S GE0 1102010 Chapter3
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Ditinjau dari sudut pemakaiannya, penelitian ini dapat dikategorisasikan
sebagai penelitian terapan. Sebab hasil dari penelitian ini dapat digunakan
langsung secara praktis, contohnya apabila kita sudah mengetahui daerah-daerah
yang sesuai untuk tanaman jagung kita bisa membudidayakan tanaman jagung
lebih optimal karena tempat tumbuh tanaman jagung sesuai dengan syarat-syarat
tanaman jagung itu sendiri.
Penelitian terapan adalah penelitian yang dilakukan dengan tujuan agar dapat
melakukan sesuatu yang jauh lebih baik, efektif dan efisien misalnya penelitian
mengenai biaya hidup, hasilnya dapat digunakan sebagai dasar untuk penentuan
gaji, penelitian mengenai efisiensi kerja dalam rangka untuk meningkatkan
produktifitas, dsb. (Silaen dan Widyono, 2013, hlm.17).
Tujuan akhir dari penelitian ini, peneliti akan berusaha untuk mendeskripsikan
atau pun memberikan gambaran baik dengan gambar, peta, grafik, tabel atau pun
yang lainnya mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antara fenomena yang
diteliti, contohnya memberikan deskripsi hubungan antara ketinggian tempat dan
curah hujan syarat tumbuh jagung, dan sebagainya. Sehingga berdasarkan tujuannya,
penelitian ini diklasifikasikan sebagai penelitian deskriptif eksploratif.
Penelitian terapan adalah penelitian yang dilakukan dengan tujuan agar dapat
melakukan sesuatu yang jauh lebih baik, efektif dan efisien. Misalnya, penelitian
mengenai biaya hidup, hasilnya dapat digunakan sebagai dasar untuk penentuan
gaji, penelitian mengenai efisiensi kerja dalam rangka untuk meningkatkan
produktifitas, dsb. (Silaen dan Widyono, 2013, hlm.17).
Sugiyono (2010:2) mengatakan “metode penelitian pada dasarnya merupakan
cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”,
sedangkan menurut Arikunto (2006:149)“ metode penelitian adalah cara yang
digunakan oleh peneliti dalam menggunakan data penelitiannya” selanjutnya Narbuko
dan acmadi (2009:1) mengatakan “metode penelitian berasal dari kata metode yang
artinya cara yang tepat untuk melakukan sesuatu dan penelitian adalah
34
Muhammad Husni Mubarok Saputra, 2015
ANALISIS KESESUAIAN LAHAN TANAMAN JAGUNG DI KABUPATEN MAJALENGKA MENGGUNAKAN
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
35
suatu kegiatan untuk mencari, mencatat, merumuskan dan menganalisis sampai
menyusun laporan”.
Dapat disimpulkan dari beberapa pendapat diatas metode penelitian
merupakan cara ilmiah yang digunakan peneliti untuk tujuan penelitian berupa
kegiatan mencari, mencatat, merumuskan, menganalisis dan menyusun laporan.
Bedasarkan hal tersebut maka peneliti menggunakan SIG sebagai metode dengan
alat berupa Argcis.
SIG sebagai metode penelitian yang mempunyai kemampuan yang dapat
digunakan sebagai cara ilmiah untuk mencari, mencatat, merumuskan,
menganalisis hingga menyusun laporan. Kemampuan SIG sebagai metode sejalan
dengan pengertian SIG menurut Prahasta( 2009, hlm 116) “SIG adalah sistem
komputer
yang
digunakan
untuk
memasukan,
menyimpan,
memeriksa,
mengintergrasikan, memanipulasi data-data yang berhubungan dengan posisinya
di permukaan bumi”.
Adapun menurut Prahasta (2009: 135) mengatakan “...selanjutnya SIG dapat
digunakan sebagai alat untuk mengambil keputusan”. Pengertian tersebut sejalan
yang dikatakan setiawan (2010 : 12) bahwa, “satu hal yang sangat penting dari
SIG adalah kemampuannya yang handal dalam menganalisa data dan memadukan
data untuk memperoleh informasi baru”.
3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Menurut Sumaatmaja (1988:122) populasi adalah keseluruhan gejala
(fisik,sosial,ekonomi,budaya,politik), individu (manusia baik perorangan maupun
kelompok), kasus (masalah,peristiwa tertentu) yang ada pada ruang tertentu.
Adapun menurut Arikunto (2010:173) populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian. Berdasarkan pengertian diatas, populasi yang diambil dalam penelitian
yaitu Seluruh Wilayah di Kabupaten Majelangka.
Muhammad Husni Mubarok Saputra, 2015
ANALISIS KESESUAIAN LAHAN TANAMAN JAGUNG DI KABUPATEN MAJALENGKA MENGGUNAKAN
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
36
3.2.2 Sampel
Menurut Arikunto (2010:174) mengemukakan bahwa sampel adalah sebagian
atau wakil populasi yang diteliti. Menurut sumaatmadja,(1988:104) sampel adalah
bagian dari populasi (cuplikan, contoh) yang mewakili populasi yang
bersangkutan, kriteria mewakili ini diambil dari keseluruhan sifat-sifat atau
genarilisasi yang ada pada populasi yang harus diwakili oleh sampel. Sedangkan
menurut Sugiyono (2012: 62) mengungkapkan bahwa sampel merupakan bagian
dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.
Dalam penelitian ini sampel wilayah, dimana sampel wilayah tersebut
mengambil sampel di Kabupaten Majalengka dengan tekhnik stratifiel random
sampling atau penarikan sampel proposional di setiap satuan lahan hasil Overlay
peta unit analisis. Peta unit analisisnya adalah, peta kemiringan lereng, peta jenis
tanah dan peta penggunaan lahan. Sampel yang diambil dalam penelitian ini
hanya sampel Ph tanah saja daya yang lainnya diambil dari data sekunder.
Jumlah dan lokasi pengambilan sampel untuk penghitungan tingkat
kemasaman tanah didasarkan pada sebaran dan jumlah satuan lahan yang terdapat
di wilayah Kabupaten Majalengka (lihat pada peta 3.2). Satuan lahan yang
terdapat pada peta 3.2 merupakan hasil overlay tiga unsur lahan, yakni
penggunaan lahan dan jenis tanah.
Muhammad Husni Mubarok Saputra, 2015
ANALISIS KESESUAIAN LAHAN TANAMAN JAGUNG DI KABUPATEN MAJALENGKA MENGGUNAKAN
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
37
M
uh
a
m
m
ad
H
us
ni
M
ub
ar
ok
Sa
pu
tr
a,
20
15
A
N
A
LI
SI
S
K
ES
ES
U
AI
A
N
L
A
H
A
N
T
A
N
A
Muhammad Husni Mubarok Saputra,
2015
ANALISIS KESESUAIAN LAHAN
TANAMAN JAGUNG DI KABUPATEN
MAJALENGKA MENGGUNAKAN
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
Universitas Pendidikan Indonesia |
r
e
p
o
s
i
t
o
r
y
.
u
p
i
.
e
d
u
|
p
e
r
p
u
s
t
a
k
a
a
n
Gambar III.1 Peta Satuan Lahan
Muhammad Husni Mubarok Saputra,
2015
ANALISIS KESESUAIAN LAHAN
TANAMAN JAGUNG DI KABUPATEN
MAJALENGKA MENGGUNAKAN
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
Universitas Pendidikan Indonesia |
r
e
p
o
s
i
t
o
r
y
.
u
p
i
.
e
d
u
|
p
e
r
p
u
s
t
a
k
a
a
n
38
M
uh
a
m
m
ad
H
us
ni
M
ub
ar
ok
Sa
pu
tr
a,
20
15
A
N
A
LI
SI
S
K
ES
ES
U
AI
A
N
L
A
H
A
N
T
A
N
A
Gambar III.2 Peta Persebaran Sampel
Muhammad Husni Mubarok Saputra, 2015
ANALISIS KESESUAIAN LAHAN TANAMAN
JAGUNG DI KABUPATEN MAJALENGKA
MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI
GEOGRAFIS
Universitas Pendidikan Indonesia |
r
e
p
o
s
i
t
o
r
y
.
u
p
i
.
e
d
u
|
p
e
r
p
u
s
t
a
k
a
a
n
.
