KUALITAS PELAYANAN PROSES PERKARA SERTIFIKAT GANDA DI PENGADILAN TINGGI TATA USAHA NEGARA SURABAYA.

KUALITAS PELAYANAN PROSES PERKARA SERTIFIKAT
GANDA DI PENGADILAN TINGGI TATA USAHA
NEGARA SURABAYA
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Syarat Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu
Administrasi Negara FISIP UPN “Veteran” J awa Timur

Oleh:
AGUS RIYADI
NPM. 0841110044

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
2014

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KUALITAS PELAYANAN PROSES PERKARA SERTIFIKAT GANDA DI

PENGADILAN TINGGI TATA USAHA NEGARA SURABAYA

Disusun Oleh:
AGUS RIYADI
NPM. 0841110044

Telah disetujui untuk mengikuti UjianSkripsi
Menyetujui,
Pembimbing

Dr. Lukman Arif, MSi
NIP: 196411021994031001

Mengetahui
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur

Dra. Ec. Hj. Suparwati, MSi
NIP: 195507181983022001


Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KUALITAS PELAYANAN PROSES PERKARA SERTIFIKAT GANDA DI
PENGADILAN TINGGI TATA USAHA NEGARA SURABAYA

Disusun Oleh:
AGUS RIYADI
NPM. 0841110044

Telah dipertahankan di hadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi
J urusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Univer sitas Pembangunan “Veteran” J awa Timur
Pada Tanggal: 10 J uli 2014

MENYETUJ UI,
PEMBIMBING

TIM PENGUJ I
1.


Dr. Lukman Arif, MSi
NIP: 196411021994031001

Dr. Lukman Arif, MSi
NIP: 196411021994031001
2.

Dra. Sri Wibawani, MSi
NIP. 196704061994032001
3.

Dra. Ertien Rining N. MSi
NIP. 196801161994032001
Mengetahui
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur

Dra. Ec. Hj Suparwati, MSi
NIP. 195507181983022001


Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

LEMBAR REVISI

J udul Penelitian

: Kualitas Pelayanan Proses Per kara Sertifikat Ganda
Di Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Surabaya

Nama Mahasiswa

: Agus Riyadi

NPM

: 0841110044

Program Studi


: Ilmu Administrasi Negara

Fakultas

: FISIP

Menyatakan bahwa Skripsi ini telah direvisi, dan disahkan;
Pada Tanggal: 17 J uli 2014

Dosen Penguji I

Dosen Penguji II

Dosen Penguji III

Dr. Lukman Arif, MSi
NIP: 196411021994031001

Dra. Sri Wibawani, MSi

NIP. 196704061994032001

Dra. Ertien Rining N. MSi
NIP. 196801161994032001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulilah atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Kualitas Pelayanan ProsesPerkara Sertifikat Ganda Di
Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Surabaya”.
Dengan segala keterbatasan, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih
jauh dari kata sempurna, oleh karena itu segala masukan dan saran yang bersifat
menyempurnakan bagi skripsi ini, penulis akan menerima dengan baik.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya terutama kepada Bapak Dr. Lukman Arif, Msi selaku
dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dengan
penuh kesabaran. Selain itu juga penulis ingin menyampaikan terima kasih
kepada:
1. Ibu Dra. Suparwati, Msi, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Lukman arif, Msi, selaku ketua jurusan Ilmu Administrasi Publik,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur.
3. Ibu Dra. Susi Hardjati, Map, selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi
Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.

i
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4. Para Dosen pengajar Jurusan Administrasi Publik yang telah banyak memberi
masukan dalam proses belajar-mengajar.

5. Bapak H.R. Suhardoto, SH. MH selaku ketuaPengadilanTinggi Tata Usaha
Negara Kota Surabaya.
6. Bapak Edi Supriaji A, Md, SH selaku Petugas wilayah III bagian kepegawaian
7. Dedy Mardianto dan Adi Nendra Saputra, SH selaku informan penelitian yang telah
memberikan waktunya untuk sesi wawancara dengan peneliti.

8. Bapak, Ibu dan Teman-teman yang telah memberi doa sehingga

skripsi

inidapatterselesaikan.
Akhir kata penulis sadar bahwa ini masih banyak kekurangannya sehingga
penulis mengharapkan masukan-masukan yang membangun.

Surabaya, 3 Juli 2014
Penulis

ii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..........................................................................
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................
KATA PENGANTAR ........................................................................

i

DAFTAR ISI ......................................................................................

ii

DAFTAR GAMBAR .........................................................................

vi

DAFTAR TABEL ...............................................................................


vii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................

viii

ABSTRAKSI ......................................................................................

ix

BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................

1

1.1. Latar Belakang ..................................................................

1

1.2. Perumusan Masalah ...........................................................


8

1.3. Tujuan Penelitian ...............................................................

8

1.4. Manfaat Penelitian .............................................................

8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................

10

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ................................................

10

2.2. Landasan Teori .................................................................

12

2.2.1. Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN) ...................

12

2.2.2. Pelayanan Publik ..................................................

18

2.2.3. Kualitas Layanan ..................................................

21

2.2.4. Sengketa Tata Usaha Negara .................................

24

iii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.2.3.1. PengertianSengketa .....................................

24

2.2.3.2. Sengketa Tata Usaha Negara .......................

25

2.2.5. Penyelesaian Sengketa Tata Usaha Negara ............

26

2.2.6. Sertifikat Tanah ....................................................

38

2.2.6.1. Pengertian Sertifikat ...................................

38

2.2.6.2. Sertifikat Cacat Hukum ..............................

41

2.3. Kerangka Berpikir ............................................................

45

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ............................................

46

3.1. Jenis Penelitian .................................................................

46

3.2. Situs Penelitian .................................................................

47

3.3. Fokus Penelitian ...............................................................

47

3.4. Informan dan Teknik Penarikan Informan .........................

51

3.5. Teknik Pengumpulan Data .................................................

52

3.6. Teknik Analisa Data ..........................................................

53

3.7. Keabsahan Data ................................................................

57

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .....................

61

4.1. Profil Objek Penelitian.......................................................

61

4.1.1. Gambaran Umum Pengadilan Tinggi Tata Usaha
Negara Surabaya ...............................................................

61

4.1.2. Visi, Misi, dan Tujuan PTTUN ...............................

64

4.1.3. Struktur Organisasi .................................................

65

iv

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4.1.4. Komposisi Pegawai Pengadilan Tinggi Tata Usaha
Negara Surabaya .................................................................................. 79
4.2. Proses Pelayanan di PTTUN Surabaya ..............................

81

4.3. Penilaian Atas Kualitas Layanan di PTTUN Surabaya ......

83

4.4. Pembahasan ......................................................................

104

BAB V. PENUTUP ............................................................................

116

5.1. Kesimpulan .......................................................................

116

5.2. Saran ................................................................................

117

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................

118

LAMPIRAN .......................................................................................

121

v

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Data Jumlah Kasus Yang Telah Diputus Pada PTUN Surabaya 6
Gambar 1.2. Kasus Berdasarkan Jenis Perkara ....................................

6

Gambar 2.1. Kerangka Berfikir ...........................................................

42

Gambar 3.1. Analisis Interaktif Menurut Miles dan Huberman ............

57

Gambar 4. 1. Bagan Struktur OrganisasiPengadilan Tinggi Tata Usaha
Negara Surabaya .................................................................................

vi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

65

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Pegawai Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Surabaya
BerdasarkanJenisKelamin ....................................................................

79

Tabel4.2.Pegawai PengadilanTinggi Tata Usaha Negara Surabaya
Menurut Tingkat Pendidikan ................................................................

79

Tabel4.3.JumlahPengadilanTinggi Tata Usaha Negara Surabaya
MenurutGolonganRuang ......................................................................

80

Tabel 4.4. Rekapan Penilaian Atas DimensiReliability di PTTUN Surabaya 87
Tabel 4.5. Rekapan Penilaian Atas DimensiAssurance di PTTUN Surabaya 93
Tabel 4.6. Rekapan Penilaian Atas DimensiTangible di PTTUN Surabaya

97

Tabel 4.7. Rekapan Penilaian Atas DimensiEmphaty di PTTUN Surabaya

100

Tabel 4.8. Rekapan Penilaian Atas DimensiResponsiveness di PTTUN
Surabaya ..............................................................................

103

Tabel 4.9. Rekapan Penilaian Atas Dimensi Responsiveness di PTTUN
Surabaya .............................................................................

vii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

103

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Panduan Wawancara .......................................................

121

Lampiran 2. Hasil Wawancara ............................................................

123

Lampiran 3. Dokumentasi Penelitian ...................................................

144

viii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRAKSI
Agus Riyadi “KUALITAS PELAYANAN PROSES PERKARA
SERTIFIKAT GANDA DI PENGADILAN TINGGI TATA USAHA NEGARA
SURABAYA”
Penelitian ini berangkat dari permasalahan banyaknya kasus yang
ditangani oleh PTTUN Surabaya. Kasus yang ditangani PTTUN Surabaya dapat
digolongkan menjadi beberapa kasus, yaitu perijinan, kepegawaian, lelang,
kependudukan dan kewarganegaraan, partai politik, tender, pertanahan, dan kasus
lain, termasuk di dalamnya adalah piutang. Kasus yang paling banyak ditangani
pada periode 2011-2013 adalah kasus pertanahan, yaitu sebannyak 118 kasus. Di
antara kasus pertanahan yang ditangani adalah kasus sertifikat ganda. Kualitas
pelayanan menjadi kunci dalam penanganan kasus-kasus yang ada tersebut, oleh
karena permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah kualitas
pelayanan pada penanganan kasus sengketa sertifikat ganda di Kantor Pengadilan
Tinggi TUN Surabaya?”.
Jenis penelitian kualitatif yang digunakan adalah case study, yaitu metode
penelitian kualitatif dimana peneliti menggali suatu fenomena tertentu (kasus)
dalam suatu waktu dan kegiatan (program, even, proses, institusi, atau kelompok
sosial), serta mengumpulkan informasi yang rinci dengan menggunakan berbagai
prosedur pengumpulan data selama periode tertentu. Penelitian studi kasus dipilih
karena penelitian ini memfokuskan pada dimensi kualitas pelayanan pada
penangangan kasus sertifikat ganda di PTTUN Surabaya. Teknik penarikan
informan penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik teknik accidental
sampling, yaitu pihak yang sedang berperkara yang secara kebetulan dapat
ditemui oleh peneliti ketika melakukan penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Dimensireliabilty sudah baik, hanya
kesalahan kecil dalam proses pelayanan seperti salah ketik harus
diminimalisir;DimensiAssurance cukup baik, hanya saja kemampuan komunikasi
pegawai yang masih kurang perlu ditingkatkan dan keramahan pegawai juga perlu
ditingkatkan. Citra PTTUN sebagai sebuah lembaga peradilan yang bersih juga
perlu ditingkatkan, Dimensitangibles sudah baik, hanya saja saja beberapa
pegawai yang memakai sandal jepit setelah jam istirahat siang; Dimensiemphaty
sudah baik, hanya saja diperlukan perhatian yang lebih bersifat personal kepada
masing-masing orang yang datang ke PTTUN Surabaya untuk menciptakan
pelayanan yang lebih baik; dan DimensiResponsiveness masih kurang, perlu kerja
keras untuk meningkatkan dimensi responsifitas layanan di PTTUN Surabaya.
Secara umum, kualitas layanan di PTTUN Surabaya masuk dalam kategori cukup
baik
Kata kunci: Kualitas pelayanan, kasus, sertifikat ganda

ix

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Sebuah negara akan dapat berjalan dengan baik dan mencapai sasaran
yang telah dirumuskan apabila negara tersebut mempunyai alat negara yang baik.
Salah satu alat negara yang harus dijalankan adalah adanya administrasi negara.
Pembangunan administrasi Negara tidak bisa dibangun dengan mudah karena
administrasi negara selain merupakan salah satu sistem sosial dengan berbagai
kompleksitas dimensinya, juga merupakan salah satu sub sistem dari suatu sistem
yang lebih besar yaitu sistem kehidupan bangsa dan negara. Terlebih lagi dalam
era globalisasi sekarang ini sistem administrasi negara juga terkait dan
dipengaruhi oleh perkembangan dunia internasional, misalnya perkembangan
perdagangan internasional.
Negara Indonesia merupakan negara hukum sehngga hukumlah yang
mempunyai arti penting terutama dalam semua segi-segi kehidupan masyarakat.
Segala penyelenggaraan yang dilaksanakan oleh negara dengan perantaraan
pemerintahnya harus sesuai dan menurut saluran-saluran yang telah ditentukan
terlebih dahulu oleh hukum. Karena negara Indonesia merupakan negara hukum,
tiap tindakan penyelenggara negara harus berdasarkan hukum. Peraturan
perundang-undangan yang telah diadakan lebih dahulu, merupakan batas
kekuasaan penyelenggaraan negara. Undang Undang Dasar yang memuat norma-

1
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

norma hukum dan peraturan-peraturan hukum harus ditaati, juga oleh pemerintah
atau badan-badannya sendiri.
Salah satu upaya pemerintah dalam rangka mewujudkan hukum yang ada
serta mewujudkan pemerintahan yang baik dan bersih maka Negara Indonesia
membentuk PTUN dimana peradilan PTUN tersebut berdiri sendiri atau dengan
kata lain terpisah dari Peradilan Umum. Keberadaan pengadilan administrasi
negara (PTUN) di berbagai negara modern terutama negara-negara penganut
paham Welfare State (Negara Kesejahteraan) merupakan suatu tonggak yang
menjadi tumpuan harapan masyarakat atau warga negara untuk mempertahankan
hak-haknya yang dirugikan oleh perbuatan hukum publik pejabat administrasi
negara karena keputusan atau kebijakan yang dikeluarkannya. Melihat kenyataan
tersebut, dapat dipahami bahwa peradilan administrasi negara (PTUN) diperlukan
keberadaannya, sebagai salah satu jalur bagi para pencari keadilan yang merasa
kepentingannya dirugikan karena dalam melaksanakan kekuasaannya itu ternyata
badan atau pejabat administrasi negara yang bersangkutan terbukti melanggar
ketentuan hukum.
Di Indonesia, pengadilan tata usaha negara sebagaimana diatur dalam UU
No.5 Tahun 1986 Jo UU No. 9 Tahun 2004. Berdasarkan Pasal 24 ayat (3)
Amandemen ketiga Undang-Undang Dasar 1945 yang disahkan 10 November
2001 Jo pasal 10 ayat (2) UU No. 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman
dikenal 4 lingkungan lembaga peradilan, yaitu:
1. Peradilan Umum
2. Peradilan Agama

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

3. Peradilan Militer dan;
4. Peradilan Tata Usaha Negara.
Tujuan pembentukan dan kedudukan suatu PTUN dalam suatu negara,
terkait dengan falsafah negara yang dianutnya. Negara Kesatuan Republik
Indonesia merupakan negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, oleh
karenanya hak dan kepentingan perseorangan dijunjung tinggi disamping juga hak
masyarakatnya. Kepentingan perseorangan adalah seimbang dengan kepentingan
masyarakat atau kepentingan umum. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh S.F
Marbun, tujuan pembentukan PTUN adalah untuk memberikan perlindungan
terhadap semua warga negara yang merasa haknya dirugikan-sekalipun hal itu
dilakukan oleh alat negara sendiri.
Disamping itu untuk menjaga keseimbangan antara kepentingan umum
dengan kepentingan perseorangan agar berjalan selaras dan rasa keadilan dalam
masyarakat terpelihara serta dapat ditingkatkan, yang sekaligus merupakan public
servicenegara terhadap warganya. Selain itu, tujuan dibentuknya peradilan
administrasi negara (PTUN) adalah untuk melindungi warga masyarakat yang
kepentingan hukumnya seringkali tertindih atau terjepit dengan semakin luasnya
campur tangan penguasa ke dalam kehidupan masyarakat. Melalui PTUN
masyarakat dapat menggugat penguasa dan mendapatkan tindakan korektif dari
PTUN. Dengan demikian PTUN adalah sebagai salah satu badan peradilan yang
melaksanakan kekuasaan kehakiman, merupakan kekuasaan yang merdeka yang
berada di bawah Mahkamah Agung dalam rangka menyelenggarakan peradilan
guna menegakkan hukum dan keadilan. Penegakan hukum dan keadilan ini

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

merupakan bagian dari perlindungan hukum bagi rakyat atas perbuatan hukum
publik oleh pejabat administrasi negara yang melanggar hukum.
Berdasarkan hal tersebut, maka peradilan administrasi negara (PTUN)
diadakan dalam rangka memberikan perlindungan (berdasarkan keadilan,
kebenaran dan ketertiban dan kepastian hukum) kepada rakyat pencari keadilan
(justiciabelen) yang merasa dirinya dirugikan akibat suatu perbuatan hukum
publik oleh pejabat administrasi negara, melalui pemeriksaan, pemutusan dan
penyelesaian sengketa dalam bidang administrasi negara.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa meskipun segala bentuk
tindakan pejabat administrasi negara telah diatur dalam norma-norma hukum
administrasi negara akan tetapi bila tidak ada lembaga penegak hukum dari
hukum administrasi negara itu sendiri, maka norma-norma tersebut tidak
mempunyai arti apa-apa. Oleh sebab itu eksistensi (PTUN) sesuatu yang wajib,
dengan maksud selain sebagai sarana kontrol yuridis terhadap pelaksana
administrasi negara juga sebagai suatu bentuk atau wadah perlindungan hukum
bagi masyarakat karena dari segi kedudukan hukumnya berada pada posisi yang
lemah. Mekanisme perlindungan hukum ini penting karena di dalam kehidupan
masyarakat sering ditemui permasalahan atau sengketa antara individu, baik
perorangan maupun kelompok, dengan Pemerintah yang berkaitan dengan
kebijakan-kebijakan dan Keputusan Tata Usaha Negara (selanjutnya disingkat
KTUN)

yang

dikeluarkan

oleh

Pejabat

administrasi

negara

dalam

menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan. Undang-Undang Nomor 9
Tahun 2004 (selanjutnya disingkat UU PTUN 2004) junto Undang-Undang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara (selanjutnya
disingkat UU PTUN 1986) menyebut sengketa tersebut sebagai sengketa TUN.
Sengketa TUN muncul jikalau seseorang atau badan hukum perdata merasa
dirugikan, sebagai akibat dikeluarkannya suatu keputusan. Sebagaimana diketahui
bahwa, Pejabat TUN dalam fungsi menyelenggarakan kepentingan dan
kesejahteraan umum tidak terlepas dari tindakan mengeluarkan keputusan,
sehingga tidak menutup kemungkinan pula keputusan tadi menimbulkan kerugian.
Di Jawa Timur, Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara dijalankan oleh
Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Surabaya. Pembentukan Pengadilan Tinggi
Tata Usaha Negara Surabaya didasarkan pada Undang Undang Republik
Indonesia Nomor 1 Tahun 1993 Tentang Pembentukan Pengadilan Tinggi Tata
Usaha Negara Surabaya. Pembentukan ini sesuai dengan ketentuan Pasal 6 ayat
(2) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Pengadilan Tata Usaha Negara,
perlu dibentuk Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara di setiap ibukota Propinsi.
Berdasarkan data putusan yang diupload pada direktori putusan
Mahkamah Agung Republik Indonesia, jumlah kasus yang ada pada PTUN
Surabaya selalu meningkat dari tahun ke tahun. Data jumlah putusan kasus ini
dapat dilihat pada Gambar 1.1. Berdasarkan data yang ada pada Gambar 1.1 dapat
dilihat bahwa jumlah kasus yang telah diputus pada tahun 2011 adalah sebanyak
123 kasus, pada tahun 2012 sebanyak 143 kasus. Sementara pada tahun 2013
jumlah kasus yang telah diputus adalah sebanyak 48 kasus (Periode akhir Juli
2013).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

Gambar 1.1
Data J umlah Kasus Yang Telah Diputus Pada PTUN Surabaya

Jumlah Kasus Periode 2011 - 2013
160

143

140

123

Jumlah

120
100
80
48

60
40
20
0

2013

2012
Tahun

2011

Sumber: http://putusan.mahkamahagung.go.id/pengadilan/pttunsurabaya/periode/putus
Gambar 1.2
Kasus Berdasar kan J enis Per kara

Kasus Beradasarkan Jenis Perkara
140
118

120

Jumlah

100
76

80

67

60
40
20
1

2

3

Kependudukan
Kew arganegaraan

Part ai Polit ik

Tender

12

20

Lain lain t erm asuk
Piut ang

Pert anahan

Lelang

Kepegaw aian

Perijinan

0

Jenis Perkara

Sumber: http://putusan.mahkamahagung.go.id/pengadilan/pttunsurabaya/periode/putus

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

Berdasarkan jenis perkara, kasus yang ada pada PTTUN Surabaya dapat
digolongkan menjadi beberapa kasus, yaitu perijinan, kepegawaian, lelang,
kependudukan dan kewarganegaraan, partai politik, tender, pertanahan, dan kasus
lain, termasuk di dalamnya adalah piutang. Berdasarkan data yang ada dapat
dilihat bahwa kasus paling banyak yang terjadi di PTTUN Surabaya adalah kasus
pertanahan dengan jumlah 118 kasus. Berdasarkan kondisi ini maka penelitian ini
akan difokuskan pada kasus pertanahan saja.
Di antara kasus pertanahan yang ada salah satunya adalah sengketa yang
terjadi karena adanya sertifikat ganda. Sekarang dalam praktek tidak jarang terjadi
beredarnya sertifikat palsu, sertifikat asli tetapi palsu atau sertifikat ganda di
masyarakat sehingga pemegang hak atas tanah perlu mencari informasi tentang
kebenaran data fisik dan data yuridis yang tertera dalam sertifikat tersebut di
Kantor Pertanahan setempat. Pada umumnya masalah baru muncul dan diketahui
terjadi penerbitan sertifikat ganda, yaitu untuk sebidang tanah diterbitkan lebih
dari satu sertifikat yang letak tanahnya saling tumpang tindih, ketika pemegang
sertifikat yang bersangkutan akan melakukan suatu perbuatan hukum atas bidang
tanah yang dimaksud.
Salah satu kunci sukses dalam penanganan kasus adalah bagaimana proses
penanganan kasus yang sedang berjalan tersebut dilaksanakan dengan baik. Proses
yang dilakukan dengan baik akan menjadikan kasus dapat terselesaikan dengan
cepat dan pihak-pihak yang berperkara juga akan merasa terlayani dengan baik.
Sebagai institusi publik yang memberikan pelayanan kepada publik, maka kualitas
layanan menjadi salah satu aspek yang perlu untuk mendapatkan perhatian serius

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

dari Pengadilan Tinggi TUN Surabaya. Kualitas layanan yang baik akan
menjadikan pengguna layanan menjadi puas dan tentu akan meningkatkan citra
Pengadilan Tinggi TUN Surabaya.
Bertitik pangkal dari uraian di atas dan ketentuan-ketentuan yang ada,
serta karena sertifikat merupakan produk Instansi Pemerintah yang dikeluarkan
melalui proses yang ketat dan teliti, maka penulis tertarik untuk mengkaji
permasalahan tersebut dalam bentuk skripsi dengan judul “Kualitas Pelayanan
Pada Proses Per kar a Sertifikat Ganda Di Pengadilan Tinggi Tata Usaha
Negara Surabaya”.

1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
“Bagaimanakah kualitas pelayanan pada penanganan kasus sengketa sertifikat
ganda di Kantor Pengadilan Tinggi TUN Surabaya?”

1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas pelayanan pada
penanganan kasus sengketa sertifikat ganda di Kantor Pengadilan Tinggi TUN
Surabaya.

1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

1. Manfaat Praktis
Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memberi masukan bagi Kantor
Pengadilan Tinggi PTUN Surabaya untuk menyempurnakan kualitas layanan
pada penanganan kasus yang selama ini dijalankan.
2. Manfaat Teoritis
a. Diharapkan penelitian ini dapat mengkonfirmasi bahwa penanganan kasus
merupakan aspek penting dalam sistem pelayanan di Pengadilan Tinggi
Usaha Negara Surabaya
b. Diharapkan hasil penelitian ini dapat melengkapi perbendaharaan
perpustakaan UPN Veteran Surabaya dan kelak berguna bagi dosen dan
mahasiswa yang hendak melakukan penelitian lanjutan serta sebagai bahan
pembelajaran.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu
Bagian ini akan membahas tentang penelitian terdahulu yang relevan
dengan penelitian ini. Salah satu penelitian dilakukan oleh Arif (2011) dengan
judul “Kualitas Pelayanan Publik Di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin
Makassar, Studi Kasus Pelayanan Jasa Penumpang”.Penelitian ini dilaksanakan di
Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar, Data primer dikumpulkan
dengan teknik wawancara mendalam dengan penumpang dan pejabat pengelola
bandara serta observasi langsung, sedangkan data sekunder diperoleh dari laporan,
artikel dan standar operasional pelayanan. Data dianalisis dengan menggunakan
analisis teori service quality.
Hasil analisa data menunjukkan bahwa kualitas pelayanan publik pada
Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar belum maksimal, dimana
penilaian negatif dari penumpang lebih dominan dari penilaian positifnya.
Penilaian positif terhadap beberapa dimensi fasilitas publik diantaranya adalah:
tampilan fisik bandara baik dari interior maupun eksterior, penampilan petugas,
kesejukan dan kapasitas terminal serta kecukupan jumlah trolley. Begitupun dari
kualitas pelayanan dalam bidang keterampilan petugas, kemudahan mendapatkan
informasi, kecepatan dalam pelayanan pemeriksaan keamanan serta check in dan
kejelasan mengenai prosedur pelayanan. Penilaian negatif dari penumpang
pengguna jasa pelayanan publik yang perlu diperhatikan dan tidak boleh

10
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

diabaikan demi peningkatan kualitas pelayanan yaitu: Penggunaan bandara
sebagai sarana promosi dan pemasangan iklan, kehandalan sarana dan prasarana
pendukung fasilitas pelayanan publik seperti toilet, perparkiran, dan arus lalu
lintas belum memenuhi standar pelayanan, kesopanan dan keramahan petugas
dalam menangani masalah yang dihadapi penumpang, kemudahan mendapatkan
informasi, layanan bus bandara dan pelayanan non formal yakni calo dan
angkutan liar di bandara.
Penelitian lain dilakukan oleh Thariq (2013) dengan judul “Kualitas
Pelayanan Publik di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Malinau,
Studi Implementasi Pelayanan Administrasi Kependudukan”.Penelitian ini
bertujuan

untuk

mengetahui

tentang

kualitas

pelayananpublik

di

Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Malinau dalampelaksanaan pelayanan
administrasi kependudukan yakni pengurusan KTP danKK. Metode yang digunakan
dalam

pengumpulan

data

adalah

metode

observasi,

tanya

jawab

dan

documentresearch.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas pelayanan publik terutama
dalam pelayanan administrasi kependudukan sudah cukup baik namun masih belum
maksimal dengan melihat transparansi dalam pelayanan, tanggung jawab aparatur
pelayanan, kondisi pelayanan, partisipasi penerima pelayanan, kesamaan hak dalam
memberikan pelayanan serta keseimbangan hak dan kewajiban aparatur pelayanan.
Kendala yang dihadapi dalam melaksanakan pelayanan administrasi kependudukan
seperti sarana dan prasarana yang kurang memadai untuk melakukan pelayanan,
keadaan geografis Malinau yang cukup luas, dana yang terbatas serta masalah
jaringan yang belum menyeluruh dan sering mengalami gangguan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

2.2. Landasan Teori
2.2.1. Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN)
Peradilan ini dibentuk dengan yang ditandai dengan disahkannya UndangUndang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara (Lembaran
Negara tahun 1986 Nomor 77 Tambahan Lembaran Negara 3344)Lembaran
Negara tahun 1986 Nomor 77 Tambahan Lembaran Negara 3344 pada tanggal
29Desember 1986 dalam konsideran “menimbang” Undang-Undang tersebut
disebutkan bahwa salah satu tujuan dibentuknya Peradilan Tata Usaha Negara
(PERATUN) adalah untuk mewujudkan tata kehidupan negara dan bangsa yang
sejahtera, aman, tentram, serta tertib yang menjamin kedudukan warga
masyarakat dalam hukum serta menjamin terpeliharanya hubungan yang serasi,
seimbang dan selaras antara aparatur dibidang tata Usaha Negara dan para warga
masyarakat, ini juga berarti menunjukkan salah satu langkah dalam upaya
pembangunan bidang hukum, guna lebih memberi isi pada makna negara hukum
Indonesia yang di dasarkan kepada pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 1 ayat 3 dimana dijelaskan
Negara Indonesia adalah sebuah Negara hukum “Negara Indonesia adalah negara
hukum.Negara hukum yang menjadi maksud disini adalah bukanlah hanya
sekedar artian dalam arti formal, atau negara penjaga malam, tetapi dalam artian
luas yaitu materill. Maksud dari materill adalah tindakan penguasa harus
berdasarkan undang-undang dan dapat berlaku asas legalitas. Maka dalam negara
hukum materill tindakan dari penguasa dalam hal mendesak demi kepentingan
warga Negara dibenarkan menyimpang dari undang-undang atau berlaku asas

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

opportunitas (asas yang dapat berlaku apabila pemerintah membuat sebuah hal
yang menyimpang tetapi dengan tujuan yang baik dan benar).
Dalam pembangunan hukum di Indonesia, pembuatan sebuah UndangUndang tentang Peradilan Tata Usaha Negara merupakan suatu hal yang baru
dalam sejarah Peradilan di Indonesia, karena sebelum Peraturan Tata Usaha
Negara ini lahir, di parisada nusantara baik pada masa sebelum dan sesudah
kemerdekaan sampai pada tahun 1986 belum pernah ada dibentuk lembaga
Peradilan yang membidangi Tata Usaha Negara (TUN).
Tujuan pembentukan dan kedudukan suatu peradilan administrasi dalam
suatu bangsa adalah terkait dengan falsafah negara yang dianutnya. Bagi Republik
Indonesia yang merupakan negara hukum Indonesia berdasarkan Pancasila dan
Undang-undang Dasar 1945, hak dan kepentingan perseorangan dijunjung tinggi
dan disamping itu hak masyarakat (Wijaya, 2005).
Dalam Undang-undang nomor 5 tahun 1986 telah dijelaskan secara
terperinci tentang pengertian yang termuat dalam Undang-undang itu, yakniTata
Usaha Negara adalah administrasi Negara yang melaksanakan fungsi untuk
menyelenggarakan urusan pemerintahan baik di pusat maupun daerah.
Karakteristik merupakan sebuah perpanjangan kata dari Karakter, dalam kamus
besar Bahasa Indonesia (KBBI) karakter adalah 1) sifat-sifat kejiwaan, akhlak,
atau budi pekerti yang membeadakan seseorang dengan yang lainnya, 2) karakter
juga dapat bermakna huruf. Dalam artiannya, karakteristik adalah sebuah ciri khas
yang dimiliki dan tidak dimiliki dengan yang lainnya. Hukum acara dari Peradilan
Tata Usaha Negara merupakan bentuk dari sebuah hukum formal yang pada

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

hakikatnya merupakan sebuah hukum publik. Hukum formal disebut juga
berfungsi sebagai publiekrechtelijk instrumentarium untuk menegakkan sebuah
hukum formal.
Dalam arti luas “Peradilan Administrasi Negara adalah peradilan yang
menyangkut pejabat-pejabat dan instansi administrasi negara, baik yang bersifat:
perkara pidana, perkara perdata, perkara agama, perkara adat, dan perkara
administratif murni. Sedangkan dalam arti sempit peradilan administrasi negara
adalah peradilan yang menyelesaikan perkara-perkara administrasi murni sematamata” dan menurut Abduh (1979) bahwa yang diadili peradilan administrasi,
adalah

pelanggaran-pelanggaran

dari

ketentuan

yang

mengatur

tentang

administrasi, apakah sebagai aparatur/ sebagai fungsi serta proses.
Pada saat ini terkadang masih terdapat banyak kesalahpahaman terhadap
peradilan administrasi dan peradilan tata usaha negara. Di dalam Undang-undang
nomor 5 tahun 1986 telah dijelaskan secara terperinci tentang pengertian yang
termuat dalam Undang-undang itu, yaitu “Tata Usaha Negara adalah administrasi
Negara yang melaksanakan fungsi untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan
baik di pusat maupun daerah”.
Hukum acara dari Peradilan Tata Usaha Negara merupakan bentuk dari
sebuah hukum formal yang pada hakikatnya merupakan sebuah hukum publik.
Hukum formal disebut juga berfungsi sebagai publiekrechtelijk instrumentarium
untuk menegakkan sebuah hukum formal.
Hal-hal yang menjadi karakteristik Peradilan Tata Usaha Negara dalam hal
ini adalah perkembangan dalam hukum acaranya, yaitu:

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

1. Peranan hakim yang aktif (dominus litis)
Yang dimaksudkan dalam hal ini adalah karena hakim tata usaha negara
dibebani dengan tugas untuk mencari sebuah kebenaran yang bersifat materiil
dan dapat dipertanggung jawabkan. (pasal 63 ayat 2a dan b/ pasal 80 ayat 1/
pasal 85/ pasal 95 ayat 1/ dan pasal 103 ayat 1 Undang-Undang Peradilan Tata
Usaha

Negara).

Keaktifan

hakim dimaksudkan untuk

mengimbangi

kedudukan para pihak karena tergugat adalah pejabat tata usaha negara
sedangkan penggugat adalah sebuah badan hukum perdata atau orang
perseorangan (pasal 58).
2. Kompensasi ketidak seimbangan antara kedudukan antara penggugat dan juga
oleh tergugat.
3. Sistem pembuktian yang mengarah kepada pembuktian bebas (vrijbewijs)
yang terbatas.
Hakim yang menetapkan beban pembuktian, dimana terdapat perbedaan
dengan ketentuan pasal 1865 BW. Asas ini dianut dalam pasal 107 Undangundang no. 5 tahun 1986 hanya saja masih dibatasi ketentuan pasal 100.
4. Gugatan di pengadilan tidak bersifat mutlak dan bersifat menundapelaksanaan
suatu keputusan Peradilan Tata Usaha Negara (TUN) yangdigugat.
Di dalam pasal 67 dijelaskan tentang hal tersebut dimana keputusan
TataUsaha Negara yang

di gugat itu

diperintahkan penundaannya.

Pengadilanakan mengabulkan permohonan penundaan pelaksanaan keputusan
TataUsaha Negara tersebut hanya apabila: pertama, terdapat keadaan
yangsangat mendesak, yaitu jika kerugian yang akan diderita penggugat

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

akansangat

tidak

seimbang

dan

sebanding

dengan

manfaat

bagi

kepentinganyang akan dilindungi oleh keputusan dan pelaksanaan dari
keputusan tatausaha negara itu; kedua, pelaksanaan keputusan Tata Usaha
Negara yangdigugat tersebut tidak ada sangkut pautnya dengan kepentingan
umumdalam rangka pembangunan.
5. Keputusan yang akan ditetapkan oleh hakim adalah tidak boleh bersifatultra
petita (melebihi tuntutan dari penggugat dalam persidangan) tetapiakan
dimungkinkan adanya reformatio in peius (membawa penggugatkedalam
sesuatu keadaan yang lebih buruk) selama masih diatur di dalamundangundang.
6. Terhadap putusan hakim tata usaha negara berlaku dan mengikat asas
ergaomnes. Dimana dimaksudkan bahwa putusan itu tidak hanya berlaku
bagipara pihak yang bersengketa, tetapi juga akan berlaku bagi para pihak
lainyang akan terkait.Sengketa Tata Usaha Negara adalah sengketa hukum
publik. Dengan demikian putusan pengadilan Tata Usaha Negara berlaku bagi
siapa saja. Dalam rangka ini pasal 83 bertentangan dengan asas erga omnes.
7. Dalam proses pemeriksaan yang dipersidangan akan berlaku asas auti et
alteram partem. Dimana asas ini dimaksudkan para pihak yang saling
bersengketa harus diberikan kesempatan-kesempatan untuk memberikan
penjelasan tentang perkara tersebut sebelum hakim memberikan sebuah
keputusan.
8. Dalam mengajukan sebuah gugatan harus terdapat kepentingan oleh salah satu
pihak yang bersengketa, jadi apabila tidak terdapat kepentingan maka tidak

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

boleh mengajukan sebuah gugatan. Gugatan yang ditujukan haruslah memiliki
hal yang kuat dan penting bagi si penggugat dan memiliki dasar yang kuat
dalam pengajuan gugatan.
9. Kebenaran yang akan dicapai adalah sebuah kebenaran materill dengan tujuan
yaitu menyeimbangkan dari sebuah kepentingan perseorangan dengan
kepentingan bersama.
Suatu keputusan Tata Usaha Negara yang akan selalu mengandung asas
“prasumptio iustae causa”, yaitu bahwa suatu keputusan Tata Usaha Negara
(TUN) atau disebut beschikking harus selalu dianggap sah selama belum
dibuktikan sebaliknya sehingga pada prinsipnya harus selalu dan dapat harus
segera

dilaksanakan

(Triwulan,

Titik,

dan

Widodo,

2001).Asas

“Pramsumptioiustae causa”, yaitu bahwa suatu keputusan tata usaha negara
(beschikking) harus selalu dianggap sah selama belum dibuktikan sebaliknya,
sehingga pada prinsipnya harus selalu dapat segera dilaksanakan.
Dalam pengontrolan dan untuk menilai tindakan hukum pemerintah dalam
bidang hukum publik, maka harus digunakan beberapa asas, yaitu:
1. Asas perlindungan terhadap kepentingan umum atau publik yang menonjol
disamping perlindungan terhadap individu.
2. Asas “self respect” atau “self obidence” dari aparatur pemerintah terhadap
putusan-putusan peradilan administrasi, karena tidak dikenal adanya upaya
pemaksa yang langsung melalui juru sita seperti halnya dalam prosedur
perkara perdata.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

Mengenai perlindungan terhadap dua sisi yaitu kepentingan umum atau
publik dan kepentingan individu, disebutkan dalam penjelasan umum Undangundang no. 5 tahun 1986 angka 1 bahwa disamping hak-hak perseorangan,
masyarakat juga mepunyai hak-hak tertentu. Oleh karena itu tujuan Peradilan Tata
Usaha Negara sebenarnya tidak hanya semata-mata memberikan perlindungan
terhadap hak masyarakat. Ditinjau dari segi pernyataan tersebut persoalan
selanjutnya merupakan mekanisme untuk melakukan penyeimbangan antara dua
sisi kepentingan tersebut, dimana hak itu perlu untuk ditransparansikan. Sebab
masalahnya akan menyangkut segi ukuran objektif pemberian keadilan secara
konsisten yang berkaitan pula dengan masalah kemandirian institusi peradilan
dalam hakim memutus suatu perkara.

2.2.2. Pelayanan Publik
Kata pelayanan berasal dari kata “layanan” yang menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia adalah perihal atau “cara melayani; servis; atau kemudahan
yang diberikan sehubungan dengan jual beli barang atau jasa” (KBBI, 2008).
Definisi pelayanan menurut Nasution (2005) adalah aktifitas atau manfaat yang
ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya tidak berwujud
dan tidak menghasilkan kepemilikan apapun. Produknya mungkin terikat atau
tidak terikat pada produk fisik. Sedangkan pengertian publik menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (2008) adalah orang banyak (umum).
Pelayanan publik berhubungan dengan pelayanan yang masuk kategori
sektor publik, bukan sektor privat. Pelayanan dilakukan oleh pemerintah pusat,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

pemerintah daerah dan BUMN/BUMD. Ketiga komponen yang menangani sektor
publik menyediakan pelayanan publik seperti kesehatan, pendidikan, keamanan
dan ketertiban, bantuan sosial dan penyiaran. Dengan demikian yang dimaksud
pelayanan publik adalah pelayanan yang diberikan oleh negara dan perusahan
milik negara kepada masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dalam
rangka menciptakan kesejahteraan masyarakat (Nurcholis, 2005).
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik Pasal 1
disebutkan yang dimaksud dengan pelayanan publik adalah kegiatan atau
rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas
barang, jasa dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara
pelayanan publik. Pengertian yang sama mengenai pelayanan publik juga tertuang
dalam Perda Jawa Timur Nomor 11 tahun 2005 tentang Pelayanan Publik di
daerah Jawa Timur, yaitu segala kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
dasar sesuai dengan hak-hak dasar setiap warga negara dan penduduk atas suatu
barang, jasa dan/atau pelayanan administrasi yang disediakan oleh penyelenggara
pelayanan terkait dengan kepentingan publik. Pelayanan publik adalah pemberian
layanan (melayani) keperluan orang yang mempunyai kepentingan pada
organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan.
Uraian mengenai pelayanan publik menyebutkan pelayanan publik
diberikan oleh penyelenggara pelayanan publik. Penyelenggara dalam hal ini
adalah setiap institusi penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen,
yang dibentuk berdasarkan undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

badan hukum lain yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang untuk kegiatan
pelayanan publik dan badan hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk
kegiatan pelayanan publik.
Faktor utama yang menjadi penghambat dalam pelayanan publik yang baik
dapat dianalisa dari dua sisi, yakni birokrasi dan standar pelayanan publik. Sudah
menjadi rahasia umum bahwa dalam tubuh pemerintahan negara Indonesia pada
semua jenjang dan jenisnya memiliki sturuktur birokrasi yang panjang, gemuk,
dan berbelit. Hal ini mengakibatkan panjang dan berbelit-belitnya suatu urusan di
sebuah lembaga penyedia layanan publik, yang tentu saja membutuhkan waktu
lebih lama dan biaya mahal. Keadaan ini diperburuk oleh mentalitas mayoritas
aparat pemerintah yang masih feodalistik dan justru minta dilayani oleh rakyat.
Proses rekrutmen kepegawaian yang kurang memperhatikan profesionalisme
seseorang juga menjadi faktor penghambat pelaksanaan pelayanan publik dengan
baik. Selain itu, sistem penggajian yang rendah seringkali menjadi pemicu setiap
petugas negara menjalankan aksi “mempersulit urusan” dari anggota masyarakat
yang berurusan dengan mereka.
Sebagai sebuah negara besar yang sedang membangun, kebutuhan
pelayanan publik yang baik dan berkualitas adalah mutlak. Hal ini diperlukan
dalam rangka mendorong percepatan pembangunan bangsa dan negara Indonesia
menuju pencapaian cita-cita nasional yakni mewujudkan masyarakat yang
sejahtera, adil dan makmur. Dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik adalah sesuatu yang wajib mendapat
dukungan bersama agar Undang-Undang yang telah ditetapkan tidak hanya

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

menjadi sebuah tulisan di lembaran negara tetapi dapat diwujudkan demi
terciptanya pelayanan publik yang baik dan dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat.

2.2.3. Kualitas Layanan
Menurut Lovelock dan Wright (2007) kualitas jasa adalah evaluasi
kognitif jangka panjang pelanggan terhadap penyerahan jasa instansi. Dalam
konsep SERVQUAL (Service Quality), yaitu persepsi konsumen atas layanan
yang nyata diterima (perceived service) dengan layanan yang sesungguhnya
diharapkan (expected service) (Parasuraman, et al., dalam Rizan, 2010). Jika
pelanggan memahami penyerahan jasa yang sesungguhnya lebih baik dari yang
diharapkan, mereka akan senang, jika penyerahan jasa tersebut berada di bawah
harapannya, mereka akan merasa tidak senang.Penaksiran service quality
difokuskan pada dimensi pada service atau jasa yaitu dititikberatkan pada
penilaian yang menggambarkan tanggapan konsumen dari elemen-elemen service
dalam interaksi kualitas dan lingkungan fisik kualitas yang dibangun melalui
pengalaman interaksi antara pelanggan dengan instansi penyedia jasa atau layanan
secara bertahap.
Harapan pelanggan atas kualitas produk atau jasa terbentuk oleh beberapa
faktor, yaitu (Tangkilisan, 2007):

1. Enduring service intensifier

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

Faktor ini merupakan faktor yang bersifat stabil dan mendorong pelanggan
untuk meningkatkan sensivitasnya terhadap jasa.
2. Personal need
Kebutuhan yang dirasakan seorang mendasar bagi kesejahteraannya juga
sangat menentukan harapannya.
3. Transitory service intensifier
Faktor ini merupakan faktor individual yang bersifat sementara (jangka
pendek) yang meningkatkan sensitivitas pelanggan terhadap jasa.
4. Perceived service alternative
Merupakan persepsi pelanggan terhadap tingkat atau derajat pelayanan
instansi yang sejenis.
5. Self perceived role
Faktor ini adalah persepsi pelanggan tentang tingkat atau derajat keterlibatan
dalam mempengaruhi jasa yang diterimanya.
6. Situational factor
Faktor situasional terdiri atas segala kemungkinan yang bisa mempengaruhi
kinerja jasa, yang berada di luar kendali penyedia jasa.
7. Explicit sevice promises
Faktor ini merupakan pernyataan (secara personal atau nonpersonal) oleh
organisasi tentang jasanya kepada pelanggan.

8. Implicid service promises

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

Faktor ini menyangkut petunjuk yang berkaitan dengan jasa yang memberikan
kesimpulan bagi pelanggan tentang jasa yang bagaimana seharusnya dan yang
akan diberikan.
9. Word of mouth (Rekomendasi atau saran dari orang lain)
Merupakan pernyataan secara personal atau nonpersonal yang disampaikan
oleh orang lain selain organisasi (sertvice provider) kepada pelanggan.
10. Past experience
Pengalaman masa lampau meliputi hal-hal yang telah dipelajari atau diketahui
pelanggan dari yang pernah diterima di masa lalu.
Menurut Parasuraman, et al., (dalam Lupiyoadi & Hamdani, 2008),
kualitas layanan diukur melalui lima dimensi sebagai berikut:
1. Kehandalan (Reliability)
Kemampuan instansi untuk memberikan pelayanan sesuai dengan yang
dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Kinerja harus sesuai dengan harapan
pelanggan yang berarti ketepatan waktu, pelayanan yang sama untuk semua
pelanggan tanpa kesalahan, sikap yang simpatik dan dengan akurasi yang
tinggi.
2. Jaminan dan kepastia