J00896

KEPEMIMPINAN PEREMPUAN PEMBAWA PERUBAHAN
DI DESA BOTO TAHUN 1974
Jumin, Emy Wuryani, Tri Widiarto
Pendidikan Sejarah-FKIP Universitas Kristen Satya Wacana

ABSTRACT
In this research aims to (1) to describe the life story of Sunarti, the chief of Boto village, (2) to find
out the factors which encourage Sunarti to lead the Boto village, (3) to find out the changes done by
Sunarti in leading boto village. The method used in this research was historical methodology. while
in collecting the data, the writer used literature study and interview methods. The technique used to
analyse the data was descriptive analysis. This research was done in march-may 2014. The result
of this research proves that woman can be a good leader. Sunarti as the chief of Boto village is able
to guide, lead and direct her village well. Her transformasional leadership style and her down to
earth character are able to make the life of Boto villagers better.

untuk mencapai suatu sasaran atau tujuan
yang akan dicapai.

PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara demokrasi yang mempunyai banyak peran
penting tokoh besar pemimpin yang sangat

cerdas dan bagus dalam kepemimpinannya. Salah satu tokoh pemimpin Indonesia
yang sampai sekarang masih melekat dan
dikenang oleh masyarakat adalah Ir.
Soekarno. Ia seorang presiden pertama
Republik Indonesia dan sekaligus menjadi
bapak proklamator Indonesia. Ir. Soekarno
adalah seorang pemimpin yang membawa
perubahan kehidupan masyarakat yang
lebih baik dan sejahtera. Tugas yang
dijalankan tidak lepas dari bantuan
maupun dukungan dari teman dan
masyarakat luas.

Seorang menjadi pemimpin juga
harus mempunyai jiwa dan sifat kepemimpinan yang berpancasila, yang dicetuskan oleh tokoh pendidikan Ki Hajar
Dewantoro yang terdiri dari kalimat “ing

ngarso sung tulodho, ing madya mangun
karso, tut wuri handayani” yang artinya
bahwa seorang pemimpin itu harus mampu

lewat sikap perbuatannya, menjadikan
dirinya pola panutan dan ikutan orangorang yang dipimpinnya. Pemimpin juga
harus mampu membangkitkan semangat
berswakarsa dan berkreasi pada orangorang yang dipimpinnya dan seorang
pemimpin harus mendorong orang-orang
yang diasuhnya agar berani berjalan
didepan dan sanggup bertanggung jawab.
Dalam keberhasilan yang dicapai oleh
seorang pemimpin juga dinilai dari hasil
kinerjanya yang baik untuk kepentingan
kehidupan masyarakat.

Dalam gaya kepemimpinannya
yang khas mampu menarik hati pada simpatisan masyarakat. Menurut Franklyin S.
Haiman kepemimpinan adalah proses
mengarahkan, membimbing, mempengaruhi atau mengawasi pikiran, perasaan
atau tingkah laku orang lain (Jarmanto
1983: 83). Dalam menjalankan kepemimpinan tidak hanya untuk mempengaruhi
dalam kehidupan individu saja melainkan
mempengaruhi untuk semua kelompok


Seiring zaman semakin maju dan
berkembang, banyak orang bermunculan
ingin terlibat menjadi seorang pemimpin
dalam memegang kekuasaan. Dalam
keterlibatan partisipasi politikpun sangat
terbuka bagi semua kalangan tanpa
68

Widya Sari Edisi Khusus
Vol. 16, No. 3, Juni 2014: 68-77

kelompok orang agar bekerja bersamasama untuk mencapai tujuan. Dalam arti
umum kepemimpinan menunjukkan proses
kegiatan seseorang dalam memimpin,
membimbing, mempengaruhi atau mengontrol pikiran, perasaan, atau tingkah
laku orang lain (Onong Uchjana Effendi
1981: 1). Dari pengertian pendapat diatas
kepimpinan merupakan suatu proses
individu

yang
mempengaruhi
suatu
kelompok dalam bekerjasama untuk
mencapai tujuan bersama.

membedakan jenis kelamin, status, suku
maupun agama. Salah satu kunci
keberhasilan menjadi seorang pemimpin
adalah dapat memberikan suatu perkembangan maupun perubahan yang dilakukan
kepada masyarakat sekitarnya. Salah satu
contohnya yang dilakukan Sunarti. Ia
seorang pemimpin kepala desa Boto
kecamatan Bancak kabupaten Semarang
pada tahun 1974-2007.
Sunarti ialah sosok pemimpin
perempuan yang tegas dan bijaksana. Ia
menjadi seorang pemimpin sejak berusia
25 tahun, pada saat menggantikan posisi
ayahnya setelah meninggal yakni sebagai