39
Tabel III.1 Persebaran Sampel pH tanah
No Nama Sampel
Penggunaan Lahan
Jenis Tanah
Kecamatan
Kordinat
1
L-G
LADANG
Glei
Kadipaten
108°10'49.092"E 6°46'1.913"S
2
L-AL
LADANG
Alluvial
Kertajati
108°11'11.483"E 6°42'58.629"S
3
PE-GR
PERKEBUNAN
Grumosol
Jatitujuh
108°12'11.098"E 6°37'50.114"S
4
PR-G
PADANG RUMPUT
Glei
Dawuan
108°12'21.343"E 6°43'52.692"S
5
PR-GR
PADANG RUMPUT
Grumosol
Jatitujuh
108°12'4.131"E 6°37'48.052"S
6
SI-G
SAWAH IRIGASI
Glei
Dawuan
108°12'41.117"E 6°42'52.839"S
7
PR-AL
PADANG RUMPUT
Alluvial
Dawuan
108°12'8.882"E 6°42'41.735"S
8
PE-AL
PERKEBUNAN
Alluvial
Jatitujuh
108°13'16.452"E 6°40'10.059"S
9
SI-AL
SAWAH IRIGASI
Alluvial
Jatitujuh
108°13'3.034"E 6°40'19.516"S
10 PE-LA
PERKEBUNAN
Latosol
Majalengka
108°13'30.205"E 6°49'43.289"S
11 ST-LA
SAWAH TADAH HUJAN Latosol
Majalengka
108°13'36.482"E 6°50'52.486"S
12 SI-LA
SAWAH IRIGASI
Latosol
Majalengka
108°13'45.221"E 6°49'46.438"S
13 PR-LA
PADANG RUMPUT
Latosol
Jatijutuh
108°13'47.142"E 6°38'28.674"S
14 SI-A
SAWAH IRIGASI
Andosol
Majalengka
108°14'20.119"E 6°50'10.85"S
15 L-GR
LADANG
Grumosol
Bantarujeg
108°15'25.139"E 6°57'50.058"S
16 ST-R
SAWAH TADAH HUJAN Regosol
Cigasong
108°15'27.453"E 6°50'18.114"S
17 ST-GR
SAWAH TADAH HUJAN Grumosol
Bantarujeg
108°15'37.89"E 6°57'41.5"S
18 SI-R
SAWAH IRIGASI
Regosol
Cigasong
108°15'42.374"E 6°49'14.193"S
19 PE-PM
PERKEBUNAN
Podsol Merah Kuning
Jatiwangi
108°16'9.77"E 6°43'50.972"S
20 L-R
LADANG
Regosol
Sukahaji
108°17'29.114"E 6°47'18.012"S
21 PE-R
PERKEBUNAN
Regosol
Sukahaji
108°17'43.04"E 6°51'17.705"S
22 B-A
BELUKAR
Andosol
Maja
23 L-A
LADANG
Andosol
Maja
24 PE-AN
25 SI-GR
PERKEBUNAN
SAWAH IRIGASI
Andosol
Grumosol
Maja
Talaga
108°18'15.526"E 6°53'33.97"S
108°18'15.894"E 6°54'0.31"S
108°18'24.13"E 6°53'35.568"S
26 B-GR
BELUKAR
Grumosol
Talaga
108°18'31.319"E 6°58'51.666"S
27 PR-A
PADANG RUMPUT
Andosol
Argapura
108°19'16.076"E 6°52'15.05"S
28 ST-A
29 B-LA
SAWAH TADAH HUJAN Andosol
BELUKAR
Latosol
Maja
Banjaran
108°19'17.456"E 6°53'17.621"S
30 L-LA
LADANG
Latosol
Banjaran
108°20'2.359"E 6°57'30.384"S
31 SI-LI
SAWAH IRIGASI
Litosol
Lewimunding
108°20'32.939"E 6°44'9.429"S
32 ST-LI
SAWAH TADAH HUJAN Litosol
Lewimunding
108°21'8.481"E 6°44'28.25"S
33 L-PM
LADANG
Cingambul
108°22'41.211"E 7°2'58.059"S
34 ST-PM
SAWAH TADAH HUJAN Podsol Merah Kuning
Cikijing
108°22'53.439"E 7°2'41.609"S
35 B-PM
BELUKAR
Kertajati
108°4'44.929"E 6°38'59.538"S
Podsol Merah Kuning
Podsol Merah Kuning
108°18'3.771"E 6°59'20.152"S
108°19'38.535"E 6°57'29.534"S
Sumber: Olahan Peneliti dari Peta Satuan Lahan
3.3 Variable Penelitian
Variabel penelitian menurut Rafi’I (1996 : 46) Variabel adalah ukuran, sifat
atau ciri yang dimiliki oleh anggota suatu kelompok atau suatu set yang dimiliki oleh
kelompok. Variabel dalam penelitian ini adalah variabel Tunggal, dimana variable
tunggal ini dipengaruhi oleh parameter-parameter yang sudah di tentukan. Adapun
variabel dan parameter dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.2.
Muhammad Husni Mubarok Saputra, 2015
ANALISIS KESESUAIAN LAHAN TANAMAN JAGUNG DI KABUPATEN MAJALENGKA MENGGUNAKAN
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
40
Tabel III.2 Tabel Variabel Penelitian
Parameter
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Peta Curah Hujan (Rata-rata Pertahun)
Peta Bulan Keing dan bulan basah
Peta Jenis Tanah
Peta Kemiringan Lereng
Peta Ketinggian Tempat
Peta Kedalaman Tanah
pH Tanah
Peta Erosi tanah
Peta Curah Hujan (Rata-rata Pertahun)
Peta Bulan Keing dan bulan basah
Peta Jenis Tanah
Peta Kemiringan Lereng
Peta Ketinggian Tempat
Peta Kedalaman Tanah
pH Tanah
Peta Erosi tanah
Peta Penggunaan Lahan Kabupaten
Majalengka
Variabel
Kesesuaian Lahan Untuk
Pertanian (Tanaman Jagung)
Lokasi lahan yang berpotensi
sebagai kawasan Pengembang
pertanian tanaman Jagung di
Kabupaten Majelangka
Sumber: Olahan Sendiri disesuaikan dengan Teori
3.4 Bahan dan Alat
3.4.1 Peta Administrasi
Peta administrasi Kabupaten Majalengka di peroleh dari BAPPEDA
Majalengka pada tahun 2014, peta ini berupa file Shp. Digunakan sebagai
pedoman dalam melakukan analisis data dan survei lapangan.
3.4.2 Peta Jenis Tanah
Peta Jenis Tanah Kabupaten Majalengka di peroleh dari BAPPEDA
Majalengka pada tahun 2014, peta ini berupa file Shp. Digunakan sebagai salah
satu peta paramenter untuk analisis data kesesuaian Tanaman Jagung.
3.4.3 Peta Kedalaman Tanah
Peta Kedalaman Tanah Kabupaten Majalengka di peroleh dari BAPPEDA
Majalengka pada tahun 2014, peta ini berupa file Shp. Digunakan sebagai salah
satu peta paramenter untuk analisis data kesesuaian Tanaman Jagung.
Muhammad Husni Mubarok Saputra, 2015
ANALISIS KESESUAIAN LAHAN TANAMAN JAGUNG DI KABUPATEN MAJALENGKA MENGGUNAKAN
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
41
3.4.4 Peta Hidrologi
Peta Hidrologi Kabupaten Majalengka di peroleh dari BAPPEDA Majalengka
pada tahun 2014, peta ini berupa file Shp. Digunakan sebagai gambaran fisik
daerah penelitian.
3.4.5 Peta Geologi
Peta Geologi Kabupaten Majalengka di peroleh dari BAPPEDA Majalengka
pada tahun 2014, peta ini berupa file Shp. Digunakan sebagai gambaran fisik
daerah penelitian.
3.4.6 Kordinat Persebaran Pos Hujan dan Curah Hujan di Sekitar
Majalengka
Kordinat persebaran Pos Hujan dan curah hujan di sekitar Kabupaten
Majalengka diperoleh dari PUSAIR (Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber
Daya Air). Korninat persebaran pos hujan ini digunkan untuk membuat Poligon
Tyssen dan sebagai dasar pembuatan peta persebaran curah hujan di Kabupaten
Majalengka.
3.4.7 Data SRTM (Shuttle Radar Topography Mission)
Data SRTM dikeluarkan oleh NASA/USGS digunakan dalam membuat peta
kontur dan kemiringan lereng dalam rangka analisis data.
3.4.8 Sistem Komputer
Sistem komputer yang digunakan untuk menganalisis data penelitian terdiri
dari perangkat keras (Hardware) dan perangkat lunak (software). Selain itu juga
untuk keperluan masukan, penyimpanan, pengolahan analisis dan tampilan
informasi.
Perangkat Keras
Perangkat kelas SIG adalah perangkat fisik yang merupakan bagian yang
mendukung untuk proses analisis geografi dan pemetaan. Perangkat SIG terdiri
dari:
Notebook Acer Aspire V3-471G, Intel Core
Turbo Boost up to 3.1 Ghz.
Input Device yaitu perangkat-perangkat
memasukan data berupa Mouse dll.
TM
i5-3210M 2,5Ghz With
yang
dugunakan
untuk
Muhammad Husni Mubarok Saputra, 2015
ANALISIS KESESUAIAN LAHAN TANAMAN JAGUNG DI KABUPATEN MAJALENGKA MENGGUNAKAN
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
42
Output Device, yaitu perangkat yang berfungsi mengvisualisasikan data
dan Informasi SIG berupa Printer.
Perangkat Lunak
Sistem Operasi, yaitu program yang berfungsi mengatur semua sumber
daya dan tata kerja komputer. Sistem operasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalan sistem operasi Window 10.
Microsoft Office 2016 digunakan untuk menulis hasil penelitian.
Software aplikasi SIG yaitu Argis 10.2 dan Globa Mapper digunakan
untuk menganalisis data.
3.4.9 Global Positioning System (GPS)
Digunakan untuk mempermudah dalam menentukan plot yang akan dijadikan
sampel penelitian.
3.4.10 Kamera
Digunkan untuk mendokumentasikan objek penelitian dilapangan.
3.5 Pengumpulan Data
Dalam penelitian yang menggunakan teknik analisis SIG harusnya mempunya
input data SIG yang terbaru atau ter-Update dan dapat di percaya. Peta tematik yang
digunakan direkomendasikan memiliki skala 1 : 10.000 sampai 1 : 50.000 adapun
dalam penelitian ini data dan sumber data sebagai bahan untuk penelitian.
