J00752
PENGARUH KINERJA LINGKUNGAN TERHADAP CSR DISCLOSURE
DAN KINERJA EKONOMI
(STUDI PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BEI 2010)
Oleh:
Yeterina Widi Nugrahanti
(Staff pengajar Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana)
Enny Rositawati
(Alumni Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana)
ABSTRACT
The purpose of this study is to examine the effect of environmental
performance as measured through the performance of companies in the program
PROPER (Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan
Lingkungan Hidup) on the CSR disclosure and economic performance. CSR
disclosure was measured by Global Reporting Initiative (GRI) dislcosures index,
while the economic performance is measured by return calculated using the scale
industry of Al-Tuwaijri, et al. (2004). The control variables used in this study is profit
margin, environmental concern, firm size and ownership status.
The sample of this research was extracted with purposive sampling method.
The sample of the study consist of 56 manufacturing companies listed on the
Indonesian Stock Exchange in 2010 and follow the PROPER program in 2009-2010.
The technique for examining hypothesis is multiple regression analysis by using SPSS
16.00 programs.
The results indicate that environmental performance has a positive effect on
CSR disclosure, but the control variables firm size and enviromental concern have no
effect on CSR disclosures. Beside that, the result also showed that CSR disclosures,
environmental performance, profit margin and ownership status have no effect to
economic performance.
Keywords: environmental performance, corporate social responsibility
disclosure, economic performance.
1
1. PENDAHULUAN
Selama ini perusahaan dianggap sebagai lembaga yang dapat memberikan
banyak keuntungan bagi masyarakat, di mana menurut pendekatan teori akuntansi
tradisional, perusahaan harus memaksimalkan labanya agar dapat memberikan
sumbangan yang maksimum kepada masyarakat. Namun seiring dengan berjalannya
waktu, masyarakat semakin menyadari adanya dampak-dampak sosial yang
ditimbulkan oleh perusahaan, permasalahan lingkungan di Indonesia merupakan
faktor penting yang harus dipikirkan mengingat dampak dari buruknya pengelolaan
lingkungan yang semakin nyata.
Corporate Social Responsibility sebagai konsep akuntansi yang baru adalah
transparansi pengungkapan sosial atas kegiatan atau aktivitas sosial yang dilakukan
oleh perusahaan, dimana transparansi informasi yang diungkapkan tidak hanya
informasi keuangan perusahaan, tetapi perusahaan juga diharapkan mengungkapkan
informasi mengenai dampak sosial dan lingkungan hidup yang diakibatkan aktivitas
perusahaan (Rakhiemah, 2009).
Salah satu fokus dari Corporate Social Responsibility (CSR) adalah kinerja
lingkungan. Sejak tahun 2002 KLH (Kementrian Lingkungan Hidup) mengadakan
PROPER di bidang pengendalian dampak lingkungan, yang diukur dengan warna
emas, hijau, biru dan biru minus, merah dan merah minus, hitam. Pada tahun 2010
PROPER mengalami perubahan, dalam pengukuran kinerja lingkungan perusahaan
menggunakan warna, mulai dari yang terbaik emas, hijau, biru, merah, hingga yang
terburuk hitam. Hasil dari PROPER diumumkan secara rutin kepada masyarakat agar
dapat mengetahui tingkat pengelolaan lingkungan pada perusahaan dengan melihat
warna yang ada. Meskipun sudah berjalan hampir 8 tahun, tetapi tahun 2010 masih
adanya perusahaan mendapatkan peringkat hitam sebanyak 47 (6,81%) perusahaan.
Sehingga kinerja lingkungan buruk dikarenakan perusahaan tidak memperdulikan
pencemaran limbah pabrik yang mengotori aliran air masyarakat, polusi udara.
Dengan hal ini masih banyaknya dampak lingkungan yang terjadi, fenomena
yang dapat terlihat saat ini adalah kasus banjir lumpur panas Sidoarjo atau lumpur
lapindo pada tahun 2006 yang diakibatkan oleh aktivitas pengeboran yang dilakukan
oleh PT Lapindo Brantas, kasus pada bulan maret 2011 pembangunan pabrik semen
di Tambakromo-Pati, dalam kasus ini terjadi demo besar-besaran dari masyarakat
sekitar dikarenakan ketidak setujuan atas pembangunan pabrik, karena dapat merusak
lingkungan dengan limbah yang dikeluarkan dari pabrik semen tersebut. Dengan
2
dibatalkannya pembangunan pabrik tersebut perusahaan gagal mendapatkan lahan
500-700 Ha, untuk eksploitasi dan penyediaan bahan baku sehingga investasi sekitar
lima triliyun tidak tercapai, (Okezone,2011). Oleh karena itu, perusahaan selayaknya
bersedia untuk menyajikan suatu laporan yang dapat mengungkapkan bagaimana
kontribusi mereka terhadap berbagai permasalahan sosial yang terjadi di sekitarnya.
Pfleiger et al (2005) menunjukkan bahwa usaha-usaha pelestarian lingkungan
oleh perusahaan akan mendatangkan sejumlah keuntungan, diantaranya ketertarikan
pemegang saham terhadap keuntungan perusahaan akibat pengelolaan lingkungan
yang bertanggungjawab. Hasil lain mengindikasikan bahwa pengelolaan lingkungan
yang baik dapat menghindari klaim masyarakat dan pemerintah serta meningkatkan
kualitas produk yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan keuntungan ekonomi.
Pengungkapan CSR dalam laporan keuangan melalui reporting disclosure menjadi
penting bagi pemakai laporan keuangan untuk menganalisis sejauh mana perhatian
dan
tanggung
jawab
perusahaan
dalam
menjalankan
bisnis.
Diharapkan
pengungkapan CSR tersebut mampu mempengaruhi secara positif perilaku investor
untuk lebih memperhatikan aspek sosial (Lestari, 2010).
Penelitian mengenai pengaruh kinerja lingkungan terhadap CSR Disclosure
telah banyak dilakukan. Verrecchia (1983), Al-Tuwaijri, et al. (2004), Suratno dkk.
(2006), dan Rakhiemah dan Agustia (2009) menunjukan bahwa adanya pengaruh
positif antara kinerja lingkungan terhadap CSR Disclosure . Berbeda dengan temuan
Handayani (2010), yang menemukan pengaruh negatif antara kinerja lingkungan
terhadap CSR Disclosure. Penelitian mengenai pengaruh kinerja lingkungan terhadap
kinerja ekonomi telah banyak dilakukan. Fredman dan Jaggi (1992), Tuwaijri, et al.
(2004), Suratno dkk. (2006), dan Rakhiemah dan Agustia (2009) menunjukan bahwa
adanya pengaruh positif antara kinerja lingkungan terhadap kinerja ekonomi
perusahaan. Berbeda dengan temuan Rockness, et all (1986), dan Handayani (2010)
menemukan pengaruh negatif antara kinerja lingkungan terhadap kinerja ekonomi
perusahaan.
Penelitian di Indonesia mengenai pengaruh CSR Disclosure terhadap kinerja
ekonomi perusahaan talah banyak dilakukan. Preston (1978), Bowman & Haire
(1976), Balabanis et al (1998), dan Dahlia dan Siregar (2008) menunjukan bahwa
aktivitas CSR Disclosure berpengaruh positif terhadap kinerja ekonomi perusahaan.
Berbeda dengan temuan Freedman, Jaggi (1992), Almilia (2007), Nuraini (2009),
3
Handayani (2010) yang menunjukkan bahwa CSR disclosure berpengaruh negatif
terhadap kiner ekonomi perusahaan.
Penelitian mengenai pengaruh kinerja lingkungan terhadap CSR Disclosure
dan kinerja ekonomi menunjukan hasil yang berbeda – beda. Penelitian Handayani
(2010) dengan sampel 43 perusahaan manufaktur, menemukan pengaruh negatif
antara kinerja lingkungan terhadap CSR Disclosure dan kinerja ekonomi. Sehingga
Penelitian ini dilakukan kembali untuk mengetahui apakah kinerja lingkungan
berpengaruh terhadap CSR Disclosure dan kinerja ekonomi perusahaan. Perbedaan
penelitian ini antara lain adalah periode pengamatan yang dilakukan seluruh
perusahaan yang listing pada tahun tahun 2010, dan menambahkan variabel kontrol,
yaitu profit margin (Hanafi dan Halim, 1996), Firm size (Sujianto, 2010),
Enviromental concern (Suratno, et al, 2006), Ownership (Siregar, 2008). Peneliti
menunjukan standart GRI (Global Reporting Inisiative) tahun 2010, karena standar
GRI merupakan standar pengungkapan Internasional yang telah diakui, dan standart
GRI tahun 2010 lebih lengkap dengan 79 item digunakan untuk mengukur
pengungkapan sosial dalam penelitian ini.
Penelitian mengenai pengaruh kinerja lingkungan terhadap CSR Disclosure
dan kinerja ekonomi menunjukan hasil yang berbeda – beda. Penelitian terdahulu
Verrecchia (1983), Dahlia dan Siregar (2008), Rakhiemah dan Agustia (2009)
menggunakan sampel perusahaan manufaktur menunjukan bahwa adanya pengaruh
positif, tetapi penelitian Handayani (2010) menemukan pengaruh negatif. Sehingga
peneliti ingin mereplikasi dari penelitian sebelumnya.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi seluruh perusahaan
tentang pentingnya pertanggungjawaban sosial perusahaan yang diungkapkan di
dalam laporan tahunan. Sehingga perusahaan dapat mengubah pemikirannya untuk
menerapkan CSR disclosure pada laporan keuangannya karena akan membuat kinerja
ekonomi yang diukur melalui harga saham perusahaan menjadi meningkat. Bagi
investor, akan memberikan wacana baru dalam mempertimbangkan aspek-aspek yang
perlu diperhitungkan dalam berinvestasi. Bagi masyarakat dapat mengetahui perilakuperilaku perusahaan terhadap kepedulian lingkungan.
4
2. TELAAH TEORITIS
2.1. Kinerja Lingkungan
Menurut Suratno, dkk (2006) menyatakan bahwa kinerja lingkungan adalah
kinerja perusahaan dalam menciptakan lingkungan yang baik. Kinerja lingkungan
perusahaan dalam penelitian ini diukur melalui PROPER yang merupakan instrumen
yang digunakan oleh KLH untuk mengukur tingkat ketaatan perusahaan berdasarkan
peraturan yang berlaku. PROPER diumumkan secara rutin kepada masyarakat,
sehingga perusahaan yang dinilai akan memperoleh insentif maupun disinsentif
reputasi, tergantung kepada tingkat ketaatannya.
Penilaian peringkat kinerja perusahaan dalam pengelolan lingkungan mulai
dikembangkan KLH, sebagai satu alternatif instrumen sejak 1995. Program ini
awalnya dikenal dengan nama PROPER PROKASIH. Alternatif instrument penataan
dilakukan melalui penyebaran informasi tingkat kinerja penataan masing – masing
perusahaan kepada stakeholder pada skala nasional. Program ini diharapkan dapat
mendorong perusahaan untuk meningkatkan kinerja pengelolaan lingkungannya.
Penggunaan warna di dalam penilaian PROPER merupakan bentuk
komunikatif penyampaian kinerja kepada masyarakat, mulai dari terbaik, EMAS,
HIJAU, BIRU, MERAH, sampai ke yang terburuk, HITAM. Secara sederhana
masyarakat dapat mengetahui tingkat pengelolaan lingkungan pada perusahaan. Bagi
pihak-pihak yang memerlukan informasi yang lebih rinci, KLH dapat menyampaikan
secara khusus.
Aspek penilaian PROPER adalah ketaatan terhadap peraturan pengendalian
pencemaran air, pengendalian pencemaran udara, pengelolaan limbah B3, AMDAL
serta pengendalian pencemaran laut. Ketentuan ini bersifat wajib untuk dipenuhi. Jika
perusahaan memenuhi seluruh peraturan tersebut (in compliance) maka akan
diperoleh peringkat BIRU, jika tidak maka MERAH atau HITAM, tergantung kepada
aspek ketidak-taatannya.
2.2. Corporate Sosial Responbility (CSR) dan CSR Disclosure
Corporate Social Responsibility (CSR) telah dikemukakan oleh banyak pakar.
Salah satu diantaranya adalah definisi yang dikemukakan Sembiring (2005) dalam
Rahajeng (2010), mendefinisikan CSR merupakan proses pengkomunikasian dampak
sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi organisasi terhadap kelompok khusus
yang berkepentingan dan terhadap masyarakat secara keseluruhan. Selain mempunyai
5
tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham dan pemasok,
perusahaan memiliki tanggung jawab yang penting terhadap lingkungan yang
diinformasikan melalui CSR. Tanggung jawab sosial secara lebih sederhana dapat
dikatakan sebagai timbal balik perusahaan kepada masyarakat dan lingkungan
sekitarnya karena perusahaan telah mengambil keuntungan atas masyarakat dan
lingkungan sekitarnya.
Kotler dkk (2005) menjelaskan bahwa terdapat banyak manfaat yang dapat
diperoleh atas aktivitas CSR. Adapun manfaat dari CSR tersebut adalah
meningkatkan penjualan dan market share, memperkuat brand positioning,
meningkatkan citra perusahaan, menurunkan biaya operasi, meningkatkan daya tarik
perusahaan di mata para investor dan analisis keuangan. Dengan melaksanakan CSR
secara konsisten dalam jangka panjang akan menumbuhkan rasa keberterimaan
masyarakat terhadap kehadiran perusahaan. Kondisi seperti itulah yang pada
gilirannya dapat memberikan keuntungan ekonomi – bisnis kepada perusahaan yang
bersangkutan.
