HUBUNGAN TAUKE DENGAN NELAYAN DALAM KESEPAKATAN KERJA BERSAMA (KKB).
HUBUNGANTAUKEDENGANNELAYAN
DALAM. KESEPAKATA:N KERJA BERSAMA
(KKB)
Oleh: .
NELSON TARIGAN
NIM. 015050014
Tesis Ulituk Memperoleh Gelar Magister Sains
·Program Studi Antropologi Soslal
PROGRAM PA:SCASARJANA
UNIVERSITAS'NEGERI MEDAN
MEDAN
2008
-
···- -- - - - - -
L.EM.BAR PENGESAHAN
TESlS
HUBUNGAN TAUKE DENGAN NELAYAN
DALAM KESEPAKATAN KERJA BERSAMA
( KKB)
Disusun da.u Diaju kan Oleh :
Nelson Tarigan
Nlm : Ot50S0014
Telah Dipenahank.an eli Depan Panitia Ujian Tesis
pada Tanggal 8 Agustus 2008 dan Dinyatakan Telah Memcnuhi
Salah Satu Syatat untuk Memperoleh Gelar Magister Saills
Progrwn Studi AntropOiogi Sosial
Mtdan, 8 Agustus 2008
Menyetujui ,
Tim Pemblmbing.
Pemblmbing ll,
A. Slman·untak
Prof. Dr. Usman
NIP . 130 li S 071
Ketua Program Studi
Antropologi Sosial,
LEMBAR PERSETUJUAN
Dipertabankan Di Depan Tim Penguji Tesis
Program Pascasarjana UNlMED
Program Studi Antropologi Sosial
HUBUNGAN TAUKE DENGAN NELA YAN
DALAM K.ESEPAKATAN KERJA BERSAMA
(KKB)
Nama
Nim
Tanggal
Nelson Tarigan
OIS05001.4l
8 Agustus 2008
Menyctujui
Tim Peoguji
T•H:1
Pembimbiog l
~ -·
Prof. Dr. Bungarao. A. Simaojuotak
Pembimbiog II
Prof. Dr. Usman Pelly. M.A.
Anggota Penguji :
Prof. Dr. Nur A. Fadhil Lubis . M.A
Dr. Jongkers Tampuboloo. M.Sc
Prof. Dr. lbnu Hajar Damaoik. M.Si
?
~-·
........
·-~
KATA PENGANTAR
Sungguh layak dan sepantasnya penulis memanjat.kan puji dan syukur
kehodirat Tuhan Yung Maha Pengasih dan Penyayang, atas berkat rahmat dan
karuniaNya tesis yang berjudul, " Hubungon Tauke Dengan Nelayon Dalam
Kcsepakaton Kerja Bcrsama (KKB)" ini Ielah selesai di susun. Pcnulis menyadari
bahwa selesainya tcsis ini berkat adanya bantuan merit maupun materil dari
berbagai pihak. Untuk hal ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada,
Bapak Prof..Dr.Bungaran Antonius Simanjutak sebagai pembimbing I dan Bapak
Prof.Dr.Usmon Pelly.M.A sebagai pembimbing ll yang tak henti-hentinya
memberikan pengarahan dan bimbingan.
Selanjutnya penulis juga menyampaikan terima kasih kepada tekong dan
nclayan pekerja, kepada.-Sapak ldris Hasan Basri, Bapak Buyung Munthe, Bapak
Muhammad Syaril !bra, Bapak Muhammad ldrus Nasution, Bapak Ismail
Dagang, Bapak Asnawi, Bapak Az.h.ar Ong. Pengurus HNSI dan Bapak Tanjung
Pengurus WNNS Medan serta para perkerja yang telah banyak membantu penulis
dalam mengumpulkan data.
Ternan-ternan di prodi Antropologi Sosial Program PascasaJjana Unimcd
yang telah banyak mernberikan masukan pada drafawal tesis ini.
Akhimya penulis tidak lupa menyampaikan terima kasih kepada Ompu
Giovanni, istri serta ananda tm:inta yang selalu mendoakan dan terus-menerus
memberikan semangat dan dorongan sehlngga tesis ini dapat diselesaikan.
'
Medan,
Agustus 2008
Nelson Tarigan
iii
AIJSTRAK
Tarig:m Nelson, Hubungan Tauke Dengao Nelayao Dalam Kesepakata o Kerja
Beru ma ( KKB ), Program Pascasarj ana, Universitas Negeri Medan, Juli 2008.
Penetitian ini benujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan Tauke dengan
nelayan dalam. Kesepakatan Kerj a Bersama (KKB) yang di bangun dengan dasar
saling percaya. Kesepakatan kerja bersama dalam hubungan palron-client dengan
bingkoi
kcuas~1
alas dasar hukum kcpemilikun yang cenderung cksploitutif,
mengejar berbagai keuntungan dengan memandang buruh sebagai sarana produksi
dan mengabaikan tenaga kelja manusia sebagai objek kepedulian.. merupakan bentuk
dominasi tauke atas sikap ketergantungon nelayan. Penelitian ini dilalrukan pada
kalangan nelayan buruh di kawasan Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan (PPSB)
Gabion Belawan. Mctode yang dilakulkon untuk mendapatkan data adalah observasi,
wawancara serta tcrlibat langsung dalam proses produksi, aktivitas bongkar muat,
pcnimbangan/lelang hingga pcmoagian hasil dan direkam dalam gambar foto sebagai
dokUDlentasi. Hasil di lapangan menunjukkan bahwa membangun hubungan kelja
dilakukan olch taukc dcngan tekong tanpa melibatkan nelayan buruh, sehingga butirbutir kesepakatan yang ditentukan dalam KKB dianggap keputusan sepihalc akibatnya
nelayan buruh dalam pckerjaannya mcngalami berbagai tekanan. Dalarn alctifitas
produksi, nelayan dirugikan dengan perhitungan basil timbang serta harga jualllelang
yang ditentukan oleh tauke dibawah harga pasar. Pemberlakuan sistem bagi basil
tidak memberikan upah yang layak, nelayan semak.in teljebak dalam sikap
ketcrgantungan, akibatnya tauke semak.in leluasa bertindak. Menyikapi kondisi
pekerjaan yang kurang kondusif, maka pendekatan persuasif dalarn mengajukan
tuntutan pcrobahan yang ditawarkan olch nelayan perlu mendapat perhatian dari
berbagai pihak demi tercapainya peningkatan produktivitas serta kepuasan kelja
dalam hubungan yang sating menguntungkan. Secara falctual dapat disimpulkan
bahwa kesepakatan kerja bersama yang dibangun tidak memberikan jarninan hak
nelayan dan kewajiban tauke dan secara konseptual dapat dikatakan bahwa
mengaburkan isi dari kescpakatan kerja bcrsama lebih cenderung eksploitatip.lJntuk
itu disarankan didahup me~gun
perlu dilibatkan nelayan pekerja..
