)

untuk

bahwa

Pendapat Widodo (1997) tersebut
menarik

untuk

dikaitkan

Visi pembangunan DIY tersebut

dengan

menarik untuk dijadikan salah satu alasan

pertumbuhan ekonomi provinsi DIY.

penelitian ini karena menempatkan sektor

Berdasarkan

jasa

data

perkembangan

(tersier)

sebagai

dominasi

pertumbuhan ekonomi DIY dari 2003-

pembangunan. Apabila dikaitkan dengan

2012 rata-rata mencapai 4,7 %. Apbila

teori

dibandingkan

rata-rat

(1960) yang secara bertahap merumuskan

pertumbuhan ekonomi provisi lain di

5 tahap pembangunan, yaitu bergerak

pulau Jawa, pertumbuhan DIY yang

dari

paling rendah. Pertumbuhan provinsi

preconditions to take-off, the take-off, the

Jawa Timur rata-rata pertahun dalam

drive to maturaty, and the age of high

periode tahun tersebut mencapai 5,97 %,

mass-consumption,

Jawa Tengah sebesar 5,54 %, Jawa Barat

DIY merupakan kespesifikan tersendiri.
152

dengan

pertumbuhan

the

ekonomi

traditional

visi

Rostow

society,

pembangunan

Visi pembangunan DIY tersebut spesifik

yang disebut industry (kadang-kadang

apabila dibandingkan dengan provinsi

‘kegiatan’), yang masing-masing terdiri

Jawa Timur, yang potensi sumberdaya

dari satu atau lebih perusahaan yang

alamnya sama-sama berbasis pertanian,

menghasilkan produk yang hampir sama

namun visi pembangunan hingga tahun

ayau tidak perlu saama. Tiap industry

2025 nanti menjadikan sektor agribisnis

memerlukan

sebagai leading sector (Sekretaris Daerah

sektor-sektor lainnya untuk memproduksi

Provinsi Jawa Timur, 2009).

keluarannya

Berkaitan dengan upaya untuk
merumuskan
ekonomi,
(2010)

strategi

Daryanto

keberhasilan

sendiri.

tertentu

Demikian

dari

pula

masing-masing industry juga menjual

pembangunan

sebagian dari keluarannya yang masih

Hafizrianda

kasar ke industry-industri lainnya untuk

dan

menyatakan

masukan

bahwa

pembangunan

kunci
ekonomi

memenuhi permintaan antara.
Menurut Chenery

dan Clark

adalah adanya integrasi ekonomi yang

(1959), setidaknya ada tiga asumsi yang

kuat, menyeluruh dan berkelanjutan.

harus dipenuhi dalam analisis IO. (1)

Dengan kata lain berkembangnya suatu

homogenitas,

sektor ekonomi sangat terkait dengan

komoditas

sektor ekonomi lain. Menurut Miller dan

tunggal oleh suatu sektor dengan susunan

Blair (1985), salah satu model yang bisa

tuunggal dan tidak ada substitusi antar

memaparkan dengan jelas bagaimana

berbagai sektor, (2) linieritas, ialah

interaksi antar pelaku ekonomi itu terjadi

prinsip dimana fungsi produksi bersifat

adalah model Input Outpu (IO) yang

linier dan homogeny, dan (3) aditivitas

dikembangkan oleh Wassily Leontief

ialah suatu prinsip dimana efek total dari

pada tahun 1930-an yang kemudian

pelaksanaan produksi dipelbagai sektor

mendapata hadiah Nobel pada tahun

dihasilkan oleh masing-masing sektor

1973.

secara terpisah.

yang
hanya

berarti

suatu

dihasilkan

secara

Menurut Leontief (1966), analisis

Berdasarkan Tabel IO Provinsi

IO merupakan suatu metode yang secara

DIY tahun 2010, sektor-sektor yang

matematis mengukur hubungan timbal

dikategorikan

terkait

balik diantara beberapa sektor dalam

pembangunan

DIY

perekonomian yang komplek. Menurut

penunjang

Todaro (1986), gagasan dasar analisis IO

terimbas, diantaranya adalah: (1) sektor

didasarkan

bahwa

pertanian,

perekonomian suatu negara dapat dibagi

kebutuhan

kedalam sejumlah sektor yang berbeda,

secara parsial terdiri dari 20 sektor, (2)
153

atas

keaykinan

dan

dengan
beserta

sektor

sebagai

sektor

ikutan

sektor

visi

yang

pemasok

makanan dan minuman,

sektor pertambangan, garam kasar dan

pengganda output, dan (5) nilai indek

penggalian lain, (3) sektor industry

daya penyebaran dan derajat kepekaan.

pengolahan, terdiri dari: 13 agroindustri
pengolahan makanan dan minuman,

Penentuan

sektor

unggulan

8

menurut output dan NTB didasarkan

agroindustri non makanan dan minuman,

pada BPS (1995). Menurut potensi total

14 sektor iendustri pengolahan berbasis

outpunya,

non pertanian, (4) sektor industry gas dan

kategori

sektor

pemimpin

air bersih, yang terdiri dari 3 sektor, (5)

sector)

untuk

sektor-sektor

sektor konstruksi, terdiri dari 3 sektor

memiliki total output dalam 10 besar

pendukung, (6) sektor perdagangan, hotel

diantara

dan restoran, terdiri dari 3 sektor

suatu wilayah. Sedangkan sektor-sektor

pendukung, (7) sektor pengangkutan dan

ekonomi yang masuk dalam 10 besar

komunikasi,

sektor

baik dalam hal total output dan NTB

pendukung, (8) sektorkeuangan, real

yang dihasilkan dikateorikan sebagai

estat, dan jasa perusahaan yang terdiri

sektor kunci (key sector).

terdiri

dari

5

dari 9 sektor pendukung, (9) sektor jasa,

BPS

(1995)

sektor-sektor

memberikan
(leading
yang

perekonomian

Di sisi lain, BPS (1995) juga

terdiri dari 5 sektor jasa pendukung (BPS

memberikan

DIY, 2010).

berdasarkan nilai indek daya penyebaran

kategori

sektor

kunci

Berdasarkan Tabel IO DIY 2010,

dan nilai derajat kepekaan. Sektor-sektor

secara parsial terdapat 83 sektor ekonomi

ekonomi yang memiliki kedua nilai indek

yang menjadi penguat perekonomian

tersebut

Provinsi DIY. Dalam analisis IO, ke 83

dikategorikan pula sebagai sektor kunci.

sektor tersebut masing-masing memiliki

Demikian

beberapa potensi ditinjau dari: (1) output,

(1989), Wibowo (1991), Daryanto dan

(2) nilai tambah bruto (NTB), (3) ekspor,

Hafizrianda

(4) penyerapan tenaga kerja, (5) dampak

menggunakan kedua indicator sektor

pengganda output, dan (6)

ineks daya

kunci, yaitu baik berdasarkan nilai NTB

penyebaran dan indeks derajat kepekaan.

dan output dan kedua nilai indek suatu

Berdasarkan

sektor.

pada

berbagai

potensi

tersebut, maka penelitian ini ditujukan

lebih

pula

besar

menurut

(2010).

Penentuan

dari

satu

Budiharso

Penelitian

ini

sekotor unggulan

untuk memberikan deskripsi strategi

ditinjau dari ekspor didasarkan pada BPS

penguatan ekonomi DIY berbasis sektor

DIY

unggulan

nilai

memberikan stressing pada sektor-sektor

outputnya, (2) nilai tambah bruto, (3)

ekonomi yang memiliki total ekspor yang

nilai

kontribusinya lebih atau sebesar 40
154

ditinjau

ekspornya,

(4)

dari:

nilai

(1)

dampak

(2010).

BPS

DIY

(2010)

persen. Dengan demikian, sektor-sektor

Untuk mencapai tujuan berbagai tujuan

ekonomi yang memiliki kontribusi 40

yang

persen

menggunakan Metode Analisis Input

keatas

dikategorikan

sebagai

sektor unggulan.
Penentuan

telah

Output
sektor

unggulan

diidentifikasi,

Leontief.

penelitian

ini

IO

dikumpulkan

maupun penyerapan tenaga didasarkan

menggunakan data IO yang dberasal dari

pada potensinya diantara 83 sektor

Tabel IO Provinsi DIY tahun 2010 dalam

ekonomi

klasifikasi 83 sektor. Adapun tahapan

Dalam

yaitu

melalui

metode

dianalisis.

surve,

dalam

ditinjau dari dampak pengganda output

yang

non

Data

penelitian

hanya

penelitian ini, sektor-sektor ekonomi

analisis IO dalam penelitian ini melputi:

unggulan ditinjau dari kdedua indictor

(1) Pemilihan jenis tabel transaksi dan

tersbut apabila potensianya masuk dalam

harga dasar yang digunakan.

10 besar. Kriteria ini bukan merupakan

Ada 3 jenis tabel IO yang diterbitkan

acuan yang baku karena tidak ada dasar

BPS Yogyakarta (2010), yaitu: (i) tabel

yang

transaksi

kuat

untuk

membuat

total,

(ii)

tabel

transaksi

mengkategorikan suatu sektor unggulan

domestik, dan (3) tabel berdasarkan

ditinjau dari kedua indicator ekonomi

marging

tersebut.

menggunakan tabel transaksi domestik.

Berdasarkan

berbagai

perdagangan.

Penelitian

ini

uraian

Di sisi lain, yaitu berdasarkan harga yang

mengenai pentingnya penguatan ekonomi

digunakan dalam transaskinya, ada dua

DIY, maka penelitian ini bertujuan untuk

jenis harga yang digunakan yaitu atas

mengetahui

ekonomi

dasar harga pembeli dan atas dasar harga

unggulan ditinaju dari beberapa kriteria,

produsen. Penelitian ini menggunakan

yaitu berdasarkan: (1) total output, (2)

tabel transaksi domestik atas dasar harga

nilai tambah bruto, (3) potensi ekspor, (4)

produsen. Berdasarkan atbel IO terpilih

penyerapan tenaga kerja, (5) dampak

selanjutnya bisa dilakukan analisis secara

pengganda output, dan (6) nilai indek

deskripsi yang berkaitan dengan tujuan

daya penyebaran dan indek derajat

penelitian

kepekaan. Hasil analisis ini diharapkan

unggulan ditinjau dari nilai output, nilai

menjadi

tambah bruto dan nilai ekspor.

sektor-ektor

masukan

bagi

penguatan

ekonomi DIY di masa mendatang.

untuk

mengetahui

sektor

(2) Running tabel IO klasifikasi 83 sektor
atas dasar harga produsen.
Running data pada tabel IO ini

METODE PENELITIAN
Lingkup kajian dari penelitian ini
adalah

perekonomian

Provinsi

DIY.

dimaksukan

untuk

mencapai

tujuan

penelitian ketiga dan keempat yaitu untuk
155

mengetahui sektor unggulan ditinjau dari

HASIL DAN PEMBAHASAN

dampak pengganda output dan nilai indek

1. Identifikasi

daya penyebaran dan derajat kepekaan.

sektor

unggulan

menurut total output

Adapun tahapan running analisis IO

Menurut BPS (1995) dan BPS

adalah : (1) penghitungan nilai koefisien

Provinsi DIY (2010), output adalah nilai

input

produksi atas barang

masing-masing

sektor,

(2)

dan jasa yang

menghitung matrik kebalikan leontief, (3)

dihasilkan oleh faktor produksi di suatu

menghitung nilai dampak pengganda

wilayah. Pentingnya melakukan kajian

output dan nilai indek daya penyebaran

terhadap besarnya output yang diciptakan

dan derajat kepekaan. Menurut BPS

oleh masing-masing sektor, maka akan

(1995), Budiharso (1989), dan Daryanto

diketahui pula sektor-sektor apa saja yang

dan Hafizrianda (2010), nilai dapak

mampu memberikan sumbangan yang

pengganda output dihitung dengan rumus

besar dalam membentuk output secara

(1),

keseluruhan di Negara/daerah tersebut.

nilai

indkes

daya

penyebaran

dihitung dengan rumus (2), dan nilai

Secara agregat, total output DIY

indek derajat kepekaan masing-masing

adalah sebesar 114, 126 triliun rupiah.

sektor

Berdasarkan hasil analisis terhadap 83

dihitung

dengan

rumus

(3).

MXTj   Cij...................................(1) ,

sektor ekonomi DIY, selanjutnya dapat

MXTj adalah Pengganda output sektor j

potensi outputya masuk dalam 10 besar.

Cij

Ke 10 sektor ekonomi tersebut adalah:

n 1
i 1

adalah Unsur matrik kebalikan

Leontief tertbuka

(1) sektor konstruksi gedung & bangunan

 bij
n

αj 

sipil dengan kode sektor 59, nilainya

j 1

(1 / n). bij

..........................(2)

 bji

........................(3)
(1 / n)  bij
i 1

i

sebesar 12,043 trilun rupiah (10,55%),
(2) jasa pendidikan dengan kode 80,

n

βi

diidentifikasi sektor-sektor ekonomi yang

j

nilainya sebesar 10,078 triliun rupiah
(8,83%), (3) penyedia makan minum
koede sektor 68, nilainya 9,028 triliun

α j: Indek Daya Penyebaran, β i: Indeks

rupiah

Derajat Kepekaan, n adalah jumlah sector

pemerintah, pertahanan & jaminan sosial

bij:

unsur

matrik

kebalikan

(7,91%),

(4)

administrasi

wajib kode sektor 79, nilainya 7,83 triliun

Leontief terbuka pada baris ke-i dan

rupiah

kolom ke-j

komunikasi kode 69, nilainya 7,492

(6,86%),

(5)

informasi

dan

triliun rupiah (6,56%), (6) perdagangan
eceran

besar

dan

eceran

selain
156

mobil/motor koed 61, nilainya 6,786

tersebut penting untuk mendapat prioritas

trilun rupiah (5,95%), (7) real estate kode

pengembangan

74, nilainya 6,094 trilun rupiah (5,34 %),

berbagai target pembangunan DIY di

(8) konstruksi khusus kode 60, nilainya

masa mendatang. Hal tersebut dapat

4,14 trilun rupiah (3,63%), (9) industri

dilakukan karena output menjadi faktor

makanan dan minuman lainnya kode 33,

penentu baik pertumbuhan ekonomi,

nilaninya 3,948 trilun rupiah (3,46%),

kemajuan

(10) jasa kesehatan dan kegiatan sosail

maupun pendapatan per kapita penduduk.

kode 81, nilainya3,426 triliun rupiah

Kesemua

(3%).

akhirnya akan bermuara pada upaya
Apabila memperhatikan sektor-

guna

mewujudkan

pembangunan

indikator

ekonomi

tersebut

pada

untuk meujudkan kesejahteraan rakyat.

sektor yang memiliki potensi output

Menurut

Sukirno

(1960)

kedalam 10 besar tersebut dicocokkan

pembangunan ekonomi diartikan sebagai

dengan visi penunjang pembangunan

proses yang menyebabkan peningkatan

DIY, maka keempat sektor jasa yang

pendapatan per kapita penduduk suatu

menjadi

dapat

masyarakat

terealisir. Hal tersebut ditunjukkan dari

Sedangkan

pertumbuhan

potensi keempat jasa penunjang visi

didefinisikan

sebagai

pembangunan DIY yaitu, jas pendidikan,

Produk Domestik Bruto/PDB (Gross

perdagangan

motor/mobil,

Domestic Bruto/GDB) tanpa memandang

penyedia makanan dan minuman, dan

apakah kenaikan itu besar atau kecil dari

administrasi pemerintahan, semuanya ada

pada tingkat pertumbuhan penduduk.

dalam 10 besar penciptaan output. Hasil

Menuru BPS (1995), PDB atau total nilai

analisis ini menunjukkan bahwa keempat

tambah bruto (NTB) sama dengan total

jasa

pengeluaran dikurangi total impor.

fokus

pembangunan

selain

penunjang

tersebut

terbukti

memberikan kontribusi yang besar dalam
perekonomian DIY.

dalam

jangka

ekonomi

kenaikan

dari

Lebih jauh Sukirno menegaskan
bahwa perekonomian dapat dinyatakan

Menurut kriteria BPS (1995),

dalam

keadaan

berkembang

kelima sektor pada urutan satu sampai

pendapatan

lima

kecenderungan jangka

diketegorikan

panjang.

sebagai

sektor

per

kapita

apabila

menunjukkan
panjang yang

pemimpin (leading sector). Berdasarkan

menaik. Kesemua ukuran kemajuan baik

kriteria BPS tersebut, maka 10 sektor

menyangkut

besar

pertumbuhan

dalam

penciptaan

ooutput

dikategorikan sebagai sektor unggulan.

pembangunan
ekonomi

ekonomi,
maupun

pendapatan per kapita adalah output.

Oleh karena itu, 10 sektor unggulan
157

Menurut statistik pendapatan, output

kode 59, nilainya 4,525 triliun rupiah

biasa disebut sebagai PDB (BPS, 1995).

(7,4%).

(1) Identifikasi

sektor

unggulan

sektor-sektor yang termasuk kedalam

menurut nilai tambah bruto
Menurut BPS (1995) dan BPS
Prov DIY (2010)

Berdasarkan kriteria BPS (1995),

lima besar dalam penciptaan output dan

nilai tambah bruto

sekaligus NTB dikategorikan sebagai

(NTB) merupakan balas jasa terhadap

sektor kunci (key sector). Berdasarkan

faktor produksi yang tercipta karena

hasil identifikasi, lima besar sektor dalam

adanya kegiatan produksi. NTB terdiri

penciptaan

dari empat komponen yaitu upah dan

termasuk dalam lima besar dalam hal

gaji, surplus usaha, penyusutan barang

penciptaan

dan modal, dan pajak tak langsung serta

kelima sektor tersebut

subsidi. Dalam analisis IO, NTB disebut

sebagai sektor kunci. Dalam penelitian

juga dengan istilah input primer. Total

ini, kelima sektor yang dikategorikan

input primer ditambah total input antara

sebagai sektor kunci juga dimaknai pula

adalah total input atau disebut dengan

sebagai sektor unggulan.

PDRB.

output

NTB.

Berdasarkan

sekaligus

Dengan

juga

demikian

dikategorikan

hasil

identifikasi

Berdasarkan hasil analisis, total

menurut NTB, maka sektor-sektor yang

NTB provinsi DIY pada tahun 2010

teridentifikasi sebagai sektor kunci akan

adalah sebesar 61,136 trilun rupiah. Dari

menjadi

83 sektor yang dianalisis, sektor jasa

mendorong pertumbuhan perekonomian

pendidikan

80

DIY. Dengan demikian, pengembangan

memberikan NTB tertinggi yaitu sebesar

kelima sektor unggulan tersebut penting

6,272

untuk diprioritaskan pengembangannya.

dengan

triliun

kode

rupiah

sektor

(10,26

%).

Selanjutnya sebagai kontributor kedua
adalah perdagangan besar dan eceran

potensi

(2) Identifikasi

penting

sektor

dalam

unggulan

menurut potensi ekspor

selain mobil/motor kode 61 sebesar 5,867

Indonesia sebagai negara yang

triliun rupiah (9,6%). Adapun kontributor

menganut sistem ekonomi pasar terbuka

ketiga sampai kelima, masing-masing

sangat berkepentingan dengan ekspor.

secara

(i)

Dalam kontek pembangunan nasional,

informasi dan komunikasi kode 69,

ekspor dijadikan sektor penghela dalam

nilainya 4,946 trilun rupiah (8,09%), (ii)

pembangunan ekonomi nasional. Oleh

penyedia makanan danminuman kode 68,

karena itu, semakin tinggi volume ekspor

nilainya 4,609 triliun rupiah (7,54%), (iii)

yang dicapai Provinsi DIY menjadi faktor

berturut-turut

adalah:

konstruksi gedung dan bangunan sispil
158

penting

dalam

turut

mendorong

pertumbuhan ekonomi nasional.

sektor yang lain adalah: (1) kebudayaan
hiburan dan rekreasi kode 82, kontribusi

Berdasarkan Tabel IO Provinsi

ekspornya mencapai 61,02 %, (2) industri

DIY tahun 2010, ada dua lingkup ekspor

furnitur kode 53, kontribusinya sebesar

yaitu ekspor barang antar negara dan

48,76 %, (3) industri pakian jadi kode 38,

ekspor barang antara provinsi. Di sisi

kontribusi ekspornya sebesar 44,64 %,

lain,

eskpornya,

(4) real estate kode 74, kontribusi

terdapat dua jenis ekspor yaitu ekspor

ekspornya 43,87 %, (5) jagung kode 2,

barang dan ekspor jasa.

kontribusi ekspornya sebesar 43,17 %,

ditinjau

dari

Ditinjau

jenis

dari

jenisnya,

total

(6) industri makanan dan minuman

ekspor barang mencapai 14,739 triliun

lainnya kode 33, kontribusi ekspornya

rupiah sedangkan ekspor jasa totalnya

42,72 %, (7) industri tekstil selain tenun

mencapai 12,678 triliun rupiah. Ditinjau

dan batik kode 35, kontribusinya 42,34

dari lingkup ekspornya, total ekspor

%, dan (8) angkutan rel kode 63,

barang antara provinsi mencapai 12,575

kontribusinya 40,62 %.

triliun rupiah, sedangkan total ekspor

Ketujuh sektor diatas merupakan

barang antar negara mencapai 2,163

sektor-sektor yang memiliki kontribusi

triliun rupiah.

ekspor diatas 40 persen. Berdasarkan

Ditinjau dari nilainya, total ekspor
masih

jauhb

dari

impornya.

ekspor provinsi DIY, maka ketujuh

Berdasakan pada hasil analisis total

sektor tersebut dikategorikan sebagai

impor mencapai 31,698 triliun rupiah.

sektor unggulan ditinjau dari potensi

Angka impor ini jauh diatas nilai ekspor.

ekspornya.

Dengan

dari

pengembangan ketujuh sektor tersebut

DIY

patut

demikian

perbandingannya,

total

potensinya yang cukup besar terhadap

ditinjau
provinsi

Dengan

diperhatikan

bahkan

demikian,

semakin

mengalami defiti yang totalnya mencapai

ditingkatkan

19,536 triliun rupiah. Mencermati angka

mendorong pertumbuhan ekonomi DIY.

defisit yang begitu besar, maka sangat

Potensi ekspor yang tinggi memang

penting untuk meningkatkan ekspor dari

sangat besar perananya dalam kemajuan

masing-masing

ekonomi wilayah, namun Basri (2010)

komoditi

yang

potensinya

dalam

menunjukkan kinerja ekspor yang selama

dalam

ini menunjukkan volume yang besar.

mengingatkan terlalu tergantung pada

Berdasarkan

hasil

Prasetyantoko

(2010)

analisis,

potensi ekspor juga tidak baik, khususnya

beberapa sektor yang memiliki potensi

apabila terjadi krisis ekonomi. Basri

ekspor di atas rata-rata kemampuan

mencontohkan akibat krisis ekonomi
159

2008, Indonesia lebih survie darpada

adalah jasa reparasi msin kode 56 yaitu

Kore dan Singapura karena porsi ekspor

sebesar 20 orang.

Indonesia terhadap PDG lebih rendah
dari kedua negara tersebut.
Dari

ketujuh

Adapun

sepulih

besar

sektor

ekonomi yang memiliki daya serap
sektor

yang

potensial terhadap tenaga kerja adalaah:

menunjukkan kontribusi ekspor di atas 40

(1)

persen,

selainmobil/motor kode 61 sebanyak

ternyata

sektor

kebudayaa

perdagangan

hiburan dan rekreasi merupakan yang

285.050

paling

menyerap

besar

kontribusinya

terhadap

orang,

besar

(2)

sebanyak

dan

padi

eceran

kode

139.699

01

orang,

ekspor DIY. Hal ini sesuai dengan visi

(3) jasa pendidikan kode 80 sebanyak

pembangunan DIY yang memberikan

108.719

tekanan

pemerintahan, pertahanan dan jaminan

pada

bidang

pariwisata,

pendidikan dan kebudayaan.
(3) Identifikasi

orang,

(4)

adminsitrasi

sosial wajib kode 79 sebanyak 106.405

sektor

unggulan

menurut penyerapan tenaga kerja

orang, (5) penyediaan makanan dan
minum kode 68 menyerap 97.467 orang,

Tenaga kerja merupakan salah

(6) konstruksi gedung dan bangunan

satu faktor produksi yang memiliki

sispil kode 59 menyerap 81.789orang, (7)

peranan penting dalam proses produksi.

unggas dan hasilnya kode 15 menyerapa

Dalam analisis IO, tenaga kerja termasuk

58.673 orang, (8) ketela pohon kode 3

dalam komponen input primer, yang nilai

meneyrap 57.786 orang, (9)

pengeluaran untuk tenaga kerja oleh

makanan dan minuman lainnya kode 33

produsen dihitung dalambentuk upah,

menyerap 50.337 orang, (10) buah-

gaji, bomus, tunjangan termasuk hasil

buahan kode 7 menyerap 47.207 orang.

usaha berupa sewa, bungan, keuntungan
baikberupa barang maupun uang.
Berdasarkan

Prov

memiliki

peranan

sektor
penting

tersebut
dalam

DIY

penyediaan lapangan kerja di provinsi

(2010), total tenaga kerja yang terserap

DIY. Oleh karena itu sektor-sektor

kedalam 83 kegiatan ekonomi (sektor)

tersebut dikategorikan sektor unggulan.

totalnya

Dengan demikian pengembangan pada 10

mencapai

BPS

Kesepuluh

industri

1.775.148

orang.

Adapun sektor ekonomi yang paling

sektor di atas akan

menyerapa

tenaga kerja.

tenaga

kerja

adalah

menyerap banyak

perdagangan besar dan ecceran selain

Menurut Keynes (1936), tenaga

mobil/motor kode 61 sebanyak 285.050

kerja menjadi salah satu faktor yang

pekerja. Sebaliknya sektor ekonomi yang

memiliki peranan sangat penting dalam

paling kecil penyerapan tenaga kerjanya

pembangunan ekonomi suatu negara.
160

Dalam

berbagai

kajian

kedaan

Berdasarkan hasil analisis dari 83

full

employement selalu menjadi prasarat

sektor

dalam

Fakta

ekonomi yang nilai DPO dalam 10 besar

tersebut menunjukkan bahwa keadaan

adalah: (1) industri beras kode 24 sebesar

dimana

pengangguran

1,885, (2) asuransi dan dana pensiun

(idelanya) menjadi penentu kemjuan

kode 72 sebesar 1,781, (3) industri

ekonomi suatu negara.

tepung terigu dan tepung lainnya kode 26

pembahasan

tidak

ada

(4) Identifikasi
menurut

ekonomi.

sektor
dampak

unggulan
pengganda

ekonomi,

maka

sebesar 1,740, (4)

sektor-sektor

jasa kesehatan dan

kegiatan sosial kode 81 sebesar 1,739,
(5) industri barang kimia kecuali pupuk

output
pengganda

dan pestisida kode 44 sebesar 1,687,

output pada prinsipnya menggambakan

(6) konstruksi khusus kode 60 sebesar

besarnya kenaikan output perekonomian

1,594, (7) industri barang dan barang

Provinsi DIY akibat adanya peningkatan

lainnya dari karet kode 45 sebesar 1,588,

permintaan satu satuan pada suau sektor

(8) industri biji-bijian kupas, coklat dan

tertentu. Analisis DPO ini mengukur

kembang gula kode 30 sebesar 1,571,

kotribusi masing-masing sektor terhadap

(9) jasa keuangan lainnya kode

penciptaan output perekonomian suatu

sebesar 1,564, (10) angkutan jalan raya

wilayah, dalam hal ini adalah wilayah

kode 64 sebesar 1,561. Berdasarkan pada

DIY untuk setiap satu satuan kenaikan

poteninya terhadap penciptaan output,

permintaan

maka

Analisis

Dampak

akhir

bersangkutan.

dari

Indikator

sektor

yang

pengukuran

output melalui DPO ini berbeda dengan
indikator

pengukuran

melalui

total

kesepuluh

sektor

72

tersebut

dikategorikan sebagai sektor potensial
ditinjau dari nilai DPO.
Industri

beras

memiliki

DPO

output. Apabila pengukuran melalui total

sebesar 1,83 dapat

output hanya menggambarkan seberapa

setiapa ada kenaikan permintaan akhir

besar kontribusi suatu sektor tertentu

terhadap industri besar sebesar 1 satuan

terhadap output perekonomian provinsi

maka output perekonomian wilayah DIY

DIY. Namun pengukuran output melalui

akan meningkat sebesar 1,8 satuan

indikator

menunjukkan

dengan asumsi variabel lain konstan.

besarnya kenaikan output perekonomian

Nilai DPO beras yang paling tinggi

suatu akibat adanya kenaikan permintaan

dalam perekonomian DIY menunjukkan

akhir suatu sektor tertentu sebessar satu

bahwa pengembangan industri beras akan

satuan.

memiliki

DPO

dapat

dampak

diinterpretasikan,

besar

terhadap

penciptaan output diwilayah provinsi
161

DIY. Di sisi lain, dominasi sektor industri

nilainya sebesar 1,3858, (2) asuransi dan

beras sekaligus menunjukkan bahwa

dana pensiun kode 72 sebesar 1,3093,

potensi sektor pertanian juga masih

(3) industri tepung terigu dan tepung

sangat dominan di Provins DIY.

lainnya kode 26 sebesar 1,2794, (4)

jasa

kesehatan dan kegiatan sosial kode 81
unggulan

sebesar 1,27852, (5) industri barang

menurut indek daya penyebaran

kimia kecuali pupuk dan pestisida kode

dan indek derajat kepekaan

44 sebesar 1,2399, (6) konstruksi khusus

(5) Identifikasi

sektor

Indek daya penyebaran (IDP)

kode

60 sebesar 1,1719, (7) industri

secara matematis merupakan nilai dari

barang dan barang lainnya dari karet

daya penyebaran dinormalkan dengan

kode 45 sebesar 1,16751, (8) industri biji-

rata-rata nilai daya penyebaran seluruh

bijian kupas, coklat dan kembang gula

sektor. Nilai daya penyebaran diperoleh

kode

dengan menjumlahkan seluruh nilai unsur

keuangan lainnya kode

matrik kebalikan Leontief menurut baris.

1,1500, (10) angkutan jalan raya kode 64

Matrik kebalikan Leontief menurut baris

sebesar 1,1481.

juga

menunjukkan

keterkaitan

belakang

baik

keterkaitan

maupun

keterkaitan

Menurut

Daryanto

(2010)

nilai

tak
dan

Daya

30

sebesar

1,1551,

(9)

jasa

72 sebesar

ke

Ditinjau dari peringkatnya, sektor

langsung

industri beras menunjukkan nilai IDP

langsung.

yang paling tinggi diantara 82 sektor

Hafizrianda

yang

Penyebaran

Berdasarkan nilai IDP

lain,

yaitu

sebesar

1,3858.

tersebut dapat

menunjukkan besarnya kenaikan output

diartikan bahwa setiap ada kenaikan

perekonomian suatu wilayah sebagai

permintaan akhir terhadap sektor industri

akibat adanya permintaan akhir suatu

beras sebesar satu satuan, maka besarnya

sektor tertentu. Oleh karena, nilai IDP

dampak kenaikan output perekonomian

pada dasarnya nilai daya penyebaran

DIY akan meningkat sebesar 1,3858

yang dinormalkan maka nilai IDP dapat

satuan. Hasil ini menunjukkan bahwa

diperbandingkan antar sektor.

besarnya

Berdasarkan

hasil

analisis

terhadap 83 sektor ekonomi dalam
perekonomian wilayah DIY, selanjutnya
bisa

diidenifikasi

sktor-sektor

kenaikan

output

yang

diciptakan oleh sektor industri beras lebih
besar dari kenaikan permintaannya.
Nilai

indek

derajat

kepekaan

yang

(IDK) secara matematis merupakan nilai

memiliki nilai IDP dalam kategori 10

langsung dan tak langsung ke depan yang

besar. Adapun

dinormalkan

sektor-sektor terseut

adalah: (1) industri beras kode 24

dengan

nilai

rata-rata

koefisien seluruh sektor. Nilai langsung
162

dan tak langsung ke depan disebut juga

nilai 1,48744, (10) real estat kode 74

dengan nilai derajat kepekaan suatu

dengan nilai 1,4405.

sektor. Derajat kepekaan menunjukkan

Berdasarkan

nilai

IDK

dapat

kepekaan atau sensitivitas suatu sektor

ditunjukkan bahwa sektor perdagangan

apabila ada perubahan permintaan akhir

besar dan eceran selain mobil/motor

masing-masing

suatu

mempunyai nilai yang paling tinggi.

wilayah. Adapun nilai derajat kepekaan

Hasil tersebut menunjukkan bahwa sektor

suatu

besarnya

tersebut merupakan sektor yang paling

kenaikan output dari suatu sektor tertentu

sensitif atau peka terhadap perubahan

sebagai

perubahan

permintaan akhir masing-masing sektor.

permintaan akhir masing-masing sektor

Nilai IDK sebesar 2,4909 menunjukkan

dalam perekonomian suatu wilayah. Oleh

besarnya kenaikan output yang tercipta

karena nilia IDK merupakan nilai derajat

pada sektor perdagangan besar dan

kepekaan

eceran selain motor/mobil apabila ada

sektor

sektor

dalam

menunjukkan

akibat

yang

adanya

telah

distandarkan

sehingga, maka nilainya IDK suatu sektor

perubahan

dapat dikomparasikan dengan nilai IDK

masing-masing

sektor lainya.

sebesar saru satuan. Sekin tinggi nilai

Berdasarkan hasil analisis, maka

permintaan

akhir

sektor

pada

perekonomian

IDK suatu sektor maka semakin sensitif

nilai IDK sektor-sektor yang termasuk

atau

semakin

tinggi

pula

dampak

dalam 10 besar adalah sebagai berikut:

kenaikan output suatu sektor tersebut.

(1) sektor perdagangan besar dan eceran
selain mobil/motor kode 61 dengan nilai
2,4909,

(2)

sektor

informasi

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan

dan

komunikasi dengan kode 69 nilianya

pembahasan maka dapat disimpulkan:

2,33747, (3) sektor penyedia makan dan

a. Sektor ekonomi unggulan ditinjau dari

minum kode 68 dengan nilai 2,15149, (4)

potensi

angkutan jalan raya kode 64 dengan

(1)

nilai1,87219, (5) listrik kode 57 dengan

bangunan,

nilai 1,8677, (6) padi kode 01 dengan

(3)

nilai 1,8510, (7) jasa keuangan lainnya

(4)

kode 72 nilainya 1,6392, (8) jasa lainnya

pertahanan & jaminan sosial wajib,

kode 83 dengan nilai

(5)

1,6069, (9)

total

sektor

outputnya

adalah:

konstruksi

gedung

(2)

pendidikan,

penyedia

jasa
makan

administrasi

informasi

dan

&

minum,
pemerintah,

komunikasi,

administrasi pemerintahan, pertahanan &

(6) perdagangan eceran besar dan

jaminan sosial wajib kode 79 dengan

eceran selain mobil/motor, (7) real
estate,

(8)

konstruksi

khusus,
163

(9) industri makanan dan minuman

terigu dan tepung lainnya, (4)

lainnya, (10) jasa kesehatan dan

kesehatan

kegiatan sosail.

(5) industri barang kimia kecuali

dan

kegiatan

jasa
sosial,

b. Sektor ekonomi unggulan ditinjau dari

pupuk dan pestisida, (6) konstruksi

potensi NTB adalah: (1) sektor jasa

khusus, (7) industri barang dan barang

pendidikan (2) perdagangan besar dan

lainnya dari karet, (8) industri biji-

eceran

bijian kupas, coklat dan kembang gula,

(3)

selain

informasi

mobil/motor,
dan

komunikasi,

(4) penyedia makanan danminuman,
(5) konstruksi gedung dan bangunan
sispil.

jasa

keuangan

lainnya,

(10) angkutan jalan raya.
f. Sektor ekonomi unggulan ditinjau dari
nilai indek derajat kepekaan adalah:

c. Sektor ekonomi unggulan ditinjau dari
potensi

(9)

total

ekspornya

adalah

(1) industri beras,

(2) asuransi dan

:

dana pensiun, (3) industri tepung

(1) kebudayaan hiburan dan rekreasi,

terigu dan tepung lainnya, (4) jasa

(2) industri furnitur, (3) industri

kesehatan

pakian jadi, (4) real estate, (5) jagung,

(5) industri barang kimia kecuali

(6) industri makanan dan minuman

pupuk dan pestisida, (6) konstruksi

lainnya, (7) industri tekstil selain

khusus, (7) industri barang dan barang

tenun dan batik, dan (8) angkutan rel.

lainnya dari karet, (8) industri biji-

d. Sektor ekonomi unggulan ditinjau dari

dan

kegiatan

bijian kupas, coklat dan kembang gula,

potensi total penyerapan tenaga kerja

(9)

adalah:

(10) angkutan jalan raya.

(1) perdagangan besar dan

sosial,

jasa

keuangan

lainnya,

eceran selain mobil/motor, (2) padi,
(3) jasa pendidikan, (4) adminsitrasi
pemerintahan, pertahanan dan jaminan
sosial wajib, (5) penyediaan makanan
dan minum, (6) konstruksi gedung dan
bangunan sispil, (7)

unggas dan

hasilnya, (8) ketela pohon, (9) industri
makanan

dan

minuman

lainnya,

(10) buah-buahan.
e. Sektor ekonomi unggulan ditinjau dari
nilai indek daya penyebaran adalah :
(1) industri beras, (2) asuransi dan

DAFTAR PUSTAKA
BPS, 1995. Analisis Input Output: Teori
dan Aplikasi. BPS Pusat Jakarta.
BPS

DIY, 2007. Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB). BPS
Provinsi DIY.

BPS DIY, 2010. Tabel Input Output
daerah Istimewa Yogyakarta
Buku I dan II. Kerjasama BPS
dengan Bappeda DIY.
BPS DIY, 2014. Berita Resmi Statistik
DIY. BPS DIY.

dana pensiun, (3) industri tepung
164

BPS Pusat, 2012. Indonesia Dalam
Angka. BPS Jakarta.
Budiharsono, Sugeng, 1989. Perencanaan
Pembangunan Wilayah: Teori,
Model
Perencanaan
dan
Penerapannya. Universitas Nusa
Bangsa. Bogor.
Chenery, Hollis B,, dan Clark, Paul G.,
1959. Interindustry Economics.
Associete Proffesor of Economics
Williams College. Santa Monica,
California.
Daryanto dan Hafizrianda, 2010. Analisis
Input
Output
&
Social
Accounting Matrix. IPB Press.
Keynes, J.M., 1936. The General Theory
of Employment, Interest, and
Money. Dalam Indonesia Edition
oleh Gadjah mada University
Press.
Kunarjo, 1996. Sejarah Perencanaan
Pembangunan: Sebuah Tinjauan
Singkat. Majalah Kajian Ekonomi
dan Sosial Prisma, Nomor Khusus
25 Tahun (1971-1996), Tahun
XXV 1996. Pustaka LP3ES
Indonesia. Jakarta.

Rostow, 1968. The Stage Of Economic
Growth. Cambaridge At the
University Press.
Setda Prov Jawa Timut, 2009. Lembaran
Daerah Provinsi Jawa Timur
Tahun 2009 Nomor 1 Tahun 2009
Seri E. JDIH Biro Hukum.
Sukirno, Sadono, 1985. Ekonomi
Pembangunan. Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia.
Todaro, Michael P., 1986. Perencanaan
Pembangunan Model dan Metode.
Intermedia, Jakarta.
Widodo, Hg. Suseno Triyono, 1997.
Ekonomi Indonesia: Fakta dan
Tantangan
Dalam
Era
Liberalisasi.
Kanisius,
Yogyakarta.
Wibowo, R., Sofyan R., dan Sugeng R.,
1992. Analisis Keterkaitan Sektor
Agroindustri
di
Indonesia.
Makalah
Disampaikan
Pada
Seminar
Nasional
Perheppi.
Perheppi Jakarta.

Leontief, w., 1986. Input Output
Economics. Secodn
Edition.
Oxford University Press. Oxford
Miller, R.E dan P.H. Blair, 1985. Input
Output Analysis: Foundations and
Extensions. Prentice-Hall, Inc.,
Engliwood Cliffs, New Jersey.
Presetyantoko, A., 2010. Ponzi ekonomi:
Prospek Indonesia di Tengah
Instabilitas Global. PT. Kompas
Media Nusantara.
Riedel, James, 1992. Pembangunan
Ekonomi
di
Asia
Timur.
Keberhasilan Industrialisasi di
Asia Timur. Gramedia, Jakarta.

165