2015, Lorensia dkk, Eko (UBAYA)

HUBUNGAN PENGARUH TINGKAT KEPARAHAN ASMA
DENGAN KUALITAS HIDUP DALAM MEMICU TIMBULNYA
DEPRESI PADA PASIEN ASMA KRONIS

Amelia Lorensia*, Endang Wahjuningsih**, Eko Prema Sungkono***
*Departemen Farmasi Klinis-Komunitas (Bidang Respiratori), Fakultas Farmasi Universitas
Surabaya, Indonesia
**Departemen Farmasetika, Fakultas Farmasi Universitas Surabaya, Indonesia
*** Mahsiswa Fakultas Farmasi Universitas Surabaya, Indonesia
E-mail: amelia.lorensia@gmail.com

Abstract
According to data from the latest WHO World Health Organization declared the death induced asthma in
Indonesia reached 14.624, or 1.03% of total deaths. Indonesia ranks 69th world. In this research aim to know
the profile of the quality of life, severity, depression status in patients with asthma. The study design used by
the researchers is cross sectional. This study is a preliminary study carried out in patients with asthma who
underwent outpatient health centers Kalirungkut Surabaya. This study used a questionnaire mini-AQLQ
(Asthma Quality of Life Questionnaire) to see the quality of life of patients with asthma and Q-Score to
determine the level of severity. As for knowing the status of questionnaires HAD scale depression (Hospital
Anxiety and Depression). Data processed qualitatively to determine the profile of the severity and quality of
life, the severity of the profile with depression status and profile for the long-suffering with depression status of

patients with asthma. Results of the study between the severity do not result in a poor quality of life sehungga
cause depression.
Keywords: Quality of Life, Severity, Status Depression, Asthma

Menurut World Health Organization
(WHO), 15 juta jiwa per tahun mengalami
disability-adjusted life years (DALYs) per
tahunnya yang disebabkan penyakit asma 100150 juta penduduk dunia menderita asma.
Jumlah ini terus bertambah sebanyak180.000
orang setiap tahunnya.3Asma merupakan
penyakit kronis dikarena dapat timbul bila
pasien tersebut berinteraksi dengan pencetus
atau faktor-faktor penyebab terjadinya asma.
Sehingga dikhawatirkan dapat menyebab pasien
mengalami kecemasan dan depresi.1Depresi
sendiri merupakan salah satu gangguan alam
perasaan yang ditandai dengan perasaan sedih
yang berlebihan, murung, tidak bersemangat,
merasa tidak berharga, merasa kosong, dan
tidak ada harapan, berpusat pada kegagalan dan

menuduh diri, dan sering disertai iri dan

PENDAHULUAN
Asma merupakan salah satu penyakit
kronis yang banyak terjadi di dunia, baik
padadewasa
maupun
anak-anak.
Asma
umumnya dimulai sejak masa anak-anak terkait
dengan alergi dan gangguan inflamasi kronis
pada saluran nafas.Selain itu, asma juga
disebabkan dari faktor alergi (tungau, debu,
bulu hewan, serbuk sari, jamur), ada berbagai
faktor pencetus lainnya seperti infeksi saluran
pernafasan yang disebabkan oleh virus, aktifitas
fisik,
faktor
lingkungan(udara
dingin,

lembab,asap rokok), dan obat. Gejala asma
disertai dengan batuk, susah bernafas, sesak di
dada hingga nafas berbunyi (whhezing),
biasanya gejala tersebut semakin memburuk
pada waktu malam hari atau pagi dini hari.1,2

21

Jurnal Ilmiah Sains dan Teknologi, Vol. 8 No.2, Juni 2015

pikiran bunuh diri, pasien tidak berminat pada
pemeliharaan Diri dan aktivitas seharihari.4Depresi adalah suatu kondisi yang dapat
mempengaruhi pikiran, perasaan, perilaku dan
kesehatan secara keseluruhan. Hal ini dapat
berdampak tidur dan nafsu makan, cara
seseorang merasa tentang diri sendiri dan cara
dimana orang berpikir tentang berbagai hal.
Depresi adalah gangguan internalisasi, seperti
gangguan kecemasan, penarikan sosial dan
masalah somatik.5