CSR Disclosure menurut Hendriksen (2003) dalam Kusumaningtyas (2009)
didefinisikan sebagai penyedia sejumlah informasi yang dibutuhkan untuk
pengoperasian secara optimal pasar modal efisien. Pengungkapan terdiri dari dua
sifat, yaitu bersifat wajib (mandatory), yaitu pengungkapan informasi yang wajib
dilakukan perusahaan yang didasarkan pada peraturan atau standart tertentu, dan ada
yang bersifat sukarela (voluntary), yang merupakan pengungkapan informasi melebihi
persyaratan minimum dari peraturan yang berlaku. Manfaat dari pengungkapan
sukarela yang diperoleh perusahaan antara lain meningkatkan kredibilitas perusahaan,
membantu investor dalam memahami strategi bisnis perusahaan (Na’im, 2006).
Pada penelitian ini mengidentifikasi hal-hal yang berkaitan dengan pelaporan
sosial perusahaan diukur berdasarkan standar GRI (Global Reporting Initiative).
Global Reporting Initiative (GRI) adalah sebuah jaringan berbasis organisasi yang
telah mempelopori perkembangan dunia, paling banyak menggunakan kerangka
laporan keberlanjutan dan berkomitmen untuk terus-menerus melakukan perbaikan
dan
penerapan
di
seluruh
dunia
(www.globalreporting.org).nPenelitian
ini
menggunakan standart GRI karena, standar GRI merupakan standar pengungkapan
Internasional yang telah diakui. Dalam penelitian ini indikator GRI terdiri dari 3 fokus
pengungkapan, yaitu ekonomi, lingkungan, dan sosial sebagai dasar triple bottom line
reporting, yaitu (1)Ekonomi, aspek ekonomi menyangkut pada keberlanjutan
6
perusahaan yang akan berdampak pada kondisi ekonomi dari stakeholder dan sistem
ekonomi pada tingkat lokal, nasional, dan internasional. (2)Lingkungan, Aspek
lingkungan menyangkut pada kehidupan di dalam sistem alam, termasuk ekosistem,
tanah, udara, dan air. (3)Sosial, Aspek sosial menyangkut keberlanjutkan sebuah
organisasi yang akan berdampak pada operasi perusahaan. Item pengungkapan dalam
GRI tahun 2010 berjumlah 79 item.
2.3. Kinerja Ekonomi
Menurut Suratno, dkk (2006) economic performance adalah kinerja ekonomi
secara makro dari sekumpulan perusahaan. Pengukuran kinerja ekonomi dapat
dihitung menurut capital market based. Pada capital market based dapat
menggunakan analisis perhitungan berdasarkan return tahunan.
Kinerja ekonomi perusahaan digunakan sebagai media yang menggambarkan
efektifitas penggunaan aset oleh sebuah perusahaan dalam menjalankan bisnis
utamanya dan meningkatkan pendapatan. Kinerja ekonomi ini merupakan kinerja
perusahaan secara relatif dalam suatu industri yang ditandai dengan return tahunan
industri yang bersangkutan. Kinerja ekonomi perusahaan diukur dengan menghitung
return tahunan perusahaan untuk kemudian dibandingkan dengan return tahunan
perusahaan industri. Return tahunan perusahaan diukur dengan harga saham
perusahaan pada akhir tahun dikurangi harga saham perusahaan pada awal tahun
ditambah deviden, setelah itu dibagi dengan harga saham diawal tahun kemudian
dikurangkan dengan median return perusahaan industri pada tahun tersebut. Menurut
Al-Tuwajiri, et al (2004)
2.4.Hipotesis
2.4.1. Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Corporate Social Responbility
(CSR) Disclosure
Gray dkk (2001) menjelaskan CSR Disclosure sebagai suatu proses
penyediaan informasi yang dirancang untuk mengemukakan masalah seputar social
accountability, yang mana secara khas tindakan ini dapat dipertanggungjawabkan
dalam media seperti laporan tahunan maupun bentuk iklan-iklan yang berorientasi
sosial. Sedangkan Deegan (1996) menjelaskan Corporate Social Responsibility (CSR)
Disclosure sebagai suatu metode yang dengannya manajemen akan dapat berinteraksi
7
dengan masyarakat secara luas untuk mempengaruhi persepsi luar masyarakat
terhadap suatu organisasi atau perusahaan.
Menurut Verrechia (1983) dengan
discretionary disclosure teorinya
mengatakan pelaku lingkungan yang baik percaya bahwa dengan mengungkapkan
performance mereka berarti menggambarkan good news bagi pelaku pasar. AlTuwaijri, et al. (2004) dan Suratno dkk. (2006) menemukan kinerja lingkungan akan
berpengaruh terhadap besarnya pengungkapan CSR, semakin besar peran dari
perusahaan dalam kegiatan lingkungan hidup, maka semakin besar pula
pengungkapan CSR Disclosure yang diungkapkan di dalam laporan keuangan. Begitu
pula halnya dengan penelitian serupa oleh Rakhiemah dan Agustia (2009) mereka
menguji
pengaruh
kinerja
lingkungan
terhadap
CSR
Disclosure
hasilnya
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif.
Pengungkapan CSR Disclosure terdiri dari 3 kategori, yaitu kinerja
lingkungan, ekonomi, sosial. Meningkatnya kinerja lingkungan, perusahaan terbukti
peduli terhadap kondisi lingkungan seperti pencemaran limbah dan polusi udara, hal
ini merupakan informasi bagus (good news) bagi pelaku pasar sehingga perusahaan
saling berlomba mengungkapkan informasi melalui pengungkapan CSR Disclosure.
Begitupula perusahaan yang peduli lingkungan, terbukti bahwa produk terjamin dan
ramah lingkungan sehingga konsumen loyal dan laba perusahaan meningkat. Serta
dengan perusahaan peduli kondisi lingkungan di lapangan kerja keslamatan karyawan
dalam melakukan pekerjaan juga terjamin dan tercantum dalam pengungkapan CSR
Disclosure. Hubungan antara kinerja lingkungan terhadap pengungkapan CSR
disclosure dapat dihipotesiskan sebagai berikut.
H1 : Kinerja Lingkungan berpengaruh positif terhadap Corporate Social
Responsibility (CSR) Disclosure.
2.4.2. Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Kinerja Ekonomi Perusahaan
Dewasa ini tuntutan terhadap perusahaan semakin besar. Perusahaan
diharapkan tidak hanya mementingkan kepentingan manajemen dan pemilik modal
(investor dan kreditor), tetapi juga karyawan, konsumen serta masyarakat. Perusahaan
mempunyai tanggung jawab sosial terhadap pihak-pihak di luar manajemen dan
pemilik modal.
Menurut Fredman dan Jaggi (1992), Al-Tuwaijri, et al. (2004), dan Almilia
dan Wijayanto (2007) menemukan bahwa terdapat pengaruh positif antara kinerja
8
lingkungan dengan kinerja ekonomi. Hasil ini konsisten dengan penelitian Suratno
dkk. (2006) dan Rakhiemah dan Agustia (2009) yang menemukan pengaruh positif
antara kinerja lingkungan dengan kinerja ekonomi.
Semakin besar andil perusahaan dalam pengelolaan lingkungan yang baik
dapat menghindari klaim masyarakat dan pemerintah, sehingga image dan prospek
perusahaan semakin baik di mata investor. Pada akhirnya investor akan merespon
secara positif dan tertarik untuk berinvestasi sehingga return saham perusahaan
meningkat. Hubungan antara kinerja lingkungan terhadap kinerja ekonomi dapat
dihipotesiskan sebagai berikut.
H2 : Kinerja lingkungan berpengaruh positif terhadap kinerja ekonomi
perusahaan.
2.4.3. Pengaruh CSR Disclosure dengan Kinerja Ekonomi Perusahaan
Berbagai informasi mengenai tanggung jawab sosial perusahaan akan
mempengaruhi tindakan yang dilakukan oleh para stakeholders. Ketika perusahaan
memperhatikan kebutuhan karyawannya, maka karyawan akan bekerja dengan baik.
Namun ketika perusahaan tidak memperhatikan karyawannya, maka mereka mungkin
tidak akan bekerja dengan baik dan bisa saja mereka protes/mogok kerja. Ketika
perusahaan memperhatikan kualitas produk, maka konsumen akan loyal terhadap
poduk perusahaan tersebut.
Pengungkapan CSR berhubungan positif kinerja ekonomi. Perusahaan
melakukan pengungkapan CSR dengan tujuan untuk membangun image pada
perusahaan dan mendapatkan perhatian dari masyarakat. Perusahaan harus
membangun loyalitas konsumen dengan memberikan produk terbaik dan ramah
ligkungan untuk meningkatkan perekonomian perusahaan sehingga investor tertarik
berinvestasi. (Belkaoui dan Karpik, 1989 dalam Anggraini, 2006).
Penelitian yang dilakukan oleh Bowman & Haire (1976), Preston (1978),
Tsoutsoura (2004), dan Dahlia dan Siregar (2008), hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa pengungkapan aktivitas CSR berpengaruh positif terhadap kinerja ekonomi.
Hasil ini konsisten dengan penelitian Balabanis et al (1998) dalam Dahlia dan Siregar
(2008) dan Amilia dan Wijayanto (2007) meneliti reputasi perusahaan yang
menerapkan CSR dengan baik berpengaruh positi dengan kinerja ekonominya.
Semakin perusahaan peduli terhadap konsumen dan masyarakat sekitar yang
menikmatinya, salah satunya dengan memberikan produk terbaik, harga terjangkau,
9
dan ramah lingkungan, masyarakat pun akan loyal terhadap perusahaan, dan investor
pun tertarik untuk berinvestasi sehingga perekonomian perusahaan meningkat yang
diikuti meningkatnya pula return saham perusahan. Hubungan antara pengungkapan
CSR disclosure terhadap kinerja ekonomi dapat dihipotesiskan sebagai berikut.
H3 : Pengungkapan CSR disclosure berpengaruh positif terhadap kinerja
ekonomi perusahaan.
2.5.Kerangka Pemikiran
GAMBAR 2.5.1.
Hubungan Kinerja Lingkungan, CSR Disclosure, Kinerja keuangan
H1
Kinerja Lingkungan
(PROPER)
H2
CSR Disclosure
(GRI)
Kinerja Ekonomi
(return tahunan)
H3
3. METODE PENELITIAN
3.1. Pemilihan Sampel dan Data Penelitian
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan mengikuti PROPER tahun 2010.
Menggunakan seluruh perusahaan dikarenakan terbatasnya perusahaan manufaktur
yang listing di Bursa Efek Indonesia. Seluruh perusahaan juga mempunyai pengaruh /
dampak terhadap lingkungan di sekitarnya sebagai akibat dari aktivitas yang
dilakukan perusahaan. Sampel penelitian ini diambil dengan teknik pusposive
sampling, dengan tujuan mendapatkan sampel yang representatives sesuai dengan
kriteria yang ditentukan.
Adapun kriteria sampel yang akan digunakan yaitu:
1. Perusahaan yang terpilih sebagai sampel adalah perusahaan yang terdaftar di
BEI dan telah mengikuti Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan
10
(PROPER)
dalam
Pengelolaan
Lingkungan
Hidup
periode
2010.
Menggunakan PROPER satu tahun, dikarenakan adanya pembaharuan
peringkat dimulai tahun 2010.
2. Perusahaan yang menerbitkan laporan tahunan (annual report) pada tahun
2010
3. Memiliki data yang lengkap terkait dengan variabel-variabel yang digunakan
dalam penelitian.
3.2. Definisi Operasional dan Variabel Penelitian
3.2.1. Variabel Dependen
CSRDI (Corporate Social Responsibility Disclosure Index)
CSRDI dalam penelitian ini menggunakan standart GRI, dengan 79 item
pengungkapan dalam GRI tahun 2010. Menggunakan standart GRI, karena standar
GRI merupakan standart pengungkapan Internasional yang telah diakui di Indonesia.
Dalam penelitian ini indikator GRI terdiri dari 3 fokus pengungkapan, yaitu ekonomi,
lingkungan, dan sosial (www.globalreporting.org).
