STUDI MDENGAN K Studi Mengenai Nilai Hematokrit Dan Jumlah Trombosit Dengan Kejadian Syok Dan Tipe Syok Pada Demam Berdarah Denguedi Rsud Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
STUDI MENGENAI
M
I NILAI HE
EMATOKR
RIT DAN JU
UMLAH TR
ROMBOSIT
T
DENGAN KEJADIAN
K
N SYOK DA
AN TIPE SY
YOK PADA
A DEMAM BERDARA
AH
DENGUE DI RS
SUD ABDU
UL WAHAB
B SJAHRAN
NIE SAMAR
RINDA
NASK
KAH PUBL
LIKASI
Un
ntuk Memen
nuhi Sebagiian Persyarratan
Mencapai
M
Deerajat Sarjaana Kedokteeran
Diajukan
D
Oleeh :
Rizm
ma Alfiani R
Rachmi
J5001100228
FAKULTAS KEDO
OKTERAN
UNIVER
RSITAS MU
UHAMMAD
DIYAH SUR
RAKARTA
2015
i
STUDI MENGENAI NILAI HEMATOKRIT DAN JUMLAH TROMBOSIT
DENGAN KEJADIAN SYOK DAN TIPE SYOK PADA DEMAM BERDARAH
DENGUE DI RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA
Rizma Alfiani Rachmi, Bambang Subagyo, Yusuf Alam Romadhon
Abstrak :Demam berdarah dengue merupakan salah satu penyakit tropis yang
banyak ditemukan di Indonesia. Penyakit ini dapat menyerang segala usia baik anakanak maupun dewasa. Akan tetapi penyakit Demam Berdarah Dengue lebih banyak
ditemukan pada anak-anak. Terbatasnya kemampuan sistem hemodinamik untuk
mengkompensasi kebocoran kapiler pada anak-anak diyakini menjadi salah satu
penyebab mudahnya untuk terjadi Sindrom Syok Dengue pada pasien anak. Untuk
memprediksi pasien Demam Berdarah Dengue mana yang akan berkembang menjadi
syok tidaklah mudah. Dengan melihat temuan laboratoris meliputi pemeriksaan nilai
hematokrit dan jumlah trombosit diharapkan diagnosis Sindrom Syok Dengue dapat
segera ditegakkan dan dapat segera dilakukan tindakan untuk menurunkan angka
morbiditas dan mortalitas pasien Penelitian ini bertujuan adalah untuk mengetahui
hubungan antara nilai hematokrit dan jumlah trombosit sebagai faktor risiko
terjadinya syok pada penderita demam berdarah dengue dan distribusi frekuensi
kejadian syok pada penderita demam berdarah dengue di RSUD Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat
observasional analitik, dengan menggunakan cross sectional. Data studi mengenai
nilai hematokrit dan jumlah trombosit dengan kejadian syok pada demam berdarah
dengue di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda diuji dengan uji chi-square,
didapatkan pada nilai hematokrit p= 0.056 (p40% tidak memiliki hubungan yang
bermakna dengan kejadian Sindrom
Syok Dengue (SSD). Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh
Raihan et al (2010) dimana didapatkan
p=0,202 yang berarti nilai hematokrit
tidak memiliki hubungan yang
bermakna. Berbeda dengan penelitian
yang dilakukan oleh Setiawati (2011)
dimana didapatkan p=0,000 yang
berarti terdapat hubungan yang
bermakna antara peningkatan nilai
hematokrit dengan kejadian SSD pada
pasien anak. Meningkatnya nilai
hematokrit pada kondisi syok terjadi
akibat adanya kebocoran plasma ke
daerah
ekstravaskular
(ruang
interstitial) melalui kapiler yang rusak
( Soedarmo et al.,2010 dalam
Setiawati,2011).
Berdasarkan penelitian yang
dilakukan,
peningkatan
nilai
hematokrit tidak memiliki hubungan
yang bermakna dengan kejadian SSD
secara
statistik.Hal
ini
dapat
disebabkan karena adanya tatalaksana
awal yang baik yaitu penggantian dini
volume di RSUD Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda.
2.Pembahasan Studi Mengenai Nilai
Hematokrit dan Jumlah Trombosit
Terhadap Tipe Syok Pada Kejadian
Sindrom Syok Dengue
Pada penelitian ini didapatkan
jumlah trombosit pada kejadian SSD
dengan tipe syok hipovolemik
terbanyak pada rentang 20.00050.000/ml3 dan jumlah trombosit pada
tipe syok hemorrhagik pada rentang
yang lebih rendah yaitu 40% dan pada tipe syok
hemorrhagik terbanyak pada rentang
>40%.Hal ini sesuai dengan teori yang
menyebutkan bahwa semakin besar
kebocoran plasma yang terjadi maka
semakin tinggi nilai hematokrit yang
dapat
ditemukan.
Pada
syok
hemorrhagik terjadinya perdarahan
disebabkan karena adanya kebocoran
plasma yang lebih hebat dibandingkan
pada syok hipovolemik di pembuluh
darah sehingga eritrosit akan ikut
keluar
bersama
plasma
yang
menyebabkan terjadinya perdarahan
pada syok hemorrhagik.