hubungan kerja seb!liai kesepakatan berw:na
ABSTRACf
Tarigan Nelson, A Relationship Between Employeer and Fisherma n in a Mutual
Work Agreement, Postgraduate Program, State University of Medan, July 2008.
This research aims to study what a relationship between employer and
.fishcrmans in a work condition in accordance with a Mutlllll Work Agreement made
on trust. What the efTons of fisherman to have a good fate in dependency si!IUition. A
Patron Client relation in mutual work agreement in a frame of authority based on
ownership law is more cxsploitative in order to get more profit by assume the labour
as production facilitie.s and neglet the human labour as considerable objecL This
rescan:h was conducted to the fisherman labour/workers in fishery harbor of Belawan
(PPSB) Gabion Belawan. The method applied in data collecting are observation,
interview and direct involvement in the production process, loading/unloading
,weighing /auction up to the profit
sharing that recorded in
photograph as
documentation. The results in the field show that the labour fisherman in their work
have any pressure from the employer. A work relationship is conducted by employer
without the involvement of the fisherman. So the agreement point in mutual work
agreement is assumed as a decision of one side . In the production activity, the
fisherman has losses by the calculation of weighing and the selling/auction price
determined by the employer less than the market price. The application of profit
sharing system did not provide the fisherman with the sufficient wage so the
fisherman still in depedancy position and the employer take action independently.
For the uncondusive work condition, the persiUISive approach in claim the change
suggested by fisherman on the organisation support must be considered by any side
for increasing of productivity and work satisfaction in mutual relationship. In fact, the
mutual work agreement did not provide the protection on fishermans right and
liabi lity of employer and the mutual work agreement is confused in exploitative
condition. Therefore it is suggested that fisherman must be involved in arrangement
of the mulual work agreement
II
•
OAIAFT AR GAM BAR ................................................................................................. vil
DAFTAR TABEL ......................................................................................................viii
I>AFTAR LAMPIRAN ................................................................................................i.t
BAB I PENDAHULUAN .... ..... ....... ... .............. ..... ... .............. ...... ......... !
1.1. Latar Belakang Masalah ... . ...... .......... ....................... ................ I
1.2. Rurnusan Masalah ...... ............. , ....... ... ...................... ... .. ..........5
1.3. Tujuan Penelitian ........... ...... .............. ... ........................... .......6
1.4. Manfaat Pcnelitian ............... ....................................... ...... ......6
1.5. Alasan Mernilih Judul .......... ..... ........... ............ ..... ....... , ............7
1.6. Metode dan Teknik Pengwnpulan Data ................................ ...........9
1.7. Analisis Data .............. .................... ................................ ..... 10
1.8 Kerangka Berpikir .................... .............................................. 11
BAB II KEtERGANTUNGAN,DO MINASI DAN HUBUNGAN SOSIAL.. ....17
2. 1. Sikap Ketergantungan ... .. ...... .......... ........ ..... .. , ....................... 17
2.2. Dominasi .................. ... ............•.................... ....... , .............. 21
2.3. Hubungan Sosi·al Kerja .... ...... ..... ............... .............................24
2.4. Hubungan Sosial Ekonomi .......................................................30
IV
BAH Ill KOMPONEN SISTEM PRODUKSI, PEKERJA OPERASIONAL
KAPAL DAN KESEPAKATAN KERJA BERSAMA..........................36
3. 1. Kompnen Dalam Sisitem P'roduksi ...... .. .... ...... , ....... .. , . ... ..... ....... 36
3. 1.a. Tauke ...... ............. ........ ........ .. ... ... .. ............. .............. ....... 36
'f>,...
'1.