Pendekatan untuk menghitung CSRDI pada dasarnya menggunakan
pendekatan dikotomi yaitu setiap item CSR dalam instrumen penelitian diberi nilai 1
jika diungkapkan, dan nilai 0 jika tidak diungkapkan (Haniffa, et al., 2005 dalam
Sayekti dan Wondabio, 2007). Rumus perhitungan CSRI adalah sebagai berikut :
(Haniffa, et al.,2005 dalam Sayekti dan Wondabio, 2007)
�
=
Keterangan :
�
j
�
�
�
��� ��
� �
�
� � � �
��� ��
� � ��
� �
��
= Corporate sosial responsibility disclosure perusahaan j
∑ = Jumlah pengungkapan yang di tetapkan menururt triple bottom line = 79
Kinerja Ekonomi
Kinerja ekonomi merupakan variable dependen model 2. Dalam penelitian ini
kinerja ekonomi adalah kinerja perusahaan-perusahaan secara relatif dalam suatu
industri yang ditandai dengan return tahunan industri yang bersangkutan (Suratno, et
al., 2006). Untuk mengukur economic performance, penelitian ini bersumber pada
skala pengukuran yang diadopsi oleh Al-Tuwaijri, et al. (2004) berikut ini :
11
(P1 – P0) + Div
– MeRI
Po
Keterangan :
P1
= harga saham akhir tahun
P0
= harga saham awal tahun
Div
= pembagian dividen
MeRI
= median return industri
Return industri diukur dari indeks industri yang diperoleh dari laporan
Indonesia Stock Exchange (IDX)
3.2.2. Variabel Independen
Kinerja Lingkungan
Kinerja lingkungan perusahaan adalah kinerja perusahaan dalam
menciptakan lingkungan yang baik (green). Kinerja lingkungan ini diukur dari
prestasi perusahaan mengikuti program PROPER yang merupakan salah satu
upaya yang dilakukan oleh Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) untuk
mendorong penataan perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hidup melalui
instrumen informasi. Sistem peringkat kinerja
PROPER mencakup pemeringkatan perusahaan dalam lima (5) warna yakni :
Emas
:
Sangat sangat baik
skor : 5
Hijau
:
Sangat baik
skor : 4
Biru
:
Baik
skor : 3
Merah :
Buruk
skor : 2
Hitam :
Sangat buruk
skor : 1
Sumber : Laporan PROPER periode 2010
3.2.3. Variabel Kontrol
Beberapa penelitian mengenai pengaruh kinerja lingkungan terhadap CSR
Disclosure dan kinerja ekonomi menggunakan variable kontrol seperti Profit Margin,
Environmental Concern, Firm Size, dan Ownership.
1. Profit Margin
Menurut Hanafi dan Halim (1996) Profit Margin adalah kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan keuntungan dibandingkan dengan penjualan yang dicapai.
Penelitian Al Tuwaijri, et al., (2004) menyatakan bahwa Profit margin
12
mengindikasikan adanya pengaruh positif terhadap kinerja ekonomi, dengan cara
pengendalian biaya yang lebih baik.
Profit Margin = Net Operating Income x 100%
Net Sales
2. Environmental Concern
Menurut support Suratno, et al (2006) Environmental Concern sebagai bentuk
kepedulian perusahaan terhadap lingkungan. Menyesuaikan dengan kondisi di
Indonesia, Environmental concerns difokuskan pada bagaimana perusahaan
terlibat dalam pengelolaan lingkungan perusahaan yaitu dengan mengikuti
sertifikasi Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001. Nilai 0 diberikan bagi
perusahaan yang belum mengikuti sertifikasi dan 1 bagi perusahaan yang telah
mengikuti sertfikasi. Penelitian Nuraini (2010) mengindikasikan Environmental
concerns berpengaruh positif terhadap kinerja lingkungan perusahaan.
3. Firm Size
Menurut Sujianto (2010), ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya
suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh nilai pasar saham perusahaan tersebut
pada akhir tahun. Perusahaan yang semakin besar melakukan aktivitas, akibatnya
dampak aktivitas tersebut pada masyarakat juga lebih luas sehingga diperlukannya
pengungkapan CSR Disclosure lebih lengkap di laporan tahunan. Penelitian
Dahlia dan Siregar (2008) menyatakan adanya pengaruh positif terhadap kinerja
lingkungan.
4. Ownership
Siregar (2008), kepemilikan modal dalam perusahaan diklasifikasikan menjadi
Penanam Modal Asing, Penanam Modal Dalam Negeri dan Badan Usaha Milik
Negara. Diukur berdasarkan status permodalan perusahaan tersebut. Masing-masing
PMA diberi nilai 1, PMDN dengan nilai 2, dan BUMN dengan nilai 3. Penelitian
Nuraini (2010) menyatakan kepemilikan modal berpengaruh positif terhadap kinerja
ekonomi.
3.3. Alat Uji dan Teknik Analisis
Penelitian ini memakai regresi berganda maka sebelum melakukan pengujian
hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji pendahuluan. Model regresi berganda yang
baik harus memenuhi syarat uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik pada penelitian ini
meliputi: uji normalitas, uji multikolinieritas, dan uji heteroskedaktisitas, Ghozali
13
(2005). Data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan alat analisis
statistik yakni :
Model 1 : Pengaruh kinerja lingkungan terhadap CSR disclosure
CSR D t+1 : α + β1 KL t+ β2EnC t+ β3 Sz t + e
Model 2 : Kinerja ekonomi berpengaruh terhadap CSR disclosure dan
kinerja lingkungan
KE : α + β1 CSR D t + β2 KL t + β3 PM t + β4 Own t + e
Keterangan :
CSR = Corporate Social Responsibility
KE = Kinerja Ekonomi
KL = Kinerja Lingkungan
CSR D = Corporate Social Responsibility Disclosure
α = Konstanta
Model 1 β1 = Koefisien dari variable independent
β3 = Koefisien dari variable kontrol
Model 2 β1 – β3 = Koefisien dari variable dependent
β 4 – β5 = Koefisien dari variable kontrol
PM= Profit margin
EnC = Environmental Concern
SZ = Firm Size
Own= Ownership
e = Tingkat error
4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Proses pemilihan sampel
Penelitian ini menggunakan populasi sebanyak 402 perusahaan yang listing di
BEI tahun 2010 hanya terpilih 56 perusahaan yang dapat dijadikan sampel dalam
penelitian ini. Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya, diperoleh
sampel penelitian dengan rincian pada Tabel 1 dibawah ini
14
Tabel 1
Proses Pemilihan Sampel Tahun 2010
Kriteria Sampel
Jumlah Perusahaan
Perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2010
402
Perusahaan yang tidak mengikuti program PROPER dalam
(334)
pengelolaan lingkungan hidup periode 2010
Perusahaan yang tidak menerbitkan Annual Report dari tahun 2010
(12)
Sampel penelitian
56
Sumber : hasil pengelolahan data
4.2. Statistik Deskriptif
Sebelum melakukan pengujian dalam penelitian ini data dimuat dalam
statistik deskriptif. Penjelasan data melalui statistik deskriptif diharapkan memberikan
gambaran awal tentang masalah yang diteliti, menghasilkan Tabel 2 dibawah ini :
Tabel 2
Descriptive Statistics
N
Minimum
Maximum
Mean
KL
56
1
5
3.11
CSR
56
0.08
0.43
0.24
KE
56
-1.31
3.38
0.14
EnC
56
0
1
PM
56
0.14
0.59
0.16
SZ
56
4.36
6.99
5.87
Own
56
1
3
1.82
Valid N (listwise)
56
-
Sumber : hasil pengolahan data
Kinerja Lingkungan (KL) menggunakan data PROPER yang telah dicocokan
dengan data perusahaan yang terdaftar di BEI. Dari pencocokan tersebut diperoleh 56
perusahaan pada tahun 2010 yang dapat digunakan sebagai sampel. Dari data yang
diperoleh diketahui perusahaan yang mendapat peringkat emas 1 perusahaan, hijau 13
perusahaan, biru 35 perusahaan, merah 5 perusahaan, sedangkan peringkat hitam ada 2
perusahaan.
15
Corporate Sosial Responbility (CSR) menggunakan pengungkapan lingkungan
yang terdapat dalam laporan tahunan perusahaan, dengan diukur menggunakan
checklist berdasarkan 79 item CSR yang telah disampaikan dalam laporan tahunan.
Dari data yang diperoleh diketahui bahwa secara umum rata-rata tingkat CSR
perusahaan pada tahun 2010 adalah 0.24 (24%) dengan peringkat kategori CSR
Disclosure tertinggi adalah kinerja ekonomi yaitu sebesar 0.391 (39.1%). Dikarenakan
perusahaan lebih cenderung memperhatikan aktivitas perusahaan seperti pendapatan,
biaya operasi, investasi ke masyarakat, dan permodalan yang diterima dari
pemerintah.
Kinerja Ekonomi (KE), menggunakan return tahunan perusahaan. Dari data
yang diperoleh diketahui rata-rata tingkat kinerja ekonomi perusahaan pada tahun
2010 adalah 0.14 (14%). kinerja ekonomi perusahaan yang paling tinggi adalah
dilakukan oleh PT Gajah Tunggal, Tbk pada tahun 2010 sebesar 3.38. Sedangkan kinerja
ekonomi perusahaan yang paling rendah dilakukan oleh PT. Semen Gresik, Tbk , sebesar
-1.313.
Enviromental Concern (EnC) sebagai bentuk kepedulian perusahaan terhadap
lingkungan. Dari data yang diperoleh diketahui perusahaan yang mengikuti sertifikasi
Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 sebanyak 21 perusahaan, sedangkan yang
tidak mengikuti ISO 14001 sebanyak 35 perusahaan.
Profit Margin (PM) sebagai bentuk kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan dibandingkan dengan penjualan yang dicapai. Dari data
yang diperoleh diketahui rata-rata Profit Margin perusahaan pada tahun 2010 adalah
0.16 (16%). dengan tingkat rasio tertinggi 0.59 dan yang terendah 0.14.
Firm Size (SZ) menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang
ditunjukkan oleh kapitalisasi pasar tersebut pada akhir tahun. Dari data yang diperoleh
diketahui rata-rata Firm Size perusahaan pada tahun 2010 adalah 5.87 dengan tingkat
rasio tertinggi 6.99 dan yang terendah 4.36.
Ownersip (Own) sebagai bentuk kepemilikan modal dalam perusahaan dengan
pengklasifikasikan menjadi Penanam Modal Asing, Penanam Modal Dalam Negeri
dan Badan Usaha Milik Negara. Dari data yang diperoleh diketahui rata-rata
Ownersip perusahaan pada tahun 2010 adalah 1.82 dengan tingkat rasio tertinggi 3
dan yang terendah 1.
16
4.3. Uji Asumsi Klasik
4.3.1. Uji Normalitas
Uji normalitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi data
yang diperoleh sudah berdistribusi normal. Pengujian normalitas pada penelitian ini
dilakukan berdasarkan uji Kolmogorov-Smirnov. Untuk memenuhi syarat lulus uji
normalitas, maka nilai signifikansi harus diatas 0,05 atau 5%. Hasil pengujian ini
menunjukkan bahwa pengujian Model 1 tingkat signifikan 0.725, dengan nilai
Kolmogorov-Smirnov 0.692. Model 2 tingkat signifikan 0.129, dengan nilai
Kolmogorov-Smirnov 1.171. Demikian dapat disimpulkan bahwa kedua persamaan
model regresi ini menunjukkan bahwa data berdistribusi normal.
4.3.2. Uji Multikolonieritas
Uji multikolineritas ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi ada tidaknya
hubungan antara variabel independen dan kontrol dalam regresi. Pengujian terhadap
multikolinieritas dilakukan dengan uji Variance Inflation Factor (VIF). Dengan
melihat nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Apabila nilai tolerance
dibawah 0,10 dan Variance Inflation Factor (VIF) memiliki nilai diatas 10 maka
dapat dikatakan bahwa terjadi multikolonieritas. Hasil pengujian ini menunjukkan
bahwa pengujian Model 1 nilai VIF berada diantara 1.096 sampai dengan 1.333, dan
nilai tolerance antara 0.750 sampai dengan 0.912. Model 2 nilai VIF berada diantara
1.011 sampai dengan 1.201, dan nilai tolerance antara 0.833 sampai dengan 0.989.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengujian kedua persamaan di atas data
bebas dari multikolinieritas.
4.3.3. Uji Heterosdekasitas
Uji Heterosdekasitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Salah satu metode yang digunakan untuk menguji kehadiran heterosdekasitas dalam
model regresi adalah uji park Metode ini melihat nilai signifikansi dan apabila nilai
signifikansi di atas 0,05 dengan demikian bahwa tidak terjadi heteroskedaktisitas.
Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa pengujian Model 1 nilai signifikansi antara
0.061 sampai dengan 0.489. Model 2 nilai signifikan antara 0.235 sampai dengan
0.816. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengujian kedua persamaan di atas
tidak terjadi heteroskedaktisitas.
17
4.4. Pengujian Hipotesis
4.4.1. Pengujian Persamaan Model 1
Dari hasil uji persamaan model pertama dimana terdiri dari hipotesis 1 yaitu
pengaruh kinerja lingkungan terhadap CSR Disclosure dengan menggunakan uji
regresi berganda menghasilkan Tabel 3 dibawah ini:
Tabel 3
Tabel Pengujian Hipotesis 1
β
Variabel
Konstanta
T
Sig.
1.219
0.229
KL
0.304
2.057
0.045
EnC
0.002
0.018
0.986
SZ
0.029
0.193
0.848
R2
=
0.102
Sig F
=
1.969
Dependent Variable: CSR
Sumber : Hasil pengelolahan data
Berdasarkan Tabel 3 diatas Kinerja Lingkungan (KL) < 0.05 sehingga
Hipotesis 1 diterima. Dari hasil dapat dilihat bahwa kinerja lingkungan berpengaruh
positif signifikan terhadap CSR Disclosure. Hal ini dikarena perusahaan peduli
terhadap kondisi lingkungan seperti pencemaran limbah dan polusi udara. Informasi
bagus (good news) bagi pelaku pasar sehingga perusahaan saling berlomba
mengungkapkan informasi melalui pengungkapan CSR Disclosure. Penelitian ini
sejalan dengan penelitian Verrechia (1983), Al-Tuwaijri, et al. (2004), dan Suratno
dkk. (2006) yang menemukan pengaruh positif antara CSR disclosure dengan kinerja
lingkungan, tetapi bertolak belakang dengan temuan Handayani (2010).