Pada keadaan SSD, terdapat
dua tipe syok yang dapat terjadi yaitu
Syok
Hipovolemik
dan
Syok
Hemorrhagik. Pada Syok Hipovolemik
nilai hematokrit akan meningkat pada
pemeriksaannya, namun pada Syok
Hemorrhagik nilai hematokrit akan
justru mengalami penurunan karena
perdarahan yang hebat. Hal ini sesuai
dengan penelitian oleh Raihan et al
(2010) yang mengatakan bahwa salah
satu faktor yang dapat mempengaruhi
nilai hematokrit adalah terjadinya
perdarahan dan penelitian yang
dilakukan oleh Rena et al (2009) yang
menyebutkan bahwa pada kasus-kasus
berat yang telah disertai perdarahan,
umumnya nilai hematokrit tidak
meningkat, bahkan dapat mengalami
penurunan. Sehingga, pada Syok
Hemorrhagik akan didapatkan nilai
hematokrit yang menurun.
Berdasarkan teori yang ada,
dapat diambil kesimpulan bahwa pada
Syok Hipovolemik akan terjadi
peningkatan nilai hematokrit dan akan
terjadi penurunan nilai hematokrit
ketika Syok Hemorrhagik. Namun
pada penelitian ini, didapatkan hasil
hematokrit pada pasien SSD dengan
tipe Syok Hipovolemik dan Syok
Hemorrhagik
sama-sama
meningkat.Hal
ini
kemungkinan
disebabkan karena adanya pengeluaran
plasma dan eritrosit yang seimbang
ketika syok terjadi.
Kesimpulan
1. Terdapat
hubungan
yang
bermakna
secara
statistik
(p=0,000)
antara
jumlah
trombosit dengan kejadian
syok pada demam berdarah
dengue di RSUD Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda.
2. Tidak terdapat hubungan yang
bermakna
secara
statistik
(p=0,506)
antara
nilai
hematokrit dengan kejadian
syok pada demam berdarah
dengue di RSUD Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda.
3. Distribusi hasil penelitian di
RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda didapatkan kejadian
SSD dengan tipe Syok
Hipovolemik lebih banyak
daripada
tipe
Syok
Hemorrhagik.
4. Dari
hasil
penelitian
didapatkan
kisaran
nilai
hematokrit pada pasien SSD
dengan tipe Syok Hipovolemik
dan Syok Hemorrhagik >40%
dan kisaran jumlah trombosit
pada Syok Hipovolemik antara
20.000-50.000/ml3sedangkan
pada
Syok
Hemorrhagik
M
I NILAI HE
EMATOKR
RIT DAN JU
UMLAH TR
ROMBOSIT
T
DENGAN KEJADIAN
K
N SYOK DA
AN TIPE SY
YOK PADA
A DEMAM BERDARA
AH
DENGUE DI RS
SUD ABDU
UL WAHAB
B SJAHRAN
NIE SAMAR
RINDA
NASK
KAH PUBL
LIKASI
Un
ntuk Memen
nuhi Sebagiian Persyarratan
Mencapai
M
Deerajat Sarjaana Kedokteeran
Diajukan
D
Oleeh :
Rizm
ma Alfiani R
Rachmi
J5001100228
FAKULTAS KEDO
OKTERAN
UNIVER
RSITAS MU
UHAMMAD
DIYAH SUR
RAKARTA
2015
i
STUDI MENGENAI NILAI HEMATOKRIT DAN JUMLAH TROMBOSIT
DENGAN KEJADIAN SYOK DAN TIPE SYOK PADA DEMAM BERDARAH
DENGUE DI RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA
Rizma Alfiani Rachmi, Bambang Subagyo, Yusuf Alam Romadhon
Abstrak :Demam berdarah dengue merupakan salah satu penyakit tropis yang
banyak ditemukan di Indonesia. Penyakit ini dapat menyerang segala usia baik anakanak maupun dewasa. Akan tetapi penyakit Demam Berdarah Dengue lebih banyak
ditemukan pada anak-anak. Terbatasnya kemampuan sistem hemodinamik untuk
mengkompensasi kebocoran kapiler pada anak-anak diyakini menjadi salah satu
penyebab mudahnya untuk terjadi Sindrom Syok Dengue pada pasien anak. Untuk
memprediksi pasien Demam Berdarah Dengue mana yang akan berkembang menjadi
syok tidaklah mudah. Dengan melihat temuan laboratoris meliputi pemeriksaan nilai
hematokrit dan jumlah trombosit diharapkan diagnosis Sindrom Syok Dengue dapat
segera ditegakkan dan dapat segera dilakukan tindakan untuk menurunkan angka
morbiditas dan mortalitas pasien Penelitian ini bertujuan adalah untuk mengetahui
hubungan antara nilai hematokrit dan jumlah trombosit sebagai faktor risiko
terjadinya syok pada penderita demam berdarah dengue dan distribusi frekuensi
kejadian syok pada penderita demam berdarah dengue di RSUD Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat
observasional analitik, dengan menggunakan cross sectional. Data studi mengenai
nilai hematokrit dan jumlah trombosit dengan kejadian syok pada demam berdarah
dengue di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda diuji dengan uji chi-square,
didapatkan pada nilai hematokrit p= 0.056 (p40% tidak memiliki hubungan yang
bermakna dengan kejadian Sindrom
Syok Dengue (SSD). Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh
Raihan et al (2010) dimana didapatkan
p=0,202 yang berarti nilai hematokrit
tidak memiliki hubungan yang
bermakna. Berbeda dengan penelitian
yang dilakukan oleh Setiawati (2011)
dimana didapatkan p=0,000 yang
berarti terdapat hubungan yang
bermakna antara peningkatan nilai
hematokrit dengan kejadian SSD pada
pasien anak. Meningkatnya nilai
hematokrit pada kondisi syok terjadi
akibat adanya kebocoran plasma ke
daerah
ekstravaskular
(ruang
interstitial) melalui kapiler yang rusak
( Soedarmo et al.,2010 dalam
Setiawati,2011).
Berdasarkan penelitian yang
dilakukan,
peningkatan
nilai
hematokrit tidak memiliki hubungan
yang bermakna dengan kejadian SSD
secara
statistik.Hal
ini
dapat
disebabkan karena adanya tatalaksana
awal yang baik yaitu penggantian dini
volume di RSUD Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda.
2.Pembahasan Studi Mengenai Nilai
Hematokrit dan Jumlah Trombosit
Terhadap Tipe Syok Pada Kejadian
Sindrom Syok Dengue
Pada penelitian ini didapatkan
jumlah trombosit pada kejadian SSD
dengan tipe syok hipovolemik
terbanyak pada rentang 20.00050.000/ml3 dan jumlah trombosit pada
tipe syok hemorrhagik pada rentang
yang lebih rendah yaitu 40% dan pada tipe syok
hemorrhagik terbanyak pada rentang
>40%.Hal ini sesuai dengan teori yang
menyebutkan bahwa semakin besar
kebocoran plasma yang terjadi maka
semakin tinggi nilai hematokrit yang
dapat
ditemukan.
Pada
syok
hemorrhagik terjadinya perdarahan
disebabkan karena adanya kebocoran
plasma yang lebih hebat dibandingkan
pada syok hipovolemik di pembuluh
darah sehingga eritrosit akan ikut
keluar
bersama
plasma
yang
menyebabkan terjadinya perdarahan
pada syok hemorrhagik.
Pada keadaan SSD, terdapat
dua tipe syok yang dapat terjadi yaitu
Syok
Hipovolemik
dan
Syok
Hemorrhagik. Pada Syok Hipovolemik
nilai hematokrit akan meningkat pada
pemeriksaannya, namun pada Syok
Hemorrhagik nilai hematokrit akan
justru mengalami penurunan karena
perdarahan yang hebat. Hal ini sesuai
dengan penelitian oleh Raihan et al
(2010) yang mengatakan bahwa salah
satu faktor yang dapat mempengaruhi
nilai hematokrit adalah terjadinya
perdarahan dan penelitian yang
dilakukan oleh Rena et al (2009) yang
menyebutkan bahwa pada kasus-kasus
berat yang telah disertai perdarahan,
umumnya nilai hematokrit tidak
meningkat, bahkan dapat mengalami
penurunan. Sehingga, pada Syok
Hemorrhagik akan didapatkan nilai
hematokrit yang menurun.
Berdasarkan teori yang ada,
dapat diambil kesimpulan bahwa pada
Syok Hipovolemik akan terjadi
peningkatan nilai hematokrit dan akan
terjadi penurunan nilai hematokrit
ketika Syok Hemorrhagik. Namun
pada penelitian ini, didapatkan hasil
hematokrit pada pasien SSD dengan
tipe Syok Hipovolemik dan Syok
Hemorrhagik
sama-sama
meningkat.Hal
ini
kemungkinan
disebabkan karena adanya pengeluaran
plasma dan eritrosit yang seimbang
ketika syok terjadi.
Kesimpulan
1. Terdapat
hubungan
yang
bermakna
secara
statistik
(p=0,000)
antara
jumlah
trombosit dengan kejadian
syok pada demam berdarah
dengue di RSUD Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda.
2. Tidak terdapat hubungan yang
bermakna
secara
statistik
(p=0,506)
antara
nilai
hematokrit dengan kejadian
syok pada demam berdarah
dengue di RSUD Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda.
3. Distribusi hasil penelitian di
RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda didapatkan kejadian
SSD dengan tipe Syok
Hipovolemik lebih banyak
daripada
tipe
Syok
Hemorrhagik.
4. Dari
hasil
penelitian
didapatkan
kisaran
nilai
hematokrit pada pasien SSD
dengan tipe Syok Hipovolemik
dan Syok Hemorrhagik >40%
dan kisaran jumlah trombosit
pada Syok Hipovolemik antara
20.000-50.000/ml3sedangkan
pada
Syok
Hemorrhagik