Kepala Desa. Dalam menjalankan tugas
sebagai kepala desa, ia mendapat
dukungan terutama simpatisan masyarakat
desanya dan keluarganya. Selama 32 tahun
Sunarti telah dipercaya oleh masyarakat
menjadi seorang pemimpin di desanya
yang telah membawa perubahan kehidupan desanya menjadi lebih baik dan maju.
Gaya kepemimpinan yang tegas, sederhana
dan merakyat mampu membawa hati
masyarakat menjadi simpati. Berdasarkan
latar belakang di atas, penulis tertarik
meneliti tentang tokoh. Kepemimpinan
Sunarti yang dapat menjadi penggerak
kemajuan desa Boto kecamatan Bancak
kabupaten Semarang.

Teori keturunan ini lebih menjelaskan bahwa seseorang menjadi pemimpin
itu tidak dibuat, akan tetapi lahir jadi
pemimpin oleh bakat-bakatnya yang luar
biasa sejak lahirnya. Dia ditakdirkan lahir

menjadi pemimpin, dalam situasi-kondisi
yang bagaimanapun juga, (Kartini Kartono,
1988: 29). Dulu karena orang tuanya
menjadi seorang pemimpin secara otomatis
maka anaknya akan menjadi pemimpin
yang menggantikan orang tuanya karena
adanya keturunan atau warisan, karena
orang tuanya seorang pemimpin, maka
anaknya otomatis akan menjadi pemimpin
menggantikan orang tuanya.
Kepemimpinan
transformasional
adalah tipe kepemimpinan yang memadu
atau memotivasi pengikut mereka dalam
arah tujuan yang ditegakkan dengan
memperjelas peran dan tuntutan tugas.
Pemimpin jenis ini yang memberikan
pertimbangan dan rangsangan intelektual
yang diindividualkan, dan yang memiliki
karisma.

Pemimpin
tranformasioanal
mencurahkan perhatian pada keprihatinan
dan
kebutuhan
pengembangan
dari
pengikut individual. Mereka mengubah
kesadaran para pengikut akan persoalanpersoalan dengan membantu memandang
masalah lama dengan cara-cara baru, dan
mereka mampu menggairahkan, membangkitkan, dan mengilhami para pengikut
untuk mengeluarkan upaya ekstra untuk

TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Henry Pratt Fairchild
(Kartini Kartono, 1988: 34) pemimpin
merupakan seorang yang memimpin
dengan jalan memprakasai tingkah laku
sosial dengan mengatur, menunjukkan,
mengorganisasikan atau mengontrol usaha

atau upaya orang lain, atau melalui
prestise, kekuasaan atau posisi.
Fiddler 1967 (dalam H. Veithzal
Rivai dkk, 2013: 3), kepemimpinan pada
dasarnya merupakan pola hubungan antara
individu-individu
yang
menggunakan
wewenang dan pengaruhnya terhadap
69

Kepemimpinan Perempuan Pembawa Perubahan di Desa Broto
(Jumin, Emy Wuryani, Tri Widiarto)

Sunarti dilahirkan pada tanggal 24
Oktober 1947 di desa Boto Kecamatan
Bancak Kabupaten Semarang. Nama
Sunarti berasal dari kata Su yang artinya
luwih atau baik sedangkan Nar artinya
bersinar atau cahaya jadi penggabungan

arti nama Sunarti adalah perempuan yang
bersinar dengan baik. Nama Panggilan
sehari-hari Sunarti lebih akrab dipanggil
Narti. Sunarti merupakan anak nomor
enam dari sembilan bersaudara. Masa
kecilnya hidup dengan kesederhanaan. Ia
dididik dan dibesarkan oleh orang tuanya
dengan ajaran displin. Agar tujuannya
untuk hidup mandiri. Sunarti menginjak
usia remaja, ia menjadi sosok pribadi yang
keras dan displin dalam menjalankan
kehidupan.

mencapai tujuan kelompok (H.Veithzal,
2013: 14).
Fungsi kepemimpinan tidak hanya
dilihat dan dinilai dari segi-segi prestasi dan
materiilnya saja, tetapi juga mempertimbangkan kesejahteraan jasmani dan rohani
bagi kelompok maupun pengikut bawahannya. Fungsi kepemimpinan adalah memandu, menuntun, membimbing, membangun,
memberi atau membangunkan motivasimotivasi kerja, mengemudikan organisasi,

menjalin jaringan-jaringan komunikasi yang
baik, memberikan supervisi atau pengawasan yang efisien, dan membawa para
pengikutnya kepada sasaran yang ingin
dituju sesuai dengan ketentuan waktu dan
perencanaan (Kartini Kartono, 1988: 61).
Peran pemimpin perempuan sangat berbeda dengan cara pemimpin lakilaki pada umumnya. Banyak orang yang
meragukan kinerja seorang pemimpin
perempuan, karena perempuan kebanyakan lebih mementingkan kemolekannya
saja. Seorang menganggap pemimpin
perempuan itu lemah, emosional serta
kurang tegas. Salah satu impian yang
diperjuangkan oleh gerakan perempuan
adalah bertambahnya pemimpin perempuan. Terbukanya kesempatan perempuan
sebagai pemimpin, berarti terbuka pula
kesempatan perempuan untuk mengambil
bagian dalam keputusan yang biasanya
bersifat realistis dan pragmatis (A.Nunuk P.
Murniati, 2004:65). Pemimpin perempuan
cenderung mengambil gaya kepemimpinan
yang demokratis, yang mendorong partisipasi, berbagi kekuasaan, dan informasi

serta berupaya meningkatkan harga diri
pengikutnya (H.Veithzal Rivai dkk, 2013:
16).

Sunarti mengenyam pendidikan
sekolah rakyat (SR) Bancak desa Boto
tahun 1953, kemudian ia melanjutkan
pendidikannya ke SMP Putra Dewasa tahun
1959-1962 di Ambarawa. Pada tahun 1962
ia melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi
ke SMA Taman Dewasa di Salatiga. Setamat dari SMA Sunarti masuk keperguruan
tinggi di universitas Sultan Agung (Unisula)
Semarang dengan mengambil Jurusan
Fakultas Hukum selama 2 tahun saja,
karena pada waktu itu ia memenangkan
pemilihan suara kepala desa pada tahun
1974.
Sunarti merupakan sosok pemimpin perempuan yang pertama sebagai
kepala desa Boto. Ia menjadi pemimpin
selama 32 tahun. Sunarti menjalankan
tugasnya sebagai kepala desa karena
untuk kepentingan hidup masyarakat Boto
yang sejahtera dan tentram. Hal ini
dilakukan dengan penuh tanggung jawab
untuk melakukan perubahan kehidupan
desa Boto menjadi lebih baik. Faktor yang
mendorong Sunarti untuk maju menjadi
salah satu calon kepala desa Boto pada
pemilihan yang dilakukan pada tahun 1974

METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan
adalah metode sejarah dengan pengumpulan data metode pustakaan dan wawancara mendalam.
70

Widya Sari Edisi Khusus
Vol. 16, No. 3, Juni 2014: 68-77

diselenggarakan kecamatan dan kabupaten, ia selalu mengajukan pendapat dan
solusi untuk kemajuan desa Boto. Sunarti
adalah sosok pemimpin yang memilih
melihat keadaan langsung desa dan
mengawasi kinerja para aparat desa secara
mendalam. Sunarti membimbing aparat
desa sebelum dan saat memberikan tugas,
sehinggga dapat terlaksana sesuai dengan
yang diharapkan. Semua aparat desa
menghargai, menghormati dan mempercayai apa yang Sunarti kerjakan. Sunarti
adalah pemimpin yang demokratis dalam
pembentukan gagasan dan ide untuk
kemajuan desa Boto. Sunarti bersedia
terjun kelapangan apabila aparat desa
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan
tugas. Sunarti selalu mencetuskan solusi
untuk menyelesaikan segala permasalahan
dengan baik. Ia tidak menerapkan sistem
stratifikasi sosial pada aparat pedesaan dan
masyarakat desa Boto, Sunarti tidak
membedakan status sosial siapapun.

terbagi menjadi dua faktor pendorong,
yaitu faktor pendorong internal (dari dalam
pihak Sunarti) dan faktor pendorong
eksternal (berasal dari luar pihak Sunarti).
Faktor pendorong internal yang mendorong
Sunarti mencalonkan diri menjadi calon
kepala desa Boto adalah Sunarti ingin
melanjutkan garis kekuasaan secara turuntemurun yang berawal dari kepala desa
Boto yang pertama merupakan kakek
buyut dari Sunarti H. Abdul Latif (1860),
kemudian jabatan kepala desa dilanjutkan
kakek Sunarti H. Yunus (1917), dan setelah
masa jabatan kakek Sunarti berakhir,
jabatan kepala desa Boto di percayakan
kepada ayah Sunarti H. Mahfud (1937).
Setelah ayah Sunarti meninggal dunia, dan
pada saat itu pemerintahan desa Boto
sementara dipimpin kakak ipar Sunarti
yang bernama H. Muttaqin pada tahun
1972-1974 selama dua tahun dan harus
diadakan pemilihan kepala desa kembali.
Faktor eksternal pendorong Sunarti
mencalonkan diri sebagai kepala desa Boto
pada pemilihan tahun 1974 adalah
banyaknya dukungan dari berbagai pihak
luar, yaitu dukungan dari pamong desa dan
seluruh masyarakat desa Boto yang
menginginkan Sunarti menjadi kepala desa
Boto. Banyak masyarakat desa Boto yang
datang ke rumah Sunarti untuk memberikan dukungan semangat maupun doa
kepadanya. Hal itu membuat Sunarti
merasa dipercaya untuk memimpin dan
merubah Desa Boto menjadi desa yang
lebih maju dan sejahtera dalam segala
bidang kehidupan masyarakat.

Sunarti menjalankan tugas sebagai
kepala desa Boto berkerjasama dan
dibantu aparat desa lainnya yaitu sekretaris
desa, kaur pemerintahan, kaur bidang
pembangunan, kaur keuangan dan kepala
dusun lainnya. Di mata rekan kerja, Sunarti
merupakan pemimpin yang bijaksana,
kompak terhadap aparat desa lainnya
dalam melaksanakan pemerintahan desa
Boto. Meskipun Sunarti adalah sosok
pemimpin perempuan, tetapi kinerja
Sunarti
bisa
diperhitungkan
dengan
pemimpin-pemimpin
lainnya.
Sunarti
bertukar pendapat dengan aparat desa
lainnya dan masyarakat Desa Boto supaya
Sunarti mengerti apa yang diharapkan
masyarakat untuk desa Boto yang
dipimpinnya.

Prinsip dalam hidupnya menjadi
seorang pemimpin, Sunarti memegang
sikap optimis, bahwa semua yang dia
inginkan harus berhasil dan tercapai,
apapun jalannnya akan tetap ditempuh
yang terpenting adalah berhasil untuk
kepentingan masyarakat bersama. Sunarti
mengambil peran disetiap acara yang

Dalam pengambilan suatu keputusan, Sunarti bersifat realistis. Dia mengambil
keputusan yang telah menjadi kesepakatan
bersama. Aparat desa yang berkerjasama
71

Kepemimpinan Perempuan Pembawa Perubahan di Desa Broto
(Jumin, Emy Wuryani, Tri Widiarto)

bangan pendidikan berjalan sesuai
dengan yang diharapkan Sunarti
sebagai kepala desa dan para aparataparat desa Boto untuk meningkatkan
kualitas pendidikan masyarakat Boto.

dengan Sunarti merasa terjalin kerjasama
yang sehat dan membangun, karena
aparat desa sudah berkerjasama dengan
Sunarti selama beberapa periode. Meskipun
Sunarti menjabat sebagai kepala desa
Boto, ia tidak menganggap dirinya sebagai
seorang penguasa yang memiliki hak atas
desa tersebut, Sunarti menganggap bahwa
dirinya dipercaya masyarakat desa Boto
selama beberapa periode memimpin dan
menjadikan desa Boto menjadi desa yang
berkembang dan maju.

Pembangunan sarana pendidikan kembali dibuktikan dengan
peresmian SMP Islam Sudirman Boto
pada tahun 1980 yang didirikan dan
diketuai oleh Sunarti sendiri. Peningkatan sarana pendidikan tidak berhenti
saat itu saja, setelah enam tahun
berjalan desa Boto sudah membangun
dan menghasilkan empat bangunan
sekolah.

Sunarti sebagai kepala desa yang
dipilih dan dipercaya masyarakat desa
Boto, Sunarti secara otomatis mendapatkan tugas yang menjadi tanggung jawab
kepala desa. Sunarti tidak hanya mengatur
dan mengarahkan aparat desa untuk
mengembangkan
desa
Boto
saja,
melainkan Sunarti bertanggung jawab atas
semua perkerjaan dan memberikan bukti
nyata dalam perubahan kehidupan dan
kepentingan masyarakat desa Boto. Sunarti
menjadi pemimpin yang transformasional,
yaitu pemimpin pertama yang mewujudkan
perubahan kearah yang lebih maju kepada
masyarakat desa Boto. Hal transformasional
yang
dilaksanakan
pemimpin
perempuan pertama desa Boto diantaranya
sebagai berikut:

