sk menhut 14 2006 pinjam pakai kawasan hutan

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN
Nomor : P. 14/ Menhut -II/ 2006
TENTANG
PEDOMAN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN

MENTERI KEHUTANAN,

Menimbang:
a.

bahwa berdasarkan Pasal 38 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 t ent ang Kehut anan,
dit ent ukan bahwa penggunaan kawasan hut an unt uk kepent ingan pembangunan di luar
kegiat an kehut anan dilakukan melalui pemberian izin pinj am pakai t anpa mengubah
f ungsi pokok kawasan hut an;

b.

bahwa ket ent uan pinj am pakai kawasan hut an sebagaimana diat ur dalam Keput usan
Ment eri Kehut anan Nomor 55/ Kpt s-II/ 1994 j is. Keput usan Ment eri Kehut anan Nomor
41/ Kpt s-II/ 1996; Nomor 614/ Kpt s-II/ 1997; dan Nomor 720/ Kpt s-II/ 1998 dipandang
sudah t idak sesuai dengan perkembangan pembangunan, dan oleh karena it u perlu

dilakukan perubahan dan penyesuaian;

c.

bahwa sehubungan dengan hal t ersebut di at as, maka dipandang perlu unt uk
menet apkan kembali ket ent uan mengenai pedoman pinj am pakai kawasan hut an,
dengan Perat uran Ment eri Kehut anan.

Mengingat :
1.

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 t ent ang Konservasi Sumber Daya Alam Hayat i dan
Ekosist emnya;

2.

Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 t ent ang Penat aan Ruang;

3.


Undang-undang Nomor 20 Tahun 1997 t ent ang Penerimaan Negara Bukan Paj ak;

4.

Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 t ent ang Pengelolaan Lingkungan Hidup;

5.

Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 t ent ang Kehut anan yang t elah diubah dengan
Undang-undang Nomor 19 Tahun 2004;

6.

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 t ent ang Pemerint ahan Daerah;

7.

Perat uran Pemerint ah Nomor 47 Tahun 1997 t ent ang Rencana Tat a Ruang Wilayah
Nasional;


8.

Perat uran Pemerint ah Nomor 34 Tahun 2002 t ent ang Tat a Hut an dan Penyusunan
Rencana Pengelolaan Hut an, Pemanf aat an dan Penggunaan Kawasan Hut an ;

9.

Perat uran Pemerint ah Nomor 30 Tahun 2003 t ent ang Perusahaan Umum Kehut anan
Negara (Perum Perhut ani);

10. Perat uran Pemerint ah Nomor 44 Tahun 2004 t ent ang Perencanaan Kehut anan;
11. Perat uran Pemerint ah Nomor 45 Tahun 2004 t ent ang Perlindungan Hut an;
12. Keput usan Presiden Nomor 41 Tahun 2004 t ent ang Perizinan At au Perj anj ian di Bidang
Pert ambangan Yang Berada di Kawasan Hut an;
13. Keput usan Presiden Nomor 187/ M Tahun 2004 t ent ang Pembent ukan Kabinet Indonesia
Bersat u;
14. Keput usan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 t ent ang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan
Organisasi dan Tat a Kerj a Kement erian Negara Republik Indonesia;
15. Keput usan Ment eri Kehut anan Nomor 146/ Kpt s-II/ 1999 t ent ang Pedoman Reklamasi
Bekas Tambang Dalam Kawasan Hut an;

16. Keput usan Ment eri Kehut anan Nomor 32/ Kpt s-II/ 2001 t ent ang Krit eria dan St andar
Pengukuhan Kawasan Hut an;
17. Keput usan Ment eri Kehut anan Nomor 70/ Kpt s-II/ 2001 t ent ang Penet apan Kawasan
Hut an, Perubahan St at us dan Fungsi Kawasan Hut an yang t elah diubah dengan
Keput usan Ment eri Kehut anan Nomor SK. 48/ Kpt s-II/ 2004;
18. Keput usan Ment eri Kehut anan Nomor P. 13/ Menhut -II/ 2005 t ent ang Organisasi dan
Tat a Kerj a Depart emen Kehut anan.
M EM U T U SK A N :
Menet apkan: PERATURAN MENTERI KEHUTANAN TENTANG PEDOMAN PINJAM PAKAI KAWASAN
HUTAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Keput usan ini, yang dimaksud dengan :
1.

Pinj am pakai kawasan hut an adalah penggunaan at as sebagian kawasan hut an kepada pihak
lain unt uk kepent ingan pembangunan di luar kegiat an kehut anan t anpa mengubah st at us,
perunt ukan dan f ungsi kawasan t ersebut .


2.

Kompensasi adalah kewaj iban pengguna/ peminj am kawasan hut an unt uk menyediakan dan
menyerahkan lahan bukan kawasan hut an yang direboisasi unt uk dij adikan kawasan hut an
at au sej umlah dana yang dij adikan Penerimaan Negara Bukan Paj ak (PNBP) Depart emen
Kehut anan.

3.

Penggunaan unt uk kepent ingan st rat egis adalah penggunaan kawasan hut an unt uk
kepent ingan religi, pert ahanan keamanan, pert ambangan, pembangunan ket enagalist rikan
dan inst alasi t eknologi energi t erbarukan, pembangunan j aringan t elekomunikasi at au
pembangunan j aringan inst alasi air.

4.

Penggunaan unt uk kepent ingan umum t erbat as adalah penggunaan kawasan hut an unt uk
kepent ingan seluruh lapisan masyarakat yang meliput i ant ara lain j alan umum dan j alan
(rel) keret a api, saluran air bersih dan at au air limbah, pengairan, bak penampungan air,
f asilit as umum, repit er t elekomunikasi, st asiun pemancar radio at au st asiun relay t elevisi.


5.

Clear and clean adalah kondisi calon t anah kompensasi yang t elah j elas st at usnya dan
bebas dari segala hak-hak kepemilikan dan pengelolaan sert a pembebanan hak at as t anah
lainnya.

6.

Ment eri adalah Ment eri Kehut anan.
Pasal 2
Pinj am pakai kawasan hut an dilaksanakan at as dasar perset uj uan Ment eri.
Pasal 3
Pinj am pakai kawasan hut an bert uj uan unt uk :

a.

Membat asi dan mengat ur penggunaan sebagian kawasan hut an unt uk kepent ingan st rat egis
at au kepent ingan umum t erbat as di luar sekt or kehut anan t anpa mengubah st at us, f ungsi
dan perunt ukan kawasan hut an;


b.

Menghindari t erj adinya enclave di dalam kawasan hut an.
BAB II
BENTUK PINJAM PAKAI
Pasal 4

Pinj am pakai kawasan hut an dapat berbent uk pi nj am pakai t anpa kompensasi at au pinj am
pakai dengan kompensasi.
Pasal 5
(1)

Pinj am pakai kawasan hut an hanya dapat dilakukan unt uk penggunaan kawasan hut an
dengan t uj uan st rat egis dan unt uk kepent ingan umum t erbat as.

(2)

(3)


(4)

Penggunaan kawasan hut an dengan t uj uan st rat egis adalah unt uk :

.

Kepent ingan religi;

.

Pert ahanan dan keamanan;

.

Pert ambangan;

.

Pembangunan ket enagalist rikan dan inst alasi t eknologi energi t erbarukan;


.

Pembangunan j aringan t elekomunikasi; at au

.

Pembangunan j aringan inst alasi air.

Penggunaan kawasan hut an unt uk kepent ingan umum t erbat as adalah unt uk :
a.

Jalan umum dan j alan (rel) keret a api;

b.

Saluran air bersih dan at au air limbah;

c.

Pengairan;


d.

Bak penampungan air;

e.

Fasilit as umum;

f.

Repeat er t elekomunikasi;

g.

St asiun pemancar radio; at au

h.

St asiun relay t elevisi.


Pembangunan di luar kegiat an kehut anan yang dapat menunj ang pengelolaan hut an t idak
diperlukan dengan pinj am pakai, akan t et api dapat menj adi bagian perencanaan dan
pengelolaan hut an.

(5)

Pinj am pakai kawasan hut an unt uk pembangunan di luar kegiat an kehut anan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) dilakukan dengan ket ent uan :
a. Pinj am pakai kawasan hut an diberikan secara selekt if hanya unt uk kegiat an-kegiat an
yang t idak mengakibat kan kerusakan serius dan hilangnya f ungsi hut an yang
bersangkut an.
b. Di kawasan hut an lindung dilarang melakukan penambangan dengan pola
pert ambangan t erbuka.

BAB III
OBYEK PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN
Pasal 6
Kawasan hut an yang dapat diberikan izin pinj am pakai kawasan hut an adalah kawasan hut an
produksi dan kawasan hut an lindung.
Pasal 7
Dalam hal kawasan hut an yang dimohon berada di dalam wilayah kerj a Perum Perhut ani at au
t elah dibebani Izin Usaha Pemanf aat an Hasil Hut an Kayu (IUPHHK) pada hut an alam at au Izin
Usaha Pemanf aat an Hasil Hut an Kayu (IUPHHK) pada hut an t anaman, maka :

.

harus mendapat pert imbangan t eknis dari Perum Perhut ani at au pernyat aan t idak
keberat an dari pemegang izin yang bersangkut an.

.

pert imbangan t eknis Perum Perhut ani at au pernyat aan t idak keberat an sebagai mana
dimaksud huruf a dapat diberikan hanya j ika mengakibat kan kehilangan produksi kayu
at au bukan kayu set inggi-t ingginya 10% dari rencana kelest arian pengelolaan hut an dan
disert ai pembebanan kewaj iban kepada pemohon unt uk meningkat kan produkt if it as
hut an pada areal kerj a unit pengelolaan hut an t ersebut .

.

Pengurangan produksi kayu at au bukan kayu sebagaimana but ir b diat ur sebagai
berikut :

1) < 30. 000 hekt ar maksimum 10%.
2) 30. 000 – 50. 000 hekt ar maksimum 6%.
3) 50. 000 – 70. 000 hekt ar maksimum 4%
4) > 70. 000 hekt ar maksimum 3%
BAB IV
TATA CARA PENGAJUAN PERMOHONAN
Pasal 8
(1) Permohonan

pinj am

Pemerint ah/ Direksi

pakai

kawasan

hut an

perusahaan/ Ket ua Koperasi

disampaikan kepada :
a.

Sekret aris Jenderal Depart emen Kehut anan;

b.

Kepala Badan Planologi Kehut anan;

c.

Direkt ur Jenderal Bina Produksi Kehut anan;

diaj ukan

oleh

kepada Ment eri,

pimpinan

Inst ansi

dengan t embusan

d.

Direkt ur Jenderal Perlindungan Hut an dan Konservasi Alam;

e.

Direkt ur Jenderal Rehabilit asi Lahan dan Perhut anan Sosial.

(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilengkapi dengan :
a.

Rencana penggunaan kawasan hut an dan rencana kerj a yang dilampiri dengan pet a
lokasi dan luas kawasan hut an yang dimohon sert a cit ra sat elit t erbaru dengan resolusi
minimal 15 m;

b.

Rekomendasi

Bupat i/ Walikot a

dan

Gubernur

set empat

yang

didasarkan

pada

pert imbangan t eknis dari inst ansi yang membidangi kehut anan.
c.

AMDAL yang t elah disyahkan oleh inst ansi yang berwenang, kecuali unt uk kegiat an yang
t idak waj ib menyusun AMDAL;

d.

Pert imbangan t eknis dari Perum Perhut ani at au pernyat aan t idak keberat an dari
pemegang IUPHHK.

e.

Pernyat aan kesanggupan unt uk memenuhi semua kewaj iban dan menanggung seluruh
biaya sehubungan dengan permohonan t ersebut .
BAB V
TATA CARA PENYELESAIAN PERMOHONAN
Pasal 9

Kepala Badan Planologi Kehut anan mengkoordinasikan eselon I t erkait lingkup Depart emen
Kehut anan unt uk memberikan saran / pert imbangan kepada Ment eri.
Pasal 10
(1)

Dalam rangka pemberian pert imbangan t eknis kepada Ment eri sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9, apabila masih diperlukan kaj ian lebih lanj ut , maka Kepala Badan Planologi
Kehut anan dapat membent uk Tim Pengkaj ian yang unsurnya t erdiri dari unsur unit kerj a
eselon I t erkait dan unsur inst ansi t erkait lainnya.

(2)

Pembent ukan Tim Pengkaj ian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Kepala
Badan Planologi Kehut anan.

(3)

Hasil pengkaj ian dilaporkan oleh Ket ua Tim kepada Kepala Badan Planologi Kehut anan dan
dit eruskan kepada Ment eri unt uk mendapat put usan.

(4)

Biaya yang t imbul sebagai akibat pembent ukan Tim Pengkaj ian dan kegiat annya
dibebankan kepada pemohon, dengan ket ent uan bahwa pembiayaan t ersebut t idak
menj amin permohonan harus dikabulkan.

Pasal 11
(1)

Berdasarkan put usan Ment eri sebagaimana dimaksud pada Pasal 10, Kepala Badan
Planologi

Kehut anan menyiapkan konsep surat

penolakan at au perset uj uan at as

permohonan t ersebut .
(2)

Dalam hal permohonan pinj am pakai kawasan hut an dit olak, Ment eri menerbit kan surat
penolakan at as permohonan t ersebut .

(3)

Dalam hal permohonan pinj am pakai kawasan hut an diset uj ui, Ment eri menerbit kan surat
perset uj uan prinsip pinj am pakai kawasan hut an yang memuat kewaj iban yang harus
dipenuhi oleh pemohon.

(4)

Kewaj iban

sebagaimana

ayat

(3)

dipenuhi

oleh

pemohon

dalam

j angka

wakt u

selambat -lambat nya 2 (dua) t ahun.

BAB VI
KEWAJIBAN PEMOHON
Pasal 12
(1)

Kewaj iban pemohon yang mendapat perset uj uan prinsip pinj am pakai kawasan hut an
t anpa kompensasi, ant ara lain :

a. menanggung biaya

pengukuran, pemet aan, dan pemancangan t anda bat as at as

kawasan hut an yang dipinj am;
b.

menanggung biaya invent arisasi t egakan dan membayar gant i rugi nilai t egakan at as
kawasan hut an yang dipinj am;

c.

membuat pernyat aan kesanggupan di hadapan not aris unt uk melaksanakan reklamasi
dan reboisasi pada kawasan hut an yang sudah t idak dipergunakan t anpa menunggu
selesainya j angka wakt u pinj am pakai kawasan hut an;

d.

membuat pernyat aan kesanggupan di hadapan not aris unt uk menj aga keamanan
kawasan hut an yang dipinj am dan disekit arnya;

e.

membuat

pernyat aan kesanggupan di hadapan not aris unt uk menghindari dan

mencegah t erj adinya kerusakan hut an, erosi, t anah longsor dan kebakaran hut an dalam
pelaksanaan kegiat an di lapangan;

f.

membuat pernyat aan kesanggupan di hadapan not aris unt uk memberikan kemudahan
bagi aparat kehut anan baik pusat maupun daerah sewakt u melakukan monit oring dan
evaluasi di lapangan.

(2) Kewaj iban pemohon yang mendapat perset uj uan prinsip pinj am pakai kawasan hut an
dengan kompensasi lahan, ant ara lain :
a.

menyediakan dan menyerahkan lahan bukan kawasan hut an kepada Depart emen
Kehut anan yang clear and clean sebagai kompensasi at as kawasan hut an yang
digunakan;

b.

membuat pernyat aan kesanggupan di hadapan not aris unt uk melaksanakan dan
menanggung biaya reboisasi at as lahan kompensasi;

c.

menanggung biaya pengukuran, pemet aan dan pemancangan t anda bat as at as kawasan
hut an yang digunakan dan lahan kompensasinya;

d.

menanggung biaya invent arisasi t egakan dan membayar gant i rugi nilai t egakan at as
kawasan hut an yang digunakan;

e.

membuat pernyat aan kesanggupan di hadapan not aris unt uk menj aga keamanan
kawasan hut an yang dipinj am dan di sekit arnya;

f.

membuat

pernyat aan kesanggupan di hadapan not aris unt uk menghindari dan

mencegah t erj adinya kerusakan hut an, erosi, t anah longsor dan kebakaran hut an dalam
pelaksanaan kegiat an di lapangan;
g.

membuat pernyat aan kesanggupan di hadapan not aris unt uk melaksanakan reklamasi
dan reboisasi pada kawasan hut an yang sudah t idak dipergunakan t anpa menunggu
selesainya j angka wakt u pinj am pakai kawasan hut an;

h.

membuat pernyat aan kesanggupan di hadapan not aris unt uk memberikan kemudahan
bagi aparat kehut anan baik pusat maupun daerah sewakt u melakukan monit oring dan
evaluasi di lapangan.

(3)

Dalam hal kawasan hut an yang dimohon merupakan hut an t anaman, maka :
a.

Membayar gant i rugi nilai t egakan dibayarkan kepada pemegang hak at au kepada
pemerint ah unt uk yang t idak dibebani hak.

b.

Membayar Provisi Sumber Daya Hut an (PSDH) dan Dana Reboisasi (DR) dibayarkan
kepada pemerint ah.

c.

Pada areal yang sudah dibebani hak dikenai kewaj iban menggant i Iuran Hak
Pengusahaan Hut an (IHPH)/

Iuran Izin Usaha Pemanf aat an Hasil Hut an

Kayu

(IIUPHHK) yang t elah dibayarkan oleh pemegang hak berdasarkan luas areal yang
digunakan kepada pemegang hak dengan t arif sesuai ket ent uan yang berlaku.
d.

Membayar biaya invest asi secara proporsional sesuai dengan luas areal hut an
t anaman yang dipinj am dan j angka wakt u pinj am pakai.

(4)

Dalam hal kawasan hut an yang dimohon merupakan hut an alam, maka :
a.

Membayar gant i rugi nilai t egakan dibayarkan kepada pemerint ah.

b.

Membayar PSDH dan DR dibayarkan kepada pemerint ah.

c.

Pada areal yang sudah dibebani hak dikenai kewaj iban menggant i IHPH/ IIUPHHK
yang t elah dibayarkan oleh pemegang hak berdasarkan luas areal yang digunakan
kepada pemegang hak dengan t arif sesuai ket ent uan yang berlaku.

d.

Membayar biaya invest asi secara proporsional sesuai dengan luas areal hut an alam
yang dipinj am dan j angka wakt u pinj am pakai.

(5)

Pemanf aat an kayu di kawasan hut an yang digunakan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dan (4) diat ur sesuai dengan ket ent uan yang berlaku.
Pasal 13

(1)

Lahan kompensasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2) harus memenuhi
persyarat an-persyarat an sebagai berikut :
a.

Jelas st at usnya dan bebas dari hak pihak lain at au bebas dari segala j enis
pembebanan;

(2)

b.

Let aknya berbat asan langsung dengan kawasan hut an;

c.

Terlet ak di dalam Sub DAS at au DAS yang sama dan pulau yang sama;

d.

Dapat dihut ankan kembali dengan cara konvensional.

Kegiat an penggunaan kawasan hut an di lapangan baru dapat dilakukan set elah pemohon
memenuhi kewaj iban yang t elah dit et apkan.

(3)

Dispensasi unt uk melaksanakan kegiat an penggunaan kawasan hut an dilapangan sebelum
dipenuhinya kewaj iban-kewaj iban dapat diberikan oleh Ment eri, unt uk keadaan-keadaan
sebagai berikut :
a.

Penanganan akibat bencana alam;

b.

Penanganan kegiat an darurat unt uk kepent ingan Hankam;

c.

Proyek yang bersif at st rat egis yang karena penundaan pelaksanaannya berdampak
pada kerugian negara.

Pasal 14
(1)

Teknis reboisasi lahan kompensasi, t ermasuk j enis t anaman dit ent ukan sesuai dengan
perunt ukan kawasan hut an.

(2)

Realisasi reboisasi lahan kompensasi diselesaikan paling lambat 2 (dua) t ahun set elah
lahan kompensasi diserahkan.

(3)

Penilaian keberhasilan t anaman reboisasi lahan kompensasi dilakukan pada wakt u
set engah daur j enis t anaman yang dit et apkan dan serah t erima t anaman hasil reboisasi
lahan kompensasi dilaksanakan pada akhir daur (akhir masa kont rak / perj anj ian).

(4)

Serah t erima t anaman hasil reboisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dit uangkan
dalam Berit a Acara Serah Terima t anaman reboisasi pada lahan kompensasi dari pemegang
pinj am pakai kepada pengelola hut an.
Pasal 15
Ket ent uan mengenai reklamasi dan krit eria keberhasilan reklamasi hut an diat ur dengan
Perat uran Ment eri t ersendiri.

BAB VII
KOMPENSASI
Pasal 16
(1)

(2)

Pinj am pakai kawasan hut an dilaksanakan dengan cara :

.

menyediakan dan menyerahkan areal kompensasi;

.

t anpa menyediakan dan menyerahkan areal kompensasi.

Pinj am pakai kawasan hut an t anpa kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b hanya dapat diberikan unt uk kegiat an non komersial yang dilaksanakan dan dimiliki
inst ansi pemerint ah, di wilayah provinsi yang luas kawasan hut annya lebih dari 30% dari
luas darat an provinsi yang bersangkut an.
Pasal 17

(1)

Pinj am pakai kawasan hut an dengan kompensasi sebagaimana dimaksud pada Pasal 16
ayat (1) huruf a dit et apkan dengan ket ent uan :
a.

Unt uk pinj am pakai kawasan hut an yang bersif at komersial, pemohon waj ib
menyediakan dan menyerahkan lahan kompensasi seluas 2 (dua) kali luas kawasan

hut an yang dipergunakan kepada Depart emen Kehut anan yang “ clear and clean” dan
direboisasi.
b.

Unt uk pinj am pakai kawasan hut an yang bersif at non komersial pada provinsi yang luas
kawasan hut annya kurang dari 30% dari luas darat an provinsi yang bersangkut an,
pemohon harus menyediakan dan menyerahkan lahan kompensasi seluas 1 (sat u) kali
luas kawasan hut an yang dipergunakan kepada Depart emen Kehut anan yang “ clear and
clean” dan direboisasi.

c.

Unt uk pinj am pakai kawasan hut an yang bersif at non komersial pada provinsi yang luas
kawasan hut annya lebih dari 30% dari luas darat an provinsi yang bersangkut an,
pemohon dibebani kompensasi berupa melakukan reboisasi kawasan hut an yang rusak
seluas 2 (dua) kali luas kawasan hut an yang dipinj am.

(2)

Lahan kompensasi harus dipenuhi oleh pemohon pinj am pakai kawasan hut an dalam
j angka wakt u maksimal 2 (dua) t ahun sej ak dit erbit kannya perset uj uan prinsip pinj am
pakai kawasan hut an oleh Ment eri.

(3)

Apabila dalam j angka wakt u 2 (dua) t ahun pemohon pinj am pakai kawasan hut an t idak
dapat menyerahkan lahan kompensasi, maka khusus unt uk pinj am pakai kawasan hut an
yang bersif at komersial lahan kompesasi digant i dengan dana yang dij adikan Penerimaan
Negara Bukan Paj ak (PNBP) Depart emen Kehut anan yang besarnya 1 % dari nilai harga per
sat uan produksi dari seluruh j umlah produksinya.

(4)

Ket ent uan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus dimuat dalam penggunaan
kawasan hut an.

(5)

Tanah kompensasi yang akan dit erima oleh Depart emen Kehut anan harus dibebani suat u
t it el hak at as nama pemohon dan t elah dilakukan pelepasan haknya menj adi t anah negara
bebas yang diperunt ukkan sebagai kawasan hut an.

(6)

Pelaksanaan lebih lanj ut ket ent uan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diat ur oleh
Kepala Badan Planologi Kehut anan.

(7)

Penggunaan kawasan hut an unt uk pembangunan j aringan t elekomunikasi (repeat er, t ower,
dan lain-lain) dikenakan kompensasi berupa dana yang dij adikan Penerimaan Negara
Bukan Paj ak (PNBP) Depart emen Kehut anan yang nilainya dit et apkan sesuai dengan nilai
t anah disekit ar lokasi pinj am pakai.

BAB VIII
IZIN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN
Pasal 18
(1)

Izin pinj am pakai kawasan hut an di t erbit kan oleh Ment eri set elah dipenuhinya seluruh
kewaj iban dalam perset uj uan prinsip.

(2)

Pengecualian t erhadap ket ent uan pada ayat (1), izin pinj am pakai kawasan hut an
dit erbit kan dengan ket ent uan sebagaiman diat ur dalam pasal 13 ayat (3).
BAB IX
JANGKA WAKTU DAN PERPANJANGAN IZIN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN
Pasal 19

Izin pinj am pakai diberikan unt uk j angka wakt u 5 (lima) t ahun yang dapat diperpanj ang set iap
5 (lima) t ahun sesuai dengan masa berlakunya izin/ kont rak kegiat an di luar kehut anan yang
bersangkut an.
Pasal 20
(1)

Permohonan perpanj angan pinj am pakai kawasan hut an diaj ukan paling lambat 6 (enam)
bulan sebelum berakhirnya izin, dit uj ukan kepada Kepala Badan Planologi Kehut anan
dengan t embusan disampaikan kepada Ment eri.

(2)

Perpanj angan pinj am pakai kawasan hut an sebagaimana dimaksud pada ayat (1), baru
dapat dipert imbangkan set elah diadakan evaluasi at as kegiat an penggunaan kawasan
hut an dan pemenuhan kewaj iban.

(3)

Wewenang unt uk menerbit kan perpanj angan pinj am pakai kawasan hut an diberikan oleh
Kepala Badan Planologi Kehut anan.

BAB X
MONITORING DAN EVALUASI
Pasal 21
(1)

Kegiat an monit oring dilaksanakan sekurang-kurangnya 1 (sat u) kali dalam set ahun yang
dikoordinasikan oleh Kepala Dinas Provinsi yang menangani Kehut anan, dengan anggot a
t erdiri dari unsur Balai Pemant apan Kawasan Hut an, Balai Pengelolaan Daerah Aliran
Sungai, Bapedalda Provinsi, dan Dinas Kabupat en/ Kot a yang menangani Kehut anan.

(2)

Kegiat an evaluasi dilaksanakan sekurang-kurangnya 1 (sat u) kali dalam 5 (lima) t ahun
yang dikoordinasikan oleh Kepala Dinas Provinsi yang menangani Kehut anan dengan
susunan Tim t erdiri dari unsur Balai Pemant apan Kawasan Hut an, Balai Pengelolaan
Daerah

Aliran

Sungai,

UPT

Depart emen

Kehut anan

yang

t erkait ,

Bapedalda

Provinsi/ Kabupat en/ Kot a, dan Dinas Kabupat en/ Kot a yang menangani Kehut anan dibawah
supervisi Badan Planologi Kehut anan.
(3)

Biaya monit oring dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
dibebankan kepada pemegang izin pinj am pakai kawasan hut an.

(4)

Pelaksanaan lebih lanj ut ket ent uan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
diat ur oleh Kepala Badan Planologi Kehut anan.

Pasal 22
Jika berdasarkan hasil evaluasi at as penerapan kewaj iban dalam pinj am pakai kawasan hut an,
t ernyat a peminj am t idak memenuhi kewaj ibannya, akan dikenakan sanksi sesuai ket ent uan
perundang-undangan yang berlaku.

BAB XI
HAPUSNYA IZIN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN
Pasal 23
(1)

Perset uj uan prinsip at au pinj am pakai kawasan hut an hapus apabila:

a. Jangka wakt u
.

t elah berakhir;

Perset uj uan prinsip dicabut oleh pemberi izin sebagai sanksi yang dikenakan kepada
pemegang izin;

.

Perset uj uan prinsip diserahkan kembali oleh pemegang izin dengan pernyat aan t ert ulis
kepada pemberi izin sebelum j angka wakt u perset uj uan prinsip at au berakhir.

(2)

Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dikenakan apabila:

.

Tidak menggunakan kawasan hut an t ersebut sesuai dengan ket ent uan yang t ercant um
dalam surat perset uj uan dan at au pinj am pakai kawasan hut an.

.

Memindaht angankan

pinj am

pakai

kawasan

hut an

kepada

perset uj uan ment eri; at au

.

Meninggalkan kawasan hut an yang digunakan sebelum berakhir.

pihak

lain

t anpa

(3)

Pengenaan sanksi yang berupa pencabut an
izin

diberi

peringat an

oleh

Kepala

Badan

yang dikenakan set elah pemegang
Planologi

Kehut anann

an.

Ment eri

Kehut anan sebanyak 3 (t iga) kali dengan t enggang wakt u 30 (t iga puluh) hari kerj a sej ak
dit erimanya surat peringat an t ersebut .
(4)

Hapusnya perset uj uan prinsip at au pinj am pakai kawasan hut an sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) t idak membebaskan kewaj iban pemegang izin unt uk:

.

Melunasi seluruh kewaj iban f inansial sert a memenuhi kewaj iban-kewaj iban lain yang
dit et apkan oleh pemberi izin.

.

Melaksanakan semua ket ent uan yang dit et apkan berkait an dengan berakhirnya izin
sesuai dengan ket ent uan yang berlaku.

(5)

Pada saat hapusnya izin, t anaman yang t elah dit anam menj adi milik negara, sedangkan
sarana dan prasarana yang t elah dibangun diput uskan keberadaannya oleh pemberi izin
dengan konsekuensi pembiayaan yang dit imbulkan dibebankan kepada peminj am kawasan
hut an yang bersangkut an.

(6)

Izin Pinj am pakai kawasan hut an dengan pert imbangan t ert ent u dapat dibat alkan oleh
Ment eri.

BAB XII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 24
(1)

Penggunaan kawasan hut an yang t elah diikut i dengan perj anj ian pinj am pakai kawasan
hut an, t et ap berlaku sampai dengan berakhirnya j angka wakt u pinj am pakai t ersebut ,
sedangkan

unt uk

perpanj angannya dilaksanakan

sesuai

dengan

ket ent uan

dalam

perat uran ini.
(2)

Perset uj uan pinj am pakai kawasan hut an yang t elah ada sebelum dit et apkannya
perat uran ini dan belum dit indaklanj ut i dengan perj anj ian pinj am pakai, perset uj uan
t ersebut t et ap berlaku dan selanj ut nya diproses sesuai ket ent uan sebagaimana diat ur
dalam perat uran ini.

(3)

Apabila t erj adi perubahan f ungsi kawasan hut an dari hut an produksi menj adi hut an
lindung, maka pinj am pakai kawasan hut an yang t elah ada sebelum dit et apkannya
perat uran ini, t et ap berlangsung dengan f ungsi hut an produksi sampai berakhirnya j angka
wakt u perj anj ian pinj am pakai t ersebut .

BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 25
Dengan dit et apkannya Perat uran Ment eri Kehut anan ini, maka Keput usan Ment eri Kehut anan
Nomor 55/ Kpt s-II/ 1994, Keput usan Ment eri Kehut anan Nomor 41/ Kpt s-II/ 1996, Keput usan
Ment eri

Kehut anan

Nomor

614/ Kpt s-II/ 1997

dan

Keput usan

Ment eri

Kehut anan

No.

720/ Kpt s-II/ 1998 dinyat akan t idak berlaku lagi.
Pasal 26
Perat uran ini mulai berlaku sej ak t anggal dit et apkan

Dit et apkan di :
Pada t anggal

J AKART A

: 10 Maret 2006

------------------------------------MENTERI KEHUTANAN,
t t d.
H. M. S. KABAN, SE. , M. Si
Salinan sesuai dengan aslinya
Kepala Biro Hukum dan Organisasi,
t t d.
S u p a r n o
NIP. 080068472
Salinan Perat uran ini disampaikan kepada Yt h :
1.

Para Ment eri Kabinet Indonesia Bersat u.

2.

Para Pej abat Eselon I lingkup Depart emen Kehut anan.

3.

Para Gubernur di seluruh Indonesia.

4.

Para Bupat i/ Walikot a di seluruh Indonesia.

5.

Para Kepala Dinas Daerah Provinsi yang menangani urusan Kehut anan di seluruh Indonesia.

6.

Para Kepala Unit Pelaksana Teknis lingkup Depart emen Kehut anan di seluruh Indonesia.

7.

Para Kepala Dinas Daerah Kabupat en/ Kot a yang menangani urusan Kehut anan di seluruh
Indonesia.