PERBUP NOMOR 37 TAHUN 2015

BUPATI PANGANDARAN
PROVINSI JAWA BARAT
PERATURAN BUPATI PANGANDARAN
NOMOR 37 TAHUN 2015
TENTANG
PENDIDIKAN PENGARUSUTAMAAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA
DI SEKOLAH
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Menimbang

Mengingat

: a.

:

BUPATI PANGANDARAN,
bahwa pendidikan pengarusutamaan pengurangan risiko
bencana merupakan kegiatan penting, yang harus
ditanamkan pada peserta didik dimulai sejak usia sekolah;


b.

bahwa untuk melaksanakan kegiatan sebagaimana
dimaksud pada huruf a, akan berdayaguna dan berhasil
guna, jika Pendidikan Pengarusutamaan Pengurangan
Risiko Bencana di Sekolah dilaksanakan secara optimal;

c.

bahwa untuk menjamin terselenggaranya pendidikan
pengarusutamaan
pengurangan
resiko
bencana
sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b, perlu
menetapkan
Peraturan Bupati tentang
Pendidikan
Pengarusutamaan Pengurangan Risiko di Sekolah.


1. Undang-Undang
Nomor
23
Tahun
2002
tentang
Perlindungan Anak sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak;
2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional;
3. Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan;
4. Undang-Undang
Nomor
21
Tahun

2012
tentang
Pembentukan Kabupaten Pangandaran di Provinsi Jawa
Barat;
5. Undang-Undang
Nomor
24
Tahun
2007
tentang
Penanggulangan Bencana;

1

6. Undang-Undang
Nomor
23
Tahun
2014
tentang

Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah duakali
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015
tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana;
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2014
tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah;
9. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan
Bencana Nomor 4 Tahun 2012 tentang Sekolah Rawan
Bencana;
10. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun
2010 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana;
11. Peraturan Bupati Pangandaran Nomor 3 Tahun 2014
tentang Organisasi dan Tata Kerja Organisasi Perangkat
Daerah Kabupaten Pangandaran sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Bupati Pangandaran Nomor 41 Tahun
2014
tentang
Perubahan

Atas
Peraturan
Bupati
Pangandaran Nomor 3 Tahun 2014 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten
Pangandaran.
Memperhatikan : Surat
Edaran
Menteri
Pendidikan
Nasional
Nomor
70A/MPN/SE/2010 tentang Pengarusutamaan Pengurangan
Risiko Bencana di Sekolah;
MEMUTUSKAN :
Menetapkan

: PERATURAN
BUPATI
TENTANG

PENDIDIKAN
PENGARUSUTAMAAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI
SEKOLAH
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Pangandaran;
2. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan daerah otonom;
3. Bupati adalah Bupati Pangandaran.
4. Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga yang selanjutnya
disingkat Disdikbudpora adalah Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda
dan Olahraga Kabupaten Pangandaran;
5. Badan Penanggulangan Bencana Daerah, yang selanjutnya disingkat BPBD
adalah Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Pangandaran;

2


6. Kepala disdikbudpora adalah Kepala Dinas Pendidikan, Kebudayaan
Pemuda dan Olahraga Kabupaten Pangandaran;
7. Kepala Pelaksana BPBD adalah Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan
Bencana Daerah Kabupaten Pangandaran;
8. Bencana adalah Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan,
baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia
sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis;
9. Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana adalah serangkaian upaya yang
meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya
bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat dan rehabilitasi;
10. Pendidikan Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana adalah usaha
sadar dan terencana dalam proses pembelajaran untuk memberdayakan
peserta didik dalam upaya untuk pengurangan risiko bencana dan
membangun budaya aman serta tangguh terhadap bencana;
11. Bahaya/Ancaman adalah suatu kejadian atau peristiwa yang mempunyai
potensi dapat menimbulkan kerusakan, kehilangan jiwa manusia, atau
kerusakan lingkungan;

12. Kerentanan (vulnerability) adalah suatu kondisi yang ditentukan oleh faktorfaktor atau proses-proses fisik, sosial, ekonomi, dan lingkungan yang
mengakibatkan peningkatan kerawanan masyarakat dalam menghadapi
bahaya (hazard);
13. Kemampuan (capacity) adalah penguasaan sumberdaya, cara, dan kekuatan
yang dimiliki masyarakat, yang memungkinkan mereka mempersiapkan
diri, mencegah, menjinakkan, menanggulangi, mempertahankan diri serta
dengan cepat memulihkan diri dari akibat bencana;
14. Risiko Bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana
pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian,
luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan
atau kehilangan harta dan ganguan kegiatan masyarakat;
15. Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah
yang tepat guna dan berdaya guna;
16. Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera
mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana
pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang;
17. Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik
melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana;

18. Pencegahan adalah upaya sistematis yang menghindar dari dampak
merugikan yang dapt ditimbulkan oleh suatu ancaman. Seringkali istilah
pencegahan dan mitigasi digunakan bersamaan untuk menekan pentingnya
upaya tersebut;
19. Yang dimaksud Sekolah adalah sekolah yang berada dilingkungan Dinas
Pendidiakan, Kebudayaan, Budaya dan Olahraga yaitu SD, SMP, SMA, dan
SMK;

3

20. Kegiatan Intrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan oleh Sekolah yang
sudah teratur, jelas dan terjadwal dengan sistematik yang merupakan
program utama dalam proses mendidik siswa;
21. Kegiatan Ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilaksanakan diluar jam
pelajaran biasa (diluar intrakurikuler) dan kebanyakan materinya pun di
luar
materi
intrakurikuler,
yang
utamanya

berfungsi
untuk
menyalurkan/mengembangkan kemampuan siswa sesuai dengan minat dan
bakatnya, memperluas pengetahuan, belajar bersosilisasi, menambah
keterampilan, mengisi waktu luang dan lain sebagainya yang bisa
dilaksanakan di Sekolah ataupun kadang-kadang bisa di luar Sekolah;
22. Komunitas sekolah terdiri dari kepala sekolah, guru, laboran, pustakawan,
peserta didik, penjaga sekolah, petugas kebersihan sekolah, petugas
keamanan sekolah, orangtua siswa, dan komite sekolah;
23. Ketangguhan (resilience) adalah kemampuan dari sebuah sisten dan/atau
masyarakat yangk terpapar suatu ancaman bahaya untuk melakukan
pencegahan, adaptasi dan pemulihan dari dampak bahaya tersebut dengan
efisien dan efektik. Kemampuan sistem dan/atau masyarakat untuk segera
pulih dari “shock” sangat tergantung dari ketersedianya sumberdaya dan
kemampuan tindak yang sistematis sebelum dan sesudah kejadian “shock”
tersebut.
BAB II
ASAS, PRINSIP DAN TUJUAN
Bagian Kesatu
Asas

Pasal 2
Pendidikan
Pengarusutamaan
Pengurangan
Risiko
penyelenggaraan penanggulangan bencana berasaskan :
a. kemanusian;
b. keadilan;
c. kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan;
d. keseimbangan, keselarasan dan keselerasian;
e. ketertiban dan kepastian hukum;
f. kebersamaan;
g. kelestarian lingkungan hidup; dan
h. ilmu pengetahuan dan teknologi.

Bencana

dalam

Bagian Kedua
Prinsip
Pasal 3
Prinsip Pendidikan Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana, yaitu :
a. Prioritas;
b. Cepat dan tepat;
c. Koordinasi dan keterpaduan;

4

d. Berdaya guna dan berhasil guna;
e. Transformasi dan akuntibilitas;
f.

Proforsionalitas;

g. Kemitraan;
h. Pemberdayaan; dan
i.

Kemandirian.

Bagian Ketiga
Tujuan
Pasal 4
Pendidikan Pengarusutamaan
bertujuan untuk :

Pengurangan

Risiko

Bencana

di

Sekolah

a. Menumbuhkembangkan nilai dan sikap kemanusiaan;
b. Menumbuhkembangkan sikap dan kepedulian terhadap risiko bencana;
c. Mengembangkan pemahaman tentang risiko bencana, pemahaman tentang
kerentanan sosial, pemahaman tentang kerentanan fisik, serta kerentanan
perilaku dan motivasi;
d. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan untuk pencegahan dan
pengurangan risiko bencana, pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan
yang bertanggungjawab, dan adaptasi terhadap risiko bencana;
e. Mengembangkan upaya untuk pengurangan risiko bencana, baik secara
individu maupun kolektif;
f.

Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan siaga bencana;

g. Meningkatkan kemampuan tanggap darurat bencana;
h. Mengembangkan kesiapan untuk mendukung pembangunan kembali
komunitas saat bencana terjadi dan mengurangi dampak yang disebabkan
karena terjadinya bencana;
i.

Meningkatkan kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan besar dan
mendadak.

BAB III
TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG
Bagian Kesatu
Tanggung Jawab
Pasal 5
Pemerintah Daerah menjadi penanggung jawab dalam pelaksanaan Pendidikan
Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana.

5

Pasal 6
Pelaksanaan Pendidikan Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, Pemerintah Daerah memberikan
layanan Pendidikan Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana kepada
peserta didik di Sekolah secara adil dan merata dengan mempertimbangkan
kesetaraan gender dan tingkat kerentanan.
Pasal 7
Tanggung jawab Pemerintah Daerah pada pelaksanaan Pendidikan
Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana di Sekolah dilakukan dengan
cara :
a. Menugaskan kepada Kepala Disdikbudpora untuk menyelenggarakan
Pendidikan Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana.
b. Menugaskan kepada Kepala Pelaksana BPBD untuk membina secara teknis
dibidang kebencanaan.
Pasal 8
(1) Layanan Pendidikan Pengarusutamaan Pengurangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 terdiri atas :

Risiko

Bencana

a. Mengalokasikan anggaran dana untuk pelaksanaan Pendidikan
Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah.
b. Menyediakan peralatan dan fasilitas pendukung yang dibutuhkan untuk
pelaksanaan Pendidikan Pengarusutamaan Pengurangan Risiko
Bencana.
c. Mempersiapkan dan meningkatkan sumber daya manusia secara
kualitatif dan kuantitatif untuk mendukung pelaksanaan Pendidikan
Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana.
(2) Pelaksanaan Layanan Pendidikan Pengarusutamaan Pengurangan Risiko
Bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara
terkoordinasi oleh Disdikbudpora dan BPBD.

Bagian Kedua
Wewenang
Pasal 9
Bupati berwenang untuk :
a. Melaksanakan prosedur analisa dan pengambilan keputusan kepada
Disdikbudpora dan BPBD yang memimpin Pelaksanaan Pendidikan
Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana.
b. Melaksanakan destiminasi dan arahan tentang Pelaksanaan Pendidikan
Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana.
c. Mengerahkan seluruh potensi/sumber daya yang ada untuk mendukung
pelaksanaan Pendidikan Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana.

6

d. Meminta dukungan dari Pemerintah Pusat dan Provinsi dan Stakeholder
lainnya untuk memperkuat Pelaksanaan Pendidikan Pengarusutamaan
Pengurangan Risiko Bencana.

Pasal 10
Wewenang Bupati sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, didelegasikan kepada
Kepala Disdikbudpora dan Kepala Pelaksana BPBD.

BAB IV
KELEMBAGAAN
Pasal 11
(1) Untuk pelaksanaan Pendidikan Pengarusutamaan Pengurangan Risiko
Bencana, Kepala Disdikbudpora menugaskan semua Sekolah untuk
menyelenggarakan Pendidikan Pengarusutamaan Pengurangan Risiko
Bencana.
(2) Sekolah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab kepada
Kepala Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Kabupaten
Pangandaran.
(3) Sekolah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam pelaksanaan
Pendidikan Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana melibatkan
komunitas sekolah dan Stakeholder lainnya.
(4) Dalam upaya mendukung Pendidikan Pengarusutamaan Pengurangan
Risiko Bencana Sekolah harus memberdayakan organisasi siswa yang telah
ada untuk dihimpun dalam satu Forum yang diberi nama Forum
Pengurangan Risiko Bencana Sekolah.

BAB V
STRATEGI DAN PELAKSANAAN
Bagian Kesatu
Strategi
Pasal 12
Strategi yang digunakan dalam pelaksanaan Pembelajaran Pengarusutamaan
Pengurangan Risiko Bencana di Sekolah adalah :
a. Peningkatan kemampuan komunitas sekolah dan penguatan kelembagaan
sistem pendidikan pada tingkat Sekolah, Guru Sekolah, dan Pemerintah
Kabupaten
untuk
mewujudkan
praktik-praktik
pengarusutamaan
pengurangan risiko bencana kedalam sistem pendidikan.
b. Mewujudkan praktik-praktik pengarusutamaan pengurangan risiko
bencana kedalam sistem pendidikan (integrasi Pengurangan Risiko Bencana
kedalam kurikulum pendidikan dan program kesiapsiagaan sekolah) dan
menyebarluaskan pembelajaran dari praktik-praktik tersebut kepada para
pemangku kepentingan.

7

c. Membangun kemitraan yang solid antar berbagai pihak yang dapat
mendukung pelaksanaan praktik-praktik pengarusutamaan pengurangan
risiko bencana kedalam sistem pendidikan.
d. Membangun kerangka hukum untuk pengarusutamaan pengurangan risiko
bencana kedalam sistem pendidikan ditingkat sekolah dan Pemerintah
Kabupaten yang disusun melalui konsultasi publik.
e. Melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala terhadap pelaksanaan
program pengarusutamaan pengurangan risiko bencana kedalam sistem
pendidikan untuk menghasilkan umpan balik bagi perbaikan kebijakan dan
pelaksanaan program.
Bagian Kedua
Pelaksanaan Pendidikan Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana
Pasal 13
Dalam penerapan materi ajar Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana
kedalam Pembelajaran tidak dijadikan sebagai mata pelajaran tersendiri, tetapi
diintregrasikan kedalam mata pelajaran yang memuat materi terkait sesuai
jenjang sekolah.
Pasal 14
Kegiatan pengintregrasian materi Pengurangan Risiko Bencana sebagaimana
dimaksud Pasal 13 diurutkan secara prioritas sebagai berikut :
1. Mengintegrasikan Pengurangan Risiko Bencana kedalam mata pelajaran
dari kurikulum yang sedang berjalan.
2. Mengintegrasikan Pengurangan Risiko Bencana kedalam muatan lokal dari
kurikulum yang berjalan.
3. Mengintegrasikan Pengurangan Risiko Bencana kedalam kegiatan
ekstrakurikuler dari kurikulum yang berjalan.
4. Menyelenggarakan mata pelajaran yang telah terintegrasi Pengurangan
Risiko Bencana untuk muatan lokal dibawah kurikulum baru berbasis
Pengurangan Risiko Bencana.
5. Membuat kegiatan Ekstrakurikuler Pengurangan Risiko Bencana sesuai
dengan kurikulum yang berjalan.
Pasal 15
Pengintegrasian Pengurangan Risiko Bencana dalam mata pelajaran
sebagaimana dimaksud Pasal 14 angka 1 dilakukan melalui tahapan :
a. Mengidentifikasi materi pembelajaran tentang Pengurangan Risiko Bencana.
b. Menganalisis kopetensi dasar yang memungkinkan dapat diintegrasikan
dengan Pengurangan Risiko Bencana.
c. Menyusun silabus yang terintegrasi Pengurangan Risiko Bencana.
d. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
e. Penyusunan bahan ajar Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana.

8

Pasal 16
Pelaksanaan pengembangan muatan lokal Pengurangan Risiko Bencana,
pengembangan mata pelajaran muatan lokal sepenuhnya ditangani oleh
sekolah dan Komite Sekolah, dengan melaksanakan langkah-langkah sebagai
berikut :
1. Menganalisis kontens mata pelajaran muatan lokal dengan mengidentifikasi
keadaan dan kebutuhan daerah, meninjau potensi daerah yang meliputi
aspek sosial, ekonomi, budaya dan kekayaan alam, menentukan fungsi dan
susunan atau kompetensi muatan lokal, menentukan bahan kajian muatan
lokal, menentukan mata pelajaran muatan lokal, dan mengembangkan
standar
kompetensi
dasar,
silabus
dan
rencana
pelaksanaan
pembelajarannya dengan mengacu kepada standar isi yang ditetapkan oleh
Badan Standar Nasional Pendidikan;
2. Penyusunan standar kompetensi dan kompetensi dasar muatan lokal
Pengurangan Risiko Bencana; dan
3. Penyusunan Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Muatan Lokal
Pengurangan Risiko Bencana.

Pasal 17
Kegiatan Pembelajaran Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana di
Sekolah terdiri atas :
a. Kegiatan Intrakurikuler Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana;
b. Kegiatan Ekstrakurikuler Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana;
dan
c. Kegiatan Pemberdayaan Organisasi Siswa.
Bagian Ketiga
Kegiatan Intrakurikuler
Pasal 18
(1) Kegiatan Intrakurikuler Pengurangan Risiko Bencana
sebagaimana
dimaksud pada Pasal 17 huruf a merupakan Kegiatan Intrakurikuler yang
membelajarkan
peserta
didik
pada
penguasaan
kompetensi
Penanggulangan Bencana.
(2) Kegiatan Intrakurikuler Pengurangan Risiko Bencana
sebagaimana
dimaksud pada Pasal 18 ayat (1) merupakan Kegiatan Intrakurikuler yang
wajib dilaksanakan di Sekolah.
(3) Pelaksanaan
program
Kegiatan
Intrakurikuler
pengarusutamaan
pengurangan risiko bencana pada kegiatan Intrakurikuler merupakan
bagian dari Rencana Kerja Sekolah.

9

Bagian Keempat
Kegiatan Ekstrakurikuler
Pasal 19
(1) Kegiatan Ekstrakurikuler Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana
sebagaimana dimaksud pada Pasal 17 huruf b merupakan Kegiatan
Ekstrakurikuler yang membelajarkan peserta didik pada penguasaan
kompetensi pencegahan dan kesiapsiagaan menghadapi Bencana .
(2) Kegiatan Ekstrakurikuler Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana
Kegiatan Ekstrakurikuler Pengurangan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) merupakan Kegiatan Ekstrakurikuler yang harus dikembangkan oleh
sekolah.
(3) Kegiatan Ekstrakurikuler sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
Kegiatan Ekstrakurikuler pilihan yang dilaksanakan sesuai dengan bakat
dan minat peserta didik, serta kesiapan sekolah.
(4) Kegiatan Ekstrakurikuler pengarusutamaan pengurangan risiko bencana
dilakukan dengan mengacu pada prinsip:
a. partisipasi aktif; dan
b. menyenangkan.
(5) Program Kegiatan Ekstrakurikuler pengarusutamaan pengurangan risiko
bencana harus mempertimbangkan:
a. rasional dan tujuan umum;
b. deskripsi setiap kegiatan ekstrakurikuler;
c. pengelolaan;
d. pendanaan; dan
e. evaluasi.
(6) Program Kegiatan Ekstrakurikuler pengrusutamaan pengurangan resiko
bencana wajib disosialisasikan kepada peserta didik dan orangtua/wali
pada setiap awal tahun pelajaran.
(7) Pelaksanaan
program
Kegiatan
Ekstrakurikuler
pengarusutamaan
pengurangan risiko bencana pada kegiatan ekstrakurikuler merupakan
bagian dari Rencana Kerja Sekolah.
Bagian Kelima
Pemberdayaan Organisasi Siswa
Pasal 20
(1) Kegiatan Pemberdayaan Organisasi Siswa sebagaimana dimaksud pada
Pasal 11 ayat (4) dan Pasal 17 huruf c merupakan organisasi siswa yang
dibentuk secara khusus dan bergerak dibidang penanggulangan bencana
dan diberi nama Forum Pengurangan Risiko Bencana Sekolah.
(2) Mekanisme pembentukan Forum Pengurangan Risiko Bencana di Sekolah
diatur dalam Petunjuk Teknis.
(3) Petunjuk teknis dimaksud pada ayat (2), disusun dan ditetapkan lebih
lanjut oleh Kepala Disdikbudpora dan kepala Pelaksana BPBD.

10

Bagian Keenam
Perangkat Pembelajaran
Pasal 21
(1) Sekolah wajib menyusun perangkat pembelajaran Pengarusutamaan
Pengurangan Risiko Bencana.
(2) Penyusunan perangkat pembelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan secara terintegrasi dalam mata pelajaran yang relevan.
(3) Sekolah wajib memasukkan materi Pengarusutamaan Pengurangan Risiko
Bencana pada kegiatan Intrakurikuler dan Ekstrakurikuler dan pembinaan
forum pengurangan risiko bencana yang merupakan bagian dari Program
Kerja Sekolah.
Bagian Ketujuh
Bahan Ajar
Pasal 22
(1) Silabus materi ajar Pendidikan Pengarusutamaan Pengurangan Risiko
Bencana Sekolah untuk setiap tingkat pendidikan perlu ditentukan dengan
seksama agar proses belajar mengajar dapat diterima secara efektif dan
efisien oleh peserta didik.
(2) Kedalaman materi ajar Pendidikan Pengarusutamaan Pengurangan Risiko
Bencana bagi masing-masing peserta didik berbeda penekanannya untuk
setiap tingkat pendidikan, yaitu sebagai berikut:
a. SD
= Pengenalan Konsep;
b. SMP = Pemahaman Konsep;
c.
SMA = Pendalaman Konsep;
Pasal 23
Secara umum materi ajar Pendidikan Pengarusutamaan Pengurangan Risiko
Bencana memuat topik-topik sebagai berikut :
1. Kelompok materi yang mengacu kepada Kerangka Kerja Struktural terdiri
dari :
a. Lokasi aman, yaitu lahan sesuai dengan rencana tata ruang wilayah;
b. Struktur bangunan aman, yaitu harus memenuhi persyaratan
keselamatan, kesehatan, kemudahan termasuk kelayakan bagi
peserta didik yang berkebutuhan khusus, kenyamanan dan
keamanan;
c.
Desain dan penataan kelas aman, yaitu pengaturan ruang kelas
harus ideal sehingga memiliki risiko sekecil mungkin bila sewaktuwaktu terjadi bencana;
d. Dukungan sarana prasarana aman.
2.

Kelompok materi yang mengacu pada Kerangka Kerja Non Struktural
memuat topik-topik:
a. Pengenalan kepada ancaman bencana;
b. Pengenalan kepada Penanggulangan Bencana;

11

c.
d.
e.
f.
g.

Identifikasi, ancaman, kerentanan, dan kapasitas di lingkungan
sekolah;
Kesiapsiagaan sekolah terhadap ancaman bencana;
Pengenalan terhadap upaya darurat;
Kondisi psikologi anak sebelum, sesaat terjadi bencana dan pasca
darurat; dan
Penyusunan rencana aksi sekolah.
BAB VI
PENILAIAN
Pasal 24

Penilaian
Pembelajaran Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana
dilakukan sebagai berikut :
1. Sekolah memberikan penilaian terhadap kinerja peserta didik dalam
Kegiatan
Intrakurikuler
dan
Ekstrakurikuler
pengarusutamaan
pengurangan risiko bencana yang merupakan bagian dari Program Kerja
Sekolah.
2.

Sekolah melakukan evaluasi Program Kegiatan Intrakurikuler dan
Ekstrakurikuler pengarusutamaan pengurangan risiko bencana pada
setiap akhir tahun ajaran untuk mengukur ketercapaian tujuan pada
setiap indikator yang telah ditetapkan.

3.

Hasil penilaian kinerja peserta secara kualitatif dan dideskripsikan pada
rapor peserta didik.

4.

Kegiatan Pemberdayaan Forum Pengurangan Risiko Bencana Sekolah
merupakan bagian dari Organisasi Siswa Sekolah juga harus
mendapatkan penilaian.
Hasil penilaian kegiatan Intrakurikuler maupun Ekstrakurikuler
Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana digunakan untuk
penyempurnaan Program Kegiatan Pengarusutamaan Pengurangan Risiko
Bencana di Sekolah tahun ajaran berikutnya.

5.

BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 25
Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Bupati ini sepanjang
mengenai teknis pelaksanaannya diatur lebih lanjut oleh Kepala Pelaksana
BPBD.

12

Pasal 26
Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten
Pangandaran.

Ditetapkan di Parigi
pada tanggal 02 Nopember 2015
PENJABAT BUPATI PANGANDARAN,
Ttd/Cap

H. DAUD ACHMAD

Diundangkan di Parigi
pada tanggal 02 Nopember 2015
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN,

Ttd/Cap
MAHMUD
BERITA DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN
TAHUN 2015 NOMOR 37

13