MAKALAH TAFSIR AYAT id. docx

MAKALAH
TAFSIR DAN AYAT-AYAT EKONOMI
“ETIKA DAN MORAL EKONOMI ”

DISUSUN OLEH
MUHAMMAD BIRRUL WALIDAIN
EGI HAKIKI

PRODI / KELAS

: PBS / D

SEMESTER

:3

JURUSAN

: PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH-D
IAIN "SMH" Banten – 2016
Jl. Jend. Sudirman No.30 Serang 42118, Telp (0254) 200 312
email : [email protected]

1

BAB I
PENDAHULUAN
Ekonomi merupakan kebutuhan hidup manusia didunia saat ini banyak bermunculan
teori dan sistem ekonomi seperti teori atau sistem ekonomi kapitalis, liberal dan sistem
sosialis. Namun kenyataanya, semua teori dan sistem yang bentuk oleh manusia tersebut
belum menunjukkan andanya kesetabilan.
Islam sebagai agama yang dimulyaklan Allah SWT, menadikan Al-qur’an sebagai
sumber dan pandangan hidup untuk memberikan solusi dan jalan keluar dari sejak
permasalan manusia termasuk tentang ekonomi.
Dari latar belakang tersebut pemakalah akan membahas bahgai mana etika ekonomi
dalam persepektif Al-qur’an sebagai sumber dan pandangan sumber manusia?

2


BAB II
PEMBAHASAN
2.1. SURAT Al-ISRA’ AYAT 26
Artinya:
“ Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang
miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan
(hartamu) secara boros.”
TAFSIR MUFRADAT
Artinya:
“Berikanlah kepada kerabat-kerabatmu haknya, dan kepada orang miskin, serta Ibnu
sabil”
Kepada karibmu berikanlah semuanya haknya, yaitu menghubungi tali
persaudaraan, menziarahinya serta bergaul secara baik dengan mereka. Jika dia memerlukan
bantuan nafkah, maka berikanlah sekedar mencukupi kebutuhannya. Demikian pula orang
miskin dan mufasir dalam perjalanannya, berikanlah mereka pertolongan yang dibenarkan
oleh agama.
Artinya :
“Dan janganlah kamu memboroskan hartamu”
Janganlah kamu memboroskan harta dan janganlah kamu menggeluarkan hartamu

pada jalan yang maksiat atau kepada orang yang tidak berhak menerimanya.
Kemudian Allah SWT memerintahkan kepada kaum Muslimin agar menunaikan
hak kepada keluarga-keluarga yang dekat, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam
perjalanan. Hak yang harus ditunaikan itu ialah: "Mempererat tali persaudaraan dan
hubungan kasih sayang, mengunjungi rumahnya dan bersikap sopan santun, serta membantu
meringankan penderitaan-penderitaan yang mereka alami. Kalau umpamanya ada di antara
keluarga-keluarga yang dekat, ataupun orang-orang miskin dan orang-orang yang ada dalam
perjalanan itu memerlukan biaya yang diperlukan untuk keperluan hidupnya maka hendaklah
3

diberi bantuan secukupnya untuk memenuhi kebutuhan mereka. Orang-orang yang dalam
perjalanan yang patut diringankan penderitaannya, ialah orang yang melakukan perjalanan
karena tujuan-tujuan yang dibenarkan oleh agama. Orang yang demikian keadaannya perlu
dibantu dan ditolong agar segera tercapai apa yang menjadi maksud dantujuannya.
Di akhir ayat Allah SWT melarang kaum muslimin membelanjakan harta bendanya
secara boros. Larangan ini bertujuan agar kaum muslimin mengatur perbelanjaannya dengan
perhitungan yang secermat-cermatnya, agar apa yang dibelanjakannya sesuai dan tepat
dengan keperluannya; tidak boleh membelanjakan harta kepada orang-orang yang tidak
berhak menerimanya, atau memberikan harta melebihi dari yang seharusnya.
Adapun keterangan yang dapat menjelaskan makna yang terkandung dalam ayat

yang ditafsirkan, yang dapat dari hadis-hadis Nabi adalah sebagai berikut:
‫ ما هذا السرف يا سعد؟‬:‫ فقال‬،‫ مر رسول الله صلى الله عليه وسلم بسعد وهو يتوضأ‬:‫وعن عبد الله ابن عمر قال‬
‫قال أو في الوضوء سرف؟ قال نعم وإن كنت على نهر جار‬
Artinya:
Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar, ia berkata: "Rasulullah saw, bertemu dengan
Saad pada saat berwudu', lalu Rasulullah bersabda: "Alangkah borosnya wudu-mu itu hai
Saad!". Saad berkata: "Apakah di dalam berwudu' ada pemborosan.? "Rasulullah saw
bersabda: meskipun kamu berada di tepi sungai yang mengalir"
2.2. SURAT AL-ISRA’ AYAT 29
Artinya :
“ Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah
kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal.
Maksudnya: jangan kamu terlalu kikir, dan jangan pula terlalu Pemurah.
TAFSIR MUFRODAT
Artinya :
“ Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada leher mu.”
Kemudian Allah SWT menjelaskan cara-cara yang baik dalam membelanjakan
harta, yaitu Allah SWT melarang orang menjadikan tangannya terbelenggu pada leher.
Ungkapan ini adalah lazim dipergunakan oleh orang-orang Arab, yang berarti larangan
berlaku bakhil. Allah melarang orang-orang yang bakhil, sehingga enggan memberikan harta

4

kepada orang lain, walaupun sedikit. Sebaliknya Allah juga melarang orang yang terlalu
mengulurkan tangan, ungkapan serupa ini berarti melarang orang yang berlaku boros
membelanjakan harta, sehingga belanja yang dihamburkannya melebihi kemampuan yang
dimilikinya. Akibat orang yang semacam itu akan menjadi tercela, dan dicemoohkan oleh
handai-tolan serta kerabatnya dan menjadi orang yang menyesal karena kebiasaannya itu
akan mengakibatkan dia tidak mempunyai apa-apa.
Dari ayat ini dapat dipahami bahwa cara yang baik dalam membelanjakan harta ialah
membelanjakannya dengan cara yang layak dan wajar, tidak terlalu bakhil dan tidak terlalu
boros.
Adapun keterangan-keterangan yang didapat dari hadis-hadis Nabi dapat
dikemukakan sebagai berikut:
Diriwayatkan dari Imam Ahmad dan ahli hadis yang lain, dari Ibnu Abbas ia berkata:
"Rasulullah saw bersabda: “ Tidak akan menjadi miskin orang yang berhemat”.
Imam Baihaqi meriwayatkan sebuah hadis dari Ibnu Abbas, Ibnu Abbas berkata:
"Rasulullah saw bersabda:
‫القتصاد في النفقة نصف المعيشة‬
Artinya:
Berlaku hemat dalam membelanjakan harta, separoh dari penghidupan.

TAFSIR JALALAIN SURAT AL-ISRA’
(Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu) artinya
janganlah kamu menahannya dari berinfak secara keras-keras; artinya pelit sekali (dan
janganlah kamu mengulurkannya) dalam membelanjakan hartamu (secara keterlaluan, karena
itu kamu menjadi tercela) pengertian tercela ini dialamatkan kepada orang yang pelit (dan
menyesal) hartamu habis ludes dan kamu tidak memiliki apa-apa lagi karenanya; pengertian
ini ditujukan kepada orang yang terlalu berlebihan di dalam membelanjakan hartanya.

ASBABUN NUZUL SURAH AL- ISRA’ AYAT 29
Yaitu apa yang diberikan oleh allah kepada rasullnya seperti hgarta ramapasn dari
penduduk seperti negri itu, maka itu untukallah, rasul-nya, kaumn kerabat, anak yatim, orang
miskin dan ibn sabil.

5

Dalam suatu riwat dikemukakan bahwa rasullah SAW. datang kiriman pakaian katun.
Karena beliau seorang dermawan, pakaian itu dibagi-bagikan. Setelah nabi membagibagikannya, datanglah serombongan orang yang meminta bagian, tapi ternyata telah habis.
Turun berkenaan dengan peristiwa tersebut yang menegaskan bahwa apa yang didapat
jaganlah dihabiskan seluruhnya.
2.3. SURAT AL-ISRA’ AYAT 34


: Artinya
“Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih
baik (bermanfaat) sampai ia dewasa dan penuhilah janji; Sesungguhnya janji itu pasti diminta
pertanggungan jawabnya”.
TAFSIR MUFRODAT
Artinya :
“ Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim .”
Kemudian Allah SWT melarang para hamba-Nya mendekati harta anak yatim,
kecuali dengan cara yang baik. Yang dimaksud dengan "mendekati harta anak yatim" ialah
mempergunakan harta anak-anak yatim tidak pada tempatnya. Larangan mempergunakan
harta anak yatim dalam ayat ini mengandung arti bahwa tidak memberikan perlindungan
kepada harta anak yatim itu, supaya jangan habis sia-sia. Allah SWT memberikan
perlindungan pada harta itu, karena harta itu sangat diperlukan oleh manusia, dan manusia
yang paling memerlukannya ialah anak yatim, karena keadaannya yang belum dapat
mengurusi hartanya, dun belum dapat mencari nafkah sendiri.
Dalam ayat itu Allah SWT memberikan pengecualian dari larangannya, yaitu apabila
untuk pemeliharaan harta itu diperlukan biaya, atau dengan maksud untuk
memperkembangkan harta anak yatim itu, maka dalam hal ini tidaklah termasuk larangan
apabila mengambil sebagian harta anak yatim itu untuk kepentingan tersebut atau

diperkembangkan sebagai modal dengan maksud agar harta itu bertambah.
Oleh sebab itu diperlukan orang yang bertanggung jawab untuk mengurus harta anak yatim
itu. Orang yang bertugas untuk memelihara harta anak yatim disebut Wasy (pengampu) dan
diperlukan pula badan yang mengurusi harta anak yatim. Badan tersebut hendaknya diawasi

6

oleh pemerintah, agar tidak terjadi penyelewengan-penyelewengan.
Kemudian dalam ayat ini ditentukan batas, sampai kapan saatnya harta itu di
serahkan oleh pengampu kepada anak yatim itu, ialah apabila anak yatim itu telah dewasa,
dan mempunyai kemampuan untuk mengurus dan memperkembangkan harta itu.
Setelah ayat itu turun, maka para sahabat Rasulullah yang mengasuh anak-anak
yatim merasa takut kembali, sehingga mereka tidak mau makan bersama sama anak yatim
dan tidak pula mau bergaul dengan mereka. Oleh sebab itu maka Allah menurunkan ayat ini:
‫خالحمطومهصم نفحإصخنوان مك مصم نوالل ل نمه ي نصعل نمم ال صممصفحسند حمنن ال صممصصلححح‬
‫نوحإصن تم ن‬

Artinya:
“Dan jika kamu menggauli mereka, maka mereka adalah saudaramu, dan Allah
mengetahui siapa yang membuat kerusakan dan yang mengadakan

perbaikan.”
(Q.S. Al Baqarah: 220)
Dari ayat ini jelaslah, bahwa membelanjakan harta anak yatim dilarang apabila
digunakan untuk kepentingan pribadi. Tetapi apabila harta anak yatim itu dibelanjakan untuk
pemeliharaan harta itu sendiri, atau untuk keperluan anak yatim itu sendiri, maka tidaklah
dilarang.
Kecuali itu, terdapat pula kebolehan mengambil sebagian harta anak yatim itu bagi
orang yang menjadi pengampunya, apabila si pengampu itu memerlukan untuk pembiayaan
dirinya dalam rangka mengurus harta anak yatim itu, kalau si pengampu itu betul-betul orang
yang tidak mampu.
2.4. SURAT AT-TAUBAH AYAT 35
Artinya :
“Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahannam, lalu dibakar
dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka:
"Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, Maka rasakanlah sekarang
(akibat dari) apa yang kamu simpan itu."

7

TAFSIR MUFRODAT

Artinya :
”.Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri “
Dalam ayat ini Allah menerangkan bahwa orang-orang yang mengumpulkan harta
dan menyimpannya tanpa dinafkahkan sebagiannya pada jalan Allah (dibayarkan zakat) bagi
orang mukmin akan dimasukkan ke dalam neraka pada hari akhirat dan di dalam neraka itu
semua harta itu akan dipanaskan dengan api lalu disetrikakan pada dahi pemiliknya begitu
pula lambung dan punggungnya, lalu diucapkan kepadanya inilah harta bendamu yang kamu
simpan dahulu. Sehubungan dengan ini ada hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah:
‫ما من مسلم ل يؤدي زكاة ماله إلا جعل له يوم القيامة صفائح من نار بها جنبه وجبهته وظهره‬

Artinya:
“Tidak ada seorang laki-laki yang tidak menunaikan zakat hartanya melainkan
hartanya itu akan dijadikan kepingan-kepingan api lalu disetrikakan pada lambung, dahi dan
punggungnya.”
(H.R. Muslim dari Abu Hurairah)
Demikianlah nasib orang-orang Yahudi dan Nasrani yang mengumpulkan harta dan
menumpuknya serta mempergunakan sebagian harta itu untuk menghalangi manusia dari
jalan Allah. Demikian pula nasib seorang muslim yang tidak menunaikan zakat hartanya.
Harta itu sendirilah yang akan dijadikan alat penyiksanya. Bagaimana caranya apakah harta
yang mereka peroleh di dunia itu dijadikan kepingan-kepingan api atau sebagai gambaran

saja. Allah Yang Maha Mengetahui, karena hal itu termasuk urusan gaib yang tidak diketahui
kecuali oleh Allah saja.
2.5. SURAT AL – HUJARAT AYAT 13
: Artinya

8

“ Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi
Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui
lagi Maha Mengenal”.
TAFSIR MUFRODAT
Artinya :
“ Dan kami menjadikan kalian bersuku-suku dan berkabilah- kabilah supaya kamu
kenal mengenal.” yakni saling kenal, bukan saling mengingkari.”
Diriwayatkan pula dari Abu Malik Al-Asy’ri bahwa Rasulullah SAW bersabda la
kepada
“Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada pangkat-pangkat kalian dan tidak
pula kepada nasab-nasab mu, dan tidak pula kepada tubuhmu, dan tidak pula kepada
hartamu, akan tetapi memandang kepada hatimu. Maka barang siapa mempunyai hati yang
saleh maka Allah belas kasih kepadanya. Kalian tak lain adalah anak cucu Adam. Dan yang
paling di cintai Allah di antara kalian ialah yang paling bertakwa di antara kalian.”
ASBABUN NUZUL
Dalam suatu riwayat di kemukakan bahwa ketika peristiwa futuh mekkah, maka
bilal naik keatas ka’bah untuk mengumandangkan azan. Melihat akan hal ini, maka ada
beberapa orang yang berkata: “apakah pantas budak hitam macam dia mengumandangkan
azan di atas ka’bah ?” . maka berkatalah yang lainnya : “ sekiranya Allah membenci orang
ini, pasti Allah akan menggantinya.” Ayat 13 ini turun sebgai penegasan, bahwa di dalam
islam tidak ada diskriminasi. Orang yang paling mulia adalah dia yang paling takwa.
( HR. Ibnu Abi Hatim dari Ibnu Abi Mulaikah )
2.6. SURAT AL HASYR AYAT 6
Artinya :
“ Dan apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari
harta benda) mereka, Maka untuk mendapatkan itu kamu tidak mengerahkan seekor kudapun
9

dan (tidak pula) seekor untapun, tetapi Allah yang memberikan kekuasaan kepada RasulNya
terhadap apa saja yang dikehendakiNya. dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Fai-i ialah harta rampasan yang diperoleh dari musuh tanpa terjadinya pertempuran.
Pembagiannya berlainan dengan pembagian ghanimah. ghanimah harta rampasan yang
diperoleh dari musuh setelah terjadi pertempuran. pembagian Fai-i sebagai yang tersebut
pada ayat 7. sedang pembagian ghanimah tersebut pada ayat 41 Al Anfal dan yang dimaksud
dengan rampasan perang (ghanimah) adalah harta yang diperoleh dari orang-orang kafir
dengan melalui pertempuran, sedang yang diperoleh tidak dengan pertempuran dinama fa'i.
pembagian dalam ayat ini berhubungan dengan ghanimah saja. Fa'i dibahas dalam surat alHasyr.
TAFSIR MUFRADAT
Artinya :
“ Dan apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari
harta benda) mereka, Maka untuk mendapatkan itu kamu tidak mengerahkan seekor kudapun
dan (tidak pula) seekor untapun”
Harta-harta Bani Nadhir yang jatuh ke tangan rasul adalah kepunyaan Allah dan
Rasul-nya, tidak dibagi seperti harta rampasan perang kepada tentara. Sebab, harta ini di
peroleh tanpa mengangkat senjata. Mereka mengajukan usulan perdamaian dengan
kemauannya sendiri, karena itu, harta tersebut di pergunakan untuk kebijakan dan dan
manfaat umun yang di jelaskan oleh Allah dalam ayat-ayat berikut ini:
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari, muslim, Abu daud , At-turmuzi , an- nasa’i, dan lainlain dari umar bin khatab: “ harta-harta bani Nadzir yang di pulangkan oleh Allah kepada
Rasulnya menjadi hak Rassul sendiri. Oleh karena itu rasulullah mengambil untuk belanja
setahun dan yang selebihnya di pergunakan rasul untuk membeli alat senjata.
Ayat ini menerangkan hukum fai'i. Fai'i itu adalah harta rampasan yang diperoleh
dari musuh, sebelum terjadi peperangan. Terjadinya karena musuh telah menyerah dan
mengaku kalah, sebelum terjadinya pertempuran Harta-harta yang ditinggalkan Bani Nadir
setelah mereka diusir dari kota Madinah termasuk fai'i, karena Bani Nadir menyerah kepada
kaum muslimin sebelum terjadi peperangan.
Allah SWT menerangkan bahwa harta-harta Bani Nadir yang ditinggalkan mereka karena
mereka diusir dari Madinah jatuh ke tangan Rasulullah dengan kehendak Allah, karena itu
telah menjadi milik Allah dan Rasul-Nya; tidak dibagi-bagikan kepada tentara yang
10

berperang, sebagaimana yang berlaku pada harta rampasan perang (ganimah). Sebabnya ialah
karena harta itu diperoleh tanpa terjadinya peperangan tanpa menggunakan tentara berkuda
dan tentara berunta, seakan-akan tidak ada usaha tentara kaum muslimin dalam mendapatkan
harta itu. Orang-orang Yahudi Bani Nadir yang memiliki harta itu telah menyatakan bahwa
mereka mengaku kalah sebelum terjadinya peperangan, bersedia menerima syarat-syarat yang
ditetapkan Allah dan Rasul Nya bagi mereka. Harta itu digunakan untuk menegakkan agama
Allah dan kepentingan umum.
Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Abu Daud, At Tirmizi dan imam-imam
yang lain dari Umar bin Khattab ia berkata:
"Semua harta Bani Nadir yang diserahkan Allah pada Rasul-Nya menjadi hak
Rasul-Nya. Oleh karena itu Rasulullah SAW. mengambilnya untuk keperluan nafkahnya dan
keluarganya selama setahun dan selebihnya digunakan pembeli senjata untuk keperluan
berjuang di jalan Allah".
Allah SWT menerangkan bahwa sunah-Nya telah berlaku bagi semua makhluk
ciptaan-Nya pada setiap keadaan, masa dan tempat, yaitu mengalahkan dan menimbulkan
rasa takut di dalam hati musuh-musuh Rasul-Nya, seperti Dia telah menjadikan dalam hati
Bani Nadir rasa takut dan mereka menyerah kepada Rasulullah SAW. Karena mereka telah
menyerah itu, maka Allah SWT memberikan wewenang kepada Rasul-Nya untuk menguasai
harta Bani Nadir. Oleh karenanya tentara kaum muslimin tidak berhak memperolehnya.
Pada akhir ayat ini Allah SWT mengingatkan kekuasaan-Nya atas semua makhluk
ciptaan-Nya. Jika Dia menghendaki, dengan menanamkan rasa takut dan gentar musuhmusuh-Nya tanpa pertempuran, sebagaimana yang telah terjadi pada Bani Nadir itu. Mereka
menyerah kalah, walaupun mereka berada dalam benteng-benteng yang kokoh.
2.7. KANDUNGAN AYAT
Surat Al-Isra’ ayat 26
Di suruh memberikan harta kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan
dan jangan boros.
Surat Al-Isra’ ayat 29
Jangan terlalu kikir dan jangan terlalu pemurah.
Surat Al-Isra’ ayat 34
Di larang mendekati harta anak yatim kecuali dengan cara yang baik.
Surat At-Taubah ayat 35

11

Orang yang mengumpulkan harta dan menyimpannya tanpa di nafkahkan sebagian
di jalan Allah ( di bayarkan zakatnya) bagi orang mukmin akan di masukan ke dalam neraka.
Surat Al-Hujarat ayat 13
Allah tidak memandang pangkat, nasab, dan harta tetapi yang Allah lihat adalah
hati yang saleh, maka Allah belas kasih kepadanya.
Surat Al- Hasyr ayat 6
Harta rampasan perang ( fa’i ) hanya di ambil untuk keperluan nefkah keluarga
selama setahun dan selebihnya di gunakan untuk membeli senjata untuk keperluan berjuang
di jalan Allah.
2.8. MUNASABAH AYAT
Munasabah ayat ( kaitan ayat ) antara surat al-isra’ayat 26, 29,34, kita di suruh
memberikan harta pada orang miskin ( zakat ), jangan terlalu kikir dan jangan terlalu boros.
Munasabah antara surat Al-Isra’ dengan surat At-Taubah ayat 35 , kita di larang
mengumpulkan harta tanpa mengeluarkan zakatnya, sedangkan munasabah dengan surat AlHujarat ayat 13 , bahwa Allah tidak memandang pangkat dan harta seseorang tetapi hati yang
saleh lah yang Allah lihat, tapi munasabah dengansurat Al-Hasyr ayat 6 bahwa harta juga
harus untuk nafkah keluarga dan juga untuk keperluan di jalan Allah.

12

BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Dari kajian ayat di atas dapat di simpulkan bahwa etika ekonomi dalam presfektif
Al-Qur’an adalah kita bekerja untuk memenuhi nafkah keluarga, selain itu kita juga harus
mengeluarkan harta kita di jalan Allah dalam artian untuk memenuhi kebutuhan umat, dan
kita harus bersedekah, dan jangan lupa mengeluarkan zakat harta kita jika sudah mnecapai
nishab karena dalam harta kita masih ada milik orang lain yang berhak menerimanya.
Kita di anjurkan jangan terlalu kikir namun juga jangn terlalu pemurah, dalam
artian kita jangan terlalu memberi kepada orang lain tanpa memikirkan kebutuhan diri kita
sendiri,
Kemudian Allah SWT melarang para hamba-Nya mendekati harta anak yatim, kecuali
dengan cara yang baik yaitu memberikan perlindungan kepada harta anak yatim itu, supaya
jangan habis sia-sia. Allah SWT memberikan perlindungan pada harta itu, karena harta itu
sangat diperlukan oleh manusia, dan manusia yang paling memerlukannya ialah anak yatim,
karena keadaannya yang belum dapat mengurusi hartanya, dun belum dapat mencari nafkah
sendiri
Dan Allah tidak memandang seseorang dari pangkat, nasab, dan hartanya, tetapi
yang Allah lihat hanyalah hati yang saleh, maka Allah akan belas kasih kepadanya. Itulah
etika ekonomi dalam presfektif Al-Qur’an.

13