3.5.1 Teknik Pengumpulan data
Tabel III.3 Data-data yang Dibutuhkan untuk Penelitian
No
Nama Data
Sumber
Sekunder
1 Curah Hujan
2 Persebaran Pos Hujan
V
V
3 Peta Jenis Tanah
V
Lapangan
PUSAIR
B BAPPEDA
MAJALENGKA
v
v
V
7 ph Tanah
v
8 Erosibilitas Tanah
V
9 Penggunaan Lahan
V
Keterangan
PUSAIR
4 Peta Kemiringan Lereng
5 Peta Ketinggian Tempat
6 Peta Kedalaman Tanah
Pengindraan Jauh
SRTM
SRTM
BAPPEDA
MAJALENGKA
Observasi
BAPPEDA
JABAR
BAPPEDA
MAJALENGKA
Sumber: Olahan Peneliti
Muhammad Husni Mubarok Saputra, 2015
ANALISIS KESESUAIAN LAHAN TANAMAN JAGUNG DI KABUPATEN MAJALENGKA MENGGUNAKAN SISTEM
INFORMASI GEOGRAFIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
43
3.6 Teknik Analisi Data
Cara penilaian kapabilitas atau kesesuaian lahn menurut Noor (2006, hlm 166)
dapat ditempuh dengan melibatkan penyiapan dan pengkodean data lingkunagn,
penentuan nilai dan pembobotan kapabilitas, dan perhitungan nilai kapabilitas
lahan.
3.6.1 Penyiapan dan Pengkodean Data
Tahap pertama dalam penelitian ini adalah penyiapan data dan pengkodean
data , hal ini di tempuh dengan mengumpulkan data atribut dan mendigitasi peta
tematik dengan menggunakan software Argcis sesuai dengan variable atau factor
yang mempengaruhi kesesuaian lahan untuk lahan pertanian meliputi variable
Ketinggian Tempat, Kemiringan Lereng, Jenis Tanah, Keadaan Geologi, Curah
Hujan, dan Batas Administrasi. Selanjutnya pengkodean data dilakukan dengan
cara setiap variable yang diteliti dibagi kepada subkelas (klasifikasi), klasifikasi
ini tidak sama jumlahnya untuk setiap variable hal ini didasari oleh tinjauan teori
variable tersebut.
3.6.2 Teknik Analisis Data
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik SIG berupa
analisis skoring tumbang susun (overlay). Pembobotan dalam penelitian ini
menggunakan konsep penilain pengaruh, dimana parameter yang mempunyai
pengaruh yang besar terhadap kesesuain tumbuh tanamn jagung mendapatkan
bobot yang besar dibandingkan paramenter yang lainnyanya. Sebaliknya yang
mempunyai pengaruh kecil mendapatkan nilai pembobotan yang kecil
dibandingkan dengan parameter yang lainnya.
Langkah-langkah analisis kesesuan lahan tanamn jagung berbasis SIG, secara
detail akan diuraikan sebagai berikut:
Langkah Pertama : Pembuatan Peta Parameter
Peta administrasi, peta tanah, dan peta kedalam tanah di buat berdasarkan data
Shp yang diperoleh oleh BAPPEDA Kabupaten Majalengka 2014 selanjutnya Peta
Kemiringan lereng dan Ketinggian Tempat diperoleh melalui data SRTM (Shuttle
Radar Topography Mission) yang diolah melui aplikasi Global Mapper. Peta curah
Muhammad Husni Mubarok Saputra, 2015
ANALISIS KESESUAIAN LAHAN TANAMAN JAGUNG DI KABUPATEN MAJALENGKA MENGGUNAKAN
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
44
Hujan dibuat melalui persebaran pos hujan yang berada di Kabupaten Majalengka
kemudian dihubungkan satu sama lain dengan garis khayal yang membuat poligon
tyssen sebagai acuan zonasi hujannya, setelah itu dimasukan data atribut kedalam
pos hujan dan membentuk peta persebarah curah hujan di Kabupaten Majalengka.
Langkah Kedua : Klasifikasi Skoring tiap Parameter
Setelah didapat parameter yang berpengaruh yang akan digunakan dalam
analisis kesesesuain tanaman jagung, kemudian tiap parameter tersebut dilakukan
skoring. Di bawah ini akan dijelaskan skoring tiap parameter.
Tabel III.4 Skoring Kelas Informasi Bulan Kering (7 – 8
3
3
>6–9
2
4
>9
1
Pertimbanagn Pemberian
Skor
penananaman tanaman dapat
diusahan sepanjang tahun
melalui perencanaan yang teliti
periode bero tidak dapat
dihindari, tetapi penanaman 2
jenis tanaman secara
bergantian masih mungkin
dapat dilakukan seperti :
Lahan Sawah, ditanami padi,
berikutnya palawija
kemungkinan Penanaman
tanaman pangan hanya satu
kalitanaman pangan dapat
diusahan sepanjang tahun
tidak sesuai untuk tanaman
bahan pangan tanpa
penambahan sumber air
berikut sistem irigasi yang
terartur baik.
Sumber: harjowigeno dan widiatmaka (2007, hlm 294)
Tabel III.5 Skoring Kelas Informasi Curah Hujan
No
Curah
Hujan
Skor
1
2
900 – 1200
4
3
3
600 – 900
2
4
< 600
1
> 1200
Pertimbanagn Pemberian
Skor
Persesia air sangat tercukupi
Persediaan air tercukupi
Persediaan air sedikit kurang
tercukupi
Kurang persediaan air
Sumber: harjowigeno dan widiatmaka (2007, hlm 294)
Muhammad Husni Mubarok Saputra, 2015
ANALISIS KESESUAIAN LAHAN TANAMAN JAGUNG DI KABUPATEN MAJALENGKA MENGGUNAKAN
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
45
Tabel III.6 Skoring Kelas Informasi Ketinggian Tempat
Ketinggian
Tempat (Mdpl)
0 – 600
Skor
600 – 1500
4
1500 – 2500
3
2500 -
1
5
Pertimbanagn Pemberian Skor
Tanaman jagung produksi yang
optimal
Tanaman Jagung masih bisa tumbuh
dengan baik
Tanaman Jagung Kurang Baik di
daerah ini
Terlalu Dingin Untuk Tanaman Jagung
Sumber: harjowigeno dan widiatmaka (2007, hlm 294)
Tabel III.7 Skoring Kelas Informasi Jenis Tanah
No
Jenis Tanah
Skor
Pertimbanagn Pemberian Skor
1
Andosol
5
2
Latosol
4
3
Grumosol
4
4
Alluvial
3
5
Regosol
2
6
Glei
2
7
Litosol
2
8
Pedsol
Merah
Kuning
2
Tanah ini berasal dari gunung berapi. Maka disebut pula tanah
gunung. Warna kehitaman hingga kelabu. Warna hitam pada
tanah pegunungan disebabkan oleh kandungan bahan organis
yang cukup tinggi atau yang disebut humus.
Tanah Latosol adalah tanah liat, berwarna kemerahan,
kekuningan atau kecoklatan, karena banyak zat besi, tanah ini
cocok untuk tanaman jagung selama keasaman tanah (Ph)
sesuai untuk pertumbuhannya
Tanah yang tergolong tanah berat ini dapat juga untuk
pertaman jagung, namun perlu diperhatikan keseimbangan
antara pengairan dan drainase serta aerasi, sebab tanah berat ini
sulit untuk meloloskan air sehingga mudah tergenang
Tanah aluvial adalah tanah yang dibentuk dari lumpur sungai
yang mengendap di dataran rendah yang memiliki sifat tanah
yang subur dan cocok untuk lahan pertanian
Secara spesifik, ciri regosol adalah berbutir kasar, berwarna
kelabu sampai kuning, dan bahan organik rendah. Sifat tanah
yang demikian membuat tanah tidak dapat menampung air dan
mineral yang dibutuhkan tanaman dengan baik.
Tanah Glei adalah tanah yang mempunyai ciri adanya lapisan
glei berwarna kelabu, terbentuk karena pengaruh genangan air
/drainase yang buruk
Tanah Litosol merupakan jenis tanah berbatu-batu dengan
lapisan lapisan yang tidak begitu besar, kandungan hara pada
tanah ini tidak begitu banyak bisa dibilang sangat minim.
Tanah ini dikenal bermaslah untuk digunakan dalam budidaya
tanaman semusim karena kemasaman rendahsehingga fosfor,
salah satu hara penting bagi tumbuhan tidak terserap optimal
oleh akar.
Sumber: Aak (1993, hlm. 43)
Muhammad Husni Mubarok Saputra, 2015
ANALISIS KESESUAIAN LAHAN TANAMAN JAGUNG DI KABUPATEN MAJALENGKA MENGGUNAKAN SISTEM
INFORMASI GEOGRAFIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
46
Tabel III.8 Skoring Kelas kedalaman tanah efektif
No
1
2
Kedalaman Tanah
Efektif (Cm)
>90
Skor
4
>60 – 90
3
Pertimbanagn Pemberian Skor
Kedalaman tanah ini sangat baik bagi
tumbuh tanaman jagung karena akar
jagung akan tumbuh dengan bebas
kedalam tanah
Pada kedalam ini, tanaman jagung masih
bisa tumbuh dengan baik kaarena
kedalaman perakaran masih bisa sampai
60 Cm
4
>30 – 60
2
Kedalaman tanah ini tanaman jagung masih
tumbuh, namun kurang baik karena akar tidak
bisa bebas tmbuh kedalam tanah
5
< 30
1
Kedalam tanah ini tidak cocok dengan
tanaman jagung karena perakaran sangat
dangkal untuk tumbuh kedalam
Sumber: harjowigeno dan widiatmaka (2007, hlm 294) disesuainkan
Tabel III.9 Skoring Kelas Informasi Kemiringan Lereng
No
Kelas
Skor
Kemiringan
Lereng
Pertimbanagn Pemberian Skor
1
8 – 15
3
4
> 15 – 25
2
5
> 25
1
Landai, hampir datar, tanaman jagung akan
tumbuh dengan optimal karena media
perakarannya landai dan unsur hara dapat
diserap secara optimal.