3. 1.b. Tekong!Nakhoda . ........... ; .... ... .. ........ ... .... ..... ...... .......... ....... 37
3. \.c. Nelayan Pekerja ........ ~ .......... ....... ... ..... . .. .. ........ . .. ...... ....... 38
•
3.2.A.7. Tukang Masak........ ......... ........ . ..................... ..... ..................44
"'
3.2.A.8. Pengurus ... ........................... .............. .... ........................ 44
32.8. Tugas Bersama Perkelja Kapal ... ....... ........ ..... ....... ........ ...........44
DAB IV . AKTJVITAS PRODUKSI, PENDAPATAN I HASIL DAN HARAPAN
NELAYAN ..... ........... ............................. .. ........................... 52
4.3. Pulang Mel aut .... ..... ............ .. .. ........ ..... ....... . , . ... .............................60
4.4. Bidya Perbelanjaan Melaut ..................... ............................. ........ 61
v
4.5. Pendapatan Nclayan Dalam Sistem Bagi HasiL .................... .. ..............62
4.6. Penentuan Harga Lelang................ .. ..... ............... ........... .... .............64
4.7. Perhitungan Pcmbagian MenllfUl Harga Lelang ..................... ........ ..... 65
4.8. Pcmbagian Khusus Dian tara Nclayan .. .... .............. .......... .. . ........ ....69
4.9. Keberatan Nelayan Pekerja ... ........ ................ ....... ... ...... .. .. .. .......... 71
4. 10. Tawaran Nelayan Pekerja Dalam Sistem Bagi Hasil. .......................... 74
4.11. Pendapatan Nelayan Versi Tawaran........................... ............. ... 78
4.11.a. Tckong (Nakhoda) ......... : ........... ................... , ..... ...... ............80
4.11.b. Pcjabal Kapal ... .. ........... ..... ... ..... .. .................. .... ...................80
4.11.c. Nelayan Anggota Pekerja............ ...... ......................... .... .........81
4.12. Harapan Ne1ayan .. .... ......................................... .....................81
4.13 .. PcranWl Organisasi Nelayan ................................ ..... .. ............. ..84
4.14 .. Pengusaha Produksi Perikanan Laut. .. ...... ............ ......... ... ............86
4.15 .. Tekong (Nakhoda) ........ ..................... .......... ....................... ...88
BAB V. S lMPULAN DAN SARAN ...... .......... .. ...................... .. .............. 90
5. 1. Simpulan .... ... ........... ... .......... .......................... ..................... 90
5.l.A. Simpulan Faktual ........ ................... ...................... ... ........ ... 90
S.l.B. Simpulan Konseptual ..... . .............. ... ... .... ........................ ...... 91
5.2. Saran.. ... .. ..... .......... ... ..... ... ... .. .. ..... ........ ...... .... .... ................ 91
DAFfAR PUSTAKA
vi
·.
DAFTAR GAMBAR
I. Ga.mbar Skema dominasi tauke dalam hubungan kerja sama.... ..... .. .. .. .. .. ......... 14
vii
BAD I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Nclayan dan kehidupannya dalam sorotan berbagai media di gambarkan
hidup di bawah garis kcmiskinan. Taraf hidup di bawah garis kemiskinan
scbagai masalah nasional, telah diupayakan usaha-usaha penanggulangannya
secara bertahap dan berkesinambungan. Pemerintah telah menyalurkan berbagai
jenis bantuan, khususnya bantuan berupa dana usaha dan pemberian kapal
dengan harapan dapat meningkatkan taraf hidup nelayan kearah yang lebih baik.
1
Di satu sisi diharapkan pada sumber daya perikanan dan kelautan yang luas dan
kaya serta mampu menghasilkan potensi ekonomi yang besar. Tetapi di sisi lain
potensi ekonomi sumbcr kelautan belum juga dapat meningkatkan ekonomi
para pelakunya.
Oalam pcngamatan yang ada bahwa masyarakat nelayan dirasa sangat
!
1
lamban mengalami pcrgeseran pola hidup, karena kebanyakan dari mereka
mclakukan usaha menghidupi keluarganya dengan berkerja sebagai buruh
perkerja pada pengusaha ka_pal ikan yang dikelola oleh kalangan etnis cina yang
biasa dipanggi l oleh para nelayan dengan sebutan tauke. Nelayan buruh yang
dimaksud, adalah nelayan yang menjadi tenaga pekerja pada perusahaan
discktor pcnangkapan ikan dengan bennodalkan tenaga (jasa). KhUsusnya para
nelayan pckerjalburuh pada usaha disektor perikanan ini, terdiri dari berbagai
kalangan etnis seperti : Batak, Aceh, dan Melayu sebagai mayoritas.
I
Nelayan buruh dikawasan pergudangan Gabion Belawan sampai sat ini
masib tetap mcnekuni bidang pekerjaan ini dengan hanya bennodalkan kcahlian
dan kcterampilan hingga ada keluarga yang berprofesi turun menurun .
Tampaknya sulit bagi nelayan pekerjalburub untuk berpaling dari pola keJja
yang telah digcluti selama ini, walaupun mcreka sungguh merasakan dan
mcngalami berbagai macam intervensi dan ketidak adilan dari perlakuan para
peogusaha (taukc).
Praktek dari perlakuan yang dirasakan tidak mencenninkan bubungan
timbal balik (kepedulian) yang bai.k dalam bentuk hubungan sosial keJja
maupun hubungan sosial ekonomi sudah lama mercka alami. Bagaimana
bubungan keJja yang teJjalin dalam usaha ini, tampaknya kurang mendapat
perhatian dari berbagai pibak. yang berkompeten dan terus beJjalan tanpa ada
gejolak Hubungan kerja yang terus berlangsung seperti saat ini, sangat tidak
memungkinkan bagl nelayan pekelja untuk mcngalami perubaban nasib mereka
. Tauke sebagai pemilik modal, kapal dan teknologi serta nelayan sebagai
burub yang memiliki tenagalkeahlian pada dasarnya adalah merupakan satu
komponen kesatuan yang utuh dalam membaogun keJjasama di sektor industri
perikanan. Operasional produksi perikanan !aut sepenuhnya dijalankan oleh
nelayan sebagai buruh/pekeJja. Oleh Jweoa itu ketergantungan tauke terhadap
nelayan sangat kuat dimana basil usaha sangat ditentukan produkt.ifitas pekeJja.