Ide dan semangat perjuangan
Sunarti dalam mewujudkan rintisan
sekolah sangat tinggi demi kemajuan
pendidikan sekolah desa Boto. Pada
tahun 1985, Sunarti kembali merintis
sekolah khusus anak balita, dan pada
tahun 1985 mewujudkan bangunan
sekolah Taman Kanak-Kanak (TK) Wita
Siwi di desa Boto. TK Wita Siwi di Boto
merupakan TK yang pertama di Boto,
dan menjadi TK untuk masyarakat desa
lain yaitu Desa Jlumpang dan desa
Wonokerto. Dengan berdirinya taman
kanak-kanak, maka kualitas pendidikan
masyarakat
desa
Boto
menjadi
meningkat karena anak berusia lima
tahun bisa mendapatkan pendidikan
dasar sebelum melanjutkan pendidikan
ke tingkat Sekolah Dasar. Pendidikan di
desa Boto mulai mengalami peningkat
secara signifikan, sehingga masyarakat
desa
Boto
dalam
melanjutkan
pendidikan tidak perlu bersekolah
keluar dari desa Boto.

1) Peningkatan Kualitas Pendidikan
Desa Boto
Pada
bidang
pendidikan
Sunarti melakukan pembangunan dan
perubahan nama Sekolah Rakyat
Bancak menjadi Sekolah Dasar Negeri I
dan Sekolah Dasar Negeri II Boto dan
resmi didirikan pada tahun 1974. Pada
tahun 1979, Sunarti kembali mewujudkan program pengembangan pendidikan di desa Boto dengan kembali
mendirikan suatu sarana pendidikan
yaitu Madrasah Ibtidaiyah (MI) Boto.
Dengan berdirinya MI Boto ini dapat
disimpulkan bahwa program pengem-

Pada saat proses pembangunan gedung SMK, Sunarti terlibat
langsug dalam memperkenalkan SMK
yang akan segera berdiri di desa Boto.
Ia secara tidak kangsung Sunarti
mencari calon siswa yang akan
72

Widya Sari Edisi Khusus
Vol. 16, No. 3, Juni 2014: 68-77

menempuh pendidikan di SMK Boto.
Sunarti dan rekan-rekan memperkenalkan SMK Boto hingga luar daerah desa
Boto seperti desa Lembu, desa
Dadapayam bahkan hingga Wonosegoro. Perjuangan keras Sunarti membuahkan hasil yang memuaskan, Sunarti
berhasil mendapatkan lima puluh
delapan siswa yang pada saat itu
kegiatan belajar mengajar masih
meminjam kantor balai desa Boto
dengan bantuan penjagaan dari
sekertaris desa. Pelajaran dimulai pukul
tujuh pagi dan berakhir pada pukul dua
siang. Pada tahun 2005 sudah
diresmikan terwujudnya gedung nama
SMK N I Bancak di desa Boto.

Pendidikan desa Boto mengalami perkembangan dari tahun ke
tahun,
anak-anak
usia
sekolah
mayoritas menempuh jalur pendidikan.
Peningkatan pendidikan desa Boto
menimbulkan dampak perubahan pada
SDM masyarakat desa Boto. Pada masa
kepemimpinan Sunarti yang telah
membawa hasil perubahan pendidikan
desa
Boto
menjadi
maju
dan
meningkat.
2) Perekonomian Desa Boto
Tahun 1974, ketika desa Boto
berada dibawah pimpinan Sunarti,
pertanian mengalami pergantian jenis
penanaman yang terjadi pada tahun
1933. Pada tahun 1974, lahan
pertanian ditanami tebu dan hanya
bertahan selama satu tahun saja,
karena banyak masyarakat yang
mengeluh dengan hasil panen tebu
yang kurang memuaskan, dan hasil
panen tidak mencukupi memenuhi
kebutuhan hidup petani, sehingga ada
masyarakat
yang
mengutarakan
pendapat kepada Sunarti yang diterima
dengan
baik.
Kemudian
Sunarti
memikirkan dan memperhatikan kehidupan ekonomi masyarakatnya terutama dibidang pertanian. Sunarti segera
menata program pertanian desa Boto,
kemudian Sunarti menerapkan peraturan dengan kembali menanam padi.
Sunarti mengubah sistem penanaman
hasil panen dengan memilih jenis benih
padi dengan umur cepat yang bisa
dipanen. Ia menerapakan hasil panen
padi bisa dilakukan dalam satu tahun
dua kali yang disebut dengan

SMK N I Bancak adalah sekolah
yang maju dan favorit pada bidang
pendidikan masyarakat desa Boto
maupun masyarakat desa lain. Pada
awalnya, jumlah siswa SMK N I Bancak
berjumlah 58 murid saja, dan seiring
berjalannya waktu SMK N I memiliki
kurang lebih 800 siswa.
Sunarti melakukan perkembangan bidang pendidikan demi
kepentingan masyarakat agar anakanak desa Boto mendapatkan pendidikan dengan kualitas yang baik.
Sunarti mempunyai program pemberantasan buta huruf pada masyarakat desa Boto. Program kerja pemberantasan buta huruf adalah memperkenalkan huruf dan angka supaya
masyarakat Boto bisa membaca dan
menulis. Pemberantasan buta huruf
dilaksanakan
secara
berkelompok
perdusun. Menurut Sunarti, pemberantasan buta huruf sangat penting, dengan adanya program ini masyarakat
yang tidak menempuh jalur pendidikan
tidak menjadi korban penipuan dan
mempermudah
masyarakat
dalam
berinteraksi dengan sesama.

gagarancah.
Mengingat mayoritas lahan
sawah yang ada di desa Boto adalah
sawah tadah hujan, yang artinya
petani dapat menanam padi hanya
pada musim hujan saja. Cara pena73

Kepemimpinan Perempuan Pembawa Perubahan di Desa Broto
(Jumin, Emy Wuryani, Tri Widiarto)

Pada tahun 1974, Sunarti
melaksanakan program padat karya.
Sunarti melibatkan masyarakat untuk
bekerja sama bahu membahu dalam
pengerasan jalan kampung. Sunarti
melibatkan masyarakat langsung untuk
bekerja bakti menata jalan menjadi
lebih baik. Semua masyarakat dikerahkan dan mendapat tugas masingmasing, pembagian tugas tersebut
antara lain adalah pembuatan pondasi
jalan, mengaduk semen dan menata
batu kerikil atau batu titikan. Setiap
perdusun atau setiap rumah diberi
tanggung jawab untuk menyediakan
batu titikan satu tomblok (keranjang).
Masyarakat desa Boto mengerjakan
secara bersama-sama untuk memperbaiki jalanan desa Boto. Dengan
adanya kerja bakti dan gotong royong
akan meningkatkan kebersamaan persatuan dan kesatuan antar masyarakat.
Setelah jalan selesai dikerjakan,
dampak positifpun mulai timbul. Jalan
menjadi aman untuk digunakan dan
menjadi nilai positif bagi desa Boto.

naman padi dengan cara sederhana
yaitu ditebar atau disebar saja. Jenis
benih padi yang digunakan adalah jenis
padi IR dan padi PB. Dengan demikian,
secara cepat dapat meningkatkan hasil
panen untuk masyarakat desa Boto.
Hasil panen yang diperoleh masyarakat
mengalami peningkatan dan hasil yang
memuaskan sehingga perekonomian
masyarakat meningkat. Selain hasil
panen yang banyak, sisanya sebagian
bisa dijual kepasar. Pada tahun 2000
perekonomian di desa Boto sudah tidak
hanya bergantung dari hasil pertanian
saja, masyarakat Boto sudah mulai
berwiraswasta seperti membuka tokotoko kelontong, seperti toko sembako,
fotokopi dan minimarket. Sehingga dari
tahun ketahun perekomian masyarakat
desa
Boto
sudah
mengalami
peningkatan dan perubahan yang
cukup signifikan.
3) Peningkatan sarana dan prasarana
Desa Boto
Sebelum dibangun adanya
aspalisasi (pembuatan jalan raya
mengggunakan bahan dasar aspal)
pada tahun 1990, sepanjang jalan desa
Boto berupa tanah, batu-batuan yang
berserakan dan tidak tertata dengan
rapi. Pada saat musim hujan, jalan
desa Boto sangat memprihatinkan
karena tergenangan air hujan. Keadaan
jalan desa Boto masih sepi, hanya
pejalan kaki yang melewati jalan
tersebut, karena pada saat itu sepeda
montor dan mobil masih jarang
dijumpai. Masyarakat dan pelancong
membawa barang-barang menggunakan sarana kuda, gerobak dan kursi
yang diangkat menggunakan tenaga
manusia. Melihat keadaan desa Boto
saat itu, membuat Sunarti menaruh
perhatian khusus untuk memperbaiki
keadaan desa Boto yang dipimpinnya.

Pada tahun 1990, program
aspalisasi mulai masuk desa Boto.
Jalan raya desa Boto mulai dibangun
menggunakan bahan aspal dengan
dana subsidi dari pemerintah. Jalan
yang dulu berbatuan kini sudah
berubah menjadi jalan halus, keadaan
desa Boto sudah rapi. Aspalisasi kini
membawa dampak perubahan bagi
kehidupan masyarakat, jalan raya desa
Boto
menjadi
jalur
transpotasi
perdagangan khususnya roda empat
dari pasar Krasak ke kota Salatiga.
Biasanya
jalur
transportasi
ini
digunakan untuk para pedagang
membawa barang dagangannya dari
pasar Krasak ke kota Salatiga. Kini
jalan desa Boto menjadi jalan penghubung para pedagang pasar Kalimaling ke Salatiga. Semakin bertambah
74

Widya Sari Edisi Khusus
Vol. 16, No. 3, Juni 2014: 68-77

Sarana dan prasarana yang
ditingkatkan adalah pembangunan
kantor balai desa Boto. Fungsi di
bangun kantor balai desa Boto untuk
tempat pertemuan antara masyarakat
dengan pamong desa dalam acara
rembug desa, untuk memberikan
sosialisasi salah satunya mengenai
membayar pajak. Sebagai wadah
musyawarah rapat desa, dan juga
sebagai tempat pelayanan umum
dalam membuat surat menyurat kelurahan. Ia juga berhasil meningkatkan
sarana prasarana desa lainnya, yaitu
listrik sudah mulai masuk desanya
pada tahun 1992, masyarakat menyambut dengan senang bahwa
dengan adanya listrik masuk desa,
sudah tidak lagi menggunakan lampu
gembreng dan lampu uplik lainnya.
Untuk mendirikan tiang listrik, Sunarti
kembali melibatkan masyarakat untuk
bekerja bakti mengangkat tiang listrik
untuk dibangun. Solidaritas masyarakat
sangat tinggi dalam kebersamaan dan
kegotong
royangannya,
sehingga
proses pembangunan berjalan dengan
baik dan cepat. Segala usaha yang
diperjuangkan pada masa kepemimpinan Sunarti telah merubah kehidupan
masyarakat Boto menjadi lebih baik
dengan bantuan masyarakat Boto dan
pemerintah
kabupaten
Semarang.
Gaya kepemimpinannya yang merakyat
membawa
perubahab
kehidupan
masyarakat desa Boto.

jalan dulu yang sepi sekarang
digunakan para pelancong. Kini sarana
kendaraan semakin bertambah selain
roda empat, kini kendaraan bus dan
minibus banyak digunakan masyarakat
untuk membawakan dagangannya dari
pasar Kalimaling dan pasar Krasak ke
kota Salatiga.
Sunarti tidak hanya sebagai
pemimpin formal yang selalu menjalankan tugas dari pemerintah bupati
maupun camat, tetapi ia juga sebagai
pemimpin informal yang mempunyai
kepedulian dalam peningkatan sarana
dan prasarana tempat ibadah untuk
masyarakat. Salah satu contohnya ia
sangat
peduli
terhadap
dusun
Sembung dan dusun Kemiri. Di dusun
Sembung dan Kemiri adalah dusun
yang belum tersedia sarana ibadah
yaitu masjid sendiri, sehingga masih
bergabung ditempat ibadah dusun lain.
Dengan rasa tanggung jawabnya
sebagai seorang pemimpin, Sunarti
melakukan swadaya masyarakat untuk
membangun masjid di dusun Sembung
dan
Kemiri.
Semua
masyarakat
dilibatkan secara langsung untuk
membangun sarana ibadah dengan
cara bekerja bakti secara-bersama
membangun masjid. Sarana dan
prasarana sangat penting untuk fungsi
kelangsungan kehidupan masyarakat.
Sarana dan prasarana yang
dibangun tidak hanya pembanguanan
berbentuk masjid saja, Sunarti juga
membangun Kantor Urusan Agama
(KUA) yang diresmikan pada tahun
1985. Tujuan dibangun kantor KUA
adalah untuk memudahkan masyarakat
dalam mendaftarkan pernikahan, karena sebelumnya masyarakat jika ingin
mendaftarkan diri untuk menikah harus
meminta bantuan pada KUA kecamatan
Bringin.

KESIMPULAN
1. Sunarti sejak kecil hingga dewasa
hidup dengan kesederhanaan, ia
memperoleh pendidikan formalnya
selama 14 tahun. Kehidupan dalam
lingkungan keluarga dengan disiplin sesuai aturan yang tegas
diajarkan oleh orang tuanya. Pada
saat menginjak remaja, ia menjadi
sosok pribadi yang keras dan
75

Kepemimpinan Perempuan Pembawa Perubahan di Desa Broto
(Jumin, Emy Wuryani, Tri Widiarto)

kan perubahan-perubahan yang
dijalankan desanya, diantaranya:

mandiri yang ditanamkan sejak
kecil. Garis keturunan dari orang
tuanya baik ayah maupun ibunya
merupakan anak lurah sehingga
darah lurah menglir dan mewarisi
kehidupan Sunarti. Dalam bidang
pendidikan, Sunarti merupakan
salah satu murid yang penurut dan
menaati peraturan sekolah dengan
baik. Ia mengenyam pendidikan di
mulai sekolah rakyat (SR) tahun
1953, SMP Taman Dewasa di
Ambarawa tahun 1959, SMA Putra
Dewasa di Salatiga pada thun
1963. Pada tahun 1972 Sunarti
kuliah di Fakultas Hukum di
Universits Islam Sultan Agung
(UNISULA) Semarang.

a. Peningkatan Kualitas Pendidikan Desa Boto
Dalam bidang pendidikan
Sunarti lebih banyak menangani
pembangunan-pembangunan sekolah yang telah dirintis. Pada tahun
1974 ia mewujudkan pembangunan gedung sekolah dasar SD I dan
SD II Boto untuk kegiatan belajar
sekolah masyarakat Boto. Sehingga
masyarakat
desa
Boto
bisa
menikmati sekolah dengan baik.
Pada tahun 1979 Sunarti merintis
pembangunan sekolah lagi Madrasah ibtidaiyah (MI) di Boto.
Kemudian pada tahun 1980 ia
kembali mewujudkan untuk mendirikan sekolah SMP Islam Sudirman Boto. Ia terus mencari ide dan
gagasan untuk meningkatan pembangunan sekolah desa Boto. Ia
juga merintis sekolah khusus anakanak balita dengan mendirikan
sekolah Taman Kanak-Kanak (TK)
Wiyata Siwi yang didirikan pada
tahun 1985. Pada tahun 2005 ia
mewujudkan sekolah SMK N I
Bancak yang menjadi sekolah
favorit bagi masyarkat Boto.

2. Sunarti merupakan sosok pemimpin perempuan yang tegas dan
bijaksana. Ia menjalankan kepemimpinannya mulai pada tahun
1974-2007. Sunarti menjadi kepala
desa karena adanya faktor dorongan dari dalam diri sendiri, ia ingin
meneruskan garis kekuasaan kepemimpinan
keluarganya
secara
turun menurun. Ia juga mendapat
dukungan dan dorongan dari
ibunya dan saudaranya. Selain
dorongan dari diri sendiri, Sunarti
juga mendapat dorongan dari
pihak luar seperti pamong desa
dan masyarakat desa Boto yang
mendukunganya untuk menjadi
pemimpin kepala desa. Masyarakat
memberi
kepercayaan
kepada
Sunarti untuk memimpin desanya
yang membawa perubahan kehidupan yang baik.

b. Perekonomian Desa Boto
Sunarti meningkatkan perekonomian terutama dari hasil
pertanian padi, dengan menerapkan sisitem gagarancah yaitu
menanam padi dengan usia panen
lebih cepat satu tahun dua kali, hal
ini dapat menigkatkan perekonomian masyarakat Boto, selain itu
masyarakat dengan berwiraswasta
membuka usaha toko, fotokopy
maupun minimarket.

3. Dalam menjalankan kepemimpinannya, ia telah membuktikan
kehdupan masyarakat Boto menjadi lebih baik, sejahtera dan tentram. Sunarti telah banyak melaku76

Widya Sari Edisi Khusus
Vol. 16, No. 3, Juni 2014: 68-77

c.

Peningkatan Sarana Dan Prasarana Desa Boto
dalam peningkatan sarana
dan prasarana desa Boto di bawah
kepemimpinan sunarti mulai meningkat dimulai dari pembangunan
tempat ibadah masjid secara
perdusun, KUA (Kantor Urusan
Agama) tahun 1985. Selain pembangunan tempat ibadah, ia juga
membangun tempat balai desa
Boto yang berfungsi sebagai tempat rembug desa bertemunya pamong desa dengan masyarakat
dan sebagai tempat melayani surat
menyurat kelurahan.
DAFTAR PUSTAKA
Jarmanto. 1983. Kepemimpinan Sebagai
Ilmu Seni. Yogyakarta: Liberty
Kartini

Pemimpin dan
Kepemimpinan Apakah Pemimpin
Abnormal Itu. Jakarta: Rajawali
Kartono.

1988.

Murniati, A. Nunuk. P. 2004. Getar Gender.
Magelang: Indonesia Tera
Onong,

Uchjana

Kepemimpinan

Effendi.

dan

1981.
Komunikasi.

Bandung: Alumni
Rivai, H. Veithzal, dkk. 2013. Pemimpin dan
Kepemimpinan Dalam Organisasi.
Jakarta: Rajawali Pers

77

Dokumen yang terkait