Pasien yang mengalami asma dalam
waktu lama cenderung mengakibatkan rasa
stres dan tertekan kejiwaannya. Sehingga secara
tidak langsung berakibat kepada keparahan
penyakit asma yang diderita. Stres yang dialami
pasien tersebut juga mengakibatkan pada terapi
jangka panjang tingkat kestabilan dari terapi
asma. Tingkat keparahan asma pada pasien juga
disebabkan dari kurangnya pengetahuan pasien
dan masyarakat tentang asma dan mengangap
asma merupakan penyakit yang tidak bisa
disembuhkan, bersifat kronik dan cenderung
progresif. Juga tidak mengetahui cara atau tidak
melaksanakan pencegahan dari serangan asma
di rumah maupun lingkungannya. Penderita
asma memiliki rasa rendah diri dengan asma
yang dideritanya. Dan belum terlihat adanya
usaha yang baik dalam mengontrol merokok
dan
menghindari

alergen.
Hal
ini
mengakibatkan kekambuhan pada pasien
asma.3
Faktor perilaku dan lingkungan hidup di
mana kita berada menjadi sangat penting.
Apabila setiap keluarga sudah berprilaku hidup
sehat dan seluruh masyarakat berperan serta
untuk menjaga kebersihan lingkungan, maka
tingkat kekambuhan/serangan asma dapat
ditekan. Faktor risiko terjadinya asma seperti
berat badan lahir rendah, diet atau pola makan,
polusi udara dan lain-lain menjadi pemicu
terjadinyaasma
di
Indonesia.3Untuk
mengetahui pengaruh faktor depresi terhadap
outcome asma, maka dilakukan penelitian ini
yang bertujuan mengetahui profil pengaruh


tingkat keparahan asma dengan kualitas hidup
dalam memicu timbulnya depresi pada pasien
asma kronis yang menjalani rawat jalan di suatu
Puskesmas di Surabaya.

METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan oleh
peneliti adalah cross sectional. Penelitian ini
dilakukan pada pasien asma yang menjalani
rawat jalan di puskesmas Kali Rungkut
Surabaya. Penelitian ini dilakukan di
Puskesmas Kalirungkut Surabaya pada bulan
Mei-Juni 2013. Data dari penelitian ini
didapatkan dengan mewawancarai pasien secara
langsung di rumah sampel penelitian.Variabel
bebas dari penelitian ini adalah status dan
tingkat depresi. Variabel tergantung penelitian
ini adalah kualitas hidup pada pasien asma di
puskesmas kalirungkut Surabaya dengan

variable terkendali sesuai dengan kriteria
inklusi dan ekslusi.
Pengukuran kualitas hidup pasien asma
pada penelitian ini menggunakan kuesioner
mini-Asthma Quality of Life Questionnaire
yang terdiri dari 15 pertanyaan yang terbagi
menjadi 4 domain, yaitu: (1) Gejala, (2)
Keterbatasan aktivitas, (3) Fungsi emosi, dan (4)
Pengaruh lingkungan. Skor dihitung dengan
cara menjumlahkan semua nilai dibagi dengan
jumlah pertanyaan. Skor tertinggi adalah 7 yang
artinya sama sekali tidak ada gangguan hidup
sedangkan skor terendah adalah 1 yang artinya
sangat terganggu aktivitas hidupnya. Perbedaan
skor kualitas hidup 0,5 dinyatakan bermakna.6
Kecemasan dan tingkat depresi pasien
asma merupakan gambaran kondisi kecemasan
dan tingkat depresi pasien dan apa yang
dirasakan dan dialami oleh pasien.Penelitian
ini menggunakan kuesioner Hospital Anxiety

and Depression Scale yang terdiri dari 14
pertanyaan yang terbagi menjadi 2 domain,
yaitu: kecemasan dan depresi. Skor dihitung
dengan cara menjumlahkan semua nilai dibagi
dengan jumlah pertanyaan. Skor tertinggi
22

Jurnal Ilmiah Sains dan Teknologi, Vol. 8 No.2, Juni 2015

mengenai tingkat kecemasan dan depresi pasien
asma. Sampel yang memenuhi persyaratan
inklusi diberi informed consent dan
kuesionoer.
Data penelitian akan dianalisis secara
deskriptif. Data yang diperoleh berupa data
kualitatif yang akan disaajikan dalam bentuk
diagram dan table.

adalah 3 yang artinya sering mengalami
gangguan kondisi kecemasan dan depresi

sedangkan skor terendah adalah 0 yang artinya
tidak mengalami gangguan kondisi tersebut.7
Populasi adalah seluruh pasien dengan
diagnosis asma yang sedang menjalani rawat
jalan di Puskesmas Kali Rungkut.Sampel
penelitian adalah pasien yang bersedia
diwawancarai oleh peneliti, dan yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.Kriteria
inklusi : pasien dewasa yang berumur 16-60
tahun,8 bersedia mengisi informed consent,
bertempat tinggal di Surabaya, pasien tidak
buta huruf, tidak memiliki kelainan jiwa, tidak
ada penyakit penyerta lain.Kriteria eksklusi
:pasien memiliki penyakit pernafasan lainnya
yang dapat mempengaruhi outcome klinis
terapi asma.
Dalam
peneletian
ini
metode

pengambilan sampel yang digunakan adalah
semua pasien asma yang dirawat jalan pada
Puskesmas Kalirungkut Surabaya.Pengumpulan
data didapat dilakukan dengan cara wawancara
yaitu berupa pertanyaan yang diberikan kepada
pasien untuk mendapatkan jawaban yang
menjadi dasar untuk menetapkan nilai yang
berupa angka. Uji dalam penelitian ini
dilakukan
untuk
mengumpulkan
data
mengenai kualitas hidup pasien asma dan data

HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian yang dilakukan oleh Wilson et
al (2011)9 menunjukkan bahwa asma sangat
erat hubungannya dengan kualitas hidup
pasien. Pengukuran kualitas hidup dengan
melihat keterbatsan aktivitas sehari-hari yang

dirasakan pasien, seperti status kesehatan yang
dilihat dari frekuensi merasakan gejala, status
fungsional (kemampuan beraktifitas), tingkat
emosi, dan pengaruh lingkungan. Penggunaan
obat secara rutin juga dapat mempengaruhi
gejalanya. Mengingat penelitian ini merupakan
penelitian pendahuluan. Dan penelitian ini
dilakukan untuk melihat atau mengetahui
profil tingakat keparahan, kualitas hidup dan
juga status depresi pada pasien asma di
puskesmas kali rungkut Surabaya.
Karakteristik sampel penelitian dapat
dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Sampel Penelitian

Karakteristik
Jenis Kelamin
Usia (Tahun)
Lama Menderita Asma
(Tahun)

Pria
Wanita
18-40
41-60
10
10-20
21-30
30

23

Jumlah
(n:14)
5
9
9
5
4
5
4
1

Persentase
(%)
35,71
64,29
64,29
35,71
28,571
35,71
28,57
7,14

Jurnal Ilmiah Sains dan Teknologi, Vol. 8 No.2, Juni 2015

Tingkat Pendidikan
Terakhir

SMP
SMA
Perguruan Tinggi

2
6
6

14,29
42,86
42,86

Kualitas Hidup Pasien
Asma (dengan kuesioner
AQLQ)

Buruk (15-50)
Sedang (51-85)
Baik (86-105)

5
9
0

35,71
64,29
0

Tingkat Keparahan

Buruk (16-20)
Sedang (10-15)
Baik (4-9)

4
3
7

28,57
21,43
50,00

Status Depresi

Buruk ( 11)
Sedang (8-10)
Baik (0-7)

12
1
1

85,71
7,14
7,14

Sebagian besar sampel penelitian adalah
wanita yaitu sebanyak 9 orang (64%) dan pria
sebanyak 5 orang (36%). Sebanyak 9 pasien
(64%) berusia 18-40 tahun dan 5 pasien (36%)
berusia 41-60 tahun. Pada jenis kelamin pria
memiliki resiko yang lebih besar pada saat usia
balita dan resiko ini semakin berkurang ketika
usia dewasa. Sebaliknya, pada kelamin wanita
resiko pada saat usia balita dan dewasa samasama memiliki resiko yang besar. Global
Initiative National for Asthma (2014)1
menjelaskan bahwa wanita lebih banyak
mengalami resiko asma dari pada pria.
Dikarenakan, pada saat lahir, ukuran paru-paru
pria lebih kecil daripada wanita tetapi saat
dewasa ukuran paru-paru pria lebih besar.
Selain itu faktor hormon estrogen dan
progesteron dapat menyebabkan resiko
menderita asma lebih besar pada saat wanita
mengalami masa pubertas.10 Sebanyak 4 orang

menderita asma kurang dari 10 tahun dan
sebanyak 10 orang lainnya menderita asma
lebih dari 10 tahun. Sampel penelitian banyak
yang menceritakan bahwa mereka sudah
menderita gejala asma sejak kecil dan remaja.
Dari hasil penelitian ini didapat bahwa seluruh
sampel penelitian termasuk pasien asma kronik
dan asma kronik sangat membutuhkan
pengobatan jangka panjang untuk dapat
menstabilkan gejala dan keluhan dari
asmanya.11Kualitas hidup sampel penelitian
secara keseluruhan yang mempunyai kualitas
hidup buruk sebanyak 5 orang dan pasien
dengan kualitas hidup sedang sebanyak 9
orang. Sedangkan untuk responden yang
mempunyai kualitas hidup baik tidak
ditemukan (Tabel 1).
Tabel 2, 3 dan 4 adalah hasil validitas
dan reliabilitas dari kuesiner yang digunakan
untuk pengumpulan data penelitian.

Tabel 2. Hasil Uji Validitas dan Realibiltas (Item Total Statistic) Asthma Quality Of Life
Questionnaire(AQLQ)

No
1
2
3
4
5

Pertanyaan
Merasakan nafas yang pendek akibat asma
Merasa terganggu atau harus menghindari debu
Merasa frustasi akibat asma
Merasa terganggu akibat batuk
Merasa takut bila tidak memiliki atau sulit
mendapatkan obat asma
24

Corrected ItemTotal Correlation

Keterangan

0,889
0,860
0,881
0,831
0,531

Valid
Valid
Valid
Valid
Valid

Jurnal Ilmiah Sains dan Teknologi, Vol. 8 No.2, Juni 2015

6

Mengalami rasa sesak didada atau dada terasa
0,884
Valid
berat
7
Merasa terganggu atau harus menghindari asap
0,915
Valid
rokok
8
Mengalami kesulitan tidur nyenyak pada malam
0,748
Valid
hari akibat asma
9
Merasa gelisah akibat memiliki asma
0,850
Valid
10
Mengalami mengi (nafas berbunyi) didada
0,938
Valid
11
Merasa terganggu atau harus menghindari pergi
0,864
Valid
keluar karena udara atau cuaca buruk
12
Terbatasi saat melakukan aktifitas (tergesah-gesah,
0,671
Valid
berolahraga, berlari naik tangga, olahraga)
13
Terbatasi saat melakukan aktifitas (berjalan,
0,886
Valid
pekerjaan rumah tangga, berkebun, belanja, naik
tangga)
14
Terbatasi saat melakukan aktifitas (berbicara,
0,791
Valid
pekerjaan rumah tangga, berkebun, belanja, naik
tangga)
15
Terbatasi saat melakukan aktifitas terkait
0,846
Valid
pekerjaan (tugas yang Anda lakukan di tempat
kerj
Nilai alpha cronbach untuk kuesioner tentang kualitas hidup didapatkan 0,793 yang artinya reliabilitas sangat
tinggi.
Tabel 3.Hasil Uji Validitas Dan Realibiltas Q-Score: Item Total Statistic Tingkat Keparahan Responden

No.
Pertanyaan

Corrected ItemTotal
Correlation

Pertanyaan

Keterangan

1.
2.

Pada berapa hari Anda mersakan sesak nafas
0,849
Valid
Berapa banyak pada malam hari Anda
0,821
Valid
terbangun karena mengalami sesak nafas
3.
Berapa hari asma menghalangi Anda
0,791
Valid
melakukan aktifitas normal
4.
Berapa kali Anda menggunakan inhaler setiap
0,792
Valid
harinya
Nilai alpha cronbach untuk kuesioner tentang Q-Score didapatkan 0,896 yang artinya reliabilitas sangat tinggi.
Tabel 4.Hasil Uji Validitas Dan Realibiltas Had Scale: Item Total Statistic Status Depresi Responden

No

Pertanyaan

Corrected ItemTotal
Correlation

1.

Pada malam hari saya terbangun dan setelah itu susah
untuk tidur kembali
Saya menjadi sangat takut atau panik tanpa ada alasan
yang jelas

0,830

Valid

0,844

Valid

2.

25

Keterangan

Jurnal Ilmiah Sains dan Teknologi, Vol. 8 No.2, Juni 2015

3.
4.

Saya merasa tidak senang dan sedih
0,859
Valid
Saya merasa cemas ketika saya pergi keluar dari rumah
0,900
Valid
saya sendiri
5.
Saya telah kehilangan minat pada segala hal
0,837
Valid
6.
Saya merasa berdebar atau sensasi 'kupu-kupu' di perut
0,919
Valid
atau dada
7.
Saya punya nafsu makan yang baik
0,949
Valid
8.
Saya merasa ketakutan
0,859
Valid
9.
Saya merasa tidak layak menjalani hidup ini
0,885
Valid
10. Saya masih menikmati hal-hal pada saat yang lalu
0,809
Valid
11. Saya gelisah dan tidak bisa diam
0,859
Valid
12. Saya lebih marah dari biasanya
0,809
Valid
13. Saya merasa seolah-olah saya telah melambat
0,919
Valid
14. Saya khawatir tidak mempunyai pikiran
0,870
Valid
Nilai alpha cronbach untuk kuesioner tentang HAD Score didapatkan 0,931 yang artinya reliabilitas sangat
tinggi.
Tabel 5.Tabulasi Silang Kualitas Hidup dengan Tingkat Keparahan Asma

Tingkat
Keparahan Asma
Terkendali
Kurang
Terkendali
Tidak Terkendali
TOTAL

Baik
0

Kualitas Hidup Asma
Sedang
5

Buruk
2

TOTAL
7

0

2

1

3

0
0

2
9

2
5

4
14

kualitas hidupnya. Dan dari data yang
ditemukan untuk responden dengan kategori
kualitas hidup sedang dan kualitas hidup buruk
sama-sama terdapat 2 orang dan tidak
ditemukannya responden dengan kategori
kualitas hidup baik. Hal ini sesuai dengan
penelitian lainnya,12 yang menyatakan sebagian
penderita merasa kurang percaya diri dalam
penampian dan bersosialisasi, namun gejala
yang dirasakan belum terlau mengganggu
aktivitas sehari-hari. Sebagian lain responden
dengan derajat keparahan berat merasa sangat
berpengaruh pada kualitas hidupnya (Tabel 2).

Responden dengan kategori tingkat
keparahan terkendali dan juga memiliki
kategori kualitas hidup baik tidak ditemukan,
sedangkan untuk responden dengan kualitas
hidupnya sedang sebanyak 5 orang. Dari data
tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat
keparahan terkendali tidak juga mengalami
kualitas hidup yang baik. Hal ini tidak sesuai
dengan
pernyataan
hasil
penelitian
12
sebelumnya,
yang menyatakan bahwa
responden dengan derajat keparahan ringan
sampai sedang maka aktivitas responden tidak
terganggu sehingga tidak ada pengaruh pada

26

Jurnal Ilmiah Sains dan Teknologi, Vol. 8 No.2, Juni 2015

Tingkat
Keparahan
Asma
Terkendali
Kurang
Terkendali
Tidak
Terkendali
TOTAL

Tabel 6.Tabulasi Silang Tingkat Keparahan dengan Status Depresi
Kecemasan
Depresi
Total
Tidak
Hampir
Menderita
Tidak
Hampir
Menderita
Menderita
Menderita
Menderita
3
2
2
7
5
1

Menderita

Total

1

7

0

2

1

3

2

1

0

3

2

1

1

4

1

2

1

4

5

5

4

14

8

4

2

14

Data tingkat keparahan terkendali yang
tidak menderita maupun yang menderita
kecemasan terdapat jumlah responden yang
hampir sama. Hal ini tidak sesuai dengan
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Sarafino (1998)13 yang menyatakan bahawa
dengan tingkat keparahan ringan dari suatu
penyakit tidak terlalu menimbulkan kecemasan
dan depresi. Analisa yang menunjukkan
responden dengan kategori tingkat keparahan
kurang terkendali dengan kategori tidak
menderita kecemasan tidak ditemukan.
Sedangkan untuk kategori status kecemasan
hampir menderita sebanyak 2 orang dan untuk
kategori menderita kecemasan sebanyak 1
orang. Dari data yang didapatkan terdapat
jumlah responden pada kategori tingkat
keparahan tidak terkendali yang tidak
menderita
kecemasan
lebih
banyak
dibandingkan dari pada kategori yang
menderita kecemasan. Hal ini tidak sesuai
dengan
penelitian
sebelumnya13
yang

menyatakan bahwa dengan memburuknya
kondisi kesehatan yang diakibatkan oleh
penyakit dengan tingkat keparahan sedang
sampai
berat
secara
tidak
langsung
menimbulkan kecemasan dan depresi (Tabel 6).
Data analisa yang menunjukkan kategori
responden dengan tingkat keparahan terkendali
dengan kategori depresi tidak menderita
sebanyak 5 orang. Sedangkan untuk responden
dengan kategori status depresi hampir
menderita sebanyak 1 orang. Dari data tersebut
tidak menunjukkan bahwa responden dengan
tingkat keparahan yang tidak terkendali tidak
harus menderita depresi. Hal tersebut tidak
sesuai dengan pustaka yang ada,14 yang
menyebutkan bahwa dengan tingkat kesehatan
yang buruk dapat mengakibatkan stress dan
depresi dikarenakan timbulnya penyakit atau
memperburuknya
kesehatan,
sehingga
mempengaruhi aktifitas dan secara langsung
dapat menimbulkan stress dan depresi (Tabel
6).

27

Jurnal Ilmiah Sains dan Teknologi, Vol. 8 No.2, Juni 2015

Tabel 7.Tabulasi Silang Data Lama Menderita Asma dengan Status Depresi dan Status Kecemasan
Lama
Kecemasan
Depresi
Menderita
Tidak
Hampir
Menderita
Tidak
Hampir
Menderita
Total
Asma
Menderita
Menderita
Menderita
Menderita
(tahun)
10
2
1
1
4
0
2
2
10-20
2
3
0
5
3
0
2
21-29
3
0
1
4
1
3
0
30
1
0
0
1
1
0
0
TOTAL

8

4

2

14

Responden dengan kategori lama
menderita 0-10 tahun dan mempunyai status
depresi dengan kategori tidak menderita
sebanyak 2 orang. Dari data tersebut
didapatkan jumlah responden dengan kategori
lama menderita tidak menderita depresi. Hal
ini tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Wade et al. (2007)15 yang
menemukan bahwa ada hubungan antara lama
menderita penyakit dengan tingkat depresi,
dikarenakan
ketidaknyamanan,
ketidakmampuan, ketergantungan dan ketidakamanan
dalam waktu yang lama dapat membuat
seseorang cenderung memiliki tingkat depresi
yang buruk (Tabel 7).
Responden dengan kategori lama
menderita 0-10 tahun dan mempunyai status

5

5

4

kecemasan dengan kategori tidak menderita
tidak ditemukan. Responden dengan kategori
status kecemasan hampir menderita sebanyak 2
orang. Sedangakn untuk responden dengan
kategori menderita kecemasan sebanyak 2
orang. Dari data yang didapatkan responden
dengan lama menderita tidak ditemukannya
responden dengan status kecemasan. Hal ini
tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan Bhosle etal. (2006)16 yang
menyatakan bahwa suatu penyakit yang bersifat
kronis yang diderita pasien dalam waktu lama
sehingga berdampak pada kualitas hidup
penderita hingga menyebabkan pasien merasa
cermas bahkan depresi (Tabel 7).

Tabel 8.Tabulasi Silang Lama Menderita Asma dengan Kualitas Hidup PasienAsma

Lama
MenderitaAsma
(tahun)
10
10-20
21-29
30
TOTAL

Kualitas Hidup
Baik

Sedang

Buruk

0
0
0
0
0

3
3
2
0
8

1
2
2
1
6

TOTAL
4
5
4
1
14

responden dengan lama menderita tidak
ditemukannya profil hubungan responden
dengan
kategori
lama
menderita
mempengaruhi kualitas hidup responden. Hal
ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan Budiastuti (2009)17 yang menyatakan

Responden dengan kategori lama
menderita 0-10 tahun dan mempunyai kualitas
hidup baik tidak ditemukan. Responden
dengan kategori lama menderita 10-20 tahun
yang mempunyai kualitas hidup buruk
sebanyak 2 orang. Dari data yang didapatkan
28

Total

4
5
4
1
14

Jurnal Ilmiah Sains dan Teknologi, Vol. 8 No.2, Juni 2015

bahwa kualitas hidup pasien asma tidak
dipengaruhi oleh lamanya pasien tersebut
menderita asma (Tabel 8).

jumlah responden yang hampir sama.Profil
responden untuk kategori tingkat keparahan
dengan status depresi didapatkan dari data
tersebut tidak menunjukkan bahwa responden
dengan tingkat keparahan yang tidak terkendali
tidak menderita depresi.Profil responden untuk
kategori lama menderita dengan status depresi
menunujukkan data bahwa responden dengan
kategori lama menderita tidak menderita
depresi.Profil responden untuk kategori lama
menderita
dengan
status
kecemasan
menunujukkan data bahwa responden dengan
lama menderita tidak ditemukannya responden
dengan status kecemasan.Profil responden
untuk kategori lama menderita dengan kualitas
hidup menunujukkan data bahwa responden
dengan lama menderita tidak mempengaruhi
baik, sedang maupun buruknya kualitas hidup
responden.
Untuk melengkapi hasil penelitian ini,
maka disarankan untuk dilakukan penelitian
lebih lanjut untuk mengetahui fungsi
dukungan sosial sebagai faktor yang
mempengaruhi kualitas dan status depresi pada
pasien asma.

KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil penelitian profil dari dari
kualitas hidup, tingkat keparahan dan status
depresi pada pasien asma rawat jalan di
Puskesmas Kalirungkut Surabaya dinilai
menggunakan instrument kuesioner AQLQ, QScore dan HAD Scale didapat kesimpulan
bahwa profil kualitas hidup responden dengan
tingkat keparahan didapatkan data bahwa
tingkat keparahan terkendali tidak mengalami
kualitas hidup yang baik. Selain itu juga didapat
data untuk responden dengan kategori tingkat
keparahan
kurang
terkendali
tidak
ditemukannya responden dengan kualitas
hidup baik. Sedangkan untuk responden
dengan kategori tingkat keprahannya tidak
terkendali tidak ditemukannya kualitas hidup
yang baik.Profil responden tingkat keparahan
responden terkendali dengan status kecemasan
didapatkan data responden dengan tingkat
keparahan terkendali yang tidak menderita
maupun yang menderita kecemasan terdapat

29

Jurnal Ilmiah Sains dan Teknologi, Vol. 8 No.2, Juni 2015

DAFTAR PUSTAKA
Angold, A., Costello, E.J., Worthman, C.M. 1998. Puberty and Depression: the Roles of Age,
Pubertal Status and Pubertal Timing. Psychological Medicine. 28(1): 51-61.
Bhosle M.J., kulkarni, A., Feldman, S.R., Balkrishnan, R. 2006. Quality of life in patients with
psoriasis. Health Qual Life Outcomes. 4: 35.
Budiastuti A, Sugianto R. 2009. Hubungan Umur dan Lama Sakit terhadap Derajat Keparahan
Penderita Psoriasis. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro; 2009
Danusantoso, H. 2000. Buku Saku Ilmu Penyakit Paru. Jakarta : Penerbit Hipokrates. P.74-83.
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik DITJEN Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Departemen Kesehatan RI.2007.Pharmaceutical Care untuk Penyakit Asma.
Expert Panel Report 2: Guidelines for the Diagnosis and Management of Asthma. 1997. (online).
Gerald, K., Leaman, H.M., Bergoffen, G., Murray, D.C. Pickett, R. 2011. CTBSSP Synthesis 19:
Effects of Psychoactive Chemicals on Commercial Driver Health and Performance: Stimulats,
Hypnotics, Nutritional, and Other Supplements. Transportation Research Board.
Washington.
Global Initiative for Asthma (GINA). 2015.Global Strategy for Asthma Management & Prevention
(Update).
Huet SR, West SG. 1983. Hyperventilation: its relation to symptom experience and to anxiety. J
Abnorm Psychol;92:422 32
Jorm, A.F. 2000. Does old age Reduce the Risk of Anxiety and Depression? A Review of
Epidemiological Studies Across the Adult Life Span. Psychological Medicine. 30(1): 11-22.
Juniper E T, Guyatt G H, Epstein R S. 1994.Evaluation of impairment of health related quality of
life in asthma: development of a questionnaire for use in clinical trials. Thorax; 47:76-83
Rengganis, I. 2008. Diagnosis dan Tatalaksanan Asma Bronkial, Maj Kedokteran Indonesia, 58(11)
Sarafino E.P., Dillion J.M. 1998. Relationships among respiratory infections, triggers of attacks, and
asthma severity in children. J Asthma. 1998;35(6):497-504.
Wade, C., Tavris, C. 2007.Psikologi, 9th edn, jilid 2, trans. M Padang, Dinastuti, Erlangga, Jakarta.
Waldron, J. 2007.Asthma Care in the Community, John Wiley & Sons, England.
Wilson, S.R., Rand, C.S., Cabana, M.D., et al. 2011.Asthma Outcomes: Quality of Life. J Allergy
Clin Immunol, 12(988).
World Health Organization. 2013.Physical Activity and Adults. (online).

30