S IND 1002684 Chapter1

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian
Keterampilan menulis sangat penting untuk dipelajari, terutama pada mata
pelajaran bahasa Indonesia di sekolah. Melalui kegiatan pembelajaran menulis,
siswa diharapkan dapat menuangkan ide-ide atau gagasan baik yang bersifat
ilmiah maupun imajinatif. Oleh karena itu, sekolah dan pengajar diharapkan dapat
memberikan pembelajaran menulis dengan baik melalui metode, teknik, media,
ataupun strategi yang tepat sehingga potensi dan daya kreatifitas siswa dapat
tersalurkan.
Pembelajaran menulis sudah dilaksanakan sejak lama dengan berbagai
metode, teknik, media, ataupun strategi, tetapi sampai sekarang belum ada hasil
yang optimal. Seperti yang dikatakan oleh Sutama dkk (Nurhayati, 2000, hlm.
13), bahwa siswa belum dapat dikatakan mampu berbahasa Indonesia secara baik
dan benar, baik lisan maupun tulisan, mulai Sekolah Dasar sampai dengan sekolah
menengah atas. Siswa masih bingung dan mengalami kesulitan ketika harus
menulis. Fenomena itu memunculkan upaya sebagai bentuk solusi mengatasi
permasalahan tersebut.

Pembelajaran sastra sebagai salah satu pelajaran di Sekolah Menengah
Atas juga memiliki keterkaitan dengan pembelajaran menulis. Sastra merupakan
salah satu mata pelajaran yang kurang mendapat perhatian dari siswa. Sastra
menjadi mata pelajaran yang sulit untuk dipelajari siswa. Hal itu disebabkan oleh
adanya doktrin yang diberikan kepada siswa bahwa pelajaran eksak, ilmu
pengetahuan alam dan sosial, serta bahasa Inggris adalah pelajaran yang sangat
penting penguasaannya bagi masa depan mereka. Hal ini diperkuat dari hasil baca
peneliti (Tarigan, 1986, hlm. 186), yaitu pengajaran mengarang belum terlaksana
dengan baik di sekolah. Kelemahannya terletak pada cara guru mengajar.
Umumnya kurang bervariasi, tidak merangsang, dan kurang pula dalam frekuensi.
Pembahasan karangan siswa kurang dilaksanakan oleh guru. Murid sendiri
Fristhya Pratiwi, 2014
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK
TRANSFORMASI NASKAH DRAMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

2

menganggap mengarang tidak penting atau belum mengetahui peranan mengarang
bagi kelanjutan mereka.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada subjek
penelitian, yaitu melalui wawancara dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia
yaitu Ibu Nanan Rachminawati, S.Pd. di SMA Pasundan 3 Bandung pada bulan
Desember 2013, keterampilan menulis cerita pendek siswa belum baik secara
keseluruhan. Hal itu karena sikap dan minat siswa yang berbeda-beda di setiap
individunya. Kenyataan di lapangan juga menunjukkan guru belum menggunakan
teknik dan media dalam proses pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia,
khususnya pembelajaran menulis cerpen. Hal itu tentunya berdampak pada sikap
dan minat beberapa siswa terhadap proses pembelajaran menulis cerpen yang
cenderung tidak serius, begitu pula saat mengerjakan tugas yang diberikan.
Dari hasil wawancara dan penyebaran angket yang dilakukan peneliti pada
19 orang siswa kelas X-1 SMA Pasundan 3 Bandung untuk mengetahui respon
siswa terhadap PBM menulis cerpen, hasil dari wawancara tersebut menunjukkan
mereka tertarik dan berminat terhadap PBM menulis cerpen, tetapi mereka
beralasan bahwasannya menulis cerpen merupakan kegiatan yang membosankan,
dan menyulitkan mereka.
Beberapa orang siswa menyatakan bahwa menulis cerpen sedikit sulit,
karena yaitu yang pertama, biasanya mereka sulit untuk menentukan tema. Kedua,
mereka sulit mendapatkan inspirasi dan ide. Ketiga, mereka sulit menentukan
karakter tokoh. Dan yang keempat, mereka sulit mengembangkan dan mengolah

kalimat menjadi cerita.
Kemudian hasil perhitungan angket yang disebar, ada 63,2% dari 19 orang
siswa menyatakan bahwa menulis cerpen bukan merupakan hobi bagi mereka,
52,6% menyatakan bahwa kegiatan cerpen di sekolah dilakukan hanya untuk
memenuhi tugas guru, 47,4% menyatakan tidak pernah menulis cerpen selain di
jam pelajaran, 52,6% menyatakan bahwa mereka terkadang menemukan kesulitan
atau kendala saat memulai untuk menulis cerpen, serta 63,2% atau sekitar 12 dari
19 orang yang diberi angket menyatakan bahwa mereka akan merasa sangat
senang bila diberikan pelatihan untuk menulis cerpen.
Fristhya Pratiwi, 2014
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK
TRANSFORMASI NASKAH DRAMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

3

Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, peneliti tertarik untuk
mengujicobakan teknik transformasi naskah drama ini pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia khususnya pada kompetensi menulis cerpen melalui Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) untuk meningkatkan kemampuan menulis cerpen para

siswa. Dengan menghadapkan siswa pada teknik transformasi naskah drama, akan
menstimulus siswa untuk menulis cerpen dengan mengurangi tingkat kesulitan.
Teknik transformasi naskah drama dapat diaplikasikan agar aktifitas menulis
menjadi kegiatan yang menarik sehingga menulis cerpen mendapat perhatian dari
siswa yang selama ini tidak memperhatikannya. Dengan pemilihan teknik ini,
peneliti berharap dapat meningkatkan kemampuan menulis cerpen pada siswa
kelas X-1 SMA Pasundan 3 Bandung.
Penelitian mengenai pembelajaran menulis cerpen telah banyak dilakukan
oleh beberapa orang peneliti. Namun penelitian mereka belum ada yang
menggunakan teknik transformasi naskah drama ke cerpen, penelitian yang ada
biasanya adalah sebaliknya, yaitu transformasi cerpen ke naskah drama.
Contohnya dapat dilihat pada penelitian yang berjudul Pembelajaran Menulis
Cerpen melalui Teknik Transformasi dan Media Film Pendek (PTK pada Siswa
Kelas X SMA Negeri 15 Bandung Semester II Tahun Pelajaran 2008/2009) oleh
Istiqomah (2009), pada penelitian tersebut dipaparkan bahwa hasil pratindakan
terdapat lima orang siswa yang tidak mengikuti tes, sehingga nilai rata-rata kelas
yang ia teliti hanya mencapai 61 (C). Kemudian, pada saat siklus pertama
dilaksanakan, sudah tidak ada siswa yang berada pada kategori kurang, rata-rata
kelas menunjukkan peningkatan sebesar 10,67 poin menjadi 68. Pada siklus kedua
pun menunjukkan adanya peningkatan dari siklus sebelumnya yaitu sekitar 15,05

poin menjadi 84,85 (B). Hal tersebut membuktikan bahwa teknik transformasi
dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis cerpen.
Pada penelitian berikutnya, yaitu yang berjudul Upaya Meningkatkan
Keterampilan Menulis Cerpen melalui Teknik Transformasi Film (Penelitian
Tindakan Kelas terhadap Siswa Kelas X SMAN 6 Bandung Tahun Ajaran
2009/2010) oleh Yogas Novia Alamsyah (2010), menyatakan siklus I nilai ratarata kelas yang ia teliti adalah 63,34. Karena nilai rata-rata siswa pada siklus I
Fristhya Pratiwi, 2014
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK
TRANSFORMASI NASKAH DRAMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

4

belum mencapai KKM, ia melakukan siklus II dengan hasil nilai rata-rata menjadi
71,22 sehingga ada peningkatan rata-rata antara siklus I dan II sekitar 7,98%, dan
karena pada siklus II belum mencapai KKM Bahasa Indonesia, ia melakukan
siklus III. Pada siklus III nilai rata-rata siswa menjadi 76 sehingga ada
peningkatan nilai rata-rata antara siklus II dan III sekitar 4,78%. Kesimpulan dari
hasil penelitian tersebut yaitu: (1) proses belajar mengajar dengan teknik
transformasi film dapat meningkatkan keterampilan menulis cerpen siswa; (2)

guru memahami teknik transformasi film dan mampu menerapkannya dalam
kegiatan belajar mengajar; dan (3) kemampuan mengarang siswa meningkat dari
segi aspek formal cerpen, kelengkapan unsur cerpen, dan kesesuaian penggunaan
bahasa cerpen.
Terlihat dari penjelasan tersebut, walaupun menggunakan teknik yang
sama yaitu teknik transformasi, namun yang ditransformasikan berbeda dengan
yang akan diteliti oleh peneliti. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Istiqomah,
dan Yogas Novia Alamsyah menunjukkan bahwa penggunaan dan penerapan
teknik transformasi efektif dapat dijadikan sebagai jalan untuk meningkatkan hasil
pembelajaran menulis karya sastra dalam hal ini cerpen.

1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi
beberapa masalah yang terdapat pada ketidakberhasilan pengajaran bahasa dan
sastra Indonesia sebagai berikut.
1) Keterampilan menulis cerpen merupakan keterampilan yang membutuhkan
potensi, minat, dan kreativitas yang tinggi bagi siswa. Oleh karena itu,
dibutuhkan proses dan latihan yang intensif.
2) Pemilihan metode, teknik, strategi, atau media pembelajaran menulis cerpen
oleh guru kurang bervariasi, sehingga siswa merasa jenuh dan kurang

memotivasi siswa untuk menulis cerpen.

1.3 Batasan Masalah
Dalam penelitian ini, peneliti membatasi tindakan pada:
Fristhya Pratiwi, 2014
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK
TRANSFORMASI NASKAH DRAMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

5

1) Upaya meningkatkan kemampuan menulis cerpen siswa kelas X-1 SMA
Pasundan 3 Bandung dengan menggunakan teknik transformasi naskah
drama.
2) Karya cipta yang akan ditransformasikan di sini adalah naskah drama ke
dalam cerpen.
3) Naskah drama yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah naskah drama
yang mengandung unsur-unsur naskah drama yang baik agar ketika
ditransformasikan, cerpen yang diproduksi siswa dapat sesuai dengan kriteria
penilaian kemampuan menulis cerpen siswa.


1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut.
1) Bagaimana bentuk perencanaan setiap siklus pembelajaran menulis cerpen
melalui teknik transformasi naskah drama pada siswa kelas X-1 SMA
Pasundan 3 Bandung?
2) Bagaimana pelaksanaan setiap siklus pembelajaran menulis cerpen melalui
teknik transformasi naskah drama pada siswa kelas X-1 SMA Pasundan 3
Bandung?
3) Bagaimana hasil setiap siklus pembelajaran menulis cerpen melalui teknik
transformasi naskah drama pada siswa kelas X-1 SMA Pasundan 3 Bandung?

1.5 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui permasalahan
seputar menulis cerpen, tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Bentuk perencanaan setiap siklus pembelajaran menulis cerpen melalui teknik
transformasi naskah drama pada siswa kelas X-1 SMA Pasundan 3 Bandung.
2) Bentuk pelaksanaan setiap siklus pembelajaran menulis cerpen melalui teknik
transformasi naskah drama pada siswa kelas X-1 SMA Pasundan 3 Bandung.

3) Hasil setiap siklus pembelajaran menulis cerpen melalui teknik transformasi
naskah drama pada siswa kelas X-1 SMA Pasundan 3 Bandung.
Fristhya Pratiwi, 2014
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK
TRANSFORMASI NASKAH DRAMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

6

1.6 Manfaat Penelitian
1.

Manfaat Teoretis
Penelitian yang penulis lakukan memilliki manfaat teoretis yakni bagi

dunia pendidikan dan lembaga pendidikan, memberikan sumbangan dalam upaya
meningkatkan proses pembelajaran terutama

yang berhubungan dengan


pembelajaran menulis cerpen.
2.

Manfaat Praktis
Adapun manfaat-manfaat praktis yang penulis harapkan dari penelitian ini

adalah sebagai berikut.
1) Bagi penulis, untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa
dalam menulis cerpen.
2) Bagi guru, menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan teknik dan
media pembelajaran yang sesuai dan menarik bagi siswa.
3) Bagi siswa yang diteliti yakni kelas X-1 SMA Pasundan 3 Bandung,
memberikan pengalaman dan pengetahuan yang lebih mendasar dalam
menulis cerpen.

Fristhya Pratiwi, 2014
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK
TRANSFORMASI NASKAH DRAMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu