PIE MAKALAH TEORI INVESTASI .
Kampus Tercinta IISIP Jakarta
Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
TUGAS MATA KULIAH PENGANTAR ILMU EKONOMI
TEORI INVESTASI
Disusun Oleh:
Yuni Kasih Purba
2013120077
Azzahra Distama
2015130137
Jakarta
Novemeber, 2016
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang Masakah
Apa yang dimiliki sekarang dapat saja dikonsumsi seluruhnya untuk
meningkatkan kuatilitas hidup saat ini. Tetapi habisnya sumber daya yang
kita miliki, menyebabkan hidup dimasa mendatang menjadi hidup yang
penuh dengan penderitaan.
Seseorang yang masih muda, berpenghasilan tinggi, dan belum
menikah, dapat saja menghabiskan seluruh penghasilannya saat ini.
Dengan uangnya, dia pergi jalan-jalan, jajan, dan melakukan kegiatan
konsumtif lainnya. Tetapi bila dia merencanakan sebuah keluarga,
sebagian penghasilan (sumber daya) harus disishkan untuk persiapan
pernikahan. Setelah memiliki anak, mungkin penghasilan dan kekayaan
makin besar. Namun demi masa depan anaknya, dia pun harus semakin
rajin makin menyimpan uangnya.
Andapun demikian, memilih kuliah dahulu ketimbang langsung kerja
tentunya dengan perhitungan bahwa dengan kuliah selama tiga sampai
lima tahun, dalam jangka panjang anda akan menghasilkan pendapatan
puluhan atau ratusan bahkan mungkin ribuan kali lipat daripada
penghasilan berdasarkan ijazah SMA.
Keputusan
menunda
konsumsi
sumber
daya
atau
bagian
penghasilan demi meningkatkan kemampuan menambah/menciptakan
nilai
hidup
(penghasilan
dan
atau
kekayaan)
dimasa
mendatang
merupakan investasi. Dalam bahasa yang lebih filosofis, segala sesuatu
yang
dilakukan
untuk
meningkatkan
kemampuan
menciptakan/menambah nilai kegunaan hidup adalah investasi. Jadi
investasi bukan hanya dalam bentuk fisik, melainkan juga nonfisik,
terutama peningkatan kualitas sumber daya manusia SDM.
Dari pengalaman negara-negara maju terbukti bahwa faktor yang
paling berpengaruh terhadap kemajuan ekonomi adalah besarnya barang
modal dan kualitas sumber daya manusia. Karena itu jika sebuah
perekonomian ingin maju, perekonomian tersebut harus melakukan
investasi. Pentingnya investasi itulah yang menyebabkannya masuk
dalam pembahasan khusus di Teori Ekonomi Makro. Untuk itu orang melakukan
sesuatu untuk menjamin masa depannya dengan melakukan investasi salah satunya.
Pada dasarnya tujuan orang melakukan investasi adalah untuk menghasilkan sejumlah
uang. Secara lebih khusus menurut (Tandelilin, 2001 : 5) ada beberapa alasan mengapa
seseorang melakukan investasi, antara lain :
a. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa depan.
Seseorang yang bijaksana akan berpikir bagaimana meningkatkan taraf hidupnya dari waktu
ke waktu atau setidaknya berusaha bagaimana mempertahankan tingkat pendapatannya yang
ada sekarang agar tidak berkurang di masa yang akan datang.
b. Mengurangi resiko inflasi
Dengan melakukan investasi dalam pemilikan perusahaan atau obyek lain, seseorang dapat
menghindarkan diri dari resiko penurunan nilai kekayaan atau hak miliknya akibat adanya
pengaruh inflasi.
c. Dorongan untuk menghemat pajak.
Beberapa negara di dunia banyak melakukan kebijakan yang bersifat mendorong tumbuhnya
investasi di masyarakat melalui pemberian fasilitas perpajakan kepada masyarakat yang
melakukan investasi pada bidang – bidang usaha tertentu.
I.1 Dasar Keputusan Investasi
Adapun Dasar keputusan investasi menurut Tandelilin (2005) terdiri dari:
a. Return
Alasan utama orang berinvestasi adalah untuk memperoleh keuntungan. Dalam manajemen
investasi tingkat keuntungan investasi disebut sebagai return. Suatu hal yang sangat wajar
jika investor menuntut tingkat return tertentu atas dana yang telah diinvestasikannya. Return
yang diharapkan investor dari investasi yang dilakukannya merupakan kompensasi atas biaya
kesempatan (opportunity cost) dan resiko penurunan daya beli akibat adanya pengaruh
inflasi. Dalam berinvestasi perlu dibedakan antara return yang diharapkan (expected return)
dan return yang terjadi (realized return).
Return yang diharapkan merupakan tingkat return yang diantisipasi investor dimasa datang.
Sedangkan return yang terjadi atau return aktual merupakan return yang telah diperoleh
investor dimasa lalu.
Antara tingkat return yang diharapkan dan tingkat return aktual yang diperoleh investor dari
investasi yang dilakukan mungkin saja berbeda. Perbedaan antara return yang diharapkan
resiko yang harus selalu dipertimbangkan dalam proses investasi. Sehingga dalam
berinvestasi,
disamping
memperhatikan
tingkat
return,
investasi
harus
selalu
mempertimbangkan tingkat resiko suatu investasi.
b.Risk
Korelasi langsung antara pengembalian dengan resiko, yaitu : semakin tinggi pengembalian,
semakin tinggi resiko. Oleh karena itu, investor harus menjaga tingkat resiko dengan
pengembalian yang seimbang.
c.The time factor
Jangka waktu adalah hal penting dari definisi investasi. Investor dapat menanamkan
modalnya pada jangka pendek, jangka menengah, atau jangka panjang. Pemilihan jangka
waktu investasi sebenarnya merupakan suatu hal penting yang menunjukkan ekspektasi atau
harapan dari investor. Investor selalu menyeleksi jangka waktu dan pengembalian yang bisa
memenuhi ekspektasi dari pertimbangan pengembalian dan resiko.
1.2 Proses investasi
Proses investasi adalah suatu rangkaian aktivitas yang menghasilkan di dalam pembelian aset
nyata / surat berharga. Proses investasi berkisar tentang keputusan - keputusan investasi yang
berhubungan untuk memaksimumkan kekayaan investor.
Langkah - langkah dalam proses investasi :
a. Pengetahuan tentang pengembalian dan resiko investasi.
b. Mengetahui sikap investor terhadap resiko. Setiap investor harus mau menerima resiko
investasi yang terkadang di dalam aset riil maupun surat berharga, dan dapat mengidentifikasi
kombinasi pengembalian dan resiko yang dapat diterima. Dengan kata lain, sebelum
menerima resiko investasi, investor harus berada pada posisi finansial yang logis, dan harus
siap menggunakan alasan-alasan yang masuk akal untuk proses pembuatan keputusan.
c. Pengetahuan dari setiap tipe surat berharga / aset yang tersedia untuk investasi, termasuk
pengembalian yang diharapkan dan resiko yang berhubungan dengan tipe aset / surat
berharga tersebut.
d. Memilih beberapa surat berharga / aset yang dapat memberi suatu pengembalian dan resiko
yang dapat diterima berdasarkan kebutuhan -kebutuhan dari investor tertentu.
BAB II
ISI
2. Investasi Dalam Konteks Ekonomi Makro
Ekonomi Makro itu sendiri adalah suatu studi yang mempelajari perekonomian
sebagai suatu kesatuan atau suatu studi tentang prilaku perekonomian secara keseluruhan.
Dalam ekonomi makro juga merinci tentang analisis mengenai pengeluaran agregat
kepada 4 komponen yaitu :
a. Pengeluaran rumah tangga ( komsumsi rumah tangga )
b. Pengeluaran pemerintah
c. Pengeluaran perusahaan ( investasi )
d. Ekspor dan impor
Ada tiga kebijakan pemerintah untuk mempengaruhi ekonomi makro yaitu kebijakan
fiskal, kebijakan moneter, dan pertumbuhan ekonomi atau kebijakan sisi penawaran. Tiga
keprihatian utama ekonomi makro yaitu inflasi, pertumbuhan output, dan pengangguran.
Dalam teori ekonomi makro yang dibahas adalah investasi fisik, misalnya dalam
bentuk barang modal (pabrik dan peralatan), bangunan dan persediaan barang (inventory).
Dengan pembatasan tersebut, maka definisi investasi dapat lebih dipertajam sebagai
pengeluaran-pengeluaran yang meningkatkan stok barang modal (capital stock). Yang
dimaksud dengan stok barang modal (barang modal tersedia) adalah jumlah barang modal
dalam suatu perekonomian, pada satu saat tertentu. Untuk mempermudah penghitungan,
umumnya stok barang modal dinilai dengan uang, yaitu jumlah barang modal dikalikan harga
perolehan per unit barang modal. Dengan demikian barang modal merupak konsep stok
(stock concept) karena besarnya dihitung pada satu periode tertentu.
2.1
Investasi dalam bentuk barang modal dan bangunan
Yang tercakup dalam investasi barang modal (capital gods) dan bangunan (construction)
adalah pengeluaran-pengeluaran untuk pembelian pabrik-pabrik, mesin-mesin, peralatanperalatan produksi dan bangunan-bangunan atau gedung-gedung yang baru. Karena daya
tahan barang modal dan bangunan umumnya lebih dari setahun, seringkali investasi ini
disebut sebagai investasi dalam bentuk harta tetap (fixed investment).
2.2
Investasi persediaan
Berdasarkan berbagai pertimbangan, perusahaan seringkali harus memproduksi lebih banyak
daripada target penjualan. Misalkan, sebuah pabrik mobil menargetkan penjualan tahun 2008
adalah 50000 unit. Tidaklah berarti produksinya harus 50000 unit juga. Umumnya
produksinya melebihi tingkat penjualan. Sebut saja 60000 unit. Selisih 10000 unit merupakan
persediaan diharapkan meningkatkan penghasilan/keuntungan. Persediaan sebesar 10000 unit
tersebut dikatakan sebagai investasi yang direncanakan (planned investment) atau investasi
yang diinginkan (intended investments. Sebab, memang sudah direncakan sejak awal.
1. Kriteria Investasi
Dalam praktik, digunakan beberapa alat bantu atau kriteria-kriteria tertentu untuk
memutuskan diterima atau tidaknya rencana investasi. Kriteria-kriteria tersebut disebut
kriteria investasi (investment criteria). Minimal ada empat kriteria investasi yang digunakan
dalam praktik, yaitu:
a.
b.
c.
d.
