Efektivitas model pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) mengakomodasi tugas proyek dalam pokok bahasan bangun ruang sisi datar ditinjau dari hasil belajar dan kreativitas pembuatan tugas proyek siswa kelas VIII A di SMP Pangudi Luhur Ambarawa tahun 2

(1)

ABSTRAK

Scholastica Trisa Yualita (2016). Efektivitas Model Pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) Mengakomodasi Tugas Proyek dalam Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar Ditinjau dari Hasil Belajar dan Kreativitas Pembuatan Tugas Proyek Siswa Kelas VIII A di SMP Pangudi Luhur Ambarawa Tahun 2015/2016.Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran model NHT (Numbered Heads Together) mengakomodasi tugas proyek pada materi bangun ruang sisi datar di kelas VIII A SMP Pangudi Luhur Ambarawa untuk meningkatkan hasil belajar dan kreativitas siswa. Penelitian ini merupakan penelitian VIII A yang dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2015/2016. Subjek penelitian adalah siswa-siswi kelas VIII A dengan model pembelajaran NHT mengakomodasi tugas proyek dan VIII E dengan model pembelajaran konvensional.

Instrumen pengumpulan data tes meliputi pretest dan posttest, untuk instrumen tes dilakukan validitas pakar dengan dosen pembimbing dan guru mata pelajaran, selanjutnya validitas butir soal dengan kelas yang sudah menerima materi itu. Untuk data nontes berupa lembar keterlaksanaan pembelajaran dan kuesioner kreativitas divalidasi oleh ahli yaitu dosen pembimbing. Setelah semua instrumen dinyatakan sudah memenuhi syarat yang ditetapkan dilanjutkan dengan pengambilan data. Pertama dilakukan ujian pretest di kelas VIII A dan VIII E untuk mengetahui rata-rata dari kedua kelas. Kelas VIII E menggunakan model pembelajaran ceramah sedangkan kelas VIII A menggunakan model NHT mengakomodasi tugas proyek dengan materi yang sama pada kedua kelas. Pada akhir pertemuan dilakukan ujian posttest di kedua kelas, sedangkan pengisian kuesioner dilakukan pada kelas VIII A saja. Setelah seluruh data terpenuhi dilakukan analisis data dari nilai hasil pretest, posttest, dan penilaian tugas proyek dilanjutkan analisis dari lembar keterlaksanaan pembelajaran dan kuesioner kreativitas.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Persentase keterlaksanaan RPP dengan model NHT mencapai 86,355%.(2) Model pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) mengakomodasi tugas proyek efektif meningkatkan hasil belajar terbukti 76,31% siswa tuntas KKM dan ada perbedaan rata-rata serta dari setiap item soal yang menunjukkan kelas VIII A lebih baik. (3) Melalui tugas proyek yang dikerjakan dapat meningkatkan kreativitas siswa 85,71% kelompok mendapat nilai lebih atau sama dengan KKM. Dalam kuesioner kreativitas menunjukkan persentase keseluruhan sebesar 81,57% siswa berada pada kreativitas tinggi. Kata kunci: bangun ruang sisi datar, hasil belajar, model NHT (Numbered Heads Together), tugas proyek, kreativitas.


(2)

ABSTRACT

Scholastica Trisa Yualita (2016). The Effectiveness of Numbered Heads Together (NHT) Learning Model Accommodate the Project Assignments on Polyhedron Topic towards the Student’s Learning Achievements and Creativities in the Making Project Assignments in Class VIII A of Pangudi Luhur Ambarawa Junior High School Academic Year 2015/2016. Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics Education and Science, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University Yogyakarta.

The aim of this research is to know the effectiveness of Numbered Heads Together (NHT) accommodate the project assignments on polyhedron topic to increase the students’ learning achievement and creativities in the making project assignment in Class VIII A of Pangudi Luhur Ambarawa Junior High School. This research is an experimental research which is conducted in the second semester. The subjects of this research are the students of Class VIII A with NHT learning model accomodate the project assignments and the students of Class VIII E with conventional learning model.

The instruments used to collect the test data consist of pretest and posttest. For the instruments of the test, expert validity is conducted then continued with item validity. For the non-test data, observation sheet of learning implementation and creativity questionnaire are validated by the experts. After all of the instruments are qualified, the next step is collecting the data. First, doing the pretest for VIII A and VIII E classes to find the same mean of each class. In the VIII E class, it uses speech method while in the VIII A class it uses NHT learning model accommodate the project assignment with the same topic. In the last meeting, there will be a posttest for both classes and filling questionnaire which is done by VIII A class. After all of the data are complete, the score of the pretest, posttest, and project assignments are analyzed as well as the observation sheet of learning implementation and creativity questionnaire.

The results of the research are:(1) The percentage of RPP using NHT method is 86,355%.(2) Accommodated with the project assignment, NHT learning model is effectively increase the students’ learning achievement. 76.31% students successfully fulfil the minimum achievement criteria and there is a difference on average and of each item exam indicate VIII A class is better.(3) From the project that is done, it is known that 85,71% students get higher or the same score with the minimum achievement criteria. From the creativity questionnaire, it shows that 81.57% students have some high creativities.

Keywords: polyhedron, learning achievement, Numbered Heads Together (NHT) method, project assignment creavity.


(3)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) MENGAKOMODASI TUGAS PROYEK DALAM POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI DATAR DITINJAU DARI HASIL BELAJAR DAN KREATIVITAS PEMBUATAN TUGAS PROYEK SISWA

KELAS VIII A DI SMP PANGUDI LUHUR AMBARAWA TAHUN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun Oleh: Scholastica Trisa Yualita

121414127

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

i

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) MENGAKOMODASI TUGAS PROYEK DALAM POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI DATAR DITINJAU DARI HASIL BELAJAR DAN KREATIVITAS PEMBUATAN TUGAS PROYEK SISWA

KELAS VIII A DI SMP PANGUDI LUHUR AMBARAWA TAHUN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun Oleh: Scholastica Trisa Yualita

121414127

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(5)

ii SKRIPSI


(6)

iii


(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Di dalam hidup ini, semua ada waktunya. Ada waktunya kita menabur, ada juga waktu menuai. Mungkin dalam hidupmu badai datang menyerbu, mungkin doamu bagai tak terjawab! Namun yakinlah tetap. Tuhan tak’kan terlambat! Juga tak akan lebih cepat. Semuanya, Dia jadikan indah tepat pada waktuNya. Tuhan selalu dengar doamu! Tuhan tak pernah tinggalkanmu! PertolonganNya pasti’kan tiba tepat pada waktu’Nya. Bagai kuncup mawar yang waktunya mekar. Percayalah, Tuhan jadikan semua indah pada waktuNya. Hendaklah kita s’lalu dalam firmanNya. Percayalah pada Tuhan! Nantikan Dia bekerja pada waktuNya. Tuhan takkan terlambat, juga takakan lebih cepat. Ajarlah kami setia s’lalu menanti waktuMu Tuhan.” (1 Korintus 10:13 & Pengkotbah 3:11a)

Dengan penuh rasa syukur karya ini kupersembahkan kepada:

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang telah membimbingku dan menopang segala keluh kesahku

Orang tuaku Bapak Florentius Maryono dan Ibu Rina Maryati, yang menjadi motivasi utama.

Serta sahabatku yang tidak dapat disebutkan satu persatu dan selalu ada dalam kondisi apapun.


(8)

v


(9)

vi


(10)

vii ABSTRAK

Scholastica Trisa Yualita (2016). Efektivitas Model Pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) Mengakomodasi Tugas Proyek dalam Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar Ditinjau dari Hasil Belajar dan Kreativitas Pembuatan Tugas Proyek Siswa Kelas VIII A di SMP Pangudi Luhur Ambarawa Tahun 2015/2016.Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran model NHT (Numbered Heads Together) mengakomodasi tugas proyek pada materi bangun ruang sisi datar di kelas VIII A SMP Pangudi Luhur Ambarawa untuk meningkatkan hasil belajar dan kreativitas siswa. Penelitian ini merupakan penelitian VIII A yang dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2015/2016. Subjek penelitian adalah siswa-siswi kelas VIII A dengan model pembelajaran NHT mengakomodasi tugas proyek dan VIII E dengan model pembelajaran konvensional.

Instrumen pengumpulan data tes meliputi pretest dan posttest, untuk instrumen tes dilakukan validitas pakar dengan dosen pembimbing dan guru mata pelajaran, selanjutnya validitas butir soal dengan kelas yang sudah menerima materi itu. Untuk data nontes berupa lembar keterlaksanaan pembelajaran dan kuesioner kreativitas divalidasi oleh ahli yaitu dosen pembimbing. Setelah semua instrumen dinyatakan sudah memenuhi syarat yang ditetapkan dilanjutkan dengan pengambilan data. Pertama dilakukan ujian pretest di kelas VIII A dan VIII E untuk mengetahui rata-rata dari kedua kelas. Kelas VIII E menggunakan model pembelajaran ceramah sedangkan kelas VIII A menggunakan model NHT mengakomodasi tugas proyek dengan materi yang sama pada kedua kelas. Pada akhir pertemuan dilakukan ujian posttest di kedua kelas, sedangkan pengisian kuesioner dilakukan pada kelas VIII A saja. Setelah seluruh data terpenuhi dilakukan analisis data dari nilai hasil pretest, posttest, dan penilaian tugas proyek dilanjutkan analisis dari lembar keterlaksanaan pembelajaran dan kuesioner kreativitas.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Persentase keterlaksanaan RPP dengan model NHT mencapai 86,355%.(2) Model pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) mengakomodasi tugas proyek efektif meningkatkan hasil belajar terbukti 76,31% siswa tuntas KKM dan ada perbedaan rata-rata serta dari setiap item soal yang menunjukkan kelas VIII A lebih baik. (3) Melalui tugas proyek yang dikerjakan dapat meningkatkan kreativitas siswa 85,71% kelompok mendapat nilai lebih atau sama dengan KKM. Dalam kuesioner kreativitas menunjukkan persentase keseluruhan sebesar 81,57% siswa berada pada kreativitas tinggi. Kata kunci: bangun ruang sisi datar, hasil belajar, model NHT (Numbered Heads Together), tugas proyek, kreativitas.


(11)

viii ABSTRACT

Scholastica Trisa Yualita (2016). The Effectiveness of Numbered Heads Together (NHT) Learning Model Accommodate the Project Assignments on Polyhedron Topic towards the Student’s Learning Achievements and Creativities in the Making Project Assignments in Class VIII A of Pangudi Luhur Ambarawa Junior High School Academic Year 2015/2016. Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics Education and Science, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University Yogyakarta.

The aim of this research is to know the effectiveness of Numbered Heads Together (NHT) accommodate the project assignments on polyhedron topic to increase the students’ learning achievement and creativities in the making project assignment in Class VIII A of Pangudi Luhur Ambarawa Junior High School. This research is an experimental research which is conducted in the second semester. The subjects of this research are the students of Class VIII A with NHT learning model accomodate the project assignments and the students of Class VIII E with conventional learning model.

The instruments used to collect the test data consist of pretest and posttest. For the instruments of the test, expert validity is conducted then continued with item validity. For the non-test data, observation sheet of learning implementation and creativity questionnaire are validated by the experts. After all of the instruments are qualified, the next step is collecting the data. First, doing the pretest for VIII A and VIII E classes to find the same mean of each class. In the VIII E class, it uses speech method while in the VIII A class it uses NHT learning model accommodate the project assignment with the same topic. In the last meeting, there will be a posttest for both classes and filling questionnaire which is done by VIII A class. After all of the data are complete, the score of the pretest, posttest, and project assignments are analyzed as well as the observation sheet of learning implementation and creativity questionnaire.

The results of the research are:(1) The percentage of RPP using NHT method is 86,355%.(2) Accommodated with the project assignment, NHT learning model is effectively increase the students’ learning achievement. 76.31% students successfully fulfil the minimum achievement criteria and there is a difference on average and of each item exam indicate VIII A class is better.(3) From the project that is done, it is known that 85,71% students get higher or the same score with the minimum achievement criteria. From the creativity questionnaire, it shows that 81.57% students have some high creativities.

Keywords: polyhedron, learning achievement, Numbered Heads Together (NHT) method, project assignment creavity.


(12)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas bimbingan-Nya penyusunan skripsi yang berjudul “Efektivitas Model Pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) Mengakomodasi Tugas Proyek dalam Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar Ditinjau dari Hasil Belajar dan Kreativitas Pembuatan Tugas Proyek Siswa Kelas VIII A di SMP Pangudi Luhur Ambarawa Tahun 2015/2016” dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Progam Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari bahwa selama proses pembuatan skripsi tentunya banyak pihak yang dengan sengaja ataupun tidak sengaja ikut serta membantu. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

2. Bapak Dr. Hongki Julie, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

3. Bapak Beni Utomo M.Sc. selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Sanata Dharma dan dosen pembimbing skripsi yang selalu membimbing dan mendorong peneliti selama proses penyusunan 4. Bruder Antonius Paryanta, FIC, M.Pd. selaku kepala SMP Pangudi Luhur

Ambarawa yang memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian.

5. Ibu Agata Winasti, S.Pd. selaku guru bidang studi matematika SMP Pangudi Luhur Ambarawa yang telah membimbing dan membantu penulis selama proses penelitian.

6. Siswa-siswi SMP Pangudi Luhur Ambarawa terutama kelas VIII A dan VIII E sebagai subjek penelitian yang bersedia membantu penulis selama proses penelitian

7. Bapak Florentius Maryono dan Ibu Rina Maryati selaku orang tua yang selalu mendoakan, memotivasi, dan menjadi pendukung nomor satu.


(13)

(14)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 6

F. Pembatasan Masalah ... 7

G. Pembatasan Istilah ... 7

H. Urgensi Penelitian ... 9

BAB II LANDASAN TEORI ... 10

A. Kajian Teoritik ... 10

B. Kerangka Berpikir ... 41

BAB III METODE PENELITIAN... 43

A. Jenis Penelitian ... 43

B. Subyek Penelitan ... 44


(15)

xii

D. Bentuk Data ... 44

E. Metode Pengumpulan Data ... 45

F. Instrumen Penelitian ... 46

G. Teknik Analisis Data ... 52

H. Prosedur Pengumpulan Data ... 57

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN ... 60

A. Pelaksanaan Penelitian ... 60

B. Analisis Data ... 90

C. Pembahasan ... 104

D. Keterbatasan Penelitian ... 106

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 107

A. Kesimpulan ... 107

B. Saran ... 108

DAFTAR PUSTAKA ... 110


(16)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sintak Model Pembelajaran Kooperatif ... 15

Tabel 3.1 Kegiatan Kelas Kedua ... 46

Tabel 3.2 Kegiatan Kelas Pertama ... 47

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Soal ... 48

Tabel 3.4 Interpretasi Validitas ... 49

Tabel 3.5 Interpretasi Reliabilitas ... 50

Tabel 3.6 Kisi-kisi Kuesioner ... 51

Tabel 3.7 Penilaian Pretest dan Tes Hasil Belajar ... 52

Tabel 3.8 Interpretasi Penilaian... 52

Tabel 3.9 Pedoman Skor Tugas Proyek ... 53

Tabel 3.10 Pedoman Nilai Kuesioner ... 55

Tabel 3.11 Interpretasi Skor Total Kuesioner ... 56

Tabel 3.12 Kriteria Kreativitas Secara Keseluruhan ... 57

Tabel 4.1 Nilai Hasil Uji Coba Pretest ... 90

Tabel 4.2 Perhitungan Validitas Pretest... 91

Tabel 4.3 Nilai Hasil Uji coba Posttest ... 92

Tabel 4.4 Perhitungan Validitas Posttest ... 92

Tabel 4.5 Hasil Ujian Pretest ... 93

Tabel 4.6 Hasil Ujian Tes Hasil Belajar... 95

Tabel 4.7 Hasil Penilaian Tugas Proyek ... 98

Tabel 4.8 Pembagian Kriteria Siswa ... 99

Tabel 4.9 Penilaian Kuesioner ... 100

Tabel 4.10 Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran ... 102


(17)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Prisma Tegak Dan Prisma Miring ... 25

Gambar 2.2 Prisma Segi Enam ... 26

Gambar 2.3 Jaring-jaring Prisma ... 28

Gambar 2.4 Bentuk-bentuk Limas ... 29

Gambar 2.5 Limas Tegak Segi Enam ... 29

Gambar 2.6 Limas Tegak Segi Enam Dan Garis Tingginya ... 30

Gambar 2.7 Jenis-jenis Limas ... 31

Gambar 2.8 Limas Sembarang ... 32

Gambar 2.9 Limas Beraturan ... 32

Gambar 2.10 Luas Permukaan Prisma ... 33

Gambar 2.11 Luas Permukaan Limas ... 34

Gambar 4.1 Perbandingan Posttest Setiap Item Soal ... 96

Gambar 4.2 Rata-rata Posttest Kelas VIII A dan Kelas VIII E ... 97

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran A.1 Surat Ijin Penelitian dari Prodi ... 115

Lampiran A.2 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 116

Lampiran B.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 118

Lampiran B.2 Keterlaksanaan Pembelajaran ... 145

Lampiran B.3 Soal Pretest dan Posttest ... 146

Lampiran B.4 Kunci Jawaban Soal Pretest dan Posttest ... 150

Lampiran B.5 Pedoman Penilaian Pretest dan Posttest ... 157

Lampiran B.6 Pedoman Tugas Proyek ... 163

Lampiran B.7 Kuesioner Kreativitas... 166

Lampiran C.1 Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran ... 171

Lampiran C.2 Validasi Soal Pretest ... 175

Lampiran C.3 Validasi Soal Posttest ... 182

Lampiran C.4 Lembar Jawab Validasi Pretest ... 189

Lampiran C.5 Lembar Jawab Validasi Posttest ... 195

Lampiran C.6 Lembar Jawab Pretest Kelas VIII A ... 200

Lampiran C.7 Lembar Jawab Pretest Kelas VIII E ... 206

Lampiran C.8 Lembar Jawab Posttest Kelas VIII A... 211

Lampiran C.9 Lembar Jawab Posttest Kelas VIII E ... 217

Lampiran C.10 Lembar Jawab Kuesioner ... 222


(18)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Semua manusia pasti akan mengalami proses belajar, baik belajar secara langsung di bangku sekolah ataupun belajar melalui pengalaman yang ditemui selama manusia hidup. Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan, dan nilai-sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas (Winkel;2007;59). Hal ini menunjukan bahwa perubahan yang terjadi dalam belajar tidak begitu saja timbul, belajar lebih banyak membutuhkan kegiatan yang disadari dengan berbagai aktivitas dan latihan-latihan.

Selama belajar di bangku sekolah siswa menerima banyak materi pelajaran, salah satunya adalah matematika. Matematika memiliki materi yang begitu banyak, tetapi yang terlihat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari adalah aritmatika sosial, aljabar dan ilmu geometri. Matematika dianggap menjadi mata pelajaran yang sulit untuk sebagian siswa. Hal ini disebut dengan ketakutan terhadap matematika (math phobia) (Boeree, 2010). Dari beberapa masalah ini membuat pembelajaran matematika menjadi terhambat untuk mencapai tujuan dari pembelajaran itu sendiri. Dinamika antara guru dan siswa memiliki peran penting dalam pembelajaran. Antara kedua nya tidak ada yang saling diutamakan karena dibutuhkan sistem pembelajaran dua arah untuk


(19)

mempermudah tercapainya tujuan pembelajaran.

Melalui pengalaman semasa kegiatan Program Pengalaman Lapangan (PPL) dalam mata pelajaran matematika terdapat beberapa siswa yang memiliki hasil belajar masih kurang baik, walaupun terdapat beberapa siswa yang menjadi juara dalam bidang matematika bahkan sampai ajang internasional. Masih kurang baiknya hasil belajar siswa dapat dipengaruhi dengan faktor dari dalam diri siswa atau faktor di luar diri siswa Beberapa siswa menjelaskan kesulitan mereka dalam pembelajaran matematika salah satunya karena model pembelajaran dengan guru yang menjelaskan atau model pembelajaran satu arah. Beberapa siswa juga ada yang menjawab bahwa mereka sendiri tidak menyukai mata pelajaran matematika.

Selain pengalaman ketika PPL, berdasarkan pengalaman peneliti semasa sekolah pada jenjang SMP dan SMA kebanyakan guru masih menggunakan model pembelajaran yang konvensional atau ceramah. Pembelajaran dengan ceramah sebagian besar berpusat pada guru yang aktif, membuat siswa hanya mengandalkan pengetahuan dari guru tanpa ingin mencari tahu pengetahuan dari luar pembelajaran di sekolah. Dengan pembelajaran ceramah, siswa lebih tidak kreatif terlebih jika dihadapkan dengan masalah nyata yang berkaitan dengan materi pembelajaran tertentu.

Melalui hasil wawancara dengan guru di SMP Pangudi Luhur Ambarawa kebanyakan siswa kurang memperhatikan pembelajaran dikarenakan kurang tertarik pada pembelajaran itu. Di sisi lain juga ketika peneliti bertanya pada


(20)

beberapa siswa mengenai pembelajaran matematika masih ada beberapa siswa yang menganggap matematika itu sulit sehingga rasa tertarik pada pembelajaran itu menjadi berkurang dan bosan dengan model pembelajaran yang biasa dilakukan.

Beberapa materi matematika ada yang membutuhkan kemampuan dalam menggambarkan atau membayangkan dalam pikiran. Sementara beberapa siswa masih kesulitan dalam kemampuan menggambarkan dalam pikiran. Misalnya bangun ruang sisi datar, merupakan salah satu materi yang membutuhkan kemampuan dalam menggambarkan dalam pikiran suatu bangun ruang. Bangun ruang sisi datar adalah salah satu materi pembelajaran matematika pada jenjang SMP yang bersifat abstrak, dalam Kamus Bahasa Indonesia pengertian abstrak adalah tidak berwujud atau tidak berbentuk sehingga makna dari abstrak adalah tidak berwujud dalam bentuk konkret atau hanya dapat dibayangkan dalam pikiran saja. Berdasarkan pengalaman peneliti sewaktu SMP, peneliti kesulitan dalam menggambarkan bentuk bangun ruang karena guru tidak memberi contoh langsung. Selain itu selama peneliti melatih siswa SMP dalam bimbingan belajar, kebanyakan siswa kebingungan dengan bagaimana bentuk bangun ruang dan rumus untuk volume atau rumus luas selimut seperti apa. Dari pengalaman itu memang diperlukan model pembelajaran atau cara pembelajaran yang lebih menarik supaya siswa paham materi bangun ruang sisi datar.

Model pembelajaran dalam kelompok bukan hal yang baru dalam proses pembelajaran konvensional dan biasa disebut model kooperatif. Melalui


(21)

pembelajaran kelompok diharapkan siswa dapat berdinamika, selain dalam memperjelas materi juga untuk berdinamika dari segi sosial.

Dari berbagai masalah atau latar belakang yang sudah dijabarkan peneliti memilih untuk menggunakan model pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) karena melihat dari beberapa permasalahan yang ada sebagian siswa bosan dengan model pembelajaran yang hanya menggunakan ceramah selain itu guru juga memberi tahu bahwa keaktifan siswa dalam pembelajaran hanya didominasi dengan siswa yang bisa saja. Melalui pembelajaran dengan NHT (Numbered Heads Together) siswa diharapkan dapat lebih ikut serta dalam pembelajaran, karena model pembelajaran adalah cara yang sangat baik untuk menambah tanggungjawab individual kepada diskusi kelompok (Slavin;2015;255). Selain menggunakan NHT (Numbered Heads Together) peneliti juga menggunakan tugas proyek untuk lebih memperjelas materi bangun ruang sisi datar. Hingga akhirnya peneliti memutuskan untuk meneliti mengenai seberapa efektif pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) mengakomodasi tugas proyek di SMP Pangudi Luhur Ambarawa.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang yang sudah dijabarkan peneliti dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Kemampuan siswa dalam menggambarkan atau memperkirakan bentuk dari bangun ruang yang berbeda beda sehingga masih terdapat siswa


(22)

belum bisa menyerap pembelajaran dengan hanya menggambarkan atau memperkirakan saja.

2. Model guru yang kurang menarik siswa untuk ikut serta dalam pembelajaran sehingga siswa cenderung pasif untuk menyampaikan pertanyaan atau pendapatnya.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah dijabarkan maka peneliti merumuskan sebagai berikut:

1. Berapa persen keterlaksanaan pembelajaran dengan model NHT (Numbered Heads Together) mengakomodasi tugas proyek pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar yang digunakan?

2. Bagaimana efektivitas model pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) mengakomodasi tugas proyek pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar ditinjau dari hasil belajar?

3. Bagaimana kreativitas siswa dalam pembelajaran dengan model NHT yang mengakomodasi tugas proyek pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui keterlaksanaan pembelajaran menggunakan model NHT (Numbered Heads Together) mengakomodasi tugas proyek pada materi bangun ruang sisi datar.


(23)

2. Untuk mengetahui efektivitas pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) mengakomodasi tugas proyek dalam pembelajaran bangun ruang sisi datar.

3. Untuk mengetahui kreativitas siswa dalam model pembelajaran NHT yang mengakomodasi tugas proyek pada materi bangun ruang sisi datar.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang didapat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi Peneliti

Bagi peneliti melalui penelitian ini tentunya dapat menambah wawasan, pengalaman, dan kreativitas dalam mengembangkan model pembelajaran matematika. Selain itu juga untuk mengetahui model pembelajaran yang digunakan lebih efektif terhadap hasil belajar siswa dan kreativitas siswa dalam pembuatan tugas proyek.

2. Bagi Guru

Manfaat penelitian ini untuk guru dapat menjadi salah satu model pembelajaran baru yang dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika atau dalam pembelajaran dengan materi lainnya.

3. Bagi Siswa

Manfaat penelitian ini untuk siswa yang diteliti tentunya mempermudah dalam pemahaman bangun ruang sisi datar dan menumbuhkan kreativitas siswa melalui pembuatan tugas proyek.


(24)

F. Pembatasan Masalah

Agar cakupan masalah yang digunakan tidak terlalu luas maka peneliti melakukan pembatasan masalah sebagai berikut.

1. Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi SMP Pangudi Luhur Ambarawa kelas VIII A semester 2 sebagai kelas VIII A dan kelas VIII E semester 2 sebagai kelas VIII E.

2. Materi pembelajaran yang dijadikan penelitian adalah materi luas permukaan prisma dan limas

3. Kuesioner kreativitas tidak ada kaitannya dengan model NHT (Numbered Heads Together) yang digunakan dalam pembelajaran selama penelitian. Kuesioner kreativitas hanya untuk melihat kemampuan kreativitas siswa dalam pembuatan tugas proyek.

G. Pembatasan Istilah 1. Efektivitas

Efektivitas adalah pengaruh yang timbul dari dilakukannya suatu model atau proses pembelajaran baru untuk melihat hasil belajar dan berbagai aspek yang akan diteliti. Keefektifan model atau model pembelajaran tertentu diperoleh setelah proses pembelajaran.

2. Belajar

Belajar adalah proses dimana seseorang yang tidak tahu menjadi tahu dalam suatu materi tidak hanya dalam pembelajaran tetapi juga dalam sosialisasi atau kehidupannya sendiri.


(25)

3. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu model pembelajaran secara kelompok, sehingga terjadi interaksi antar siswa dalam kelompok, tujuan pembelajarannya diantaranya untuk meningkatkan kemampuan akademik siswa dan kemampuan siswa dalam berinteraksi dengan siswa lain. 4. NHT (Numbered Heads Together)

NHT (Numbered Heads Together) adalah pembelajaran yang berbasis kelompok dengan teknis seperti diskusi kelompok. Perbedaannya dalam model ini siswa diberikan penomoran di tiap kelompok dan dalam presentasi guru menyebutkan nomor tertentu tanpa siswa tau terlebih dahulu.

5. Tugas Proyek

Tugas Proyek adalah penugasan terstruktur dengan tujuan untuk meningkatkan kreativitas dan memperdalam pemahaman mengenai materi yang saat itu sedang dipelajari.

6. Bangun Ruang Sisi Datar

Bangun ruang sisi datar adalah bangun ruang yang sisinya berbentuk datar (tidak lengkung). Dalam materi ini biasanya peserta didik mencari luas permukaan dan volume dari bangun ruang sisi datar.

7. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah pencapaian akhir dari suatu pembelajaran yang dapat digunakan dalam mengevaluasi hasil dari model pembelajaran atau hasil belajar siswa.


(26)

8. Kreativitas

Kreativitas adalah kemampuan siswa dalam membuat sesuatu hal yang baru setelah mempelajari materi atau suatu pembelajaran tertentu.

H. Urgensi Penelitian

Bila penelitian ini berjalan sesuai rencana yang sudah dibuat maka baik peneliti atau pihak guru akan mengetahui keefektifan dari model pembelajaran ini terhadap hasil belajar siswa selain itu juga untuk mengembangkan kreativitas siswa melalui pembuatan tugas proyek. Sehingga diharapkan dapat menjadi salah satu solusi atau salah satu inovasi model pembelajaran dalam mata pelajaran matematika atau mata pelajaran lainnya.


(27)

10 BAB II

LANDASAN TEORI A. Kajian Teoritik

1. Pengertian Efektivitas

Efektivitas berasal dari kata dasar efektif. Menurut KBBI (1990;219), kata efektif mempunyai arti efek, pengaruh, akibat atau dapat membawa hasil. Efektivitas dapat diartikan sebagai efek, pengaruh atau akibat dari suatu kegiatan atau tindakan yang dapat membawa hasil sesuai tujuan.

Keefektifan pembelajaran adalah hasil guna yang diperoleh setelah pelaksanaan proses belajar mengajar (Sadiman,1987 dalam Trianto,2009:20). Keefektivan proses pembelajaran berkenaan dengan jalan, upaya, teknik dan strategi yang digunakan dalam mencapai tujuan secara optimal, tepat dan cepat (Nana Sudjana,1990:50). Untuk mengetahui keefektivan mengajar bisa dilakukan dengan memberi tes, sebab hasil tes dapat dipakai untuk mengevaluasi berbagai aspek proses pengajaran (Trianto,2009).

Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa efektivitas dalam pembelajaran merupakan ketepatan pemilihan cara pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Keefektifan pembelajaran dapat dilihat dari keaktivan siswa, tanggapan siswa dengan model yang digunakan, dan hasil belajar dari siswa. Model pembelajaran yang digunakan juga sangat berpengaruh untuk meningkatkan hasil belajar siswa.


(28)

2. Belajar

Belajar sudah menjadi suatu istilah yang tidak asing dan banyak orang mengartikan istilah belajar. Beberapa ahli mendefinisikan belajar sebagai berikut:

a. Lee J. Cronbach (Educational Psychology;1977;92)

“The term learning is ususally reserved for a relatively permanent change in behavior, interpretation, or emotional response as a result of experience”. (Istilah pembelajaran ditujukan untuk perubahan yang relatif permanen dalam perilaku, interpretasi, atau reaksi emosional sebagai hasil dari pengalaman).

b. WS. Winkel (Psikologi Pengajaran; 2007; 59)

Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interakasi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan–pemahaman, keterampilan, dan nilai-sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas.

c. Reber (Kamus Psikologi; 2010;521)

“Learning is the process of acquiring knowledge”. Belajar adalah proses mendapatkan pengetahuan.

d. Prof. Dr Oemar Hamalik (2013;29)

Belajar bukan suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan. Jadi, merupakan langkah-langkah atau prosedur yang ditempuh.


(29)

Selanjutnya Agus Suprijono (2013; 4) mengemukakan prinsip-prinsip belajar yaitu:

Pertama, prinsip belajar adalah perubahan perilaku. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri:

1. Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang disadari

2. Kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya 3. Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup

4. Positif atau berakumulasi

5. Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan

6. Permanen atau tetap, sebagaimana dikatakan oleh Wittig, belajar sebagai “any relatively permanent change in an organism’s behavioral reperiore that occurs as a result of experience”.

7. Bertujuan dan terarah

8. Mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan.

Kedua, belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena didorong kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses sistemik yang dinamis, konstruktif, dan organik. Belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai komponen belajar.

Ketiga, belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya adalah hasil dari interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya. William Burton dalam Hamalik (2001;28) mengemukakan bahwa “A good


(30)

learning situation consist of a rich and varied series of learning experiences unified around a vigorous purpose and carried on in interaction with a rich varied and propocative environtment”.

Menurut Agus Suprijono (2013;5), tujuan belajar sebenarnya sangat banyak dan bervariasi. Tujuan belajar yang eksplisit diusahakan untuk dicapai dengan tindakan instruktusional, lazim dinamakan instructional effects, yang biasa berbentuk pengetahuan dan keterampilan, sementara tujuan belajar sebagai hasil yang menyertai tujuan belajar instruksional lazim disebut nurturant effects, bentuknya berupa kemampuan berpikir kritis dan kreatif, sikap terbuka dan demokratis, menerima orang lain, dan sebagainya. Tujuan ini merupakan konsekuensi logis dari peserta didik “menghidupi” (live in) suatu sistem lingkungan belajar tertentu.

3. Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas. Model pembelajaran dapat diartikan pula sebagai pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan memberi petunjuk kepada guru dikelas (Agus Suprijono;2013;45).

Terdapat banyak sekali model pembelajaran tetapi pada masa sekarang ini model pembelajaran yang sering digunakan adalah model pembelajaran kooperatif. Beberapa istilah pembelajaran berbasis sosial menurut Agus


(31)

Suprijono (2013;54) yaitu pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dan pembelajaran kolaboratif.

Menurut Anita Lie (Cooperative Learning;2010;29) model pembelajaran cooperative learning tidak sama dengan sekadar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran cooperative learning yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model cooperative learning dengan benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif.

Selanjutnya Robert E. Slavin (Cooperative Learning;2015;10) mengatakan bahwa semua model pembelajaran kooperatif menyumbangkan ide bahwa siswa yang bekerja sama dalam belajar dan bertanggungjawab terhadap teman satu timnya mampu membuat diri mereka belajar sama baiknya.

Berikut dijelaskan beberapa elemen-elemen dasar pembelajaran kooperatif yaitu (Miftakul Huda;2014;46):

a. Interpretasi positif (positive interpedence) b. Interaksi promotif (promotive interaction)

c. Akuntabilitas individu (individual accountability)

d. Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil (interpersonal and small-group skill)


(32)

Dibawah ini dijelaskan sintak atau hubungan model pembelajaran kooperatif yang terdiri dari 6 (enam) fase (Agus Suprijono;2013;65).

Tabel 2.1 Sintak model pembelajaran kooperatif

FASE-FASE PERILAKU GURU

Fase 1 : Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik (Present goals and set)

Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik siap belajar

Fase 2 : Menyajikan informasi (Present information)

Mempresentasikan informasi kepada peserta didik secara verbal

Fase 3 : Mengorganisir peserta didik ke dalm tim-tim belajar (Organize students into learning team)

Memeberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien

Fase 4 : Membantu kerja tim dan belajar (Assist team work and study)

Membantu tim-tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya Fase 5 : Mengevaluasi (Test on the

materials)

Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi

pembelajaran atau kelompok-kelompok mempresentasikan hasil kerjanya

Fase 6 : Memberikan pengakuan atau penghargaan (Provide recognition)

Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok

Dalam suatu pembelajaran, lingkungan belajar dan sistem pengelolaan pembelajaran kooperatif harus sesuai dengan berikut ini (Agus Suprijono;2013;66):

a. Memberikan kesempatan terjadinya belajar berdemokrasi

b. Meningkatkan penghargaan peserta didik pada pembelajaran akademik dan mengubah norma-norma yang terkait dengan prestasi.

c. Mempersiapkan peserta didik belajar mengenai kolaborasi dan keterampilan sosial melalui peran aktif peserta didik dalam kelompok-kelompok kecil.


(33)

d. Memberikan peluang terjadinya proses partisipasi aktif peserta didik dalam belajar dan terjadinya dialog interaktif.

e. Menciptakan iklim sosio emosional yang positif f. Memfasilitasi terjadinya learning to live together. g. Menumbuhkan produktivitas dalam kelompok.

h. Mengubah peran guru dari center stage performance menjadi koreografer kegiatan kelompok

i. Menumbuhkan kesadaran pada peserta didik arti penting aspek sosial dalam individunya. Secara sosiologis pembelajaran kooperatif dapat menumbuhkan kesadaran altruisme (kebalikan dari egois atau lebih mementingkan kepentingan orang lain) dalam diri peserta didik. Kehidupan sosial adalah sisi penting dari kehidupan individual.

4. Model Pembelajaran NHT (Numbered Heads Together)

Model pembelajaran kooperatif memiliki banyak sekali variasi, salah satunya adalah model NHT (Numbered Heads Together). Menurut Miftakul Huda (2014;138), NHT (Numbered Heads Together) dikembangkan oleh Russ Frank seorang guru pada Chaparral Middle School di Diamond Bar, California. Model ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk sharing atau berbagi ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat dan meningkatkan semangat kerja sama siswa.

Model pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) merupakan variasi dari pembelajaran kelompok. Pembelajaran dengan menggunakan model Numbered Heads Together diawali dengan numbering. Guru membagi


(34)

kelas menjadi kelompok-kelompok kecil. Jumlah kelompok sebaiknya mempertimbangkan jumlah konsep yang dipelajari. Misalkan jika jumlah peserta didik dalam satu kelas terdiri dari 40 orang dan terbagi menjadi 5 kelompok sehingga setiap kelompok terdiri dari 8 orang. Setiap orang dalam tiap-tiap kelompok diberi nomor 1-8. Setelah kelompok terbentuk guru mengajukan beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh tiap-tiap kelompok. Berikan kesempatan kepada tiap-tiap kelompok menemukan jawaban. Pada kesempatan ini tiap-tiap kelompok menyatukan kepalanya atau menyatukan pemikiran mereka “Heads Together” berdiskusi memikirkan jawaban atas pertanyaan dari guru. Langkah berikutnya adalah guru memanggil peserta didik yang memiliki nomor yang sama dari tiap-tiap kelompok. Mereka diberi kesempatan memberi jawaban atas pertanyaan yang telah diterima dari guru. Hal itu dilakukan terus hingga semua peserta didik dengan nomor yang sama dari masing-masing kelompok mendapat giliran memaparkan jawaban atas pertanyaan guru. Berdasarkan jawaban-jawaban itu guru dapat mengembangkan diskusi lebih mendalam, sehingga peserta didik dapat menemukan jawaban pertanyaan itu sebagai pengetahuan yang utuh (Agus Suprijono;2013;92).

Selanjutnya Anita Lie (2010;59) menyebut NHT dengan istilah “kepala bernomor”. Anita Lie menjelaskan teknik belajar mengajar kepala bernomor (Numbered Heads) yang dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992). Teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk membagikan ide-ide dan


(35)

mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka.

Robert E. Slavin (2015;255) menyebut NHT dengan “menomori orang bersama”, dengan penjelasan bahwa setiap siswa dalam sebuah kelompok mendapat satu nomor dan para siswa tersebut tahu bahwa hanya satu siswa yang akan dipanggil untuk mewakili kelompoknya. Suara dengungan atau penyampaian ide yang semarak dari diskusi adalah usaha pada siswa untuk saling berbagi informasi supaya semua orang tahu jawabannya. Dengan cara itu mereka akan menerima sebuah poin, tidak peduli nomor mana yang dipanggil. Memberi penomoran dalam setiap kelompok pada dasarnya adalah sebuah varian atau macam dari group discussion; perbedaannya yaitu pada hanya ada satu siswa yang mewakili kelompoknya tetapi sebelumnya tidak diberi tahu siapa yang akan menjadi wakil kelompok tersebut. Pembelajaran dengan model tersebut memastikan keterlibatan total dari semua siswa. Model Russ Frank ini adalah cara yang sangat baik untuk menambahkan tanggungjawab individual kepada diskusi kelompok.

Penelitian ini tidak hanya menggunakan model NHT (Numbered Heads Together) saja tetapi mengakomodasikan dengan tugas proyek yang akan dikerjakan dalam setiap kelompok NHT. Penugasan proyek berguna sebagai salah satu alat bantu siswa dalam memperjelas materi pembelajaran.


(36)

5. Penugasan Proyek

Penugasan proyek adalah penugasan yang mendukung hasil kerja dari suatu materi yang dipilih. Melalui penugasan proyek peserta diminta untuk membuat suatu barang atau benda berdasarkan hasil pemahaman dan kreativitas dari setiap siswa yang dilakukan dalam setiap kelompok. Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang meliputi: pengumpulan, pengorganisasian, pengevaluasian, dan penyajian data yang harus diselesaikan peserta didik (individu/kelompok) dalam waktu atau periode tertentu (Kunandar;2014;286).

Tugas proyek bisa berupa investigasi atau penelitian sederhana tentang suatu masalah yang berkaitan dengan materi (KD) tertentu mulai dari perencanaan, pengumpulan data atau informasi, pengolahan data, penyajian data dan menyusun laporan. Penilaian proyek dimaksudkan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan, dan kemampuan menginformasikan dari peserta didik secara jelas (Kunandar;2014;286).

Menurut Kunandar (2014;286), dalam penilaian proyek setidaknya ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu:

a. Kemampuan pengelolaan, yaitu kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi, mengelola waktu pengumpulan data dan penulisan laporan.


(37)

b. Relevansi, yaitu tugas atau proyek yang diberikan pada peserta didik harus sesuai dengan karakteristik materi, lingkungan sekolah dan karakteristik peserta didik.

c. Keaslian, yaitu tugas atau proyek yang dikerjakan peserta didik benar-benar hasil pekerjaan peserta didik dengan bimbingan guru.

Dalam penilaian tugas proyek tentunya terdapat kelemahan dan kelebihan. Terdapat tujuh kelebihan dari penilaian proyek yaitu (Kunandar;2014;287):

a. Peserta didik lebih bebas mengeluarkan ide b. Banyak kesempatan untuk berekreasi

c. Mendidik peserta didik lebih mandiri dan bertanggungjawab d. Meringankan guru dalam pemberian materi pelajaran

e. Dapat meningkatkan kreativitas peserta didik

f. Ada rasa tanggung jawab peserta didik terhadap tugas-tugas yang diberikan, dan

g. Guru dan peserta didik lebih kreatif

Selanjutnya dijelaskan delapan kelemahan dari penilaian proyek yaitu (Kunandar;2014;287):

a. Untuk kelompok peserta didik yang kurang bertanggung jawab hanya titip nama (tidak terpantau)

b. Didominasi oleh peserta didik yang mampu bekerja (pandai) c. Tidak dapat terpantau oleh guru


(38)

d. Hasil yang dicapai kurang maksimal (karena sering menunda-nunda pekerjaan)

e. Hasilnya kurang obyektif

f. Dalam proses belajar mengajar (PMB) akan banyak menghabiskan waktu

g. Tugas yang dibuat belum tentu hasil pekerjaan peserta didik, dan h. Berat (bagi peserta didik) apabila semua guru memberi tugas (harus ada

kolaborasi)

Dalam penilaian proyek tentunya terdapat langkah-langkah yang digunakan. Berikut tujuh langkah yang harus dilakukan dalam penilaian proyek yaitu (Kunandar;2014;289):

a. Identifikasi dan pemetaan materi (kompetensi dasar) yang mau dijadikan proyek oleh peserta didik

b. Membuat rambu-rambu atau perintah untuk proyek atau penugasan tersebut, seperti nama proyeknya, waktu penyelesaian, aspek yang dinilai, sistematika laporannya dan hal-hal lain yang relevan dengan proyek tersebut.

c. Menyusun lembar atau rubrik penilaian yang berisi aspek-aspek apa saja akan dinilai dari proyek tersebut. Aspek-aspek yang mau diukur harus jelas, operasional dan dapat diukur.

d. Melakukan penilaian terhadap laporan proyek atau penugasan peserta didik dengan mengacu pada rubrik penskoran yang telah disusun.


(39)

f. Melakukan analisis hasil penilaian proyek dengan memetakan persentase ketuntasan peserta didik (berapa persen yang sudah tuntas dan berapa persen yang belum tuntas).

g. Memasukan nilai laporan proyek peserta didik ke buku nilai.

Dalam suatu pembelajaran tentunya perlu dilakukan penilaian untuk menentukan pencapaian hasil belajar siswa. Berikut dijelaskan beberapa langkah yang harus dipenuhi dalam merencanakan penilaian proyek yaitu (Kunandar;2014;289):

a. Menentukan kompetensi yang sesuai untuk dinilai melalui proyek. b. Penilaian proyek mencakup perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan

proyek.

c. Menyusun indikator proses dan hasil belajar berdasarkan kompetensi. d. Menentukan kriteria yang menunjukan capaian indikator pada setiap

tahapan pengerjaan proyek.

e. Merencanakan apakah tugas bersifat kelompok atau individual

f. Merencanakan teknik-teknik dalam penilaian individual untuk tugas yang dikerjakan secara kelompok.

g. Menyusun tugas sesuai dengan rubrik penilaian

Setelah merencanakan penilaian proyek selanjutnya dijelaskan beberapa langkah yang harus dipenuhi dalam melaksanakan penilaian proyek yaitu (Kunandar;2014;289):


(40)

a. Menyampaikan rubrik penilaian sebelum pelaksanaan penilaian kepada peserta didik

b. Memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang kriteria penilaian c. Menyampaikan tugas disampaikan kepada peserta didik

d. Memberikan pemahaman yang sama kepada peserta didik tentang tugas yang harus dikerjakan

e. Melakukan penilaian selama perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan proyek

f. Memonitor pengerjaan proyek peserta didik dan memberikan umpan balik pada setiap tahapan pengerjaan proyek

g. Membandingkan kinerja peserta didik dengan rubrik penliaian

h. Memetakan kemampuan peserta didik terhadap pencapaian kompetensi minimal

i. Mencatat hasil penilaian

j. Memberikan umpan balik terhadap laporan yang disusun peserta didik

Selain itu dalam penilaian proyek tentunya terdapat tugas. Tugas-tugas untuk penilaian proyek harus memenuhi beberapa acuan kualitas berikut (Kunandar;2014;290):

a. Tugas harus mengarah pada pencapaian indikator hasil belajar b. Tugas dapat dikerjakan oleh peserta didik

c. Tugas dapat dikerjakan selama proses pembelajaran atau merupakan bagian dari pembelajaran mandiri


(41)

e. Materi penugasan sesuai dengan cakupan kurikulum

f. Tugas bersifat adil (tidak bias gender dan latar belakang sosial ekonomi) g. Tugas mencantumkan tentang waktu pengerjaan tugas

Untuk mempermudah dalam penilaian dijelaskan rubrik-rubrik untuk penilaian proyek yang harus memenuhi beberapa kriteria berikut (Kunandar;2014;291):

a. Rubrik dapat mengukur target kemampuan yang akan diukur (valid) b. Rubrik sesuai dengan tujuan pembelajaran

c. Indikator menunjukkan kemampuan yang dapat diamati (observasi) d. Indikator menunjukkan kemampuan yang dapat diukur

e. Rubrik dapat memetakan kemampuan peserta didik

f. Rubrik menilai aspek-aspek penting pada proyek peserta didik

Poin berikutnya akan dijelaskan materi yang digunakan pada penelitian ini yaitu bangun ruang sisi datar tetapi diambil pada sub materi luas permukaan prisma dan limas.

6. Bangun Ruang Sisi Datar

Bangun ruang sisi datar yang digunakan dalam penelitian ini adalah unsur-unsur beserta luas permukaan prisma dan limas.

a. Unsur-unsur Prisma dan Limas

Prisma adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua bidang berhadapan yang sama dan sebangun (kongruen) dan saling sejajar, serta


(42)

bidang-bidang lain yang berpotongan menurut rusuk-rusuk yang sejajar (Dewi Nuraini dan Tri Wahyuni;2008;224). Pengertian lain prisma adalah benda yang dibatasi oleh dua bidang yang sejajar dan beberapa bidang lain yang dipotong memotong menurut garis-garis yang sejajar (Husein Tampomas;2007;124). Sedangkan pengertian lain prisma merupakan polihedron (bidang banyak) dengan dua sisi yang saling berhadapan dan merupakan poligon yang identik (Arita Marini;2013;48).

Gambar 2.1 Prisma tegak dan prisma miring

Prisma tegak adalah prisma yang rusuk-rusuk tegaknya lurus pada bidang atas dan bidang alas. Prisma miring atau prisma condong adalah prisma yang rusuk-rusuk tegaknya tidak tegak lurus pada bidang alas atau bidang atas (Dewi Nuraini dan Tri Wahyuni;2008;224).

Menurut Husein Tampomas (2007;125) suatu prisma dinamakan prisma tegak jika rusuk tegaknya tegak lurus pada bidang alas. Jika tidak demikian, maka prisma itu dimanakan prisma miring atau prisma condong atau prisma saja. Suatu prisma dinamakan beraturan jika memenuhi dua syarat berikut:

1) Prisma itu tegak.

2) Bidang alasnya segi banyak beraturan.


(43)

Selanjutnya, nama prisma bergantung pada bentuk bidang alas dan tegak atau tidaknya rusuk terhadap bidang alas.

Gambar 2.2 Prisma segi enam

Unsur-unsur prisma segienam adalah (Nuniek Avianti Agus;2007;200): 1) Sisi/bidang : sisi alas (ABCDEF), sisi atas (GHIJKL), dan sisi

tegak (ABHG, BCIJ, CDJI, DEKJ, EFLK, FSGL).

2) Rusuk : rusuk alas (AB, BC, CD, DE, EF, FA), rusuk tegak (AG, BH, CI, DJ, EK, FL), dan rusuk atas (AG, GH, HI, IJ, JK, KL, LG).

3) Titik sudut : A, B, C, D, E, F, G, H, I, J, K, L.

4) Diagonal bidang : garis yang menghubungkan dua titik sudut yang berhadapan (tidak terletak pada satu rusuk) dari satu bidang prisma. Diagonal alas (AC, AD, AE, BF, BE, BD, CF, CE, DF), diagonal atap (GI, GJ, GK, HL, HK, HJ, IL, IK, JL), dan diagonal sisi tegak (GB, AH, HC, BI, ID, JC, KD, EJ, LE, FK, AL, FG) 5) Diagonal ruang : garis yang menghubungkan dua titik sudut,

masing-masing titik sudut bidang alas dan tidak satu bidang. Contohnya: GD, HE, IF, dll.

A

B C

D E

F G

H I

J K


(44)

6) Bidang diagonal : bidang yang memuat diagonal bidang alas dan diagonal bidang atas serta keduanya sejajar, seperti: LHBF, LHCE, GJCA, GJFD, dll.

Pada penjelasan diatas dijelaskan jika prisma dengan alas segi enam. Tetapi bagaimana jika prisma memiliki alas dengan segi yang lebih dari enam atau kurang dari enam. Dalam prisma segi-n (n adalah bentuk bidang alasnya) berlaku hal-hal sebagai berikut (Husein Tampomas; 2007;125).

1) Banyak sisinya = + buah

2) Banyak bidang diagonalnya = − buah 3) Banyak diagonal ruangnya = − buah 4) Banyak diagonal sisi alasnya = − buah

Selanjutnya dijelaskan sifat-sifat dari prisma tegak (Nuniek Avianti Agus;2007;200):

1) Prisma memiliki bentuk alas dan atap yang kongruen

2) Setiap sisi bagian samping prisma berbentuk persegi panjang 3) Prisma memiliki rusuk tegak dengan panjang yang sama

4) Setiap diagonal bidang pada sisi yang sama memiliki ukuran yang sama

Tambahan sifat-sifat prisma (Husein Tampomas; 2007;125) bentuk bidang diagonalnya adalah persegi panjang

Jaring-jaring prisma diperoleh dengan cara mengiris beberapa rusuk prisma tersebut sedemikian sehingga seluruh permukaan prisma terlihat (Nuniek Avianti Agus;2007;202).


(45)

Gambar 2.3 Jaring-jaring prisma

Menurut Steve Slavin dan Ginny Crisonino, limas adalah bangun ruang sisi datar yang memiliki satu bidang segi banyak dan bidang lainnya berbentuk segitiga yang bertemu pada satu titik. Limas adalah bangun ruang yang alasnya berbentuk segi banyak (segitiga, segiempat, atau segilima) dan bidang sisi tegaknya berbentuk segitiga yang berpotongan pada satu titik puncak limas (Dewi Nuraini dan Tri Wahyuni;2008;225). Definisi lain dari limas atau piramida adalah suatu bangun ruang yang dibatasi oleh sebuah segi banyak atau segi-n dan segitiga-segitiga yang mempunyai titik puncak persekutuan di luar bidang segi banyak itu, sedangkan sisi-sisi segi banyak itu merupakan alas-alas segitiga-segitiga itu. Bagian bidang yang membatasi limas dinamakan bidang batas (Husein Tampomas;2007; 144). Selain itu limas merupakan polihedron yang dibentuk daru poligon sebagai alas dan titik yang tidak terletak pada sisi alas, yang disebut titik puncak, antara setiap titik sudut pada alas dan titik

(a) (b) (c)


(46)

puncak dihubungkan oleh segmen garis-segmen garis (Arita Marini;2013;48).

Gambar 2.4 Bentuk-bentuk Limas

Limas diberi nama berdasarkan bentuk bidang alasnya (Dewi Nuraini dan Tri Wahyuni;2008;225). Sehingga jika alas berbentuk segitiga maka disebut dengan limas tegak segitiga, sedangkan jika alas berbentuk segi delapan maka limas disebut dengan limas tegak segi delapan.

Gambar 2.5 Limas Tegak Segi enam

Berikut dijabarkan unsur-unsur limas segi enam dengan melihat gambar bentuk-bentuk limas (c) (Nuniek Avianti Agus;2007;208).

1) Sisi/bidang : sisi alas (ABCDEF) dan sisi tegak (ABG, BCG, CDG, DEG, EFG, FAG)

2) Rusuk : rusuk alas (AB, BC, CD, DE, EF) dan rusuk tegak (AG, BG, CG, DG, EG, FG)

C D E F

B A

G


(47)

3) Titik sudut : titik sudut alas (A, B, C, D, E) dan titik puncak (T)

Gambar 2.6 Limas Tegak Segi Enam dan Garis Tingginya Tambahan unsur-unsur limas (Husein Tampomas;2007;144).

1) Tinggi limas

Jika GG’ tegak lurus bidang alas ABCDEF (G’ pada bidang alas), maka GG’ dinamakan garis tinggi limas. G’ adalah titik kaki garis tinggi. Panjang ruas garis GG’ yang juga merupakan jarak antara puncak dan bidang alas limas dinamakan tinggi limas.

2) Bidang diagonal limas

Bidang yang melalui sebuah diagonal alas dan rusuk tegak yang memotongnya dinamakan bidang diagonal. Dengan demikian, bidang GAD, GFC, GEB, GAC, GAE, GBF, GBD, GCE, dan GDF dinamakan bidang-bidang diagonal limas segi-6 G.ABCDEF

Pada limas segi-n (n adalah bentuk bidang alasnya) berlaku hal berikut (Husein Tampomas;2007;145)

1) Banyak sisinya = + buah

2) Banyak bidang diagonalnya = − buah 3) Banyak diagonal sisi alasnya = − buah

C D E F

B A

G


(48)

Selanjutnya dijelaskan beberapa sifat-sifat limas menurut gambar jenis-jenis limas (Nuniek Avianti Agus;2007;209).

Gambar 2.7 Jenis-jenis Limas

Gambar limas (a) menunjukan sebuah limas segitiga D.ABC. Pada limas segitiga D.ABC, semua sisi limas tersebut berbentuk segitiga. Jika limas segitiga memiliki semua sisi yang berbentuk segitiga sama sisi, maka limas tersebut disebut limas segitiga beraturan.

Dari gambar (b) terlihat bahwa limas segiempat memiliki alas berbentuk persegi panjang. Sesuai dengan sifatnya, setiap diagonal persegi panjang memiliki ukuran yang sama panjang. Jadi, limas segiempat memiliki diagonal alas yang sama panjang.

Menurut penjelasan Husein Tampomas (2007;145) suatu limas dapat dibedakan berdasarkan bentuk bidang alas dan kedudukan atau posisi titik puncak terhadap bidang alasnya, sehingga dapat dinyatakan:

1) Limas sembarang jika bidang alasnya berbentuk segi banyak sembarang dan titik puncaknya sembarang.

A B

C D

A B

C D


(49)

Gambar 2.8 Limas Sembarang

2) Limas beraturan jika bidang alasnya berbentuk segi banyak beraturan dan titik kaki garis tinggi berimpit dengan pusat bidang alas (proyeksi titik puncak berimpit dengan pusat bidang alas). Jadi dapat disimpulkan bahwa rusuk-rusuk tegak limas mempunyai panjang yang sama.

Gambar 2.9 Limas Beraturan

Jaring-jaring limas diperoleh dengan mengiris beberapa rusuknya, kemudian direbahkan seperti pada bangun ruang lainnya Nuniek Avianti Agus;2007;210).

b. Luas Permukaan

Menurut Dewi Nuraini dan Tri Wahyuni (2008;232) luas permukaan bangun ruang adalah jumlah luas seluruh permukaan bangun ruang tersebut. Untuk menentukan luas permukaan bangun ruang, perhatikan bentuk dan banyak sisi bangun ruang tersebut.

A B

C T

T

C

A B

D

T

T

C

A B

D E T T F T A B T C T T

A B

C D

T T

A

B C

D E F


(50)

1) Luas Permukaan Prisma

Gambar 2.10 Luas Permukaan Prisma

Gambar prisma (a) menunjukan prisma tegak segitiga ABC.DEF, sedangkan Gambar prisma (b) menunjukkan jaring-jaring prisma tersebut.

Luas permukaan prisma

= luas ΔDEF + luas ΔABC + luas BADE + luas ACFD + luas CBEF

= × luas ΔABC + AB × BE + AC × AD + CB × CF

= × luas ΔABC + [ AB + AC + CB × AD]

= × luas alas + keliling ΔABC × tinggi

= × luas alas + keliling alas × tinggi

Dengan demikian, secara umum luas permukaan prisma dinyatakan sebagai berikut.

Luas permukaan prisma = (2 × luas alas) + (keliling alas × tinggi) C

B A D

E

F

A

B

C E

F

B B

E E


(51)

2) Luas Permukaan Limas

Gambar 2.11 Luas Permukaan Limas

Gambar limas (a) menunjukan limas segi empat T.ABCD dengan alas berbentuk persegi panjang, sedangkan Gambar (b) menunjukan jaring-jaring limas segi empat tersebut.

Sama dengan menentukan luas permukaan prisma, untuk mencari luas permukaan limas dengan mencari luas jaring-jaring limas tersebut.

Luas permukaan limas

= luas segi empat ABCD + luas segitiga TAB +

luas segitiga TBC + luas segitiga TCD + luas segitiga TAD

= luas alas + jumlah luas seluruh sisi tegak

Jadi, secara umum luas permukaan limas sebagai berikut.

Luas permukaan limas = luas alas limas + jumlah luas seluruh sisi tegak limas

A B

C D

T

T

D

A B

C

T

T T

(a)


(52)

7. Hasil Belajar

Agus Suprijono (2013;5) menyatakan bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Menurut Nana Sudjana (2010;22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Selanjutnya untuk mengetahui hasil belajar siswa digunakan penilaian hasil belajar.

Selanjutnya menurut Kunandar (2014;61) penilaian hasil belajar peserta didik merupakan sesuatu yang sangat penting dan strategis dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan penilaian hasil belajar maka dapat diketahui seberapa besar keberhasilan peserta didik telah menguasai kompetensi atau materi yang telah diajarkan oleh guru. Melalui penilaian juga dapat dijadikan acuan untuk melihat tingkat keberhasilan atau efektivitas guru dalam pembelajaran.

8. Kreativitas

Kreativitas merupakan salah satu istilah yang sering digunakan meskipun merupakan istilah yang taksa (ambigous) dalam penelitian psikologi masa kini. Terdapat banyak arti kreativitas yang populer, diantaranya delapan yang sering digunakan (Elizabeth B. Hurlock;1995;2)

Pertama, salah satu arti kreativitas yang paling populer menekankan pembuatan sesuatu yang baru dan berbeda. Kebanyakan orang menganggap bahwa kreativitas dapat dinilai melalui hasil atau apa saja yang diciptakan


(53)

seseorang. Kreativitas harus dianggap sebagai suatu proses – suatu proses adanya sesuatu yang baru, apakah itu gagasan atau benda dalam bentuk atau rangkaian yang baru dihasilkan.

Kedua, kreativitas memandangnya sebagai kreasi sesuatu yang baru dan orisinal secara kebetulan, sebagaimana seorang anak yang bermain dengan balok-balok kayu membangun tumpukan yang menyerupai rumah dan kemudian menyebutnya rumah.

Ketiga, kreativitas menyatakan bahwa apa saja yang diciptakan selalu baru dan berbeda dari yang telah ada dan karenanya unik. Semua kreativitas mencakup gabungan dari gagasan atau produk lama ke dalam bentuk baru, tetapi yang lama merupakan dasar bagi yang baru.

Keempat, kreativitas adalah bahwa ia merupakan proses mental yang unik, suatu proses yang semata-mata dilakukan untuk menghasilkan sesuatu yang baru, berbeda, dan orisinil.

Kelima, kreativitas seringkali dianggap sinonim dengan kecerdasan tinggi. Keyakinan ini telah diperkuat dengan kenyataan bahwa orang dengan IQ yang sangat tinggi disebut “jenius”, istilah yang oleh orang awam disamakan dengan kreativitas. Sebenarnya kreativitas hanyalah salah satu aspek kecerdasan sebagaimana kolega ingatan atau penalaran.

Keenam, kreativitas yaitu sepercik kejeniusan yang diwariskan pada seseorang dan tidak ada kaitannya dengan belajar atau lingkungan menyatakan, bahwa orang kreatif merupakan sarana konsep.


(54)

Ketujuh, kreativitas umumnya dianggap sinonim dengan imajinasi dan fantasi dan karenanya merupakan bentuk permainan mental. Goldner telah menyatakan bahwa kreativitas merupakan “kegiatan otak yang teratur, komprehensif, dan imajinatif menuju suatu hasil yang orisinil”. Jadi ia lebih inovatif daripada reproduktif.

Kedelapan, kreativitas adalah bahwa semua orang umumnya terbagi dalam dua kelompok besar: “penurut” dan “pencipta”. Penurut (comformers) melakukan apa yang diharapkan dari mereka tanpa mengganggu atau menyulitkan orang lain. Sebaliknya, pencipta (creators) menyatakan gagasan orisinil, titik pandang yang berbeda, atau cara baru menangani masalah dan menghadapinya.

Unsur karakteristik kreativitas (Elizabeth B. Hurlock;1995;5) yaitu:

a. Kreativitas merupakan proses, bukan hasil.

b. Proses itu mempunyai tujuan, yang mendatangkan keuntungan bagi orang itu sendiri atau kelompok sosialnya.

c. Kreativitas mengarah ke penciptaan sesuatu yang baru, berbeda, dan karenanya unik bagi orang itu, baik itu berbentuk lisan atau tulisan, maupun konkret atau abstrak.

d. Kreativitas timbul dari pemikiran divergen, sedangkan konformitas dan pemecahan masalah sehari-hari timbul dari pemikiran konvergen. e. Kreativitas merupakan suatu cara berpikir; tidak sinonim dengan


(55)

f. Kemampuan untuk menciptakan bergantung pada perolehan pengetahuan yang diterima

g. Kreativitas merupakan bentuk imajinasi yang dikendalikan yang menjurus ke arah beberapa bentuk prestasi, misalnya melukis, membangun dengan balok, atau melamun.

Sedangkan menurut Florence Betlestone dan Narulita Yusron (2013;2) dijelaskan enam bagian dalam kreativitas diantaranya:

a. Kreativitas sebagai bentuk pembelajaran

Kreativitas sebagai bentuk pembelajaran dapat membantu menjelaskan dan menginterprestasikan konsep-konsep abstrak dengan melibatkan skil-skil seperti keingintahuan, kemampuan menemukan, eksplorasi, pencarian kepastian dan antusiasme, yang semuanya merupakan kualitas-kualitas yang sangat besar yang terdapat pada anak. Aspek-aspek ini dapat diperkuat dengan memberikan penguasaan teknis dan visi yang lebih luas kepada anak sehingga kreativitas dapat menginformasikan berbagai pembelajaran lainnya.

b. Representasi

Kreativitas melibatkan pengungkapan atau pengekpresian gagasan dan perasaan serta penggunaan berbagai macam cara untuk melakukannya, misalnya melalui seni ekspresif. Gagasan ini merupakan cara sebagian besar guru mempelajari kreativitas ketika dibangku kuliah sehingga kreativitas meliputi unsur-unsur simbolisme, permainan peran atau akting, menggambar, grafis, ilustrasi, melukis, menjiplak, mencetak,


(56)

menggrafir, mematung, bentuk-bentuk seni dan seni murni, fotografi, pembuatan peta, meniru dan mendeskripsikan. Gagasan tentang ekspresi diri merupakan inti dari macam kreativitas ini, karena didalam kondisi emosional yang sehat itu kebutuhan kebutuhan bawah sadar dapat terekspresikan dan tidak tertekan. Seni ekspresif memberikan suatu cara tertentu yang sangat penting dalam melakukan aktivitas ini.

c. Produktivitas

Kreativitas melibatkan pembuatan menggunakan imajinasi, penciptaan, merangkai, mengarang, skill musik, pertunjukan, perencanaan, mengonstruksikan, membangun, skil-skil teknologis dan keluaran skala besar ataupun kecil. Kegiatan lain yang terintegrasi dalam proses kreasi adalah destruksi, yang negatif dan juga positif. Gagasan-gagasan lama mungkin perlu didestruksi (dirobohkan) sebelum gagasan baru bisa dijadikan penggantinya.

d. Originalitas

Jenis kreativitas yang berkaitan dengan membuat koneksi atau keterkaitan yang tidak biasa, gagasan-gagasan yang terasingkan, yang sebelumnya tidak saling terhubung. Pentransferan atau pembagian pengetahuan seorang spesialis dari satu bidang ke bidang lainnya, kemampuan menemukan, imajinasi, prototipe atau contoh, kekhususan, kebaharuan, kesegaran, individualitas, non-konformitas (pelanggaran aturan sosial), berbeda, independen, tak dapat ditiru, kemampuan untuk menjadi diluar kebiasaan, tak terduga dan mengambil resiko.


(57)

e. Berpikir dengan kreatif/penyelesaian masalah

Aspek kreativitas dalam hal ini menjangkau sampai di luar batas seni ekspresif sehingga mencakup semua bidang kehidupan. Proses kreatif ini melibatkan pemilihan unsur-unsur yang diketahui dari berbagai macam bidang dan menyatukannya menjadi format-format baru, menggunakan informasi dalam situasi-situasi baru, menggambarkan aspek-aspek pengalaman, pola-pola dan analogi serta prinsip-prinsip mendasar yang tak berhubungan. Aspek ini memungkinkan orang yang sedang menyelesaikan masalah untuk memunculkan solusi-solusi yang berbeda dan yang tadinya tak terlihat jelas. Berpikir kreatif tidak menunjukan bahwa pikiran kreatif itu berbeda secara kualitatif. Penyelesaian masalah memungkinkan kita untuk mengadopsi tingkah laku yang kreatif, dorongan yang sangat kuat untuk berubah dan oleh sebab itu merupakan bagian penting dari pembelajaran kreativitas.

f. Alam semesta/alam-ciptaan

Maksud kreativitas disini adalah yang berhubungan dengan sumber kreasi, inspirasi, suasana hati, sumber dorongan, energi kreatif, kekaguman, ketakjuban, apresiasi akan keindahan, kesadaran akan tatanan alam, pro-kreasi, siklus hidup dan mati, pertumbuhan, pertanian, makhluk hidup. Karena itu proses kreatif disini melibatkan interaksi emosional antara individu dan lingkungan. Lingkungan akan diinterpretasikan oleh individu menurut respon emosional mereka.


(58)

Dari penelitian ini akan lebih menggunakan kreativitas menurut pandangan Florence Betlestone karena pembahasan kreativitas menurut mereka mengarah pada kreativitas dalam pembelajaran.

B. Kerangka Berpikir

Berdasarkan paparan landasan teori, belajar merupakan proses mendapatkan pengetahuan melalui aktivitas yang dilakukan baik melalui pembelajaran atau melalui kegiatan sehari hari yang tentunya akan mengubah pemikiran atau perilaku manusia. Di dalam pembelajaran salah satu cara untuk melihat seberapa berhasil proses belajar adalah hasil belajar, yang dengan memperhatikan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dalam suatu pembelajaran tidak sedikit siswa yang mengalami kesulitan belajar, kesulitan itu ada yang dari dalam diri maupun dari luar diri siswa. Salah satu tantangan dalam pelajaran adalah model pembelajaran yang digunakan guru masih satu arah seperti telah dilakukan wawancara dengan salah satu guru dari SMP Pangudi Luhur Ambarawa yang masih menggunakan model ceramah dalam pembelajaran. Memang pembelajaran dengan ceramah lebih cepat selesai dalam penyampaian materi tetapi kurang melibatkan siswa dalam pembelajaran. Hasil belajar yang kurang maksimal dikarenakan model pembelajaran yang kurang melibatkan siswa membuat siswa kurang memahami arti atau makna dari pembelajaran sehingga membuat siswa kesulitan dalam pembelajaran matematika. Oleh sebab itu peneliti mencoba untuk menggunakan model pembelajaran yang lain yaitu model pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) mengakomodasi tugas proyek. Tujuan dari


(59)

pembelajaran yang digunakan peneliti adalah selain untuk meningkatkan hasil belajar siswa juga untuk melihat kreativitas siswa melalui tugas proyek yang dibuat.

Model pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) mengakomodasi tugas proyek ini dilakukan pada kelas VIII A di SMP Pangudi Luhur Ambarawa dan kelas VIII E yang menggunakan mmodel pembelajaran konvensional sehingga dapat dilihat perbandingan berdasarkan hasil pembelajaran yang dilakukan. Banyak hal positif yang akan diterima siswa melalui pembelajararan NHT mengakomodasi tugas proyek. Model NHT membuat siswa belajar untuk memecahkan masalah dan juga bertanggung jawab dengan tugas yang diberikan kepada masing-masing siswa sedangkan melalui tugas proyek tentunya dapat meningkatkan kreativitas siswa dan juga kerjasama dalam kelompok untuk menentukan apa yang akan dikerjakan.


(60)

43 BAB III

METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pre VIII A. Penelitian pre VIII A menggunakan dua kelas yaitu yang dipilih tanpa random. Kelas pertama adalah kelas yang menggunakan pembelajaran dengan model ceramah, sedangkan kelas kedua adalah kelas yang akan menerima model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) mengakomodasi tugas proyek. Pada pembelajaran di kelas pertama dilakukan model yang biasa dipakai oleh guru yaitu model ceramah dan sesekali siswa mengerjakan latihan soal yang diberikan, sedangkan proses pembelajaran di kelas kedua dilakukan model NHT mengakomodasi tugas proyek. Pada penelitian dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) mengakomodasi tugas proyek siswa dibagi menjadi 7 kelompok dengan masing-masing kelompok terdiri dari lima sampai enam siswa. Dari masing-masing kelompok, siswa dibagi lagi menjadi beberapa nomor sehingga dalam satu kelompok setiap siswa akan mendapat satu nomor. Setelah itu guru melakukan pemanggilan untuk mengerjakan soal atau presentasi mengenai hasil diskusi dari kelompok dengan menyebutkan nomor kelompok dan nomor siswa dalam kelompok.

Data kuantitatif diperoleh dari hasil belajar siswa melalui nilai pretest, posttest, dan tugas proyek. Data kuantitatif diperoleh dari hasil belajar siswa melalui nilai pretest, posttest, dan tugas proyek. Selain itu didapatkan juga dari


(61)

penilaian kreativitas siswa dalam tugas proyek disertai dengan kuesioner yang diberikan kepada siswa yang menerima model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) mengakomodasi tugas proyek, selanjutnya kuesioner diubah menjadi data kuantitatif.

B. Subyek Penelitan

Tempat penelitian di SMP Pangudi Luhur Ambarawa. Subyek pada penelitian ini adalah siswa kelas VIII A dan VIII E SMP Pangudi Luhur Ambarawa yang mempelajari materi bangun ruang sisi datar pada tahun ajaran 2015-2016. Kelas VIII E dijadikan kelas pertama yang menerima model pembelajaran ceramah sedangkan kelas VIII A dijadikan kelas kedua yang menerima model pembelajaran NHT mengakomodasi tugas proyek.

C. Obyek Penelitian

Obyek penelitian adalah pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) mengakomodasi tugas proyek dalam pembelajaran bangun ruang sisi datar materi luas permukaan prisma dan limas dari hasil belajar siswa.

D. Bentuk Data

Pada penelitian terdapat berbagai macam bentuk data. Bentuk data yang diambil pada penelitian ini diantaranya adalah data primer yang dikumpulkan langsung oleh peneliti seperti data hasil belajar di awal pembelajaran dari hasil penilaian pretest dan di akhir pembelajaran dari hasil penilaian posttest, selain itu juga data kreativitas dari penilaian tugas proyek dan hasil skor kuesioner siswa yang menerima model NHT mengakomodasi tugas proyek. Untuk data


(62)

sekunder didapat dari hasil pengisian lembar observasi guru dalam pembelajaran model NHT mengakomodasi tugas proyek disesuaikan dengan RPP yang dibuat apakah sudah terlaksana semua kegiatan yang ada pada RPP.

E. Metode Pengumpulan Data

Pada penelitian ini peneliti menggunakan tiga metode pengumpulan data yaitu:

1. Observasi

Observasi pada penelitian ini dilakukan untuk melihat seberapa terlaksananya pembelajaran dengan model NHT mengakomodasi tugas proyek selama kegiatan pembelajaran, sehingga dapat melihat bagian mana yang belum terlaksana dan bagian mana yang terlaksana sesuai RPP yang dibuat oleh peneliti.

2. Tes Hasil belajar

Tes hasil belajar dilakukan setelah model penelitian selesai dilaksanakan pada subyek yang diteliti. Tes hasil belajar digunakan untuk melihat seberapa efektif model NHT mengakomodasi tugas proyek itu dilakukan dengan cara membandingkan antara kelas VIII A yang diberikan model dengan kelas VIII E yang tidak diberikan model atau dengan pembelajaran biasa.

3. Pemberian Kuesioner

Kuesioner digunakan untuk melihat tanggapan subyek dengan model pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) mengakomodasi tugas


(63)

proyek dalam materi luas permukaan prisma dan limas. Kuesioner ini digunakan untuk melihat kreativitas siswa dalam membuat tugas proyek.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengumpulkan data adalah:

1. Instrumen Pembelajaran

Instrumen pembelajaran yang digunakan berupa RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). RPP mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, model pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar yang digunakan. Pada RPP tentunya terdapat materi dan kegiatan yang akan dilakukan, berikut materi dan kegiatan pada kelas pertama dengan model ceramah dan kelas kedua dengan model NHT mengakomodasi tugas proyek.

a. Kelas Model NHT Mengakomodasi Tugas Proyek Tabel 3.1 Kegiatan Kelas Kedua

Pertemuan ke- Materi Kegiatan

1 Unsur-unsur prisma dan limas dan pretest

Menerapkan pembelajaran dengan model ceramah dan melakukan tes awal atau pretest. 2 Luas permukaan

prisma

Menerapkan pembelajaran dengan model NHT (Numbered

Heads Together)

mengakomodasi tugas proyek. 3 Luas permukaan

limas

Menerapkan pembelajaran dengan model NHT (Numbered

Heads Together)


(64)

4 Posttest Melakukan tes hasil belajar atau posttest dan pengumpulan tugas proyek.

b. Kelas dengan Model Ceramah

Tabel 3.2 Kegiatan Kelas Pertama

Pertemuan ke- Materi Kegiatan

1 Unsur-unsur prisma dan limas

Menerapkan pembelajaran dengan model ceramah.

2 Pretest dan luas permukaan prisma

Melakukan test awal atau pretest dan menerapkan pembelajaran dengan model ceramah.

3 Luas permukaan limas

Menerapkan pembelajaran dengan model ceramah.

4 Posttest Melakukan tes hasil belajar atau posttest.

2. Lembar Observasi

Lembar observasi dipakai untuk melihat keterlaksanaan RPP yang sudah dibuat. Lembar observasi divalidasi oleh ahli yaitu dosen pembimbing dan guru. Lembar observasi diisi setiap kali melakukan pembelajaran yang menggunakan model NHT. Lembar observasi memuat pernyataan-pernyataan dan observer memberikan tanda cek (√) pada jawaban yang dipilihnya. Pada lembar observasi terdapat dua pilihan yaitu ”ya” jika dilaksanakan dan “tidak” jika tidak dilakukan.

3. Instrumen Tes Awal (Pretest) dan Instrumen Tes Hasil Belajar (Posttest) Soal ujian pada pretest maupun soal hasil belajar berisi materi bangun ruang sisi datar. Soal dibuat sendiri oleh peneliti untuk melihat perkembangan siswa setelah model pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) mengakomodasi tugas proyek. Soal yang dibuat dalam pretest dan posttest memiliki kesamaan kisi-kisi dengan tingkat kesulitan yang


(65)

berbeda. Disini peneliti menyediakan 5 soal yang terdiri dari soal mengenai unsur-unsur prisma dan limas beserta penamaannya, soal mengenai menentukan luas permukaan prisma atau luas permukaan limas, dan soal yang mengenai luas permukaan bangun ruang gabungan.

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Soal Standar Kompetensi Kompetensi

Dasar

Materi Indikator Soal Bentuk soal Memahami sifat-sifat

kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya Menghitung luas permukaan prisma dan limas Prisma dan Limas 1. Membedakan mana yang termasuk prisma dan mana yang termasuk limas 2. Menentukan unsur dari prisma dan limas 3. Menghitung luas permukaan prisma 4. Menghitung luas permukaan limas 5. Menghitung luas permukaan gabungan Uraian

Instrumen pretest dan posttest terlebih dahulu dikonsultasikan kepada dosen pembimbing, kemudian diujikan pada kelas yang sudah penah mempelajari materi itu sebelumnya.

a. Validitas

Sebelum soal tes diujikan pada penelitian, peneliti menguji coba terlebih dahulu untuk melihat valid tidaknya soal yang dipergunakan. Menurut Jihad dan Abdul Haris (2012;179), validasi ini dilakukan dengan tujuan untuk menentukan kesesuaian antara soal dengan


(66)

materi ajar dengan tujuan yang ingin diukur atau dengan kisi-kisi yang kita buat.

Penentuan tingkat validasi butir soal digunakan korelasi product moment Pearson dengan mengkorelasikan antara skor yang didapat siswa pada salah satu butir soal dengan skor total yang didapat. Rumusnya sebagai berikut:

= .Σ . − Σ Σ

√ .Σ − Σ . .Σ − Σ

Keterangan:

=Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y N =Banyaknya peserta tes

X =Nilai hasil uji coba Y =Nilai rata-rata

Interpretasi terhadap nilai koefisien korelasi menggunakan kriteria Nurgana (Ruseffendi,1994:144) berikut ini:

Tabel 3.4 Interpretasi Validitas Nilai Koefisien Korelasi Interpretasi

, < , Sangat Tinggi

, < , Tinggi

, < , Cukup

, < , Rendah

, Sangat Rendah b. Reliabilitas

Menurut Jihad dan Haris (2012;180), reliabilitas soal merupakan ukuran yang menyatakan tingkat keajegan atau kekonsistenan suatu


(67)

soal tes. Rumus yang digunakan untuk menghitung reliabilitas adalah Alpha Cronbach dengan rumus sebagai berikut.

= [ − ][ − � ]

Keterangan:

=reliabilitas soal tes n =banyaknya butir soal

� =jumlah varian skor tiap item

=varian skor total,

sedangkan rumus untuk mencari varians adalah:

=Σ −

Σ� 2

Setelah memperoleh nilai koefisien maka data dikelompokkan menjadi beberapa kelompok dengan interpretasi nilai mengacu pada pendapat Guilford:

Tabel 3.5 Interpretasi Reliabilitas Nilai Koefisien Korelasi Interpretasi

, Sangat Rendah

, < , Rendah

, < , Sedang

, < , Tinggi

, < , Sangat Tinggi 4. Lembar Kuesioner

Lembar kuesioner berisi pernyataan untuk melihat tanggapan dalam pembuatan tugas proyek. Kuesioner digunakan untuk menentukan


(68)

kreativitas siswa dalam tanggapan tugas proyek yang dikerjakan untuk mendukung dari penilaian tugas proyek. Kuesioner ini divalidasi oleh pakar atau ahli. Lembar kuesioner memuat daftar pernyataan-pernyataan dan siswa memberikan tanda cek () pada jawaban yang dipilihnya. Pada lembar kuesioner tersebut terdapat 4 kriteria jawaban, yaitu:

SS : Sangat Setuju S : Setuju

TS : Tidak Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju

Pernyataan dalam kuesioner terbagi menjadi dua macam, yaitu pernyataan yang positif dan pernyataan yang negatif.

Tabel 3.6 Kisi-kisi kuesioner Indikator Aspek No. Item

Positif Negatif Kreativitas 1. Mampu menampilkan

hasil dari tugas proyek dengan cara mereka sendiri atau dengan ide siswa sendiri

(Originalitas)

2. Mengetahui dan ikut serta dalam proses pembuatannya dan merasa produk yang dihasilkan juga hasil kerjanya

3. Dapat mendiskripsikan tugas proyek yang dikerjakan

4. Dapat memberikan pengukuran luas permukaan dari tugas proyek dengan benar baik dari hasil nyata

1,6 2,4,14 3,18 19,17,8 16,11 20,9,7 13,15 5,10,12


(69)

tugas proyek atau dari deskripsi yang tertulis G. Teknik Analisis Data

1. Pengolahan Data Tes

a. Pretest dan Tes Hasil Belajar

Nilai yang diperoleh pada masing-masing soal diberi skor dengan pedoman penilaian sebagai berikut.

Tabel 3.7 Penilaian Pretest dan Tes Hasil Belajar Nomor Soal Skor Maksimal

1 10

2 10

3 10

4 10

5 10

Total Skor 50

Nilai tes dihitung dengan menggunakan rumus:

= ℎ ×

Nilai tes siswa dapat dinyatakan berdasarkan kategori menurut Ngalim Purwanto (2012;103) sebagai berikut.

Tabel 3.8 Interpretasi Penilaian Nilai (N) Kategori 85<N≤100 Baik Sekali

75<N≤85 Baik 59<N≤75 Cukup 54<N≤59 Kurang

N≤ 54 Kurang Sekali

Setelah nilai dikategorikan selanjutnya mencari efektivitas dari model pembelajaran yang digunakan. Efektivitas model pembelajaran merupakan suatu ukuran yang menilai tingkat keberhasilan suatu model pembelajaran. Kriteria efektivitas dalam penelitian ini yaitu:


(1)

(2)

Lampiran C.11 Foto Penelitian Foto Pretest 9D


(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Penerapan model cooperative learning teknik numbered heads together untuk meningkatkan hasil belajar akutansi siswa ( penelitian tindakan kelas di MAN 11 jakarta )

0 6 319

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together (NHT) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep fluida dinamis

0 8 192

Efektifitas pembelajaran kooperatif metode numbered heads together (NHT) terhadap hasil belajar pendidikan Agama Islam di SMP Islam al-Fajar Kedaung Pamulang

0 10 20

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together terhadap Hasil Belajar Fiqih dalam pokok bahasan Riba, Bank, dan Asuransi. (Kuasi Eksperimen di MA Annida Al Islamy, Jakarata Barat)

0 13 150

Minat belajar dan hasil belajar siswa dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) pokok bahasan volume bangun ruang sisi datar pada kelas VIII B semester genap tahun ajaran 2012/2013 SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.

0 1 315

Upaya membangun aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VIII A SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta melalui pendekatan pembelajaran berbasis masalah pokok bahasan volume bangun ruang sisi datar.

0 1 266

Minat belajar dan hasil belajar siswa dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) pokok bahasan volume bangun ruang sisi datar pada kelas VIII B

0 8 313

Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Numbered Heads Together (NHT) Pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar Ditinjau dari Kecerdasan Interpersonal Siswa Kelas VIII SMP Negeri di Kota Madiun Tahun Ajaran 2013/2014.

0 0 3

.EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN GALLERY OF LEARNING PADA SUB POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI DATAR DITINJAU DARI KREATIVITAS VERBAL SISWA KELAS VIII SMP NEGERI SE - KABUPATEN BOJONEGORO TAHUN PELAJARAN 2012/2013.

0 0 20

Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar Matematika pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar (kubus dan Balok) siswa kelas VIII UPTD SMP Negeri 2 Sumbergempol Tahun Ajaran 2009 2010 - Ins

0 3 48