Peraturan Dirjen Perbendaharaan | KPPN TANJUNGBALAI

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN
NOMOR PER- 50 IPB/2010
TENTANG
PETUNJUK PELAKSANAAN PENCAIRAN DANA HIBAH IBRD NOM OR TF-096670
DECENTRALIZA nON SUPPORT FACILITY /I FORMULA nON OF NORMS,
STANDARDS, PROCEDURES AND CRITERIA (NSPK)
FOR LOCAL GOVERNMENT SERVICE DELIVERY
DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN ,
a. bahwa dalam rangka penguatan kapasitas Kementerian Dalam Negeri
dalam memfasi litasi, monitoring dan evaluasi penyusunan Norma, Standar,
Prosedur dan Kriteria (NSPK) untuk semua bidang serta membantu
memperjelas peranan dan tanggung jawab, tugas, dan fungsi pada setiap
tingkat pemerintahan sektor terpilih , Pemerintah Indonesia memperoleh
Hibah dari Bank Dunia Nomor TF-096670 (Decentralization Support
Facility /I Formulation of Norm, Standards, Procedures and Criteria);

Menimbang

b. bahwa untuk pengelolaan dana hibah IBRD Nomor TF-096670

(Decentralization Support Facility If Formulation of Norms, Standards,
Procedures and Criteria (NSPK) for Local Government Service Delivery) ,
diperlukan petunjuk pelaksanaan pencairan dana hibah dimaksud;
c. bahwa berdasa rkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a
dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal
Perbendaharaa n tentang Petunjuk Pelaksanaan Pencairan Dana Hibah
IBRD Nomor TF-096670 Decentralization Support Facility If Formulation of
Norms, Standards, Procedures, and Criteria (NSPK) for Local Government
Services Delivery;
Mengingat

:

1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355) ;
3. Undang-Unda ng Nomor 15 Tahun 2004 tenlang Pemeriksaan

Peng elolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lem baran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4400) ;
4. Peraluran Pemerintah Nomor 25 Tahun 2001 tentang Perubahan Ketiga
alas Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 1995 lentang Bea Masuk,
Bea Masuk Tambahan , Pajak Pertambahan Nilai, dan Pajak Penjualan
Atas Barang Mewah dan Pajak Penghasilan dalam Rangka Pelaksanaan
Proyek Pemerinlah yang Dibiayai dengan Dana Pinjaman Luar Negeri
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 48, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4092) ;
5. Peraluran Pemerintah Nomor
Pengadaan Pinjaman dan/alau
Pinjaman dan/alau Hibah Luar
Indonesia Tahun 2006 Nomor 3,
Indonesia Nomor 4597) ;

2 Tahun 2006 lenl ang Tala Cara
Penerimaan
Hibah serta Penerusan
Negeri (Lembaran Negara Republik

Tambahan Lembaran Negara Republik

It

6. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 73, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4212) sebagaimana telah diubah
dengan Keputusan Presiden Nomor 72 Tahun 2004 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4418);
7. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 134/PMK.06/2005 tentang Pedoman
Pembayaran Dalam Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara;
8. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 143/PMK.05/2006 tentang Tata Cara
Penarikan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri;
9. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 100/PMK .01/2008 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Departemen Keuangan sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 143.1/PMK.01/2009 ;
10. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 101/PMK.01/2008 tentang Organisasi

dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan;
11 . Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Keuangan dan Menteri Negara
Perencanaan
Pembangunan Nasional/Ketua Bappenas Nomor
Kep .031/KeU5/1995
tentang
Tata
Cara
185/KMK.03/1995
dan
Perencanaan,
Pelaksanaan,
Penatausahaan,
dan
Pemantauan
Pinjaman/Hibah Luar Negeri dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara, sebagaimana telah diubah dengan SKB
Menteri Keuangan dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan
Nasional/Ketua
Bappenas Nomor 459/KMK .03/1999 dan

KEP264/KET/09/1999 ;

12. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 239/KMK.01/1996 tentang
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1995 tentang Bea
Masuk, Bea Masuk Tambahan , Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah , dan Pajak Penghasilan dalam rangka
Pelaksanaan Proyek Pemerintah yang Dibiayai dengan Hibah atau D,ma
Pinjaman Luar Negeri sebagaimana telah diu bah terakhir dengan
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 486/KMK.04/2000 ;
13. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-66/PB/2005
tentang Mekanisme Pelaksanaan Pembayaran atas Beban Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara;
14. Peratu ran Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-59/PB/2008
tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembebanan Dana Pinjaman dan/atau
Hibah Luar Negeri Melalui Mekanisme Rekening Khusus ;

MEMUTUSKAN :
Menetapkan

PERATURA N DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN TENTANG

PETUNJUK PELAKSANAAN PENCAIRAN DANA HIBAH IBRD NOMOR TF096670 DECENTRALIZA nON SUPPORT FACILITY /I FORMULA nON OF
NORMS, STANDARDS, PROCEDURES AND CRITERIA (NSPK) FOR
LOCAL GOVERNMENT SERVICE DELIVERY.

- 2-

It

BABI
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini yang dimaksud dengan:

1.

TF-096670, Decentralization Support Facility " Formulation of Norms,
Standards, Procedures, and Criteria (NSPK) for Local Government service
Delivery adalah kegiatan penyusunan Norma, Standard , Prosedur dan
Kriteria untuk penyediaan pelayanan publik oleh Pemerintah Daerah.


2.

Pemberi Hibah Luar Negeri yang selanjutnya disingkat PHLN adalah
pemerintah suatu negara asing , lembaga multilateral , lembaga keuangan
danl atau lembaga non-keuangan asing, serta lembaga keuangan dan/atau
lembaga non-keuangan nonasing yang berdomisili dan melakukan keg iatan
usaha di luar wilayah negara Republik Indonesia ya ng memberi hi bah kepada
Pemerintah Indonesia.

3.

Naskah Perjanjian Hibah Luar Negeri yang selanjutnya disingkat NPHLN
adalah naskah perjanjian atau naskah lain yang disamakan yang memuat
kesepakatan mengenai Hibah luar negeri antara Pemerintah Indonesia
dengan PHLN.

4.

Executing Agency adalah Kementerian Negara/Lembaga yang menjadi
penanggung jawab secara keseluruhan pelaksana an kegiatan .


5.

No Objection Letter yang selanjutnya disebut NOL adalah persetujuan dari
pemberi hibah atau donor atas suatu kontrak dengan jum lah batasan tertentu
atau tanpa batasan nilai berdasarkan jenis pekerjaa n yang sudah ditetapkan .

6.

Initial Deposit adalah dana awal yang dapat ditarik dari hibah luar negeri dan
ditransfer ke Rekening Khusus (Special Account) setelah NPHLN dinyatakan
efektif.

7.

Withdrawal Application yang selanjutnya disingkat WA adalah dokumen yang
digunakan untuk melakukan penarikan Initial Deposit dana hibah, pengisian
kembali Rekening Khusus, dan/atau penarikan untuk penggantian atas
pengeluaran-pengeluaran yang telah dibayarkan terlebih dahulu oleh
Pemerintah.


8.

Replenisment adalah pengisian kembali dana rekening khusus berkenaan
yang berkurang karena pelaksanaan pembayaran melalui penerbitan SP2D
Rekening Khu sus dan sekaligus berfung si sebagai pertanggungjawaban
pemerintah kepada PHLN .

9.

Reimbursement adalah penggantian kembal i dana talangan pemerintah yang
terpakai akibat dana rekening khusus tidak mencuk upi untuk pelaksanaan
pembayaran melalui penerbitan SP2D Rekening Kh usus dan sekaligus
berfungsi sebagai pertanggungjawaban pemerintah kepada PHLN .

10. Ineligible adalah pengeluaran atas SP2D Rekening Khu sus berdasarkan SPM
yang diajukan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Penggun a Anggaran yang
tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam NPHLN ,
pengeluaran atas SP2D Rekening Khusus tersebut tidak diakui dan/atau tidak
mendapat penggantian dari PHLN .

11. Closing Date adalah batas akhir waktu pembayaran dana pinjaman dan/atau
hibah luar negeri melalui penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana oleh (
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara.
-3-

12. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran yang selanjutnya disingkat DIPA adalah
dokurnen pelaksanaan anggaran yang disusun oleh Menteri/Pirnpinan
Lernbaga selaku Pengguna Anggaran dan disahkan oleh Menteri Keuangan
selaku Bendahara Urn urn Negara.
13. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat PA adalah pejabat yang
berwenang dan bertanggung jawab atas penggunaan anggaran pada
kernenterian negara/lernbaga yang bersangkutan.
14. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut Kuasa PA adalah
pejabat yang rnernperoleh kewenangan dan tanggung jawab dari PA untuk
rnenggunakan anggaran yang dikuasakan kepadanya.
15. Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara yang selanjutnya disingkat KPPN
adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang
rnernperoleh kewenangan selaku Kuasa Bendahara Umurn Negara.
16. Kas Negara adalah ternpat penyirnpanan uang negara yang ditentukan oleh
Menteri Keuangan selaku Bendahara Urnum Negara untuk rnenampung

seluruh penerirnaan negara dan rnembayar seluruh pengeluaran negara.
17. Rekening Khusus (Special Account) adalah rekening pemerintah yang berada
di Bank Indonesia atau bank pemerintah lainnya yang ditunjuk Menteri
Keuangan yang dibuka untuk rnenarnpung dana pinjaman/hibah luar negeri
yang digunakan untuk pern biayaan kegiatan pernbangunan.
18. Surat Perintah Membayar yang selanjutnya disingkat SPM ada lah dokurnen
yang diterbitkan oleh PAiKuasa PA atau pejabat lain yang ditunjuk untuk
rnencairkan dana yang bersurnber dari DIPA atau dokurnen lain yang
dipersarnakan.
19. Su rat Perintah Pencairan Dana yang selanjutnya disebut SP2D adalah surat
perintah yang diterbitkan oleh Kuasa Bendahara Umurn Negara kepada Bank
OperasionaliKantor Pos dan Giro untuk rnernindahbukukan sejumlah uang
dari Kas Negara ke rekening pihak yang ditunjuk dalam SPM berkenaan.
20. Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat UP adalah uang rnuka kerja
dengan jurnlah tertentu yang bersifat revolving , diberikan kepada Bendahara
Pengeluaran hanya untuk mernbiayai kegiatan operasional kantor sehari-hari
satuan kerja yang tidak dapat dilakukan dengan pernbayaran langsung .
21 . Tam bahan Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat TUP adalah uang
yang diberikan kepada satuan kerja untuk kebutuhan yang sangat rnendesak
dalam satu bulan melebihi pagu UP yang ditetapkan.
22. Su rat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja yang selanjutnya disingkat SPTB
adalah pernyataan tanggung jawab belanja yang dibuat oleh PAiKuasa PAr
atas transaksi belanja sarnpai dengan jurnlah tertentu .

-4 -



Pasal2
(1) Spesifikasi Hibah adalah sebagai berikut:
a. Nomor Perjanjian Hibah
b. Nomor Register
c. TanggalPenandatanganan
d. Effective Date
e. Closing date
f. Jumlah Hibah
g. Nomor Rekening Khusus
h. Initial Deposit
i.

TF-096670
71126401
22 Juli 2010
28 Juli 2010
30 September 2011
USD905,000.00 (Sembilan ratus lima ribu USD)
602.145411
USD90,000.00 (Sembilan puluh ribu USD)
Ditjen Otonomi Daerah ,Kementerian Dalam
Neaeri

Executing Agency

(2) Perubahan terkait spesifikasi dan kategori hibah dimaksud sesuai
amandemen Grant Agreement dan/atau persetujuan PHLN , diatur dan
ditetapkan melalui Surat Direktur Pengelolaan Kas Negara atas nama
Direktur Jenderal Perbendaharaan.

BAB II
PEMBEBANAN DAN PEMBAYARAN
Pasal3
(1) Tata cara pembayaran dana hibah menggunakan mekanisme Reken ing
Khusus .
(2) Pembayaran dibebankan pada Rekening Khusus Nomor 602.145411 pada
Kantor Pusat Bank Indonesia di Jakarta.
(3) Pembebanan dan pembayaran dilakukan sesuai kategori dan persentase
pembiayaan sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Direktur
Jenderal Perbendaharaan ini.

BAB III
PENCAIRAN DANA
Pasal4

(1) Pencairan dana dilaksanakan melalui penerbitan SP2D oleh KPPN atas
dasar SPM yang diajukan oleh PNKuasa PA berdasarkan DIPA.
(2) Pembayaran melalui mekanisme UPITUP, SP2D tidak dibebankan pada
Rekening Khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) tetapi
dibebankan pada Kas Negara.
(3) Sisa UP yang masih ada pada Bendahara pada akhir tahun anggaran harus
disetor ke Rekening Kas Negara paling lambat tanggal 31 Desember tahun
anggaran berkenaan.

-5-

t

(4) Pertanggungjawaban atas uprrup dilaksanakan sesuai Surat Edaran
Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor SE-77IPB/2005 tentang Tata
Gara Penerbitan SP2D Rekening Khusus pada KPPN .
Pasal5
(1) KPPN KBI dalam menerbitkan SP2D Rekening Khusus GU Nihil , agar
menerbitkan SPM dan SP2D Rekening Khusus Pengganti.
(2)

KPPN Non KBI dalam menerbitkan SP2D Rekening Khusus, agar
menerbitkan Surat Perintah Pembebanan (SPB) dan Daftar SPB.
Pasal6

Dalam penerbitan SP2D, KPPN harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
(1) Pembayaran terhadap kontrak-kontrak yang mempersyaratkan NOL dapat
dilaksanakan apabila SPM yang diajukan dilampiri copy NOL dimaksud
sesuai dengan Surat Edaran Direktur Jenderal Anggaran Nomor SE1041N2000 tentang Penggantian Format NOL for Disbursement (Form 3B)
bantuan IBRD menjadi Form 384P (untuk pekerjaan kategori goods and
works) dan Form 384G (untuk pekerjaan kategori consultant) atas kontrak
yang bersangkutan.
(2) NOL dari Bank Dunia adalah NOL terhadap
ditetapkan/ditandatangani (final/sign contract) .

kontrak

yang

telah

(3) Pada SPM tercantum nom or dan nilai hibah, nomor register, kode/uraian
kategori , porsi pembiayaan, nilai kontrak, nomor kontrak , dan tanggal
kontrak termasuk adendum , nomor dan tanggal Berita Acara Pembayaran
(BAP) serta tanggal NOL (apabila dipersyaratkan).
(4) Pembayaran terhadap kontrak-kontrak valuta asing tidak diperkenankan
merupiahkan tagihan val uta asing terse but (sesuai Surat Edaran Direktur
Jendera l Anggaran Nomor SE-431N61/0392 tentang Pembayaran · Mata
Uang ASingNaluta Asing (Valas) atas beban Rekening Khusus juncto Surat
Edaran Direktur Jenderal Anggaran Nomor SE-321N63/0295 tentang
Pembayaran Mata Uang AsingNaluta Asing (Valas) dan Surat Edaran
Direktur Jenderal Anggaran Nomor SE-1301N1989 tentang Petunjuk Tata
Gara Penyaluran Pembiayaan Training dalam Rangka Bantuan Luar Negeri
melalui Rekening Khusus) .
(5) PengaJ uan dokumen untuk pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) disampaikan kepada KPPN Khusus Jakarta VI.

BAB IV
PENGISIAN KEMBALI DANA REKENING KHUSUS

Pasal7

(1)

Pengisian/penggantian kembali dana Rekening Khusus menjadi tanggung
jawab Executing Agency bersangkutan dan dilaksanakan secara berkala
dengan menyampaikan WA replenishment/reimbursement kepada Direktorat (
Jenderal Perbendaharaan c.q. Direktorat Pengelolaan Kas Negara.
-6 -

(2) Executing Agency menyampaikan WA replenishment/reimbursement
berdasarkan copy rekening koran Rekening Khusus serta dokumen
pendukungnya kepada Direktorat Jenderal Perbendaharaan c.q. Direktorat
Pengelolaan Kas Negara dengan ketentuan sebagai berikut.
a. PAlKuasa PA mengirimkan copy SP2D Rekening Khusus beserta
dokumen pendukungnya kepada Executing Agency.
b.

Executing Agency menerima copy rekening koran Rekening Khusus
hibah berkenaan dari Direktorat Pengelolaan Kas Negara.

c.

Berdasarkan copy rekening koran Rekening Khusus dan copy SP2D
Rekening Khusus yang diterima, Executing Agency menyiapkan dan
menyampaikan konsep WA dalam rangka replenishment kepada
Direktorat Jenderal Perbendaharaan c.q. Direktorat Pengelolaan Kas
Negara.

d. Apabila terdapat pengeluaran yang membebani rekening Dana
Talangan Executing Agency menyiapkan dan menyampaikan konsep
WA dalam rangka reimbursement kepada Direktorat Jenderal
Perbendaharaan C.q. Direktorat Pengelolaan Kas Negara.
(3)

Direktorat Jenderal Perbendaharaan c.q. Direktorat Pengelolaan Kas Negara
memeriksa dan meneliti WA replenishment/reimbursement yang diterima dari
Executing Agency. Setelah WA replenishment/reimbursement dinyatakan
benar, Direktorat Jenderal Perbendaharaan C.q. Direktorat Pengelolaan Kas
Negara membuat covering letter WA replenishment/reimbursement dan
menyampaikan secara lengkap WA replenishment/reimbursement tersebut
kepada PHLN.

(4) Apabila Executing Agency/Kuasa PA tidak melaksanakan kewajiban untuk
menyampaikan aplikasi replenishment secara berkala dan mengakibatkan
saldo dana yang tersedia pada Rekening Khusus berkenaan di Bank
Indonesia tidak mencukupi, Direktorat Jenderal Perbendaharaan C.q .
Direktorat Pengelolaan Kas Negara dapat menerbitkan surat perintah
penghentian pembayaran sementara kepada KPPN .
(5) Pembayaran kembali atas penghentian sementara sebagaima na dimaksud
pada ayat (4) dapat dilaksanakan setelah KPPN menerima surat
pemberitahuan dari Direktorat Jenderal Perbendaharaan c.q. Direktorat
Pengelolaan Kas Negara.
Pasal 8
(1)

Dalam hal dipersyaratkan, Executing Agency menyusun Financial Statement
of Special Account (FISSA) untuk kepentingan audit penggunaan Rekening
Khusus oleh auditor.

(2)

FISSA yang telah diperiksa oleh auditor sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) , disampaikan kepada Direktur Jenderal Pengelolaan Utang
untuk
selanjutnya diteruskan kepada PHLN berken aan.
BAB V
PELAPORAN DAN PENGIRIMAN DOKUMEN
Pasal9

(1)

KPPN KBI agar menyampaikan lembar ke-2 SP2D LS , SP2D GU lsi, SP2D
GU Nihil, dan SP2D GU Pengganti Rekening Khusus kepada satuan kerja (
bersangkutan.
-7-

(2)

KPPN Non KBI agar menyampaikan lembarke-2 SP2D LS, SP2D GU lsi, dan
SP2D GU Nihil dengan dilampiri copy SPB SP2D berkenaan kepada satuan
kerja bersangkutan.
Pasal10

(1)

KPPN KBI agar menyampaikan copy SP2D LS, SP2D GU lsi, SP2D GU
Nihil, dan SP2D GU Pengganti Rekening Khusus kepada Direktorat
Pengelolaan Kas Negara.

(2)

KPPN Non KBI agar menyampaikan copy SP2D LS, SP2D GU lsi, dan
SP2D GU Nihil dengan dilampiri SPB SP2D dan Daftar SPB berkenaan
kepada Direktorat Pengelolaan Kas Negara.

(3)

Pengiriman dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2)
dilakukan setiap hari Senin atau awal hari kerja minggu berikutnya alas
seluruh Iransaksi penerbitan SP2D Rekening Khusus minggu sebelumnya,
dikelompokan per masing-masing kode PHLN dalam salu sural penganlar
dan dialamatkan kepada :
Direktoral Jenderal Perbendaharaan
Direktoral Pengelolaan Kas Negara
Subdirekloral Dana Pinjaman dan Hibah
Gedung Prijadi Praplosuhardjo I lanlai IV
JI. Lapangan Banleng Timur No. 2-4,
Jakarta 10710
BABVI
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 11

(1)

PPN , PPnBM, dan PPh yang lerulang unluk porsi hibah luar negeri
dilaksanakan sesuai peraluran perundang-undangan.

(2)

Pengesahan faklur pajak dan SSP dilakukan sesuai peraluran perundangundangan.
Pasal 12

(1)

Pengeluaran alas SP2D yang lelah membebani Reken ing Khusus lela pi
belum diminlakan pengganliannya kepada PHLN dinyalakan backlog
sa mpai
dengan
SP2D
Rekening
Khusus berkenaan
diajukan
replenishment/reimbursement dan lelah mend apal pengganlian.

(2)

Pengeluaran alas SP2D Rekening Khusus berdasarkan SPM yang diajukan
oleh PAlKuasa PA yang lidak sesuai dengan kelenluan sebagaimana dialur
dalam NPHLN dikalegorikan sebagai pengeluaran ineligible.

(3)

Alas pengeluaran yang dikalegorikan ineligible sebag aimana dimaksud
pada ayal (2), Direklur Jenderal Perbendaharaan menyampaikan sural
pemberilahuan kepada Pimpinan Kemenlerian Negara/Lembaga dengan
lembusan kepada Direklur Jenderal Anggaran.
-8-

f

(4)

Pengeluaran yang dikategorikan ineligible sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) menjadi tanggung jawab Kementerian Negara/Lembaga yang
bersangkutan dan harus diperhitungkan dalam revisi DIPA tahun anggaran
berjalan atau dibebankan dalam DIPA tahun anggaran berikutnya.

BAB VII

KETENTUAN PENUTUP
Pasal13
Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan in! mulai berlaku pad a tanggal
ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 19 NOT ember 2010
KTUR JENDERAL,
'I,tセ

-9-

N@

"""

r

LAMPIRAN
PERATURAN

OIREKTUR

JENOERAl

PERBENDAHARAAN

NOMOR PER-J0IP8I2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN
IBRD
NOMOR
TF·096670
PENCAIAAN
DANA
HIBAH
DECENTRAUZA TION SUPPORT FA CILITY II FORMULA TlON OF
NORMS, STANDARDS, PROCEDURES AND CRITERIA (NSPK)
FOR LOCAL GO VERNMENT SERVICES DELIVER Y

DAFTAR PERSENTASE PEMBIAYAAN DANA HIBAH IBRD NOMOR TF-096670
DECENTRALIZATION SUPPORT FACILITY" FORMULATION OF NORMS, STANDARDS,
PROCEDURES AND CRITERIA (NSPK) FOR LOCAL GOVERNMENT SERVICES DELIVERY
REKENING KHUSUS NOMOR 602.145411

Kode

Uraian Kategori

Porsi
Pembiayaan
Hibah

(1)

(2)

(3)

(4)

Batas Maksimum Nilai Kontrak
SOE
(Tidak Perlu NOL Bank Dunia)

1

Consultants' Services

100 %

Procurement Plan

2

Training and Workshops

100 %

Procurement Plan

3

Operating Expenses

100%

Procurement Plan

- 10 -