Sedangkan untuk variabel kontrol Environmental Concern dan Firm Size tidak
berpengaruh signifikan hal ini dapat dilihat dari probabilitas signifikan untuk
Environmental Concern sebesar 0,986 (98.6%) dan Firm Size sebesar 0,848 (84.8%)
dan keduanya jauh diatas tingkat α = 0,05. Tidak berpengaruhnya Environmental
Concern dikarenakan perusahaan yang ikut berpartisipasi dalam program sertifikasi
14001 hanya ada 18 (32%) perusahaan. Dikarenakan untuk mendapatkan sertifikat
14001 membutuhkan waktu tiga tahun dengan pengawasan ketat dari badan hukum,
perusahaan juga harus bertanggung jawab terhadap lingkungan dan diungkapkannya
18
CSR Disclosure pada laporan tahunan sehingga banyak perusahaan mengabaikannya
(www.ikrcs.or.id).
Tidak berpengaruhnya Firm Size (ukuran perusahaan) dikarenakan perusahaan
yang memiliki ukuran perusahaan yang semakin tinggi, perusahaan tersebut dianggap
telah tumbuh menjadi perusahaan yang besar dan memiliki pengalaman dalam
mengungkapkan kegiatan sosial perusahaan. Marwata (2006) menyatakan bahwa
perusahaan yang memiliki pengalaman dalam mengungkapkan kegiatan sosial
perusahaan, ternyata tidak memiliki pengaruh terhadap pegungkapan tanggung jawab
perusahaan. Penelitian diatas sejalan dengan penelitian yang dilakukan Birkam (2003)
dan Veronica (2009) yang membuktikan tidak adanya pengaruh signifikan antara
variabel kontrol Firm Size terhadap CSR Disclosure
4.4.2. Pengujian Persamaan Model 2
Dari hasil uji persamaan model kedua dimana terdiri dari gabungan antara
hipotesis 2 dan hipotesis 3 yaitu kinerja lingkungan dan CSR disclosure berpengaruh
terhadap kinerja ekonomi dengan menggunakan uji regresi berganda menghasilkan
Tabel 4 dibawah ini:
Tabel 4
Tabel Pengujian Hipotesis 2 dan Hipotesis 3
Variabel
β
T
Sig.
KL
0.01
0.068
0.945
CSR
-0.166
-1.159
0.251
PM
-0.149
-1.075
0.289
Own
-0.097
-0.691
0.493
R2
=
0.061
Sig F
=
0.825
Dependent Variable: KE
Sumber : Hasil pengelolahan data
Berdasarkan Tabel 4 diatas Kinerja Lingkungan (KL) > 0.05 sehingga
Hipotesis 2 ditolak. Tidak adanya pengaruh signifikan karena dibutuhkannya biaya
tambahan untuk pengelolahan lingkungan yang tidak menghasilkan laba sehingga
sedikitnya investor yang tertarik karena tidak mau mengambil resiko berinvestasi dan
19
berdampak terhadap menurunnya perekonomian yang diikuti oleh merosotnya return
saham perusahaan, Puspanna (2009). Sesuai dengan pemikiran ekonomi tradisional
yang menyatakan ini sebagai trade of antara kinerja ekonomi perusahaan dengan
tindakannya pada tanggung jawab sosial perusahaan, sebagai contoh pada tahun 2010
perusahaan PT Holcim Indonesia, Tbk mendapatkan peringkat PROPER EMAS,
tetapi mempunyai kinerja ekonomi yang negatif, sebaliknya perusahaan PT Gajah
Tunggal, Tbk mendapatkan peringkat PROPER MERAH, tetapi mempunyai kinerja
ekonomi yang positif. Temuan ini juga konsisten dengan Sarumpaet (2005) dan
Handayani (2010) yang membuktikan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan
antara CSR disclosure dan kinerja lingkungan terhadap kinerja ekonomi perusahaanperusahaan di Indonesia. Sebaliknya temuan diatas tidak konsisten dengan penelitian
Bragdon dan Marlin (1972) yang menemukan adanya pemgaruh signifikan antara
economic performance dengan environmental performance.
Begitupula CSR disclosure > 0.05 sehingga Hipotesis 3 ditolak. Tidak
adanya pengaruh signifikan antara CSR disclosure terhadap kinerja ekonomi, karena
pengungkapan CSR yang belum diwajibkan bagi seluruh perusahaan yang ada di
Indonesia, serta biaya yang dikeluarkan lebih besar daripada manfaat yang
didapatkannya sehingga menyebabkan perusahaan cenderung tidak melakukan
pengungkapan didalam laporan tahunan, dan terjadinya masalah lingkungan hidup di
Indonesia belum menjadi suatu permasalahan yang benar-benar diperhatikan oleh
investor dalam berinvestasi (Permatasari, 2010). Menurut Rakhiemah dan Agustia
(2009), variabel CSR disclosure ternyata bukanlah salah satu faktor yang menentukan
fluktuasi harga saham. Sehingga mengakibatkan tidak adanya pengaruh signifikan
terhadap kinerja ekonomi perusahaan, Temuan ini juga konsisten dengan Sarumpaet
(2005) dan Handayani (2010).
Penerapan variabel kontrol dalam penelitian ini (Profit Margin, Ownersip)
tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nuraini dan Kawedar (2010)
yang menemukan bahwa variabel kontrol tersebut berpengaruh signifikan terhadap
kinerja ekonomi. Variabel kontrol Profit Margin tidak mempengaruhi secara statistik
dikarenakan investor dalam memutuskan investasinya lebih mengutamkan net income
yang didapat perusahaan tersebut (Susanto, 2009). sehingga profit margin tidak
berpengaruh terhadap kinerja ekonomi perusahaan.
Begitupula Ownersip tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja ekonomi,
dikarenakan status permodalan hanya memperlihatkan permodalan yang di dapat
20
perusahaan. Baik PMA, BUMN, dan PMDN tidak dapat memperlihatkan kegiatan
operasional perusahaan lebih baik, sehingga kinerja ekonomi tidak mengalami
peningkatan dan tidak berpengaruh terhadap keputusan investor dalam berinvestasi
(Waryanto, 2010). Contoh PT Holcim Indonesia, Tbk status permodalan yang didapat
PMA, tapi kinerja ekonomi perusahaan negatif yaitu -0.009. Sehingga ownersip tidak
berpengaruh terhadap kinerja ekonomi perusahaan.
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil pengujian hipotesis yang telah
dilakukan mengenai pengaruh kinerja lingkungan terhadap CSR Disclosure dan
kinerja ekonomi perusahaan yang terdaftar di BEI 2010 dan mengikuti Program
Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup
(PROPER) tahun 2010. maka diperoleh hasil sebagai berikut:
1. H1 dari penelitian ini diterima, yaitu kinerja lingkungan berpengaruh positif
terhadap CSR disclosure. Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah
dilakukan oleh Verrechia (1983), Al-Tuwaijri, et al. (2004), dan Suratno dkk.
(2006)
2. H2 dari penelitian ini ditolak, yaitu kinerja lingkungan berpengaruh negatif
terhadap kinerja ekonomi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah
dilakukan oleh Sarumpaet (2005) dan Handayani (2010)
3. H3 dari penelitian ini ditolak, yaitu CSR disclosure berpengaruh negatif
terhadap kinerja ekonomi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah
dilakukan oleh Sarumpaet (2005) dan Handayani (2010).
Hasil pengujian variabel kontrol menemukan bahwa Environmental Concern
dan Firm Size berpengaruh negatif terhadap CSR Disclosure. Hasil pengujian variabel
Profit Margin dan Ownersip berpengaruh negatif terhadap kinerja ekonomi
perusahaan.
21
5.2 Implikasi
Penelitian ini memberikan implikasi teoritis mengenai adanya pengaruh
kinerja lingkungan terhadap CSR disclosure dan tidak adanya pengaruh antara kinerja
lingkungan dan CSR disclosure terhadap kinerja ekonomi. Sehingga hasil penelitian
ini ditujukan bagi perusahaan untuk mempertimbangkan lebih cermat. Bagi para
perusahaan dapat ikut berpartisipasi dalam usaha pelestarian lingkungan demi
terpeliharanya kualitas hidup masyarakat dalam jangka panjang. Dengan menjalankan
tanggungjawab sosial, perusahaan diharapkan tidak hanya mengejar laba jangka
pendek, tetapi juga ikut berkontribusi terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat
dan lingkungan yang nantinya diungkapkan melalui pengungkapan CSR disclosure.
5.3 Keterbatasan dan Saran Penelitian
1. Penelitian ini memiliki keterbatasan dalam memperoleh sampel penelitian,
dikarenakan adanya perbedaan kriteria penilaian PROPER pada tahun 2009
dengan tahun 2010. Bagi pihak – pihak yang akan melakukan penelitian
selanjutnya,
disarankan
dengan
adanya
perubahaan
PROPER
dapat
memperpanjang tahun penelitian.
2. pengujian ini langsung melihat pengaruhnya terhadap kinerja ekonomi tidak
menggunakan variabel intervening. Penelitian selanjutnya disarankan dapat
menambahkan variabel intervening seperti image, serta melakukan pengujian
dengan menggunakan uji beda untuk melihat perbedaan kinerja ekonomi
berdasarkan kinerja lingkungan.
3. pengukuran kinerja ekonomi dalam penelitian ini hanya menggunakan return
tahunan perusahaan, padahal banyak hal yang dapat dipengaruhi return tahunan
tidak hanya CSR Disclosure dan kinerja lingkungan. Penelitian selanjutnya
disarankan dapat mencari pengukuran lainnya selain return tahunan perusahaan.
22
DAFTAR PUSTAKA
Almilia L.S. dan Wijayanto. 2007. “Pengaruh Environmental Performance dan
Environmental Disclosure terhadap Economic Performance”. Proceedings The
1st Accounting Conference Depok.
Al-Tuwaijri, S.A., Christensen, T.E. dan Hughes II, K.E. 2004. “The Relations among
environmental disclosure, environmental performance, and economic
performance: a simultaneous equations approach”. Accounting, Organizations
and Society. Vol. 29.
Anggraini, Fr.Reni Retno, 2006. “Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan
Keuangan Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan yang terdaftar
Bursa Efek Jakarta)”, Simposium Nasional Akuntansi IX, Padang.
Ari Retno Handayani. 2010. “Pengaruh Environmental Performance Terhadap
Environmental Disclosure dan Economic Performance Serta Environmental
Disclosure terhadap Economic Performance (Studi Empiris Pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)”. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
Balabanis, George, Phillips, Hugh C., Lyall, Jonathan, “Corporate Social
Responsibility & Economic Performance in the Top British Companies: Are
They Linked ?”, European Business Review, Vol. 98, No.1.
Dahli, L. dan Siregar, V. S., 2008. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap
Kinerja Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan yang Tercatat di Bursa
Efek Indonesia pada Tahun 2005 dan 2006): Simposium Nasional
Akuntansi XI. Pontianak.
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Cetakan
IV. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hendra, P., 2009. Pengaruh Kepemilikan Pemerintah terhadap kinerja keuangan
perbankan. Skripsi Program S1 Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya
Wacana
Ingram, R. dan Fraizer, K. 1980. “Environmental Performance and Corporate
Disclosure”. Journal of Accounting Research. Vol. 18. Pp 612-622
Lestari, F., 2010. Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap
Profit dan Nilai Perusahaan. Skripsi Program S1 Fakultas Ekonomi
Universitas Kristen Satya Wacana
Natalisa, Adventina, 2009. Pengaruh Tingakat Pengungkapan Corporate Social
Responsibility terhadap Nilai Perusahaan. Skripsi Program S1 Fakultas
Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana.
Rakhiemah, A.N. dan Agustia D. 2009. “Pengaruh Kinerja Lingkungan Terhadap
Corporate Social Responsibility (CSR) Disclosure Dan Kinerja Finansial
23
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Simposium
Nasional Akuntansi XII, (4-6 November) 2009, Palembang.
Rockness, J. 1985. “An Assessment of the Relationship Between U.S. Corporate
Environmental Performance and Disclosure”. Journal of Business Finance
and Accounting. Vol.12. pp. 167-191.
Sarumpaet, Susi . 2005 . “ The Relationship Between Environmental Performance and
Financial Performance of Indonesian Companies”. Jurnal Akuntansi &
Keuangan, vol. 7, no.2
Sayekti, Y. dan Wondabio L. S. 2007. “Pengaruh CSR Disclosure Terhadap Earning
Response Coefficient (Suatu Studi Empiris Pada Perusahaan yang Terdaftar
Di Bursa Efek Jakarta)”. Simposium Nasional Akuntansi X Unhas Makassar,
26-28 Juli 2007.
Sembiring, Eddy Rismanda. 2005. Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan
Tanggung Jawab Sosial : Studi Empiris pada Perusahaan yang Tercatat Di
Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi VIII, Solo, (15 – 16
September).
Suratno, Ignatius Bondan, dkk. 2006. “Pengaruh Environmental Performance
terhadap Environmental Disclosure dan Economic Performance (Studi
Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta
Periode 2001-2004)”. Simposium Nasional Akuntansi 9. Padang.
www.globalreporting.org
www.finance.yahoo.com
www.menlh.go.id/proper
www.akuntansiku.com
24
DAN KINERJA EKONOMI
(STUDI PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BEI 2010)
Oleh:
Yeterina Widi Nugrahanti
(Staff pengajar Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana)
Enny Rositawati
(Alumni Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana)
ABSTRACT
The purpose of this study is to examine the effect of environmental
performance as measured through the performance of companies in the program
PROPER (Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan
Lingkungan Hidup) on the CSR disclosure and economic performance. CSR
disclosure was measured by Global Reporting Initiative (GRI) dislcosures index,
while the economic performance is measured by return calculated using the scale
industry of Al-Tuwaijri, et al. (2004). The control variables used in this study is profit
margin, environmental concern, firm size and ownership status.
The sample of this research was extracted with purposive sampling method.
The sample of the study consist of 56 manufacturing companies listed on the
Indonesian Stock Exchange in 2010 and follow the PROPER program in 2009-2010.
The technique for examining hypothesis is multiple regression analysis by using SPSS
16.00 programs.
The results indicate that environmental performance has a positive effect on
CSR disclosure, but the control variables firm size and enviromental concern have no
effect on CSR disclosures. Beside that, the result also showed that CSR disclosures,
environmental performance, profit margin and ownership status have no effect to
economic performance.
Keywords: environmental performance, corporate social responsibility
disclosure, economic performance.
1
1. PENDAHULUAN
Selama ini perusahaan dianggap sebagai lembaga yang dapat memberikan
banyak keuntungan bagi masyarakat, di mana menurut pendekatan teori akuntansi
tradisional, perusahaan harus memaksimalkan labanya agar dapat memberikan
sumbangan yang maksimum kepada masyarakat. Namun seiring dengan berjalannya
waktu, masyarakat semakin menyadari adanya dampak-dampak sosial yang
ditimbulkan oleh perusahaan, permasalahan lingkungan di Indonesia merupakan
faktor penting yang harus dipikirkan mengingat dampak dari buruknya pengelolaan
lingkungan yang semakin nyata.
Corporate Social Responsibility sebagai konsep akuntansi yang baru adalah
transparansi pengungkapan sosial atas kegiatan atau aktivitas sosial yang dilakukan
oleh perusahaan, dimana transparansi informasi yang diungkapkan tidak hanya
informasi keuangan perusahaan, tetapi perusahaan juga diharapkan mengungkapkan
informasi mengenai dampak sosial dan lingkungan hidup yang diakibatkan aktivitas
perusahaan (Rakhiemah, 2009).
Salah satu fokus dari Corporate Social Responsibility (CSR) adalah kinerja
lingkungan. Sejak tahun 2002 KLH (Kementrian Lingkungan Hidup) mengadakan
PROPER di bidang pengendalian dampak lingkungan, yang diukur dengan warna
emas, hijau, biru dan biru minus, merah dan merah minus, hitam. Pada tahun 2010
PROPER mengalami perubahan, dalam pengukuran kinerja lingkungan perusahaan
menggunakan warna, mulai dari yang terbaik emas, hijau, biru, merah, hingga yang
terburuk hitam. Hasil dari PROPER diumumkan secara rutin kepada masyarakat agar
dapat mengetahui tingkat pengelolaan lingkungan pada perusahaan dengan melihat
warna yang ada. Meskipun sudah berjalan hampir 8 tahun, tetapi tahun 2010 masih
adanya perusahaan mendapatkan peringkat hitam sebanyak 47 (6,81%) perusahaan.
Sehingga kinerja lingkungan buruk dikarenakan perusahaan tidak memperdulikan
pencemaran limbah pabrik yang mengotori aliran air masyarakat, polusi udara.
Dengan hal ini masih banyaknya dampak lingkungan yang terjadi, fenomena
yang dapat terlihat saat ini adalah kasus banjir lumpur panas Sidoarjo atau lumpur
lapindo pada tahun 2006 yang diakibatkan oleh aktivitas pengeboran yang dilakukan
oleh PT Lapindo Brantas, kasus pada bulan maret 2011 pembangunan pabrik semen
di Tambakromo-Pati, dalam kasus ini terjadi demo besar-besaran dari masyarakat
sekitar dikarenakan ketidak setujuan atas pembangunan pabrik, karena dapat merusak
lingkungan dengan limbah yang dikeluarkan dari pabrik semen tersebut. Dengan
2
dibatalkannya pembangunan pabrik tersebut perusahaan gagal mendapatkan lahan
500-700 Ha, untuk eksploitasi dan penyediaan bahan baku sehingga investasi sekitar
lima triliyun tidak tercapai, (Okezone,2011). Oleh karena itu, perusahaan selayaknya
bersedia untuk menyajikan suatu laporan yang dapat mengungkapkan bagaimana
kontribusi mereka terhadap berbagai permasalahan sosial yang terjadi di sekitarnya.
Pfleiger et al (2005) menunjukkan bahwa usaha-usaha pelestarian lingkungan
oleh perusahaan akan mendatangkan sejumlah keuntungan, diantaranya ketertarikan
pemegang saham terhadap keuntungan perusahaan akibat pengelolaan lingkungan
yang bertanggungjawab. Hasil lain mengindikasikan bahwa pengelolaan lingkungan
yang baik dapat menghindari klaim masyarakat dan pemerintah serta meningkatkan
kualitas produk yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan keuntungan ekonomi.
Pengungkapan CSR dalam laporan keuangan melalui reporting disclosure menjadi
penting bagi pemakai laporan keuangan untuk menganalisis sejauh mana perhatian
dan
tanggung
jawab
perusahaan
dalam
menjalankan
bisnis.
Diharapkan
pengungkapan CSR tersebut mampu mempengaruhi secara positif perilaku investor
untuk lebih memperhatikan aspek sosial (Lestari, 2010).
Penelitian mengenai pengaruh kinerja lingkungan terhadap CSR Disclosure
telah banyak dilakukan. Verrecchia (1983), Al-Tuwaijri, et al. (2004), Suratno dkk.
(2006), dan Rakhiemah dan Agustia (2009) menunjukan bahwa adanya pengaruh
positif antara kinerja lingkungan terhadap CSR Disclosure . Berbeda dengan temuan
Handayani (2010), yang menemukan pengaruh negatif antara kinerja lingkungan
terhadap CSR Disclosure. Penelitian mengenai pengaruh kinerja lingkungan terhadap
kinerja ekonomi telah banyak dilakukan. Fredman dan Jaggi (1992), Tuwaijri, et al.
(2004), Suratno dkk. (2006), dan Rakhiemah dan Agustia (2009) menunjukan bahwa
adanya pengaruh positif antara kinerja lingkungan terhadap kinerja ekonomi
perusahaan. Berbeda dengan temuan Rockness, et all (1986), dan Handayani (2010)
menemukan pengaruh negatif antara kinerja lingkungan terhadap kinerja ekonomi
perusahaan.
Penelitian di Indonesia mengenai pengaruh CSR Disclosure terhadap kinerja
ekonomi perusahaan talah banyak dilakukan. Preston (1978), Bowman & Haire
(1976), Balabanis et al (1998), dan Dahlia dan Siregar (2008) menunjukan bahwa
aktivitas CSR Disclosure berpengaruh positif terhadap kinerja ekonomi perusahaan.
Berbeda dengan temuan Freedman, Jaggi (1992), Almilia (2007), Nuraini (2009),
3
Handayani (2010) yang menunjukkan bahwa CSR disclosure berpengaruh negatif
terhadap kiner ekonomi perusahaan.
Penelitian mengenai pengaruh kinerja lingkungan terhadap CSR Disclosure
dan kinerja ekonomi menunjukan hasil yang berbeda – beda. Penelitian Handayani
(2010) dengan sampel 43 perusahaan manufaktur, menemukan pengaruh negatif
antara kinerja lingkungan terhadap CSR Disclosure dan kinerja ekonomi. Sehingga
Penelitian ini dilakukan kembali untuk mengetahui apakah kinerja lingkungan
berpengaruh terhadap CSR Disclosure dan kinerja ekonomi perusahaan. Perbedaan
penelitian ini antara lain adalah periode pengamatan yang dilakukan seluruh
perusahaan yang listing pada tahun tahun 2010, dan menambahkan variabel kontrol,
yaitu profit margin (Hanafi dan Halim, 1996), Firm size (Sujianto, 2010),
Enviromental concern (Suratno, et al, 2006), Ownership (Siregar, 2008). Peneliti
menunjukan standart GRI (Global Reporting Inisiative) tahun 2010, karena standar
GRI merupakan standar pengungkapan Internasional yang telah diakui, dan standart
GRI tahun 2010 lebih lengkap dengan 79 item digunakan untuk mengukur
pengungkapan sosial dalam penelitian ini.
Penelitian mengenai pengaruh kinerja lingkungan terhadap CSR Disclosure
dan kinerja ekonomi menunjukan hasil yang berbeda – beda. Penelitian terdahulu
Verrecchia (1983), Dahlia dan Siregar (2008), Rakhiemah dan Agustia (2009)
menggunakan sampel perusahaan manufaktur menunjukan bahwa adanya pengaruh
positif, tetapi penelitian Handayani (2010) menemukan pengaruh negatif. Sehingga
peneliti ingin mereplikasi dari penelitian sebelumnya.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi seluruh perusahaan
tentang pentingnya pertanggungjawaban sosial perusahaan yang diungkapkan di
dalam laporan tahunan. Sehingga perusahaan dapat mengubah pemikirannya untuk
menerapkan CSR disclosure pada laporan keuangannya karena akan membuat kinerja
ekonomi yang diukur melalui harga saham perusahaan menjadi meningkat. Bagi
investor, akan memberikan wacana baru dalam mempertimbangkan aspek-aspek yang
perlu diperhitungkan dalam berinvestasi. Bagi masyarakat dapat mengetahui perilakuperilaku perusahaan terhadap kepedulian lingkungan.
4
2. TELAAH TEORITIS
2.1. Kinerja Lingkungan
Menurut Suratno, dkk (2006) menyatakan bahwa kinerja lingkungan adalah
kinerja perusahaan dalam menciptakan lingkungan yang baik. Kinerja lingkungan
perusahaan dalam penelitian ini diukur melalui PROPER yang merupakan instrumen
yang digunakan oleh KLH untuk mengukur tingkat ketaatan perusahaan berdasarkan
peraturan yang berlaku. PROPER diumumkan secara rutin kepada masyarakat,
sehingga perusahaan yang dinilai akan memperoleh insentif maupun disinsentif
reputasi, tergantung kepada tingkat ketaatannya.
Penilaian peringkat kinerja perusahaan dalam pengelolan lingkungan mulai
dikembangkan KLH, sebagai satu alternatif instrumen sejak 1995. Program ini
awalnya dikenal dengan nama PROPER PROKASIH. Alternatif instrument penataan
dilakukan melalui penyebaran informasi tingkat kinerja penataan masing – masing
perusahaan kepada stakeholder pada skala nasional. Program ini diharapkan dapat
mendorong perusahaan untuk meningkatkan kinerja pengelolaan lingkungannya.
Penggunaan warna di dalam penilaian PROPER merupakan bentuk
komunikatif penyampaian kinerja kepada masyarakat, mulai dari terbaik, EMAS,
HIJAU, BIRU, MERAH, sampai ke yang terburuk, HITAM. Secara sederhana
masyarakat dapat mengetahui tingkat pengelolaan lingkungan pada perusahaan. Bagi
pihak-pihak yang memerlukan informasi yang lebih rinci, KLH dapat menyampaikan
secara khusus.
Aspek penilaian PROPER adalah ketaatan terhadap peraturan pengendalian
pencemaran air, pengendalian pencemaran udara, pengelolaan limbah B3, AMDAL
serta pengendalian pencemaran laut. Ketentuan ini bersifat wajib untuk dipenuhi. Jika
perusahaan memenuhi seluruh peraturan tersebut (in compliance) maka akan
diperoleh peringkat BIRU, jika tidak maka MERAH atau HITAM, tergantung kepada
aspek ketidak-taatannya.
2.2. Corporate Sosial Responbility (CSR) dan CSR Disclosure
Corporate Social Responsibility (CSR) telah dikemukakan oleh banyak pakar.
Salah satu diantaranya adalah definisi yang dikemukakan Sembiring (2005) dalam
Rahajeng (2010), mendefinisikan CSR merupakan proses pengkomunikasian dampak
sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi organisasi terhadap kelompok khusus
yang berkepentingan dan terhadap masyarakat secara keseluruhan. Selain mempunyai
5
tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham dan pemasok,
perusahaan memiliki tanggung jawab yang penting terhadap lingkungan yang
diinformasikan melalui CSR. Tanggung jawab sosial secara lebih sederhana dapat
dikatakan sebagai timbal balik perusahaan kepada masyarakat dan lingkungan
sekitarnya karena perusahaan telah mengambil keuntungan atas masyarakat dan
lingkungan sekitarnya.
Kotler dkk (2005) menjelaskan bahwa terdapat banyak manfaat yang dapat
diperoleh atas aktivitas CSR. Adapun manfaat dari CSR tersebut adalah
meningkatkan penjualan dan market share, memperkuat brand positioning,
meningkatkan citra perusahaan, menurunkan biaya operasi, meningkatkan daya tarik
perusahaan di mata para investor dan analisis keuangan. Dengan melaksanakan CSR
secara konsisten dalam jangka panjang akan menumbuhkan rasa keberterimaan
masyarakat terhadap kehadiran perusahaan. Kondisi seperti itulah yang pada
gilirannya dapat memberikan keuntungan ekonomi – bisnis kepada perusahaan yang
bersangkutan.
CSR Disclosure menurut Hendriksen (2003) dalam Kusumaningtyas (2009)
didefinisikan sebagai penyedia sejumlah informasi yang dibutuhkan untuk
pengoperasian secara optimal pasar modal efisien. Pengungkapan terdiri dari dua
sifat, yaitu bersifat wajib (mandatory), yaitu pengungkapan informasi yang wajib
dilakukan perusahaan yang didasarkan pada peraturan atau standart tertentu, dan ada
yang bersifat sukarela (voluntary), yang merupakan pengungkapan informasi melebihi
persyaratan minimum dari peraturan yang berlaku. Manfaat dari pengungkapan
sukarela yang diperoleh perusahaan antara lain meningkatkan kredibilitas perusahaan,
membantu investor dalam memahami strategi bisnis perusahaan (Na’im, 2006).
Pada penelitian ini mengidentifikasi hal-hal yang berkaitan dengan pelaporan
sosial perusahaan diukur berdasarkan standar GRI (Global Reporting Initiative).
Global Reporting Initiative (GRI) adalah sebuah jaringan berbasis organisasi yang
telah mempelopori perkembangan dunia, paling banyak menggunakan kerangka
laporan keberlanjutan dan berkomitmen untuk terus-menerus melakukan perbaikan
dan
penerapan
di
seluruh
dunia
(www.globalreporting.org).nPenelitian
ini
menggunakan standart GRI karena, standar GRI merupakan standar pengungkapan
Internasional yang telah diakui. Dalam penelitian ini indikator GRI terdiri dari 3 fokus
pengungkapan, yaitu ekonomi, lingkungan, dan sosial sebagai dasar triple bottom line
reporting, yaitu (1)Ekonomi, aspek ekonomi menyangkut pada keberlanjutan
6
perusahaan yang akan berdampak pada kondisi ekonomi dari stakeholder dan sistem
ekonomi pada tingkat lokal, nasional, dan internasional. (2)Lingkungan, Aspek
lingkungan menyangkut pada kehidupan di dalam sistem alam, termasuk ekosistem,
tanah, udara, dan air. (3)Sosial, Aspek sosial menyangkut keberlanjutkan sebuah
organisasi yang akan berdampak pada operasi perusahaan. Item pengungkapan dalam
GRI tahun 2010 berjumlah 79 item.
2.3. Kinerja Ekonomi
Menurut Suratno, dkk (2006) economic performance adalah kinerja ekonomi
secara makro dari sekumpulan perusahaan. Pengukuran kinerja ekonomi dapat
dihitung menurut capital market based. Pada capital market based dapat
menggunakan analisis perhitungan berdasarkan return tahunan.
Kinerja ekonomi perusahaan digunakan sebagai media yang menggambarkan
efektifitas penggunaan aset oleh sebuah perusahaan dalam menjalankan bisnis
utamanya dan meningkatkan pendapatan. Kinerja ekonomi ini merupakan kinerja
perusahaan secara relatif dalam suatu industri yang ditandai dengan return tahunan
industri yang bersangkutan. Kinerja ekonomi perusahaan diukur dengan menghitung
return tahunan perusahaan untuk kemudian dibandingkan dengan return tahunan
perusahaan industri. Return tahunan perusahaan diukur dengan harga saham
perusahaan pada akhir tahun dikurangi harga saham perusahaan pada awal tahun
ditambah deviden, setelah itu dibagi dengan harga saham diawal tahun kemudian
dikurangkan dengan median return perusahaan industri pada tahun tersebut. Menurut
Al-Tuwajiri, et al (2004)
2.4.Hipotesis
2.4.1. Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Corporate Social Responbility
(CSR) Disclosure
Gray dkk (2001) menjelaskan CSR Disclosure sebagai suatu proses
penyediaan informasi yang dirancang untuk mengemukakan masalah seputar social
accountability, yang mana secara khas tindakan ini dapat dipertanggungjawabkan
dalam media seperti laporan tahunan maupun bentuk iklan-iklan yang berorientasi
sosial. Sedangkan Deegan (1996) menjelaskan Corporate Social Responsibility (CSR)
Disclosure sebagai suatu metode yang dengannya manajemen akan dapat berinteraksi
7
dengan masyarakat secara luas untuk mempengaruhi persepsi luar masyarakat
terhadap suatu organisasi atau perusahaan.
Menurut Verrechia (1983) dengan
discretionary disclosure teorinya
mengatakan pelaku lingkungan yang baik percaya bahwa dengan mengungkapkan
performance mereka berarti menggambarkan good news bagi pelaku pasar. AlTuwaijri, et al. (2004) dan Suratno dkk. (2006) menemukan kinerja lingkungan akan
berpengaruh terhadap besarnya pengungkapan CSR, semakin besar peran dari
perusahaan dalam kegiatan lingkungan hidup, maka semakin besar pula
pengungkapan CSR Disclosure yang diungkapkan di dalam laporan keuangan. Begitu
pula halnya dengan penelitian serupa oleh Rakhiemah dan Agustia (2009) mereka
menguji
pengaruh
kinerja
lingkungan
terhadap
CSR
Disclosure
hasilnya
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif.
Pengungkapan CSR Disclosure terdiri dari 3 kategori, yaitu kinerja
lingkungan, ekonomi, sosial. Meningkatnya kinerja lingkungan, perusahaan terbukti
peduli terhadap kondisi lingkungan seperti pencemaran limbah dan polusi udara, hal
ini merupakan informasi bagus (good news) bagi pelaku pasar sehingga perusahaan
saling berlomba mengungkapkan informasi melalui pengungkapan CSR Disclosure.
Begitupula perusahaan yang peduli lingkungan, terbukti bahwa produk terjamin dan
ramah lingkungan sehingga konsumen loyal dan laba perusahaan meningkat. Serta
dengan perusahaan peduli kondisi lingkungan di lapangan kerja keslamatan karyawan
dalam melakukan pekerjaan juga terjamin dan tercantum dalam pengungkapan CSR
Disclosure. Hubungan antara kinerja lingkungan terhadap pengungkapan CSR
disclosure dapat dihipotesiskan sebagai berikut.
H1 : Kinerja Lingkungan berpengaruh positif terhadap Corporate Social
Responsibility (CSR) Disclosure.
2.4.2. Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Kinerja Ekonomi Perusahaan
Dewasa ini tuntutan terhadap perusahaan semakin besar. Perusahaan
diharapkan tidak hanya mementingkan kepentingan manajemen dan pemilik modal
(investor dan kreditor), tetapi juga karyawan, konsumen serta masyarakat. Perusahaan
mempunyai tanggung jawab sosial terhadap pihak-pihak di luar manajemen dan
pemilik modal.
Menurut Fredman dan Jaggi (1992), Al-Tuwaijri, et al. (2004), dan Almilia
dan Wijayanto (2007) menemukan bahwa terdapat pengaruh positif antara kinerja
8
lingkungan dengan kinerja ekonomi. Hasil ini konsisten dengan penelitian Suratno
dkk. (2006) dan Rakhiemah dan Agustia (2009) yang menemukan pengaruh positif
antara kinerja lingkungan dengan kinerja ekonomi.
Semakin besar andil perusahaan dalam pengelolaan lingkungan yang baik
dapat menghindari klaim masyarakat dan pemerintah, sehingga image dan prospek
perusahaan semakin baik di mata investor. Pada akhirnya investor akan merespon
secara positif dan tertarik untuk berinvestasi sehingga return saham perusahaan
meningkat. Hubungan antara kinerja lingkungan terhadap kinerja ekonomi dapat
dihipotesiskan sebagai berikut.
H2 : Kinerja lingkungan berpengaruh positif terhadap kinerja ekonomi
perusahaan.
2.4.3. Pengaruh CSR Disclosure dengan Kinerja Ekonomi Perusahaan
Berbagai informasi mengenai tanggung jawab sosial perusahaan akan
mempengaruhi tindakan yang dilakukan oleh para stakeholders. Ketika perusahaan
memperhatikan kebutuhan karyawannya, maka karyawan akan bekerja dengan baik.
Namun ketika perusahaan tidak memperhatikan karyawannya, maka mereka mungkin
tidak akan bekerja dengan baik dan bisa saja mereka protes/mogok kerja. Ketika
perusahaan memperhatikan kualitas produk, maka konsumen akan loyal terhadap
poduk perusahaan tersebut.
Pengungkapan CSR berhubungan positif kinerja ekonomi. Perusahaan
melakukan pengungkapan CSR dengan tujuan untuk membangun image pada
perusahaan dan mendapatkan perhatian dari masyarakat. Perusahaan harus
membangun loyalitas konsumen dengan memberikan produk terbaik dan ramah
ligkungan untuk meningkatkan perekonomian perusahaan sehingga investor tertarik
berinvestasi. (Belkaoui dan Karpik, 1989 dalam Anggraini, 2006).
Penelitian yang dilakukan oleh Bowman & Haire (1976), Preston (1978),
Tsoutsoura (2004), dan Dahlia dan Siregar (2008), hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa pengungkapan aktivitas CSR berpengaruh positif terhadap kinerja ekonomi.
Hasil ini konsisten dengan penelitian Balabanis et al (1998) dalam Dahlia dan Siregar
(2008) dan Amilia dan Wijayanto (2007) meneliti reputasi perusahaan yang
menerapkan CSR dengan baik berpengaruh positi dengan kinerja ekonominya.
Semakin perusahaan peduli terhadap konsumen dan masyarakat sekitar yang
menikmatinya, salah satunya dengan memberikan produk terbaik, harga terjangkau,
9
dan ramah lingkungan, masyarakat pun akan loyal terhadap perusahaan, dan investor
pun tertarik untuk berinvestasi sehingga perekonomian perusahaan meningkat yang
diikuti meningkatnya pula return saham perusahan. Hubungan antara pengungkapan
CSR disclosure terhadap kinerja ekonomi dapat dihipotesiskan sebagai berikut.
H3 : Pengungkapan CSR disclosure berpengaruh positif terhadap kinerja
ekonomi perusahaan.
2.5.Kerangka Pemikiran
GAMBAR 2.5.1.
Hubungan Kinerja Lingkungan, CSR Disclosure, Kinerja keuangan
H1
Kinerja Lingkungan
(PROPER)
H2
CSR Disclosure
(GRI)
Kinerja Ekonomi
(return tahunan)
H3
3. METODE PENELITIAN
3.1. Pemilihan Sampel dan Data Penelitian
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan mengikuti PROPER tahun 2010.
Menggunakan seluruh perusahaan dikarenakan terbatasnya perusahaan manufaktur
yang listing di Bursa Efek Indonesia. Seluruh perusahaan juga mempunyai pengaruh /
dampak terhadap lingkungan di sekitarnya sebagai akibat dari aktivitas yang
dilakukan perusahaan. Sampel penelitian ini diambil dengan teknik pusposive
sampling, dengan tujuan mendapatkan sampel yang representatives sesuai dengan
kriteria yang ditentukan.
Adapun kriteria sampel yang akan digunakan yaitu:
1. Perusahaan yang terpilih sebagai sampel adalah perusahaan yang terdaftar di
BEI dan telah mengikuti Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan
10
(PROPER)
dalam
Pengelolaan
Lingkungan
Hidup
periode
2010.
Menggunakan PROPER satu tahun, dikarenakan adanya pembaharuan
peringkat dimulai tahun 2010.
2. Perusahaan yang menerbitkan laporan tahunan (annual report) pada tahun
2010
3. Memiliki data yang lengkap terkait dengan variabel-variabel yang digunakan
dalam penelitian.
3.2. Definisi Operasional dan Variabel Penelitian
3.2.1. Variabel Dependen
CSRDI (Corporate Social Responsibility Disclosure Index)
CSRDI dalam penelitian ini menggunakan standart GRI, dengan 79 item
pengungkapan dalam GRI tahun 2010. Menggunakan standart GRI, karena standar
GRI merupakan standart pengungkapan Internasional yang telah diakui di Indonesia.
Dalam penelitian ini indikator GRI terdiri dari 3 fokus pengungkapan, yaitu ekonomi,
lingkungan, dan sosial (www.globalreporting.org).
Pendekatan untuk menghitung CSRDI pada dasarnya menggunakan
pendekatan dikotomi yaitu setiap item CSR dalam instrumen penelitian diberi nilai 1
jika diungkapkan, dan nilai 0 jika tidak diungkapkan (Haniffa, et al., 2005 dalam
Sayekti dan Wondabio, 2007). Rumus perhitungan CSRI adalah sebagai berikut :
(Haniffa, et al.,2005 dalam Sayekti dan Wondabio, 2007)
�
=
Keterangan :
�
j
�
�
�
��� ��
� �
�
� � � �
��� ��
� � ��
� �
��
= Corporate sosial responsibility disclosure perusahaan j
∑ = Jumlah pengungkapan yang di tetapkan menururt triple bottom line = 79
Kinerja Ekonomi
Kinerja ekonomi merupakan variable dependen model 2. Dalam penelitian ini
kinerja ekonomi adalah kinerja perusahaan-perusahaan secara relatif dalam suatu
industri yang ditandai dengan return tahunan industri yang bersangkutan (Suratno, et
al., 2006). Untuk mengukur economic performance, penelitian ini bersumber pada
skala pengukuran yang diadopsi oleh Al-Tuwaijri, et al. (2004) berikut ini :
11
(P1 – P0) + Div
– MeRI
Po
Keterangan :
P1
= harga saham akhir tahun
P0
= harga saham awal tahun
Div
= pembagian dividen
MeRI
= median return industri
Return industri diukur dari indeks industri yang diperoleh dari laporan
Indonesia Stock Exchange (IDX)
3.2.2. Variabel Independen
Kinerja Lingkungan
Kinerja lingkungan perusahaan adalah kinerja perusahaan dalam
menciptakan lingkungan yang baik (green). Kinerja lingkungan ini diukur dari
prestasi perusahaan mengikuti program PROPER yang merupakan salah satu
upaya yang dilakukan oleh Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) untuk
mendorong penataan perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hidup melalui
instrumen informasi. Sistem peringkat kinerja
PROPER mencakup pemeringkatan perusahaan dalam lima (5) warna yakni :
Emas
:
Sangat sangat baik
skor : 5
Hijau
:
Sangat baik
skor : 4
Biru
:
Baik
skor : 3
Merah :
Buruk
skor : 2
Hitam :
Sangat buruk
skor : 1
Sumber : Laporan PROPER periode 2010
3.2.3. Variabel Kontrol
Beberapa penelitian mengenai pengaruh kinerja lingkungan terhadap CSR
Disclosure dan kinerja ekonomi menggunakan variable kontrol seperti Profit Margin,
Environmental Concern, Firm Size, dan Ownership.
1. Profit Margin
Menurut Hanafi dan Halim (1996) Profit Margin adalah kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan keuntungan dibandingkan dengan penjualan yang dicapai.
Penelitian Al Tuwaijri, et al., (2004) menyatakan bahwa Profit margin
12
mengindikasikan adanya pengaruh positif terhadap kinerja ekonomi, dengan cara
pengendalian biaya yang lebih baik.
Profit Margin = Net Operating Income x 100%
Net Sales
2. Environmental Concern
Menurut support Suratno, et al (2006) Environmental Concern sebagai bentuk
kepedulian perusahaan terhadap lingkungan. Menyesuaikan dengan kondisi di
Indonesia, Environmental concerns difokuskan pada bagaimana perusahaan
terlibat dalam pengelolaan lingkungan perusahaan yaitu dengan mengikuti
sertifikasi Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001. Nilai 0 diberikan bagi
perusahaan yang belum mengikuti sertifikasi dan 1 bagi perusahaan yang telah
mengikuti sertfikasi. Penelitian Nuraini (2010) mengindikasikan Environmental
concerns berpengaruh positif terhadap kinerja lingkungan perusahaan.
3. Firm Size
Menurut Sujianto (2010), ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya
suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh nilai pasar saham perusahaan tersebut
pada akhir tahun. Perusahaan yang semakin besar melakukan aktivitas, akibatnya
dampak aktivitas tersebut pada masyarakat juga lebih luas sehingga diperlukannya
pengungkapan CSR Disclosure lebih lengkap di laporan tahunan. Penelitian
Dahlia dan Siregar (2008) menyatakan adanya pengaruh positif terhadap kinerja
lingkungan.
4. Ownership
Siregar (2008), kepemilikan modal dalam perusahaan diklasifikasikan menjadi
Penanam Modal Asing, Penanam Modal Dalam Negeri dan Badan Usaha Milik
Negara. Diukur berdasarkan status permodalan perusahaan tersebut. Masing-masing
PMA diberi nilai 1, PMDN dengan nilai 2, dan BUMN dengan nilai 3. Penelitian
Nuraini (2010) menyatakan kepemilikan modal berpengaruh positif terhadap kinerja
ekonomi.
3.3. Alat Uji dan Teknik Analisis
Penelitian ini memakai regresi berganda maka sebelum melakukan pengujian
hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji pendahuluan. Model regresi berganda yang
baik harus memenuhi syarat uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik pada penelitian ini
meliputi: uji normalitas, uji multikolinieritas, dan uji heteroskedaktisitas, Ghozali
13
(2005). Data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan alat analisis
statistik yakni :
Model 1 : Pengaruh kinerja lingkungan terhadap CSR disclosure
CSR D t+1 : α + β1 KL t+ β2EnC t+ β3 Sz t + e
Model 2 : Kinerja ekonomi berpengaruh terhadap CSR disclosure dan
kinerja lingkungan
KE : α + β1 CSR D t + β2 KL t + β3 PM t + β4 Own t + e
Keterangan :
CSR = Corporate Social Responsibility
KE = Kinerja Ekonomi
KL = Kinerja Lingkungan
CSR D = Corporate Social Responsibility Disclosure
α = Konstanta
Model 1 β1 = Koefisien dari variable independent
β3 = Koefisien dari variable kontrol
Model 2 β1 – β3 = Koefisien dari variable dependent
β 4 – β5 = Koefisien dari variable kontrol
PM= Profit margin
EnC = Environmental Concern
SZ = Firm Size
Own= Ownership
e = Tingkat error
4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Proses pemilihan sampel
Penelitian ini menggunakan populasi sebanyak 402 perusahaan yang listing di
BEI tahun 2010 hanya terpilih 56 perusahaan yang dapat dijadikan sampel dalam
penelitian ini. Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya, diperoleh
sampel penelitian dengan rincian pada Tabel 1 dibawah ini
14
Tabel 1
Proses Pemilihan Sampel Tahun 2010
Kriteria Sampel
Jumlah Perusahaan
Perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2010
402
Perusahaan yang tidak mengikuti program PROPER dalam
(334)
pengelolaan lingkungan hidup periode 2010
Perusahaan yang tidak menerbitkan Annual Report dari tahun 2010
(12)
Sampel penelitian
56
Sumber : hasil pengelolahan data
4.2. Statistik Deskriptif
Sebelum melakukan pengujian dalam penelitian ini data dimuat dalam
statistik deskriptif. Penjelasan data melalui statistik deskriptif diharapkan memberikan
gambaran awal tentang masalah yang diteliti, menghasilkan Tabel 2 dibawah ini :
Tabel 2
Descriptive Statistics
N
Minimum
Maximum
Mean
KL
56
1
5
3.11
CSR
56
0.08
0.43
0.24
KE
56
-1.31
3.38
0.14
EnC
56
0
1
PM
56
0.14
0.59
0.16
SZ
56
4.36
6.99
5.87
Own
56
1
3
1.82
Valid N (listwise)
56
-
Sumber : hasil pengolahan data
Kinerja Lingkungan (KL) menggunakan data PROPER yang telah dicocokan
dengan data perusahaan yang terdaftar di BEI. Dari pencocokan tersebut diperoleh 56
perusahaan pada tahun 2010 yang dapat digunakan sebagai sampel. Dari data yang
diperoleh diketahui perusahaan yang mendapat peringkat emas 1 perusahaan, hijau 13
perusahaan, biru 35 perusahaan, merah 5 perusahaan, sedangkan peringkat hitam ada 2
perusahaan.
15
Corporate Sosial Responbility (CSR) menggunakan pengungkapan lingkungan
yang terdapat dalam laporan tahunan perusahaan, dengan diukur menggunakan
checklist berdasarkan 79 item CSR yang telah disampaikan dalam laporan tahunan.
Dari data yang diperoleh diketahui bahwa secara umum rata-rata tingkat CSR
perusahaan pada tahun 2010 adalah 0.24 (24%) dengan peringkat kategori CSR
Disclosure tertinggi adalah kinerja ekonomi yaitu sebesar 0.391 (39.1%). Dikarenakan
perusahaan lebih cenderung memperhatikan aktivitas perusahaan seperti pendapatan,
biaya operasi, investasi ke masyarakat, dan permodalan yang diterima dari
pemerintah.
Kinerja Ekonomi (KE), menggunakan return tahunan perusahaan. Dari data
yang diperoleh diketahui rata-rata tingkat kinerja ekonomi perusahaan pada tahun
2010 adalah 0.14 (14%). kinerja ekonomi perusahaan yang paling tinggi adalah
dilakukan oleh PT Gajah Tunggal, Tbk pada tahun 2010 sebesar 3.38. Sedangkan kinerja
ekonomi perusahaan yang paling rendah dilakukan oleh PT. Semen Gresik, Tbk , sebesar
-1.313.
Enviromental Concern (EnC) sebagai bentuk kepedulian perusahaan terhadap
lingkungan. Dari data yang diperoleh diketahui perusahaan yang mengikuti sertifikasi
Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 sebanyak 21 perusahaan, sedangkan yang
tidak mengikuti ISO 14001 sebanyak 35 perusahaan.
Profit Margin (PM) sebagai bentuk kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan dibandingkan dengan penjualan yang dicapai. Dari data
yang diperoleh diketahui rata-rata Profit Margin perusahaan pada tahun 2010 adalah
0.16 (16%). dengan tingkat rasio tertinggi 0.59 dan yang terendah 0.14.
Firm Size (SZ) menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang
ditunjukkan oleh kapitalisasi pasar tersebut pada akhir tahun. Dari data yang diperoleh
diketahui rata-rata Firm Size perusahaan pada tahun 2010 adalah 5.87 dengan tingkat
rasio tertinggi 6.99 dan yang terendah 4.36.
Ownersip (Own) sebagai bentuk kepemilikan modal dalam perusahaan dengan
pengklasifikasikan menjadi Penanam Modal Asing, Penanam Modal Dalam Negeri
dan Badan Usaha Milik Negara. Dari data yang diperoleh diketahui rata-rata
Ownersip perusahaan pada tahun 2010 adalah 1.82 dengan tingkat rasio tertinggi 3
dan yang terendah 1.
16
4.3. Uji Asumsi Klasik
4.3.1. Uji Normalitas
Uji normalitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi data
yang diperoleh sudah berdistribusi normal. Pengujian normalitas pada penelitian ini
dilakukan berdasarkan uji Kolmogorov-Smirnov. Untuk memenuhi syarat lulus uji
normalitas, maka nilai signifikansi harus diatas 0,05 atau 5%. Hasil pengujian ini
menunjukkan bahwa pengujian Model 1 tingkat signifikan 0.725, dengan nilai
Kolmogorov-Smirnov 0.692. Model 2 tingkat signifikan 0.129, dengan nilai
Kolmogorov-Smirnov 1.171. Demikian dapat disimpulkan bahwa kedua persamaan
model regresi ini menunjukkan bahwa data berdistribusi normal.
4.3.2. Uji Multikolonieritas
Uji multikolineritas ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi ada tidaknya
hubungan antara variabel independen dan kontrol dalam regresi. Pengujian terhadap
multikolinieritas dilakukan dengan uji Variance Inflation Factor (VIF). Dengan
melihat nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Apabila nilai tolerance
dibawah 0,10 dan Variance Inflation Factor (VIF) memiliki nilai diatas 10 maka
dapat dikatakan bahwa terjadi multikolonieritas. Hasil pengujian ini menunjukkan
bahwa pengujian Model 1 nilai VIF berada diantara 1.096 sampai dengan 1.333, dan
nilai tolerance antara 0.750 sampai dengan 0.912. Model 2 nilai VIF berada diantara
1.011 sampai dengan 1.201, dan nilai tolerance antara 0.833 sampai dengan 0.989.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengujian kedua persamaan di atas data
bebas dari multikolinieritas.
4.3.3. Uji Heterosdekasitas
Uji Heterosdekasitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Salah satu metode yang digunakan untuk menguji kehadiran heterosdekasitas dalam
model regresi adalah uji park Metode ini melihat nilai signifikansi dan apabila nilai
signifikansi di atas 0,05 dengan demikian bahwa tidak terjadi heteroskedaktisitas.
Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa pengujian Model 1 nilai signifikansi antara
0.061 sampai dengan 0.489. Model 2 nilai signifikan antara 0.235 sampai dengan
0.816. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengujian kedua persamaan di atas
tidak terjadi heteroskedaktisitas.
17
4.4. Pengujian Hipotesis
4.4.1. Pengujian Persamaan Model 1
Dari hasil uji persamaan model pertama dimana terdiri dari hipotesis 1 yaitu
pengaruh kinerja lingkungan terhadap CSR Disclosure dengan menggunakan uji
regresi berganda menghasilkan Tabel 3 dibawah ini:
Tabel 3
Tabel Pengujian Hipotesis 1
β
Variabel
Konstanta
T
Sig.
1.219
0.229
KL
0.304
2.057
0.045
EnC
0.002
0.018
0.986
SZ
0.029
0.193
0.848
R2
=
0.102
Sig F
=
1.969
Dependent Variable: CSR
Sumber : Hasil pengelolahan data
Berdasarkan Tabel 3 diatas Kinerja Lingkungan (KL) < 0.05 sehingga
Hipotesis 1 diterima. Dari hasil dapat dilihat bahwa kinerja lingkungan berpengaruh
positif signifikan terhadap CSR Disclosure. Hal ini dikarena perusahaan peduli
terhadap kondisi lingkungan seperti pencemaran limbah dan polusi udara. Informasi
bagus (good news) bagi pelaku pasar sehingga perusahaan saling berlomba
mengungkapkan informasi melalui pengungkapan CSR Disclosure. Penelitian ini
sejalan dengan penelitian Verrechia (1983), Al-Tuwaijri, et al. (2004), dan Suratno
dkk. (2006) yang menemukan pengaruh positif antara CSR disclosure dengan kinerja
lingkungan, tetapi bertolak belakang dengan temuan Handayani (2010).
Sedangkan untuk variabel kontrol Environmental Concern dan Firm Size tidak
berpengaruh signifikan hal ini dapat dilihat dari probabilitas signifikan untuk
Environmental Concern sebesar 0,986 (98.6%) dan Firm Size sebesar 0,848 (84.8%)
dan keduanya jauh diatas tingkat α = 0,05. Tidak berpengaruhnya Environmental
Concern dikarenakan perusahaan yang ikut berpartisipasi dalam program sertifikasi
14001 hanya ada 18 (32%) perusahaan. Dikarenakan untuk mendapatkan sertifikat
14001 membutuhkan waktu tiga tahun dengan pengawasan ketat dari badan hukum,
perusahaan juga harus bertanggung jawab terhadap lingkungan dan diungkapkannya
18
CSR Disclosure pada laporan tahunan sehingga banyak perusahaan mengabaikannya
(www.ikrcs.or.id).
Tidak berpengaruhnya Firm Size (ukuran perusahaan) dikarenakan perusahaan
yang memiliki ukuran perusahaan yang semakin tinggi, perusahaan tersebut dianggap
telah tumbuh menjadi perusahaan yang besar dan memiliki pengalaman dalam
mengungkapkan kegiatan sosial perusahaan. Marwata (2006) menyatakan bahwa
perusahaan yang memiliki pengalaman dalam mengungkapkan kegiatan sosial
perusahaan, ternyata tidak memiliki pengaruh terhadap pegungkapan tanggung jawab
perusahaan. Penelitian diatas sejalan dengan penelitian yang dilakukan Birkam (2003)
dan Veronica (2009) yang membuktikan tidak adanya pengaruh signifikan antara
variabel kontrol Firm Size terhadap CSR Disclosure
4.4.2. Pengujian Persamaan Model 2
Dari hasil uji persamaan model kedua dimana terdiri dari gabungan antara
hipotesis 2 dan hipotesis 3 yaitu kinerja lingkungan dan CSR disclosure berpengaruh
terhadap kinerja ekonomi dengan menggunakan uji regresi berganda menghasilkan
Tabel 4 dibawah ini:
Tabel 4
Tabel Pengujian Hipotesis 2 dan Hipotesis 3
Variabel
β
T
Sig.
KL
0.01
0.068
0.945
CSR
-0.166
-1.159
0.251
PM
-0.149
-1.075
0.289
Own
-0.097
-0.691
0.493
R2
=
0.061
Sig F
=
0.825
Dependent Variable: KE
Sumber : Hasil pengelolahan data
Berdasarkan Tabel 4 diatas Kinerja Lingkungan (KL) > 0.05 sehingga
Hipotesis 2 ditolak. Tidak adanya pengaruh signifikan karena dibutuhkannya biaya
tambahan untuk pengelolahan lingkungan yang tidak menghasilkan laba sehingga
sedikitnya investor yang tertarik karena tidak mau mengambil resiko berinvestasi dan
19
berdampak terhadap menurunnya perekonomian yang diikuti oleh merosotnya return
saham perusahaan, Puspanna (2009). Sesuai dengan pemikiran ekonomi tradisional
yang menyatakan ini sebagai trade of antara kinerja ekonomi perusahaan dengan
tindakannya pada tanggung jawab sosial perusahaan, sebagai contoh pada tahun 2010
perusahaan PT Holcim Indonesia, Tbk mendapatkan peringkat PROPER EMAS,
tetapi mempunyai kinerja ekonomi yang negatif, sebaliknya perusahaan PT Gajah
Tunggal, Tbk mendapatkan peringkat PROPER MERAH, tetapi mempunyai kinerja
ekonomi yang positif. Temuan ini juga konsisten dengan Sarumpaet (2005) dan
Handayani (2010) yang membuktikan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan
antara CSR disclosure dan kinerja lingkungan terhadap kinerja ekonomi perusahaanperusahaan di Indonesia. Sebaliknya temuan diatas tidak konsisten dengan penelitian
Bragdon dan Marlin (1972) yang menemukan adanya pemgaruh signifikan antara
economic performance dengan environmental performance.
Begitupula CSR disclosure > 0.05 sehingga Hipotesis 3 ditolak. Tidak
adanya pengaruh signifikan antara CSR disclosure terhadap kinerja ekonomi, karena
pengungkapan CSR yang belum diwajibkan bagi seluruh perusahaan yang ada di
Indonesia, serta biaya yang dikeluarkan lebih besar daripada manfaat yang
didapatkannya sehingga menyebabkan perusahaan cenderung tidak melakukan
pengungkapan didalam laporan tahunan, dan terjadinya masalah lingkungan hidup di
Indonesia belum menjadi suatu permasalahan yang benar-benar diperhatikan oleh
investor dalam berinvestasi (Permatasari, 2010). Menurut Rakhiemah dan Agustia
(2009), variabel CSR disclosure ternyata bukanlah salah satu faktor yang menentukan
fluktuasi harga saham. Sehingga mengakibatkan tidak adanya pengaruh signifikan
terhadap kinerja ekonomi perusahaan, Temuan ini juga konsisten dengan Sarumpaet
(2005) dan Handayani (2010).
Penerapan variabel kontrol dalam penelitian ini (Profit Margin, Ownersip)
tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nuraini dan Kawedar (2010)
yang menemukan bahwa variabel kontrol tersebut berpengaruh signifikan terhadap
kinerja ekonomi. Variabel kontrol Profit Margin tidak mempengaruhi secara statistik
dikarenakan investor dalam memutuskan investasinya lebih mengutamkan net income
yang didapat perusahaan tersebut (Susanto, 2009). sehingga profit margin tidak
berpengaruh terhadap kinerja ekonomi perusahaan.
Begitupula Ownersip tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja ekonomi,
dikarenakan status permodalan hanya memperlihatkan permodalan yang di dapat
20
perusahaan. Baik PMA, BUMN, dan PMDN tidak dapat memperlihatkan kegiatan
operasional perusahaan lebih baik, sehingga kinerja ekonomi tidak mengalami
peningkatan dan tidak berpengaruh terhadap keputusan investor dalam berinvestasi
(Waryanto, 2010). Contoh PT Holcim Indonesia, Tbk status permodalan yang didapat
PMA, tapi kinerja ekonomi perusahaan negatif yaitu -0.009. Sehingga ownersip tidak
berpengaruh terhadap kinerja ekonomi perusahaan.
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil pengujian hipotesis yang telah
dilakukan mengenai pengaruh kinerja lingkungan terhadap CSR Disclosure dan
kinerja ekonomi perusahaan yang terdaftar di BEI 2010 dan mengikuti Program
Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup
(PROPER) tahun 2010. maka diperoleh hasil sebagai berikut:
1. H1 dari penelitian ini diterima, yaitu kinerja lingkungan berpengaruh positif
terhadap CSR disclosure. Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah
dilakukan oleh Verrechia (1983), Al-Tuwaijri, et al. (2004), dan Suratno dkk.
(2006)
2. H2 dari penelitian ini ditolak, yaitu kinerja lingkungan berpengaruh negatif
terhadap kinerja ekonomi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah
dilakukan oleh Sarumpaet (2005) dan Handayani (2010)
3. H3 dari penelitian ini ditolak, yaitu CSR disclosure berpengaruh negatif
terhadap kinerja ekonomi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah
dilakukan oleh Sarumpaet (2005) dan Handayani (2010).
Hasil pengujian variabel kontrol menemukan bahwa Environmental Concern
dan Firm Size berpengaruh negatif terhadap CSR Disclosure. Hasil pengujian variabel
Profit Margin dan Ownersip berpengaruh negatif terhadap kinerja ekonomi
perusahaan.
21
5.2 Implikasi
Penelitian ini memberikan implikasi teoritis mengenai adanya pengaruh
kinerja lingkungan terhadap CSR disclosure dan tidak adanya pengaruh antara kinerja
lingkungan dan CSR disclosure terhadap kinerja ekonomi. Sehingga hasil penelitian
ini ditujukan bagi perusahaan untuk mempertimbangkan lebih cermat. Bagi para
perusahaan dapat ikut berpartisipasi dalam usaha pelestarian lingkungan demi
terpeliharanya kualitas hidup masyarakat dalam jangka panjang. Dengan menjalankan
tanggungjawab sosial, perusahaan diharapkan tidak hanya mengejar laba jangka
pendek, tetapi juga ikut berkontribusi terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat
dan lingkungan yang nantinya diungkapkan melalui pengungkapan CSR disclosure.
5.3 Keterbatasan dan Saran Penelitian
1. Penelitian ini memiliki keterbatasan dalam memperoleh sampel penelitian,
dikarenakan adanya perbedaan kriteria penilaian PROPER pada tahun 2009
dengan tahun 2010. Bagi pihak – pihak yang akan melakukan penelitian
selanjutnya,
disarankan
dengan
adanya
perubahaan
PROPER
dapat
memperpanjang tahun penelitian.
2. pengujian ini langsung melihat pengaruhnya terhadap kinerja ekonomi tidak
menggunakan variabel intervening. Penelitian selanjutnya disarankan dapat
menambahkan variabel intervening seperti image, serta melakukan pengujian
dengan menggunakan uji beda untuk melihat perbedaan kinerja ekonomi
berdasarkan kinerja lingkungan.
3. pengukuran kinerja ekonomi dalam penelitian ini hanya menggunakan return
tahunan perusahaan, padahal banyak hal yang dapat dipengaruhi return tahunan
tidak hanya CSR Disclosure dan kinerja lingkungan. Penelitian selanjutnya
disarankan dapat mencari pengukuran lainnya selain return tahunan perusahaan.
22
DAFTAR PUSTAKA
Almilia L.S. dan Wijayanto. 2007. “Pengaruh Environmental Performance dan
Environmental Disclosure terhadap Economic Performance”. Proceedings The
1st Accounting Conference Depok.
Al-Tuwaijri, S.A., Christensen, T.E. dan Hughes II, K.E. 2004. “The Relations among
environmental disclosure, environmental performance, and economic
performance: a simultaneous equations approach”. Accounting, Organizations
and Society. Vol. 29.
Anggraini, Fr.Reni Retno, 2006. “Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan
Keuangan Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan yang terdaftar
Bursa Efek Jakarta)”, Simposium Nasional Akuntansi IX, Padang.
Ari Retno Handayani. 2010. “Pengaruh Environmental Performance Terhadap
Environmental Disclosure dan Economic Performance Serta Environmental
Disclosure terhadap Economic Performance (Studi Empiris Pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)”. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
Balabanis, George, Phillips, Hugh C., Lyall, Jonathan, “Corporate Social
Responsibility & Economic Performance in the Top British Companies: Are
They Linked ?”, European Business Review, Vol. 98, No.1.
Dahli, L. dan Siregar, V. S., 2008. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap
Kinerja Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan yang Tercatat di Bursa
Efek Indonesia pada Tahun 2005 dan 2006): Simposium Nasional
Akuntansi XI. Pontianak.
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Cetakan
IV. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hendra, P., 2009. Pengaruh Kepemilikan Pemerintah terhadap kinerja keuangan
perbankan. Skripsi Program S1 Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya
Wacana
Ingram, R. dan Fraizer, K. 1980. “Environmental Performance and Corporate
Disclosure”. Journal of Accounting Research. Vol. 18. Pp 612-622
Lestari, F., 2010. Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap
Profit dan Nilai Perusahaan. Skripsi Program S1 Fakultas Ekonomi
Universitas Kristen Satya Wacana
Natalisa, Adventina, 2009. Pengaruh Tingakat Pengungkapan Corporate Social
Responsibility terhadap Nilai Perusahaan. Skripsi Program S1 Fakultas
Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana.
Rakhiemah, A.N. dan Agustia D. 2009. “Pengaruh Kinerja Lingkungan Terhadap
Corporate Social Responsibility (CSR) Disclosure Dan Kinerja Finansial
23
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Simposium
Nasional Akuntansi XII, (4-6 November) 2009, Palembang.
Rockness, J. 1985. “An Assessment of the Relationship Between U.S. Corporate
Environmental Performance and Disclosure”. Journal of Business Finance
and Accounting. Vol.12. pp. 167-191.
Sarumpaet, Susi . 2005 . “ The Relationship Between Environmental Performance and
Financial Performance of Indonesian Companies”. Jurnal Akuntansi &
Keuangan, vol. 7, no.2
Sayekti, Y. dan Wondabio L. S. 2007. “Pengaruh CSR Disclosure Terhadap Earning
Response Coefficient (Suatu Studi Empiris Pada Perusahaan yang Terdaftar
Di Bursa Efek Jakarta)”. Simposium Nasional Akuntansi X Unhas Makassar,
26-28 Juli 2007.
Sembiring, Eddy Rismanda. 2005. Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan
Tanggung Jawab Sosial : Studi Empiris pada Perusahaan yang Tercatat Di
Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi VIII, Solo, (15 – 16
September).
Suratno, Ignatius Bondan, dkk. 2006. “Pengaruh Environmental Performance
terhadap Environmental Disclosure dan Economic Performance (Studi
Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta
Periode 2001-2004)”. Simposium Nasional Akuntansi 9. Padang.
www.globalreporting.org
www.finance.yahoo.com
www.menlh.go.id/proper
www.akuntansiku.com
24