Landai sedikit bergelombang,
Pada kondisi kemiringan lereng seperti ini,
tanaman jagung masih bisa tumbuh dengan
optimal.
Landai bergelombang, masih bisa ditanami
tanaman jagung namun kurang ooptimal
karena kemiringan lerengnya sudah mulai
curam.
Agak curam, pada kondisi kemiringan
lereng yang agak curam ini tanaman
jagung kurang cocok, karena akan kurang
optimal.
Curam, pada kondisi kemiringan lereng
seperti ini, tidak cocok untuk tanaman
jagung karena kemiringan lereng yang
curam akan banyak meloloskan air ke
dataran lebih rendahnya dan unsur hara
akan banyak berkurang karena terbawa air.
Sumber: harjowigeno dan widiatmaka (2007, hlm 294)
Muhammad Husni Mubarok Saputra, 2015
ANALISIS KESESUAIAN LAHAN TANAMAN JAGUNG DI KABUPATEN MAJALENGKA
MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
47
Tabel III.10 Skoring Kelas Informasi Erosi
Skor
Pertimbangan Pemberian Skor
Sangat Ringan
5
Ringan
4
Sedang
3
Berat
2
sangat berat
1
Tingkat erosi yang masih sangat ringan, sangat baik buat
tanaman jagung karena, unsur hara yang ada dalam tanah
tidak banyak terambil.
Tingkat erosi yang masih ringan, baik untuk tanaman jagung,
unsur hara dalam tanah masih tidak banyak terambil karena
erosi tanah
Tingkat erosi yang sedang sudah mulai menunjukankan
peningkatan erosinya, sehingga unsur hara dalam tanah sudah
mulai berkurang karena erosi yang sudah mulai tinggi.
Tingkat erosi yang berak tidak cocok untuk tanaman jagung
karena, unsur hara dalam tanah akan terambil oleh erosi.
Tingkat erosi sangat berat sangat tidak cocok untuk tanaman
jagung karena, miskin akan unsur hara.
Erosi
Sumber: harjowigeno dan widiatmaka (2007, hlm 294)
Tabel III.11 Skoring pH
Skor
5
Ph
> 6,0 - 7,0
> 7,0-7,5 atau 5,5-< 6,0
4
> 7,5 - 8,0 atau 4,5 - <
5,5
3
> 8,0-8,5 atau 4,0-4,5
2
> 8,5 atau < 4,0
1
Pertimbanagn Pemberian Skor
Cocok untuk tumbuh tanaman jagung,
tingkat keasaaman yang pas
Masih bisa tumbuh dengan baik karena
tingkat keasaman dan basanya tidak terlalu
tinggi
Tingkat asam dan basanya sudah mulai
ada dan sudah mulai mempengaruhi
tanaman jagung.
Tingkat keasaman dan basanya sudah
mulai tinggi sehingga kurang cocok untuk
tanaman jagung
Terlalu asam dan basa sehingga tidak baik
untuk tumbuh tanaman jagung
Sumber: harjowigeno dan widiatmaka (2007, hlm 294)
Tabel III.12 Pembobotan Peta Parameter
Nilai
Parameter
No
Bobot
Nilai
Min
Max
1 Bulan Kering dan basah
5
5
20
2 Curah Hujan
5
5
20
3 Jenis Tanah
3
6
15
4 Kemiringan Lereng
4
4
20
5 Ketinggian Tempat
6
6
30
6 Kedalaman Tanah Efektif
4
3
16
7 Erosibilitas
4
4
20
8 pH Tingkat Keasaman tanah
4
4
20
37
161
Jumlah
Sumber : Olahan Peneliti
Pembobotan ini berdasarkan tingkat pengaruh setiap parameter kepada tingkat
kesesuaian tanaman jagung, semakin besar pengaruh yang diberikan semakin besar
juga pembobotannya, ketinggian tempat merupakan parameter yang memiliki
Muhammad Husni Mubarok Saputra, 2015
ANALISIS KESESUAIAN LAHAN TANAMAN JAGUNG DI KABUPATEN MAJALENGKA MENGGUNAKAN
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
48
pembobotan yang paling tinggi yaitu 6 dibadning dengan parameter lainnya
karena ketinggian tempat menentukan suhu di permukaan, suhu dipermukaan
sangat berpengaruh kepada tumbuh bungan tanaman jagung, “ketinggian tempat
sangat berpengaruh terhadap waktu panen dan kualitas jagung yang dihasilakn”
(Zulkarnain, hlm 163). Parameter bulan basah kering dan curah hujan masingmasing mempunyai pembobotan 5 tanaman jagung berpengaruh oleh adanya
persedian air yang ada, bila tanaman jagung kekuranga air, musim panen tanam
kemungkinan hanya satu kali dalam setahun bahkan tidak bisa menanam tanaman
jagung. Parameter kemiringan lereng, kedalaman tanah efektif, erosibilitas, dan
tingkat kemasaman tanah masing-masing mempunyai pembobotan 4 karena
tingkat kepengaruhannya terhadap pertumbuhan tanaman jagung di bawah
parameter di atasnya. Jenis tanah mempunyai tingkat kepengaruhan yang paling
rendah yaitu 3 karena tanaman jagung hampi bisa tumbuh di jenis tanah manapun,
jenis tanah tidak begitu mempengaruhi tumbuh tanaman jagung.
Langkah Ketiga : Melakukan overlay peta tematik
Setelah didapat peta-peta tematik dan dimasukan data atributnya, kemudian
peta-peta tersebut dioverlaykan dengan peta-peta tematik lainnya.
Langkah keempat : Penjumlahan field (item) nilai atribut peta
Setelah data atribut dimasukan kedalam setiap peta tematik baru hasil
overlay, kemudian tiap-tiap data atribut tersebut dijumlahkan untuk mengetahui
jumlah total tiap peta tematik.
Skor Parameter Bulan Kering + Skor Parameter Curah Hujan + Skor
Parameter Jenis Tanah + Skor Parameter Kemiringan Lereng + Skor Parameter
Ketinggian Tempat + + Skor Parameter Erosi Tanah + Skor Parameter Ph tanah
Langkah Kelima : Mencari nilai minimum dan maksimum dari hasil
penjumlahan tiap semua kelas
Langkah keenam : Penentuan interval kelas kesesuain tanaman jagung
Menentukan Jangkauan (J) = Nilai Maksimal – Nilai
Minimal 161 – 37 = 124
Banyaknya Kelas Interval ada 3 kelas (k)
Panjang interval Kelas (c)
Muhammad Husni Mubarok Saputra, 2015
ANALISIS KESESUAIAN LAHAN TANAMAN JAGUNG DI KABUPATEN MAJALENGKA MENGGUNAKAN
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
49
C=J/k
C = 124 / 3 = 43,3
Kelas Pertama
Ambil danum terkecil sebagai batas bawah kelas pertama, jumlahkan
datum terkecil dengan panjang interval kelas kemudian kurangi satu
(1) Panjang interval kelas pertama
= (37 +41,3) – 1 = 77,3 (dibulatkan menjadi 77)
Jadi Intervalnya ( 37 – 77)
Kelas Kedua
Batas bawah kelas kedua mulai dari 78 (melanjutkan batas atas kelas
pertama)
Panajang interval kelas kedua (78,3+ 41,3)-1= 118,6 (dibulatkan
menjadi 119)
Jadi intervalnya (78 –
119) Kelas Ketiga
Batas bawah kelas kedua mulai dari 120 (melanjutkan batas atas kelas
pertama)
Panajang interval kelas kedua (119,6+ 41,3)-1= 160,9 (dibulatkan
menjadi 161)
Jadi intervalnya (120 - 161)
Langkah ketujuh: penentuan nilai tiap kelas kesesuaian tanaman jagung
Langkah Kedelapan : Penentuan jarak kelas kesesuaian lahan tanaman
jagung
Kelas kesesuaian lahan tanaman jagung yang akan dihasilkan dari penelitian
ini, antara lain:
Tabel 3.13 Tabel kelas Interval Pembobotan Tingkat kesesuaian tanaman jagung
Tabel III.13 Tingkat Kesesuaian Lahan Tanaman Jagung
No
Tingkat Kesesuaian
Pembobotan
1 Kelas Kesesuaian Tinggi
120 – 161
2 Kelas Kesesuaian Sedang
78 – 119
3 Kelas Kesesuaian Rendah
37 – 77
Sumber: Olahan Peneliti
Muhammad Husni Mubarok Saputra, 2015
ANALISIS KESESUAIAN LAHAN TANAMAN JAGUNG DI KABUPATEN MAJALENGKA MENGGUNAKAN
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
50
3.7 Diagram Alur Penelitian
Muhammad Husni Mubarok Saputra, 2015
ANALISIS KESESUAIAN LAHAN TANAMAN JAGUNG DI KABUPATEN MAJALENGKA MENGGUNAKAN
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PROSEDUR PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Ditinjau dari sudut pemakaiannya, penelitian ini dapat dikategorisasikan
sebagai penelitian terapan. Sebab hasil dari penelitian ini dapat digunakan
langsung secara praktis, contohnya apabila kita sudah mengetahui daerah-daerah
yang sesuai untuk tanaman jagung kita bisa membudidayakan tanaman jagung
lebih optimal karena tempat tumbuh tanaman jagung sesuai dengan syarat-syarat
tanaman jagung itu sendiri.