Saling ketcrgantungan alas dasar beda kepentingan dalam menjalankan usaha
disektor produksi perikanan perlu mendapat perhatian dari pihak yang tcrkait
,agar hubungan yang dibina dapat dipertahankan seeara berimbang. Dalarn
2
hubungan sosial kerja, para nelayan tampaknya menerima peraturan-peraturan
yang mutlak ditentukan dan diberlakukan oleh tauke walaupun sifalnya
rnenekan (sepihak). Pemberlakuan aturan dilakukan tanpa adanya bukti
persetujuan dalam Kesepakatan Kerja Bersarna (KKB) secara tertulis antara
pihak yang terlibat. Hasil survey awal memberikan gambaran bahwa dalam
hubungan sosial ekonomi, tauke memberlakukan pengupahan dengan sistc:m
bagi basil yang dianggap kurang sesuai dan jauh lebih menguntungkan pihak
tauke. Besamya pembagian dalam sistem bagi hasil, jenis ikan dan harga jual
(lelang) mullak ditentukan oleh tauke. Para nelayan tidak diperkenankan
menjual basil (bagiannya) kepada orang lain (luar), tetapi harus kepada tauke
.Aktivitas bongkar muat kapal serta transaksi jual bell juga dilakukan di gudang
dan berlangsung dibawah pengawasan pihak taukelpengurus gudang.
. Bentuk hubungan kerja sama yang ditetapkan atas dasar kesepakatan dan
saling pereaya membuka peluang adanya ketimpangan dalam hak dan
kewajiban di antara kedua belah pihak (tauke dan nelayan). Para nelayan
merasakan adanya penekanan dari pemberlakuan aturan-aturan yang sifalnya
sepihak, sementara mereka adalah "pelaku utarna disektor penangkapan ikan.
Sebagai pelaku utama disektor penan.gkapan ikan tentunya perlu menjadi bahan
pertimbangan bagi pengusaha. Pedakuan sepihak yang dianggap memberatkan
dan rnengurangi gairah/produktivitas kerja berdampak langsung terhadap basil
usaha yang akhimya akan menimbulkan kerugian . Pemberian dana awal
opcrasional kapal selama melaut yang besamya sangat tidak mencukupi
kebutuhan nelayan serta
pendapatan berdasarkan slstem bagi basil dengan
3
jumlah
perbandingan
yang
tidal<
seimbang,
terpaksa
diterima
demi
kelangsungan pekeljaan mereka.
Peranan mutlak tauke dalwn hubungan kelja sama dengan nelayan
merupakan
akibat dari
kuatnya
sikap
ketergantungan
nelayan
yang .
mengandalkan tauke sebagai jalan keluar ketika menghadapi masalah-masalah
sulit. Kesulitan dillwn ekonomi rumah tangga dapat diatasi untuk semeotara
waktu dcngan cara pinjaman yang d iterima dari tempat kelja. Pinjwnan sebagai
upaya menanggulangi kesulitan ekonomi nunah tangga adalah jalan pintas yang
acap kal i di lakukan karena proses penerimaan uang yang begitu cepat tanpa
bunga dan hanya dengan jwninan potong upah.
Dalwn kondisi yang demikian, sebenarnya nelayan sudah terjebak pada
jalan untuk melanggengkan dominas! tauke. Semakin kuat ketergantungan,
maka
semakin
melemahkan
posisi
nelayan.
Situasi
yang
demikian
memungkinkan dominasi tauke sebagai pemodal/pemilik usaha- dapat terus
bertahan bahkan semakin berpeluang untuk menciptakan sikap ketergantungan
llldup yang tinggi bagi nelayan terhadap tauke. Mengingat sarnpai saat ini
hubun81Ul kerja sarna kedua belah pibak tetap beljalan maka, nelayan
dihadapkan pada kondisi yang dilematis. Disatu sisi adanya kein~
untuk
melakukan upaya perubahan nasib, nwnun disisi lain merasa sulit menghindar
dari sikap ketergantungan serta sulitnya mendapat pekerjaan lain
Pengusaha selalu memanfaatkan sitUllSi yang berorientasi pa4a akumulasi
keuntungan. Menjalan:kan fungsi, peran serta kepentingan berbeda dalarn
hubungan kelja berpotensi menimbulkan ketimpangan .JI(arnun akibat hubungan
4
kerja sama yang tidak scimbang, dapat menimbulkan kelicikan-kelicikan
sebagai berituk perlawanan. Bagaimana bentuk perlawanan yang diupayakan
serta rencana apa yang akan diperjuangkan, inilah yang akan ditelusuri untuk
mendapatkan jawaban dibalik sikap pasrah nelayan buruh menghadapi dominasi
pihak tauke
1.2. Rumusan Masalab
Kesepakatan kerja bersama antara tauke dan nelayan dengan kekuasaan
yang tidak seimbang menempatkan tauke dalam posisi dorninan. Tauke sebagai
pemodal sekaligus pemilik usaha sangat menentukan dalam hubungan sosial
kerja dan hubungan sosial ekonomi. Kesepakatan kerja bersama yang dianggap
kurang sesuai dan sifatnya sepihak merupakan suatu masalah yang perlu segera
f
mendapat perhatian dan penanganan yang serius. Nelayan sebagai pekeija
menyadari akan adanya berbagai tekanan dalam hubungan tersebut, namun
tidak dapat berbuat dan tetap mcnggeluti pckerjaannya walaupun dengan upah
yang tidak mencukupi (kecil). Sikap enggan para nelayan untuk berpaling dari
pekerjaannya sebagai buruh dan ·bertahan dalam kondisi yang ada atau
ketidaksiapan beralih profesi di bidang pekeijaan lain menimbulkan berbagai
macam pcnafsiran.
Berdasarkan kondisi pekerjaan sebagai buruh kapal pada usaha produksi
perikanan !aut , maka masalah yang akan ditindaklanjuti dalam penelitian ini
dapat dinunuskan sebagai berikut:
5
I. Bagaimana tauke mendominasi nelayan dalam hubungan kerja sarna
(hubungan sosial kerja dan ekonomi)
2. Oagaimana upaya dan rencana nelayan dalam memperjuangkan
hidupnya di atas tekanan (dominasi), tauke dalam pel
DALAM. KESEPAKATA:N KERJA BERSAMA
(KKB)
Oleh: .
