Anatomi Fisiologi Embriologi appendiks

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 7:46:54 2017 / +0000 GMT

Anatomi Fisiologi Embriologi appendiks
LINK DOWNLOAD
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Appendiks (Umbai cacing) mulai dari caecum (Usus Buntu) dan lumen appendiks ini bermuara ke dalam caecum dinding appendiks
mengandung banyak folikel getah bening biasanya appendiks terletak pada iliaca kanan di belakang caecum ( Henderson ; 1992).
Appendiks dapat mengalami keradangan pembentukan mukokel, tempat parasit, tumor benigna atau maligna dapat mengalami
trauma, pembentukan pistula interna atau eksterna, kelainan kongenital korpus ileum dan kelaina yang lain. Khusus untuk appendiks
terdapat cara prevensi yang hanya mengurangi morbilitas dan mortalitas sebelum menjadi perforasi atau gangren (FKUA ; 1989 )
Tindakan pengobatan terhadap appendiks dapat dilakukan dengan cara operasi (pembedahan ). Pada operasi appendiks dikeluarkan
dengan cara appendiktomy yang merupakan suatu tindakan pembedahan membuang appendiks ( Puruhito ; 1993).
Adapun permasalahan yang mungkin timbul setelah dilakukan tindakan pembedahan antara lain : nyeri, keterbatasan aktivitas,
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, kecemasan potensial terjadinya infeksi (Ingnatavicus; 1991).
Dengan demikian peranan perawat dalam mengatasi dan menanggulangi hal tersebut sangatlah penting dan dibutuhkan terutama
perawatan yang mencakup empat aspek diantaranya : promotif yaitu memberikan penyuluhan tentang menjaga kesehatan dirinya
dan menjaga kebersihan diri serta lingkungannya.
Upaya kuratif yaitu memberikan perawatan luka operasi secara aseptik untuk mencegah terjadinya infeksi dan mengadakan

kaloborasi dengan profesi lain secara mandiri. Upaya rehabilitatif yaitu memberikan pengetahuan atau penyuluhan kepada penderita
dan keluarganya mengenai pentingnya mengkonsumsi makanan yang bernilai gizi tinggi kalori dan tinggi protein guna mempercepat
proses penyembuhan penyakitnya serta perawatan dirumah setelah penderita pulang.
1.2 Batasan dan Perumusan Masalah
Pada penyusunan karya tulis ini penulis hanya melakukan asuhan keperawatan pada suatu klien dengan kasus apendiks akut
khususnya post operasi appendiktomy di ruang bedah G RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
Dari permasalahan yang ada penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
Bagaimana gambaran asuhan keperawatan pada klien appendiks akut khususnya post operasi appendiktomy.
1.3 Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Diperoleh pengalaman nyata dalam menerapkan Asuhan keperawatan klien post appendiktomy secara komprehensif melalui
pendekatan proses keperawatan.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian secara langsung pada klien post appendiktomy.
b. Dapat merumuskan masalah dan membuat diagnosa keperawatan pada klien post appendiktomy.
c. Dapat membuat perencanaan pada klien post appendiktomy.
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien post appendiktomy.
e. Mampu mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan pada klien post appendiktomy.
1.4 Manfaat
1. Asuhan keperawatan akan memberikan wawasan yang luas mengenai masalah keperawatan pada klien post appendiktomy.

2. Asuhan keperawatan akan memberi wawasan kepada perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang benar tentang
masalah klien post appendiktomy
1.5 Sistematika
Untuk memberi gambaran pada pembaca mengenai keseluruhan isi maka penulis menyusun proposal ini dengan sistematika
penulisan sebagai berikut yaitu :
Bab I : Pendahuluan, terdiri dari latar belakang, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan, dan sistematika penulisan.
Bab II : Tinjauan pustaka, terdiri dari definisi, anatomi, patofisiologi, dampak masalah dan asuhan keperawatan.
Bab III : Tinjauan kasus merupakan uraian yang menampilkan asuhan keperawatan terhadap penderita secara nyata yang
sistematikanya disusun sesuai bab II
Bab IV : Mengupas kesenjangan antara teori dan fakta yang ada untuk mencari jawaban atas tujuan penulisan
Bab V : Penutup mengutarakan kesimpulan dari uraian, pembahasan, jawaban terhadap tujuan penulisan dan beberapa penyampaian

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 1/6 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 7:46:54 2017 / +0000 GMT

saran, ada dua sub bab kesimpulan dan saran yaitu kesimpulan dan saran dari bagian akhir penulisan ini dicantumkan daftar pustaka

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Dalam pengertian ini ada beberapa pendapat anara lain :
Appendiks akut adalah peradangan dari appendiks vermiformis yang merupakan penyebab umum dari akut abdomen (Junaidi, dkk,
1982). Appendisitis adalah peradangan dari suatu appendiks.
Appendisitis akut adalah keadaan yang disebabkan oleh peradangan yang mendadak pada suatu appendiks ( Baratajaya, 1990).
2.2. Anatomi Fisiologi
Embriologi appendiks berhubungan dengan caecum, tumbuh dari ujung inferiornya. Tonjolan appendiks pada neonatus berbentuk
kerucut yang menonjol pada apek caecum sepanjang 4,5 cm. Pada orang dewasa panjang appendiks rata-rata 9 ? 10 cm, terletak
posteromedial caecum kira-kira 3 cm inferior valvula ileosekalis. Posisi appendiks bisa retrosekal, retroileal,subileal atau dipelvis,
memberikan gambaran klinis yang tidak sama. Persarafan para simpatis berasal dari cabang nervus vagus yang mengikuti arteri
mesenterika superior dari arteri appendikkularis, sedangkan persarafan simpatis berasal dari nervus torakalis x, karena itu nyeri
viseral pada appendiks bermula sekitar umbilikus. Perdarahan pada appendiks berasal dari arteri appendikularis yang merupakan
artei tanpa kolateral. Jika arteri ini tersumbat, misalnya trombosis pada infeksi maka appendiks akan mengalami gangren.
Gambar 1. Anatomi Appendiks
Sumber : R. Samsu, 1997
Appendiks menghasilkan lendir 1 ? 2 ml perhari yang bersifat basa mengandung amilase, erepsin dan musin. Lendir itu secara
normal dicurahkan ke dalam bumen dan selanjutnya mengalir ke caecum. Hambatan aliran lendir di muara appendiks berperan pada
patofisiologi appendiks.

Imunoglobulin sekretor yang dihasilkan oleh GALT (Gut Associated Lymphoid Tissue) yang terdapat disepanjang saluran cerna
termasuk appendiks, ialah Ig A. Imunglobulin itu sangat efektif sebagai perlindungan terhadap infeksi tapi pengangkatan appendiks
tidak mempengaruhi sistem Imunoglobulin tubuh sebab jaringan limfe kecil sekali jika dibandingkan dengan jumlah disaluran cerna
dan seluruh tubuh.
( R.Syamsu ; 1997)
2.3. Patofisiologi
Penyebab utama appendisitis adalah obstruksi penyumbatan yang dapat disebabkan oleh hiperplasia dari folikel limfoid merupakan
penyebab terbanyak,adanya fekalit dalam lumen appendiks. Adanya benda asing seperti cacing, stiktura karena fibrosis akibat
peradangan sebelumnya, sebab lain misalnya keganasan (karsinoma karsinoid).
Obsrtuksi apendiks itu menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa terbendung, makin lama mukus yang terbendung makin
banyak dan menekan dinding appendiks oedem serta merangsang tunika serosa dan peritonium viseral. Oleh karena itu persarafan
appendiks sama dengan usus yaitu torakal X maka rangsangan itu dirasakan sebagai rasa sakit disekitar umblikus.
Mukus yang terkumpul itu lalu terinfeksi oleh bakteri menjadi nanah, kemudian timbul gangguan aliran vena, sedangkan arteri
belum terganggu, peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritomium parietal setempat, sehingga menimbulkan rasa sakit
dikanan bawah, keadaan ini disebut dengan appendisitis supuratif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu maka timbul alergen dan ini disebut dengan appendisitis gangrenosa. Bila dinding apendiks
yang telah akut itu pecah, dinamakan appendisitis perforasi. Bila omentum usus yang berdekatan dapat mengelilingi apendiks yang
meradang atau perforasi akan timbul suatu masa lokal, keadaan ini disebut sebagai appendisitis abses. Pada anak ? anak karena
omentum masih pendek dan tipis, apendiks yang relatif lebih panjang , dinding apendiks yang lebih tipis dan daya tahan tubuh yang
masih kurang, demikian juga pada orang tua karena telah ada gangguan pembuluh darah, maka perforasi terjadi lebih cepat. Bila

appendisitis infiltrat ini menyembuh dan kemudian gejalanya hilang timbul dikemudian hari maka terjadi appendisitis kronis
(Junaidi ; 1982).
2.4. Dampak Masalah
2.4.1. Individu dalam hal ini terjadi gangguan dari berbagai pola fungsi kesehatan antara lain
a. Pola nutrisi dan metabolisme
Klien biasanya akan mengalami gangguan pemenuhan nutrisi akibat pembatasan pemasukan makanan atau minuman sampai
peristaltik usus kembali normal.
b. Pola aktifitas dan latihan
Aktifitas klien biasanya terjadi pembatasan aktifitas akibat rasa nyeri pada luka operasi sehinnga keperluan klien harus dibantu.

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 2/6 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 7:46:54 2017 / +0000 GMT

c. Pola tidur dan istirahat.
Klien akan mengalami gangguan kenyamanan dan pola tidur karena rasa sakit (nyeri) akibat tindakan pembedahan.
d. Pola Eliminasi

Pada pola eliminasi urine akibat penurunan daya konstraksi kandung kemih, rasa nyeri atau karena tidak biasa BAK ditempat tidur
akan mempengaruhi pola eliminasi urine . Pola eliminasi alvi akan mengalami gangguan yang sifatnya sementara karena pengaruh
anastesi sehingga terjadi penurunan fungsi.
e. Pola Persepsi dan konsep diri
Penderita menjadi ketergantungan dengan adanya kebiasaan gerak segala kebutuhan harus dibantu. Klien mengalami kecemasan
tentang keadaan dirinya sehingga penderita mengalami emosi yang tidak stabil.
f. Pola Reproduksi seksual
Adanya larangan untuk berhubungan seksual setelah pembedahan selama beberapa waktu.
g. Pola terhadap keluarga
Perawatan dan pengobatan memerlukan biaya yang banyak harus ditanggung oleh keluarganya juga perasaan cemas keluarga
terhadap keadaan klien.
2.5 Asuhan Keperawatan
Dengan memberikan asuhan keperawatan perawat menggunakan pendekatan proses keperawatan dengan melalui beberapa tahap
yaitu :
2.5.1 Pengkajian
a. Pengumpulan data
1. Anamnesa
a. Identitas
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, tanggal atau jam masuk rumah sakit, nomor register, diagnosa, nama orang tua,
alamat, umur pendidikan, pekerjaan, pekerjaan orang tua, agama dan suku bangsa.

b. Riwayat penyakit sekarang
Klien dengan post appendiktomy mempunyai keluhan utama nyeri yang disebabkan insisi abdomen.
c. Riwayat penyakit dahulu
Meliputi penyakit apa yang pernah diderita oleh klien seperti hipertensi, operasi abdomen yang lalu, apakah klien pernah masuk
rumah sakit, obat-abatan yang pernah digunakan apakah mempunyai riwayat alergi dan imunisasi apa yang pernah diderita.
d. Riwayat penyakit keluarga
Adalah keluarga yang pernah menderita penyakit diabetes mellitus, hipertensi, gangguan jiwa atau penyakit kronis lainnya uapaya
yang dilakukan dan bagaimana genogramnya .
e. Pola Fungsi Kesehatan
1. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Adakah kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan, alkohol dan kebiasaan olah raga (lama frekwensinya), bagaimana status
ekonomi keluarga kebiasaan merokok dalam mempengaruhi lamanya penyembuhan luka.
2. Pola Tidur dan Istirahat
Insisi pembedahan dapat menimbulkan nyeri yang sangat sehingga dapat mengganggu kenyamanan pola tidur klien.
3. Pola aktifitas
Aktifitas dipengaruhioleh keadaan dan malas bergerak karena rasa nyeri luka operasi, aktifitas biasanya terbatas karena harus bedrest
berapa waktu lamanya setelah pembedahan.
4. Pola hubungan dan peran
Dengan keterbatasan gerak kemungkinan penderita tidak bisa melakukan peran baik dalam keluarganya dan dalam masyarakat.
penderita mengalami emosi yang tidak stabil.

5. Pola sensorik dan kognitif
Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri, penglihatan, pearaan serta pendengaran, kemampuan berfikir, mengingat masa lalu, orientasi
terhadap orang tua, waktu dan tempat.
6. Pola penanggulangan stress
Kebiasaan klien yang digunakan dalam mengatasi masalah.
7. Pola tata nilai dan kepercayaan
Bagaimana keyakinan klien pada agamanya dan bagaimana cara klien mendekatkan diri dengan tuhan selama sakit.

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 3/6 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 7:46:54 2017 / +0000 GMT

2.5.2 Pemeriksaan
a. Pemeriksaan Fisik
1. Status Kesehatan umum
Kesadaran biasanya kompos mentis, ekspresi wajah menahan sakit tanpa sakit ada tidaknya kelemahan.
2. Integumen

Ada tidaknya oedem, sianosis, pucat, pemerahan luka pembedahan pada abdomen sebelah kanan bawah .
3. Kepala dan Leher
Ekspresi wajah kesakitan pada konjungtiva lihat apakah ada warna pucat.
4. Torax dan Paru
Apakah bentuknya simetris, ada tidaknya sumbatan jalan nafas, gerakan cuping hidung maupun alat Bantu nafas frekwensi
pernafasan biasanya normal (16 ? 20 kali permenit). Apakah ada ronchi, whezing, stridor.
5. Abdomen
Pada post operasi biasanya sering terjadi ada tidaknya pristaltik pada usus ditandai dengan distensi abdomen, tidak flatus dan mual,
apakah bisa kencing spontan atau retensi urine, distensi supra pubis, periksa apakah produksi urine cukup, keadaan urine apakah
jernih, keruh atau hematuri jika dipasang kateter periksa apakah mengalir lancar, tidak ada pembuntuan serta terfiksasi dengan baik.
6. Ekstremitas
Apakah ada keterbatasan dalam aktivitas karena adanya nyeri yang hebat, juga apakah ada kelumpuhan atau kekakuan.
b. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium.
a. Darah. Ditemukan leukosit 10.000 ? 18.0000 mn.
b. Urine. Ditemukan sejumlah kecil leukosit dan eritrosit .
2. Pemeriksaan Radiologi.
BOF, Tampak distensi sekum pada appendisitis akut.
c. Analisa data.
Dari urarai diatas pengkajian kemudian data tersebut dikelompokkan menjadi data subyektif dan data obyektif lalu dianalisa

sehingga dapat ditarik kesimpulan masalah yang timbul dan untuk selanjutnya dapat dirumuskan diagnosa keperawatan (lismidar,
1990).
d. Diagnosa Keperawatan.
Tahap akhir dari pengkajian adalah diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan ditetapkan berdasarkan analisa data yang
diperoleh dari pengkajian data. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada penderita post appendiktomy :
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan insisi pembedahan ( Ingnatavicius; 1991).
2. Potensial terjadi infeksi dengan invasi kuman pada luka operasi ( Doenges; 1989 ).
3. Kecemasan sehubungan dengan kurangnya informasi dari team kesehatan akan penyembuhan penyakit ( Ingnatavicius; 1991 ).
2.5.3 Perencanaan
Dari diagnosa keperawatan diatas maka dapat disusun rencana perawatan sesuai dengan prioritas masalah kesehatan, yaitu :
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan insisi pembedahan.
Tujuan :
Nyeri berkurang dalam waktu kurang dari 24 jam.
Kriteria Hasil :
Klien menyatakan nyeri berkurang, tidak takut melakukan mobilisasi, klien dapat istirahat dengan cukup.
Skala nyeri sedang
Rencana Tindakan :
a. Beri penjelasan pada klien tentang sebab dan akibat nyeri.
b. Ajarkan teknik relaksasi dan destraksi.
c. Bantu klien menentukan posisi yang nyaman bagi klien.

d. Rawat luka secara teratur daan aseptik.
Rasional :
a. Penjelasan yang benar membuat klien mengerti sehingga dapat diajak bekerja sama.
b. Dapat mengurangi ketegangan atau mengalihkan perhatian klien agar dapat mengurangi rasa nyeri.
c. Penderita sendiri yamg merasakan posisi yang lebih menyenangkan sehingga mengurangi rasa nyeri.

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 4/6 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 7:46:54 2017 / +0000 GMT

d. Perawatan luka yang teratur dan aseptik dapat menghindari sekecil mungkin invasi kuman pada luka operasi.
e. Analgesik dapat mengurangi rasa nyeri.
2. Potensial terjadi infeksi sehubungan dengan invasi kuman pada luka operasi.
Tujuan :
Infeksi pada luka operasi tidak terjadi.
Kriteria hasil :
Tidak ada tanda ? tanda infeksi (rubor, dolor ) luka bersih dan kering.
Rencana tindakan :
a. Beri penjelasan pada klien tentang pentingnya perawatan luka dan tanda - tanda atau gejala infeksi.
b. Rawat luka secara teratur dan aseptik.
c. Jaga luka agar tetap bersih dan kering.
d. Jaga kebersihan klien dan lingkungannya.
e. Observasi tanda ? tanda vital.
f. Kolaborasi dengan dokter untuk antibiotik yang sesuai.
Rasional :
a. Penderita akan mengerti pentingnya perawatan luka dan segera melapor bila ada tanda ? tanda infeksi.
b. Perawatan luka yang teratur dan aseptik dapat menghindari sekecil mungkin invasi kuman pada luka operasi.
c. Media yang lembab dan basah merupakan media yang baik untuk pertumbuhan kuman.
d. Mengetahui sedini mungkin tanda ? tanda infeksi pada luka operasi.
e. Mengetahui sedini mungkin tanda ? tanda infeksi secepatnya mengatasi .
3. Kecemasan sehubungan dengan kurangnya informasi dari Antibiotik menghambat proses infeksi dalam tubuh.
Tujuan :
Rasa cemas berkurang.
Kriteria hasil :
Klien dapat mengekspresikan kecemasan secara konstruktif, klien dapat tidur dengan tenang dan berkomunikasi dengan teman
sekamarnya.
Rencana Tindakan :
a. Jelaskan keadaan proses penyebab dan penyakitnya
b. Jelaskan pengaruh psikologis terhadap fisiknya (Penyembuhan penyakit).
c. Jelaskan tindakan perawatan yang akan diberikan.
Rasional :
a. Dengan penjelasan diharapkan klien dapat mengerti sehingga klien menerima dan beradaptasi dengan baik.
b. Pengertian dan pemahamannya yang benar membantu klien berfikir secara konstruktif.
c. Dengan penjelasan benar akan menambah keyakinan atau kepercayaan diri klien. (FK UI; 1990)
2.5.4 Pelaksanaan
Merupakan realisasi dan rencana tindakan keperawatan yang telah diberikan pada klien.
2.5.5 Evaluasi
Merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan.
Tujuan evaluasi adalah : Untuk menilai apakah tujuan dalam keperawatan tercapai atau tidak untuk melakukan pengkajian ulang.
Untuk menilai apakah tujuan tercapai sebagian, seluruhnya atau tidak tercapai dapat dibuktikan dari prilaku penderita.
Dalam hal ini juga sebagai langkah koreksi terhadap rencana keperawatan semula. Untuk mencapai rencana keperawatan berikutnya
yang lebih relevan.
DAFTAR PUSTAKA
Baratajaya, Medikal Bedah, EGC, Jakarta, 1990
Dona P. Ignatavicus, Medical surgical Nursing A Nursing Aproach , edisi I; 1991.
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Digestive Surgency, Surabaya.
Lismidar, Proses keperawatan FKUI; 1990.
Marlyn E. Doenges, Nursing care Plans, F. A. Davis Company, Philadelphia; 1989.
M.A. Henderson, Ilmu Bedah Untuk Perawat, Penerbit Yayasan essentia media, 1989.
Purnama Junaidi, Atiek S. Soemasto, Husna Amels,Kapita selecta kedokteran edisi II Media Aeskulis, FKUI ; 1982.

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 5/6 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 7:46:54 2017 / +0000 GMT

Puruhito Dr, Soetanto Wibowo Dr, Soetomo Basuki Dr, Pedoman Tehnik Operasi ?OPTEK? UNAIR Press; 1993.
Soeparman Sarwono, Waspadji, Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI; 1990.
Win Dejong, R, Syamsuhidayat, Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC; 1997.

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 6/6 |