Payback period
Benefit/Cost ratio
Net present value
Internal rate of return
a. Payback Period
payback period (periode pulang pokok) adalah waktu yang dibutuhkan agar investasi yag
direncakan dapat dikembalikan atau waktu yang dibutuhkan untuk mencapa titik impas. Jika
waktu yang dibutuhkan makin pendek, proposal investasi dianggap makin baik. Kendatipun
demikian, kita harus berhati-hati menafsirkan kriteria payback period ini. Sebab ada investasi
yang baru menguntunkan dalam jangka panjang (> 5 tahun) misalnya, investasi perkebunan
kelapa sawit baru menguntungkan sekitar 8-10 tahun. Dilihat dari sudut pandang ini,
investasi kelapa sawit kurang menguntungkan dibandingkan investasi perkebunan singkong,
karena payback period investasi kebun singkong mungkin hanya dua tahunan.
b. Benefit Cost Ratio
B/C Ratio mengukur mana yang lebih besar, biaya yang dikeluarkan dibanding hasil (output)
yang diperoleh. biaya yang dikeluarkan dinotasikan sebagai C (cost). Output yang dihasilkan
dinotasikan sebagai B (benefit). Jika nilai B/C sama dengan 1, maka B = C, output yang
dihasilkan sama dengan biaya yang dikeluarkan. Bila nilai B/C < 1 maka B < C yang artinya
output yang dihasilkan lebih kecil daripada yang dikeluarkan.
c. Net Present Value
Dua kriteria pertama dapat dihitung berdasarkan nilai nominal (non discounted method),
sayangnya perhitungan dengan menggunakan nilai nominal dapat menyesatkan, sebab tidak
memperhitungkan nilai waktu dari uang. Bisa saja sebuah proposal proyek, berdasarkan nilai
nominal menghasilkan B/C > 1, padahal nilai sekarangnya sangat kecil.
a. Internal Rate of Return
Internal rate of return (IRR) adalah nilai tingkat pengembalian investasi, dihitung pada saat
NPV sama dengan nol. Jika pada saat NPV = 0, nilai IRR = 12%, maka tingkat pengembalian
investasi adalah 12%. Keputusan menerima atau menolak rencana investasi dilakukan
berdasarkan hasil pembandingan IRR dengan tingkat pengembalian investasi yang diinginkan
(r). Jika r yang diinginkan adalah 15%, sementara IRR hanya 12%, proposal investasi ditolak.
Begitu juga sebaliknya.
2.3
FUNGSI INVESTASI
Kurva investasi adalah hubungan antara tingkat suku bunga dengan investasi. Untuk
mempertimbangkan investasi, perusahaan membandingkan pendapatan tahunan investasi
dengan biaya modal tahunan. Selisih antara biaya modal tahunan dengan pendapatan tahunan
disebut laba, bila laba positif investasi menguntungkan. Sebaliknya bila laba negatif, investasi
rugi.
Kurva yang menunjukkan keterkaitan di antara tingkat investasi dan tingkat
pendapatan nasional dinamakan fungsi investasi. Bentuk fungsi investasi dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu (i) ia sejajar dengan sumbu datar, atau (ii) bentuknya naik ke atas ke
sebelah kanan (yang berarti makin tinggi pendapatan nasional, makin tinggi investasi).
Fungsi atau kurva investasi yang sejajar dengan sumbu datar dinamakan investasi otonomi
dan fungsi investasi yang semakin tinggi apabila pendapatan nasional meningkat dinamakan
investasi terpengaruh. Dalam analisis makro-ekonomi biasanya dimisalkan bahwa investasi
perusahaan bersifat investasi otonomi.
Menurut Joseph Allois Schumpeter, investasi otonom (autonomous investment)
dipengaruhi oleh perkembangan-perkembangan yang terjadi di dalam jangka panjang
seperti :
a) Tingkat keuntungan investasi yang diramalkan akan diperoleh.
b) Tingkat bunga.
c) Ramalan mengenai keadaan ekonomi di masa depan.
d) Kemajuan teknologi.
e) Tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya.
f) Keuntungan yang diperoleh perusahaan-perusahaan.
2.3
Nilai Waktu dari Uang
Nilai waktu uang adalah suatu konsep yang menyatakan bahwa nilai uang sekarang
akan lebih berharga dari pada nilai uang masa yang akan datang atau suatu konsep yang
mengacu pada perbedaan nilai uang yang disebabkan karena perbedaaan waktu
2.4
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Investasi
Investasi merupakan salah satu variabel yang penting dalam sebuah perekonomian. Ada
beberapa hal yang memengaruhi investasi, yaitu suku bunga, PDRB, utilitas, birokrasi,
kualitas SDM, regulasi, stabilitas politik dan keamanan serta faktor sosial budaya. Hal ini
menimbulkan implikasi kebijakan, yaitu penurunan suku bunga, kebijakan fiskal, perbaikan
sarana dan prasarana, perbaikan birokrasi pemerintahan, peningkatan kualitas sumber daya
manusia, pelonggaran regulasi, kebijakan untuk menciptakan stabilitas politik dan keamanan,
penguatan budaya lokal.
Berikut ada beberapa faktor yang mempengaruhi investasi, yaitu :
1.
suku bunga
Suku bunga merupakan faktor yang sangat penting dalam menarik investasi karena sebagian
besar investasi biasanya dibiayai dari pinjaman bank. Jika suku bunga pinjaman turun maka
akan mendorong investor untuk meminjam modal dan dengan pinjaman modal tersebut maka
ia akan melakukan investasi.
2.
Pendapatan nasional per kapita untuk tingkat negara (nasional) dan PDRB per
kapita untuk tingkat propinsi dan Kabupaten atau Kota
Pendapatan nasional per kapita dan PDRB per kapita merupakan cermin dari daya beli
masyarakat atau pasar. Makin tinggi daya beli masyarakat suatu negara atau daerah (yang
dicerminkan oleh pendapatan nasional per kapita atau PDRB per kapita) maka akan makin
menarik negara atau daerah tersebut untuk berinvestasi.
3.
Kondisi sarana dan prasarana
Prasarana dan sarana pendukung tersebut meliputi sarana dan prasarana transportasi,
komunikasi, utilitas, pembuangan limbah dan lain-lain. Sarana dan prasarana transportasi
contohnya antara lain :
jalan, terminal, pelabuhan, bandar udara dan lainlain. Sarana dan prasrana telekomunikasi
contohnya: jaringan telepon kabel maupun nirkabel, jaringan internet, prasarana dan sarana
pos. Sedangkan contoh dari utilitas adalah tersedianya air bersih, listrik dan lain-lain.
4.
Birokrasi perijinan
Birokrasi perijinan merupakan faktor yang sangat penting dalam mempengaruhi investasi
karena birokrasi yang panjang memperbesar biaya bagi investor. Birokrasi yang panjang akan
memperbesar biaya bagi pengusaha karena akan memperpanjang waktu berurusan dengan
aparat. Padahal bagi pengusaha, waktu adalah uang. Kemungkinan yang lain, birokrasi yang
panjang membuka peluang oknum aparat pemerintah untuk menarik suap dari para
pengusaha dalam rangka memperpendek birokrasi tersebut.
5.
Kualitas sumberdaya manusia
Manusia yang berkualitas akhir-akhir ini merupakan daya tarik investasi yang cukup penting.
Sebabnya adalah tekhnologi yang dipakai oleh para pengusaha makin lama makin modern.
Tekhnologi modern tersebut menuntut ketrampilan lebih dari tenaga kerja.
6
Peraturan dan undang-undang ketenagakerjaan
Peraturan undang-undang ketenagakerjaan ini antara lain menyangkut peraturan tentang
pemutusan hubungan kerja (PHK), Upah Minimum, kontrak kerja dan lain-lain.
7.
Stabilitas politik dan keamanan
Stabilitas politik dan keamanan penting bagi investor karena akan menjamin kelangsungan
investasinya untuk jangka panjang.
8.
Faktor-faktor sosial budaya
Contoh faktor sosial budaya ini misalnya selera masyarakat terhadap makanan. Orang Jawa
pedalaman misalnya lebih senang masakan yang manis rasanya, sementara masyarakat Jawa
pesisiran lebih senang masakan yang asin rasanya.
9.
Pengaruh Nilai tukar
Secara teoritis dampak perubahan tingkat / nilai tukar dengan investasi
bersifat uncertainty (tidak pasti). Shikawa (1994), mengatakan pengaruh tingkat kurs yang
berubah pada investasi dapat langsung lewat beberapa saluran, perubahan kurs tersebut akan
berpengaruh pada dua saluran, sisi permintaan dan sisi penawaran domestik. Dalam jangka
pendek, penurunan tingkat nilai tukar akan mengurangi investasi melalui pengaruh negatifnya
pada absorbsi domestik atau yang dikenal dengan expenditure reducing effect. Karena
penurunan tingkat kurs ini akan menyebabkan nilai riil aset masyarakat yang disebabkan
kenaikan tingkat harga-harga secara umum dan selanjutnya akan menurunkan permintaan
domestik masyarakat. Gejala diatas pada tingkat perusahaan akan direspon dengan penurunan
pada pengeluaran / alokasi modal pada investasi.
Pada sisi penawaran, pengaruh aspek pengalihan pengeluaran (expenditure
switching) akan perubahan tingkat kurs pada investasi relatif tidak menentu. Penurunan nilai
tukar mata uang domestik akan menaikkan produk-produk impor yang diukur dengan mata
uang domestik dan dengan demikian akan meningkatkan harga barang-barang yang
diperdagangkan / barang-barang ekspor (traded goods) relatif terhadap barang-barang yang
tidak diperdagangkan (non traded goods), sehingga didapatkan kenyataan nilai tukar mata
uang domestik akan mendorong ekspansi investasi pada barang-barang perdagangan tersebut.
10.
Tingkat Inflasi
Tingkat inflasi berpengaruh negatif pada tingkat investasi hal ini disebabkan karena
tingkat inflasi yang tinggi akan meningkatkan resiko proyek-proyek investasi dan dalam
jangka panjang inflasi yang tinggi dapat mengurangi rata-rata masa jatuh pinjam modal serta
menimbulkan distrosi informasi tentang harga-harga relatif. Disamping itu menurut Greene
dan Pillanueva (1991), tingkat inflasi yang tinggi sering dinyatakan sebagai ukuran
ketidakstabilan roda ekonomi makro dan suatu ketidakmampuan pemerintah dalam
mengendalikan kebijakan ekonomi makro.
BAB III
KESIMPULAN
Investasi berarti pembelian (dan produksi) dari modal barang yang tidak dikonsumsi
tetapi digunakan untuk produksi yang akan datang (barang produksi) Investasi juga dapat
dikatakan sebagai suatu penundaan konsumsi saat ini untuk konsumsi masa depan. Harapan
pada keuntungan di masa datang merupakan kompensasi atas waktu dan risiko yang terkait
dengan suatu investasi yang dilakukan. Investasi bukan hanya dalam bentuk fisik, melainkan
juga nonfisik. Pembentukan investasi dapat dijalankan jika masyarakat tidak mengkonsumsi
seluruh pendapatannya. Pembentukan investasi berperan penting terhadap pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi.
Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
TUGAS MATA KULIAH PENGANTAR ILMU EKONOMI
TEORI INVESTASI
Disusun Oleh:
Yuni Kasih Purba
2013120077
Azzahra Distama
2015130137
Jakarta
Novemeber, 2016
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang Masakah
Apa yang dimiliki sekarang dapat saja dikonsumsi seluruhnya untuk
meningkatkan kuatilitas hidup saat ini. Tetapi habisnya sumber daya yang
kita miliki, menyebabkan hidup dimasa mendatang menjadi hidup yang
penuh dengan penderitaan.
Seseorang yang masih muda, berpenghasilan tinggi, dan belum
menikah, dapat saja menghabiskan seluruh penghasilannya saat ini.
Dengan uangnya, dia pergi jalan-jalan, jajan, dan melakukan kegiatan
konsumtif lainnya. Tetapi bila dia merencanakan sebuah keluarga,
sebagian penghasilan (sumber daya) harus disishkan untuk persiapan
pernikahan. Setelah memiliki anak, mungkin penghasilan dan kekayaan
makin besar. Namun demi masa depan anaknya, dia pun harus semakin
rajin makin menyimpan uangnya.
Andapun demikian, memilih kuliah dahulu ketimbang langsung kerja
tentunya dengan perhitungan bahwa dengan kuliah selama tiga sampai
lima tahun, dalam jangka panjang anda akan menghasilkan pendapatan
puluhan atau ratusan bahkan mungkin ribuan kali lipat daripada
penghasilan berdasarkan ijazah SMA.
Keputusan
menunda
konsumsi
sumber
daya
atau
bagian
penghasilan demi meningkatkan kemampuan menambah/menciptakan
nilai
hidup
(penghasilan
dan
atau
kekayaan)
dimasa
mendatang
merupakan investasi. Dalam bahasa yang lebih filosofis, segala sesuatu
yang
dilakukan
untuk
meningkatkan
kemampuan
menciptakan/menambah nilai kegunaan hidup adalah investasi. Jadi
investasi bukan hanya dalam bentuk fisik, melainkan juga nonfisik,
terutama peningkatan kualitas sumber daya manusia SDM.
Dari pengalaman negara-negara maju terbukti bahwa faktor yang
paling berpengaruh terhadap kemajuan ekonomi adalah besarnya barang
modal dan kualitas sumber daya manusia. Karena itu jika sebuah
perekonomian ingin maju, perekonomian tersebut harus melakukan
investasi. Pentingnya investasi itulah yang menyebabkannya masuk
dalam pembahasan khusus di Teori Ekonomi Makro. Untuk itu orang melakukan
sesuatu untuk menjamin masa depannya dengan melakukan investasi salah satunya.
Pada dasarnya tujuan orang melakukan investasi adalah untuk menghasilkan sejumlah
uang. Secara lebih khusus menurut (Tandelilin, 2001 : 5) ada beberapa alasan mengapa
seseorang melakukan investasi, antara lain :
a. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa depan.
Seseorang yang bijaksana akan berpikir bagaimana meningkatkan taraf hidupnya dari waktu
ke waktu atau setidaknya berusaha bagaimana mempertahankan tingkat pendapatannya yang
ada sekarang agar tidak berkurang di masa yang akan datang.
b. Mengurangi resiko inflasi
Dengan melakukan investasi dalam pemilikan perusahaan atau obyek lain, seseorang dapat
menghindarkan diri dari resiko penurunan nilai kekayaan atau hak miliknya akibat adanya
pengaruh inflasi.
c. Dorongan untuk menghemat pajak.
Beberapa negara di dunia banyak melakukan kebijakan yang bersifat mendorong tumbuhnya
investasi di masyarakat melalui pemberian fasilitas perpajakan kepada masyarakat yang
melakukan investasi pada bidang – bidang usaha tertentu.
I.1 Dasar Keputusan Investasi
Adapun Dasar keputusan investasi menurut Tandelilin (2005) terdiri dari:
a. Return
Alasan utama orang berinvestasi adalah untuk memperoleh keuntungan. Dalam manajemen
investasi tingkat keuntungan investasi disebut sebagai return. Suatu hal yang sangat wajar
jika investor menuntut tingkat return tertentu atas dana yang telah diinvestasikannya. Return
yang diharapkan investor dari investasi yang dilakukannya merupakan kompensasi atas biaya
kesempatan (opportunity cost) dan resiko penurunan daya beli akibat adanya pengaruh
inflasi. Dalam berinvestasi perlu dibedakan antara return yang diharapkan (expected return)
dan return yang terjadi (realized return).
Return yang diharapkan merupakan tingkat return yang diantisipasi investor dimasa datang.
Sedangkan return yang terjadi atau return aktual merupakan return yang telah diperoleh
investor dimasa lalu.
Antara tingkat return yang diharapkan dan tingkat return aktual yang diperoleh investor dari
investasi yang dilakukan mungkin saja berbeda. Perbedaan antara return yang diharapkan
resiko yang harus selalu dipertimbangkan dalam proses investasi. Sehingga dalam
berinvestasi,
disamping
memperhatikan
tingkat
return,
investasi
harus
selalu
mempertimbangkan tingkat resiko suatu investasi.
b.Risk
Korelasi langsung antara pengembalian dengan resiko, yaitu : semakin tinggi pengembalian,
semakin tinggi resiko. Oleh karena itu, investor harus menjaga tingkat resiko dengan
pengembalian yang seimbang.
c.The time factor
Jangka waktu adalah hal penting dari definisi investasi. Investor dapat menanamkan
modalnya pada jangka pendek, jangka menengah, atau jangka panjang. Pemilihan jangka
waktu investasi sebenarnya merupakan suatu hal penting yang menunjukkan ekspektasi atau
harapan dari investor. Investor selalu menyeleksi jangka waktu dan pengembalian yang bisa
memenuhi ekspektasi dari pertimbangan pengembalian dan resiko.
1.2 Proses investasi
Proses investasi adalah suatu rangkaian aktivitas yang menghasilkan di dalam pembelian aset
nyata / surat berharga. Proses investasi berkisar tentang keputusan - keputusan investasi yang
berhubungan untuk memaksimumkan kekayaan investor.
Langkah - langkah dalam proses investasi :
a. Pengetahuan tentang pengembalian dan resiko investasi.
b. Mengetahui sikap investor terhadap resiko. Setiap investor harus mau menerima resiko
investasi yang terkadang di dalam aset riil maupun surat berharga, dan dapat mengidentifikasi
kombinasi pengembalian dan resiko yang dapat diterima. Dengan kata lain, sebelum
menerima resiko investasi, investor harus berada pada posisi finansial yang logis, dan harus
siap menggunakan alasan-alasan yang masuk akal untuk proses pembuatan keputusan.
c. Pengetahuan dari setiap tipe surat berharga / aset yang tersedia untuk investasi, termasuk
pengembalian yang diharapkan dan resiko yang berhubungan dengan tipe aset / surat
berharga tersebut.
d. Memilih beberapa surat berharga / aset yang dapat memberi suatu pengembalian dan resiko
yang dapat diterima berdasarkan kebutuhan -kebutuhan dari investor tertentu.
BAB II
ISI
2. Investasi Dalam Konteks Ekonomi Makro
Ekonomi Makro itu sendiri adalah suatu studi yang mempelajari perekonomian
sebagai suatu kesatuan atau suatu studi tentang prilaku perekonomian secara keseluruhan.
Dalam ekonomi makro juga merinci tentang analisis mengenai pengeluaran agregat
kepada 4 komponen yaitu :
a. Pengeluaran rumah tangga ( komsumsi rumah tangga )
b. Pengeluaran pemerintah
c. Pengeluaran perusahaan ( investasi )
d. Ekspor dan impor
Ada tiga kebijakan pemerintah untuk mempengaruhi ekonomi makro yaitu kebijakan
fiskal, kebijakan moneter, dan pertumbuhan ekonomi atau kebijakan sisi penawaran. Tiga
keprihatian utama ekonomi makro yaitu inflasi, pertumbuhan output, dan pengangguran.
Dalam teori ekonomi makro yang dibahas adalah investasi fisik, misalnya dalam
bentuk barang modal (pabrik dan peralatan), bangunan dan persediaan barang (inventory).
Dengan pembatasan tersebut, maka definisi investasi dapat lebih dipertajam sebagai
pengeluaran-pengeluaran yang meningkatkan stok barang modal (capital stock). Yang
dimaksud dengan stok barang modal (barang modal tersedia) adalah jumlah barang modal
dalam suatu perekonomian, pada satu saat tertentu. Untuk mempermudah penghitungan,
umumnya stok barang modal dinilai dengan uang, yaitu jumlah barang modal dikalikan harga
perolehan per unit barang modal. Dengan demikian barang modal merupak konsep stok
(stock concept) karena besarnya dihitung pada satu periode tertentu.
2.1
Investasi dalam bentuk barang modal dan bangunan
Yang tercakup dalam investasi barang modal (capital gods) dan bangunan (construction)
adalah pengeluaran-pengeluaran untuk pembelian pabrik-pabrik, mesin-mesin, peralatanperalatan produksi dan bangunan-bangunan atau gedung-gedung yang baru. Karena daya
tahan barang modal dan bangunan umumnya lebih dari setahun, seringkali investasi ini
disebut sebagai investasi dalam bentuk harta tetap (fixed investment).
2.2
Investasi persediaan
Berdasarkan berbagai pertimbangan, perusahaan seringkali harus memproduksi lebih banyak
daripada target penjualan. Misalkan, sebuah pabrik mobil menargetkan penjualan tahun 2008
adalah 50000 unit. Tidaklah berarti produksinya harus 50000 unit juga. Umumnya
produksinya melebihi tingkat penjualan. Sebut saja 60000 unit. Selisih 10000 unit merupakan
persediaan diharapkan meningkatkan penghasilan/keuntungan. Persediaan sebesar 10000 unit
tersebut dikatakan sebagai investasi yang direncanakan (planned investment) atau investasi
yang diinginkan (intended investments. Sebab, memang sudah direncakan sejak awal.
1. Kriteria Investasi
Dalam praktik, digunakan beberapa alat bantu atau kriteria-kriteria tertentu untuk
memutuskan diterima atau tidaknya rencana investasi. Kriteria-kriteria tersebut disebut
kriteria investasi (investment criteria). Minimal ada empat kriteria investasi yang digunakan
dalam praktik, yaitu:
a.
b.
c.
d.
Payback period
Benefit/Cost ratio
Net present value
Internal rate of return
a. Payback Period
payback period (periode pulang pokok) adalah waktu yang dibutuhkan agar investasi yag
direncakan dapat dikembalikan atau waktu yang dibutuhkan untuk mencapa titik impas. Jika
waktu yang dibutuhkan makin pendek, proposal investasi dianggap makin baik. Kendatipun
demikian, kita harus berhati-hati menafsirkan kriteria payback period ini. Sebab ada investasi
yang baru menguntunkan dalam jangka panjang (> 5 tahun) misalnya, investasi perkebunan
kelapa sawit baru menguntungkan sekitar 8-10 tahun. Dilihat dari sudut pandang ini,
investasi kelapa sawit kurang menguntungkan dibandingkan investasi perkebunan singkong,
karena payback period investasi kebun singkong mungkin hanya dua tahunan.
b. Benefit Cost Ratio
B/C Ratio mengukur mana yang lebih besar, biaya yang dikeluarkan dibanding hasil (output)
yang diperoleh. biaya yang dikeluarkan dinotasikan sebagai C (cost). Output yang dihasilkan
dinotasikan sebagai B (benefit). Jika nilai B/C sama dengan 1, maka B = C, output yang
dihasilkan sama dengan biaya yang dikeluarkan. Bila nilai B/C < 1 maka B < C yang artinya
output yang dihasilkan lebih kecil daripada yang dikeluarkan.
c. Net Present Value
Dua kriteria pertama dapat dihitung berdasarkan nilai nominal (non discounted method),
sayangnya perhitungan dengan menggunakan nilai nominal dapat menyesatkan, sebab tidak
memperhitungkan nilai waktu dari uang. Bisa saja sebuah proposal proyek, berdasarkan nilai
nominal menghasilkan B/C > 1, padahal nilai sekarangnya sangat kecil.
a. Internal Rate of Return
Internal rate of return (IRR) adalah nilai tingkat pengembalian investasi, dihitung pada saat
NPV sama dengan nol. Jika pada saat NPV = 0, nilai IRR = 12%, maka tingkat pengembalian
investasi adalah 12%. Keputusan menerima atau menolak rencana investasi dilakukan
berdasarkan hasil pembandingan IRR dengan tingkat pengembalian investasi yang diinginkan
(r). Jika r yang diinginkan adalah 15%, sementara IRR hanya 12%, proposal investasi ditolak.
Begitu juga sebaliknya.
2.3
FUNGSI INVESTASI
Kurva investasi adalah hubungan antara tingkat suku bunga dengan investasi. Untuk
mempertimbangkan investasi, perusahaan membandingkan pendapatan tahunan investasi
dengan biaya modal tahunan. Selisih antara biaya modal tahunan dengan pendapatan tahunan
disebut laba, bila laba positif investasi menguntungkan. Sebaliknya bila laba negatif, investasi
rugi.
Kurva yang menunjukkan keterkaitan di antara tingkat investasi dan tingkat
pendapatan nasional dinamakan fungsi investasi. Bentuk fungsi investasi dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu (i) ia sejajar dengan sumbu datar, atau (ii) bentuknya naik ke atas ke
sebelah kanan (yang berarti makin tinggi pendapatan nasional, makin tinggi investasi).
Fungsi atau kurva investasi yang sejajar dengan sumbu datar dinamakan investasi otonomi
dan fungsi investasi yang semakin tinggi apabila pendapatan nasional meningkat dinamakan
investasi terpengaruh. Dalam analisis makro-ekonomi biasanya dimisalkan bahwa investasi
perusahaan bersifat investasi otonomi.
Menurut Joseph Allois Schumpeter, investasi otonom (autonomous investment)
dipengaruhi oleh perkembangan-perkembangan yang terjadi di dalam jangka panjang
seperti :
a) Tingkat keuntungan investasi yang diramalkan akan diperoleh.
b) Tingkat bunga.
c) Ramalan mengenai keadaan ekonomi di masa depan.
d) Kemajuan teknologi.
e) Tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya.
f) Keuntungan yang diperoleh perusahaan-perusahaan.
2.3
Nilai Waktu dari Uang
Nilai waktu uang adalah suatu konsep yang menyatakan bahwa nilai uang sekarang
akan lebih berharga dari pada nilai uang masa yang akan datang atau suatu konsep yang
mengacu pada perbedaan nilai uang yang disebabkan karena perbedaaan waktu
2.4
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Investasi
Investasi merupakan salah satu variabel yang penting dalam sebuah perekonomian. Ada
beberapa hal yang memengaruhi investasi, yaitu suku bunga, PDRB, utilitas, birokrasi,
kualitas SDM, regulasi, stabilitas politik dan keamanan serta faktor sosial budaya. Hal ini
menimbulkan implikasi kebijakan, yaitu penurunan suku bunga, kebijakan fiskal, perbaikan
sarana dan prasarana, perbaikan birokrasi pemerintahan, peningkatan kualitas sumber daya
manusia, pelonggaran regulasi, kebijakan untuk menciptakan stabilitas politik dan keamanan,
penguatan budaya lokal.
Berikut ada beberapa faktor yang mempengaruhi investasi, yaitu :
1.
suku bunga
Suku bunga merupakan faktor yang sangat penting dalam menarik investasi karena sebagian
besar investasi biasanya dibiayai dari pinjaman bank. Jika suku bunga pinjaman turun maka
akan mendorong investor untuk meminjam modal dan dengan pinjaman modal tersebut maka
ia akan melakukan investasi.
2.
Pendapatan nasional per kapita untuk tingkat negara (nasional) dan PDRB per
kapita untuk tingkat propinsi dan Kabupaten atau Kota
Pendapatan nasional per kapita dan PDRB per kapita merupakan cermin dari daya beli
masyarakat atau pasar. Makin tinggi daya beli masyarakat suatu negara atau daerah (yang
dicerminkan oleh pendapatan nasional per kapita atau PDRB per kapita) maka akan makin
menarik negara atau daerah tersebut untuk berinvestasi.
3.
Kondisi sarana dan prasarana
Prasarana dan sarana pendukung tersebut meliputi sarana dan prasarana transportasi,
komunikasi, utilitas, pembuangan limbah dan lain-lain. Sarana dan prasarana transportasi
contohnya antara lain :
jalan, terminal, pelabuhan, bandar udara dan lainlain. Sarana dan prasrana telekomunikasi
contohnya: jaringan telepon kabel maupun nirkabel, jaringan internet, prasarana dan sarana
pos. Sedangkan contoh dari utilitas adalah tersedianya air bersih, listrik dan lain-lain.
4.
Birokrasi perijinan
Birokrasi perijinan merupakan faktor yang sangat penting dalam mempengaruhi investasi
karena birokrasi yang panjang memperbesar biaya bagi investor. Birokrasi yang panjang akan
memperbesar biaya bagi pengusaha karena akan memperpanjang waktu berurusan dengan
aparat. Padahal bagi pengusaha, waktu adalah uang. Kemungkinan yang lain, birokrasi yang
panjang membuka peluang oknum aparat pemerintah untuk menarik suap dari para
pengusaha dalam rangka memperpendek birokrasi tersebut.
5.
Kualitas sumberdaya manusia
Manusia yang berkualitas akhir-akhir ini merupakan daya tarik investasi yang cukup penting.
Sebabnya adalah tekhnologi yang dipakai oleh para pengusaha makin lama makin modern.
Tekhnologi modern tersebut menuntut ketrampilan lebih dari tenaga kerja.
6
Peraturan dan undang-undang ketenagakerjaan
Peraturan undang-undang ketenagakerjaan ini antara lain menyangkut peraturan tentang
pemutusan hubungan kerja (PHK), Upah Minimum, kontrak kerja dan lain-lain.
7.
Stabilitas politik dan keamanan
Stabilitas politik dan keamanan penting bagi investor karena akan menjamin kelangsungan
investasinya untuk jangka panjang.
8.
Faktor-faktor sosial budaya
Contoh faktor sosial budaya ini misalnya selera masyarakat terhadap makanan. Orang Jawa
pedalaman misalnya lebih senang masakan yang manis rasanya, sementara masyarakat Jawa
pesisiran lebih senang masakan yang asin rasanya.
9.
Pengaruh Nilai tukar
Secara teoritis dampak perubahan tingkat / nilai tukar dengan investasi
bersifat uncertainty (tidak pasti). Shikawa (1994), mengatakan pengaruh tingkat kurs yang
berubah pada investasi dapat langsung lewat beberapa saluran, perubahan kurs tersebut akan
berpengaruh pada dua saluran, sisi permintaan dan sisi penawaran domestik. Dalam jangka
pendek, penurunan tingkat nilai tukar akan mengurangi investasi melalui pengaruh negatifnya
pada absorbsi domestik atau yang dikenal dengan expenditure reducing effect. Karena
penurunan tingkat kurs ini akan menyebabkan nilai riil aset masyarakat yang disebabkan
kenaikan tingkat harga-harga secara umum dan selanjutnya akan menurunkan permintaan
domestik masyarakat. Gejala diatas pada tingkat perusahaan akan direspon dengan penurunan
pada pengeluaran / alokasi modal pada investasi.
Pada sisi penawaran, pengaruh aspek pengalihan pengeluaran (expenditure
switching) akan perubahan tingkat kurs pada investasi relatif tidak menentu. Penurunan nilai
tukar mata uang domestik akan menaikkan produk-produk impor yang diukur dengan mata
uang domestik dan dengan demikian akan meningkatkan harga barang-barang yang
diperdagangkan / barang-barang ekspor (traded goods) relatif terhadap barang-barang yang
tidak diperdagangkan (non traded goods), sehingga didapatkan kenyataan nilai tukar mata
uang domestik akan mendorong ekspansi investasi pada barang-barang perdagangan tersebut.
10.
Tingkat Inflasi
Tingkat inflasi berpengaruh negatif pada tingkat investasi hal ini disebabkan karena
tingkat inflasi yang tinggi akan meningkatkan resiko proyek-proyek investasi dan dalam
jangka panjang inflasi yang tinggi dapat mengurangi rata-rata masa jatuh pinjam modal serta
menimbulkan distrosi informasi tentang harga-harga relatif. Disamping itu menurut Greene
dan Pillanueva (1991), tingkat inflasi yang tinggi sering dinyatakan sebagai ukuran
ketidakstabilan roda ekonomi makro dan suatu ketidakmampuan pemerintah dalam
mengendalikan kebijakan ekonomi makro.
BAB III
KESIMPULAN
Investasi berarti pembelian (dan produksi) dari modal barang yang tidak dikonsumsi
tetapi digunakan untuk produksi yang akan datang (barang produksi) Investasi juga dapat
dikatakan sebagai suatu penundaan konsumsi saat ini untuk konsumsi masa depan. Harapan
pada keuntungan di masa datang merupakan kompensasi atas waktu dan risiko yang terkait
dengan suatu investasi yang dilakukan. Investasi bukan hanya dalam bentuk fisik, melainkan
juga nonfisik. Pembentukan investasi dapat dijalankan jika masyarakat tidak mengkonsumsi
seluruh pendapatannya. Pembentukan investasi berperan penting terhadap pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi.