JENIS – JENIS LUMUT DAUN SUB-KELAS BRYIDAE DI KAWASAN CAGAR ALAM LEMBAH ANAI.

ABSTRAK

Studi tentang jenis-jenis lumut daun Subkelas Bryidae di kawasan Cagar Alam
Lembah Anai telah dilakukan dari bulan Maret sampai Juni 2011. Penelitian ini
dilakukan dengan metoda survei dan koleksi langsung di kawasan Cagar Alam
Lembah Anai dan identifikasi dilanjutkan di Herbarium ANDA Jurusan Biologi
FMIPA Universitas Andalas, Padang. Dari penelitian ini didapatkan tujuh jenis
lumut daun Sub-kelas Bryidae dari lima famili yaitu Philonotis mollis (Dozy &
Molk.) famili Bartramiaceae, Bryum clavatum (Schimp.) C. Mull. dan Bryum
coronatum Schwaegr. famili Bryaceae, Callicostella papillata (Mont.) Mitt. famili
Hookeriaceae, Pelekium velatum Mitt. famili Thuidiaceae, Ectropothecium
buitenzorgii (Bel.) dan Vesicularia montagnei (Bel.) Mitt. famili Hypnaceae.
Berdasarkan ketinggian, jenis yang paling luas sebarannya di Cagar Alam Lembah
Anai adalah Vesicularia montagnei dengan ketinggian 389 – 532 m dpl.

iii

JENIS – JENIS LUMUT DAUN SUB-KELAS BRYIDAE
DI KAWASAN CAGAR ALAM LEMBAH ANAI

SKRIPSI SARJANA BIOLOGI


OLEH
DEBI GUSNIA
B.P. 06133041

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2012

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………..i
ABSTRAK ...........................................................................................................iii
ABSTRACT .........................................................................................................iv
DAFTAR ISI ........................................................................................................v
DAFTAR TABEL ...............................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................viii
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ........................................................................................1
1.2. Perumusan Masalah .................................................................................3
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................3
II. TINJAUAN PUSTAKA…………………………………….……………….5
III. III. PELAKSANAAN PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat ..................................................................................11
3.2. Metode Penelitian.....................................................................................11
3.3 Material yang digunakan………………………………………………....11
3.4. Alat dan Bahan .........................................................................................11
3.5. Cara Kerja ................................................................................................12
3.5.1. Di Lapangan ...........................................................................12
3.5.2. Di Laboratorium .....................................................................12
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .....................................................................14
V. KESIMPULAN DAN SARAN .....................................................................38
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v

1


I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Lumut merupakan tumbuhan tingkat rendah yang termasuk ke dalam divisi
bryophyta. Pada umumnya lumut menyukai tempat-tempat yang basah dan lembab di
dataran rendah sampai dataran tinggi, dengan berbagai kondisi pertumbuhan. Lumut
merupakan salah satu tumbuhan pioneer yang tumbuh ketika awal suksesi pada lahan
yang rusak, atau daerah dengan hara yang miskin. Setelah area ditumbuhi lumut, area
tersebut akan menjadi media yang cocok untuk perkecambahan dan pertumbuhan
tumbuhan lainnya (Damayanti, 2006).
Lumut daun meliputi ± 12.000 jenis yang mempunyai daerah agihan yang
amat luas. Lumut daun dapat tumbuh di atas tanah-tanah gundul yang periodik
mengalami masa kekeringan, bahkan di atas pasir yang bergerak pun dapat tumbuh.
Selanjutnya lumut-lumut ini dapat kita jumpai di antara rumput-rumput, di atas batubatu cadas, pada batang-batang dan cabang-cabang pohon, di rawa-rawa, tetapi
jarang di dalam air. Mengingat tempat tumbuhnya yang bermacam-macam itu, maka
tubuhnya pun memperlihatkan struktur yang bermacam-macam pula (Tjitrosoepomo,
1998).
Lumut merupakan salah satu kelompok tumbuhan rendah dan bagian dari
keanekaragaman hayati yang belum banyak mendapat perhatian (Windadri, 2007).
Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki penyebaran lumut yang sangat

besar. Namun, informasi tersebut masih belum tereksploitasi secara penuh, sehingga
pengetahuan mengenai lumut di Indonesia masih kurang (Damayanti, 2006).
Berdasarkan struktur sporofit terutama kapsul, lumut daun dibedakan menjadi
tujuh

sub-kelas

yaitu

Andreaeidae,

Sphagnidae,

Tetrapidae,

Polytrichidae,

2

Buxbaumiidae, Bryidae, dan Archidiidae. Sub-kelas Bryidae merupakan lumut yang

paling banyak jumlahnya diantara lumut lainnya. Lebih dari 95% lumut daun
termasuk kedalam sub-kelas Bryidae, dengan 11 ordo, dan 90 famili dengan 650
genera dan lebih dari 9000 spesies (Schofield, 1985).
Beberapa penelitian tentang lumut yang telah dilakukan diantaranya: Ikhwana
(2003) menemukan 3 jenis lumut daun acrocarpous sub-kelas Bryidae di Hutan
Gunung Tujuh Kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat; Windadri (2007)
melaporkan bahwa terdapat 14 spesies, 12 genus dan 8 famili lumut (musci) di
kawasan Cagar Alam Kakenauwe dan Suaka Margasatwa Lambusango, Pulau Buton,
Sulawesi Tenggara; Ellyzarti (2009), menemukan 22 jenis lumut yang berasal dari
kelas Musci yang terdiri dari 9 ordo, 11 famili dan 15 jenis, sedangkan dari kelas
Hepaticae terdiri dari 6 ordo, 6 famili dan 7 jenis di Gunung Pesawaran Taman
Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Prop. Lampung; Windadri (2010) menemukan 37
spesies, 23 genus dan 11 famili lumut daun di Taman Nasional Bukit Barisan
Selatan, Provinsi Lampung.
Lumut sejati merupakan tumbuhan kosmopolitan yang dapat tumbuh di
berbagai tempat terutama di tempat-tempat yang lembab dan ternaungi (Damayanti,
2006). Menurut Tjitrosoepomo (1985) kebanyakan lumut daun suka pada tempattempat yang basah tetapi ada juga yang suka pada tempat-tempat yang kering. Cagar
Alam Lembah Anai memiliki air terjun yang terdapat di tepi jalan raya PadangBukittinggi. Hal ini menyebabkan keadaan disekitarnya menjadi lembab dan basah
sehingga sangat cocok sebagai habitat dari lumut.
Cagar Alam Lembah Anai ditetapkan sebagai Cagar Alam berdasarkan

Gubernur Besluit No.25 Stbl 756 tanggal 18 Desember 1922 seluas 221 ha. Secara
administrasi Cagar Alam Lembah Anai masuk dalam daerah Kabupaten Tanah Datar,
dan pengelolaanya di bawah pengawasan seksi konservasi wilayah III yang

3

berkedudukan di Tanah Datar. Untuk mencapai daerah tersebut sangat mudah karena
terletak di pinggir jalan Raya Padang-Bukittinggi, jarak tempuh dari kota Padang
adalah 63 km. Apabila dari kota Padang Panjang dapat ditempuh dengan jarak 15 km
(BKSDA Sumbar, 2007). Berdasarkan koordinat bumi berada 00o28' 47'' LS - 00o19'
22'' LS sampai dengan 100o19'42'' BT - 100o22'03'' BT dan terletak pada ketinggian
antara 400 m - 850 m dpl dengan kelembaban berkisar antara 60% - 100% (BKSDA
Sumbar, 2008).
Berdasarkan kondisi ekologis di atas diperkirakan lumut sub-kelas Bryidae
banyak terdapat di Cagar Alam Lembah Anai ini. Hal ini dilihat dari kondisi
lingkungan yang dapat menunjang kehidupan lumut untuk dapat berkembang di
daerah tersebut. Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan penelitian di Cagar Alam
Lembah Anai ini.
1.2 Perumusan Masalah
Apa saja jenis-jenis lumut daun sub-kelas Bryidae yang terdapat di kawasan Cagar

Alam Lembah Anai?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui jenis-jenis lumut daun sub-kelas Bryidae yang terdapat di kawasan
Cagar Alam Lembah Anai.
2. Mengetahui Jenis lumut daun sub-kelas Bryidae yang paling luas sebarannya di
kawasan Cagar Alam Lembah Anai.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat ilmiah untuk
menambah informasi tentang jenis-jenis lumut daun sub-kelas Bryidae yang terdapat
di kawasan Cagar Alam Lembah Anai.

4

2. Dapat memberikan informasi kepada peneliti-peneliti lain untuk dapat meneliti
dari aspek-aspek lain seperti ekologi, ekonomi dan upaya dalam konservasi.