NELSON TARIGAN
NIM. 015050014
Tesis Ulituk Memperoleh Gelar Magister Sains
·Program Studi Antropologi Soslal
PROGRAM PA:SCASARJANA
UNIVERSITAS'NEGERI MEDAN
MEDAN
2008
-
···- -- - - - - -
L.EM.BAR PENGESAHAN
TESlS
HUBUNGAN TAUKE DENGAN NELAYAN
DALAM KESEPAKATAN KERJA BERSAMA
( KKB)
Disusun da.u Diaju kan Oleh :
Nelson Tarigan
Nlm : Ot50S0014
Telah Dipenahank.an eli Depan Panitia Ujian Tesis
pada Tanggal 8 Agustus 2008 dan Dinyatakan Telah Memcnuhi
Salah Satu Syatat untuk Memperoleh Gelar Magister Saills
Progrwn Studi AntropOiogi Sosial
Mtdan, 8 Agustus 2008
Menyetujui ,
Tim Pemblmbing.
Pemblmbing ll,
A. Slman·untak
Prof. Dr. Usman
NIP . 130 li S 071
Ketua Program Studi
Antropologi Sosial,
LEMBAR PERSETUJUAN
Dipertabankan Di Depan Tim Penguji Tesis
Program Pascasarjana UNlMED
Program Studi Antropologi Sosial
HUBUNGAN TAUKE DENGAN NELA YAN
DALAM K.ESEPAKATAN KERJA BERSAMA
(KKB)
Nama
Nim
Tanggal
Nelson Tarigan
OIS05001.4l
8 Agustus 2008
Menyctujui
Tim Peoguji
T•H:1
Pembimbiog l
~ -·
Prof. Dr. Bungarao. A. Simaojuotak
Pembimbiog II
Prof. Dr. Usman Pelly. M.A.
Anggota Penguji :
Prof. Dr. Nur A. Fadhil Lubis . M.A
Dr. Jongkers Tampuboloo. M.Sc
Prof. Dr. lbnu Hajar Damaoik. M.Si
?
~-·
........
·-~
KATA PENGANTAR
Sungguh layak dan sepantasnya penulis memanjat.kan puji dan syukur
kehodirat Tuhan Yung Maha Pengasih dan Penyayang, atas berkat rahmat dan
karuniaNya tesis yang berjudul, " Hubungon Tauke Dengan Nelayon Dalam
Kcsepakaton Kerja Bcrsama (KKB)" ini Ielah selesai di susun. Pcnulis menyadari
bahwa selesainya tcsis ini berkat adanya bantuan merit maupun materil dari
berbagai pihak. Untuk hal ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada,
Bapak Prof..Dr.Bungaran Antonius Simanjutak sebagai pembimbing I dan Bapak
Prof.Dr.Usmon Pelly.M.A sebagai pembimbing ll yang tak henti-hentinya
memberikan pengarahan dan bimbingan.
Selanjutnya penulis juga menyampaikan terima kasih kepada tekong dan
nclayan pekerja, kepada.-Sapak ldris Hasan Basri, Bapak Buyung Munthe, Bapak
Muhammad Syaril !bra, Bapak Muhammad ldrus Nasution, Bapak Ismail
Dagang, Bapak Asnawi, Bapak Az.h.ar Ong. Pengurus HNSI dan Bapak Tanjung
Pengurus WNNS Medan serta para perkerja yang telah banyak membantu penulis
dalam mengumpulkan data.
Ternan-ternan di prodi Antropologi Sosial Program PascasaJjana Unimcd
yang telah banyak mernberikan masukan pada drafawal tesis ini.
Akhimya penulis tidak lupa menyampaikan terima kasih kepada Ompu
Giovanni, istri serta ananda tm:inta yang selalu mendoakan dan terus-menerus
memberikan semangat dan dorongan sehlngga tesis ini dapat diselesaikan.
'
Medan,
Agustus 2008
Nelson Tarigan
iii
AIJSTRAK
Tarig:m Nelson, Hubungan Tauke Dengao Nelayao Dalam Kesepakata o Kerja
Beru ma ( KKB ), Program Pascasarj ana, Universitas Negeri Medan, Juli 2008.
Penetitian ini benujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan Tauke dengan
nelayan dalam. Kesepakatan Kerj a Bersama (KKB) yang di bangun dengan dasar
saling percaya. Kesepakatan kerja bersama dalam hubungan palron-client dengan
bingkoi
kcuas~1
alas dasar hukum kcpemilikun yang cenderung cksploitutif,
mengejar berbagai keuntungan dengan memandang buruh sebagai sarana produksi
dan mengabaikan tenaga kelja manusia sebagai objek kepedulian.. merupakan bentuk
dominasi tauke atas sikap ketergantungon nelayan. Penelitian ini dilalrukan pada
kalangan nelayan buruh di kawasan Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan (PPSB)
Gabion Belawan. Mctode yang dilakulkon untuk mendapatkan data adalah observasi,
wawancara serta tcrlibat langsung dalam proses produksi, aktivitas bongkar muat,
pcnimbangan/lelang hingga pcmoagian hasil dan direkam dalam gambar foto sebagai
dokUDlentasi. Hasil di lapangan menunjukkan bahwa membangun hubungan kelja
dilakukan olch taukc dcngan tekong tanpa melibatkan nelayan buruh, sehingga butirbutir kesepakatan yang ditentukan dalam KKB dianggap keputusan sepihalc akibatnya
nelayan buruh dalam pckerjaannya mcngalami berbagai tekanan. Dalarn alctifitas
produksi, nelayan dirugikan dengan perhitungan basil timbang serta harga jualllelang
yang ditentukan oleh tauke dibawah harga pasar. Pemberlakuan sistem bagi basil
tidak memberikan upah yang layak, nelayan semak.in teljebak dalam sikap
ketcrgantungan, akibatnya tauke semak.in leluasa bertindak. Menyikapi kondisi
pekerjaan yang kurang kondusif, maka pendekatan persuasif dalarn mengajukan
tuntutan pcrobahan yang ditawarkan olch nelayan perlu mendapat perhatian dari
berbagai pihak demi tercapainya peningkatan produktivitas serta kepuasan kelja
dalam hubungan yang sating menguntungkan. Secara falctual dapat disimpulkan
bahwa kesepakatan kerja bersama yang dibangun tidak memberikan jarninan hak
nelayan dan kewajiban tauke dan secara konseptual dapat dikatakan bahwa
mengaburkan isi dari kescpakatan kerja bcrsama lebih cenderung eksploitatip.lJntuk
itu disarankan didahup me~gun
perlu dilibatkan nelayan pekerja..
hubungan kerja seb!liai kesepakatan berw:na
ABSTRACf
Tarigan Nelson, A Relationship Between Employeer and Fisherma n in a Mutual
Work Agreement, Postgraduate Program, State University of Medan, July 2008.
This research aims to study what a relationship between employer and
.fishcrmans in a work condition in accordance with a Mutlllll Work Agreement made
on trust. What the efTons of fisherman to have a good fate in dependency si!IUition. A
Patron Client relation in mutual work agreement in a frame of authority based on
ownership law is more cxsploitative in order to get more profit by assume the labour
as production facilitie.s and neglet the human labour as considerable objecL This
rescan:h was conducted to the fisherman labour/workers in fishery harbor of Belawan
(PPSB) Gabion Belawan. The method applied in data collecting are observation,
interview and direct involvement in the production process, loading/unloading
,weighing /auction up to the profit
sharing that recorded in
photograph as
documentation. The results in the field show that the labour fisherman in their work
have any pressure from the employer. A work relationship is conducted by employer
without the involvement of the fisherman. So the agreement point in mutual work
agreement is assumed as a decision of one side . In the production activity, the
fisherman has losses by the calculation of weighing and the selling/auction price
determined by the employer less than the market price. The application of profit
sharing system did not provide the fisherman with the sufficient wage so the
fisherman still in depedancy position and the employer take action independently.
For the uncondusive work condition, the persiUISive approach in claim the change
suggested by fisherman on the organisation support must be considered by any side
for increasing of productivity and work satisfaction in mutual relationship. In fact, the
mutual work agreement did not provide the protection on fishermans right and
liabi lity of employer and the mutual work agreement is confused in exploitative
condition. Therefore it is suggested that fisherman must be involved in arrangement
of the mulual work agreement
II
•
OAIAFT AR GAM BAR ................................................................................................. vil
DAFTAR TABEL ......................................................................................................viii
I>AFTAR LAMPIRAN ................................................................................................i.t
BAB I PENDAHULUAN .... ..... ....... ... .............. ..... ... .............. ...... ......... !
1.1. Latar Belakang Masalah ... . ...... .......... ....................... ................ I
1.2. Rurnusan Masalah ...... ............. , ....... ... ...................... ... .. ..........5
1.3. Tujuan Penelitian ........... ...... .............. ... ........................... .......6
1.4. Manfaat Pcnelitian ............... ....................................... ...... ......6
1.5. Alasan Mernilih Judul .......... ..... ........... ............ ..... ....... , ............7
1.6. Metode dan Teknik Pengwnpulan Data ................................ ...........9
1.7. Analisis Data .............. .................... ................................ ..... 10
1.8 Kerangka Berpikir .................... .............................................. 11
BAB II KEtERGANTUNGAN,DO MINASI DAN HUBUNGAN SOSIAL.. ....17
2. 1. Sikap Ketergantungan ... .. ...... .......... ........ ..... .. , ....................... 17
2.2. Dominasi .................. ... ............•.................... ....... , .............. 21
2.3. Hubungan Sosi·al Kerja .... ...... ..... ............... .............................24
2.4. Hubungan Sosial Ekonomi .......................................................30
IV
BAH Ill KOMPONEN SISTEM PRODUKSI, PEKERJA OPERASIONAL
KAPAL DAN KESEPAKATAN KERJA BERSAMA..........................36
3. 1. Kompnen Dalam Sisitem P'roduksi ...... .. .... ...... , ....... .. , . ... ..... ....... 36
3. 1.a. Tauke ...... ............. ........ ........ .. ... ... .. ............. .............. ....... 36
'f>,...
'1.
3. 1.b. Tekong!Nakhoda . ........... ; .... ... .. ........ ... .... ..... ...... .......... ....... 37
3. \.c. Nelayan Pekerja ........ ~ .......... ....... ... ..... . .. .. ........ . .. ...... ....... 38
•
3.2.A.7. Tukang Masak........ ......... ........ . ..................... ..... ..................44
"'
3.2.A.8. Pengurus ... ........................... .............. .... ........................ 44
32.8. Tugas Bersama Perkelja Kapal ... ....... ........ ..... ....... ........ ...........44
DAB IV . AKTJVITAS PRODUKSI, PENDAPATAN I HASIL DAN HARAPAN
NELAYAN ..... ........... ............................. .. ........................... 52
4.3. Pulang Mel aut .... ..... ............ .. .. ........ ..... ....... . , . ... .............................60
4.4. Bidya Perbelanjaan Melaut ..................... ............................. ........ 61
v
4.5. Pendapatan Nclayan Dalam Sistem Bagi HasiL .................... .. ..............62
4.6. Penentuan Harga Lelang................ .. ..... ............... ........... .... .............64
4.7. Perhitungan Pcmbagian MenllfUl Harga Lelang ..................... ........ ..... 65
4.8. Pcmbagian Khusus Dian tara Nclayan .. .... .............. .......... .. . ........ ....69
4.9. Keberatan Nelayan Pekerja ... ........ ................ ....... ... ...... .. .. .. .......... 71
4. 10. Tawaran Nelayan Pekerja Dalam Sistem Bagi Hasil. .......................... 74
4.11. Pendapatan Nelayan Versi Tawaran........................... ............. ... 78
4.11.a. Tckong (Nakhoda) ......... : ........... ................... , ..... ...... ............80
4.11.b. Pcjabal Kapal ... .. ........... ..... ... ..... .. .................. .... ...................80
4.11.c. Nelayan Anggota Pekerja............ ...... ......................... .... .........81
4.12. Harapan Ne1ayan .. .... ......................................... .....................81
4.13 .. PcranWl Organisasi Nelayan ................................ ..... .. ............. ..84
4.14 .. Pengusaha Produksi Perikanan Laut. .. ...... ............ ......... ... ............86
4.15 .. Tekong (Nakhoda) ........ ..................... .......... ....................... ...88
BAB V. S lMPULAN DAN SARAN ...... .......... .. ...................... .. .............. 90
5. 1. Simpulan .... ... ........... ... .......... .......................... ..................... 90
5.l.A. Simpulan Faktual ........ ................... ...................... ... ........ ... 90
S.l.B. Simpulan Konseptual ..... . .............. ... ... .... ........................ ...... 91
5.2. Saran.. ... .. ..... .......... ... ..... ... ... .. .. ..... ........ ...... .... .... ................ 91
DAFfAR PUSTAKA
vi
·.
DAFTAR GAMBAR
I. Ga.mbar Skema dominasi tauke dalam hubungan kerja sama.... ..... .. .. .. .. .. ......... 14
vii
BAD I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Nclayan dan kehidupannya dalam sorotan berbagai media di gambarkan
hidup di bawah garis kcmiskinan. Taraf hidup di bawah garis kemiskinan
scbagai masalah nasional, telah diupayakan usaha-usaha penanggulangannya
secara bertahap dan berkesinambungan. Pemerintah telah menyalurkan berbagai
jenis bantuan, khususnya bantuan berupa dana usaha dan pemberian kapal
dengan harapan dapat meningkatkan taraf hidup nelayan kearah yang lebih baik.
1
Di satu sisi diharapkan pada sumber daya perikanan dan kelautan yang luas dan
kaya serta mampu menghasilkan potensi ekonomi yang besar. Tetapi di sisi lain
potensi ekonomi sumbcr kelautan belum juga dapat meningkatkan ekonomi
para pelakunya.
Oalam pcngamatan yang ada bahwa masyarakat nelayan dirasa sangat
!
1
lamban mengalami pcrgeseran pola hidup, karena kebanyakan dari mereka
mclakukan usaha menghidupi keluarganya dengan berkerja sebagai buruh
perkerja pada pengusaha ka_pal ikan yang dikelola oleh kalangan etnis cina yang
biasa dipanggi l oleh para nelayan dengan sebutan tauke. Nelayan buruh yang
dimaksud, adalah nelayan yang menjadi tenaga pekerja pada perusahaan
discktor pcnangkapan ikan dengan bennodalkan tenaga (jasa). KhUsusnya para
nelayan pckerjalburuh pada usaha disektor perikanan ini, terdiri dari berbagai
kalangan etnis seperti : Batak, Aceh, dan Melayu sebagai mayoritas.
I
Nelayan buruh dikawasan pergudangan Gabion Belawan sampai sat ini
masib tetap mcnekuni bidang pekerjaan ini dengan hanya bennodalkan kcahlian
dan kcterampilan hingga ada keluarga yang berprofesi turun menurun .
Tampaknya sulit bagi nelayan pekerjalburub untuk berpaling dari pola keJja
yang telah digcluti selama ini, walaupun mcreka sungguh merasakan dan
mcngalami berbagai macam intervensi dan ketidak adilan dari perlakuan para
peogusaha (taukc).
Praktek dari perlakuan yang dirasakan tidak mencenninkan bubungan
timbal balik (kepedulian) yang bai.k dalam bentuk hubungan sosial keJja
maupun hubungan sosial ekonomi sudah lama mercka alami. Bagaimana
bubungan keJja yang teJjalin dalam usaha ini, tampaknya kurang mendapat
perhatian dari berbagai pibak. yang berkompeten dan terus beJjalan tanpa ada
gejolak Hubungan kerja yang terus berlangsung seperti saat ini, sangat tidak
memungkinkan bagl nelayan pekelja untuk mcngalami perubaban nasib mereka
. Tauke sebagai pemilik modal, kapal dan teknologi serta nelayan sebagai
burub yang memiliki tenagalkeahlian pada dasarnya adalah merupakan satu
komponen kesatuan yang utuh dalam membaogun keJjasama di sektor industri
perikanan. Operasional produksi perikanan !aut sepenuhnya dijalankan oleh
nelayan sebagai buruh/pekeJja. Oleh Jweoa itu ketergantungan tauke terhadap
nelayan sangat kuat dimana basil usaha sangat ditentukan produkt.ifitas pekeJja.
Saling ketcrgantungan alas dasar beda kepentingan dalam menjalankan usaha
disektor produksi perikanan perlu mendapat perhatian dari pihak yang tcrkait
,agar hubungan yang dibina dapat dipertahankan seeara berimbang. Dalarn
2
hubungan sosial kerja, para nelayan tampaknya menerima peraturan-peraturan
yang mutlak ditentukan dan diberlakukan oleh tauke walaupun sifalnya
rnenekan (sepihak). Pemberlakuan aturan dilakukan tanpa adanya bukti
persetujuan dalam Kesepakatan Kerja Bersarna (KKB) secara tertulis antara
pihak yang terlibat. Hasil survey awal memberikan gambaran bahwa dalam
hubungan sosial ekonomi, tauke memberlakukan pengupahan dengan sistc:m
bagi basil yang dianggap kurang sesuai dan jauh lebih menguntungkan pihak
tauke. Besamya pembagian dalam sistem bagi hasil, jenis ikan dan harga jual
(lelang) mullak ditentukan oleh tauke. Para nelayan tidak diperkenankan
menjual basil (bagiannya) kepada orang lain (luar), tetapi harus kepada tauke
.Aktivitas bongkar muat kapal serta transaksi jual bell juga dilakukan di gudang
dan berlangsung dibawah pengawasan pihak taukelpengurus gudang.
. Bentuk hubungan kerja sama yang ditetapkan atas dasar kesepakatan dan
saling pereaya membuka peluang adanya ketimpangan dalam hak dan
kewajiban di antara kedua belah pihak (tauke dan nelayan). Para nelayan
merasakan adanya penekanan dari pemberlakuan aturan-aturan yang sifalnya
sepihak, sementara mereka adalah "pelaku utarna disektor penangkapan ikan.
Sebagai pelaku utama disektor penan.gkapan ikan tentunya perlu menjadi bahan
pertimbangan bagi pengusaha. Pedakuan sepihak yang dianggap memberatkan
dan rnengurangi gairah/produktivitas kerja berdampak langsung terhadap basil
usaha yang akhimya akan menimbulkan kerugian . Pemberian dana awal
opcrasional kapal selama melaut yang besamya sangat tidak mencukupi
kebutuhan nelayan serta
pendapatan berdasarkan slstem bagi basil dengan
3
jumlah
perbandingan
yang
tidal<
seimbang,
terpaksa
diterima
demi
kelangsungan pekeljaan mereka.
Peranan mutlak tauke dalwn hubungan kelja sama dengan nelayan
merupakan
akibat dari
kuatnya
sikap
ketergantungan
nelayan
yang .
mengandalkan tauke sebagai jalan keluar ketika menghadapi masalah-masalah
sulit. Kesulitan dillwn ekonomi rumah tangga dapat diatasi untuk semeotara
waktu dcngan cara pinjaman yang d iterima dari tempat kelja. Pinjwnan sebagai
upaya menanggulangi kesulitan ekonomi nunah tangga adalah jalan pintas yang
acap kal i di lakukan karena proses penerimaan uang yang begitu cepat tanpa
bunga dan hanya dengan jwninan potong upah.
Dalwn kondisi yang demikian, sebenarnya nelayan sudah terjebak pada
jalan untuk melanggengkan dominas! tauke. Semakin kuat ketergantungan,
maka
semakin
melemahkan
posisi
nelayan.
Situasi
yang
demikian
memungkinkan dominasi tauke sebagai pemodal/pemilik usaha- dapat terus
bertahan bahkan semakin berpeluang untuk menciptakan sikap ketergantungan
llldup yang tinggi bagi nelayan terhadap tauke. Mengingat sarnpai saat ini
hubun81Ul kerja sarna kedua belah pibak tetap beljalan maka, nelayan
dihadapkan pada kondisi yang dilematis. Disatu sisi adanya kein~
untuk
melakukan upaya perubahan nasib, nwnun disisi lain merasa sulit menghindar
dari sikap ketergantungan serta sulitnya mendapat pekerjaan lain
Pengusaha selalu memanfaatkan sitUllSi yang berorientasi pa4a akumulasi
keuntungan. Menjalan:kan fungsi, peran serta kepentingan berbeda dalarn
hubungan kelja berpotensi menimbulkan ketimpangan .JI(arnun akibat hubungan
4
kerja sama yang tidak scimbang, dapat menimbulkan kelicikan-kelicikan
sebagai berituk perlawanan. Bagaimana bentuk perlawanan yang diupayakan
serta rencana apa yang akan diperjuangkan, inilah yang akan ditelusuri untuk
mendapatkan jawaban dibalik sikap pasrah nelayan buruh menghadapi dominasi
pihak tauke
1.2. Rumusan Masalab
Kesepakatan kerja bersama antara tauke dan nelayan dengan kekuasaan
yang tidak seimbang menempatkan tauke dalam posisi dorninan. Tauke sebagai
pemodal sekaligus pemilik usaha sangat menentukan dalam hubungan sosial
kerja dan hubungan sosial ekonomi. Kesepakatan kerja bersama yang dianggap
kurang sesuai dan sifatnya sepihak merupakan suatu masalah yang perlu segera
f
mendapat perhatian dan penanganan yang serius. Nelayan sebagai pekeija
menyadari akan adanya berbagai tekanan dalam hubungan tersebut, namun
tidak dapat berbuat dan tetap mcnggeluti pckerjaannya walaupun dengan upah
yang tidak mencukupi (kecil). Sikap enggan para nelayan untuk berpaling dari
pekerjaannya sebagai buruh dan ·bertahan dalam kondisi yang ada atau
ketidaksiapan beralih profesi di bidang pekeijaan lain menimbulkan berbagai
macam pcnafsiran.
Berdasarkan kondisi pekerjaan sebagai buruh kapal pada usaha produksi
perikanan !aut , maka masalah yang akan ditindaklanjuti dalam penelitian ini
dapat dinunuskan sebagai berikut:
5
I. Bagaimana tauke mendominasi nelayan dalam hubungan kerja sarna
(hubungan sosial kerja dan ekonomi)
2. Oagaimana upaya dan rencana nelayan dalam memperjuangkan
hidupnya di atas tekanan (dominasi), tauke dalam pel