Penelitian terapan adalah penelitian yang dilakukan dengan tujuan agar dapat
melakukan sesuatu yang jauh lebih baik, efektif dan efisien misalnya penelitian
mengenai biaya hidup, hasilnya dapat digunakan sebagai dasar untuk penentuan
gaji, penelitian mengenai efisiensi kerja dalam rangka untuk meningkatkan
produktifitas, dsb. (Silaen dan Widyono, 2013, hlm.17).
Tujuan akhir dari penelitian ini, peneliti akan berusaha untuk mendeskripsikan
atau pun memberikan gambaran baik dengan gambar, peta, grafik, tabel atau pun
yang lainnya mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antara fenomena yang
diteliti, contohnya memberikan deskripsi hubungan antara ketinggian tempat dan
curah hujan syarat tumbuh jagung, dan sebagainya. Sehingga berdasarkan tujuannya,
penelitian ini diklasifikasikan sebagai penelitian deskriptif eksploratif.
Penelitian terapan adalah penelitian yang dilakukan dengan tujuan agar dapat
melakukan sesuatu yang jauh lebih baik, efektif dan efisien. Misalnya, penelitian
mengenai biaya hidup, hasilnya dapat digunakan sebagai dasar untuk penentuan
gaji, penelitian mengenai efisiensi kerja dalam rangka untuk meningkatkan
produktifitas, dsb. (Silaen dan Widyono, 2013, hlm.17).
Sugiyono (2010:2) mengatakan “metode penelitian pada dasarnya merupakan
cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”,
sedangkan menurut Arikunto (2006:149)“ metode penelitian adalah cara yang
digunakan oleh peneliti dalam menggunakan data penelitiannya” selanjutnya Narbuko
dan acmadi (2009:1) mengatakan “metode penelitian berasal dari kata metode yang
artinya cara yang tepat untuk melakukan sesuatu dan penelitian adalah
34
Muhammad Husni Mubarok Saputra, 2015
ANALISIS KESESUAIAN LAHAN TANAMAN JAGUNG DI KABUPATEN MAJALENGKA MENGGUNAKAN
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
35
suatu kegiatan untuk mencari, mencatat, merumuskan dan menganalisis sampai
menyusun laporan”.
Dapat disimpulkan dari beberapa pendapat diatas metode penelitian
merupakan cara ilmiah yang digunakan peneliti untuk tujuan penelitian berupa
kegiatan mencari, mencatat, merumuskan, menganalisis dan menyusun laporan.
Bedasarkan hal tersebut maka peneliti menggunakan SIG sebagai metode dengan
alat berupa Argcis.
SIG sebagai metode penelitian yang mempunyai kemampuan yang dapat
digunakan sebagai cara ilmiah untuk mencari, mencatat, merumuskan,
menganalisis hingga menyusun laporan. Kemampuan SIG sebagai metode sejalan
dengan pengertian SIG menurut Prahasta( 2009, hlm 116) “SIG adalah sistem
komputer
yang
digunakan
untuk
memasukan,
menyimpan,
memeriksa,
mengintergrasikan, memanipulasi data-data yang berhubungan dengan posisinya
di permukaan bumi”.
Adapun menurut Prahasta (2009: 135) mengatakan “...selanjutnya SIG dapat
digunakan sebagai alat untuk mengambil keputusan”. Pengertian tersebut sejalan
yang dikatakan setiawan (2010 : 12) bahwa, “satu hal yang sangat penting dari
SIG adalah kemampuannya yang handal dalam menganalisa data dan memadukan
data untuk memperoleh informasi baru”.
3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Menurut Sumaatmaja (1988:122) populasi adalah keseluruhan gejala
(fisik,sosial,ekonomi,budaya,politik), individu (manusia baik perorangan maupun
kelompok), kasus (masalah,peristiwa tertentu) yang ada pada ruang tertentu.
Adapun menurut Arikunto (2010:173) populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian. Berdasarkan pengertian diatas, populasi yang diambil dalam penelitian
yaitu Seluruh Wilayah di Kabupaten Majelangka.
Muhammad Husni Mubarok Saputra, 2015
ANALISIS KESESUAIAN LAHAN TANAMAN JAGUNG DI KABUPATEN MAJALENGKA MENGGUNAKAN
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
36
3.2.2 Sampel
Menurut Arikunto (2010:174) mengemukakan bahwa sampel adalah sebagian
atau wakil populasi yang diteliti. Menurut sumaatmadja,(1988:104) sampel adalah
bagian dari populasi (cuplikan, contoh) yang mewakili populasi yang
bersangkutan, kriteria mewakili ini diambil dari keseluruhan sifat-sifat atau
genarilisasi yang ada pada populasi yang harus diwakili oleh sampel. Sedangkan
menurut Sugiyono (2012: 62) mengungkapkan bahwa sampel merupakan bagian
dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.
Dalam penelitian ini sampel wilayah, dimana sampel wilayah tersebut
mengambil sampel di Kabupaten Majalengka dengan tekhnik stratifiel random
sampling atau penarikan sampel proposional di setiap satuan lahan hasil Overlay
peta unit analisis. Peta unit analisisnya adalah, peta kemiringan lereng, peta jenis
tanah dan peta penggunaan lahan. Sampel yang diambil dalam penelitian ini
hanya sampel Ph tanah saja daya yang lainnya diambil dari data sekunder.
Jumlah dan lokasi pengambilan sampel untuk penghitungan tingkat
kemasaman tanah didasarkan pada sebaran dan jumlah satuan lahan yang terdapat
di wilayah Kabupaten Majalengka (lihat pada peta 3.2). Satuan lahan yang
terdapat pada peta 3.2 merupakan hasil overlay tiga unsur lahan, yakni
penggunaan lahan dan jenis tanah.
Muhammad Husni Mubarok Saputra, 2015
ANALISIS KESESUAIAN LAHAN TANAMAN JAGUNG DI KABUPATEN MAJALENGKA MENGGUNAKAN
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
37
M
uh
a
m
m
ad
H
us
ni
M
ub
ar
ok
Sa
pu
tr
a,
20
15
A
N
A
LI
SI
S
K
ES
ES
U
AI
A
N
L
A
H
A
N
T
A
N
A
Muhammad Husni Mubarok Saputra,
2015
ANALISIS KESESUAIAN LAHAN
TANAMAN JAGUNG DI KABUPATEN
MAJALENGKA MENGGUNAKAN
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
Universitas Pendidikan Indonesia |
r
e
p
o
s
i
t
o
r
y
.
u
p
i
.
e
d
u
|
p
e
r
p
u
s
t
a
k
a
a
n
Gambar III.1 Peta Satuan Lahan
Muhammad Husni Mubarok Saputra,
2015
ANALISIS KESESUAIAN LAHAN
TANAMAN JAGUNG DI KABUPATEN
MAJALENGKA MENGGUNAKAN
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
Universitas Pendidikan Indonesia |
r
e
p
o
s
i
t
o
r
y
.
u
p
i
.
e
d
u
|
p
e
r
p
u
s
t
a
k
a
a
n
38
M
uh
a
m
m
ad
H
us
ni
M
ub
ar
ok
Sa
pu
tr
a,
20
15
A
N
A
LI
SI
S
K
ES
ES
U
AI
A
N
L
A
H
A
N
T
A
N
A
Gambar III.2 Peta Persebaran Sampel
Muhammad Husni Mubarok Saputra, 2015
ANALISIS KESESUAIAN LAHAN TANAMAN
JAGUNG DI KABUPATEN MAJALENGKA
MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI
GEOGRAFIS
Universitas Pendidikan Indonesia |
r
e
p
o
s
i
t
o
r
y
.
u
p
i
.
e
d
u
|
p
e
r
p
u
s
t
a
k
a
a
n
.
39
Tabel III.1 Persebaran Sampel pH tanah
No Nama Sampel
Penggunaan Lahan
Jenis Tanah
Kecamatan
Kordinat
1
L-G
LADANG
Glei
Kadipaten
108°10'49.092"E 6°46'1.913"S
2
L-AL
LADANG
Alluvial
Kertajati
108°11'11.483"E 6°42'58.629"S
3
PE-GR
PERKEBUNAN
Grumosol
Jatitujuh
108°12'11.098"E 6°37'50.114"S
4
PR-G
PADANG RUMPUT
Glei
Dawuan
108°12'21.343"E 6°43'52.692"S
5
PR-GR
PADANG RUMPUT
Grumosol
Jatitujuh
108°12'4.131"E 6°37'48.052"S
6
SI-G
SAWAH IRIGASI
Glei
Dawuan
108°12'41.117"E 6°42'52.839"S
7
PR-AL
PADANG RUMPUT
Alluvial
Dawuan
108°12'8.882"E 6°42'41.735"S
8
PE-AL
PERKEBUNAN
Alluvial
Jatitujuh
108°13'16.452"E 6°40'10.059"S
9
SI-AL
SAWAH IRIGASI
Alluvial
Jatitujuh
108°13'3.034"E 6°40'19.516"S
10 PE-LA
PERKEBUNAN
Latosol
Majalengka
108°13'30.205"E 6°49'43.289"S
11 ST-LA
SAWAH TADAH HUJAN Latosol
Majalengka
108°13'36.482"E 6°50'52.486"S
12 SI-LA
SAWAH IRIGASI
Latosol
Majalengka
108°13'45.221"E 6°49'46.438"S
13 PR-LA
PADANG RUMPUT
Latosol
Jatijutuh
108°13'47.142"E 6°38'28.674"S
14 SI-A
SAWAH IRIGASI
Andosol
Majalengka
108°14'20.119"E 6°50'10.85"S
15 L-GR
LADANG
Grumosol
Bantarujeg
108°15'25.139"E 6°57'50.058"S
16 ST-R
SAWAH TADAH HUJAN Regosol
Cigasong
108°15'27.453"E 6°50'18.114"S
17 ST-GR
SAWAH TADAH HUJAN Grumosol
Bantarujeg
108°15'37.89"E 6°57'41.5"S
18 SI-R
SAWAH IRIGASI
Regosol
Cigasong
108°15'42.374"E 6°49'14.193"S
19 PE-PM
PERKEBUNAN
Podsol Merah Kuning
Jatiwangi
108°16'9.77"E 6°43'50.972"S
20 L-R
LADANG
Regosol
Sukahaji
108°17'29.114"E 6°47'18.012"S
21 PE-R
PERKEBUNAN
Regosol
Sukahaji
108°17'43.04"E 6°51'17.705"S
22 B-A
BELUKAR
Andosol
Maja
23 L-A
LADANG
Andosol
Maja
24 PE-AN
25 SI-GR
PERKEBUNAN
SAWAH IRIGASI
Andosol
Grumosol
Maja
Talaga
108°18'15.526"E 6°53'33.97"S
108°18'15.894"E 6°54'0.31"S
108°18'24.13"E 6°53'35.568"S
26 B-GR
BELUKAR
Grumosol
Talaga
108°18'31.319"E 6°58'51.666"S
27 PR-A
PADANG RUMPUT
Andosol
Argapura
108°19'16.076"E 6°52'15.05"S
28 ST-A
29 B-LA
SAWAH TADAH HUJAN Andosol
BELUKAR
Latosol
Maja
Banjaran
108°19'17.456"E 6°53'17.621"S
30 L-LA
LADANG
Latosol
Banjaran
108°20'2.359"E 6°57'30.384"S
31 SI-LI
SAWAH IRIGASI
Litosol
Lewimunding
108°20'32.939"E 6°44'9.429"S
32 ST-LI
SAWAH TADAH HUJAN Litosol
Lewimunding
108°21'8.481"E 6°44'28.25"S
33 L-PM
LADANG
Cingambul
108°22'41.211"E 7°2'58.059"S
34 ST-PM
SAWAH TADAH HUJAN Podsol Merah Kuning
Cikijing
108°22'53.439"E 7°2'41.609"S
35 B-PM
BELUKAR
Kertajati
108°4'44.929"E 6°38'59.538"S
Podsol Merah Kuning
Podsol Merah Kuning
108°18'3.771"E 6°59'20.152"S
108°19'38.535"E 6°57'29.534"S
Sumber: Olahan Peneliti dari Peta Satuan Lahan
3.3 Variable Penelitian
Variabel penelitian menurut Rafi’I (1996 : 46) Variabel adalah ukuran, sifat
atau ciri yang dimiliki oleh anggota suatu kelompok atau suatu set yang dimiliki oleh
kelompok. Variabel dalam penelitian ini adalah variabel Tunggal, dimana variable
tunggal ini dipengaruhi oleh parameter-parameter yang sudah di tentukan. Adapun
variabel dan parameter dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.2.
Muhammad Husni Mubarok Saputra, 2015
ANALISIS KESESUAIAN LAHAN TANAMAN JAGUNG DI KABUPATEN MAJALENGKA MENGGUNAKAN
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
40
Tabel III.2 Tabel Variabel Penelitian
Parameter
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Peta Curah Hujan (Rata-rata Pertahun)
Peta Bulan Keing dan bulan basah
Peta Jenis Tanah
Peta Kemiringan Lereng
Peta Ketinggian Tempat
Peta Kedalaman Tanah
pH Tanah
Peta Erosi tanah
Peta Curah Hujan (Rata-rata Pertahun)
Peta Bulan Keing dan bulan basah
Peta Jenis Tanah
Peta Kemiringan Lereng
Peta Ketinggian Tempat
Peta Kedalaman Tanah
pH Tanah
Peta Erosi tanah
Peta Penggunaan Lahan Kabupaten
Majalengka
Variabel
Kesesuaian Lahan Untuk
Pertanian (Tanaman Jagung)
Lokasi lahan yang berpotensi
sebagai kawasan Pengembang
pertanian tanaman Jagung di
Kabupaten Majelangka
Sumber: Olahan Sendiri disesuaikan dengan Teori
3.4 Bahan dan Alat
3.4.1 Peta Administrasi
Peta administrasi Kabupaten Majalengka di peroleh dari BAPPEDA
Majalengka pada tahun 2014, peta ini berupa file Shp. Digunakan sebagai
pedoman dalam melakukan analisis data dan survei lapangan.
3.4.2 Peta Jenis Tanah
Peta Jenis Tanah Kabupaten Majalengka di peroleh dari BAPPEDA
Majalengka pada tahun 2014, peta ini berupa file Shp. Digunakan sebagai salah
satu peta paramenter untuk analisis data kesesuaian Tanaman Jagung.
3.4.3 Peta Kedalaman Tanah
Peta Kedalaman Tanah Kabupaten Majalengka di peroleh dari BAPPEDA
Majalengka pada tahun 2014, peta ini berupa file Shp. Digunakan sebagai salah
satu peta paramenter untuk analisis data kesesuaian Tanaman Jagung.
Muhammad Husni Mubarok Saputra, 2015
ANALISIS KESESUAIAN LAHAN TANAMAN JAGUNG DI KABUPATEN MAJALENGKA MENGGUNAKAN
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
41
3.4.4 Peta Hidrologi
Peta Hidrologi Kabupaten Majalengka di peroleh dari BAPPEDA Majalengka
pada tahun 2014, peta ini berupa file Shp. Digunakan sebagai gambaran fisik
daerah penelitian.
3.4.5 Peta Geologi
Peta Geologi Kabupaten Majalengka di peroleh dari BAPPEDA Majalengka
pada tahun 2014, peta ini berupa file Shp. Digunakan sebagai gambaran fisik
daerah penelitian.
3.4.6 Kordinat Persebaran Pos Hujan dan Curah Hujan di Sekitar
Majalengka
Kordinat persebaran Pos Hujan dan curah hujan di sekitar Kabupaten
Majalengka diperoleh dari PUSAIR (Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber
Daya Air). Korninat persebaran pos hujan ini digunkan untuk membuat Poligon
Tyssen dan sebagai dasar pembuatan peta persebaran curah hujan di Kabupaten
Majalengka.
3.4.7 Data SRTM (Shuttle Radar Topography Mission)
Data SRTM dikeluarkan oleh NASA/USGS digunakan dalam membuat peta
kontur dan kemiringan lereng dalam rangka analisis data.
3.4.8 Sistem Komputer
Sistem komputer yang digunakan untuk menganalisis data penelitian terdiri
dari perangkat keras (Hardware) dan perangkat lunak (software). Selain itu juga
untuk keperluan masukan, penyimpanan, pengolahan analisis dan tampilan
informasi.
Perangkat Keras
Perangkat kelas SIG adalah perangkat fisik yang merupakan bagian yang
mendukung untuk proses analisis geografi dan pemetaan. Perangkat SIG terdiri
dari:
Notebook Acer Aspire V3-471G, Intel Core
Turbo Boost up to 3.1 Ghz.
Input Device yaitu perangkat-perangkat
memasukan data berupa Mouse dll.
TM
i5-3210M 2,5Ghz With
yang
dugunakan
untuk
Muhammad Husni Mubarok Saputra, 2015
ANALISIS KESESUAIAN LAHAN TANAMAN JAGUNG DI KABUPATEN MAJALENGKA MENGGUNAKAN
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
42
Output Device, yaitu perangkat yang berfungsi mengvisualisasikan data
dan Informasi SIG berupa Printer.
Perangkat Lunak
Sistem Operasi, yaitu program yang berfungsi mengatur semua sumber
daya dan tata kerja komputer. Sistem operasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalan sistem operasi Window 10.
Microsoft Office 2016 digunakan untuk menulis hasil penelitian.
Software aplikasi SIG yaitu Argis 10.2 dan Globa Mapper digunakan
untuk menganalisis data.
3.4.9 Global Positioning System (GPS)
Digunakan untuk mempermudah dalam menentukan plot yang akan dijadikan
sampel penelitian.
3.4.10 Kamera
Digunkan untuk mendokumentasikan objek penelitian dilapangan.
3.5 Pengumpulan Data
Dalam penelitian yang menggunakan teknik analisis SIG harusnya mempunya
input data SIG yang terbaru atau ter-Update dan dapat di percaya. Peta tematik yang
digunakan direkomendasikan memiliki skala 1 : 10.000 sampai 1 : 50.000 adapun
dalam penelitian ini data dan sumber data sebagai bahan untuk penelitian.
3.5.1 Teknik Pengumpulan data
Tabel III.3 Data-data yang Dibutuhkan untuk Penelitian
No
Nama Data
Sumber
Sekunder
1 Curah Hujan
2 Persebaran Pos Hujan
V
V
3 Peta Jenis Tanah
V
Lapangan
PUSAIR
B BAPPEDA
MAJALENGKA
v
v
V
7 ph Tanah
v
8 Erosibilitas Tanah
V
9 Penggunaan Lahan
V
Keterangan
PUSAIR
4 Peta Kemiringan Lereng
5 Peta Ketinggian Tempat
6 Peta Kedalaman Tanah
Pengindraan Jauh
SRTM
SRTM
BAPPEDA
MAJALENGKA
Observasi
BAPPEDA
JABAR
BAPPEDA
MAJALENGKA
Sumber: Olahan Peneliti
Muhammad Husni Mubarok Saputra, 2015
ANALISIS KESESUAIAN LAHAN TANAMAN JAGUNG DI KABUPATEN MAJALENGKA MENGGUNAKAN SISTEM
INFORMASI GEOGRAFIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
43
3.6 Teknik Analisi Data
Cara penilaian kapabilitas atau kesesuaian lahn menurut Noor (2006, hlm 166)
dapat ditempuh dengan melibatkan penyiapan dan pengkodean data lingkunagn,
penentuan nilai dan pembobotan kapabilitas, dan perhitungan nilai kapabilitas
lahan.
3.6.1 Penyiapan dan Pengkodean Data
Tahap pertama dalam penelitian ini adalah penyiapan data dan pengkodean
data , hal ini di tempuh dengan mengumpulkan data atribut dan mendigitasi peta
tematik dengan menggunakan software Argcis sesuai dengan variable atau factor
yang mempengaruhi kesesuaian lahan untuk lahan pertanian meliputi variable
Ketinggian Tempat, Kemiringan Lereng, Jenis Tanah, Keadaan Geologi, Curah
Hujan, dan Batas Administrasi. Selanjutnya pengkodean data dilakukan dengan
cara setiap variable yang diteliti dibagi kepada subkelas (klasifikasi), klasifikasi
ini tidak sama jumlahnya untuk setiap variable hal ini didasari oleh tinjauan teori
variable tersebut.
3.6.2 Teknik Analisis Data
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik SIG berupa
analisis skoring tumbang susun (overlay). Pembobotan dalam penelitian ini
menggunakan konsep penilain pengaruh, dimana parameter yang mempunyai
pengaruh yang besar terhadap kesesuain tumbuh tanamn jagung mendapatkan
bobot yang besar dibandingkan paramenter yang lainnyanya. Sebaliknya yang
mempunyai pengaruh kecil mendapatkan nilai pembobotan yang kecil
dibandingkan dengan parameter yang lainnya.
Langkah-langkah analisis kesesuan lahan tanamn jagung berbasis SIG, secara
detail akan diuraikan sebagai berikut:
Langkah Pertama : Pembuatan Peta Parameter
Peta administrasi, peta tanah, dan peta kedalam tanah di buat berdasarkan data
Shp yang diperoleh oleh BAPPEDA Kabupaten Majalengka 2014 selanjutnya Peta
Kemiringan lereng dan Ketinggian Tempat diperoleh melalui data SRTM (Shuttle
Radar Topography Mission) yang diolah melui aplikasi Global Mapper. Peta curah
Muhammad Husni Mubarok Saputra, 2015
ANALISIS KESESUAIAN LAHAN TANAMAN JAGUNG DI KABUPATEN MAJALENGKA MENGGUNAKAN
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
44
Hujan dibuat melalui persebaran pos hujan yang berada di Kabupaten Majalengka
kemudian dihubungkan satu sama lain dengan garis khayal yang membuat poligon
tyssen sebagai acuan zonasi hujannya, setelah itu dimasukan data atribut kedalam
pos hujan dan membentuk peta persebarah curah hujan di Kabupaten Majalengka.
Langkah Kedua : Klasifikasi Skoring tiap Parameter
Setelah didapat parameter yang berpengaruh yang akan digunakan dalam
analisis kesesesuain tanaman jagung, kemudian tiap parameter tersebut dilakukan
skoring. Di bawah ini akan dijelaskan skoring tiap parameter.
Tabel III.4 Skoring Kelas Informasi Bulan Kering (7 – 8
3
3
>6–9
2
4
>9
1
Pertimbanagn Pemberian
Skor
penananaman tanaman dapat
diusahan sepanjang tahun
melalui perencanaan yang teliti
periode bero tidak dapat
dihindari, tetapi penanaman 2
jenis tanaman secara
bergantian masih mungkin
dapat dilakukan seperti :
Lahan Sawah, ditanami padi,
berikutnya palawija
kemungkinan Penanaman
tanaman pangan hanya satu
kalitanaman pangan dapat
diusahan sepanjang tahun
tidak sesuai untuk tanaman
bahan pangan tanpa
penambahan sumber air
berikut sistem irigasi yang
terartur baik.
Sumber: harjowigeno dan widiatmaka (2007, hlm 294)
Tabel III.5 Skoring Kelas Informasi Curah Hujan
No
Curah
Hujan
Skor
1
2
900 – 1200
4
3
3
600 – 900
2
4
< 600
1
> 1200
Pertimbanagn Pemberian
Skor
Persesia air sangat tercukupi
Persediaan air tercukupi
Persediaan air sedikit kurang
tercukupi
Kurang persediaan air
Sumber: harjowigeno dan widiatmaka (2007, hlm 294)
Muhammad Husni Mubarok Saputra, 2015
ANALISIS KESESUAIAN LAHAN TANAMAN JAGUNG DI KABUPATEN MAJALENGKA MENGGUNAKAN
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
45
Tabel III.6 Skoring Kelas Informasi Ketinggian Tempat
Ketinggian
Tempat (Mdpl)
0 – 600
Skor
600 – 1500
4
1500 – 2500
3
2500 -
1
5
Pertimbanagn Pemberian Skor
Tanaman jagung produksi yang
optimal
Tanaman Jagung masih bisa tumbuh
dengan baik
Tanaman Jagung Kurang Baik di
daerah ini
Terlalu Dingin Untuk Tanaman Jagung
Sumber: harjowigeno dan widiatmaka (2007, hlm 294)
Tabel III.7 Skoring Kelas Informasi Jenis Tanah
No
Jenis Tanah
Skor
Pertimbanagn Pemberian Skor
1
Andosol
5
2
Latosol
4
3
Grumosol
4
4
Alluvial
3
5
Regosol
2
6
Glei
2
7
Litosol
2
8
Pedsol
Merah
Kuning
2
Tanah ini berasal dari gunung berapi. Maka disebut pula tanah
gunung. Warna kehitaman hingga kelabu. Warna hitam pada
tanah pegunungan disebabkan oleh kandungan bahan organis
yang cukup tinggi atau yang disebut humus.
Tanah Latosol adalah tanah liat, berwarna kemerahan,
kekuningan atau kecoklatan, karena banyak zat besi, tanah ini
cocok untuk tanaman jagung selama keasaman tanah (Ph)
sesuai untuk pertumbuhannya
Tanah yang tergolong tanah berat ini dapat juga untuk
pertaman jagung, namun perlu diperhatikan keseimbangan
antara pengairan dan drainase serta aerasi, sebab tanah berat ini
sulit untuk meloloskan air sehingga mudah tergenang
Tanah aluvial adalah tanah yang dibentuk dari lumpur sungai
yang mengendap di dataran rendah yang memiliki sifat tanah
yang subur dan cocok untuk lahan pertanian
Secara spesifik, ciri regosol adalah berbutir kasar, berwarna
kelabu sampai kuning, dan bahan organik rendah. Sifat tanah
yang demikian membuat tanah tidak dapat menampung air dan
mineral yang dibutuhkan tanaman dengan baik.
Tanah Glei adalah tanah yang mempunyai ciri adanya lapisan
glei berwarna kelabu, terbentuk karena pengaruh genangan air
/drainase yang buruk
Tanah Litosol merupakan jenis tanah berbatu-batu dengan
lapisan lapisan yang tidak begitu besar, kandungan hara pada
tanah ini tidak begitu banyak bisa dibilang sangat minim.
Tanah ini dikenal bermaslah untuk digunakan dalam budidaya
tanaman semusim karena kemasaman rendahsehingga fosfor,
salah satu hara penting bagi tumbuhan tidak terserap optimal
oleh akar.
Sumber: Aak (1993, hlm. 43)
Muhammad Husni Mubarok Saputra, 2015
ANALISIS KESESUAIAN LAHAN TANAMAN JAGUNG DI KABUPATEN MAJALENGKA MENGGUNAKAN SISTEM
INFORMASI GEOGRAFIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
46
Tabel III.8 Skoring Kelas kedalaman tanah efektif
No
1
2
Kedalaman Tanah
Efektif (Cm)
>90
Skor
4
>60 – 90
3
Pertimbanagn Pemberian Skor
Kedalaman tanah ini sangat baik bagi
tumbuh tanaman jagung karena akar
jagung akan tumbuh dengan bebas
kedalam tanah
Pada kedalam ini, tanaman jagung masih
bisa tumbuh dengan baik kaarena
kedalaman perakaran masih bisa sampai
60 Cm
4
>30 – 60
2
Kedalaman tanah ini tanaman jagung masih
tumbuh, namun kurang baik karena akar tidak
bisa bebas tmbuh kedalam tanah
5
< 30
1
Kedalam tanah ini tidak cocok dengan
tanaman jagung karena perakaran sangat
dangkal untuk tumbuh kedalam
Sumber: harjowigeno dan widiatmaka (2007, hlm 294) disesuainkan
Tabel III.9 Skoring Kelas Informasi Kemiringan Lereng
No
Kelas
Skor
Kemiringan
Lereng
Pertimbanagn Pemberian Skor
1
8 – 15
3
4
> 15 – 25
2
5
> 25
1
Landai, hampir datar, tanaman jagung akan
tumbuh dengan optimal karena media
perakarannya landai dan unsur hara dapat
diserap secara optimal.
Landai sedikit bergelombang,
Pada kondisi kemiringan lereng seperti ini,
tanaman jagung masih bisa tumbuh dengan
optimal.
Landai bergelombang, masih bisa ditanami
tanaman jagung namun kurang ooptimal
karena kemiringan lerengnya sudah mulai
curam.
Agak curam, pada kondisi kemiringan
lereng yang agak curam ini tanaman
jagung kurang cocok, karena akan kurang
optimal.
Curam, pada kondisi kemiringan lereng
seperti ini, tidak cocok untuk tanaman
jagung karena kemiringan lereng yang
curam akan banyak meloloskan air ke
dataran lebih rendahnya dan unsur hara
akan banyak berkurang karena terbawa air.
Sumber: harjowigeno dan widiatmaka (2007, hlm 294)
Muhammad Husni Mubarok Saputra, 2015
ANALISIS KESESUAIAN LAHAN TANAMAN JAGUNG DI KABUPATEN MAJALENGKA
MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
47
Tabel III.10 Skoring Kelas Informasi Erosi
Skor
Pertimbangan Pemberian Skor
Sangat Ringan
5
Ringan
4
Sedang
3
Berat
2
sangat berat
1
Tingkat erosi yang masih sangat ringan, sangat baik buat
tanaman jagung karena, unsur hara yang ada dalam tanah
tidak banyak terambil.
Tingkat erosi yang masih ringan, baik untuk tanaman jagung,
unsur hara dalam tanah masih tidak banyak terambil karena
erosi tanah
Tingkat erosi yang sedang sudah mulai menunjukankan
peningkatan erosinya, sehingga unsur hara dalam tanah sudah
mulai berkurang karena erosi yang sudah mulai tinggi.
Tingkat erosi yang berak tidak cocok untuk tanaman jagung
karena, unsur hara dalam tanah akan terambil oleh erosi.
Tingkat erosi sangat berat sangat tidak cocok untuk tanaman
jagung karena, miskin akan unsur hara.
Erosi
Sumber: harjowigeno dan widiatmaka (2007, hlm 294)
Tabel III.11 Skoring pH
Skor
5
Ph
> 6,0 - 7,0
> 7,0-7,5 atau 5,5-< 6,0
4
> 7,5 - 8,0 atau 4,5 - <
5,5
3
> 8,0-8,5 atau 4,0-4,5
2
> 8,5 atau < 4,0
1
Pertimbanagn Pemberian Skor
Cocok untuk tumbuh tanaman jagung,
tingkat keasaaman yang pas
Masih bisa tumbuh dengan baik karena
tingkat keasaman dan basanya tidak terlalu
tinggi
Tingkat asam dan basanya sudah mulai
ada dan sudah mulai mempengaruhi
tanaman jagung.
Tingkat keasaman dan basanya sudah
mulai tinggi sehingga kurang cocok untuk
tanaman jagung
Terlalu asam dan basa sehingga tidak baik
untuk tumbuh tanaman jagung
Sumber: harjowigeno dan widiatmaka (2007, hlm 294)
Tabel III.12 Pembobotan Peta Parameter
Nilai
Parameter
No
Bobot
Nilai
Min
Max
1 Bulan Kering dan basah
5
5
20
2 Curah Hujan
5
5
20
3 Jenis Tanah
3
6
15
4 Kemiringan Lereng
4
4
20
5 Ketinggian Tempat
6
6
30
6 Kedalaman Tanah Efektif
4
3
16
7 Erosibilitas
4
4
20
8 pH Tingkat Keasaman tanah
4
4
20
37
161
Jumlah
Sumber : Olahan Peneliti
Pembobotan ini berdasarkan tingkat pengaruh setiap parameter kepada tingkat
kesesuaian tanaman jagung, semakin besar pengaruh yang diberikan semakin besar
juga pembobotannya, ketinggian tempat merupakan parameter yang memiliki
Muhammad Husni Mubarok Saputra, 2015
ANALISIS KESESUAIAN LAHAN TANAMAN JAGUNG DI KABUPATEN MAJALENGKA MENGGUNAKAN
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
48
pembobotan yang paling tinggi yaitu 6 dibadning dengan parameter lainnya
karena ketinggian tempat menentukan suhu di permukaan, suhu dipermukaan
sangat berpengaruh kepada tumbuh bungan tanaman jagung, “ketinggian tempat
sangat berpengaruh terhadap waktu panen dan kualitas jagung yang dihasilakn”
(Zulkarnain, hlm 163). Parameter bulan basah kering dan curah hujan masingmasing mempunyai pembobotan 5 tanaman jagung berpengaruh oleh adanya
persedian air yang ada, bila tanaman jagung kekuranga air, musim panen tanam
kemungkinan hanya satu kali dalam setahun bahkan tidak bisa menanam tanaman
jagung. Parameter kemiringan lereng, kedalaman tanah efektif, erosibilitas, dan
tingkat kemasaman tanah masing-masing mempunyai pembobotan 4 karena
tingkat kepengaruhannya terhadap pertumbuhan tanaman jagung di bawah
parameter di atasnya. Jenis tanah mempunyai tingkat kepengaruhan yang paling
rendah yaitu 3 karena tanaman jagung hampi bisa tumbuh di jenis tanah manapun,
jenis tanah tidak begitu mempengaruhi tumbuh tanaman jagung.
Langkah Ketiga : Melakukan overlay peta tematik
Setelah didapat peta-peta tematik dan dimasukan data atributnya, kemudian
peta-peta tersebut dioverlaykan dengan peta-peta tematik lainnya.
Langkah keempat : Penjumlahan field (item) nilai atribut peta
Setelah data atribut dimasukan kedalam setiap peta tematik baru hasil
overlay, kemudian tiap-tiap data atribut tersebut dijumlahkan untuk mengetahui
jumlah total tiap peta tematik.
Skor Parameter Bulan Kering + Skor Parameter Curah Hujan + Skor
Parameter Jenis Tanah + Skor Parameter Kemiringan Lereng + Skor Parameter
Ketinggian Tempat + + Skor Parameter Erosi Tanah + Skor Parameter Ph tanah
Langkah Kelima : Mencari nilai minimum dan maksimum dari hasil
penjumlahan tiap semua kelas
Langkah keenam : Penentuan interval kelas kesesuain tanaman jagung
Menentukan Jangkauan (J) = Nilai Maksimal – Nilai
Minimal 161 – 37 = 124
Banyaknya Kelas Interval ada 3 kelas (k)
Panjang interval Kelas (c)
Muhammad Husni Mubarok Saputra, 2015
ANALISIS KESESUAIAN LAHAN TANAMAN JAGUNG DI KABUPATEN MAJALENGKA MENGGUNAKAN
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
49
C=J/k
C = 124 / 3 = 43,3
Kelas Pertama
Ambil danum terkecil sebagai batas bawah kelas pertama, jumlahkan
datum terkecil dengan panjang interval kelas kemudian kurangi satu
(1) Panjang interval kelas pertama
= (37 +41,3) – 1 = 77,3 (dibulatkan menjadi 77)
Jadi Intervalnya ( 37 – 77)
Kelas Kedua
Batas bawah kelas kedua mulai dari 78 (melanjutkan batas atas kelas
pertama)
Panajang interval kelas kedua (78,3+ 41,3)-1= 118,6 (dibulatkan
menjadi 119)
Jadi intervalnya (78 –
119) Kelas Ketiga
Batas bawah kelas kedua mulai dari 120 (melanjutkan batas atas kelas
pertama)
Panajang interval kelas kedua (119,6+ 41,3)-1= 160,9 (dibulatkan
menjadi 161)
Jadi intervalnya (120 - 161)
Langkah ketujuh: penentuan nilai tiap kelas kesesuaian tanaman jagung
Langkah Kedelapan : Penentuan jarak kelas kesesuaian lahan tanaman
jagung
Kelas kesesuaian lahan tanaman jagung yang akan dihasilkan dari penelitian
ini, antara lain:
Tabel 3.13 Tabel kelas Interval Pembobotan Tingkat kesesuaian tanaman jagung
Tabel III.13 Tingkat Kesesuaian Lahan Tanaman Jagung
No
Tingkat Kesesuaian
Pembobotan
1 Kelas Kesesuaian Tinggi
120 – 161
2 Kelas Kesesuaian Sedang
78 – 119
3 Kelas Kesesuaian Rendah
37 – 77
Sumber: Olahan Peneliti
Muhammad Husni Mubarok Saputra, 2015
ANALISIS KESESUAIAN LAHAN TANAMAN JAGUNG DI KABUPATEN MAJALENGKA MENGGUNAKAN
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
50
3.7 Diagram Alur Penelitian
Muhammad Husni Mubarok Saputra, 2015
ANALISIS KESESUAIAN LAHAN TANAMAN JAGUNG DI KABUPATEN MAJALENGKA MENGGUNAKAN
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu